11 BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Konsep Dasar Informasi 2.1.1
Definisi Data Sumber informasi adalah data. Data merupakan bentuk jamak dari bentuk
tunggal datum atau data item. Menurut O’Brien, Data merupakan fakta-fakta atau observasi mengenai fenomena fisik atau transaksi bisnis. Lebih khusus lagi, data adalah ukuran objektif dari atribut (karakteristik) dari entitas seperti orang-orang, tempat, benda, atau kejadian. Pendapat lain juga mengatakan bahwa data merupakan fakta mentah, belum diidentifikasi sebagai relevan untuk tujuan tertentu (Bennett, Mcrobb, Farmer, 2006). Informasi tanpa adanya data maka informasi tersebut tidak akan terbentuk. Begitu pentingnya peranan data dalam terjadinya suatu informasi yang berkualitas. Keakuratan data sangat mempengaruhi terhadap keluaran informasi yang akan terbentuk.
2.1.2
Definisi Informasi Informasi ibarat darah yang mengalir di dalam tubuh suatu organisasi,
sehingga informasi ini sangat penting di dalam suatu organisasi. Informasi dapat didefinisikan sebagai berikut: 1.
Menurut McLeod, Jr dan Schell informasi adalah data yang telah diolah sehingga lebih bermakna.
12 2.
Menurut O’Brien informasi adalah data yang ditempatkan dalam konteks yang berarti dan berguna untuk pemakai akhir.
3.
Menurut Bennet, Mcrobb dan Farmer informasi adalah Fakta-fakta yang telah dipilih sebagai relevan dengan tujuan dan kemudian mengatur atau diproses sedemikian rupa sehingga memiliki arti untuk tujuan tersebut.
Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa informasi adalah data yang sudah dipilih dan diolah, dibentuk, atau dimanipulasi sesuai dengan keperluan tertentu.
2.1.3
Kualitas informasi Kualitas informasi yang berguna menurut Hall (2008, p.14) adalah relevance, timelines, accuracy, dan completeness. Penjelasan dari kualitas informasi tersebut adalah sebagai berikut : a) Relevance (Relevan) Relevan dapat berarti sesuai dengan hal yang dimaksud atau diperlukan. Oleh karena itu, isi dari sebuah laporan atau dokumen harus melayani suatu tujuan yaitu memenuhi kebutuhan pengguna informasi. Dengan demikian laporan atau dokumen yang bersangkutan dapat mendukung keputusan manajer atau petugas administrasi. b) Timelines (Tepat Waktu) Informasi yang berguna adalah informasi yang digunakan tepat pada waktunya. Misalnya, untuk menghitung limit kredit
13 pelanggan maka diperlukan informasi-informasi mengenai transaksi historis pelanggan maksimal enam bulan sebelum dan sampai tanggal penilaian, agar limit kredit yang dihasilkan sesuai dengan kapasitas pelanggan pada saat tanggal penilaian tersebut. c) Accuracy (Akurat) Informasi harus bebas dari kesalahan yang sifatnya material. Material dalam hal ini dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang bersifat penting dan memiliki dampak yang signifikan apabila informasi tersebut berubah. Misalnya, informasi yang terdapat pada nota penjualan, sales order dan bukti pembayaran harus selalu tepat dan akurat karena selain berdampak pada pembuatan laporan periodik juga berdampak ketika dilakukan penilaian pelanggan untuk penentuan limit kredit. d) Completeness (Lengkap) Tidak boleh ada bagian informasi yang penting bagi pengambilan keputusan atau pelaksanaan tugas yang hilang.
2.1.4
Pengertian Sistem Informasi Menurut Turban, Rainer, dan Potter (2003, p15), Sebuah sistem informasi
mengumpulkan, memproses, menyimpan, menganalisis dan menyebarkan informasi untuk sebuah tujuan spesifik. Seperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input berupa data dan instruksi, dan output berupa laporan dan perhitungan.
14 Menurut O’Brien (2006, p5), Sistem informasi dapat berupa kombinasi teratur apapun dari orang-orang, hardware, software, jaringan komunikasi, dan sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah dan menyebarkan informasi didalam suatu organisasi. Menurut Gelinas dan Dull (2008, p13), Sistem Informasi adalah sistem buatan manusia yang umumnya terdiri dari sekumpulan komponen berbasis komputer dan manual
yang saling terintegrasi untuk mengumpulkan,
menyimpan, dan mengelola data serta memberikan hasil berupa informasi kepada penggunanya. Menurut Hall yang diterjemahkan oleh tim penerbit Salemba Empat (2001, p7), sistem informasi adalah sebuah rangkaian prosedur formal dimana data dikumpulkan, diproses menjadi informasi, dan didistrusikan kepada para pemakai. Dari keempat definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sistem informasi adalah sekumpulan komponen yang terdiri dari orang-orang, hardware, software, jaringan komunikasi dan sumber daya data yang saling berhubungan dalam mengumpulkan, menyimpan, memproses, dan menyebarkan informasi yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan dan untuk mencapai tujuan tertentu.
2.2
Sistem Informasi Akuntansi 2.2.1
Pengertian Sistem Informasi Akuntansi Menurut Wilkinson et al. (2007, p7), Sistem informasi akuntansi adalah
kesatuan struktur dalam sebuah entitas, seperti perusahaan, yang mempekerjakan
15 sumber-sumber fisik dan komponen-komponen lain untuk mengubah data ekonomi kedalam informasi akuntansi, dengan tujuan untuk memuaskan kebutuhan informasi dari beragam pemakai. Menurut Jones dan Rama (2008,p6), Sistem informasi akuntansi adalah sebuah subsistem dari sistem informasi manajemen yang menyediakan informasi keuangan dan akuntansi, dan juga informasi yang diperoleh dari pemrosesan transaksi akuntansi secara rutin. Menurut Samiaji Sarosa (2009, p11), Sistem informasi akuntansi adalah sebuah sistem yang mengumpulkan, mencatat, menyimpan, dan memproses data sehingga menghasilkan informasi yang berguna dalam membuat keputusan. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi adalah sebuah sistem yang mengumpulkan, mencatat, menyimpan, dan memproses data transaksi akuntansi rutin dan menghasilkan informasi keuangan yang berguna untuk membuat keputusan.
2.2.2
Tujuan dan Kegunaan Sistem Informasi Akuntansi Menurut Jones dan Rama (2008, p7), ada 5 tujuan dan kegunaan dari
sistem informasi akuntansi, yaitu sebagai berikut : 1. Menghasilkan laporan eksternal Perusahaan
menggunakan
sistem
informasi
akuntansi
untuk
menghasilkan laporan-laporan khusus untuk memenuhi kebutuhan informasi dari para investor, kreditor, dinas pajak, badan-badan pemerintah, dan yang lainnya. Laporan laporan ini mencakup laporan
16 keuangan, SPT pajak, dan laporan yang diperlukan oleh pihak-pihak terkait. 2. Mendukung aktivitas rutin Para manajer memerlukan sistem informasi akuntansi untuk menangani aktivitas operasi rutin sepanjang siklus operasi perusahaan itu. Sistem komputer mahir menangani transaksi berulang, dan banyak paket peranti lunak akuntansi yang mendukung fungsi-fungsi yang rutin ini. 3. Mendukung pengambilan keputusan Informasi juga diperlukan untuk mendukung pengambilan keputusan yang tidak rutin pada semua tingkat dari suatu organisasi. Salah satu contohnya adalah dapat mengetahui program-program yang ratingnya tinggi untuk dijadikan sebagai informasi dalam merencanakan program baru. 4. Perencanaan dan pengendalian Suatu sistem informasi juga diperlukan untuk aktivitas perencanaan dan pengendalian. Informasi mengenai anggaran dan biaya standar disimpan oleh sistem informasi, dan laporan dirancang untuk membandingkan angka anggaran jumlah aktual. Menggunakan pemindai
untuk
mencatat
barang
yang
dibeli
dan
dijual
mengakibatkan terkumpulnya jumlah informasi yang sangat banyak dengan biaya yang rendah, memungkinkan pengguna untuk merencanakan dan mengendalikan dengan lebih terperinci.
17 5. Menerapkan pengendalian internal Pengendalian internal mencakup kebijakan-kebijakan, prosedurprosedur, dan sistem informasi yang digunakan untuk melindungi aset-aset perusahaan dari kerugian dan untuk memelihara keakuratan data keuangan.
2.2.3
Komponen Sistem Informasi Akuntansi Menurut Romney dan Steinbart (2006, p6), ada 6 komponen dari sistem
informasi akuntansi, yaitu: 1. People, yang berfungsi mengoperasikan sistem dan melaksanakan berbagai macam fungsi. 2. Procedures, baik secara manual maupun terotomatisasi, yang terlibat dalam pengumpulan, pemrosesan, dan penyimpanan data mengenai aktivitas-aktivitas organisasi. 3. Data, mengenai kegiatan dan proses bisnis organisasi. 4. Software, yang digunakan untuk memproses data organisasi. 5. Informtation technology infrastructure, yang mencakup komputerkomputer, perangkat komunikasi jaringan, dan perangkat pendukung yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, memproses, dan mengirimkan data dan informasi. 6. Internal control dan pengukuran keamanan yang mengamankan data dalam sistem informasi.
18 2.2.4
Siklus Pemrosesan Transaksi Pada Sistem Infromasi Akuntansi Menurut Romney dan Steinbart (2006, p30), siklus pemrosesan transaksi
pada suatu sistem adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan dalam melakukan bisnisnya, mulai dari proses pembelian, produksi, sampai penjualan barang dan jasa. Siklus transaksi terbagi kedalam 5 siklus, yaitu : 1. Revenue cycle, yang terjadi dari transaksi penjualan hingga penerimaan kas. 2. Expenditure cycle, yang terdiri dari peristiwa pembelian hingga pengeluaran kas. 3. Human resources / Payroll cycle, yang terdiri dari peristiwa yang berhubungan dengan perekrutan hingga pembayaran atas tenaga kerja. 4. Production cycle, yang terdiri dari peristiwa yang berhubungan dengan pengubahan bahan baku menjadi produk yang siap dipasarkan. 5. Financing cycle, yang terdiri dari peristiwa yang berhubungan dengan penerimaan modal dari investor dan kreditor.
2.3
Tujuan dan Kegunaan Sistem Informasi Akuntansi Adapun tujuan sistem informasi akuntansi menurut Romney (2006, p7), Collect
and store data, transform data into information that is useful for making decisions, provide adequate controls to safeguard the organization’s assets, yang dapat kami artikan secara bebas, adalah mengumpulkan, menyimpan dan mengubah data menjadi
19 informasi yang berguna bagi pengambilan keputusan, serta menyediakan pengendalian yang memadai untuk menjaga aset organisasi. Kegunaan Sistem Informasi Akuntansi menurut Jones dan Rama (2006, p6-7), antara lain: a. Menghasilkan External Report Bisnis menggunakan sistem informasi akuntansi untuk menghasilkan laporanlaporan khusus untuk memenuhi kebutuhan informasi investor, kreditor, petugas pajak, agen pengatur dan lain-lain. b. Mendukung Aktivitas Rutin Manajer membutuhkan sistem informasi akuntansi untuk menangani aktivitas operasional yang rutin dalam siklus operasi perusahaan. Contohnya meliputi : melayani pemesanan pelanggan, pengiriman barang dan jasa, penagihan kepada pelanggan, dan penerimaan kas. c. Pengambilan Keputusan Informasi juga dibutuhkan untuk pengambilan keputusan tidak rutin pada semua level dari organisasi. Contohnya meliputi : mengetahui barang yang penjualannya baik dan pelanggan yang paling banyak melakukan pembelian. d. Perencanaan dan Pengendalian Sebuah sistem informasi dibutuhkan untuk aktivitas perencanaan dan pengendalian. e. Implementasi Pengendalian Internal Pengendalian internal meliputi kebijakan, prosedur dan sistem informasi yang digunakan untuk melindungi harta (aset) perusahaan dari kerugian atau pencurian dan untuk memelihara keakuratan data keuangan.
20 Lima kegunaan Sistem informasi akuntansi menurut Rama, Dasaratha V dan Jones (2006, p8-9) yaitu : a.
Membuat laporan mengenai informasi yang dibutuhkan oleh pihak eksternal perusahaan. Membantu manajer dalam menangani aktivitas operasonal yang rutin dilakukan dalam suatu siklus operasi suatu perusahaan.
b.
Mendukung dalama pengambilan keputusan pada semua tingkat manajemen dalam perusahaan, baik yang dilakukan secara rutin maupun ad hoc.
c.
Membantu dalam membuat suatu perencanaan dan juga dalam melakukan control atas setiap aktivitas yang dilakukan.
d.
Melaksanakan pengendalian internal, dimana termasuk aturan-aturan, prosedur, dan sistem informasi yang digunakan untuk melingdungi kekayaan perusahaan dan menjaga keakuratan data keuangan perusahaan.
2.4
Sistem Informasi Siklus Penjualan 2.4.1
Pengertian Penjualan Penjualan dapat dikatakan sebagai suatu usaha untuk memperoleh laba
sehingga suatu usaha dapat berjalan terus menerus dan berkembang dengan cara memindahkan barang atau memberikan jasa dari penjual ke pembeli dengan harga yang telah ditentukan oleh penjual atau berdasarkan kesepakatan bersama antara penjual dengan pembeli. Menurut Rangkuti (2009, p.206) mengemukakan penjualan adalah pemindahan hak milik atas barang atau pemberian jasa yang dilakukan penjual kepada pembeli dengan harga yang disepakati bersama dengan jumlah yang
21 dibebankan kepada pelanggan dalam penjualan barang atau jasa dalam suatu periode akuntansi. Menurut Mulyadi (2001, p.202), kegiatan penjualan terdiri dari transaksi penjualan barang dan jasa, baik secara kredit mauput secara tunai. Dalam transaksi penjualan, tidak semua penjualan berhasil mendatangkan pendapatan (revenue) bagi perusahaan. Ada kalanya pembeli mengembalikan barang yang telah dibelinya kepada perusahaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa penjualan adalah transaksi pemindahan hak milik atas barang atau jasa dari penjual ke pembeli dengan jumlah yang telah disepakati bersama dan untuk mendapat keutungan bagi penjual. Menurut Kotler (2006, p457), Penjualan adalah proses dimana kebutuhan pembeli dan kebutuhan penjualan dipenuhi, melalui pertukaran informasi dan kepentingan. Menurut Warren et al. (2005, p290), Penjualan merupakan jumlah yang dibebankan kepada pelanggan untuk barang yang dijual, baik secara tunai maupun secara kredit. Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Penjualan adalah proses pemindahan manfaat dan hak kepemilikan barang atau jasa dari pihak penjual kepada pihak pembeli. Penjualan bisa berupa penjualan tunai dan juga penjualan kredit.
2.4.2
Pengertian Piutang Dagang Piutang dagang dapat dikatakan sebagai harta yang belum didapatkan
oleh suatu perusahaan dari pelanggan yang membeli secara kredit atau cicilan,
22 dimana harta tersebut dapat dicairkan menjadi bentuk kas yang akan digunakan perusahaan untuk melakukan proses bisnis yaitu membeli persediaan kembali dengan kas tersebut. Menurut Suandy dan Jessica (2008, p.17), piutang dagang merupakan tagihan kepada individu atau perusahaan lain yang diharapkan akan diterima dalam bentuk kas. Klasifikasi piutang dagang adalah sebagai berikut : 1.
Piutang usaha, terdiri dari piutang dagang (trade receivable) dan wesel tagih (notes receivable), merupakan piutang yang timbul dari penjualan barang atau jasa secara kredit dalam kegiatan normal perusahaan.
2.
Piutang lain-lain, mencakup piutang bunga, piutang pegawai, piutang pajak, dan lain-lain. Menurut Wibowo dan Arif (2008, p.133-134), piutang dagang (account
receivable) dinilai dan dilaporan sebesar nilai kas yang diharapkan akan diperoleh pada masa yang akan datang (net realizable value). Dalam menentukan penghapusan piutang ada dua metode, yaitu : a.
Metode Penghapusan Langsung (Direct Write Off Method) Jumlah piutang merupakan bagian yang relatif kecil dari total aktiva lancarnya. Dalam hal demikian, lebih baik menangguhkan pengakuan atas ketidak tertagihan sampai periode yang jumlah tersebut dianggap tidak berharga dan benar-benar dihapuskan sebagi beban
b.
Metode Penyisihan (Allowance for Doubtful Account) Nilai yang dapat direalisasi merupakan nilai piutang dikurangi dengan estimasi penyisihan piutang tak tertagih (allowance for doubtful
23 accounts). Allowance for doubtful accounts dapat ditentukan dengan dua pendekatan, seperti berikut : 1.
Pendekatan Laba Rugi (Income Statement Approach)
Estimasi penyisihan piutang tak tertagih dihitung dengan cara mengalikan persentase tertentu dengan penjualan kredit tahun berjalan. 2.
Pendekatan Neraca (Balance Sheet Approach)
Estimasi penyisihan piutang tak tertagih dihitung berdasarkan saldo piutang berdasarkan analisis umur piutang (aging schedule analysis). Jadi dapat disimpulkan bahwa piutang dagang merupakan piutang yang timbul dari penjualan kredit barang atau jasa yang merupakan usaha pokok perusahaan yang diharapkan akan menjadi kas.
2.4.3 Pengertian Penerimaan Kas Penerimaan kas dapat dikatakan perolehan harta dalam bentuk kas yang diterima oleh perusahaan dari pelanggan ketika membeli barang. Penerimaan kas ini akan digunakan perusahaan untuk melanjutkan kegiatan operasionalnya dalam membeli persediaan kembali sehingga perusahaan dapat memproduksi kembali barang yang dijual dan untuk membayar segala biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan seperti biaya tenaga kerja, penyusutan, dan biaya tak terduga lainnya. Menurut Mulyadi (2001, p.455-45) mengemukakan bahwa penerimaan kas berasal dari dua sumber utama yaitu penerimaan kas dari penjualan dan penerimaan kas dari piutang. Sistem penerimaan kas dari penjualan tunai dibagi menjadi tiga prosedur berikut ini :
24 1.
Prosedur penerimaan kas dari over the counter sales Dalam penjualan tunai ini, pembeli datang ke perusahaan, melakukan pemilhan barang atau produk yang akan dibeli, melakukan pembayaran ke kasir, dan kemudian menerima barang yang dibeli. Dalam over the counter sale ini, perusahaan menerima uang tunai, cek pribadi (personal cheque) atau pembayaran langsung dari pembeli dengan credit card, sebelum barang diserahkan kepada pembeli.
2.
Prosedur penerimaan kas dari cash on delivery sales Cash on delivery sales (COD sales) adalah transaksi penjualan yang melibatkan kantor pos, perusahaan angkutan umum, atau angkutan sendiri dalam penyerahan dan penerimaan kas dari hasil penjualan. COD sales merupakan sarana untu memperluas daerah pemasaran dan untuk memberikan jaminan penyerahan barang bagi pembeli dan jaminan penerimaan kas bagi perusahaan penjual.
3.
Prosedur penerimaan kas dari credit card sales Sebenarnya credit card bukan merupakan suatu tipe penjualan namun merupakan salah satu cara pembayaran bagi pembeli dan sarana penagihan bagi penjual, yang memberikan kemudahan baik bagi pembeli maupun bagi penjual. Credit card dapat merupakan saran pembayaran bagi pembeli, baik dalam over the counter sale maupun dalam penjualan yang pengiriman barangnya dilaksanakan melalui jasa pos atau angkutan umum. Dalam over the counter sale, pembeli datang ke perusahaan, melakukan pemilihan barang atau produk yang akan dibeli, melakukan pembayaran ke kasir dengan menggunakan kartu kredit. Dalam penjualan
25 tunai yang melibatkan pos atau perusahaan angkutan umum, pembeli tidak perlu datang ke perusahaan penjual. Pembeli memberikan persetujuan tertulis penggunaan kartu kredit dalam pembayaran harga barang,
sehingga
memungkinkan
perusahaan
penjual
melakukan
penagihan kepada bank atau perusahaan penerbit kartu kredit. Jadi dapat disimpulkan bahwa penerimaan kas merupakan sebuah transaksi keuangan yang menyebabkan aset perusahaan berupa kas atau setara kas bertambah dimana penerimaan kas dapat diperoleh dari penjualan dan penagihan piutang .
2.5
Sistem Pengendalian Internal Menurut Hall (2011, p128), sistem pengendalian internal terdiri dari kebijakan-
kebijakan, praktik dan prosedur-prosedur yang dijalankan organisasi untuk mencapai empat tujuan utama : 1. Untuk menjaga aset-aset perusahaan. 2. Untuk menjamin keakuratan dan keandalan dari nformasi dan catatan akuntansi. 3. Untuk meningkatkan efisiesnsi operasi perusahaan. 4. Untuk mengukur kepatuhan pada prosedur dan kebijakan yang telah ditentukan oleh manajemen. 2.5.1 Prinsip – prinsip Pengendalian internal Menurut Weygandt, Kieso dan Kimmel (2007, p455), untuk melindungi aset perusahaan dan mempertinggi keakuratan dan kebenaran pencatatan
26 akuntansinya, perusahaan mengikuti prinsip – prinsip pengendalian. Enam prinsip umum yang dapat diterapkan pada sebagian besar perusahaan adalah : 1.
Pembentukan Tanggung Jawab Karakteristik penyerahan
penting tanggung
dalam jawab
pengendalian kepada
internal
karyawan
adalah tertentu.
Pengendalian akan efektif jika sebuah pekerjaan tertentu hanya satu orang saja yang bertanggung jawab. 2.
Pemisahan Tugas Pemisahan tugas merupakan hal yang tak terelakkan dalam sistem pengendalian internal. Ada dua penerapan yang umum dari prinsipi ini, yaitu: a. Aktivitas-aktivitas terkait seharusnya ditugaskan ke orang yang berbeda-beda. b. Penciptaan akuntabilitas atas aset yang seharusnya terpisah dari penjagaan fisik aset tersebut.
3.
Prosedur dokumentasi Dokumen memberikan bukti bahwa transaksi dan peristiwa sudah terjadi. Beberapa prosedur sebaiknya ditetapkan untuk dokumen, seperti memberikan nomor terlebih dahulu, dan seluruh dokumen seharusnya dihitung.
4.
Pengendalian Fisik, Mekanik, dan Elektronik Pengendalian fisik terkait dengan perlindungan aset, sedangkan pengendalian mekanik dan elektronik juga melindungi aset,
27 sebagian mempertinggi keakuratan dan kebenaran pencatatan akuntansi. 5.
Verifikasi Internal Independen Prinsip ini melibatkan tinjauan, perbandingan, dan rekonsiliasi data yang dibuat oleh karyawan lain. Verifikasi internal independen sangat berguna khususnya pada perbandingan pelaporan aset yang ada untuk menjamin akuntabilitas. Di perusahaan besar, verifikasi internal independen sering ditugaskan kepada auditor internal.
6.
Pengedalian Lainnya Meliputi pengikatan karyawan yang memegang kas, yaitu pengikatan melibatkan perolehan asuransi perlindungan atas ketidaktepatan penggunaan aset oleh karyawan yang tidak jujur serta merotasi karyawan dan meminta karyawan untuk mengambil cuti.
2.5.2
Komponen Pengendalian Internal Menurut Hall (2011,p132), komponen – komponen yang berhubungan
dengan pengendalian internal terdiri dari lima komponen, yaitu sebagai berikut :
1. Control Environment Pengendalian lingkungan mengatur pola organisasi dan mempengaruhi kesadaran akan pengendalian dari para manajemen dan karyawannya. Elemen penting dari control environment adalah :
28 a. Integritas dan nilai etis dari manajemen. b. Struktur organisasi. c. Partisipasi dari board of directors dan komite audit, bila salah satunya ada. d. Gaya beroperasi dan filosofi manajemen. e. Prosedur dari pendelegasian tanggung jawab dan otoritas. f. Metode yang digunakan manajemen dalam menilai kinerja. g. Pengaruh eksternal. h. Kebijakan dan praktik manajemen untuk mengelola sumber daya manusianya. 2. Risk Assessment Perusahaan harus melakukan penilaian risiko untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mengelola resiko yang berhubungan dengan laporan keuangan. 3. Information and Communication Sistem informasi akuntansi terdiri dari catatan dan metode yang digunakan untuk memulai, mengidentifikasikan, menganalisis, mengklasifikasikan, dan mencatat transaksi perusahaan serta untuk menghitung aset dan kewajiban yang
terkait.
Kualitas
informasi
dari
sistem
informasi
akuntansi
menghasilkan dampak pada kemampuan manajemen untuk membuat keputusan dan mengambil tindakan dalam sangkut pautnya dengan operasi perusahaan untuk mempersiapkan laporan keuangan yang handal.
29 4. Monitoring Pengawasan adalah proses dimana kualitas dari desain pengendalian internal dan operasi yang dapat dinilai. 5. Control Activities Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang digunakan untuk menjamin bahwa tindakan yang sesuai telah diambil untuk mengatasi resiko yang telah diidentifikasi oleh perusahaan.
2.5.3
Tujuan Pengendalian Internal Menurut Romney dan Steinbart (2006, p96), tujuan pengendalian internal
adalah sebagai berikut : 1. Menjaga aset, termasuk mencegah atau mendeteksi, secara regular, perolehan, penggunaan, atau pembuangan material yang tidak terotorisasi dari aset perubahan. 2. Memelihara catatan dalam detil yang cukup untuk secara akurat dan sesuai untuk menggambarkan aset perusahaan. 3. Menyediakan informas yang akurat dan dapat dipercaya. 4. Menyediakan kepastian bahwa laporan keuangan dipersiapkan sesuai dengan GAAP. 5. Meningkatkan efisiensi operasional termasuk memastikan penerimaan dan pengeluaran perusahaan dibuat sesuai dengan otorisasi manajer dan direktur. 6. Meningkatkan kedisiplinan terhadap kebijakan manajerila yang telah ditetapkan.
30 7. Penyesuaian terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
2.5.4
Pengendalian Internal Pada Persediaan Menurut Brigham dan Houston (2006, p164), pengendalian internal untuk
persediaan terbagi menjadi : 1. Red-line Method (metode garis merah) Garis merah digambarkan sekitar bagian dalam tempat penyimpanan persediaan sebagai tanda batas untuk pemesanan ulang. 2. Two-bin Method (metode dua wadah) Pemesanan akan dilakukan bila salah satu dari dua wadah penyimpanan persediaan kosong. 3. Sistem Terkomputerisasi Komputer digunakan untuk menentukan titik pemesanan ulan gdan untuk melakukan penyesuaian terhadap saldo persediaan. 4. Sistem Just-in-Time Perusahaan mengkoordinasikan produknya dengan supplier sehingga bahan baku diterima tepat pada saat bahan baku tersebut dibutuhkan di dalam proses produksi. 5. Out Sourcing Perusahaan lebih memilih untuk membeli komponen untuk produksi daripada memproduksinya sendiri.
31 2.6
Pengertian Metode Analisis Data dan Desain Berorientasi Objek 2.6.1
Pengertian Object Menurut Mathiassen et al (2000, p4), Objek adalah suatu entitas dengan
identitas, keadaan (tingkatan hidup) dan tingkah laku. Objek merupakan dasar dalam Object Oriented Analysis and Design (OOA&D). Setiap objek digambarkan secara terkelompok ( kumpulan) karena ada beberapa objek yang memiliki sifat atau fungsi yang sama yang dikenal dengan istilah class. Sedangkan class adalah suatu deskripsi atas kumpulan objek yang saling menggunakan struktur, pola tingkah laku, ada atribut secara bersama-sama.
2.6.2
Object-Oriented Analysis and Design (OOA&D) Menurut Mathiassen et al (2000, p14), terdapat 4 aktivitas utama dalam
OO&D, yaitu Problem Domain Analysis, Application Domain Analysis, Architerctural Design, dan Component Design.
2.6.3
Rich Picture Menurut Mathiassen et al (2000, p26), Rich picture adalah sebuah
gambaran informal yang digunakan oleh pengembang sistem untuk menyatakan pemahaman mereka terhadap situasi dari sistem yang sedang berlangsung. Rich picture is an informal drawing that presents the illustraor’s understanding of a situation.
32 2.6.4
Analisa Problem Domain Mengacu pada Mathiassen et al. (2000), Problem-domain analysis adalah
analisa terhadap sistem bisnis dalam dunia nyata yang dapat diatur, dimonitor, atau dikendalikan oleh sistem. Problem-domain tersebut terdiri dari : 1. Class Menurut Mathiassen et al. (2000, p53), Class is description of collection of objects sharing structure, behavioural pattern, and attribute. Class adalah gambaran atau definisi kumpulan objek yang mempunyai structure, behaviour pattern, dan attribute yang bersamaan. Class merupakan kegiatan yang pertama dilakukan didalam analisis problem-domain. 2. Cluster Menurut Mathiassen et al. Cluster adalah kumpulan dari class yang akan membantu kita untuk mencapai dan menyediakan gambaran tentang domain masalah. Cluster digambarkan dengan notasi file folder yang mencakup kelaskelas di dalamnya. Class dalam cluster yang sama dihubungkan dengan generalisasi ataupun agregasi, sedangkan class yang berada pada cluster yang berbeda dihubungkan dengan asosiasi. 3. Structure Menurut Mathiassen et al. (2000, p336), Structure adalah hubungan antara class dengan object pada problem domain secara keseluruhan. Structure bertujuan untuk menggambarkan hubungan terstruktur antara classes dan object dalam problem domain. 4. Behaviour
33 Mengacu pada pendapat Mathiassen et al. (2000, p89), kegiatan behaviour adalah kegiatan terakhir dalam analisa problem-domain yang bertujuan untuk memodelkan apa yang terjadi (perilaku dinamis) dalam problemdomain sistem sepanjang waktu. Tugas utama dari kegiatan ini adalah menggambarkan pola perilaku (behavioural pattern) dan atribut dari setiap kelas. Hasil dari kegiatan ini adalah statechart diagram. Menurut Mathiassen, Madsen, Nielsen dan Stage (2000, p.93) ada 3 notasi untuk behavioural pattern yaitu sebagai berikut: a.
Sequence, dimana event muncul satu per satu secara berurutan.
b.
Selection, dimana terjadi pemilihan satu event dari sekumpulan event yang muncul.
c.
Literation, dimana sebuah event muncul sebanyak nol atau beberapa kali.
2.6.5
Analisa Application Domain Mengacu pada Mathiassen et al. (2000, p117), Application Domain
adalah suatu organisasi yang mengatur, memonitor, atau mengendalikan problem-domain. Application domain analysis memfokuskan pada bagaimana target sistem akan digunakan dengan menentukan kebutuhan function dan interface. Application Domain terdiri dari : 1.
Usage Mengacu pada pendapat Mathiassen et al. (2000), tujuan dari kegiatan
usage adalah untuk menentukan bagaimana aktor-aktor yang merupakan pengguna atau sistem lain berinteraksi dengan sistem yang dituju.
34 2.
Function Mengacu pada Mathiassen et al. (2000), kegiatan function memfokuskan
pada bagaimana cara sebuah sistem dapat membantuk actor dalam melaksanakan pekerjaan mereka. Mathiassen et al. (2000, p138) menyatakan Function is a facility for making a model useful for actor. 3.
User Interface Interface digunakan oleh aktor untuk berinteraksi dengan sistem.
Mathiassen et al. (2000, p151), Interface is a facilities that make a system’s model and functions available to actor. Dapat diartikan sebagai berikut: Interface yaitu suatu fasilitas untuk membuat suatu sistem model dan fungsi-fungsi yang tersedia bagi aktor. 4.
Sequence Diagram Menurut Mathiassen, Madsen, Nielsen dan Stage (2000, p.340), sequence
diagram menjelaskan tentang interaksi di antara beberapa objek dalam jangka waktu tertentu. Sequence diagram melengkapi class diagram, yang menjelaskan situasi yang umum dan statis. Sebuah sequence diagram dapat mengumpulkan rincian situasi yang kompleks dan dinamis melibatkan beberapa dari kebanyakan object yang digeneralisasikan dari class pada class diagram. Menurut Meixia Zhu, Hanpin Wang, Xikui Liu, dan Xiaoqiong Han (2012) dalam jurnalnya yang berjudul Formal Analysis of Sequence Diagram with Time Constraints by Model Transformation menjelaskan bahwa sequence diagram merupakan satu dari dynamic diagram yang paling penting. Selain itu, sequence diagram SD yang pertama diusulkan dalam Unified Modeling Language (UML). Menurut Kenny Wong and Dabo Sun (2006) dalam jurnalnya
35 yang berjudul On Evaluating The Layout of UML Diagrams for Porgram Comprehension menjelaskan bahwa class UML dan sequence diagram sangat membantu untuk memahami struktur statis dan perilaku dinamis dari suatu sistem perangkat lunak. Dalam sequence diagram yang diadaptasi dari Bennet, McRobb, dan Farmer (2006, p.252), terdapat satu buah notasi yang disebut fragment. Fragment ini biasa digunakan dalam setiap tipe UML diagram. Fragment yang digunakan pada sequence diagram dimaksudkan untuk memperjelas bagaimana sequence ini saling dikombinasikan. Fragment terdiri dari beberapa jenis interaction operator yang menspesifikasikan tipe dari kombinasi fragment. Tipe-tipe interaction operator yang ada dalam sequence diagram dibahas dalam Tabel 2.1 sebagai berikut: Tabel 2.1 Tipe Interaction Operator yang Digunakan dalam Fragment Interaction Penjelasan dan Penggunaan Operator Alt Alternatives ini mewakili alternative behaviour yang ada, setiap behaviour ditampilkan dalam operasi yang terpisah. Opt
Option ini merupakan pilihan tunggal atas operasi yang hanya akan dieksekusi bila batasan interaksi bernilai true.
break
Break mengindikasi bahwa dalam combined fragment ditampilkan sementara oleh sisa dari interaction fragment yang terlampir.
Par
Parallel mengindikasi bahwa eksekusi operasi dalam combined fragment biasa digabungkan dalam sequence manapun.
Seq
Weak Sequencing menampilkan dalam urutan dari tiap operasi yang telah dimaintain tetapi keterjadian suatu event adalah berbeda operasinya dalam perbedaan lifeline yang dapat terjadi dalam urutan apapun.
Strict
Strict Sequencing membuat sebuah strict sequence berada dalam eksekusi sebuah operasi tapi tidak termasuk urutan dalam operasi.
Neg
Negative menggambarkan sebuah operasi yang bersifat invalid.
36 Critical Ignore Consider
Critical Region mengadakan sebuah batasan dalam sebuah operasi yang tidak memiliki event yang terjadi dalam lifeline. Ignore menandakan tipe pesan, spesifikasi sebagai parameter, yang seharusnya diabaikan dalam sebuah interaksi. Consider merupakan keadaan dimana pesan-pesan seharusnya dipertimbangkan dalam sebuah interaksi.
Assert
Assertion merupakan keadaan bahwa sebuah sequence dari pesanan dalam operasi hanyalah satu-satunya yang memiliki lanjutan yang bersifat sah.
Loop
Loop digunakan untuk mengindikasi sebuah operasi yang diulang berkali-kali sampai batasan interaksi untuk pengulangan berakhir. Sumber : Bennet, et al. (2006, p270)
2.6.6
Architecture Design Mengacu pada Mathiassen et al. (2000) keberhasilan suatu sistem
ditentukan dari kekuatan desain arsitekturalnya. Arsitektur membentuk sistem yang sesuai dengan sistem tersebut dengan memenuhi kriteria desain tertentu. Arsitektur berfungsi sebagai kerangka untuk pengembangan selanjutnya. 1.
Criteria Mathiassen et al. (2000) menyatakan, tujuan dari sebuah criteria adalah
untuk mempersiapkan prioritas dari sebuah perancangan.
Criterion Usable
Secure Efficient Correct Reliable
Tabel 2.2 Tabel Kriteria Umum Ukuran dari Kemampuan sistem untuk menyesuaikan diri dengan konteks, organisasi yang berhubungan dengan pekerjaan dan teknis. Ukuran keamanan sistem dalam menghadapi akses yang tidak terotorisasi terhadap data dan fasilitas. Eksploitasi ekonomis terhadap fasilitas platform teknis. Pemenuhan dari kebutuhan. Pemenuhan ketepatan yang dibutuhkan untuk melaksanakan
37
Maintainable Testable
fungsi. Biaya untuk menemukan dan memperbaiki kerusakan. Biaya untuk memastikan bahwa sistem yang dibentuk dapat melaksanakan fungsi yang dibentuk.
Flexible Biaya untuk mengubah sistem yang dibentuk. Comprehensible Usaha yang diperlukan untuk mendapatkan pemahaman terhadap sistem. Reusable Kemungkinan untuk menggunakan bagian sistem pada sistem lain yang berhubungan. Portable
Biaya untuk memindahkan sistem ke platform teknis yang berbeda. Interoperable Biaya untuk menggabungkan sistem ke sistem yang lain. Sumber : Mathiassen et al. (2000, p.178) 2.
Component Architecture Component Architecture adalah struktur sistem yang terdiri dari
komponen yang saling berhubungan. Menurut pendapat Mathiassen et al. (2000, p191), suatu arsitektur komponen yang baik menunjukkan beberapa prinsip, yaitu mengurangi
kompleksitas
dengan
membagi
menjadi
beberapa
tugas,
menggambarkan stabilitas dari konteks sistem, dan memungkinkan suatu komponen dapat digunakan pada bagian lain. Berikut adalah beberapa jenis distribusi dalam arsitektur client-server dimana U (User Interface), F (Function), M (Model).
Tabel 2.3 Jenis Arsitektur Client-Server Client Server Architecture U U+F+M Distributed presentation U F+M Local presentation U+F F+M Distributed functionality U+F M Centralized data U+F+M M Distributed data Sumber : Mathiassen, et.al. (2000, p.200)
38 3.
Process Architecture Process Architecture adalah struktur eksekusi sistem yang terdiri atau
tersusun dari proses yang saling bergantungan. Tujuan dari aktivitas ini adalah mendefinisikan struktur sistem. Menurut Mathiassen, Madsen, Nielsen dan Stage (2000, p.209-219), process architecture adalah struktur eksekusi sistem yang terdiri dari prosesproses yang saling tergantung. Beberapa pola distribusi dalam kegiatan desain process architecture : 1. Centralized pattern Pada pola ini semua data ditempatkan pada server dan client hanya menghandle user interface saja. Keseluruhan model dan semua fungsi bergantung pada server, dan client hanya berperan seperti terminal. 2. Distributed pattern Pola
ini
merupakan
kebalikan
dari
centralized
pattern.
Semua
didistribusikan kepada client dan server hanya diperlukan untuk melakukan update model di antara clients. 3. Decentralized pattern Pola ini dapat dikatakan merupakan gabungan dari kedua pola sebelumnya. Pada pola ini, client mengimplementasikan model yang local, sedangkan server-nya memakai model common (umum). 4.
Component Diagram Menurut Mathiassen, Madsen, Nielsen, dan Stage (2000, p.231),
component design bertujuan untuk menentukan implementasi kebutuhan dalam sebuah kerangka arsitektural. Kegiatan component design bermula dari
39 spesifikasi arsitektural dan kebutuhan sistem, sedangkan hasil dari kegiatan ini adalah spesifikasi dari komponen yang saling berhubungan. 5.
Model Component Menurut Mathiassen, Madsen, Nielsen dan Stage (2000, p.235-236),
tujuan dari komponen model adalah untuk mengirimkan data saat ini dan historis untuk
function, interface, pengguna, dan sistem yang lain. Pengertian dari
moodel component itu sendiri adalah suatu bagian dari sistem yang mengimplementasikan problem domain. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam model component adalah mempresentasikan private event, mempresentasikan common event, dan restrukturisasi class. Hasilnya adalah revised class diagram dari kegiatan analisis yang terdiri dari kegiatan penambahan class, atribut, dan struktur baru yang mewakili event. 6.
Function Component Menurut Mathiassen, Madsen, Nielsen dan Stage (2000, p.251-252),
tujuan dari komponen function adalah untuk memberikan akses bagi user interface dan komponen sistem lainnya ke model, oleh karena itu function component adalah penghubung antara model dan usage. Pengertian dari function component itu sendiri adalah bagian dari sistem yang mengimplementasikan kebutuhan fungsional. Hasil utama dari function component adalah class diagram dengan operation dan specification dari operation yang kompleks. Sub kegiatan ini biasanya menghasilkan kumpulan operasi yang dapat mengimplementasikan
40 fungsi sistem seperti yang telah ditentukan dalam analisis problem domain dan function list.