BAB 2
LANDASAN TEORI
II.1.
Tinjauan Umum
II.1.i. Jenis-Jenis Sekolah
Sekolah adalah tempat didikan bagi anak anak. tujuan dari sekolah adalah mengajar tentang mengajarkan anak untuk menjadi anak yang mampu memajukan bangsa . Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa / murid di bawah pengawasan guru. Sekolah umum merupakan sekolah yang mengajarkan kepada setiap murid berdasarkan kurikulum yang sesuai dengan standar pemerintah. Sekolah umum terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu : a) Sekolah Konvensional Sekolah yang memiliki gedung yang dibangun khusus untuk keperluan penyelenggaraan pendidikan. Para murid diwajibkan untuk masuk pada jam-jam tertentu yang sudah ditetapkan oleh pihak sekolah. Sekolah ini bisa dibangun oleh pemerintah maupun swasta. Siswa mengikuti semua aturan dan pembelajaran dari pihak sekolah sampai pada jam tertentu, lalu pulang ke rumah masing-masing setelah selesai pembelajaran. Namun, ada beberapa sekolah konvensional yang mewajibkan anak-anaknya tinggal di asrama sekolah. Selain pembelajaran yang wajib pada jam-jam tersebut, sepulang sekolah pihak sekolah menetapkan ekstrakulikuler sebagai pembekalan anak didiknya.
7
8
b) Sekolah Terbuka Sekolah Terbuka merupakan lembaga pendidikan formal yang tidak berdiri sendiri tetapi merupakan bagian dari Sekolah Induk yang dalam menyelenggarakan pendidikannya menggunakan metode belajar mandiri. Kegiatan Pembelajaran Sekolah Terbuka dilaksanakan sebagai berikut: 1. Siswa belajar mandiri atau berkelompok sekurangkurangnya 16 jam pelajaran dalam satu minggu yang dibimbing oleh Guru Pamong di Tempat Kegiatan Belajar (TKB). 2. Siswa belajar secara tatap muka di kelas pada Sekolah induk sekurang-kurangnya 12 jam pelajaran dalam satu minggu yang dibimbing oleh Guru Bina.
Perbedaan pokok antara Sekolah Konvensional dan Sekolah Terbuka adalah terutama dari sisi jumlah pertemuan antara tenaga pengajar atau guru dengan murid. Kalau pada Sekolah Konvensional antara guru dan murid ada tatap muka setiap hari, kecuali pada hari libur. Sedangkan pada Sekolah Terbuka antara guru dan murid tidak harus ada tatap muka setiap hari. Murid pada Sekolah Terbuka lebih mandiri dalam mempelajari bahan-bahan pelajaran. Sekolah Terbuka sendiri lebih mengarah kepada masyarakat yang kurang, dikarenakan dibebaskan dari pungutan apapun. Hal tersebut dikarenakan biaya operasional Sekolah Terbuka sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah. c) Sekolah Kejar Paket. Kelompok Belajar atau Kejar adalah jalur pendidikan nonformal yang difasilitasi oleh Pemerintah untuk siswa yang belajarnya tidak melalui jalur sekolah, atau bagi siswa yang belajar di sekolah berbasis kurikulum non pemerintah seperti Cambridge, dan IB (International Baccalureate). Kegiatan belajar fleksibel, maksudnya tidak penuh belajar 1 minggu penuh hanya dengan pertemuan 3 kali dalam seminggu. Kegiatan Belajar dibagi 2 kelompok usia yaitu Usia Dewasa artinya di luar usia belajar Formal, tetapi dapat melanjutkan di Pendidikan PNFI yang diselenggarakan oleh Kelompok Belajar Masyarakat dalam bentuk
9
PKBM, Yayasan, LSM dan lembaga sejenisnya. Untuk Usia Dewasa mengikuti jenjang belajar selama 4 Semester (2 tahun , sedangkan yang masih Usia Belajar mengikuti Kegiatan Belajar selama 6 Semester (3 tahun). Warga Belajar yang LULUS dari Paket B untuk melanjutkan ke Paket C dengan rata-rata Nilai 7,0 dapat mengikuti KBM 4 semester tetapi masuk pada katagori Usia Dewasa, Tetapi yang masih Usia Belajar tetap mengikuti 6 semester. Sekolah Kejar Paket dibagi menjadi: Sekolah Kejar Paket A setara dengan SD, Kejar Paket B setara tingkat SLTP dan Kejar Paket C setara SMU/SMK/MA. Sebagaimana siswa atau pelajar dari sekolah pada umumnya, peserta kejar Paket A, paket B maupun paket C dapat mengikuti Ujian Kesetaraan.Ujian kesetaraan diselenggarakan dua kali dalam setahun, yaitu bulan Juli dan Oktober. Setiap peserta yang lulus berhak memiliki sertifikat (ijazah) yang setara dengan pendidikan formalnya. Ijazah Sekolah Kejar Paket A setara dengan ijazah SD, ijazah Kejar Paket B setara ijazah tingkat SLTP dan ijazah Kejar Paket C setara ijazah SMU/SMK/MA. d) Sekolah Rumah dan Sekolah Alternatif Yang termasuk dalam sekolah jenis ini adalah lembaga-lembaga kursus atau lembaga-lembaga bimbingan belajar untuk bidang tertentu saja. Kursus adalah lembaga pelatihan yang termasuk ke dalam jenis pendidikan nonformal. Kursus merupakan suatu kegiatan belajarmengajar seperti halnya sekolah. Perbedaanya adalah bahwa kursus biasanya diselenggarakan dalam waktu pendek dan hanya untuk mempelajari satu keterampilan tertentu. Misalnya, kursus bahasa Inggris tiga bulan atau 50 jam, kursus montir, kursus memasak, menjahit, musik dan lain sebagainya. Peserta yang telah mengikuti kursus dengan baik dapat memperoleh sertifikat atau surat keterangan.Contoh lain dari sekolah jenis ini adalah seseorang atau sekelompok orang yang menyelenggarakan pembelajaran baca-tulis al-qur'an di rumahnya.
10
II.1.ii. Pendidikan Anak Usia Dini Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan 5 perkembangan, yaitu : perkembangan moral dan agama, perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan/kognitif (daya pikir, daya cipta), sosio emosional (sikap dan emosi), bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan sesuai kelompok usia yang dilalui oleh anak usia dini seperti yang tercantum dalam Permendiknas no. 58 tahun 2009. Ada dua tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu: •
Tujuan utama: untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan pada masa dewasa.
•
Tujuan penyerta: untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah, sehingga dapat mengurangi usia putus sekolah dan mampu bersaing secara sehat di jenjang pendidikan berikutnya.
Rentangan anak usia dini menurut Pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat 1 adalah 0-6 tahun. Sementara menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun (masa emas).
11
Pengelompokan usia anak menurut Depdikbud adalah : 1. Tahap usia 0 - < 2 tahun, terdiri atas kelompok usia: a. < 3 bulan b. 3 - < 6 bulan c. 6 - < 9 bulan d. 9 - < 12 bulan e. 12 - < 18 bulan f. 18 - < 24 bulan 2. Tahap usia - < 4 tahun, terdiri atas kelompok usia: a. 2 - < 3 tahun b. 3 - < 4 tahun 3. Tahap usia 4 - ≤ 6 tahun, terdiri atas kelompok usia : a. 4 - < 5 tahun b. 5 - ≤ 6 tahun Rombongan belajar anak usia dini terbagi sebagai berikut : 1. PAUD Jalur Pendidikan Formal Jumlah maksimal peserta didik setiap rombongan belajar sebanyak 20 peserta didik dengan 1 orang guru TK / RA atau guru pendamping. Kelompok A untuk anak usia 4-5 tahun dan kelompok B untuk anak usia 5-6 tahun. 2. PAUD Jalur Pendidikan Non-Formal Jumlah peserta didik setiap rombongan bersifat fleksibel, disesuaikan dengan usia dan jenis layanan program, dan tersedia minimal seorang guru/guru pendamping. Selain itu harus tersedia pengasuh dengan perbandingan antara pendidik (guru/guru pendamping/pengasuh) dan peserta didik sbb: a) Kelompok usia 0 - < 1 tahun 1 : 4 anak b) Kelompok usia 1 - < 2 tahun 1 : 6 anak c) Kelompok usia 2 - < 3 tahun 1 : 8 anak d) Kelompok usia 3 - < 4 tahun 1 : 10 anak e) Kelompok usia 4 - < 5 tahun 1 : 12 anak f) Kelompok usia 5 - ≤ 6 tahun 1 : 15 anak
12
Standar sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam mendukung pelayanan PAUD. Standar sarana dan prasarana meliputi jenis, kelengkapan,
dan
kualitas
fasilitas
yang
digunakan
dalam
menyelenggarakan proses penyelengaraan PAUD. Standar pengelolaan merupakan kegiatan manajemen satuan lembaga PAUD yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan penyelengaraan PAUD. Standar pembiayaan meliputi jenis dan sumber pembiayaan yang diperlukan dalam penyelenggaraan dan pengembangan lembaga PAUD. A. Standar Saran dan Prasarana Saran dan prasarana adalah perlengkapan untuk mendukung penyelengaraan kegiataan pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan. Pengadaan saran dan prasarana perlu disesuaikan dengan jumlah anak, kondisi sosial, budaya, dan jenis layanan PAUD. Prinsip untuk standar sarana dan prasarana bagi Pendidikan Anak Usia Dini adalah sebagai berikut : 1. Aman, nyaman, terang, dan memenuhi kriteria kesehatan bagi anak. 2. Sesuai dengan tingkat perkembangan anak. 3. Memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di lingkungan sekitar, termasuk barang limbah/bekas layak pakai.
Persyaratan dasar yang dibutuhkan suatu lembaga pendidikan dalam Pendidikan Anak Usia Dini adalah sebagai berikut : 1. PAUD Jalur Pendidikan Formal a) Luas lahan minimal 300m2. b) Memiliki ruang anak dengan rasio minimal 3m2 per peserta didik, ruang guru, ruang kepala sekolah, tempat UKS, jamban dengan air bersih, dan ruang lainnya yang relevan dengan kebutuhan kegiaan anak. c) Memiliki alat permainan edukatif, baik buatan guru, anak, maupun pabrik.
13
d) Memiliki fasilitas permainan baik di dalam maupun
di
luar
ruangan
yang
dapat
mengembangkan berbagai konsep. e) Memiliki peralatan pendukung keaksaraan. 2. PAUD Jalur Pendidikan Nonformal a) Kebutuhan jumlah ruang dan luas lahan disesuaikan dengan jenis layanan, jumlah anak, dan kelompok usia yang dilayani, dengan luas minimal 3m2 per peserta didik. b) Minimal
memiliki
ruangan
yang
dapat
digunakan untuk melakukan aktivitas anak yang terdiri dari ruang dalam dan ruang luar, dan kamar mandi/jamban yang dapat digunakan untuk kebersihan diri dan BAK/BAB (toileting) dengan air bersih yang cukup. c) Memiliki saran yang disesuaikan dengan jenis layanan, jumlah anak, dan kelompok usia yang dilayani. d) Memiliki fasilitas permainan baik di dalam dan di luar ruangan yang dapat mengembangkan berbagai konsep. e) Khusus untuk TPA, harus tersedia fasilitas untuk tidur, mandi, makan, dan istirahat siang. f) Standar Pengelolaan Pengelolaan dimaksudkan untuk menjamin terpenuhinya hak, dan kebutuhan anak, serta kesinambungan pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini.
14
Adapun syarat-syaratnya sebagai berikut : 1. Program dikelola secara partisipatoris. 2. PAUD jalur pendidikan formal menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas. 3. PAUD
jalur
pendidikan
nonformal
menerapkan
manajemen berbasis masyarakat.
Bentuk layanan Pendidikan Anak Usia Dini adapun sebagai berikut : 1. PAUD jalur pendidikan formal untuk anak-anak usia 4 ≤ 6 tahun, terdiri atas : a. Taman Kanak-Kanak/Raudhatul Athfal b. Bentuk lain yang sederajat. 2. PAUD jalur pendidikan nonformal terdiri atas: a. Taman Pentitipan Anak untuk anak usia 0 - ≤ 6 tahun. b. Kelompok Bermain untuk anak usia 2 - ≤ 6 tahun. c. Bentuk lain yang sederajat untuk asia usia 0 - ≤ 6 tahun.
15
II.1.iii Taman Kanak-Kanak
Definisi Taman Kanak-Kanak menurut Depdikbud adalah suatu lembaga pendidikan formal yang pertama setelah pendidikan keluarga (di rumah), dan merupakan jembatan antara rumah (keluarga) dengan masyarakat yang lebih luas yaitu Sekolah Dasar beserta lingkungannya. Berdasarkan Keputusan Mendikbud RI Nomor 0486 U/1992 Bab 1 pasal 2, dinyatakan bahwa Taman Kanak-Kanak adalah wadah untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak didik sesuai sifat-sifat alami anak. Taman Kanak-Kanak adalah jenjang pendidikan prasekolah yang bertujuan untuk meletakkan dasar pendidikan paling awal bagi anak usia 4-6 tahun dengan lama pendidikan antara 1-2 tahun. Sedangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1990 Bab 1 pasal 1 Ayat (2) dinyatakan bahwa Taman Kanak-Kanak adalah salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang menyediakan program pendidikan dini bagi anak usia empat tahun sampai memasuki pendidikan dasar, dengan memakai kurikulum yang disebut Program Kegiatan Belajar (PKB). Sebutan taman secara harafiah pada Taman Kanak-Kanak adalah arti tempat yang nyaman untuk bermain, dalam pengertian perilaku guru, penataan sarana prasarana, dan Program Kegiatan Belajar harus menciptakan suasana yang nyaman bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Menurut dr. Fatimah Haniman, pada usia 4-6 tahun ditinjau dari aspek psikososial, rasa ingin tahu (curiosity) yang merupakan modal dasar bagi tumbuhnya rasa inisiatif pada anak, berkembang dengan pesat. Rasa inisiatif ini akan berkembang bila lingkungan memberi kesempatan yang cukup untuk bergerak dan bermain, serta selalu menjawab setiap pertanyaan anak disesuaikan dengan daya pikir anak. Lingkungan diharapkan dapat meningkatkan rasa inisiatif dan rasa ingin tahu anak dengan memberikan stimulasi serta alat permainan
edukatif.
Anak
juga
sering
bermain
berdasarkan
imajinasinya. Dalam bermain, anak belum bisa menghargai hak-hak teman (hak milik) serta belum bisa mematuhi aturan-aturan dengan
16
baik, sehingga pengasuh diharapkan dapat mengarahkan dengan bijaksana. Sedangkan bila ditinjau dari aspek intelektual, konsep ruang dan waktu mulai lebih nyata (jauh, dekat, cepat, lambat), mulai mengenal bentuk-bentuk dua dan tiga dimensi, mulai mengenal warna-warna
dasar,
mulai
mengenal
simbol-simbol
angka,
matematika, dan huruf. Untuk mendukung semua program tersebut, dibutuhkan interior ruang yang dapat menunjang aktivitas anak guna mewujudkan tujuan pendidikan Taman Kanak-Kanak. Dalam menciptakan atau mendukung tujuan diatas, banyak hal yang perlu diperhatikan, salah satunya adalah melalui perancangan ruangnya. Masa kanak-kanak usia 1-5 tahun merupakan peroide estetis, karena anak-anak mengalami masa transisi atau peralihan dari satu masa pertumbuhan (perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses
pematangan
fungsi-fungsi
fisik)
melompat
ke
masa
perkembangan lainnya. Pada umumya periode ini ditandai oleh ledakan-ledakan tingkah laku yang kuat dan bersifat revolusioner (Kartono, 1995:112). Preiser dalam Laurens (2004:1) menjelaskan bahwa kebiasaan mental dan sikap perilaku seseorang dipengaruhi oleh lingkungan fisiknya. Adapun lingkungan fisik tersebut antara lain berupa kondisi fisik hunian (bangunan), ruang (interior) beserta segala perabotnya, dan sebagainya. Jika bangunan itu memiliki ruang-ruang yang sangat nyaman untuk dihuni dan untuk beraktivitas di dalamnya, maka dapat mempengaruhi pembentukan dan perkembangan perilaku manusia. UU RI No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, khususnya pasal 45 ayat 1, menjelaskan bahwa sarana dan prasarana pendidikan yang ada di TK harus memenuhi kebutuhan anak didik akan pertumbuhan dan perkembangan fisik yang optimal agar dapat merangsang kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan perkembangan psikologis atau jiwa mereka.
17
II.1.iv Warna
Warna adalah spektrum tertentu yang terdapat di dalam suatu cahaya sempurna (berwarna putih). Identitas suatu warna ditentukan oleh panjang gelombang cahaya tersebut. Sebagai contoh, warna biru memiliki panjang gelombang 460 nanometer. Panjang gelombang warna yang masih bisa ditangkap mata manusia berkisar antara 380-780 nanometer. Dalam
peralatan optis,
interpretasi otak terhadap
warna
campuran
bisa tiga warna
pula
berarti
primer cahaya
yaitu merah, kuning, dan biru; yang digabungkan dalam komposisi tertentu. Misalnya pencampuran 100% merah, 0% hijau, dan 100% biru akan menghasilkan interpretasi warna magenta. Dalam senirupa, warna bisa berarti pantulan tertentu dari cahaya yang dipengaruhi oleh pigmen yang terdapat di permukaan benda. Misalnya pencampuran pigmen magenta dan cyan dengan proporsi tepat dan disinari cahaya putih sempurna akan menghasilkan sensasi mirip warna merah. Setiap warna mampu memberikan kesan dan identitas tertentu sesuai kondisi sosial pengamatnya. Misalnya warna putih akan memberi kesan suci dan dingin di daerah Barat karena berasosiasi dengan salju. Sementara di kebanyakan Negara Timur warna putih memberi kesan kematian dan sangat menakutkan karena berasosiasi dengan kain kafan (meskipun secara teoritis sebenarnya putih bukanlah warna). Di dalam ilmu warna, hitam dianggap sebagai ketidakhadiran seluruh jenis gelombang warna. Sementara putih dianggap sebagai representasi kehadiran seluruh gelombang warna dengan proporsi seimbang. Secara ilmiah, keduanya bukanlah warna, meskipun bisa dihadirkan dalam bentuk pigmen.
18
Gambar 2.1 Color Wheel
Pengelompokan warna terbagi sebagai berikut: 1. Warna netral adalah warna-warna yang tidak lagi memiliki kemurnian warna atau dengan kata lain bukan merupakan warna primer maupun sekunder. Warna ini merupakan campuran ketiga komponen warna sekaligus, tetapi tidak dalam komposisi tepat sama.
Gambar 2.2 Neutral Colors
19
2. Warna kontras atau komplementer adalah warna yang berkesan berlawanan satu dengan lainnya. Warna kontras biasa didapatkan dari warna yang berseberangan (memotong titik tengah segitiga) terdiri atas warna primer dan warna sekunder. Tetapi tidak menutup kemungkinan pula membentuk kontras warna dengan mengolah nilai ataupun kemurnian warna. Contoh warna kontras adalah merah dengan hijau, kuning dengan ungu, dan biru dengan jingga.
Gambar 2.3 Complementary Colors
3. Warna panas adalah kelompok warna dalam rentang setengah lingkaran di dalam lingkaran warna mulai dari merah hingga kuning. Warna ini menjadi simbol, riang, semangat, marah, dsb. Warna panas mengesankan jarak yang dekat. 4. Warna dingin adalah kelompok warna dalam rentang setengah lingkaran di dalam lingkaran warna mulai dari hijau hingga ungu. Warna ini menjadi simbol kelembutan, sejuk, nyaman, dsb. Warna dingin mengesankan jarak yang jauh.
20
Gambar 2.4 Warm and Cold Colors
Warna juga merupakan kekuatan yang memiliki keindahan dengan memberi pengalaman keindahan. Sifat umum warna antara lain sebagai berikut: a) Merah Warna yang merupakan kekuatan, energi, kehangatan, cinta, nafsu, agresi, bahaya. Warna merah kadang-kadang dapat berubah arti jika dikombinasikan dengan warna lain, seperti merah dikombinasikan dengan hijau maka akan menjadi simbol natal.
Gambar 2.5 Kelompok warna keluarga merah
21
b) Biru Merupakan warna kepercayaan, keamanan, teknologi, kebersihan, keteraturan. Warna ini banyak digunakan sebagai warna pada logo bank di Amerika Serikat untuk memberikan kesan kepercayaan.
Gambar 2.6 Kelompok warna keluarga biru
c) Hijau Warna alami, sehat, keberuntungan, pembaharuan. Warna hijau tidak terlalu sukses untuk ukuran global. Hijau juga mengungkapkan kesegaran, harapan, kelahiran kembali.
Gambar 2.7 Kelompok warna keluarga hijau
22
d) Kuning Merupakan warna optimis, harapan filosofi, ketidakjujuran, pengecut (untuk budaya barat) dan memaknakan kemuliaan cinta serta pengertian mendalam dalam hubungan antar umat manusia.
Gambar 2.8 Kelompok warna keluarga kuning
e) Ungu atau Jingga Warna yang spiritual, kebangsawanan, transformasi, kekasaran, keangkuhan. Warna ungu memiliki karakter sejuk. Warna ini melambangkan duka cita, kontemplatif, suci, dan agamis.
Gambar 2.9 Kelompok warna keluarga ungu
23
f) Oranye Warna yang memberi arti energi, keseimbangan, kehangatan.
Gambar 2.10 Kelompok warna keluarga oranye
g) Cokelat Merupakan warna tanah atau bumi, keandalan, kenyamanan, daya tahan.
Gambar 2.11 Kelompok warna keluarga cokelat
24
h) Abu-Abu Merupakan warna intelek, masa depan (seperti warna milenium), kesederhanaan, kesedihan. Warna abu-abu ini adalah warna yang paling mudah dilihat oleh mata.
Gambar 2.12 Kelompok warna keluarga abu-abu
i) Putih Kesucian, kebersihan, ketepatan, ketidakbersalahan, steril, kematian.
Gambar 2.13 Kelompok warna keluarga putih
25
j) Hitam Warna dengan arti kecanggihan, kematian, misteri, kesedihan. Sebagai
warna
kemasan,
hitam
melambangkan
keanggunan
(elegance), kemakmuran (wealth) dan kecanggihan (sophisticated).
Gambar 2.14 Kelompok warna keluarga hitam
26
II.1.v Material
Material adalah bahan yang dipakai sebagai media bagi suatu furnitur, baik sebagai bagian utama maupun tambahan atau pelengkap. Material yang umum dipakai untuk mebel adalah sbb : a. Kayu solid Kayu adalah material klasik untuk perabot. Sejak fasilitas duduk mulai dikenal, material pertama yang dipakai adalah kayu. Alasan pertama karena ketersediaan bahan kayu di lingkungan. Kayu tropis yang biasa dipakai sebagai bahan mebel adalah jati, mahoni, nyatoh, sungkai, ramin, suren, dan lain-lain. Di negeri dingin, kayu yang dipakai antara lain oak, maple, sandalwood, beech, dan birch selain mengimpor kayu terbaik dari negeri tropis.
Gambar 2.15 Kayu Solid
27
b. Kayu lapis Kayu lapis atau biasa disebut plywood adalah temuan baru dalam teknologi material abad ke-20, dikarenakan jumlah pasokan kayu solid yang terbatas. Kayu yang sebelumnya dipakai dalam bentuk kayu solid dengan lebar terbatas, dengan adanya kayu lapis dapat dibuat dalam ukuran lebih besar. Biasanya dipakai untuk bagian belakang lemari dan dasar laci. Ukuran standar kayu lapis adalah panjang 244mm dan lebar 122mm.
Gambar 2.16 Kayu Lapis
c. Rotan Rotan telah lama dipakai sebagai bahan baku pembuatan berbagai macam kursi yang nyaman dengan bentuk yang indah. Karakteristik material rotan yang dapat dilengkungkan dengan teknologi sederhana membuatnya memiliki potensi yang cukup besar bagi pengembangan dari segi desain. Pemakaian bahan rotan antara lain batangnya sebagai struktur, sedangkan dudukan dan sandaran belakang menggunakan kulit rotan dalam bentuk anyaman.
Gambar 2.17 Rotan
28
d. Bambu Bambu
sudah
lama
dipakai
sebagai
bahan
bangunan dan mebel. Bagi sebagian orang, bambu memiliki keunikan yang khas hingga dipandang sebagai material eksotis. Umumnya pendekatan desain yang dilakukan
terhadap
bambu
adalah
dengan
cara
memanfaatkan bentuk tabung/tubular bambu sebagai struktur, untuk bagian penutup, bambu dibuat ke dalam bentuk pipih serta anyaman. Bambu untuk mebel adalah jenis tertentu tergantung kebutuhan termasuk dalam masalah ukuran atau diameter batangnya. Bambu yang banyak dipakai untuk bahan mebel antara lain bambu gombong yang berdiameter besar dan bambu hitam dipakai karena warna kulitnya yang unik. Bambu yang dipakai sebagai pengikat biasanya adalah jenis bambu tali (awi tali) yaitu bambu yang biasa dibuat tali karena kekuatan seratnya.
Gambar 2.18 Bambu
29
e. Particle board Particle board adalah panel yang terbuat dari partikel / bubuk kayu yang disatukam dengan pengeleman dan dipres. Material ini cukup kuat dipakai untuk mebel tanpa rangka dengan teknik dan perlakuan relatif sama seperti bahan dari plywood, cocok dipakai untuk desain yang berbentuk dasar kotak seperti meja, rak dan lemari. Terdapat
bermacam-macam
jenis
particle
board
berdasarkan tingkat kepadatan (densitas) partikelnya. Yang umum dipakai untuk bahan mebel adalah jenis MDF (Medium Density Fiber) dan HDF (High Density Fiber). Permukaan particle board biasanya diberi lapisan plastik melamik dengan berbagai warna atau motif. Sistem konstruksi mebel dari bahan ini umumnya knock-down atau dapat dibongkar pasang.
f. Logam Pemakaian bahan logam antara lain besi, stainless steel, alumunium, dan lain-lain. Sebagai bahan mebel, besi telah lama dipakai terutama untuk street furniture atau mebel taman. Hal ini karena sifat besi yang cukup kuat sehingga tahan terhadap cuaca. Salah satu ciri desain mebel modern adalah penggunaan logam yang dominan terutama untuk bagian struktur.
Gambar 2.19 Stainless Steel
30
g. Plastik Material plastik cocok digunakan untuk membuat desain lengkung tiga dimensi. Pertama kali teknologi material ini dipakai untuk perahu. Bahan PVC cetakan memungkinkan metode konstruksi furnitur dari bahan plastik. Kekuatannya terletak pada tekanan udara yang menjaga bentuk tetap. Busa Polyurethane dapat dipakai untuk membentuk dudukan tanpa rangka. Jenis material berbahan dasar plastik yang umum dipakai untuk bahan industri termasuk bahan untuk bagian mebel antara lain Thermoplastics
ABS,
Acrylic,
Nylon,
Polythylene,
Polypropylene, PVC, Polystyrenes, Thermoset plastics (Alkyds, Aminos, Epoxy, Fiberglass, Laminates, Neoprene), Phenolics, Polyester, Polyurethane.
Gambar 2.20 Kursi dari bahan Polypropylene
31
h. Kertas Kertas (diperkuat dengan plastik atau kain / fabric) dipakai untuk mebel “pop” yang banyak dibuat untuk memperkenalkan gaya hidup post-modern, mobilitas sosial dan kebebasan intelektual dan sebagai upaya penentangan terhadap gaya tradisional kelas masyarakat dengan gaya historisnya. Bentuk yang umum dengan bahan kertas sangat terbatas, biasanya dalam bentuk silinder atau kerucut (cone).
Gambar 2.21 Furnitur dari bahan kardus
32
II.2. Tinjauan Khusus
II.2.i. Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak Umur 4 - ≤ 6 tahun Adapun kualifikasi untuk penilaian perkembangan anak umur 4- - ≤ 6 tahun adalah sebagai berikut : Tingkat Pencapaian Perkembangan Lingkup Perkembangan I.
Nilai-nilai Agama
dan
Moral
Umur 4 - < 5 tahun
Umur 5 - ≤ 6 tahun
1. Mengenal Tuhan melalui 1. Mengenal agama yang dianut. agam yang dianutnya. 2. Meniru
2. Membiasakan diri beribadah.
gerakan
beribadah.
perilaku
mulia
(jujur, penolong, sopan, hormat,
3. Mengucapkan sebelum
3. Memahami
doa
dan
sesudah
/
atau
melakukan
sesuatu. 4. Mengenal
perilaku
baik/sopan dan buruk. 5. Membiasakan
diri
dsb). 4. Membedakan perilaku baik dan buruk. 5. Mengenal ritual dan hari besar agama. 6. Menghormati agama orang lain.
berperilaku baik. 6. Mengucapkan salam dan membalas salam. II.
Fisik
1. Motorik Kasar
1. Menirukan
gerakan 1. Melakukan
gerakan
tubuh
terkoordinasi
untuk
binatang, pohon tertiup
secara
angin, pesawat terbang,
melatih
dsb.
keseimbangan, dan kelincahan.
2. Melakukan
kelenturan,
gerakan 2. Melakukan koordinasi gerakan
menggantung
kaki-tangan-kepala
dalam
(bergelayut).
menirukan tarian atau senam.
33
3. Melakukan
gerakan 3. Melakukan
melompat, meloncat, dan berlari
secara
terkoordinasi.
permainan
fisik
dengan aturan. 4. Terampil menggunakan tangan kanan dan kiri.
4. Melempar sesuatu secara terarah.
5. Melakukan kegiatan kebersihan diri.
5. Merangkap
sesuatu
secara tepat. 6. Melakukan
gerakan
antisipasi. 7. Menendang
sesuatu
secara terarah. 8. Memanfaatkan
alat
permainan di luar kelas. 2. Motorik Halus
1. Membuat garis vertikal, 1. Menggambarkan horizontal,
lengkung
kiri/kanan,
miring
kiri/kanan, dan lingkaran.
2. Meniru bentuk.
berbagai media dan kegiatan.
3. Mengkoordinasikan mata tangan
gagasannya.
3. Melakukan eksplorasi dengan
2. Menjiplak bentuk.
dan
untuk
melakukan gerakan yang
4. Menggunakan alat tulis dengan benar. 5. Menggunting
rumit. 4. Melakukan gerakan yang
untuk 6. Menempel
menghasilkan
suatu
menggunakan
dengan berbagai
sesuai
dengan
gambar
dengan
pola.
manipulatif
bentuk
sesuai
tepat. 7. Mengekspresikan diri melalui gerakan
menggambar
secara
34
media.
detail.
5. Mengekspresikan dengan
diri
berkarya
menggunakan
seni
berbagai
media. 8. Kesehatan Fisik
1. Memiliki
kesesuaian 1. Memiliki kesesuaian antara usia
antara usia dengan berat badan.
2. Memiliki kesesuaian antara usia
2. Memiliki
kesesuaian
antara usia dengan tinggi badan.
dengan tinggi badan. 3. Memiliki
kesesuaian
antara
tinggi dengan berat badan.
3. Memiliki antara
dengan berat badan.
kesesuaian tinggi
dengan
berat badan. III.
Kognitif
A. Pengetahuan Umum dan Sains
1. Mengenal
benda 1. Mengklasifikasi
berdasarkan fungsi (pisau untuk memotong, pensil untuk menulis). 2. Menggunakan
benda sebagai permainan simbolik (kursi sebagai mobil).
2. Menunjukkan
aktivitas
eksploratif
yang dan
menyelidik (seperti: apa yang terjadi ketika air ditumpahkan). 3. Menyusun
perencanaan
kegiatan yang akan dilakukan.
3. Mengenal gejala sebabakibat
berdasarkan fungsi.
bersifat benda-
benda
yang
terkait
dengan dirinya.
4. Mengenal sebab-akibat tentang lingkungannya (angin bertiup menyebabkan daun bergerak,
4. Mengenal
konsep
sederhana
dalam
kehidupan
sehari-hari
(gerimis, hujan, gelap,
air dapat menyebabkan sesuatu menjadi basah). 5. Menunjukkan inisiatif dalam memilih
tema
permainan
35
terang, termaram, dsb). 5. Mengkreasikan sesuai
sesuatu
dengan
(seperti:
“ayo
kita
bermain
pura-pura seperti burung”).
idenya 6. Memecahkan
sendiri.
sederhana
masalah
dalam
kehidupan
sehari-hari. B. Konsep bentuk, 1. Mengklasifikasikan warna,
ukuran
dan pola
benda
1. Mengenal
berdasarkan
perbedaan
berdasarkan
ukuran:
bentuk atau warna atau
dari”;
ukuran.
“paling/ter-“.
ke
kelompok atau
dari”;
2. Mengklasifikasikan
2. Mengklasifikasikan benda
“kurang
“lebih
dalam
yang
sama
kelompok
yang
sejenis atau kelompok yang berpasangan dengan 2 variasi.
dan
benda
berdasarkan warna, bentuk, dan ukuran (3 variasi). 3. Mengklasifikasikan benda yang lebih
banyak
kelompok
yang
ke
dalam
sama
atau
kelompok yang sejenis, atau
3. Mengenal pola AB-AB
berpasangan
yang
lebih dari variasi.
dan ABC-ABC. 4. Mengurutkan berdasarkan
kelompok
benda 4. Mengenal pola ABCD-ABCD. 5
seriasi
ukuran atau warna.
5. Mengurutkan
benda
berdasarkan ukuran dari paling kecil ke paling besar atau sebaliknya.
C. Konsep
1. Mengetahui
bilangan,
banyak dan sedikit.
lambang bilangan huruf.
konsep 1. Menyebutkan lambang bilangan
dan
2. Membilang benda
satu
banyak 2. Mencocokkan bilangan dengan sampai
sepuluh. 3. Mengenal
1-10.
lambang bilangan. 3. Mengenal
konsep
lambang
berbagai huruf
macam
vokal
dan
36
bilangan.
konsonan.
4. Mengenal
lambang
bilangan. 5. Mengenal
lambang
huruf. IV.
Bahasa A. Menerima bahasa
1. Menyimak
perkataan 1. Mengerti
orang lain (bahasa ibu atau bahasa lainnya).
perintah
secara bersamaan. 2. Mengulang kalimat yang lebih
2. Mengerti dua perintah yang
beberapa
diberikan
bersamaan.
kompleks. 3. Memahami aturan dalam suatu permainan.
3. Memahami cerita yang dibacakan. 4. Mengenai pembendarahaan
kata
mengenai
sifat
kata
(nakal, pelit, baik hati, berani, baik, jelek, dsb). B. Mengungkap kan bahasa
1. Mengulang
kalimat 1. Menjawab
yang
lebih kompleks.
sederhana.
pertanyaan 2. Menyebutkan
2. Menjawab
kelompok
gambar yang memiliki bunyi
sederhana.
yang sama.
3. Mengungkapkan perasaan
pertanyaan
dengan
kata 3. Berkomunikasi
secara
lisan,
sifat (baik, senang, nakal,
memiliki perbendaharaan kata,
pelit, baik hati, berani,
serta mengenal simbol-simbol
baik, jelek, dsb).
untuk
4. Menyebutkan
kata-kata
persiapan
membaca,
menulis dan berhitung.
37
yang dikenal.
4. Menyusun kalimat sederhana
5. Mengutarakan pendapat kepada orang lain. 6. Menyatakan
alasan
terhadap
yang
sesuatu
diinginkan
atau
ketidaksetujuan. 7. Menceritakan
dalam struktur lengkap (pokok kalimat-predikat-keterangan). 5. Memiliki lebih banyak katakata untuk mengekspresikan ide pada orang lain. 6. Melanjutkan sebagian cerita/
kembali
cerita / dongeng yang
dongeng
yang
telah
diperdengarkan.
pernah didengar. C. Keaksaraan
1. Mengenal simbol-simbol. 1. Menyebutkan 2. Mengenal
suara-suara
simbol-simbol
huruf yang dikenal.
hewan/ benda yang ada 2. Mengenal suara huruf awal dari nama benda-benda yang ada di
di sekitarnya. 3. Membuat coretan yang
sekitarnya. 3. Menyebutkan
bermakna.
gambar
4. Meniru huruf.
kelompok
yang
memiliki
bunyi/huruf awal yang sama. 4. Memahami
hubungan
antara
bunyi dan bentuk huruf. 5. Membaca nama sendiri. 6. Menuliskan nama sendiri. V.
Sosial emosional
1. Menunjukkan
sikap 1. Bersikap
mandiri dalam memilih kegiatan. 2. Mau berbagi, menolong, dan membantu teman.
kooperatif
dengan
teman. 2. Menunjukkan sikap toleran. 3. Mengekspresikan emosi yang sesuai dengan kondisi yang ada
38
3. Menunjukkan antusiasme dalam
melakukan
permainan
kompetitif
(senang-sedih-antusias dsb). 4. Mengenal tata krama dan sopan santun
secara positif.
dengan
nilai
sosial budaya setempat.
4. Mengendalikan perasaan. 5. Menaati
aturan
yang
berlaku
dalam
suatu
permainan. 6. Menunjukkan
sesuai
rasa
percaya diri. 7. Menjaga diri sendiri dari lingkungannya. 8. Menghargai orang lain.
5.
Memahami
peraturan
dan
disiplin. 6. Menunjukkan rasa empati. 7. Memiliki sikap gigih (tidak mudah menyerah). 8. Bangga terhadap hasil karya sendiri. 9. Menghargai keunggulan orang lain.
Tabel 2.1 Tabel Tingkat Pencapaian Anak Umur 4 – 6 tahun
39
II.2.ii. Interior untuk Taman Kanak-Kanak
De Chiara (1980:163), lingkungan kelas hendaknya mendukung perkembangan yang kondusif terhadap program yang berisikan tujuan-tujuan pendidikan, contohnya: anak dapat mengalami kesulitan dalam belajar di lingkungan yang gaduh atau karena ia duduk di posisi yang tidak nyaman bila dibandingkan dengan mereka yang berada di lingkungan kelas yang tenang dan penuh perhatian. Ruang yang baik untuk perkembangan anak-anak TK, yaitu ruangan yang menyediakan area-area aktivitas tersendiri yang meliputi entry zone, messy zone, active zone, dan quiet zone (Olds, 2000:349). Penggunaan unsur-unsur interior tidak boleh terlalu dominan terhadap unsur lainnya, melainkan seimbang atau sesuai prinsip-prinsip perancangan interior, supaya tidak menimbulkan kekacauan di dalam ruangan (Laksmiwati, 1989). Unsur-unsur perancangan tersebut meliputi garis, bentuk, motif, tekstur, ruang, warna, penerangan, akustik, dan bahan. Adapun prinsipprinsip perancangan interior meliputi harmoni atau keselarasan, proporsi, keseimbangan, irama dan titik berat. Para psikolog telah melakukan beberapa eksperimen yang telah dapat dibuktikan bahwa penggunaan warna yang tepat untuk sekolah dapat meningkatkan proses belajar mengajar, baik bagi siswa maupun gurunya. Suatu lingkungan yang dirancang dengan baik, bukan hanya memberi kemudahan belajar, tetapi juga dapat mengurangi masalah-masalah perilaku yang negatif (Darmaprawira, 2002:133). Menurut Olds (2000:231), penyelesaian interior (finishing) berpengaruh sangat besar terhadap anak-anak daripada desain bangunan secara keseluruhan. Demikian pula jenis bahan yang digunakan dalam penyelesaian interior dapat menentukan respon anakanak terhadap interior. Penyelesaian interior tersebut, antara lain meliputi tekstur, lantai, plafon, dinding, tanda dan seni, serta perabot.
40
II.2.iii. Pengaruh warna untuk furnitur anak
Warna merupakan aspek yang dapat memengaruhi penampilan visual suatu ruang. Warna juga dapat mengkamuflase sesuatu, misalnya ruangan yang sempit dapat terlihat lebih luas dan sesuatu yang mempunyai proporsi kurang bagus menjadi bagus (John F. Pile, 1995). Suasana suatu ruang ditentukan oleh warna. Menurut John Ombased Simonds, warna membantu segi visualisasi dan kesan psikologi untuk penampilan karakteristik suatu ruang. Warna adalah salah satu sarana kita untuk melatih keutuhan persepsi merekaterhadap ruang, karena berbagai kombinasinya dapat menghasilkan sejumlah petunjuk bagi anak-anak untuk memperkirakan jarak dan kedalaman. Dengan demikian prosesnya harus dibalik. Jangan dimulai dari apa yang kita inginkan untuk anak-anak kita, melainkan apa yang sebaiknya diberikan kepada mereka. Misalnya, apabila kita ingin mencegah mereka bergerak terlalu jauh ke satu arah tertentu di dalam ruang, maka dinding di arah tersebut kita beri warna yang tidak menarik mereka ke situ. Demikian pula sebaliknya. Penggunaan warna yang tepat untuk sekolah dapat meningkatkan proses belajar mengajar untuk siswa maupun gurunya. Suatu lingkungan yang dirancang dengan baik bukan hanya memberi kemudahan belajar tetapi juga dapat mengurangi masalah-masalah perilaku yang negatif. Hal ini disebabkan warna menimbulkan kesan-kesan tertentu dalam menciptakan suasana ruang, dan warna dapat menimbulkan pengaruh terhadap jiwa anak-anak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Misalnya perasaan gelisah, nyaman, panas, dan sebagainya. Karena hal-hal tersebut, perlu diketahui pengaruh warna-warna tertentu terhadap anak-anak. Dengan demikian, kita dapat memperkecil bahkan mencegah terjadinya kesalahan di dalam menempatkan warna-warna yang mempunyai pengaruh negatif, khususnya terhadap perkembangan fisik dan mental anak.
41
Peran warna dalam mendukung program belajar mengajar di Taman Kanak-Kanak tidak hanya dalam hal menciptakan suasana emosional saja, akan tetapi dalam banyak hal warna dapat berperan, antara lain: •
Stimuli, warna berperan sebagai stimuli (rangsangan), dengan menggunakan warna-warna cerah yang disukai anak dan menarik perhatian seperti merah, kuning, dan oranye pada sarana pembelajaran, akan merangsang anak untuk beraktivitas dan berimajinasi.
•
Evaluasi perkembangan anak, warna merupakan sebuah elemen penting untuk mengevaluasi perkembangan anak. Misalnya anakanak diberi benda-benda dengan bentuk yang sama tetapi warna berbeda atau sebaliknya bentuk beda dan warna sama,teka-teki, berbagai figur, dan sebagainya.
•
Memfokuskan
dan
mengalihkan
perhatian,
bila
ingin
memfokuskan anak pada sesuatu, berilah warna yang menarik perhatian dan sebaliknya bila ingin mengalihkan perhatian, berilah warna-warna yang tidak menarik perhatian anak, seperti warna coklat atau abu-abu. •
Mengatur ruang agar tampak lebih luas atau mengecil, warna dingin bila digunakan untuk mewarnai ruangan akan memberikan ilusi jarak, akan terasa mundur. Sebaliknya warna hangat, terutama
keluarga
merah
akan
terasa
seolah-olah
maju,
memberikan kesan jarak yang lebih pendek. Warna-warna cerah membuat obyek kelihatan lebih besar dan ringan daripada sesungguhnya. Sementara warna gelap membuat mereka terlihat lebih kecil dan berat. •
Menciptakan
rasa
hangat,
sebagaicontohpenggunaankomposisi
dingin,
tenang,danriang,
warna-warna
cerahdan
warna-warna kontras pada ruang akan menciptakan suasana gembira atau riang.
42
Kebutuhan Anak
Suasana Ruang
Warna
dalam Ruang Rasa Bebas
Fleksibel, tidak terlalu padat
Rasa Aman
Tidak menakutkan,
Tidak menyilaukan,
menegangkan
sehingga tidak menyebabkan: •
Mata cepat lelah
•
Sakit kepala
•
Tegang
Dibutuhkan warna-warna pastel (warna dicampur dengan putih sehingga nilai dan intensitas warna lemah sampai sedang) Rasa nyaman,
Suasana hangat
hangat
Komposisi warna-warna hangat dengan intensitas rendah
Rangsang,
Suasana hangat, meriah
•
merangsang anak
Warna-warna hangat
untuk beraktifitas, gembira dan
•
Komposisi warna kontras
kreatif. •
Komposisi warnawarna terang
Tabel 2.2 Pengaruh Warna Dalam Ruang
43
Pentingnya unsur warna bagi anak-anak diungkapkan oleh Crow (1995) bahwadalam menciptakan suasana suatu ruangan, faktor warna dan bentuk merupakanpenampilan pertama yang dapat dinikmati, sebab kedua faktor ini langsung berhubungandengan penglihatan tanpa melalui proses penghayatan terlebih dahulu. Bagi anak-anakyang mempunyai taraf
penghayatan
yang
masih
terlalu
sederhana,
maka
yang
dapatdinikmati sebagai unsur suasana hanyalah faktor warna dan bentuk saja.Sedangkan Sharpe (1974:8) mengatakan bahwa anak usia prasekolah umumnyalebih menyukai warna daripada bentuk (color dominance) dan warna dapat digunakansebagai dasar stimuli. Bahwa warna secara psikologis mempunyai pengaruh yang kuat terhadap anak, diungkapkan Verner: The psychological effect that color has on children is very powerful.
II.2.iv. Psikologi anak dalam sekolah
Menurut Elizabeth Hurlock (1995:8), kondisi sekolah juga mempengaruhi perkembangan kreativitas. Apabila tidak menguntungkan, kondisi ini dapat menghambat rangsangan kreativitas yang disediakan dalam lingkungan rumah yang baik. Inilah salah satu alasan mengapa usia masuk sekolah merupakan "periode kritis" bagi perkembangan kreativitas. Di
antara
banyak
kondisi
sekolah
yang
mengganggu
perkembangan kreativitas ialah kelas dengan jumlah murid yang sangat besar yang menuntut adanya disiplin kaku; tekanan kuat pada proses menghafal; larangan terhadap apa saja yang tidak sesuai dengan yang orisinal; acara kegiatan kelas yang terjadwal ketat; disiplin keras dan otoriter, dan keyakinan para guru bahwa anak yang kreatif lebih sulit ditangani dan pekerjaan mereka sukar dinilai dibandingkan pekerjaan anak biasa. Apabila para guru menganggap prestasi akademik sebagai satu-satunya jalan bagi keberhasilan dalam kehidupan, hambatan terhadap ekspresi kreatif mungkin sangat besar.
44
Konsep ruang umum bagi kanak-kanak yang diusung Elizabeth Hurlock (1995:52) adalah sebagai berikut : 1. Bentuk Geometrik Seorang bayi usia 6 bulan dapat membedakan antara bentuk geometrik sederhana seperti lingkarang, segi empat, dan segi tiga. Pada usia 2 tahun, konsep anak mengenai bentuk cukup berkembang sehingga mereka dapat memasukkan bentuk-bentuk geometrik dalam papan berlubang. Setahun kemudian mereka dapat mencocokkan benda berdasarkan bentuknya.
2. Berbagai bentuk benda Konsep ukuran dari berbagai bentuk benda, misalnya bintang dan persegi, belum berkembang baik sampai sesudah anak masuk sekolah dan diajarkan bagaimana melawan ilusi.
3. Ukuran relatif Konsep ukuran relatif tampak pertama kali antara usia 3 dan 4 tahun ketika anak dapat memilih benda terbesar dan terkecil dari sejumlah benda. Pada usia 9 tahun anak dapat dengan akurat menunjukkan ukurang sedang, seperti mereka dapat menunjukkan yang terbesar dan yang terkecil.
4. Kanan dan kiri
Sampai usia 7 atau 8 tahun, anak tidak membedakan kanan dan kiri; mereka dapat menerapkan konsep tersebut pada tangan, lengan, dan kaki mereka namun tidak pada benda. Sejak itu sampai usia 10 atau 11 tahun, mereka mengembangkan pembedaan kanan dan kiri secara konkret dan dapat menerapkannya pada benda di luar diri mereka.
45
5. Arah Bahkan anak sekolah dasar pun mendapat kesulitan mengidentifikasikan arah, kecuai arah yang pokok, dan menggambarkan lokasi. Konsep arah secara bertahap meningkat menjelang masa remaja.
6. Jarak Kemampuan menilai jarak berkembang dengan lambat karena anak harus belajar menggunakan petunjuk seperti ukuran relatif benda yang dikenal, misalnya rumah yang jauh dan kejelasan detil.
7. Kedalaman Persepsi tentang kedalaman berkembang lambat. Bahkan pada usia masuk sekolah, kebanyakan anak tidak dapat melihat tiga dimensi dalam benda.
46
II.2.v. Jenis Kayu yang Ringan
Setiap jenis kayu memiliki sifat fisik bervariasi yang menentukan kualitas dan fungsi dari kayu tersebut. Kayu lunak (softwood) misalnya lebih dipilih untuk menjadi kertas karena mudah dihancurkan dan dijadikan pulp. Sedangkan kayu keras (hardwood) digunakan sebagai tiang bangunan. Semakin baik suatu kayu diukur dari kelasnya, dari keteguhan lengkung mutlak (klm) dan keteguhan tekan mutlak (ktm). Pengukuran keteguhan lengkung mutlak suatu kayu diukur dari kelenturan suatu kayu, dan pengukuran keteguhan tekan multak suatu kayu diukur dari kekuatan kayu saat ditekan.
Jenis Kayu
Sungkai
Mahoni
Jati
MerantiPutih
Kapur
Sonokembang
Sonokeling
Berat
Kelas
Jenis
Kuat
0,63 g/cm3 0,64 g/cm3 0,70 g/cm3 0,66 g/cm3 0,81 g/cm3 0,81 g/cm3 0,90 g/cm3
II-III
Kekerasan Sedang keras
Tekstur
Agak kasar
Serat Lurus dan bergelombang
Sifat Pengerjaan Mudah
II-III
Sedang
Sedang
Lurus
Sedang
II
Sedang
Agak kasar
Berpadu
Mudah
II-III
II-III
I-II
II
Lunak sedang
Sedang
Lurus, Agak kasar bergelombang, atau
Agak sukar
berpadu Agak kasar dan merata
Lurus atau berpadu
Agak sukar
Sedang
Halus s/d
Lurus, berpadu,
Sangat
keras
agak kasar
ataubergelombang
mudah
Sangat keras
Sangat halus
Tabel 2.3 Jenis Kayu dan Kelasnya
Lurus dan berpadu
Sedang s/d berat
47
Kelas
Berat Jenis
Kayu
Klm
Ktm
(kg/cm2)
(kg/cm2)
I
0,90
1.100
650
II
0,60 - <0,90
725 - <1.100
425 - < 650
III
0,40 - <0,60
500 - <725
300 - < 425
IV
0,30 - < 0,40
300 - < 500
215 - < 300
V
< 0,30
< 300
< 215
Tabel 2.4 Berat Jenis Kayu
II.2.vi. Jenis dan macam-macam sambungan kayu
Sambungan kayu adalah dua batang kayu atau lebih yang disambungkan satu sama lain sehingga menjadi satu batang kayu yang panjang. Sambungan kayu secara garis besar dapat dibagi menjadi 3 kelompok : i. Sambungan Memanjang j. Sambungan Melebar k. Sambungan Menyudut
Jenis-jenis sambungan kayu yang sering kita temui adalah sbb: 1. Mortise and Tenon Joint Sambungan ini sudah sering dipakai oleh tukang kayu dalam
pembuatan
furnitur.
Biasanya
dipakai
untuk
menyambungkan bagian yang memiliki kemiringan 90 derajat. Dasar dari sambungan ini adalah 2 komponen utama yaitu, lubang mortise dan lidah tenon. Lubang mortise dibuat seukuran
dengan
ukuran
lidah
tenon
sehingga
dapat
disambungkan, lalu joint ini dapat dilem atau dipaku untuk mengencangkannya.
48
Gambar 2.22 Mortise and Tenon Joint
2. Bridle Joint / Open Mortise and Tenon Joint Sambungan ini mirip dengan sambungan mortise dan tenon, akan tetapi perbedaannya terletak dibagian tenon dilubangi sampai ujung.
Gambar 2.23 Bridle Joint / Open Mortise and Tenon Joint
49
3. Dovetail Joint Teknik sambungan yang sering digunakan untuk pembuatan furnitur karena ketahanannya.
Sambungan
dovetail ini biasa dipakai pada sisi ujung laci di bagian depan. Sambungan ini dibuat dengan satu bagian memiliki pin berbentuk trapesium, dan bagian lainnya dilubangi seukuran dengan pin tersebut.
Gambar 2.24 Dovetail Joint
4. Finger Joint Sambungan ini sering disebut sambungan sisir atau sambungan kotak. Sambungan ini terdiri dari bagian persegi yang dipotong menjadi 2 potong kayu yang nantinya akan disambungkan dan dilem. Sambungan ini disebut sambungan jari karena memiliki kesamaan dengan jari yang disilangkan satu sama lain.
Gambar 2.25 Finger Joint
50
5. Dowell Joint Sambungan ini merupakan sambungan yang sering kita lihat dalam menyambungkan 2 batang kayu dengan cara melubangi 2 batang kayu tersebut seukuran dengan pin dowell yang berukuran kecil, lalu pin kecil tersebut ditancapkan pada salah satu batang kayu tersebut dan diujung pin kecil tersebut disambungkan dengan batang kayu lainnya.
Gambar 2.26 Dowell Joint
6. Splice Joint Sambungan ini adalah salah satu cara untuk menyambung 2 batang kayu yang berbeda jika materialnya tidak mencapai panjang yang diinginkan. Caranya dengan memotong bagian kayu yang akan disambungkan, lalu bagian kayu yang akan menjadi perpanjangannya harus dipotong juga sesuai dengan besar kayu yang dipotong dan ditaruh dibagian atas / bawah potongan kayu.
Gambar 2.27 Splice Joint
51
7. Miter Joint Sambungan ini sering disebut juga sebagai sambungan verstek. Dari luar hanya kelihatan garis potong yang membagi dua kayu pada sudut yang sama. Sangat cocok untuk konstruksi bidang persegi atau bujursangkar yang mengutamakan estetika tampak luar. Sambungan ini sering digunakan pada frame, pintu atau top table.Kesulitan yang akan timbul pada jenis sambungan ini adalah masalah presisi sudut pemotongan. Dari segi pengerjaannya-pun lebih sulit karena harus membuat lubang untuk menyambung antar kayu.
Gambar 2.28 Miter Joint
52
II.2.vii. Ergonomi untuk furnitur anak
Menurut Depdikbud (1992:9-12), furnitur merupakan kebutuhan penting bagi penyelenggaraan TK. Jenis dan ukuran perabot disesuaikan dengan kebutuhan pelaksanaan pendidikan dan anak didik TK. Perabotperabot (meja, kursi, rak untuk alat pendidikan, dan rak simpan untuk barang milik anak didik) tersebut hendaknya dicat dengan warna muda yang menarik atau
dengan
plitur
biasa.
Adapun
ukuran-ukuran
perabot
yang
direkomendasikan yaitu:
a. Meja anak (P: 120cm, L: 75cm, dan T: 47-50cm) b. Kursi anak (P: 32-35cm, L: 27-30cm, dan T: 30cm) c. Rak untuk alat pendidikan (P: 150cm, L: 40cm, dan T: 65cm) d. Rak simpan barang milik anak didik (loker) merupakan rak besar yang berkotak-kotak. Adapun ukuran tiap-tiap kotak tersebut yaitu (P: 30cm, L: 30cm, dengan panjang P:120cm, dan tinggi: 90cm (3 tingkat), serta kedalaman 35cm).
Gambar 2.29 Ergonomi yang diukur untuk pembuatan kursi dan meja anak