BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1
Tinjauan Umum
2.1.1 Revitalisasi Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 18/PRT/M/2010 Tentang Pedoman Revitalisasi Kawasan, Revitalisasi adalah upaya untuk meningkatkan nilai lahan/kawasan melalui pembangunan kembali dalam suatu kawasan yang dapat meningkatkan fungsi kawasan sebelumnya (pasal 1 ayat 1). Revitalisasi juga merupakan upaya memvitalkan kembali suatu kawasan yang tadinya mempunyai peran yang cukup baik didalam kehidupan ekonomi kota, kemudian mengalami perubahan kualitas lingkungan, kemerosotan/kemunduran, oleh karena kondisi sarana dan prasarana kota tersebut tidak dapat berfungsi lagi sebagai wadah yang layak bagi kegiatan ekonomi kota (Danisworo. M, 1988). Revitalisasi mempunyai arti menghidupkan kembali kegiatan sosial dan ekonomi bangunan dan lingkungan bersejarah yang sudah kehilangan vitalitas fungsi aslinya, dengan cara memasukkan fungsi baru kedalamnya sebagai daya tarik, agar bangunan atau lingkungan tersebut menjadi hidup kembali (Harastoeti, 1999:20). Berdasarkan pengertian diatas, Revitalisasi Kawasan adalah upaya untuk menghidupkan kembali kegiatan sosial dan ekonomi kawasan mati, yang pada masa silam pernah hidup, dan mengembangkan potensi kawasan sebuah kota sehingga diharapkan dapat memberikan peningkatan kualitas lingkungan kota yang berdampak pada kualitas kesehatan dari penghuninya. Revitalisasi dilakukan karena kondisinya yang tidak terawat baik dan fungsinya telah berubah kumuh.
2.1.2 Pendekatan Dalam Revitalisasi Revitalisasi dapat dikatakan sebagai salah satu pendekatan dalam meningkatkan vitalitas suatu kawasan kota yang dapat berupa: a.
Penataan kembali pemanfaatan lahan dan bangunan.
b.
Renovasi kawasan maupun bangunan-bangunan yang ada, sehingga dapat ditingkatkan dan dikembangkan nilai ekonomis dan sosialnya.
c.
Rehabilitasi kualitas lingkungan hidup.
d.
Peningkatan intensitas pemanfaatan lahan dan bangunannya.
13
14 Revitalisasi tidak hanya menyangkut masalah konservasi bangunan dan kawasan bersejarah saja, tetapi lebih kepada upaya untuk mengembalikan atau menghidupkan kembali kawasan dalam konteks kota yang tidak berfungsi atau menurun fungsinya agar berfungsi kembali. Keberhasilan pendekatan revitalisasi dalam suatu kawasan dipengaruhi oleh aspek sosial dan karakteristik kawasan yang merupakan image atau citra suatu kawasan, bukan pada ide atau konsep yang diterapkan tanpa penyesuaian dengan lingkungan kawasan tersebut.
2.1.3 Tahapan Revitalisasi Pelaksanaan revitalisasi melalui beberapa tahapan, dimana masing-masing tahapan memberikan upaya untuk mengembalikan atau menghidupkan kawasan dalam konteks perkotaan. Tahapan revitalisasi menurut Danisworo (2000) adalah sebagai berikut: 1.
Intervensi fisik. Kegiatan fisik revitalisasi dan dilakukan secara bertahap, meliputi perbaikan
dan peningkatan kualitas dan kondisi fisik bangunan, tata hijau, sistem penghubung, sistem tanda/reklame dan ruang terbuka kawasan. Citra kawasan sangat erat kaitannya dengan kondisi visual kawasan, khususnya dalam menarik minat pengunjung untuk berwisata kembali, intervensi fisik ini perlu dilakukan. Isu lingkungan (environmental sustainability) pun menjadi penting, sehingga intervensi fisik harus memperhatikan konteks lingkungan. Perencanaan fisik tetap harus didasarkan pada perancangan jangka panjang. 2.
Rehabilitasi ekonomi. Revitalisasi yang diawali dengan proses peremajaan artefak urban harus
mendukung proses rehabilitasi kegiatan ekonomi. Perbaikan fisik kawasan yang bersifat jangka pendek, diharapkan bisa mengakomodasi kegiatan ekonomi informal dan formal (local economic development), sehingga mampu memberikan nilai tambah bagi kawasan kota (P. Hall/U. Pfeiffer, 2001). Dalam konteks revitalisasi perlu dikembangkan fungsi campuran yang bisa mendorong terjadinya aktivitas ekonomi dan sosial (vitalitas baru).
15 3.
Revitalisasi sosial/institusional Keberhasilan revitalisasi sebuah kawasan akan terukur bila mampu
menciptakan lingkungan yang menarik (interesting), jadi bukan sekedar membuat beautiful place. Maksudnya, kegiatan tersebut harus berdampak positif serta dapat meningkatkan dinamika dan kehidupan sosial masyarakat/warga (public realms). Sudah menjadi sebuah tuntutan yang logis, bahwa kegiatan perancangan dan pembangunan kota untuk menciptakan lingkungan sosial yang berjati diri (place making) dan hal ini pun selanjutnya perlu didukung oleh suatu pengembangan institusi yang baik.
2.1.4 Aspek Revitalisasi Revitalisasi
termasuk
bagian
dari
upaya
perancangan
kota
untuk
mempertahankan warisan fisik masa lampau yang memiliki nilai estetika-arsitektural. Revitalisasi fisik diyakini dapat meningkatkan kondisi fisik (termasuk juga ruangruang publik) kota. Untuk itu, diperlukan perbaikan dan peningkatan aktivitas ekonomi (economic revitalization) yang merujuk kepada aspek sosial-budaya serta aspek lingkungan (environmental objectives). Hal ini diperlukan karena melalui pemanfaatan yang produktif, diharapkan akan terbentuklah sebuah mekanisme perawatan dan kontrol jangka panjang terhadap keberadaan fasilitas dan infrastruktur kota. Skala revitalisasi ada tingkatan makro dan mikro. Proses revitalisasi sebuah kawasan mencakup perbaikan aspek fisik, aspek ekonomi dan aspek sosial. Pendekatan revitalisasi harus mampu mengenali dan memanfaatkan potensi lingkungan (sejarah, makna, keunikan lokasi dan citra tempat) (Danisworo, 2002). Revitalisasi sendiri bukan sesuatu yang hanya berorientasi pada penyelesaian keindahan fisik saja, tapi juga harus dilengkapi dengan peningkatan ekonomi masyarakatnya serta pengenalan budaya yang ada. Untuk melaksanakan revitalisasi perlu adanya keterlibatan masyarakat. Keterlibatan yang dimaksud bukan sekedar ikut serta untuk mendukung aspek formalitas yang memerlukan adanya partisipasi masyarakat, selain itu masyarakat yang terlibat tidak hanya masyarakat di lingkungan tersebut saja, tapi masyarakat dalam arti luas (Laretna, 2002).
16 2.1.5 Tujuan dan Sasaran Revitalisasi Kawasan Tujuan revitalisasi kawasan adalah meningkatkan vitalitas kawasan lama melalui intervensi usulan yang mampu menciptakan pertumbuhan dan stabilitas ekonomi lokal, terintegrasi dengan sistem kota, layak huni, berkeadilan sosial, berwawasan budaya dan lingkungan (Departemen Kimpraswil, 2003:4). Sedangkan sasaran program penataan dan revitalisasi kawasan adalah sebagai berikut: a.
Meningkatkan kegiatan melalui program yang direncanakan agar nantinya mampu mengembangkan penciptaan lapangan kerja, peningkatan jumlah usaha dan variasi usaha serta produktifitas kawasan.
b.
Meningkatkan
stabilitas
ekonomi
kawasan
melalui
program
yang
direncanakan agar nantinya dapat mengembangkan penciptaan iklim yang kondusif bagi kontinuitas dan kepastian usaha, menstimulasi faktor-faktor yang mendorong peningkatan produktifitas kawasan. c.
Meningkatkan nilai properti kawasan dengan mereduksi berbagai faktor luar yang menghambat pada sebuah kawasan sehingga nilai properti kawasan sesuai dengan nilai pasar dan kondusif bagi investasi jangka panjang.
d.
Terintegrasinya kantong-kantong kawasan kumuh yang terisolir dengan sistem jaringan prasarana kota.
e.
Meningkatnya kuantitas dan kualitas prasarana lingkungan seperti jalan dan jembatan, air bersih, drainase, sanitasi dan persampahan serta sarana kawasan seperti pasar, ruang untuk industri, ruang ekonomi informal dan formal, fasilitas budaya dan sosial, dan sarana transportasi.
f.
Meningkatnya fasilitas kelengkapan kenyamanan kawasan guna mencegah proses kerusakan ekologi lingkungan.
g.
Terciptanya konservasi warisan budaya kawasan lama dengan mencegah terjadinya “perusakan diri-sendiri” dan “perusakan akibat kreasi baru”.
2.1.6 Varian Revitalisasi Kawasan Dalam penataan revitalisasi kawasan ada beberapa varian yang harus diperhatikan (Departemen Kimpraswil, 2003:4) sebagai berikut : a.
Integrasi kawasan dengan sistem kota yang meliputi adanya aksesibilitas kawasan, prasarana, sarana dan utilitas kawasan dan transportasi kawasan.
b.
Pembangunan sarana dan prasarana yang meliputi adanya layanan air bersih dalam kawasan, ketersediaan jalan untuk kendaraan dan pejalan kaki dalam
17 kawasan, drainase sanitasi, persampahan, pasar rakyat, industri kecil, pedagang kaki lima, pertokoan/kios, toilet umum, fasilitas sosial dan lain sebagainya. c.
Utilitas kawasan yang meliputi ketersediaan jaringan listrik, gas, telepon dalam kawasan.
d.
Kualitas lingkungan yang meliputi kenyamanan pejalan kaki, desain tapak, ketersediaan perabotan jalan, penanda/signage, estetika dan ekologi lingkungan.
e.
Sosial dan budaya yang meliputi adanya suatu ruang melakukan akitivitas untuk kegiatan sosial dan budaya.
2.1.7 Materi revitalisasi kawasan a.
Studi merupakan kegiatan perencanaan dengan lingkup kegiatan yang setidaknya meliputi:
Kajian kebijakan
Identifikasi potensi dan masalah kawasan dari segi fungsi strategis, vitalitas ekonomi kawasan, kondisi sosial dan budaya, kejelasan kepemilikan dan nilai lahan, akses dan transportasi dari pusat kota, keterkaitan kawasan dengan sistem kota secara spasial, jaringan prasarana sarana dan kegiatan, kepadatan fisik dan penduduk, kualitas lingkungan, fasilitas kenyamanan, pelayanan prasarana sarana serta kelembagaan.
Identifikasi signifikansi budaya dan historis masa lalu yang pernah dimiliki kawasan baik dari segi fungsi kawasan, setting kawasan (tipe bangunan dan bentuk ruang kawasan) maupun adat istiadat.
b.
Identifikasi prioritas revitalisasi kawasan.
Deliniasi kawasan.
Skenario revitalisasi kawasan merupakan kegiatan penyusunan skenario yang mampu meningkatkan:
Produktivitas ekonomi.
Kualitas ruang, bentuk dan lingkungan yang memberdayakan aktivitas sosial, ekonomi dan budaya.
Pengelolaan kawasan agar berkelanjutan.
18 c.
Rencana Revitalisasi berdasarkan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL). Kegiatan bertujuan mengendalikan pemanfaatan ruang dan menciptakan
lingkungan yang tertata, berkelanjutan, berkualitas serta menambah vitalitas ekonomi dan kehidupan masyarakat. Rencana revitalisasi berdasarkan RTBL merupakan kegiatan perencanaan dengan lingkup kegiatan yang setidaknya meliputi, penataan bangunan dan lingkungan dalam tema revitalisasi kawasan. RTBL juga merupakan upaya konservasi kawasan berskala lingkungan dalam dokumen yang disusun sesuai Pedoman RTBL (Permen PU No. 06/PRT/M/2007). Upaya tersebut diharapkan tercapai dengan fokus pada penciptaan ide-ide kreatif sebagai target hijau kawasan yang:
Menciptakan suasana kondusif dalam rangka pembangunan bangunan gedung hijau.
Fokus pada desain lingkungan yang dapat menghemat penggunaan sumber daya tak terbarukan (fossil fuel).
Pendetilan tata cara pelaksanaan ditingkat basis masyarakat untuk mencapai target sasaran ‘hijau’ diwilayahnya.
2.2
Tinjauan Khusus
2.2.1 Ruang Terbuka Hijau Publik Danang
Priatmodjo
menyatakan
bahwa
tempat-tempat
yang
bisa
dikategorikan sebagai ruang publik kota adalah taman (baik berskala kota atau berskala lingkungan), plaza (termasuk lapangan atau alun-alun), serta jalan yang memungkinkan terjadinya arus pejalan kaki dalam jumlah besar (pedestrian) untuk menikmati pemandangan, hiburan, jajanan atau penjualan berbagai jenis barang. Taman adalah daerah hijau publik. Daerah ini umumnya memiliki kelimpahan pohon dan tanaman, rumput dan berbagai fasilitas seperti bangku, taman bermain, air mancur dan peralatan lainnya yang memungkinkan untuk menikmati keindahan alam dan beristirahat. Hamid Shirvani dalam bukunya The Urban Design (1985:7) memasukkan open space sebagai salah satu dari delapan elemen arsitektur kota. Tujuh elemen lainnya adalah tata guna lahan, gubahan massa bangunan, sirkulasi dan parkir, jalur pejalan kaki atau pedestrian dan dukungan aktifitas. Ruang terbuka memang mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembentukan arsitektur kota.
19 Menurut Budihardjo dan Sujarto, “Ruang terbuka merupakan ruang yang direncanakan karena kebutuhan akan tempat-tempat pertemuan dan aktivitas bersama diudara terbuka. Dengan adanya pertemuan bersama dan relasi antara orang banyak, kemungkinan akan timbul bermacam-macam kegiatan diruang umum terbuka tersebut”. Menurut Roger Scurton (1984), “Setiap ruang publik memiliki makna sebagai sebuah lokasi yang didesain seminimal apapun, memiliki akses yang besar terhadap lingkungan sekitar, tempat bertemunya manusia/pengguna ruang publik dan perilaku masyarakat pengguna ruang publik satu sama lain”. Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pada umumnya ruang publik adalah ruang terbuka yang mampu menampung kebutuhan akan tempattempat pertemuan dan aktivitas bersama diudara terbuka. Ruang ini memungkinkan terjadinya pertemuan antar manusia untuk saling berinteraksi, karena pada ruang ini seringkali timbul berbagai kegiatan bersama, maka ruang-ruang terbuka ini dikategorikan sebagai ruang umum.
Gambar 4. Contoh Ruang Terbuka Publik Sumber : Google.com, diakses 18 Maret 2015
20 2.2.2 Fungsi Ruang Terbuka Hijau Publik Berbagai fungsi ruang publik dapat dirasakan manfaatnya dalam perencanaan suatu kota atau kawasan yaitu sebagai berikut: 1.
Fungsi ekologis:
Ruang terbuka sebagai penjaga kualitas lingkungan kota. Dengan adanya penghijauan maka ruang terbuka dapat berfungsi sebagai : -
Paru-paru kota yang menghasilkan banyak O2.
-
Filter debu dan asap kendaraan bermotor, sehingga dapat meminimalisir polusi udara. Tempat penyimpanan air tanah, sehingga mencegah datangnya banjir dan erosi serta menjamin pasokan air tanah.
2.
Peredam kebisingan kota yang padat aktivitas.
Pelestarian lingkungan ekosistem.
Fungsi sosial:
Sebagai sarana olahraga, bermain, dan rekreasi.
Sebagai landmark sebuah kota.
Menambah nilai estetika sebuah lingkungan sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi sebuah kota.
Sebagai pusat interaksi, tempat komunikasi sosial masyarakat baik formal maupun informal.
3.
Fungsi ekonomi:
Sumber produk yang bisa dijual, seperti tanaman bunga, buah, daun, sayur mayur.
Sebagai tempat pedagang kaki lima yang menjajakan makanan dan minuman, pakaian, souvenir, dan jasa entertainment.
4.
Fungsi estetika:
Meningkatkan kenyamanan, memperindah lingkungan kota.
Menstimulasi kreativitas dan produktivitas warga kota.
Pembentuk faktor keindahan arsitektural.
Menciptakan suasana serasi dan seimbang antara area terbangun dan tidak terbangun.
5.
Fungsi sosial dan budaya:
Menggambarkan ekspresi budaya lokal;
Merupakan media komunikasi warga kota;
21
Tempat rekreasi;
Wadah dan objek pendidikan, penelitian, dan pelatihan dalam mempelajari alam.
Dalam suatu wilayah perkotaan, lima fungsi utama ini dapat dikombinasikan sesuai dengan kebutuhan, kepentingan, dan keberlanjutan kota seperti perlindungan tata air, keseimbangan ekologi dan konservasi hayati.
2.2.3 Kriteria Ruang Terbuka Hijau Publik Ruang publik yang berkualitas adalah ruang publik yang dapat memenuhi penggunanya. Terdapat tiga macam kriteria ruang publik secara esensial (Carr, Edy Darmawan, 2006:75) yaitu: 1.
Responsive
: tanggap terhadap kebutuhan dan keingingan pengguna, dan dapat mengakomodasi kegiatan yang ada pada ruang publik tersebut.
2.
Democratic
: menerima dan menghargai hak semua orang dan berbagai lapisan masyarakat untuk menggunakan ruang publik dalam suasana kebebasan dan persamaan derajat, tanpa ada diskriminasi.
3.
Meaningful
: dapat memberikan makna atau arti tertentu bagi masyarakat setempat secara individual maupun kelompok.
2.2.4 Varian Peningkatan Kualitas Ruang Terbuka Hijau Publik Ada beberapa varian yang digunakan didalam penilaian peningkatan kualitas ruang publik, antara lain (Prihastoto, Edy Darmawan, 2006:95): a.
Tanggap terhadap kebutuhan pengguna (aspek needs) yang meliputi:
Kenyamanan
: kondisi iklim pada kawasan, tersedianya tempat duduk/santai, adanyan fasilitas tempat makan dan minum, pencahayaan alam maupun buatan, adanya taman sebagai peneduh.
Relaksasi
: sarana dan prasarana yang ada mendukung ruang publik, adanya rasa keamanan bagi para pengguna.
22
Keterlibatan pasif
: sebagai tempat observasi dan menikmati pemandangan.
Keterlibatan aktif
: sirkulasi manusia dan kendaraan, sebagai tempat komunikasi, sebagai tempat perayaan/event tertentu, tempat bermain anak-anak dan remaja.
b.
Menghargai hak semua orang untuk menggunakan ruang publik dalam
suasana kebebasan dan persamaan derajat (aspek right) yang meliputi: akses fisik, pandangan visual, simbol semua kalangan, ruang multiuse, zonasi aktivitas, melindungi kalangan tertentu. c.
Memberikan makna tertentu secara pribadi, maupun kelompok (aspek
meanings) yang meliputi:
Legability
: hubungan antara sarana dan prasarana yang ada, hubungan sosial, kejelasan suatu batas, sebagai landmark.
Relevansi
: dapat melakukan aktivitas budaya dengan karakter tempat.
Hubungan Individual : elemen bermain untuk anak-anak, tempat untuk melakukan event penting.
Hubungan kelompok : ruang sosial bagi kalangan tertentu.
Hubungan dengan aspek yang lebih luas
:
adanya tempat keramat, adanya hubungan dengan sejarah.
2.2.5 Prinsip Desain Ruang Terbuka Hijau Publik Menurut “Urban System Research and Engineering, Inc. (1971)”, lebih menekankan pada kualitas visual yang dikelompokkan dalam delapan prinsip desain sebagai berikut: 1.
Kelayakan hubungan (fit with setting) Kelayakan hubungan (fit with setting) ini menitikberatkan pada harmoni atau
kecocokan rancangan antara perumahan dan kota yang berkaitan dengan faktor lokal, kepadatan perumahan, warna, bentuk dan material. Disamping itu aspek lain yang harus diperhatikan adalah aspek historis, aspek budaya, komponen yang cocok dengan nilai bangunan, artefak jalan setapak yang unik sehingga dapat mengingatkan kembali bagi setiap orang.
23 2.
Ekspresi dari identitas (expression of identity) Untuk memberikan ekspresi identitas, status, dan nilai-nilai bagi penghuni
dan masyarakat perlu penekanan desain terutama peran warna, material bangunan, dan ekspresi bangunan secara individual. 3.
Pencapaian dan orientasi (access and orientation) Faktor penting yang harus diperhatikan adalah kejelasan dan keamanan dari
pintu masuk; jalan setapak, dan ke arah lokasi fasilitas penting, sehingga semua orang tahu akan kemana dan apa yang akan dilakukan. 4.
Pendukung aktivitas (activity support) Kegiatan masyarakat akan memberi karakter perilaku mereka melalui tanda-
tanda yang di desain khusus termasuk elemen fisik, ukuran, dan lokasi dari sebuah fasilitas yang disediakan. 5.
Pemandangan (views) Menekankan pada pencapaian bangunan-bangunan kearah ruang-ruang
publik (public spaces). 6.
Elemen-elemen alam (natural elements) Menciptakan desain yang memanfaatkan unsur-unsur alam yang ada dilokasi
tapak, misalnya dengan pemanfaatan topografi yang terjal, tanaman penutup, pemanfaatan sinar matahari, air, dan latar belakang pemandangan langit. 7.
Tampak yang nyaman (visual comfort) Pada prinsipnya tampak yang nyaman (visual comfort) menghindari
gangguan dari silau, asap, debu, traffic light yang membingungkan, pemandangan yang menghalangi kendaraan yang melaju dengan cepat. 8.
Kepedulian dan perawatan (care and maintenance) Memperhatikan pemilihan komponen dalam desain yang mudah perawatan
dan pengelolaannya.
2.2.6 Taman Kota Menurut Peraturan Menteri Pekerjaaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan, “Taman kota merupakan lahan terbuka didalam kota yang ditata untuk berfungsi sosial dan estetik sebagai sarana kegiatan rekreatif, edukasi atau kegiatan lain pada tingkat kota. Selain itu, taman kota berfungsi untuk menciptakan keindahan, kenyamanan, keamanan, dan kesehatan bagi penggunanya. Apabila
24 terjadi suatu bencana, maka taman kota dapat difungsikan sebagai tempat posko pengungsian. Pepohonan yang ada dalam taman kota dapat memberikan manfaat keindahan, penangkal angin, dan penyaring cahaya matahari. Taman kota berperan sebagai sarana pengembangan budaya kota, pendidikan, dan pusat kegiatan kemasyarakatan”. Menurut Karyono (2005), “Taman Kota harus nyaman secara spasial atau keruangan, dimana warga kota dapat menggunakannya untuk aktivitas informal sehari-hari seperti istirahat, duduk, bermain dan lainnya. Untuk itu, perlu disediakan sarana atau prasarana untuk kebutuhan tersebut, misalnya bangku, ruang terbuka, toilet umum, dan lainnya. Dari aspek termal, taman kota dipertimbangkan mampu mengurangi ketidaknyamanan termal yang diakibatkan oleh iklim setempat dan dari aspek kenyamanan visual, taman perlu ditata indah dan secara estetika baik.
2.2.7 Jenis-Jenis Taman Kota 1.
Berdasarkan rancangannya taman kota terbagi atas : a.
Taman Alami (Natural). Taman alami atau natural adalah suatu taman yang dirancang untuk
memberikan kesan alami atau menyatu dengan alam. Taman alami sudah terbentuk sebelumnya, namun dalam penataannya disesuaikan dengan kondisi lahan kota, misalnya hutan kota, taman pengarah jalan, taman alami yang tumbuh dalam kota, dan sebagainya. b.
Taman Buatan (Artificial) Taman buatan atau artificial merupakan sebuah taman yang elemen-
elemennya lebih banyak didominasi dengan elemen buatan manusia (Suharto, 1994:9). Taman artificial dirancang untuk menyeimbangkan kondisi kota dan taman kota, antara lain bermanfaat untuk mengendalikan suhu, panas sinar matahari, pengendali angin, memperbaiki kualitas udara, untuk sarana bermain, rekreasi, memberikan kesenangan, kegembiraan, kenyamanan, sebagai pembatas fisik, pengontrol pandangan, dan lain sebagainya. 2.
Berdasarkan aktifitasnya taman kota terbagi atas : a.
Taman untuk rekreasi aktif. Taman untuk rekreasi aktif adalah taman yang didalamnya dibangun
suatu kegiatan pemakai taman, sehingga pemakai taman secara aktif menggunakan fasilitas didalamnya, sekaligus memperoleh kesenangan,
25 kesegaran, dan kebugaran, misalnya taman olahraga, aerobic, fitness, camping ground, taman bermain anak, taman pramuka, taman jalur jalan, kebun binatang, danau, pemancingan, taman-taman kota dan sebagainya. a.
Taman untuk rekreasi pasif Taman untuk rekreasi pasif adalah taman yang dibentuk agar dapat
dinikmati keindahan dan kerindangannya, tanpa mengadakan aktivitas dan kegiatan apapun, misalnya waduk, hutan buatan, penghijauan tepi kali, jalur hijau, lapangan terbang, dan lainnya. b.
Taman untuk rekreasi aktif dan pasif. Taman untuk rekreasi aktif dan pasif merupakan taman yang bisa
dinikmati keindahan sekaligus ada fungsi lain dan dapat digunakan untuk mengadakan aktivitas, misalnya taman lingkungan. Taman lingkungan atau community park adalah suatu taman yang dibuat dan merupakan bagian dari suatu pemukiman, selain rumah ibadah, pasar, sekolah, dan lain-lainnya (Suharto, 1999:12-13) Menurunnya kualitas dapat berupa taman kota yang hanya sedikit atau tidak ada, ada taman kota tetapi tidak fungsional, dan berkurang karena maraknya alih guna dan fungsi lahan. Hal ini selanjutnya memberikan dampak yang cukup berarti terhadap kesinambungan kota, diantaranya adalah: a.
Menurunkan kenyamanan kota: Penurunan kapasitas dan daya dukung wilayah (pencemaran meningkat, ketersediaan air tanah menurun, suhu kota meningkat, dll).
b.
Menurunkan keamanan kota: Hal ini bisa terjadi karena ruang-ruang untuk interaksi antar penduduk berkurang sehingga satu sama lain tidak saling mengenal dan mudah terjadi gesekan-gesekan.
c.
Menurunkan keindahan alami kota (natural amenities) dan artifak alami sejarah yang bernilai kultural tinggi.
d.
Menurunkan tingkat kesejahteraan masyarakat (menurunnya kesehatan masyarakat secara fisik dan psikis).
26 2.2.8 Manfaat Taman Kota Manfaat Taman Kota berdasarkan fungsinya dibagi atas: a.
Manfaat langsung (dalam pengertian cepat dan bersifat tangible), yaitu membentuk keindahan dan kenyamanan (teduh, segar, sejuk) dan mendapatkan bahan-bahan untuk dijual (kayu, daun, bunga, buah).
b.
Manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat intangible), yaitu pembersih udara yang sangat efektif, pemeliharaan akan kelangsungan persediaan air tanah, pelestarian fungsi lingkungan beserta segala isi flora dan fauna yang ada (konservasi hayati atau keanekaragaman hayati). Taman kota menjadi poin penting dalam perencanaan sebuah kota, karena
selain berfungsi untuk menjaga kualitas lingkungan perkotaan yang padat aktivitas, taman kota dapat menumbuhkan rasa sosial yang tinggi didalam lingkungan perkotaan yang kini mengarah pada individualis. Menumbuhkan rasa toleransi, tidak hanya terhadap sesama manusia melainkan terhadap mahkluk hidup lainnya. Taman yang baik merupakan cerminan kota dengan manusia (masyarakat) yang baik. Manusia (masyarakat) merupakan aspek penting dalam sebuah kota, sehingga kualitas manusia (masyarakat) akan mempengaruhi kualitas sebuah kota. Oase in the Desert, penyegar ditengah panasnya perkotaan. Penyeimbang ekosistem bagi lingkungan yang telah banyak perubahan diperkotaan. Antara lain dikarenakan fungsi dari pepohonan dan tanaman hijau di taman kota diperlukan untuk menyaring polusi yang dihasilkan oleh knalpot kendaraan bermotor. Udara yang jernih sangat diperlukan bagi manusia. Apalagi bagi penduduk perkotaan yang dalam keseharian mereka habiskan dengan bekerja keras dalam lingkungan yang kurang sehat (AC, ruangan pengap, ataupun berdebu). Ketika menghirup udara segar, secara klinis akan mempengaruhi tingkat kejernihan darah yang mengalir ke otak. Sehingga kepala akan terasa ringan dengan udara segar yang mengalir dalam darah. Begitu juga jika dilihat dari faktor psikologis, taman kota yang rindang ditanami dengan tumbuhan hijau membuat mata menjadi segar dan perasaan akan terasa tenang.
27 2.2.9 Fungsi Taman Kota Taman kota mempunyai fungsi yang banyak (multifungsi) baik berkaitan dengan fungsi hidrologis, kesehatan, ekologi, rekreasi dan estetika. 1.
Fungsi Hidrologis. Taman perkotaan yang merupakan lahan terbuka hijau, dapat berperan dalam
membantu fungsi hidrologi dalam hal penyerapan air dan mereduksi potensi banjir. Pepohonan melalui perakarannya yang dalam, mampu meresapkan air kedalam tanah, sehingga pasokan air dalam tanah (water saving) semakin meningkat dan jumlah aliran limpasan air juga berkurang yang akan mengurangi terjadinya banjir. Diperkirakan untuk setiap hektar taman kota, mampu menyimpan 900 m3 air tanah pertahun. Sehingga kekeringan dimusim kemarau dapat diatasi. 2.
Fungsi Kesehatan. Taman yang penuh dengan pohon sebagai paru-paru kota merupakan
produsen oksigen yang belum tergantikan fungsinya. Peran pepohonan yang tidak dapat digantikan adalah berkaitan dengan penyediaan oksigen bagi kehidupan manusia. Setiap satu hektar taman kota diperkirakan mampu menghasilkan 0,6 ton oksigen yang dikonsumsi 1.500 penduduk perhari. 3.
Fungsi Ekologis. Taman kota mempunyai fungsi ekologis, yaitu sebagai penjaga kualitas
lingkungan kota. Bahkan rindangnya taman dengan banyak buah dan biji-bijian merupakan habitat yang baik bagi burung-burung untuk tinggal, sehingga dapat mengundang burung-burung untuk berkembang. Terkait dengan fungsi ekologis, taman kota dapat berfungsi sebagai penyaring berbagai gas pencemar dan debu, pengikat karbon, pengatur iklim mikro. Setiap jam, satu hektar daun-daun hijau dapat menyerap delapan kilogram CO2 yang setara dengan napas manusia sekitar 200 orang dalam waktu yang sama. Dengan tereduksinya polutan diudara maka masyarakat kota akan terhindar dari resiko yang berupa kemandulan, infeksi saluran pernapasan atas, stres, mual, muntah, pusing, kematian janin, keterbelakangan mental anak- anak, dan kanker kulit. 4.
Fungsi Rekreasi dan Edukatif. Tersedianya lahan yang teduh sejuk dan nyaman, mendorong warga kota
dapat memanfaatkan sebagai sarana berjalan kaki setiap pagi, olah raga dan bermain, dalam lingkungan kota yang benar-benar asri, sejuk, dan segar sehingga dapat
28 menghilangkan rasa capek. Taman kota yang rindang mampu mengurangi suhu 5˚C 8˚C, sehingga terasa sejuk. 5.
Fungsi Estetika Dengan terpeliharanya dan tertatanya taman kota dengan baik akan
meningkatkan kebersihan dan keindahan lingkungan, sehingga akan memiliki nilai estetika. Taman kota yang indah, dapat juga digunakan warga setempat untuk memperoleh sarana rekreasi dan tempat anak-anak bermain dan belajar. Bahkan taman kota indah dapat mempunyai daya tarik dan nilai jual bagi pengunjung.
2.2.10 Elemen Tropis Pada Taman Kota Tanaman yang digunakan atau menjadi ciri khas dari taman tropis adalah tanaman yang mempunyai banyak corak warna dan memiliki bentuk daun yang lebar. Selain itu, pesona keindahan dari taman tropis biasanya akan semakin tampak dengan adanya sedikit nuansa rerumputan liar, yang juga bisa dilengkapi dengan kolam ataupun batuan alam. Terdapat 2 elemen dari taman kota yang bersifat tropis yaitu: Elemen-elemen taman tersebut terdiri dari: a.
Material Landscape/Vegetasi (Elemen Lunak) 1.
Pohon Tanaman kayu keras dan tumbuh tegak, berukuran besar dengan
percabangan yang kokoh. Yang termasuk dalam jenis pohon ini adalah asam kranji, lamtorogung, akasia, dan lainnya. 2.
Perdu Jenis tanaman seperti pohon terapi berukuran kecil, batang cukup
berkayu tetapi kurang tegak dan kurang kokoh. Yang termasuk dalam jenis perdu adalah bougenvillle, kol banda, kembang sepatu, dan lainnya. 3.
Semak Tanaman yang agak kecil dan rendah, tumbuhnya melebar atau
merambat. Yang termasuk dalam jenis semak adalah teh-tehan, dan lainnya. 4.
Tanaman penutup tanah Tanaman yang lebih tinggi rumputnya, berdaun dan berbunga indah.
Yang termasuk dalam jenis ini adalah krokot, nanas hias dan lainnya.
29 5.
Rumput Jenis tanaman pengalas, merupakan tanaman yang persisi berada
diatas tanah. Yang termasuk dalam jenis ini adalah rumput jepang, rumput gajah, dan lainnya.
b.
Material Pendukung (Elemen Keras) 1.
Kolam Kolam dibuat dalam rangka menunjang fungsi gedung atau
merupakan bagian taman yang memiliki estetika sendiri. Kolam sering dipadukan dengan batuan tebing dengan permainan air yang menambah kesan dinamis. Kolam akan tampil hidup bila ada permainan air didalamnya. Taman dengan kolam akan mampu meningkatan kelembaban lingkungan sehingga dapat berfungsi sebagai penyejuk lingkungan. 2.
Tebing Buatan Tebing buatan banyak diminati oleh penggemar taman. Tebing ini
dibuat untuk memberikan kesan alami, menyatu dengan alam, tebing dibuat dengan maksud untuk menyembunyikan tembok pembatas dinding yang licin massif, agar tidak menyilaukan pada saat matahari bersinar sepanjang siang. Penambah air kolam terjun pada tebing buatan akan menambah suasana sejuk dan nyaman. 3.
Batuan Batuan tidak baik bila diletakkan ditengah taman, sebaiknya
diletakkan agak menepi atau pada salah satu sudut taman. Sebagian batu yang terpendam didalam tanah akan memberi kesan alami dan terlihat menyatu dengan taman akan terlihat lebih indah bila ada penambahan koloni taman pada sela-sela batuan. 4.
Gazebo Gazebo adalah bangunan peneduh atau rumah kecil ditaman yang
berfungsi sebagai tempat beristirahat menikmati taman. Sedangkan bangku taman adalah bangku panjang yang disatukan dengan tempat duduknya dan ditempatkan di gazebo atau tempat-tempat teduh untuk beristirahat sambil menikmati taman. Bahan pembuatan gazebo atau bangku taman tidak perlu berkesan mewah tetapi lebih ditekankan pada nilai keindahan, kenyamanan dalam suasana santai, akrab, dan tidak resmi. Gazebo atau bangku taman bisa
30 terbuat dari kayu, bambu, besi atau bahan lain yang lebih kuat dan tahan terhadap kondisi taman. 5.
Jalan Setapak (Stepping Stone) Jalan setapak atau stepping stone dibuat agar dalam pemeliharaan
taman tidak merusak rumput dan tanaman, selain itu jalan setapak berfungsi sebagai unsur variasi elemen penunjang taman. 6.
Perkerasan Perkerasan pada taman dapat dilakukan dengan menggunakan
berbagai macam bahan, seperti tegel, paving, aspal, batu bata, dan bahan lainnya. Tujuan perkerasan adalah untuk para pejalan kaki (pedestrian) atau sebagai pembatas. 7.
Lampu Taman Lampu taman merupakan elemen utama sebuah taman dan
dipergunakan untuk menunjang suasana dimalam hari. Lampu berfungsi sebagai penerang taman dan sebagai nilai eksentrik pada taman.
2.2.11 Prinsip Desain Tropis Pada Taman Kota 1.
Tema, unity. Penetapan tema yang terlihat dari adanya kesan kesatuan (unity) merupakan
upaya untuk memunculkan kesan utama, karakter atau identitas. Melalui unity yang terjadi, karakter taman dapat terlihat dengan jelas, misal memiliki karakter sebagai taman bermain, taman rumah, taman formal, taman tropis, dan sebagainya.
Gambar 5. Kesan Kesatuan Pada Taman Sumber : Google.com, diakses 10 Mei 2015
31 2.
Gradasi, variasi, repetisi. Pembuatan gradasi bertujuan untuk menimbulkan kesan gerak sehingga
terkesan dinamis dan berirama. Hal ini akan mencegah kemonotonan. Contoh:
Warna hijau menjadi gradasi hijau tua ke hijau muda.
Bentuk bulat diolah menjadi berbagai variasi bulat, misal berdasarkan ukuran
(kecil–besar),
berdasarkan
tekstur
(halus–kasar)
dan
sebagainya. 3.
Kontras, penarik perhatian. Melalui pembuatan desain elemen tertentu yang memiliki kontras dengan
elemen yang lainnya, akan menarik perhatian. Pemberian kontras ini akan memberikan kesan kejutan ataupun klimaks. Kontras, antara lain dapat dibuat dengan menerapkan:
Warna yang menyolok.
Bentuk individual yang menarik.
Elemen yang unik, misal peletakan elemen tanaman pada lingkungan yang terdiri dari elemen buatan, dan sebagainya.
4.
Kontrol, balance, skala, sederhana. Prinsip desain ini mampu menjadi aspek penyeimbang, agar taman terkesan
harmonis. Pada dasarnya desain merupakan pengaturan dan ekspresi dari elemenelemen desain. Elemen desain terdiri dari titik, garis, bentuk/pola, warna, tekstur, bunyi, aroma dan gerak. Karakter/sifat yang melekat pada elemen taman ditata berdasarkan prinsip-prinsip desain.
Keseimbangan -
Pola Simetris (formal) Keseimbangan dengan susunan elemen-elemen taman yg bila ditarik suatu sumbu maka akan membelah sama besar bagian kiri maupun kanan.
Gambar 6. Taman Dengan Pola Simetris Sumber : Google.com, diakses 10 Mei 2015
32 -
Pola Keseimbangan Informal (asimetris) Keseimbangan yang lebih cenderung atau condong ke satu arah saja.
Gambar 7. Taman Dengan Pola Asimetris Sumber : Google.com, diakses 10 Mei 2015
-
Pola Keseimbangan Proksimal/Distal Keseimbangan yang diperoleh dengan mengembangkan satu sisi taman untuk mengimbangi sisi lainnya dari taman bersangkutan.
Gambar 8. Taman Dengan Pola Proksimal/Distal Sumber : Google.com, diakses 10 Mei 2015
Skala -
Skala Manusia Perbandingan ukuran elemen bangunan atau ruang dengan dimensi tubuh manusia.
-
Skala Generik Perbandingan ukuran elemen bangunan atau ruang terhadap elemen lain yang berhubungan dengan atau disekitarnya.
Gambar 9. Sketsa Skala Perbandingan Pada Taman Sumber : Google.com, diakses 10 Mei 2015
33 5.
Penekanan dan aksentuasi (emphasis) Penekanan ditimbulkan oleh dominannya salah satu komponen unsur
sehingga menimbulkan kontras terhadap elemen lainnya. Penekanan dalam suatu bentuk akan menarik perhatian. Penekanan dapat diciptakan melalui ukuran, bentuknya sendiri, tata letaknya, juga unsur-unsur lain seperti garis, warna, bentuk, tekstur dan ruang. Dalam suatu susunan/komposisi penekanan dapat dipergunakan sebagai titik pusat perhatian dan sebagai titik tolak tuntunan mata dalam melihat wujud dari elemen tersebut. Melalui penekanan dapat mengarahkan mata untuk melihat pusat perhatian yang diinginkan.
Gambar 10. Elemen Patung Dan Air Mancur Sebagai Aksentuasi. Sumber : Buku Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap.
Jadi, bila ingin mengutamakan penonjolan suatu elemen, maka unsur warna dan tekstur harus menjadi unsur penunjang dari elemen tersebut. Demikian pula dari segi tata letaknya harus ditunjang oleh bentuk-bentuk lainnya yang memberikan arah menuju bentuk utama. Dibawah ini disajikan contoh beberapa penerapan prinsip desain. Tabel 1. Penerapan Prinsip Desain Taman Tropis
Sumber : Arifin, 2006
34 2.3
Studi Perbandingan Proyek Sejenis
2.3.1 BANGKA BELITUNG ECOPARK Kategori
: New Landscape in Ex Mining Development
Lokasi
: Bangka Belitung
Arsitek
: RUSTAM HAKIM MANAN dan Rekan
Gambar 11. Site Plan Bangka Belitung Ecopark Sumber : Google.com, diakses 5 Oktober 2015
Projek ini merupakan pengembangan kawasan pasca pertambangan timah yang memiliki luas ±1100 ha. Konsep yang diusung adalah pendekatan ecodevelopment. Pengembangan perencanaan kawasan pertambangan berbasis ekologi menghendaki pemahaman bahwa sebuah kawasan dipengaruhi dan mempengaruhi secara sistem ekologi. Pengembangan eco memberikan prioritas utama untuk pertimbangan dalam pembangunan berkelanjutan. Pendekatan diterapkan dalam prospektif lingkungan pada perencanaan tata ruang, dengan menekankan pada ekosistem dan prediksi pada keberhasilannya untuk mengintegrasikan tujuan ekonomi, sosial-budaya dan lingkungan. Situs bekas tambang di Indonesia membutuhkan perhatian utama karena kerusakan lingkungan yang mereka sebabkan, dengan cara reklamasi sebagai upaya untuk memulihkan dan meningkatkan kualitas sumber daya alamnya.
35 Pertimbangan utama dalam mengembangkan konsep adalah:
Memperbaiki kualitas regional dengan
menjaga potensi lokal dan
karakteristik dalam fungsional dan estetika;
Memberikan dampak positif bagi masyarakat dalam ekologi, ekonomi, sosial dan budaya. Daerah dirancang dalam 4 zona kawasan yaitu kawasan riset dan pendidikan,
kawasan rekreasi, kawasan eco resort, dan kawasan preservasi. Setiap area memiliki memiliki sub-kawasannya masing-masing.
Gambar 13. Suasana Pintu Masuk Sumber : Google.com, diakses 5 Oktober 2015
36 2.3.2 MANHATTAN CENTRAL PARK Arsitek
: Frederick Law Olmsted dan Calvert Vaux
Luas
: ±341 ha
Lokasi
: Manhattan, New York
Gambar 14. Manhattan Central Park Sumber : Wikipedia.org, diakses 18 Maret 2015
Central park adalah taman umum dan termasuk salah satu taman yang terkenal didunia, taman dengan luas ±3,41 km2 atau ±341 ha berbentuk persegi panjang 4 km x 800 m setiap tahunnya dikunjungi sekitar 25 juta orang dan menjadi taman yang paling banyak dikunjungi di Amerika Serikat. Walaupun terlihat alami, lansekap Central Park sepenuhnya hasil campur tangan manusia. Fasilitas yang terdapat didalamnya berupa danau buatan dan kolam, jalan setapak, arena Ice skating, lapangan, arena bermain anak, hingga kawasan lindung hewan liar. Central Park dengan nuansa yang alami menjadikan taman tersebut sering didatangi oleh burung-burung imigran dan menjadi tempat favorit bagi pengamat burung. Ketika dibuka, Central Park memiliki sekitar 4 juta pohon yang mewakili 1500 spesies dan beberapa jenis spesies bebek. Karena faktor pemeliharaan yang sangat baik serta kondisi alam dan lingkungan yang bersahabat, meski ramai dikunjungai Central Park sering didatangi oleh burung-burung imigran, dan itulah sebabnya banyak pencinta burung datang kesana hanya sekedar melihat dan mendengarkan burung-burung bersahutan disalah satu kota teramai didunia.
37 Keberadaan taman tersebut benar-benar dapat menjinakkan hutan beton dan pencakar langit dikota New York dan merupakan paru-paru kota yang sangat berharga bagi warga kota New York. Fungsi taman pada Central Park sangat dominan. Kawasan yang luasnya empat kali luas taman Monas Jakarta tersebut telah meletakkan konsep dasar yang melihat jauh ke depan perkembangan kota New York dimasa yang akan datang. Jalan-jalan didalam Central Park (Park Drive) yang panjangnya sekitar 9,7 km diramaikan orang bersepeda, berolahraga lari, jogging, dan sepatu roda. Hampir setiap akhir pekan berlangsung perlombaan lari yang sebagian diantaranya diselenggarakan oleh New York Road Runners. Garis akhir Maraton kota New York juga berada ditaman ini, tepatnya didekat rumah makan Tavern on the Green. Arena ice skating dan Kolam Renang Lasker terletak diantara 106th dan 108th Street. Pada musim dingin, arena dipakai untuk ice skating, sedangkan dimusim panas diubah menjadi kolam renang. Central Park juga terdapat batu-batu besar untuk latihan memanjat, dikalangan peminat olahraga panjat batu, dua batu besar yang paling populer adalah Rat Rock dan Cat Rock dibagian selatan taman.
38 2.3.3 Taman Kota Menteng Luas
: 3,4 hektar
Alamat
: Jalan Raya HOS Cokroaminoto, Menteng, Jakarta Pusat
Gambar 16. Persepektif Taman Menteng Sumber : Kaskus.co.id, 2 November 2015
Taman Menteng diresmikan Pemprov DKI Jakarta pada 28 April 2007, selain untuk menambah ruang terbuka hijau (RTH) di Jakarta pembangunan taman ini juga ditujukan sebagai sarana publik yang bisa sedikit “menyegarkan” warga Jakarta. Taman ini memiliki konsep sedikit berbeda dengan taman-taman kota lainnya. Desain Taman Menteng adalah ruang terbuka publik serba-guna dan ruang publik yang memiliki karakter kontemporer. Taman ini dikategorikan sebagai taman kota yang bersifat publik, selain mewadahi lebih dari 30 spesies tanaman hias, Taman Menteng juga dilengkapi berbagai fasilitas pendukung seperti fasilitas olahraga yaitu lapangan futsal dan lapangan basket, arena bermain untuk anak, 44 buah sumur resapan sebagai resapan air hujan, dan lahan parkir serta 2 bangunan rumah kaca yang berfungsi untuk menyimpan berbagai spesies tanaman hias dan biasanya dijadikan sebagai ruang pameran dan acara lainnya. Perpaduan antara pola geometris dan organik baik pola perkerasan maupun pola hijaunya menjadikan Taman Menteng sebagai taman modern yang berskala nasional. Hingga saat ini kawasan ini berfungsi juga sebagai ruang terbuka publik bagi masyarakat Menteng. Taman Menteng kini menjadi salah satu ikon bagi warga Menteng, karena menjadi kolase ditengah-tengah kawasan komersial yang tidak pernah sepi.
39
Gambar 17. Pola Geometris Dan Organik Pada Perkerasan Dan Pola Hijau Sumber :Google.com, diakses 2 November 2015
Selain itu, aneka jenis tanaman tropis ditanam di Taman Menteng, serta berbagai fasilitas serta aksesoris taman, telah menjadikan peran taman selain sebagai taman kota juga berfungsi taman sosial dan kebun botani kota. Tanaman tersebut terdiri dari tanaman hias (790 m2), pohon pelindung (502 pohon) dengan jenis vegetasi diantaranya Damar (Agathis Alba), Menteng (Baccaurea dulcis), Trembesi (Samanea saman), Biola Cantik (Ficus lyrata), Ki acret (Spathodea campanulata).
Gambar 18. Beberapa Jenis Tanaman Di Taman Menteng Sumber : Google.com, diakses 2 November 2015
40 2.3.4 Parc De La Villette Arsitek
: Bernard Tschumi
Luas
: ±35,5 Ha
Alamat
: 211 Avenue Jean Jaurès, 75019 Paris, France
Gambar 20. Site Plan Parc De La Villette Sumber : archdaily.com, diakses 18 maret 2015
Parc de la Villette adalah taman terbesar ketiga di Paris. Konsep murni berupa Urban Park (dekonstruksi). Layer-layer berupa point and grid system yang dapat diaplikasikan pada desainnya. Secara mendasar proses dalam menghasilkan bentuk folie yang abstrak ini adalah dengan menggunakan teknik superimposition dimana menggabungkan beberapa layer yang berbeda satu sama lain ke dalam satu bidang datar. Prosesnya adalah dengan menyatukan tiga layer dasar pembentukan geometri yaitu titik, garis, dan bidang sehingga pada hasil akhirnya yang terjadi adalah tabrakan atau konflik antara satu sistem dengan sistem lainnya. Tiap-tiap layer memiliki makna dan tujuan tersendiri dalam suatu proses untuk melahirkan suatu kesan dalam ruang. Bernard Tschumi merancang Parc de la Villette dengan tujuan menciptakan ruang yang ada dalam ruang hampa, sesuatu tanpa berdasarkan sejarah. Pengunjung yang datang dapat melihat dan memberikan reaksi terhadap lansekap dan pahatan patung tanpa mengetahui karya-karya sebelumnya dari arsitektur yang bersejarah. Taman ini bukan contoh desain dari taman tradisional seperti New York City Central
41 Park, Parc de la Villette berusaha untuk bertindak hanya sebagai bingkai untuk interaksi budaya lainnya.
Gambar 21. Suasana Parc De La Villette Sumber : Archdaily.com, diakses 18 maret 2015
Taman ini tidak memungkinkan pengunjung untuk memilih bagian dari taman yang hanya ingin mereka lihat. Setibanya di taman, pengunjung didorong masuk ke dalam dunia yang tidak didefinisikan oleh hubungan arsitektur konvensional. Konsep Deconstructivism, mencoba untuk mengubah dan membuat pengunjung memiliki reaksi yang berbeda terhadap fungsi-fungsi didalam taman. Parc de la Villette menawarkan kegiatan yang melibatkan semua orang dari segala usia dan latar belakang budaya. Di pinggiran taman terletak Cité des Sciences et de l'Industrie, museum sains terbesar di Eropa. Pada bagian tengah taman terdapat Canal de l'Ourcq, yang memiliki perahu wisata bagi pengunjung untuk berkeliling disekitar taman. Festival yang diadakan pada umumnya adalah pertunjukan yang dilaksanakan oleh artis asli dari wilayah tersebut. Parc de la Villette menyelenggarakan festival film terbuka tahunan. Pada tahun 2010 tema festival adalah ‘avoir 20 ans’ dan menampilkan film-film tentang remaja pada sekitar usia 20 tahun.
42