BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 E-commerce dan E-business E-commerce merupakan proses pembelian, penjualan, transfer, atau pertukaran produk, layanan atau informasi melalui jaringan komputer, termasuk internet (Turban et al., 2012). Dengan kata lain e-commerce hanya mencakup transaksi bisnis secara digital antar organisasi dan antara organisasi dengan individu (Laudon & Laudon, 2010). Selain itu e-commerce merupakan bagian di dalam e-business yang memiliki pengertian lebih luas. Menurut O’Brien & Marakas (2006) e-business adalah penggunaan internet dan jaringan lainnya serta teknologi informasi yang mendukung e-commerce, enterprise communication & collaboration, dan proses bisnis berbasis web yang menghubungkan perusahaan dengan pelanggan dan partner bisnisnya. Menururt Chaffey (2009), terdapat beberapa model transaksi e-commerce: 1.
Business to Business (B2B) adalah transaksi penjualan online antara organisasi dan organisasi lain (marketing interorganisasional).
2.
Business to Consumer (B2C) adalah transaksi penjualan antara organisasi dan konsumen.
3.
Consumer to Consumer (C2C) adalah transaksi penjualan online antara konsumen, tetapi biasanya dimediasi melalui situs bisnis.
4.
Consumer to Business (C2B) adalah transaksi penjualan online terjadi ketika individu menjual produk atau jasa kepada perusahaan.
2.2 Transaksi Business to Business (B2B) Salah satu model e-commerce ini dilakukan antara sesama organisasi. Biasanya hubungan transaksi perusahaan dengan supplier. Terdapat 3 tipe transaksi B2B, yaitu (Turban et al., 2012): 1. One to many (sell-side marketplace) tempat jual beli berbasis web dimana satu perusahaan menjual ke banyak pembeli melalui e-catalog, forward auction, biasanya dengan jaringan extranet.
7
8 2. Many to one (buy-side marketplace) Pada tipe ini, pembeli (perusahaan) membuka marketplace-nya sendiri, dengan mengundang penjual (supplier) untuk mencari dan memenuhi pesanan perusahaan. 3. Many to Many (neutral exchange) Pada tipe ini dimana perdagangan secara elektronik dilakukan oleh banyak pembeli dan banyak penjual. 2.3 Pengadaan 2.3.1 Manjemen Pengadaan Terdapat beberapa definisi Manajemen Pengadaan dari para ahli: 1. Menurut buku Strategic Proactive Procurement (Burt & Pinkerton, 2006), Manajemen Pengadaan adalah proses sistematik apa yang diputuskan, kapan dan berapa banyak yang dibeli, tindakan pembelian dan proses memastikan apa yang dibutuhkan dapat diterima tepat waktu sesuai dengan spesifikasi kuantiti dan kualitas. 2. Menurut buku Business Dictionary yang dicetukan oleh kalangan pebisnis, Manajemen Pengadaan adalah tindakan pengadaan sumber dari sesuatu yang dibeli dari satu titik (sumber) ke tujuan. Pembelian adalah tindakan membeli (dari administrasi/ perspektif keuangan) layanan atau baik yang akan dibeli meliputi kegiatan pencarian pemasok, negosiasi, penghitungan penyelesaian harga dan kesepakatan pengiriman. 3. Berdasarkan buku Manajemen Pengadaan (Siahaya, 2013), Manajemen Pengadaan adalah bagian dari Supply Chain Management yang secara sistematik dan strategis memproses pengadaan barang dan jasa mulai dari sumber barang sampai dengan tempat tujuan berdasarkan tepat mutu, jumlah, harga, waktu, sumber dan tempat, untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.
2.3.2 Objek Pengadaan Dalam kegiatan pengadaan, objek pengadaan terdiri dari barang dan jasa. Dibawah ini akan dijelaskan perbedaan kedua objek tersebut.
9 a) Barang Barang adalah benda dalam berbagai bentuk yang meliputi bahan baku, barang setengah jadi dan peralatan. Secara garis besar, barang dibagi menjadi tiga jenis •
Barang konsumsi adalah barang hasil akhir produksi yang langsung digunakan, seperti makanan, minuman, obat-obatan dan suku-cadang.
•
Barang produksi adalah barang yang diperlukan untuk proses produksi, seperti bahan baku, barang setengah jadi dan barang jadi.
•
Barang modal adalah barang yang dapat dipakai beberapa kali dan mengalami
penyusutan, seperti peralatan, kendaraan dan rumah.
b) Jasa •
Jasa konstruksi yaitu layanan pekerjaan pelaksanaan konstruksi dan wujud fisik lainnya, seperti membangun jembatan, gedung, instalasi, jalan dan rekayasa (engineering).
•
Jasa Konsultasi yaitu layanan jasa keahlian profesional dalam berbagai bidang yang meliputi jasa perencanaan konstruksi, jasa pengawasan konstruksi, dan jasa konsultan proyek dan teknis.
•
Jasa Lainnya yaitu segala pekerjaan dan atau penyediaan jasa selain jasa konstruksi, konsultasi dan pemasokan barang, seperti penyewaan, pemeliharaan dan inspeksi.
2.3.3 Metode Pengadaan Menurut buku yang ditulis oleh Siahaya (2013) disebutkan beberapa metode pengadaan dalam pemilihan pemasok, diantaranya adalah: a) Pelelangan umum Metode pemilihan penyedia barang dan jasa yang dilakukan secara terbuka dengan pengumuman secara luas melalui media massa (cetak, elektronik, internet) dan papan pengumuman resmi sehingga masyarakat luas dan dunia usaha yang berminat dan memenuhi kualifikasi dapat berpartisipasi b) Pelelangan Terbatas Metode Pelelangan terbatas, mengikut-sertakan penyedia barang dan jasa yang telah diyakini mampu dan jumlahnya terbatas. • Dilaksanakan untuk pekerjaan yang kompleks serta terdaftar dalam
10 daftar pemasok (short list) • Diumumkan secara luas untuk memberi kesempatan kepada peserta lain yang memenuhi kualifikasi c) Pemilihan Langsung Metode Pemilihan langsung dilaksanakan dengan cara mengundang calon peserta pengadaan barang dan jasa yang telah lulus prakualifikasi • Diketahui secara luas bahwa penyedia barang dan jasa yang mampu menyediakan barang atau melaksanakan pekerjaan hanya ada 2 (dua). • Merupakan kelanjutan dari proses pelelangan umum atau pelelangan terbatas • Merupakan kelanjutan dari proses pelelangan gagal karena peserta mendaftar atau yang memasuki penawaran hanya ada 2 (dua) dan diketahui secara luas bahwa hanya terdapat 2 (dua) penyedia barang dan jasa yang mampu melaksanakan pekerjaan tersebut. • Merupakan kelanjutan proses dari pelelangan ulang yang gagal karena peserta yang mendaftar atau yang memasukkan penawaran hanya ada dua 2 (dua) • Pekerjaan yang tidak dapat ditunda-tunda lagi sehubungan dengan telah terjadinya keadaan darurat (emergency). • Sebagai proses lanjut atas pemilihan langsung gagal karena hanya ada 1 (satu) peserta yang memasukkan penawaran. d) Penunjukan Langsung Metode Penunjukkan Langsung hanya dapat dilaksanakan bila memenuhi kriteria: • Dilaksanakan terhadap 1 (satu) penyedia barang dan jasa dengan cara melakukan negosiasi baik teknis maupun biaya sehingga diperoleh harga yang wajar dan memenuhi persyaratan teknis. • Dilaksanakan pada saat keadaan darurat (bencana alam, pertahanan dan keamanan negara, keselamatan masayarakat) yang pekerjaannya tidak dapat ditunda. • Pekerjaan berdasarkan tarif resmi yang ditetapkan pemerintah. • Pekerjaan spesifik (produsen/pabrikan, hak paten, teknologi khusus)
11 e) Swakelola Merupakan pekerjaan yang pelaksanannya direncanakan, dikerjakan dengan menggunakan tenaga dan peralatan sendiri dan diawasi sendiri atau pelaksanaannya dikuasakan kepada pihak lain. •
Pelaksanaan swakelola yang dilakukan sendiri secara langsung yaitu penyelenggaran pendidikan dan latihan, kursus, penataran, seminar, dan lokakarya.
•
Pelaksanan swakelola dapat dikuasakan kepada instansi terkait yang melaksanakan pekerjaan dimaksud, yaitu pemetaan lokasi, pengawalan bahan peledak, pengelolaan menara kontrol bandara, pengamanan wilayah kerja, sertifikasi dan verifikasi.
•
Pelaksanaan swakelola dapat dikuasakan kepada Lembaga Pemerintah, Lembaga Ilmiah dan perguuruan tinggi, yaitu seleksi penerimaan pekerja, penelitian, studi, pengembangan dan sertifikasi.
•
Pelaksanaan swakelola dapat dikuasakan kepada kelompok masyarakat, yaitu pelaksanaan pekerjaan tertentu dalam rangka pemberdayaan masyarakat setempat.
•
Pelaksanaan swakelola dapat dikuasakan kepada Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) nasional yaitu pelaksanaan jasa peningkatan partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan di bidang pendidikan, penyuluhan, penerapan dan penyebarluasan teknologi sederhana yang tepat guna untuk kepentingan masyarakat.
2.3.4 Prinsip Pengadaan - Efisien Pengadaan barang/jasa harus diusahakan dengan menggunakan dana dan daya yang terbatas untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam waktu sesingkat-singkatnya dan dapat dipertanggungjawabkan. - Efektif Pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya sesuai dengan sasaran yang ditetapkan.
12 - Terbuka dan Bersaing Pengadaan barang/jasa harus terbuka bagi penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan dan dilakukan melalui persaingan yang sehat di antara penyedia barang/jasa yang setara dan memenuhi syarat/kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur yang jelas dan transparan. - Transparan Semua ketentuan dan informasi mengenai pengadaan barang/jasa, termasuk syarat teknis administrasi pengadaan, tata cara evaluasi, hasil evaluasi, penetapan calon penyedia barang/jasa, sifatnya terbuka bagi peserta penyedia barang/jasa yang berminat serta bagi masyarakat luas pada umumnya. - Adil dan tidak diskriminatif Memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon penyedia barang/jasa dan tidak mengarah untuk memberi keuntungan kepada pihak tertentu, dengan cara dan atau alasan apapun. - Akuntabel Harus mencapai sasaran baik fisik, keuangan maupun manfaat bagi kelancaran pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pelayanan masyarakat sesuai dengan prinsip-prinsip serta ketentuan yang berlaku dalam pengadaan barang/jasa.
2.4 Pengadaan Secara Elektronik / E-procurement 2.4.1 Definisi E-procuremet Menurut Infonet dalam makalahnya tentang e-procurement menyebutkan bahwa e-procurement adalah nama lain untuk pembelian barang dan jasa B2B melalui pertukaran dagang extranet, antar ERP langsung, dan koneksi internet dengan pemasok-pemasok. (DeMin, 2002). Definisi menurut jurnal Moving Procurement Systems to The Internet (Davila et al., 2003) menyebutkan e-procurement: -
Teknologi yang dirancang untuk memfasilitasi pengadaan barang melalui internet,
-
Manajemen seluruh aktivitas pengadaan secara elektronik
-
Aspek-aspek fungsi pengadaan yang didukung oleh bermacam-macam bentuk komunikasi secara elektronik.
13 Menurut buku E-Business and E-Commerce Management, definisi eprocurement adalah integrasi elektronik dan pengelolaan semua kegiatan pengadaan termasuk permohonan pembelian, otorisasi, pemesanan, pengiriman dan pembayaran antara pembeli dan pemasok (Chaffey, 2009).
2.4.2 Tipe E-procurement Menurut buku yang berjudul Electronic Commerce: A Managerial Perspective (Turban et al., 2012) terdapat 6 tipe e-procurement, diantaranya: •
E-sourcing: mengidentifikasi pemasok baru untuk kategori specific pada kebutuhan pembelian dengan menggunakan teknologi internet
•
E-tendering: Mengirimkan permintaan untuk informasi dan harga ke pemasok dan menerima jawaban dari pemasok dengan teknologi internet
•
E-reverse auction: Menggunakan teknologi internet untuk membeli barang dan jasa melalui sejumlah pemasok yang sudah dikenal maupun belum.
•
E-informing: mengumpulkan dan mendistribusikan informasi pembelian baik dari pihak internal maupun eksternal dengan menggunakan teknologi internet
•
Web-based
ERP
(electronic
resource
planning):
Membuat
dan
menyetujui permintaan kebutuhan pembelian, menetapkan pesanan pembelian, dan menerima barang dan jasa dengan menggunakan sistem aplikasi berbasis teknologi internet. •
E-MRO (maintenance, repair dan operationg): sama seperti Web-based ERP kecuali barang dan jasa yang diorder adalah produk yang tidak berhubungan dengan pemasok MRO.
2.4.3 Proses E-procurement Proses pengadaan seperti yang dijelaskan oleh Chaffey (2009) pada dasarnya dimulai dari: •
Fungsi perencana menentukan barang yang dibutuhkan
•
Fungsi perencana mengisi formulir permintaan lalu diserahkan kepada buyer pada departemen pembelian. Manajer di departemen pembelian mengesahkan formulir pembelian
14 •
Buyer mengisi formulir pemesanan lalu dikirim ke pemasok
•
Pemasok menerima pesanan lalu pesanan tersebut dikirim
•
Barang pesanan diperiksa apakah sudah sesuai dengan formulir pemesanan dan tagihan pekerjaan yang dibuat oleh supplier
•
Tagihan dibayarkan kepada supplier Untuk menerapkan e-procurement manajer beserta tim pengadaan harus
bekerja sama untuk menemukan solusi yang menghubungkan orang-orang dan tugas pengadaan yang berbeda. Proses e-procurement diterapkan dengan dukungan sistem informasi. Berikut ini akan dijelaskan jenis sistem informasi yang mendukung proses pengadaan. •
Stock
control
system:
berhubungan
dengan
proses
produksi
perusahaan/pengadaan. Sistem akan memberi tanda jika pesanan perlu dilakukan jika stok item untuk kebutuhan produksi sudah mulai habis •
CD / web-based catalogue: form katalog yang masih dimuat paper-based telah digantikan dengan bentuk katalog secara eletronik untuk mendapatkan pencarian pemasok yang lebih cepat
•
E-mail / database-based workflow systems: mengintegrasikan masuknya pesanan oleh fungsi perencana, persetujuan oleh manajer dan pemasukan pesanan oleh buyer. Semua alur kerja tersebut disimpan didalam sistem database dan diberikan pemberitahuan melalui e-mail agar semua orang yang terkait dapat melihat sampai mana proses pengadaan berlangsung.
•
Order entry on website: buyer memiliki kesempatan untuk memesan secara langsung di situs web pemasok, tetapi akan mengakibatkan tidak ada integrasi dengan sistem untuk requisitioning atau akuntansi.
•
Accounting system: sistem akuntansi memungkinkan staff di departemen pembelian untuk memasukkan perintah yang kemudian dapat digunakan oleh staff akuntansi untuk melakukan pembayaran ketika faktur/tagihan tiba.
•
Integrated
e-procurement
/
ERP
system:
bertujuan
untuk
mengintegrasikan semua fasilitas sistem yang dijelaskan di atas dan mencakup integrasi dengan sistem pemasok. Misalnya untuk mengatur dokumen
pesanan
di
dalam
sistem
e-procurement.
Untuk
15 membandingkan faktur/tagihan dari pemasok dengan form pemesanan, apakah tagihannya sesuai dengan pesanan yang dikirimkan.
Gambar 2.1 Kegunaan Sistem Informasi dalam pemenuhan siklus e-procurement Sumber: (Chaffey, 2009)
Sedangkan menurut Turban et al. (2012) alur proses e-procurement sebagai berikut: •
Mencari vendor dan produk yang diinginkan dengan menggunakan ekatalog, brosur, telepon, kunjungan langsung, dan lain-lain.
•
Melakukan kualifikasi vendor dilakukan memilih vendor yang dapat diajak bekerja sama demi keperluan pengadaan perusahaan. Pemilihan vendor dapat dilakukan pencarian informasi tentang vendor apakah sesuai dengan spesifikasi.
•
Memilih mekanisme pasar, seperti private, umum, lelang, barter, dan lain-lain.
•
Melakukan perbandingan serta negosiasi mengenai kualitas barang, harga barang, metode pengiriman, dan lain-lain.
16 •
Membuat kesepakatan kontrak untuk pembelian setelah negosiasi berhasil.
•
Membuat Purchase Order (PO).
•
Mengatur jadwal pengambilan atau pengiriman barang, sesuai dengan kesepakatan yang telah dibentuk sebelumnya. Melakukan pembayaran kepada vendor.
Gambar 2.2 Alur Proses E-procurement Sumber: (Turban et al., 2012)
17 2.4.4 Infrastruktur E-procurement Menurut buku yang ditulis oleh Kalakota & Robinson (2001), generasi baru dari pengadaan dengan menggunakan aplikasi berbasis web untuk proses pembelian yang terotomatisasi. Proses e-procurement dibagi menjadi 3 (tiga) alur kerja: order flow (pemesanan), fulfillment flow (pemenuhan), dan payment flow (pembayaran). a. Order Flow -
Browse authorized supplier catalogs. Requisitioners yang ingin membuat permintaan dapat mencari di berbagai katalog pemasok. Katalog berisi informasi kategori spesifikasi pemasok, fungsi produk yang dimiliki pemasok, serta daftar harga dan produknya. Admin pembelian
dapat
menambah
detail
produk
untuk
membantu
requisitioners memilih produk mana yang baiknya disetujui untuk dibeli sesuai dengan permintaan awal. -
Create requisition/order. Saat membuat permintaan melalui sistem eprocurement, requisitioners dapat memilih produk yang diminta. Lalu pesanan di-submit dan mennjadi purchase order yang dikirimkan kepada pemasok untuk memenuhi permintaan pesanan tersebut.
-
Approvals and Purchase. Manajer pembelian pada perusahan harus dapat mengkontrol produk mana yang tersedia untuk dibeli oleh user, dimana produk ini dapat dibeli, dan siapa yang bertanggung jawab untuk menyetujui pesanan. Lalu menunggu untuk dikonfirmasi mengenai status barang pesanan tersebut.
b. Fulfillment Order -
Order dispatch. Permintaan dibagi menjadi satu pesanan pembelian pemasok dan dikirim ke setiap pemasok melalui berbagai format untuk mencocokkan penerimaan yang lebih sesuai dengan pemasok. Salinan pesanan pembelian dikirim ke sistem pembelian untuk pelaporan dan pelacakan. Saat pesanan terpenuhi, pemasok mengirim kembali pengakuan order, status pesanan, dan pemberitahuan pengiriman.
-
Order tracking. Requisitioners diberitahukan melalui e-mail mengenai status pesanannya, isinya yaitu apakah pesanan telah disetujui, konfirmasi dari pemasok, dan status pengiriman pesanan. Dengan
18 sistem e-procurement, requisitioners juga dapat mengakses secara online informasi status pesanan untuk melihat rincian pesanan dan status sejarah tiap item pesanan. -
Receiving, penerimaan berfungsi untuk melacak barang/jasa yang dikirim oleh pemasok. Tiap pengiriman dari vendor, catatan penerimaan dimasukkan kedalam pesanan pembelian.
c. Payment -
Invoicing dan billing. Untuk mengecek invoice baik dalam memasukkan dan prosesnya dari berbagai supplier. Sedangkan sistem billing menyediakan mekanisme untuk manajemen akun billing, yang fungsi tugasnya seperti setup akun, produk subscription, statement processing, dan account review.
-
Payment. Proses pembayaran adalah kunci dari software pengadaan. Software pembayaran harus mendukung kemampuan seperti proses kartu kredit, menyediakan jalur kredit, pajak penghasilan, dan apapun yang disyaratkan agar menghasilkan praktek e-procurement yang terealisasikan.
-
Reporting. Keakuratan informasi laporan adalah kunci optimalisasi proses dan penghematan biaya. Sistem pengadaan yang baik melacak yang dibeli, siapa, dari siapa, harganya, dan berapa lama untuk memenuhi siklusnya.
2.4.5 Prinsip-Prinsip E-procurement E-procurement dalam pelaksanaannya memiliki prinsip-prinsip agar proses pengadaan berjalan dengan baik. Menurut Chaffey (2009) prinsip-prinsip e-procurement sebagai berikut: -
At The Right Place E-procurement memastikan bahwa barang dikirim ke tempat yang benar. Hal ini meningkatkan efektifitas karena barang akan sampai ke tempat yang benar dengan tingkat keakuratan 100% karena jalur pengiriman sudah diatur oleh sistem.
-
Deliverd At The Right Time E-procurement memastikan bahwa setiap barang dikirim tepat waktu. Hal ini juga meningkatkan efektifitas perusahaan dalam proses bisnisnya karena
19 perusahaan bisa mendapatkan material-material yang dibutuhkan tepat waktu. Of The Right Quality
-
E-procurement memastikan bahwa kualitas barang yang sampai di tangan perusahaan benar-benar sama dengan yang dipesan. Hal ini meningkatkan efisiensi perusahaan karena kualitas barang yang terjamin sehingga berpotensi mengurangi kemungkinan terjadi defect. Of The Right Quantity
-
E-procurement memastikan bahwa barang yang dipesan sampai dengan jumlah yang tepat. Hal ini memastikan bahwa tidak ada kehilangan yang menyebabkan kerugian bagi perusahaan. Perusahaan juga tidak perlu mengecek jumlah barang lagi karena akan memakan waktu yang panjang dan terbuang sia-sia. From The Right Source
-
E-procurement memastikan bahwa barang yang dipesan berasal dari sumber yang benar. Hal ini sangatlah berguna untuk menghilangkan pemalsuan terhadap barang yang dipesan, sehingga mendukung efektifitas dan efisiensi perusahaan dalam proses bisnisnya.
2.4.6 Manfaat dan Tujuan E-procurement Manfaat e-procurement seperti yang dijelaskan oleh Kalakota dan Robinson (2001) terbagi dalam dua kategori utama; efektivitas dan efisiensi. Manfaat efektivitas meliputi peningkatan kontrol atas rantai pasokan, manajemen proaktif kunci data, dan keputusan pembelian kualitas yang lebih tinggi dalam organisasi. Manfaat efisiensi termasuk biaya pengadaan yang lebih rendah, waktu siklus yang lebih cepat, mengurangi maverick atau pembelian yang tidak sah, melaporkan informasi yang terorganisir dengan baik, dan integrasi yang lebih kuat dari fungsi pengadaan dengan kunci back-office sistem. Dalam menerapkan pengadaan secara e-procurement, terdapat beberapa manfaat serta tujuannya yaitu sebagai berikut (Turban et al., 2012): -
Meningkatkan produktivitas agent pembelian (menyediakan mereka lebih banyak waktu dan mengurangi tekanan pekerjaan)
-
Mengurangi harga pembelian melalui standar produk, reverse auction, diskon jumlah banyak dan konsolidasi pembelian.
20 -
Meningkatkan arus informasi dan manajemen (misalnya informasi pemasok dan harga)
-
Mengurangi pembelian yang terjadi dari penjual tidak berkontrak. (mengurangi maverick buying)
-
Meningkatkan proses pembayaran.
-
Meningkatkan efisiensi, kolaborasi relasi pemasok
-
Meyakinkan pengiriman tempat waktu, dan setiap saat.
-
Mengurangi kebutuhan keahlian dan pelatihan sebagai agen pembelian
-
Mengurangi jumlah pemasok.
-
Menyesuaikan proses pembelian, membuat sederhana dan cepat (dapat melibatkan pemasok yang berhak untuk menghasilkan pembelian dari desktop, atau melewati bagian pembelian)
-
Mencari pemasok dan penjual baru yang dapat menyediakan barang dan jasa lebih cepat dan atau lebih murah.
-
Mengintegrasi pengendalian budget ke proses pembelian
-
Mengurangi kesalahan manusia dalam membeli atau proses pengiriman
-
Memonitor dan menregulasi tingkah laku membeli.
2.5 User-Perceived E-Procurement Quality Menurut jurnal dari Brandon-Jones dan Carey (2010), user-perceived eprocurement quality adalah sebuah persepsi pengguna secara individu terhadap kualitas sistem e-procurement dan pendukung untuk menggunakan sistem tersebut. Terdapat beberapa dimensi dari user-perceived e-procurement quality, yaitu: Professionalism, Usability, dan Training. Pertama, professionalism adalah kemampuan pengguna dalam memahami sistem e-procurement. Dimensi ini menekankan dukungan dalam ketersediaan (availability), tanggapan (responsiveness), kehandalan (reliability), dan tingkat keahlian teknis untuk memecahkan masalah secara fleksibel dan efektif (problem resolution). Selain itu, professionalism yang bersangkutan dengan sikap (attitude) personil dan diukur melalui tingkat keramahan (friendliness), dan kerahasiaan transaksi (confidentiality) Kedua, Usability adalah persepsi pengguna terhadap kemudahan navigasi sistem e-procurement. Jika sistem tidak tersedia untuk digunakan karena server tidak dapat diandalkan misalnya, pengguna cenderung untuk menemukan cara-cara
21 alternatif untuk menempatkan pesanan di luar sistem. Selain itu, kecepatan koneksi akan memiliki dampak yang signifikan terhadap persepsi kegunaan. Jika server yang digunakan oleh sebuah organisasi lambat, pengguna akan melihat bahwa sistem sulit untuk digunakan. Sebuah sistem dianggap lambat, terutama dalam periode puncak penggunaan, kemungkinan akan menimbulkan dorongan agar meninggalkan mendukung metode pembelian alternatif. Pada akhirnya, sistem navigasi ini berkaitan dengan bagaimana agar pengguna menemukan cara mudah untuk bekerja dengan menggunakan sistem e-procurement. Ketiga, Training adalah metode pelatihan untuk pengguna dalam memahami sistem e-procurement. Pelatihan yang efektif harus disesuaikan dengan kebutuhan pengguna individu dan dapat mencakup penggunaan tutorial online, sesi kelompok, pelatihan lanjutan pada aspek-aspek tertentu dari sistem, kursus, atau bantuan tersendiri dari personil pengadaan kepada pengguna. Ketepatan waktu (timeliness) penyediaan pelatihan dan sejauh mana pelatihan diperbarui sejalan dengan perubahan pada sistem juga perlu diperhatikan. Efektivitas pelatihan yang diberikan melalui kualitas tidak hanya dari pelatihan yang sebenarnya, tetapi kualitas pendukung manual yang disediakan. Penyediaan pelatihan diusulkan untuk mempengaruhi kemauan dan kemampuan pengguna untuk mematuhi sistem. Selain itu ketersedian personil pengadaan dalam membantu setiap permasalahan yang dihadapi pengguna terhadap sistem e-procurement menentukan berjalannya proses pengadaan agar tetap lancar (help-desk).
2.6 Procurement Practice Menurut penjelasan dari jurnal (Quesada et al., 2010) proses berjalannya pengadaan sesuai dengan prakteknya dibagi menjadi beberapa tahap: A. Pengumpulan Informasi. Sebelum melakukan pembelian dari pemasok, dilakukan pengumpulan informasi dengan mengidentifikasi kebutuhan mereka dan mengevaluasi pemasok yang berpotensial untuk memenuhi kebutuhan perusahaan. Selain itu proses ini dilakukan dengan mengumpulkan informasi mengenai kondisi pasar, produk dan penjual.
22 B. Kontak Pemasok. Request For Quotation (RFQ), Request For Proposal (RFP), Request For Information (RFI), dan Request For Bid adalah cara menghubungi kontak pemasok di dalam siklus pengadaan. C. Contracting. Negosiasi adalah interaksi mitra untuk menentukan harga, ketersediaan dan waktu pengiriman barang dan jasa. Persetujuan hanyalah hasil dari negosiasi yang sukses. Proses kontrak bervariasi tergantung pada apakah transaksi tersebut adalah membeli baru, pembelian kembali yang dimodifikasi, atau hanya pembelian kembali. D. Requisitioning. Dalam permintaan, persyaratan kontrak dilakukan lalu barang dan jasa yang dikirim dengan imbalan uang atau bentuk kompensasi lainnya. Permintaan ini juga disebut sebagai pembayaran atau pengiriman produk dan kinerja pelayanan dan berakhir pada generasi data kinerja yang digunakan sebagai masukan dalam tahap berikutnya, intelijen, dan analisis. E. Intelegensi dan analisis. Tahap ini dipakai untuk identifikasi, pengumpulan dan penggunaan data internal dan eksternal untuk memungkinkan pengadaan dalam membuat keputusan sumber dan keputusan dalam pemilihan pemasok. Intelijen dan analisis berguna sebagai evaluasi kinerja dengan tujuan pengendalian.
2.7 Praktek Pengadaan di PT. Pertamina (Persero) Untuk menjalankan praktek pengadaan harus mengutamakan prinsip-prinsip sesuai dengan good corporate governance. Hal ini diharapkan untuk menciptakan praktek pengadaan yang bersih sehingga tidak ada lagi dalam proses awal hingga akhir dari pengadaan yang memungkinkan terjadinya kecurangan. Dalam pengadaan pada PT. Pertamina (Persero) sangat menjunjung tinggi hal-hal tersebut yang diatur di dalam Tata Kerja Organisasi Pengadaan Barang/Jasa No.B-006/I10100/2007-SO dan No.B.001/I00020/2010-SO. Tujuan dari TKO ini adalah untuk membakukan prosedur pengadaan barang/jasa di lingkungan PT. Pertamina (Persero) agar pelaksanaan pengadaan barang/jasa secara elektronik dapat dilakukan secara efektif, efisien, kompetitif, transparan, adil dan bertanggung jawab, serta senantiasa memperhatikan prinsip kehati-hatian. Salah satunya dengan
23 melakukan proses pengadaan secara elektronik yang sudah dilakukan oleh Pertamina melalui E-procurement Pertamina.
Gambar 2.3 Proses Procurement Pertamina Sumber: E-procurement Pertamina
2.7.1 Metode Pengadaan Secara Elektronik di Pertamina (Pertamina Eprocurement) Pertamina E-procurement adalah media interaksi buyer dengan supplier dalam proses pengadaan barang dan jasa secara online. Pertamina Eprocurement merupakan kombinasi: -
Online: pengumuman-pengumuman seperti Lelang Pekerjaan, Hasil Prakualifikasi,
Undangan
Pemasukan
Penawaran,
Hasil
Evaluasi
Admisistrasi/Harga, Proses e-Auction, Pengumuman Pemenang, dan lainlain. -
Offline: Seperti kegiatan prakualifikasi, evaluasi administrasi/teknis, evaluasi penawaran harga perdana, sanggah, dan lain-lain. Di dalam praktek pengadaan di Pertamina, disebutkan beberapa metode
pengadaan yang dapat menggunakan sistem e-procurement yaitu: •
Pelelangan Umum
•
Pemilihan Langsung, dan
•
Penunjukan Langsung
24 2.7.1.1 Pelelangan Berikut ini merupakan penjelasan prosedur dari Pelelangan sebagai berikut: 1) Persiapan Pelelangan a. Penyiapan Dokumen Pengadaan Fungsi pengadaan menyiapkan dokumen pengadaan, sebelum dilaksanakan pengumuman pelelangan dengan melakukan upload dokumen tersebut kedalam aplikasi Pertamina E-procurement apabila file dokumen pengadaan tersebut memungkinkan untuk dilakukan upload. b. Penyiapan OE/HPS Owner Estimate / Harga Perhitungan Sendiri adalah perkiraan harga yang dikalkulasikan secara keahlian yang digunakan sebagai acuan utama dalam menilai kewajaran harga. c. Penyusunan Jadwal Pelaksanaan Pemilihan Penyedia Barang/Jasa Fungsi
pengadaan
bekerjasama
dengan
fungsi
Pengguna
Barang/Jasa menbuat jadwal pelaksanaan proses pengadaan yang meliputi pelaksaan pemilihan penyedia barang/jasa, waktu mulai dan berakhirnya pelaksanaan pekerjaan, dan waktu serah terima akhir hasil pekerjaan. 2) Pengumuman dan Pendaftaran Pelelangan a. Diumumkan melalui aplikasi Pertamina E-procurement b. Pengumuman pelelangan sekurang-kurangnya memuat: •
Nama Unit Operasi/Unit Usaha/ Direktorat yang akan menagadakan pelelangan.
•
Uraian singkat mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan atau barang yang akan dibeli
•
Syarat peserta pelelangan
•
Tempat, hari dan waktu untuk mendaftarkan diri sebagai peserta
c. Penyedia barang/jasa yang ingin mengikuti lelang melakukan pendaftaran secara online pada website Pertamina E-procurement
25 3) Prakualifikasi a. Prakualifikasi dilakukan untuk menyaring penyedia barang/jasa yang dapat diikutkan pada proses pengadaan berdasarkan kriteria tertentu, yaitu: •
Dokumen yang menunjukkan kemampuan umum perusahaan (seperti akte pendirian perusahaan, susunan pemilik modal, neraca perusahaan, dan sebagainya)
•
Pengalaman kerja sejenis, yang dilampiri kontrak pekerjaan yang pernah dilakukan oleh penyedia barang/jasa sebelumnya.
b. Bagi yang sudah lulus prakualifikasi dan mendapatkan user ID dan password, dapat melakukan download Dokumen Pengadaan dan diberitahukan waktu tahap proses pelelangan berikutnya 4) Pemberian Penjelasan / pre-bid meeting (Aanwizjing) a. Panitia
Pelelangan/Fungsi
memberikan
penjelasan
Pengadaan mengenai
apabila
diperlukan
dokumen
pengadaan
barang/jasa di tempat dan pada waktu yang ditentukan, dengan mengundang para calon peserta. b. Penjelasan mengenai dokumen pengadaan harus diberikan kepada para peserta secara jelas dan lengkap sehingga dapat diikuti dan dimengerti (dilakukan secara off-line) 5) Penyampaian Dokumen Penawaran Peserta pelelangan menyususn dokumen penawaran dan memasukkan dokumen tersebut melalui sistem Pertamina E-procurement (entry dan submit). 6) Pembukaan Dokumen Penawaran a. Setelah saat penyampaian dokumen penawaran ditutup, tidak dapat lagi
diterima dokumen
penawaran,
surat
keterangan
dan
sebagainya dari para peserta. b. Pembukaan dokumen penawaran dilakukan jika minimal 2 peserta pelelangan yang memasukkan penawaran c. Panitia pelelangan/Fungsi Pengadaan membuka penawaran pada aplikasi.
26 7) Evaluasi Penawaran Evaluasi dilakukan terhadap semua penawaran yang dinyatakan sah/tidak gugur meliputi evaluasi administrasi, teknis, dan harga. 8) Negosiasi Harga Penawaran a. Negosiasi dilakukan dengan cara manual dan e-auction. Khusus untuk cara e-auction dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu melalui Bidding Room atau Remote • Bidding Room Metode negosiasi ini dilakukan di tempat Pertamina di sebuah ruangan yang berisi perangkat komputer yang terhubung dengan jaringan LAN. Waktu negosiasi dilakukan selama 15 menit sampai 30 menit dengan menggunakan aplikasi Pertamina Reverse e-Auction. • Remote Metode negosiasi ini dapat dilakukan dimana saja dengan akses internet. Dilaksanakan paling lambat 30 menit setelah diumumkan hasil evaluasi. Batas waktu pelaksanaan minimal 3 jam dan maksimal 24 jam b. Negosiasi e-auction tidak diperbolehkan untuk pengadaan jasa tenaga kerja, pekerjaan yang sangat rumit/kompleks seperti pembangunan gedung, dan pekerjaan yang bernilai dibawah 1 miliar. c. Negosiasi dapat dilakukan beberapa kali putaran kepada 5 penyedia barang/jasa yang memiliki penawaran terbaik atau kurang bila peserta yang memenuhi syarat kurang dari 5 peserta. d. Berdasarkan hasil negosiasi: o apabila akan didapatkan 1 penawaran harga yang sama atau dibawah OE/HPS, maka penawar diusulkan sebagai calon pemenang. o Apabila terdapat lebih dari 1 penawaran harga yang sama serta sudah dibawah OE/HPS, maka dilakukan negosiasi ulang kepada para peserta yang memberikan penawaran yang sama sampai didapatkan 1 harga penawaran terendah.
27 9) Keputusan Pengusulan Calon Pemenang 1) Panitia/Fungsi Pengadaan menetapkan 1 calon pemenang yang telah memasukkan penawaran 2) Panitia/Fungsi Pengadaan meyertakan 2 urutan penawaran paling menguntungkan
sebagai cadangan apabila calon
pemenang mengundurkan diri. 3) Panitia/Fungsi pengadaan membuat laporan dalam rangka pengambilan keputusan penetapan pemenang 10) Keputusan Penetapan Pemenang Panitia Pelelangan/Fungsi Pengadaan memberitahukan kepada para peserta, keputusan Pejabat Berwenang tentang penetapanan pemenang pelelangan selambat-lambatnya satu hari kerja setelah diterimanya keputusan tersebut. 11) Pengumuman Pemenang Keputusan pemenang diumumkan di website/email 12) Sanggahan Peserta 1) Vendor mengajukan sanggahan di website (soft copy) dan tertulis (hardware) kepada pejabat berwenang menetapkan pemenang 2) Jawaban sanggahan diberikan baik melalui website (soft copy) dan tertulis (hard document) kepada pejabat berwenang menetapkan pemenang 13). Penunjukkan Pemenang a.
Penunjukan pemenang dapat dilakukan apabila tidak ada sanggahan atau ternyata sanggahan tidak benar, atau sanggahan diterima melewati waktu masa sanggah. Selanjutnya pemenang melakukan tanda tangan kontrak kerjasama pekerjaan lelang dengan Pertamina.
b.
Pembuatan Perjanjian/Kontrak, setelah pemenang pelelangan ditunjuk, maka Fungsi Pengadaan membuat draft kontrak yang mengikat kedua belah pihak dan ditandatangani oleh Pejabat Berwenang dan pemenang pelelangan.
28 2.7.1.2 Pemilihan Langsung Pemilihan Langsung memiliki prosedur yang sama dengan pelelangan namun perbedannya tidak dilakukan pengumuman pengadaan melainkan Panitia/Fungsi Pengadaan langsung mengundang 5 (lima) calon penyedia barang/jasa yang dipilih dari data rekanan/vendor atau yang telah mempunyai Surat Keterangan Terdaftar (SKT).
2.7.1.3 Penunjukan Langsung Penunjukan langsung tidak melakukan pengumuman pengadaan melainkan langsung menunjuk 1 (satu) penyedia barang/jasa dan tidak ada masa sanggah.
2.7.2 Diagram Alir Pengadaan Berikut ini adalah diagram aliran Tata Kerja Organisasi Pengadaan Barang/Jasa di PT. Pertamina.
29
Gambar 2.4 Alur lelang E-procurement Pertamina Sumber: Tata Kerja Organisasi Pengadaan Barang/Jasa Metode Pelelangan No.B006/I10100/2007-SO
2.7.3 Pemasok dan Rekanan Dalam dokumen Tata Kelola Perusahaan milik PT. Pertamina, Perseroan menganggap bahwa Pemasok dan Rekanan sebagai mitra strategis dalam rangka mendukung kegiatan operasional perusahaan. Keberadaan Pemasok dan Rekanan memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga keberlangsungan
30 usaha perusahaan. Oleh karena itu, Perseroan senantiasa menjaga hubungan kerja sama secara profesional dan saling menguntungkan. Kontrak pekerjaan antara Perseroan dengan Pemasok dan Rekanan merupakan perikatan yang memberikan hak dan kewajiban kepada masingmasing pihak. Perseroan mempunyai komitmen untuk menyusun kontrak dan menyampaikan informasi yang diperlukan dalam penyusunan kontrak tersebut secara benar dan bukan informasi yang menyesatkan atau mengelabui Pemasok dan Rekanan. Penyusunan kontrak pekerjaan dengan Pemasok dan Rekanan dilakukan dengan mengutamakan prinsip kesetaraan dalam hubungan bisnis yang saling menguntungkan. Perseroan senantiasa memenuhi kewajibankewajiban yang tercantum dalam kontrak pekerjaan tersebut dengan penuh tanggung jawab.
2.8 Procurement Performance Definisi kinerja sebenarnya memiliki banyak arti dan dikaitkan kegunaannya dengan ketenagakerjaan baik dari individu maupun kelompok dalam suatu organisasi. Menurut Rivai dan Basri (2005) pengertian kinerja adalah kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk melakukan sesuatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawab dengan hasil seperti yang diharapkan. Kinerja adalah penampilan hasil karya personel baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun kerja kelompok personel. Penampilan hasil karya tidak terbatas kepada personel yang memangku jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga kepada keseluruhan jajaran personel di dalam organisasi (Ilyas, 2001). Sedangkan menurut Amstrong (2004) kinerja sebagai sarana untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dari organisasi, tim dan individu dengan cara memahami dan mengelola kinerja dalam suatu kerangka tujuan, standar, dan persyaratan-persyaratan atribut yang disepakati. Dengan kata lain kinerja dapat didefinisikan sebegai penampilan seseorang atau kelompok yang memiliki tanggung jawab sesuai jabatan pekerjaannya untuk mencapai tujuan-tujuan sesuai dengan strategi yang dibentuk dalam organisasi. Dalam proses pengadaan, variabel kinerja dapat menentukan seberapa besar tingkat keberhasilannya. Menurut jurnal yang membahas tentang manfaat kinerja pengadaan yang dapat dicapai dengan mengadopsi e-procurement di perusahaan sektor publik, terdapat dampak yang dijadikan pengukuran yaitu: efektifitas,
31 efesiensi, dematerialisasi, kompetitif, dan transparansi. (Gardenal et al., n.d.). Procurement Performance merupakan pengaruh dari penggunaan sistem eprocurement terhadap proses pengadaan sehingga berdampak pada kinerja operasional organisasi. Pada penelitian ini, dampaknya terhadap kinerja pengadaan dapat diukur dengan beberapa dimensi, yaitu: internal performance, supplier-related, dan internal customer (Quesada et al., 2010). Penggunaan teknologi e-procurement terbukti dapat memberikan pengaruh positif untuk kinerja pengadaan dari suatu perusahaan. Pernyataan ini datang sebagai hasil dari penetrasi TI di segala aspek kehidupan yang menyatakan bahwa saat ini semuanya cenderung berputar di sekitar penggunaan teknologi pada berbagai perusahaan (Wu et al., 2009). Terdapat pernyataan lain bahwa dengan memanfaatkan teknologi pengadaan baru, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi dari proses pengadaan dengan demikian dapat mencapai kinerja perusahaan yang lebih tinggi (Lindskog dan Wennberg, 2002). Kinerja pengadaan juga dapat berdampak pada hubungan dengan para pemasok. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Talluri et al. (2006) dan Fang et al. (2007) manajer mengakui manfaat dari e-procurement seperti: koordinasi yang lebih baik dengan pemasok, waktu transaksi lebih cepat, fleksibilitas yang lebih tinggi, integrasi pemasok yang lebih baik, dan biaya yang lebih rendah. Maka menjaga hubungan dengan pemasok sangat penting untuk proses pengadaan sebagai pendukung operasional perusahaan. Selanjutnya menurut jurnal dari Nath dan Angeles (2007) yang membahas tentang hubungan antara seller-buyer dalam B2B eprocurement, selain untuk menjalin hubungan dengan pemasok untuk pertukaran informasi, perusahaan harus dapat mencari pemasok mereka dengan barang dan jasa sesuai dengan yang mereka butuhkan. Faktor lain yang mempengaruhi lebih lanjut hubungan seller-buyer meliputi karakteristik pasokan seperti pentingnya untuk pembeli, kompleksitas pasokan, dinamika pasar, dan alternative ketersediaan pasokan. Selanjutnya menurut Croom dan Johnston (2003) kinerja pengadaan dapat diukur dengan fokus pada penggunaan e-procurement sebagai e-service, hal itu menunjukkan dampak dari segi e-business terhadap internal customer. Pada penelitian di jurnal ini responden sebagai pelanggan internal puas menggunakan sistem pengadaan elektronik karena efisien, cepat, dan mudah. Walaupun kepuasan dari sisi external customer juga penting, nanun setiap bagian dari suatu organisasi
32 memberikan kontribusi untuk kepuasan pelanggan eksternal, caranya dengan memuaskan pelanggan internalnya sendiri terlebih dahulu. Internal customer merupakan orang-orang yang bekerja di dalam suatu perusahaan, baik secara langsung atau di departemen lain, termasuk orang-orang dalam perusahaan lain yang bekerja dengan perusahaan tersebut untuk menyediakan produk atau jasa. Dengan kata lain, kinerja pengadaan secara elektronik dapat berdampak kepada internal customer dari segi penghematan biaya, proses, maupun kepuasan internal customer.
2.9 Hubungan User-Perceived E-procurement Quality terhadap Procurement Practice Terdapat beberapa teori yang dapat menghubungkan user-perceived eprocurement quality dengan procurement practice. Pertama, teori menurut Tavi (2008) bahwa organisasi tidak dapat mengabaikan manfaat dari praktek pengadaan secara e-procurement untuk meningkatkan kontrol, penghematan biaya, efisiensi, dan hubungan dengan pemasok. Kedua, teori menurut Brandon Jones dan Carey (2009) yang menyatakan bahwa efektifitas dan efisiensi sebagai manfaat pengadaan secara e-procurement tidak akan didapat jika pengguna e-procurement tidak mematuhi sistem dan kontrak. Maksud dari mematuhi sistem adalah mematuhi semua prosedur sistem e-procurement dengan melakukan proses pengadaan dari awal hingga akhir secara elektronik yang berlaku. Sedangkan mematuhi kontrak adalah sejauh mana individu mematuhi kontrak pengadaan yang diamanatkan. Jika dikaitkan dengan kedua teori di atas maka pada saat pengguna mematuhi sistem dan kontrak selama proses e-procurement akan berdampak pada praktek pengadaan yang efektif dan efesien. Dari teori-terori tersebuk dapat disimpulkan bahwa user-perceived eprocurement quality memiliki hubungan terhadap procurement practice.
2.10 Hubungan User-Perceived E-procurement Quality terhadap Procurement Performance Menurut Lindskog dan Wennberg (2002) dengan memanfaatkan teknologi eprocurement maka perusahaan dapat meningkatkan proses pengadaan yang lebih efisien. Manfaat e-procurement akan dirasakan oleh pengguna jika mematuhi proses e-procurement sehingga berdampak pada kinerja pengadaan (Brandon-Jones & Carey, 2010). Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Rossler dan Hirsz (1996), berfokus pada pengukuran kinerja untuk memeriksa dan memahami user-perceived
33 e-procurement quality. Dengan pengukuran tersebut dapat diketahui juga bagaimana dampaknya kepada procurement performance. Maka dapat disimpulkan bahwa userperceived e-procurement quality memiliki hubungan terhadap procurement performance.
2.11 Hubungan Procurement Practice terhadap Procurement Performance Procurement
Practice
memiliki
hubungan
terhadap
procurement
Performance. Pernyataan tersebut dibuktikan melalui penelitian yang dilakukan Vaidyanathan et al. (2008) menunjukkan bahwa frekuensi penerapan procurement practice yang lebih tinggi secara postif mempengaruhi dampak dari e-procurement pada procurement performance.
2.12 Penelitian Terdahulu Berikut ini dijelaskan beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan untuk penelitian sekarang.
Tabel 2.1 Peneliti Terdahulu No. Nama Peneliti
1.
Judul Penelitian
Metode
Hasil
Penelitian
Penelitian
(Quesada et al., Impact of e-procurement Structural
Penelitian
2010)
on procurement practices Equation
menunjukkan
and performance
bahwa
Model
E-
penggunaan
procurement Technology (EPT)
positif
mempengaruhi persepsi manajer
dari
kedua PPR dan PP
34 No. Nama Peneliti
2
Judul Penelitian
(Brandon-Jones The & Carey, 2010)
impact
of
Metode
Hasil
Penelitian
Penelitian
user- OLS
perceived
Regression
Bukti
kuat
ditemukan dari
e-procurement quality on
hubungan
system
positif
and contract compliance
pengguna
antara
dirasakan EPQ dan
kedua
sistem
dan
kepatuhan kontrak
3
Sekarang
Analisis Pengaruh User- Path Analysis
Untuk
Perceived E-Procurement
mengetahui
Quality
Terhadap
hubungan
Practice
pengaruh
Procurement dan
Dampaknya
Pada
Kasus: (Persero)
PT.
User-
Perceived
Procurement Performance;
antara
Studi Pertamina
E-
Procurement Quality, Procurement Practice,
dan
Procurement Performance
2.13 Kerangka Pemikiran Pada penelitian ini variabel independent yang pertama adalah User-Perceived Eprocurement Quality (X), dengan dimensi professionalism, usability, dan training. Variabel Dependen pada penelitian ini adalah procurement performance (Z), yang terdiri dari internal performance, supplier-related, dan Internal Customer.
35 Procurement Practice (Y), yang terdiri dari Request For Quotation, Negotiation, Contracting. Kerangka penelitian dapat dilihat pada gambar 2.5 sebagai berikut.
Variabel Independent
Variabel Dependent Variabel mediasi
User-Perceived E-Procurement Quality (X) • • •
Procurement Practice (Y) •
Professionalism Usability Training
• •
Procurement Performance (Z)
Request For Quatation Negotiation Contracting
• • •
Internal Performance Supplier Related Internal Customer
Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran Sumber: Peneliti 2014
2.14 Hipotesis Berdasarkan asumsi-asumsi penelitian sebagaimana diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berkut: Dasar pengambilan keputusan: Sig > 0,05: Ho diterima, Ha ditolak Sig < 0,05: Ho ditolak, Ha diterima 1. Untuk T-1 Ho = Penerapan user-perceived e-procurement quality (X) tidak memiliki pengaruh terhadap procurement practice (Y) pada PT. Pertamina (Persero) Ha = Penerapan user-perceiced e-procurement quality (X) memiliki pengaruh terhadap procurement practice (Y) pada PT. Pertamina (Persero) 2. Untuk T-2 Ho = Penerapan user-perceived e-procurement (X) tidak memiliki pengaruh terhadap procurement performance (Z) pada PT. Pertamina (Persero) Ha = Penerapan user-perceived e-procurement quality (X) memiliki pengaruh terhadap procurement performance (Z) pada PT. Pertamina (Persero)
36 3. Untuk T-3 Ho = Procurement Practice (Y) tidak memiliki pengaruh terhadap Procurement Performance (Z) pada PT. Pertamina (Persero) Ha = Procurement Practice (Y) memiliki pengaruh terhadap Procurement Performance (Z) pada PT. Pertamina (Persero) 4. Untuk T-4 Ho = Penerapan user-perceived e-procurement quality (X) tidak memiliki pengaruh terhadap procurement practice (Y) dan dampaknya procurement performance (Z) pada PT. Pertamina (Persero) Ha = Penerapan user-perceived e-procurement quality (X) memiliki pengaruh terhadap procurement practice (Y) dan dampaknya procurement performance (Z) pada PT. Pertamina (Persero).