BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1. Teori Teknologi Informasi dan Sistem Informasi 2.1.1. Software Software menurut O'Leary(2002, p4) adalah program yang terdiri dari langkahlangkah instruksi yang baik oleh komputer untuk melakukan tugasnya. Perangkat lunak (software) adalah nama lain untuk program. Sedangkan Sistem Perangkat Lunak (system software) adalah latar belakang software yang mengelola sumber daya internal. Contohnya adalah sistem operasi seperti windows xp. (O'Leary, 2002, p80) Perangkat Lunak Aplikasi (Aplication Software) adalah software yang berguna pada pekerjaan umum -tujuan dasar permasalahan aplikasi termasuk: Browser untuk menghubungkan ke situs web dan menampilkan halaman web. Word Processor untuk mempersiapkan dokumen-dokumen tertulis. Spreadsheet untuk menganalisis dan meringkas data numerik. Database manajemen sistem untuk mengatur dan mengelola data (O'Leary, 2002, p19). Browser bekerja melakukan koneksi ke remote komputer, membuka dan mentransfer file, menampilkan teks dan gambar, dan menyediakan sebuah tampilan antarmuka yang tidak rumit ke internet dan web. Fitur utama browser meliputi: •
Uniform resouces locators (URL) untuk menyambung ke sumber lain dengan browser alamat, atau URL, harus ditentukan. URL paling sedikit mempunyai dua bagian, yaitu Protocol dan Domain Name. Protocol adalah aturan untuk bertukar data antara komputer. Protokol http:// adalah yang paling umum.
8 Sedangkan Domain Name adalah bagian kedua dari URL dan menunjukkan nama lokasi server.
Gambar 2.1. Bagian dari URL (O'Leary, 2002) •
Hypertext Markup Language (HTML) standar bahasa pemograman dimana browser menafsirkan dokumen HTML untuk menampilkan halaman web.
•
Home Page adalah halaman pertama dari situs web.
•
Hyperlink tugasnya membuat sambungan antara informasi referensi dalam dokumen atau antara dokumen. (O'Leary, 2002, p52)
2.1.2. Internet dan Intranet Internet berdasarkan pendapat Turban (2001, p208) adalah sebuah interkoneksi jaringan yang besar dari jaringan-jaringan komputer dan komputer-komputer diseluruh penjuru dunia, lewat saluran telepon, satelit, dan sistem komunikasi lainnya guna melakukan pertukaran informasi. Sedangkan Intranet adalah jaringan setempat, yang meliputi area terbatas. Intranet setempat dapat menghubungkan hingga ratusan komputer mikro yang berada di daerah satu gedung atau beberapa gedung yang berdekatan.
2.1.3. Beberapa Istilah Web World Wide Web (WWW) adalah sekelompok dokumen multimedia yang saling terkoneksi menggunakan hyperlink. Turban (2001, p15). Hypertext Transport Protocol (HTTP) adalah standar komunikasi yang digunakan untuk mentrasfer halaman-halaman melalui WWW yang merupakan bagian
9 dari internet; yang mendefinisikan bagaimana pesan di formulasikan dan terkirim. (Turban et al, 2009, p415)
2.1.4. Sistem Sistem menurut O’brien (2003, p714) adalah (1) sekelompok elemen yang saling berhubungan dan membentuk satu kesatuan. (2) Sekelompok komponen yang bekerjasama menuju tujuan yang bersama dengan menerima input serta menghasilkan output dalam proses transformasi yang teratur. (3) Perakitan metode, prosedur, atau teknik yang disatukan oleh interaksi terregulasi untuk membentuk kesatuan organisasi. (4) Sekumpulan orang, mesin, dan metode yang teratur dan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan serangkaian fungsi tertentu.
2.1.5. Systems Development Life Cycle (SDLC) SDLC menurut pengertian Pressman (2001, p28-29) atau disebut juga Waterfall adalah model sekuensial linear yang menunjukkan sistematis, secara bertahap untuk pengembangan perangkat lunak yang dimulai pada tingkat sistem dan kemajuan melalui analisis, perancangan, coding, pengujian, dan dukungan. Berikut uraian tahapantahapannya: 1. Rekayasa sistem / informasi dan pemodelan. Karena perangkat lunak selalu bagian dari sistem yang lebih besar (atau bisnis), pekerjaan dimulai dengan menetapkan persyaratan untuk semua elemen sistem dan mengalokasikan beberapa subset dari kebutuhan ke software ini.
10 2. Analisis kebutuhan perangkat lunak. Proses pengumpulan analisis kebutuhan diperkuat dan terfokus secara khusus pada perangkat lunak. Untuk memahami sifat program yang akan dibangun, harus memahami informasi domain untuk perangkat lunak, serta fungsi yang diperlukan, perilaku, kinerja, dan GUI yang dibutuhkan. 3. Perancangan. Desain perangkat lunak sebenarnya adalah sebuah proses yang berfokus pada empat yang berbeda atribut dari sebuah program: struktur data, arsitektur perangkat lunak, karakteristik tampilan, dan prosedur (algoritma) detail. Proses desain menerjemahkan kebutuhan ke dalam sebuah representasi dari perangkat lunak yang dapat dinilai untuk kualitas sebelum coding dimulai. 4. Pengkodean (coding) Perancanaan yang sudah dibuat harus diterjemahkan ke dalam sebuah bentuk bahasa yang dapat dibaca mesin. Langkah pembuatan tugas ini disebut coding. Jika perencanaan dilakukan dengan cara yang rinci, pengkodean dapat diselesaikan secara mekanis. 5. Pengujian. Setelah pengkodean selesai, pengujian program dimulai. Proses pengujian berfokus pada logika internal software, memastikan bahwa semua pernyataan telah diuji, dan berada pada fungsi eksternal, yaitu melakukan tes untuk mengungkap kesalahan dan memastikan bahwa input yang didefinisikan akan menghasilkan hasil aktual yang setujui dan sesuai dengan apa yang dibutuhkan.
11 6. Pemeliharaan Perangkat lunak niscaya akan mengalami perubahan setelah disampaikan kepada pemakainya. Perubahan akan terjadi karena kesalahan-kesalahan yang telah ditemukan, karena software harus disesuaikan untuk mengakomodasi perubahan dalam lingkungan eksternal (misalnya, perubahan diperlukan karena operasi baru sistem atau perangkat periferal), atau karena pelanggan membutuhkan fungsi atau kinerja perangkat tambahan.
2.1.6. Sistem Basis Data Sistem basis data adalah sebuah sistem yang terintegrasi memiliki tujuan untuk memelihara informasi dan menyediakan atau menyajikan informasi tersebut pada saat dibutuhkan. Sedangkan menurut Connoly et al (2002, p14) basis data adalah suatu kumpulan logikal data yang terhubung satu sama lain, dan deskripsi dari suatu data yang dirancang sebagai informasi yang dibutuhkan oleh organisasi. Sistem basis data terdiri dari 4 komponen data, yaitu : 1. Data. Data dapat berupa data yang single user ataupun data yang berupa multi user. 2. Perangkat Keras. Merupakan komponen yang dibutuhkan untuk manajemen basis data. 3. Piranti Lunak. Merupakan komponen yang menghubungkan fisik basis data dengan pengguna. 4. Pengguna. Ada 3 kelas pengguna dalam basis data, yaitu : a. Pemrograman aplikasi. Bertanggung jawab dalam penulisan program aplikasi yang diperlukan dalam manajemen basis data dengan menggunakan berbagai bahasa pemrograman.
12 b. Pengguna akhir. Menggunakan data dalam basis data untuk keperluan tugas atau fungsinya. c. Database Administrator (DBA). Bertanggung jawab untuk keperluan sistem basis data. DBA berfungsi untuk mengatur penempatan data, penggunaan data, pembagian data, pengamanan data, pemilihan prosedur.
Tingkatan Struktur dalam basis data : 1. Field: unit terkecil dari data record yang disimpan dalam basis data. 2. Record: kumpulan field-field yang disimpan yang saling berelasi membentuk data yang mempunyai arti. 3. File: kumpulan seluruh kejadian atau peristiwa dari 1 tipe tersimpan. 4. Database: kumpulan terintegrasi dari file-file atau table-table kejadian atau peristiwa yang merupakan representasi data dari suatu model enterprise.
2.1.7. Normalisasi dan Kamus Data Menurut Connolly et al.(2002, p376), normalisasi adalah sebuah teknik untuk menghasilkan sebuah kumpulan relasi dengan properti-properti yang diinginkan, memberikan kebutuhan data dari sebuah perusahaan. Tujuan utama dari sebuah normalisasi adalah : •
Mengurangi terjadinya data ganda (repeating groups).
•
Mengurangi masalah yang terjadi pada pada satu relasi atau lebih atau yang lebih dikenal dengan anomali.
13 Anomali adalah suatu masalah yang timbul, seperti : data ganda, data hilang, pemborosan tempat memori, dan data yang tidak konsisten akibat proses penghapusan data, pemasukkan data, dan penggantian data. 1. Bentuk normal pertama (1NF) Menurut Connolly et al. (2002, p388), bentuk normal pertama (1NF) adalah sebuah relasi dimana titik pertemuan dari setiap baris dan kolom berisi hanya satu nilai. Bentuk normal pertama dicapai apabila setiap nilai atribut adalah tunggal. Kondisi ini dapat diperoleh dengan melakukan eliminasi terjadinya data ganda. Pada kondisi normal pertama ini masih memungkinkan terdapatnya data ganda. Dapat disimpulkan suatu relasi dikatakan sudah mencapai bentuk normal pertama jika : •
Setiap baris dan kolom berisi atribut yang bernilai tunggal.
•
Primary key sudah ditentukan.
•
Atribut nilai banyak (multivalue) sudah dihilangkan.
2. Bentuk normal kedua (2NF) Menurut Connolly et al.(2002, p392), bentuk normal kedua (2NF) adalah sebuah relasi dalam bentuk normal pertama dan setiap atribut yang bukan primary key yang bergantung fungsional sepenuhnya kepada primary key. Bentuk normal kedua didasarkan pada konsep ketergantungan fungsional penuh (full functional dependency). Menurut Connolly et al.(2002, p391) ketergantungan fungsional penuh dapat didefinisikan sebagai berikut : Jika A dan B adalah atribut dari suatu relasi, B bergantung fungsional sepenuhnya kepada A jika B bergantung
14 fungsional terhadap A, tetapi tidak memiliki ketergantungan himpunan bagian dengan A. Dapat disimpulkan suatu relasi dikatakan sudah mencapai bentuk normal kedua jika : •
Berada dalam bentuk normal pertama.
•
Atribut non primary key telah dihilangkan atau semua atribut non primary key bergantung fungsional sepenuhnya kepada primary key.
3. Bentuk normal ketiga (3NF) Menurut Connolly et al. (2002, p394), bentuk normal ketiga (3NF) adalah sebuah relasi dalam bentuk normal pertama dan kedua, dan tidak terdapat atribut non primary key yang bergantung secara transitif kepada primary key. Bentuk normal ketiga didasarkan pada konsep ketergantungan transitif (transitive dependency). Menurut Connolly et al. (2002, p394), ketergantungan transitif dapat didefinisikan sebagai berikut : sebuah kondisi dimana A, B, dan C adalah atribut dari sebuah relasi dimana jika A → B dan B → C, maka C adalah ketergantungan transitif pada A melalui B (menyatakan bahwa A tidak memiliki ketergantungan transitif pada B ataupun C). Dapat disimpulkan suatu relasi dikatakan sudah mencapai bentuk normal ketiga jika : •
Berada dalam bentuk normal pertama dan kedua.
•
Setiap atribut non primary key transitif kepada primary key. Database menurut definisi Connolly et al. (2002, p14) adalah kumpulan data
yang berhubungan secara logika, dan gambaran data ini, dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi dari sebuah organisasi.
15 Kamus data menurut Pressman (2001, p328-330) adalah daftar dari semua elemen data yang berhubungan dengan sistem, dengan tepat sehingga baik pengguna dan analis sistem akan memiliki kesamaan pemahaman akan input, output, komponen-komponen tempat penyimpanan dan bahkan perhitungan tingkat menengah.
2.1.8. Basisdata relasional, Object relational mappers (ORM) dan db4o's Object Database. Developer software yang berorientasi pada objek sering kesulitan untuk berpikir bagaimana menghubungkan class ke tabel database yang adalah relasional. ORM menawarkan solusi untuk masalah ini dengan menjadi jembatan sehingga class dari software berorientasi objek dapat dipetakan ke dan dari tabel database. Hibernate sebagai
contoh
ORM
untuk
applikasi
Java
merupakan
high-performance
object/relational persistence dan query service. Sebagai solusi object/relational yang fleksibel dan powerful, hibernate menangani pemetaan (mapping) dari Java classes ke tabel database dan dari tipe data dalam Java ke tipe data dalam SQL. ORM ini juga menyediakan query data dan fasilitas retrieval yang dapat mengurangi waktu pengembangan (development time). Namun, hal ini menyebabkan penurunan performance dan menggeser fokus pengembangan dari logika bisnis terhadap logika translasi dan batasannya. Kemudian muncul basisdata berorientasi objek sehingga developer dihadapkan pada beberapa pertimbangan seperti : basisdata berorientasi objek memberikan kemudahan dalam programming dan baik untuk navigasi model objek, di sisi lain, basisdata relasional
16 memberikan kemudahan dalam pembuatan laporan dan baik untuk proses sekuensial, query yang kompleks dan data mining. Db4o adalah database berorientasi objek untuk Java dan .NET platform. Db4o menawarkan fleksibilitas dengan menangani perubahan struktur (skema) dan update event dinamik (triggers) secara otomatis. Db4o memungkinkan proses pengembangan untuk fokus pada logika bisnis, menghilangkan kompleksitas, dan mencapai performance yang belum pernah terjadi sebelumnya. Desain db4o yang unik menjadikannya pilihan yang ideal untuk dipadankan dengan peralatan, perangkat lunak yang dijalankan pada platform mobile atau desktop, atau dalam kontrol sistem real-time - singkatnya: di seluruh lingkungan Java dan. NET, di mana tidak ada administrator database. Db4o menyediakan fitur lengkap dalam lingkungan berorientasi objek. Db4o menjadi alternatif yang baik ketika basisdata relasional gagal dalam menyediakan zero-administration, small footprint, smooth synchronization, and transparent, automatic upgradeability.
Gambar 2.2. Visualisasi hubungan Objek pada aplikasi berorientasi objek dalam hubungannya dengan RDBMS dan db4o. Db4o memungkinkan untuk menyimpan struktur objek yang kompleks dengan mudah dan tetap mencapai level performance tertinggi. Teknologi db4o menjamin tingkat fleksibilitas, adaptasi, performance, fungsionalitas, dan efektivitas biaya. (Anonym3, 2000).
17 2.1.9. PHP PHP menurut Peranginangin (2006, p2-4) adalah PHP (Personal Home Page) yang digunakan sebagai bahasa script server-side dalam pengembangan web yang disisipkan pada dokumen HTML. Penggunaan PHP memungkinkan web dapat dibuat dinamis sehingga maintenance situs web tersebut menjadi lebih mudah dan efisien. PHP merupakan software opensource yang disebarkan dan dilisensikan secara gratis serta dapat di download secara bebas dari situs resminya. PHP pertama kali dibuat oleh Rasmus Lerdorf pada tahun 1995. Pada waktu itu PHP masih bernama FI (Form Interpreted), yang wujudnya berupa sekumpulan script yang digunakan untuk mengolah data form dari web. Selanjutnya Rasmus merilis kode sumber tersebut untuk umum dan menamakannya PHP/FI. Dengan perilisan kode sumber ini menjadi open source, maka banyak programmer yang tertarik untuk ikut mengembangkan PHP. Pada November 1997, dirilis PHP/FI 2.0. Pada rilis ini interpreter PHP sudah diimplementasikan dalam program C. Dalam rilis ini disertakan juga modul-modul ekstensi yang meningkatkan kemampuan PHP/FI secara signifikan. Pada tahun 1997, sebuah perusahaan bernama Zend menulis ulang interpreter PHP menjadi lebih bersih, lebih baik, dan lebih cepat. Kemudian pada Juni 1998, perusahaan tersebut merilis interpreter baru untuk PHP dan meresmikan rilis tersebut sebagai PHP 3.0 dan singkatan PHP dirubah menjadi akronim berulang PHP: Hypertext Preprocessing. Pada pertengahan tahun 1999, Zend merilis interpreter PHP baru dan rilis tersebut dikenal dengan PHP 4.0. PHP 4.0 adalah versi PHP yang paling banyak dipakai pada awal abad ke-21. Versi ini banyak dipakai disebabkan kemampuannya untuk
18 membangun aplikasi web kompleks tetapi tetap memiliki kecepatan dan stabilitas yang tinggi. Pada Juni 2004, Zend merilis PHP 5.0. Dalam versi ini, inti dari interpreter PHP mengalami perubahan besar. Versi ini juga memasukkan model pemrograman berorientasi objek ke dalam PHP untuk menjawab perkembangan bahasa pemrograman ke arah paradigma berorientasi objek. PHP memiliki beberapa keelebihan, antara lain : PHP difokuskan pada pembuatan script server-side, yang bisa melakukan apa saja yang dapat dilakukan oleh CGI, seperti mengumpulkan data form, menghasilkan isi halaman web dinamis, dan kemampuan mengirim serta menerima cookies, bahkan lebih daripada kekmampuan CGI. PHP dapat digunakan pada semua OS dan mendukung banyak web server seperti Apache, Netscape, dan masih banyak lagi, bahkan PHP dapat bekerja sebagai suatu CGI processor. PHP tidak terbatas untuk menghasilkan keluaran HTML tetapi juga mengolah gambar, file PDF, dan movie flash. PHP juga dapat menghasilkan teks seperti XHTML dan file XML lainnya. Dukungan PHP terhadap database antaralain: dBase, Direct MSSQL, FrontBase, MySQL, Oracle(OC17 dan OC18), Unix DBM dan lainnya.
2.1.10. MySQL MySQL menurut Peranginangin (2006, p389) adalah Relational Database Management System (RDBMS) yang didistribusikan secara gratis dibawah lisensi GPL (General Public License). Dimana setiap orang bebas untuk menggunakan MySQL, namun tidak boleh dijadikan produk turunan yang bersifat komersial. MySQL sebenarnya merupakan turunan salah satu konsep utama dalam database sejak lama, yaitu SQL (Structured Query Language). SQL adalah sebuah konsep pengoperasian
19 database, terutama untuk pemilihan atau seleksi dan pemasukan data, yang memungkinkan pengoperasian data dikerjakan dengan mudah secara otomatis. Keandalan suatu sistem database (DBMS) dapat diketahui dari cara kerja optimizer-nya dalam melakukan proses perintah-perintah SQL, yang dibuat oleh user maupun program-program aplikasinya. Sebagai database server, MySQL dapat dikatakan lebih unggul dibandingkan database server lainnya dalam query data. Hal ini terbukti untuk query yang dilakukan oleh single user, kecepatan query MySQL bisa sepuluh kali lebih cepat dari PostgreSQL dan lima kali lebih cepat dibandingkan Interbase. MySQL memiliki beberapa keistimewaan, antara lain : 1. Portabilitas. MySQL dapat berjalan stabil pada berbagai sistem operasi seperti Windows, Linux, FreeBSD, Mac Os X Server, Solaris, Amiga, dan masih banyak lagi. 2. Open Source. MySQL didistribusikan secara open source, dibawah lisensi GPL sehingga dapat digunakan secara cuma-cuma. 3.
Multiuser. MySQL dapat digunakan oleh beberapa user dalam waktu yang bersamaan tanpa mengalami masalah atau konflik.
4.
Performance tuning. MySQL memiliki kecepatan yang menakjubkan dalam menangani query sederhana, dengan kata lain dapat memproses lebih banyak SQL per satuan waktu.
5. Jenis Kolom. MySQL memiliki tipe kolom yang sangat kompleks, seperti signed / unsigned integer, float, double, char, text, date, timestamp, dan lain-lain. 6.
Perintah dan Fungsi. MySQL memiliki operator dan fungsi secara penuh yang mendukung perintah Select dan Where dalam perintah (query).
20 7. Keamanan. MySQL memiliki beberapa lapisan sekuritas seperti level subnetmask, nama host, dan izin akses user dengan sistem perizinan yang mendetail serta sandi terenkripsi. 8. Skalabilitas dan Pembatasan. MySQL mampu menangani basis data dalam skala besar, dengan jumlah rekaman (records) lebih dari 50 juta dan 60 ribu tabel serta 5 milyar baris. Selain itu batas indeks yang dapat ditampung mencapai 32 indeks pada tiap tabelnya. 9. Konektivitas. MySQL dapat melakukan koneksi dengan klien menggunakan protokol TCP/IP, Unix soket (UNIX), atau Named Pipes (NT). 10. Lokalisasi. MySQL dapat mendeteksi pesan kesalahan pada klien dengan menggunakan lebih dari dua puluh bahasa. Meski pun demikian, bahasa Indonesia belum termasuk di dalamnya. 11. Interface. MySQL memiliki interface terhadap berbagai aplikasi dan bahasa pemrograman dengan menggunakan fungsi API (Application Programming Interface). 12. Klien dan Peralatan. MySQL dilengkapi dengan berbagai tool yang dapat digunakan untuk administrasi basis data, dan pada setiap peralatan yang ada disertakan petunjuk online. 13. Struktur tabel. MySQL memiliki struktur tabel yang lebih fleksibel dalam menangani ALTER TABLE, dibandingkan basis data lainnya semacam PostgreSQL ataupun Oracle.
21 2.1.11. Beberapa Istilah Diagram Entity Relationship Diagram (ERD) menurut definisi Whitten et al.(2004, p281) adalah model data yang menggunakan beberapa notasi untuk menggambarkan data dalam konteks entitas dan hubungan yang dideskripsikan oleh data tersebut. Pada diagram ERD terdapat entitas, hubungan, atribut, dan cardinality. Entity (entitas) adalah sesuatu yang diperlukan bisnis untuk menyimpan data. Seperti misalnya kelompok orang, tempat, objek, kejadian atau konsep tentang apa yang kita perlukan untuk mendapatkan dan menyimpan data. Attribute (atribut) adalah sifat atau karakteristik deskriptif suatu entitas. Relationship (hubungan) adalah asosiasi alami antara suatu entitas atau lebih. Sedangkan cardinality (kardinalitas) mendefinisikan jumlah minimum dan maksimum kemunculan satu entitas yang mungkin dihubungkan dengan kemunculan tunggal dari entitas lain. Data flow diagram (DFD) menurut pendapat Whitten et al.(2004, p326) adalah alat yang menggambarkan aliran data melalui sistem dan kerja atau pengolahan yang dilakukan oleh sistem tersebut. Empat simbol utama pada diagram DFD, yaitu: 1. Proses adalah kerja yang dilakukan oleh sistem sebagai respons terhadap aliran data masuk atau kondisi. 2. Agen eksternal adalah orang, unit organisasi, sistem, atau organisasi luar yang berinteraksi dengan sistem. Disebut juga entitas eksternal. 3. Data store adalah penyimpanan data, sinonimnya antara lain file dan database. 4. Data flow (aliran data) menunjukkan input data ke proses atau output data (atau informasi) dari proses.
22 Sebuah DFD fisik menurut Whitten et al.(2004, p506) menggambarkan hal-hal sebagai berikut: 1. Pelaksanaan yang direncanakan untuk input atau output dari fisik 2. Perintah atau tindakan database seperti membuat, membaca, memperbarui, atau menghapus 3. Kepentingan data dari atau untuk ekspor data ke sistem informasi lain di dalam jaringan 4. Aliran data antara dua modul atau subrutin dalam program yang sama. Flowchart (Bagan Alir) merepresentasikan grafis dimana simbol-simbol digunakan untuk mewakili operasi, data, arus, logika, peralatan, dan lain-lain. Flowchart program mengilustrasikan struktur dan operasional program, sedangkan
flowchart
sistem mengilustrasikan komponen dan aliran sistem informasi. (O’brien, 2003, p700). State Transition Diagram (STD) menurut Pressman(2001, p302) merupakan diagram yang menunjukkan bagaimana sistem berperilaku sebagai konsekuensi peristiwa eksternal. Untuk mencapai hal ini, STD mewakili berbagai modus perilaku dari sistem dan STD menunjukkan tindakan apa saja (misalnya, proses aktivasi) yang diambil sebagai akibat dari peristiwa tertentu.
2.1.12. Aturan User Interface Shneiderman mengemukakan 8 (delapan) aturan yang dapat digunakan sebagai petunjuk dasar yang baik untuk merancang suatu user interface. Delapan aturan ini disebut dengan Eight Golden Rules of Interface Design, yaitu: 1. Konsistensi. Konsistensi dilakukan pada urutan tindakan, perintah, dan istilah yang digunakan pada prompt, menu, serta layar bantuan.
23 2. Memungkinkan pengguna untuk menggunakan shortcut. Ada kebutuhan dari pengguna yang sudah ahli untuk meningkatkan kecepatan interaksi, sehingga diperlukan singkatan, tombol fungsi, perintah tersembunyi, dan fasilitas makro. 3. Memberikan umpan balik yang informatif. Untuk setiap tindakan operator, sebaiknya disertakan suatu sistem umpan balik. Untuk tindakan yang sering dilakukan dan tidak terlalu penting, dapat diberikan umpan balik yang sederhana. Tetapi ketika tindakan merupakan hal yang penting, maka umpan balik sebaiknya lebih substansial. Misalnya muncul suatu suara ketika salah menekan tombol pada waktu input data atau muncul pesan kesalahannya. 4. Merancang dialog untuk menghasilkan suatu penutupan. Urutan tindakan sebaiknya diorganisir dalam suatu kelompok dengan bagian awal, tengah, dan akhir. Umpan balik yang informatif akan memberikan indikasi bahwa cara yang dilakukan sudah benar dan dapat mempersiapkan kelompok tindakan berikutnya. 5. Memberikan penanganan kesalahan yang sederhana. Sedapat mungkin sistem dirancang sehingga pengguna tidak dapat melakukan kesalahan fatal. Jika kesalahan terjadi, sistem dapat mendeteksi kesalahan dengan cepat dan memberikan mekanisme yang sedehana dan mudah dipahami untuk penanganan kesalahan. 6. Mudah kembali ke tindakan sebelumnya. Hal ini dapat mengurangi kekuatiran pengguna karena pengguna mengetahui kesalahan yang dilakukan dapat dibatalkan; sehingga pengguna tidak takut untuk mengekplorasi pilihan-pilihan lain yang belum biasa digunakan. 7. Mendukung tempat pengendali internal (internal locus of control). Pengguna ingin menjadi pengontrol sistem dan sistem akan merespon tindakan yang
24 dilakukan pengguna daripada pengguna merasa bahwa sistem mengontrol pengguna. Sebaiknya sistem dirancang sedemikan rupa sehingga pengguna menjadi inisiator daripada responden. 8. Mengurangi beban ingatan jangka pendek. Keterbatasan ingatan manusia membutuhkan tampilan yang sederhana atau banyak tampilan halaman yang sebaiknya disatukan, serta diberikan cukup waktu pelatihan untuk kode, mnemonic, dan urutan tindakan. (Shneiderman et al, 2004).
2.2. Teori Saham 2.2.1. Saham Saham menurut Tambunan (2008, p1) adalah bukti penyertaan modal pada sebuah perusahaan. Dengan membeli saham perusahaan, berarti orang tersebut menginvestasikan modal/dana yang nantinya akan di gunakan oleh pihak manejemen untuk membiayai kegiatan oprasional perusahaan. Sedangkan saham menurut Darmadji (2001, p5) adalah sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut. Jadi dapat disimpulkan, bahwa saham adalah bukti investasi seseorang terhadap seuatu perusahaan, sehingga kegiatan oprasional perusahaan bisa dibiayai dengan lebih baik. Tetapi dengan era teknologi sekarang ini, saham tidak lagi berbentuk selembar kertas, melainkan scriptless.
25 2.2.2. Jenis-Jenis Saham Menurut Darmadji (2001, p6) saham dibedakan : •
Ditinjau dari segi kemampuan hak tagih atau klaim, maka saham terbagi atas: 1.
Saham Biasa (common stocks), yaitu merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling yunior terhadap pembagian deviden, dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi.
2.
Saham Preferen (preferred stocks), yaitu merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bungan obligasi), tetapi tidak mendatangkan hasil seperti yang di kehendaki investor.
•
Ditinjau dari kinerja perdagangan maka saham dapat di kategorikan atas: 1. Blue-Chip Stock, yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar deviden. 2. Income Stock, yaitu saham dari suatu emite yang memiliki kemampuan membayar deviden lebih tinggi dari rata-rata deviden yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. Emiten seperti ini biasanya mampu menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur membagikan deviden tunai. Emiten ini tidak suka menekan laba dan tidak mementingkan potensi pertumbuhan harga saham (P/E ratio). 3. Growth Stock (well-known), yaitu saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi. Selain itu terdapat juga, growth stock (lesserknown), yaitu saham dari emiten yang tidak sebagai leader dalam industri
26 namun memiliki ciri growth stock. Umumnya saham ini berasal dari daerah dan kurang populer di kalangan emiten. 4. Speculative Stock, yaitu saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti. 5. Counter Cyclical Stock, yaitu saham yang tidak berpengaruh oleh kondisi ekonomi, ekonomi makro maupun situasi bisnis seacra umum. Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, di mana emitennya mampu memperikan deviden yang tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten dalam memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi. Emiten seperti ini biasanya bergerak dalam produk yang sangat dan selalu di butuhkan masyarakat seperti rokok, consumer goods. Tambahan jenis saham lainnya berdasarkan Tambunan (2008, p33), yaitu: 6. Junk Stock, yaitu saham yang di terbitkan oleh perushaaan yang manajemennya kurang baik dan seringkali mengalami kerugian. Utangnya banyak dan tidak memiliki produk/jasa yang berprospek cerah. Kalaupun pernah membagikan deviden, jumlahnya sangat kecil dan itu pundilakukan karena dipaksa dengan adanya peraturan/persyaratan.
2.2.3. Lembaga-lembaga Pasar Modal Indonesia Bapepam menurut Darmadji (2001, p14) merupakan lembaga tertinggi pasar modal yang melakukan pengawasan dan pembinaan pasar modal. Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 503/KMK.01/1997.
27 Bursa
Efek
berdasarkan
pendapat
Darmadji
(2001,
p17)
adalah
lembaga/perusahaan yang menyelenggarakan/menyediakan fasilitas sistem (pasar) untuk mempertemukan penawaran jual dan beli Efek antar berbagai perusahaan/perorangan yang terlibat dengan tujuan memperdagangkan Efek perusahaan yang telah tercatat di Bursa Efek. Perusahaan Efek menurut Darmadji (2001, p19) adalah pihak yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek, Perantara Perdagangan Efek, dan atau Manajer Investasi (UU Pasar Modal). Dan perusahaan Efek ini berbentuk Perseroan Terbatas dan dapat menjalankan usahanya setelah mendapakan izin dari Bapepam. Perusahaan Efek sering disebut juga perusahaan sekuritas. Bank Konstidian berdasarkan pendapat Darmadji (2001, p24) berfungsi memberikan jasa penitipan Efek dan harta lainnya yang berkaitan dengan Efek serta jasa lain, menerima bunga, deviden, dan hak-hak lain, menyelesaikan transaksi Efek dan mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya. Berdasarkan UU PM, pihak yang dapat melakukan kegiatan usaha sebagai Konstidian adalah Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian(LPP), Perusahaan Efek atau Bank Umum yang telah mendapat persetujuan Bapepam. PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) berfungsi sebagai lembaga kliring dan penjamin, yaitu melakukan kliring dan penjaminan antara anggota bursa. PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) berfungsi sebagai lembaga penyimpanan dan penyelesaian, yaitu sebagai sentral penyimpanan Efek yang di transaksikan di bursa.
28 2.2.4. Cara Jual Beli Saham Remote Trading berdasarkan pendapat Darmadji (2001, p189) dapat diartikan sebagai sistem Perdangangan Jarak Jauh, di mana setiap order transaksi di kantor broker (Perusahaan Efek) langsung dikirim ke sistem Perdagangan Bursa Efek, tanpa perlu memasukkan order dari Lantai Bursa (trading floor). Online Trading menurut Darmadji (2001, p191) merupakan cara baru dalam jual beli saham, yakni via internet. Pemodal hanya perlu memasukkan order (buy atau sell) via keybord, dengan eksekusi yang seketika (realtime). Cara baru ini, di samping lebih cepat, juga bisa dilakukan di mana saja asal ada saluran telepon dan sambungan ke internet.
2.2.5. Mekanisme Perdangangan Mekanisme perdagangan saham menurut Anonym1 adalah sebagai berikut:
Gambar 2.3: Proses Pelaksanaan Perdagangan di Bursa (Anonym1, 2007)
29 Dilihat dari prosesnya (Gambar 2.3), maka urutan perdagangan saham atau Efek lainnya dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Menjadi Nasabah di Perusahaan Efek. Pada bagian ini, seseorang yang akan menjadi investor terlebih dahulu menjadi nasabah atau membuka rekening di salah satu broker atau Perusahaan Efek. Setelah resmi terdaftar menjadi nasabah, maka investor dapat melakuka kegiatan transaksi. 2. Order dari nasabah. Kegiatan jual beli saham diawali dengan instruksi yang disampaikan investor kepada broker. Pada tahap ini, perintah atau order dapat dilakukan secara langsung dimana investor datang ke kantor broker atau order disampaikan melalui sarana komunikasi seperti telpon atau sarana komunikasi lainnya. 3. Diteruskan ke Floor Trader. Setiap order yang masuk ke broker selanjutnya akan diteruskan ke petugas broker tersebut yang berada di lantai bursa atau yang sering disebut floor trader. 4. Masukkan order ke JATS Floor trader akan memasukkan (entry) semua order yang diterimanya kedalam sistem komputer JATS. Di lantai bursa, terdapat ratusan terminal JATS yang menjadi sarana entry order-order dari nasabah. Seluruh order yang masuk ke sistem JATS dapat dipantau baik oleh floor trader, petugas di kantor broker dan investor. Dalam tahap ini, terdapat komunikasi antara pihak broker dengan investor agar dapat terpenuhi tujuan order yang disampaikan investor baik untuk beli maupun jual. Termasuk pada tahap ini, berdasarkan perintah
30 investor, floor trader melakukan beberapa perubahan order, seperti perubahan harga penawaran, dan beberapa perubahan lainnya. 5. Transaksi Terjadi (matched). Pada tahap ini order yang dimasukkan ke sistem JATS bertemu dengan harga yang sesuai dan tercatat di sistem JATS sebagai transaksi yang telah terjadi (done), dalam arti sebuah order beli atau jual telah bertemu dengan harga yang cocok. Pada tahap ini pihak floor trader atau petugas di kantor broker akan memberikan informasi kepada investor bahwa order yang disampaikan telah terpenuhi. 6. Penyelesaian Transaksi (settlement) Tahap akhir dari sebuah siklus transaksi adalah penyelesaian transaksi atau sering disebut settlement. Investor tidak otomatis mendapatkan hak-haknya karena pada tahap ini dibutuhkan beberapa proses seperti kliring, pemindahbukuan, dan lain-lain hingga akhirnya hak-hak investor terpenuhi, seperti investor yang menjual saham akan mendapatkan uang, sementara investor yang melakukan pembelian saham akan mendapatkan saham. Di BEI, proses penyelesaian transaksi berlangsung selama 3 hari bursa. Artinya jika melakukan transaksi hari ini (T), maka hak-hak kita akan dipenuhi selama 3 hari bursa berikutnya, atau dikenal dengan istilah T + 3.
31
Gambar 2.4: Proses Pelaksanaan Perdagangan secara Remote (Anonym1, 2007) Pelaksanaan perdagangan Efek di Bursa dilakukan dengan menggunakan fasilitas JATS. Perdagangan Efek di Bursa hanya dapat dilakukan oleh Anggota Bursa (AB) yang juga menjadi Anggota Kliring KPEI. Anggota Bursa Efek bertanggungjawab terhadap seluruh transaksi yang dilakukan di Bursa baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah. Anggota Bursa Efek bertanggung jawab terhadap penyelesaian seluruh Transaksi Bursa atas nama Anggota Bursa Efek yang bersangkutan sebagaimana tercantum dalam DTB, termasuk Transaksi Bursa yang terjadi antara lain karena: •
kesalahan Peralatan Penunjang dan atau aplikasi Anggota Bursa Efek dalam rangka Remote Trading kecuali kesalahan perangkat lunak JONEC yang disediakan oleh Bursa; dan atau
32 •
kelalaian atau kesalahan PJPP dalam melaksanakan penawaran jual dan atau permintaan beli ke JATS; dan atau
•
kelalaian atau kesalahan IT Officer-RT dalam pengoperasian Peralatan Penunjang dan atau aplikasi Anggota Bursa Efek; dan atau
•
adanya akses yang tidak sah yang dilakukan melalui Peralatan Penunjang dan atau aplikasi Anggota Bursa Efek.
Segmen Pasar di Bursa •
Pasar Reguler;
•
Pasar Tunai;
•
Pasar Negosiasi.
Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) hanya dapat diperdagangkan pada Pasar Tunai dan di Pasar Negosiasi pada sesi I. Penyelesaian Transaksi
Tabel 2.1. Penyelesain Transaksi (Anonym1, 2007)
33 Pasar Reguler Penawaran jual dan atau permintaan beli yang telah dimasukkan ke dalam JATS diproses oleh JATS dengan memperhatikan: 1. Prioritas harga (price priority): Permintaan beli pada harga yang lebih tinggi memiliki prioritas terhadap permintaan beli pada harga yang lebih rendah, sedangkan penawaran jual pada harga yang lebih rendah memiliki prioritas terhadap penawaran jual pada harga yang lebih tinggi. 2. Prioritas Waktu (time Priority) Bila penawaran jual atau permintaan beli diajukan pada harga yang sama, JATS memberikan prioritas kepada permintaan beli atau penawaran jual yang diajukan terlebih dahulu. Pengurangan jumlah Efek pada JATS baik pada penawaran jual maupun pada permintaan beli untuk tingkat harga yang sama tidak mengakibatkan hilangnya prioritas waktu. Sedangkan penambahan jumlah Efek baik pada penawaran jual maupun permintaan beli untuk tingkat harga yang sama diperlakukan sama dengan penawaran jual maupun permintaan beli baru. Transaksi Bursa di Pasar Reguler dan Pasar Tunai terjadi dan mengikat pada saat penawaran jual dijumpakan (match) dengan permintaan beli oleh JATS.
34 Penyelesaian Transaksi Bursa Pasar Reguler dan Pasar Tunai Penyelesaian Transaksi Bursa di Pasar Reguler dan Pasar Tunai antara Anggota Bursa jual dan Anggota Bursa beli dijamin oleh KPEI. - Transaksi Bursa Pasar Reguler wajib diselesaikan pada Hari Bursa ke-3 (T+3). - Transaksi Bursa Pasar Tunai wajib diselesaikan pada Hari Bursa yang sama (T+0). Penyelesaiain Transaksi Bursa yang dilakukannya di Pasar Reguler dan Pasar Tunai akan ditentukan oleh KPEI melalui proses Netting dan dilakukan melalui pemindahbukuan Efek dan atau dana ke rekening Efek Anggota Bursa yang berhak yang berada pada KSEI. Dalam hal kewajiban Anggota Bursa untuk menyerahkan Efek tidak dilaksanakan sesuai dengan ketentuan, maka Anggota Bursa tersebut wajib untuk menyelesaikan kewajibannya dengan uang pengganti (ACS= Alternate Cash Settlement) yang besarnya ditetapkan sebesar 125% (seratus dua puluh lima perseratus) dari harga tertinggi atas Efek yang sama yang terjadi di: •
Pasar Reguler dan Pasar Tunai yang penyelesaiannya jatuh tempo pada tanggal yang sama; dan
•
Pasar Reguler pada Sesi I pada hari penyelesaian transaksi yang jatuh temponya sebagaimana di atas.
35 Dalam hal Anggota Bursa tidak memenuhi kewajibannya untuk membayar kepada KPEI sebagaimana tercantum dalam DHK Netting, maka kewajiban Anggota Bursa tersebut wajib diselesaikan sesuai dengan Peraturan KPEI. Anggota Bursa yang tidak memenuhi kewajibannya dalam penyelesaian Transaksi Bursa dilarang melakukan kegiatan perdagangan Efek di Bursa sampai dengan KPEI melaporkan ke Bursa bahwa semua kewajiban Anggota Bursa tersebut telah terpenuhi dan Anggota Bursa dapat dikenakan sanksi sesuai dengan Peraturan Bursa.
Gagal Serah dan Gagal Bayar Darmadji (2001, p83) mendefinisikan gagal serah dan gagal bayar sebagai berikut: Gagal Serah akan terjadi apabila nasabah (perusahaan Efek) melakukan order Jual tetapi tidak dapat menyerahkan saham untuk penyelesaian transaksi Efek. Sedangkan Gagal Bayar terjadi apabila nasabah (perusahaan Efek) melakukan order Beli tetapi tidak dapat menyerahkan dana untuk penyelesaian Efek.
2.3. Teori Manajemen Risiko
2.3.1. Risiko Macam-macam pengertian Risiko menurut Djojosoedarso (2003, p2), sebagai berikut: 1. Risiko adalah suatu variasi dari hasil-hasil yang dapat terjadi selama periode tertentu (Arthur Williams dan Richard, M.H) 2. Risiko adalah ketidakpastian yang mungkin melahirkan peristiwa kerugian (A. Abas Salim)
36 3. Risiko adalah ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa (Soekarto). 4. Risiko merupakan penyebaran/penyimpangan hasil aktual dari hasil yang diharapkan (Herman Darmawi). 5. Risiko adalah probabilitas sesuatu hasil/outcome yang berbeda dengan yang diharapkan (Herman Darmawi). Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa risiko selalu dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya sesuatu yang merugikan yang tidak diduga/ tidak diinginkan. Dengan demikian risiko mempunyai karakteristik: 1. Merupakan ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa 2. Merupakan ketidakpastian bila terjadi akan menimbulkan kerugian. Macam-macam Risiko Korporat menurut Djohanputro(2008, p60-69) adalah dibagi atas empat jenis yaitu risiko keuangan, operasional, strategis, dan eksternalitas.
Risiko Keuangan Risiko keuangan adalah pengaruh keuangan perusahaan terhadap gejolak variabel makro. Risiko Keuangan terdiri atas empat jenis risiko likuiditas, risiko kredit, risiko permodalan, dan risiko pasar. •
Risiko Likuiditas Risiko ini tejadi jika perusahaan tidak dapat memenuhi pembayaran kewajiban jangka pendeknya atau penjualan aset perusahan dengan harga diskon yang tinggi yang dikarenakan jarangnya pembeli.
•
Risiko Kredit Risiko yang timbul dari pihak debitur karena debitur tidak dapat memenuhi kewajibannya seperti kesepakan yang telah disetujui bersama.
37 •
Risiko Permodalan Risiko permodalan atau risiko solsensi adalah risiko yang timbul karna perusahaan tidak dapat menutup kerugian. Risiko ini dilihat dari rasio antara pinjaman dan ekuitas.
•
Risiko Pasar Risiko ini berkaitan dengan potensi penyimpanan hasil keuangan kerena pergerakan variabel pasar selama periode likuidasi dan perusahaan harus secara rutin melakukan penyesuaian nilai terhadap pasar, seperti suku bunga, nilai tukar, komoditas, dan ekuitas.
Risiko Oprasional Risiko yang timbul karena adanya potensi penyimpangan dari hasil yang diharapkan karena tidak berfungsi suatu sistem, SDM, teknologi, atau faktor lainnya. Risiko ini bisa terjadi pada tingkatan teknis dan organisasi. Kalau risiko oprasional teknis terjadi apabila sistem informasi, kesalahan dalam input/mencatat, informasi yang tidak memadai, dan pengukuran risiko yang kurang tepat atau tidak memadai. Sedangkan risiko oprasional pada tingat organisasi terjadi karena sistem pemantau dan pelaporan, sistem dan prosedur, serta kebijakan tidak berjalan sebagaimana seharusnya. Jadi risiko oprasional disebabkan beberapa faktor, yaitu SDM, Teknologi, sistem dan prosedur, kebijakan, dan struktur organisasi.
38 •
Risiko produktivitas Risiko ini berkaitan dengan hasil tingkat produktivitas yang diharapkan menemui penyimpangan yang mempengaruhi variabel produktivitas kerja, yang berkaitan dengan teknologi, peralatan, material, dan SDM.
•
Risiko Teknologi Risiko yang timbul karena penyimpangan teknologi yang tidak sesuai dengan kondisi , misalnya teknologi perusahaan dengan pemasok tidak kompatibel jadi sulit di integrasikan.
•
Risiko Inovasi Adanya inovasi kadang membawa dampak negatif bagi perusahaan karena adanya penyipangan inovasi yang merupakan modernisasi/pembaruan pada beberapa aspek bisnis tidak dapat disesuaikan oleh perusahaan
•
Risiko Sistem Risiko ini merupakan bagian dari risiko proses, seperti penyimpanan hasil karna ada cacat atau ketidak sesuaian dalam operasi perusahaan.
•
Risiko Proses Risiko yang timbul karena penyimpangan/kesalahan dalam kombinasi sumber daya (SDM, keahlian, metode, peralatan, teknologi, dan material) dan karena perubahan lingkungan.
39 Risiko Strategis Risiko Strategis adalah risiko akibat kesalahan pembuatan keputusan strategi yang tidak sesuai dengan keadaan internal (khususnya yang dapat menyebabkan eksposur keuangan) dan keadaan eksternal perusahaan. Risiko ini terbagi atas: •
Risiko usaha Risiko ini timbul karena potensi penyimpangan korporat terhadap nilai saham dan kekayaan pemegang saham, misalnya perusahaan bidang makanan mempunyai risiko yang rendah tetapi apabila masuk ke bisnis properti maka risikonya akan meningkat.
•
Risiko transaksi strategis Risiko yang dihasilkan karena adanya penyimpangan dari hasil transaksi strategis, seperti merger, akuisisi, divestasi, likuidasi, aliansi dan sejenisnya.
•
Risiko hubungan investor Risiko yang timbul karena timbulnya eksposur korporat terutama keuangan, karena tidak sempurna dalam membina hubungan dengan investor, baik dengan pemegang saham atau kreditur.
Risiko Eksternalitas Risiko eksternalitas adalah potensi penyimpangan dari hasil eksposur korporat dan strategis, bisa berdampak pada potensi penutupan usaha, karena faktor eksternal,antara lain:
40 •
Risiko reputasi Risiko potensi hancurnya reputasi perusahaan karena penerimaan eksternal yang rendah, bahkan terjadi penolakan.
•
Risiko lingkungan Risiko yang timbul karena ketidak mampuan perusahaan dalam menjaga lingkungannya (seperti mengatasi polusi) dan dampak yang ditimbulkan.
•
Risiko sosial Risiko yang timbul karena tidak akrabnya perusahaan dengan lingkungan tempat perusahaan itu berada, seperti misalnya risiko yang ditimbulkan akibat perusahaan tidak peka terhadap perekrutan karyawan dari dimana perusahaan berada.
•
Risiko hukum Risiko yang terjadi karena perusahaan tidak memenuhi peraturan hukum dan norma yang berlaku.
2.3.2. Manajemen Manajemen berdasarkan pendapat Robbins et al (2007, p37) sebagai proses mengkoordinasi kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain. Manajemen berdasarkan pendapat Bateman et al (2001, p15) adalah proses pekerjaan dengan orang-orang dan sumberdaya untuk mencapai sasaran-sasaran organisasi.
41 Jadi menurut pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Manajemen adalah segala proses kegiatan yang terkoordinasi dengan berbagai sumber yang dimiliki perusahaan (baik SDM, teknologi maupun sumberdaya lainnya) agar tercapai sasaransasaran perusahaan. Sedangkan seorang manajer menurut pendapat Robbins et al (2007, p34) adalah seseorang yang bekerja dengan dan melalui orang lain dengan mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan pekerjaan mereka guna mencapai sasaran-sasaran organisasi.
2.3.3. Manajemen Risiko Pengertian Manajemen Risiko menurut Djojosoedarso (2003, p4-5) adalah pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dalam penanggulangan risiko, terutama risiko yang dihadapi oleh organisasi/perusahaan, keluarga dan masyarakat. Jadi mencakup kegiatan merencanakan, mengorganisir, menyusun, memimpin/mengkoodinir, dan mengawasi (termasuk mengevaluasi) program penanggulangan risiko. Program manajemen risiko dengan demikian mencakup tugas-tugas: 1. Mengidentifikasikan risiko-risiko yang dihadapi, 2. Mengukur atau menentukan besarnya risiko tersebut, 3. Mencari jalan untuk menghadapi atau menanggulangi risiko, 4. Menyusun strategi untuk memperkecil ataupun mengendalikan risiko, 5. Mengkoodinir pelaksanaan penanggulangan risiko serta mengevaluasi program penanggulangan risiko yang telah dibuat. Jadi seorang manajer risiko pada hakikatnya harus menjawab pertanyaan: 1. Risiko apa saja yang dihadapi perusahaan? 2. Bagaimana dampak risiko-risiko tersebut terhadap bisnis perusahaan?
42 3. Risiko-risiko mana yang dapat dihindari, yang dapat ditangani sendiri dan yang mana yang harus di pindahkan kepada perusahaan asuransi? 4. Metode mana yang paling cocok dan efisien untuk menghadapi serta bagaimana hasil pelaksanaan strategi penanggulangan risiko yang telah direncanakan?
2.3.4. Sumbangan Manajemen Risiko bagi Perusahaan Adanya penanggulangan risiko yang baik bagi suatu perusahaan akan memberikan beberapa sumbangan yang sangat bermanfaat, antara lain: 1. Evaluasi dari program penanggulangan risiko dapat memberikan gambaran mengenai keberhasilan dan kegagalan operasi perusahaan. Meskipun mungkin tidak mendatangkan keuntungan, tetapi dapat memberikan kritikan bagi pengelola perusahaan, sehingga bermanfaat bagi perbaikan pengelolaan usaha di masa mendatang. 2. Pelaksanaan program penanggulangan risiko juga dapat memberikan sumbangan langsung kepada upaya peningkatan keuntungan perusahaan. Hal ini dapat terjadi karena adanya pengurangan biaya melalui upaya pencegahan, pengurangan kerugian dengan memindahkan kemungkinan kerugian kepada pihak lain dengan biaya yang terendah, dan sebagainya. 3. Pelaksanaan program penanggulangan risiko yang berhasil juga menyumbangkan secara tidak langsung kepada pencapaian keuntungan perusahaan. Beberapa istilah Penting: 1. Peril adalah peristiwa atau kejadian yang menimbulkan kerugian. Jadi merupakan kejadian/peristiwa sebagai penyebab langsung terjadinya suatu kerugian; misalnya kebakaran, pencurian, kecelakaan, dan sebagainya. Peril
43 sering disebut juga bahaya, meskipun antara keduanya sebetulnya tidak persis sama. 2. Hazard adalah keadaan dan kondisi yang memperbesar kemungkinan terjadinya peril. Jadi merupakan keadaan dan kondisi yang memperbesar kemungkinan sesuatu terkena peril. Contoh: jalan licin, tikungan tajam yang memperbesar kemungkinan terjadinya kecelakaan. 3. Exposure adalah keadaan atau objek yang mengandung kemungkinan terkena dan
upaya
Fungsi Manajemen Risiko menurut Djojosoedarso (2003, p14-15)
pada
peril,
sehingga
merupakan
keadaan yang
menjadi
objek
penanggulangan risiko, khususnya di bidang pertanggungan.
2.3.5. Fungsi Pokok Manajemen Risiko
pokoknya mencakup: 1. Menemukan Kerugian Potensial. Artinya berupaya untuk menemukan/ mengidenifikasi seluruh risiko murni yang dihadapi oleh perusahaan. 2. Mengevaluasi Kerugian Potensial. Artinya melakukan evaluasi dan penilaian terhadap semua kerugian potesial yang dihadapi perusahaan.
2.3.6. Lagkah-langkah Proses Pengelolaan Risiko Dalam mengelola risiko, langkah-langkah yang harus dilalui adalah: 1. Mengidentifikasi/menentukan terlebih dahulu objektif/tujuan yang ingin dicapai melalui pengelolaan risiko. Misalnya penghasilan yang stabil, kedamaian hati, dan sebagainya.
44 2. Mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan terjadinya kerugian/ peril atau mengidentifikasi risiko-risiko yang dihadapi. Langkah ini memang sulit namun sangat penting, sebab keberhasilan pengelolaan risiko sangat tergantung pada hasil identifikasi ini. 3. Mengevaluasi dan mengukur besarnya kerugian potensial, di mana yang dievaluasi dan diukur adalah: a. Besarnya kesempatan atau kemungkinan peril yang akan terjadi selama suatu periode tertentu. b. Besarnya akibat dari kerugian tersebut terhadap kondisi keuangan perusahaan/keluarga c. Kemampuan meramalkan besarnya kerugian yang jelas akan timbul 4. Mencari cara atau kombinasi cara-cara yang paling baik, paling tepat dan paling ekonomis untuk menyelesaikan masalah-masalah yang timbul akibat terjadinya suatu peril. Upaya-upaya tersebut antara lain meliputi: a. Menghindari kemungkinan terjadinya peril b. Mengurangi kesempatan terjadinya peril c. Memindahkan kerugian potensial kepada pihak lain (mangasuransikan) d. Menerima dan memikul kerugian yang timbul (meretensi) 5. Mengkoordinir dan mengimplementasikan/melaksanakan keputusan-keputusan yang telah diambil untuk menanggulangi risiko. Misalnya membuat perlindungan yang
layak
terhadap
kecelakaan
kerja,
menghubungi,
memilih
dan
menyelesaikan pengalihan risiko kepada perusahaan asuransi. 6. Mengadministrasikan, memonitor, dan mengevaluasi semua langkah-langkah atau strategi yang telah diambil dalam menanggulangi risiko. Hal ini penting
45 terutama untuk dasar kebijaksanaan pengelolaan risiko di masa mendatang. Di samping itu juga adanya kenyataan bahwa apabila kondisi suatu objek berubah penanggulangannya juga berubah.
2.3.7. Metode Pengidentifikasian Risiko Metode untuk mengidentifikasikan risiko menurut Djohanputro (2008, p51-57) yaitu: Metode 1: Analisis data historis Konsepnya dari metode ini adalah menggunakan berbagai data masa lalu sebagai sumber informasi, baik data primer maupun data sekunder. Metode 2: Pengamatan dan survei Bila tidak ada data masa lalu maka untuk mendapatkan informasi dilakukan dengan cara investigasi, pengamatan atau survei langsung. Perolehan data dengan cara seperti ini disebut data primer. Kekurangan metode ini adalah relatif mahal dan memakan waktu. Metode 3: Pengacuan (benchmarking) Metode ini digunakan untuk melengkapi indentifikasi rrisiko yang dilakukan, jika metode 1 dan 2 diatas belum memberi analisis yang mendalam mengenai objek risiko yang sedang diamati. Untuk melakukan metode ini, pertama-tama harus memilih acuan objek yang mempunyai kesamaan dengan objek yang sedang diamati keberadaan risikonya. Data yang diperoleh biasanya dari data sekunder seperti dari koran, internet, atau media lainnya. Metode 4: Pendapat Ahli Jika terdapat kesulitan dalam mendapatkan/menggunakan ketiga metode diatas, maka cara lainnya adalah dengan bertanya kepada ahlinya, dengan cara wawancara
46 ahlinya atau bertanya kepada kelompok diskusi tertentu sesuai dengan objek risiko yang kita amati.
Sumber Informasi Risiko Sumber informasi bersadarkan asalnya: •
Dokumen internal Dokumen ini didapat misalnya dari laporan keuangan, strategi, rencana jangka panjang dan pendek, strandar dan prosedur operasi, data-data SDM dan lain sebagainya. Umumnya sumber internal menjadi andalan utama dalam mencari informasi untuk mengindentifikasikan risiko.
•
Dokumen eksternal Dokumen berasal dari pihak eksternal seperti berbagai media massa, atau publikasi data keuangan atau data-data dari BPS. Alasan menggunakan data eksternal ini mungkin saja bisa mempengaruhi objek risiko yang sedang kita amati, misalnya risiko politik di Indonesia bisa mempengaruni nilai tukar mata Rupiah dan HISG.
Sedangkan berdasarkan jenisnya yaitu data primer dan data sekunder. Sumber lainInformasi didapat dari pihak internal perusahaan dan pihak eksternal perusahaan, berikut ini uraiannya: •
Pihak Internal Perusahaan Menemukan sang expert dalam perusahaan yang sedang di jadikan objek pengeidentifikasian risiko sangatlah penting, karna orang tersebut dapat dijadikan sumber informasi sesuai bidang pengalaman kerja mereka.
47 •
Pihak Eksternal Perusahaan Yang dimaksud sebagai pihak eksternal perusahaan biasanya adalah konsumen, pemasok, dan bahkan pesaing. Semakin dekat pihak eksternal terhadap perusahaan maka semakin mudah perusahaan tersebut mendapatkan informasi.
Jenis Informasi •
Informasi PLESTER Informasi yang berasal dari Politik, Lingkungan, Ekonomi, Sosial, Teknologi, dan Regulasi.
•
Informasi Keuangan Dengan rincian laporan keuangan bisa mengidentifikasikan risiko yang muncul seperti dari laporan nilai tukar, statement atau balancesheet.
•
Informasi Proses Informasi ini biasanya didapat dari alur bisnis perusahaan, seperti diagram proses aliran produksi, dengan aliran diagram ini diharapkan bisa mengindentifikasikan titik-titik kritis dalam sebuah proses bisnis tersebut.
•
Informasi Aliran Dokumen Aliran dokumen yang dimaksud adalah mengenai standarisasi aliran kemana dokumen berjalan pada setiap transaksi. Penelusuran proses aliran dokumentasi tidaklah mudah, oleh sebab itu perlu dipastikan lagi keberadaan risiko melalui data historis dan pendapat para ahli.
48 •
Informasi Kontrak Informasi ini didapat dengan cara mengevaluasi dokumen kontrak, seperti kontrak transaksi antara pemasok/konsumen. Biasanya didalam kontrak terdapat kelemahan atau celah, oleh sebab itu di perlukan ahli hukum yang menanganinya.
2.3.8. Kerangka kerja operasional manajemen risiko pada Perusahaan Sekuritas Berdasarkan Wang (2007) diterangkan bagaimana kerangka kerja operasional manajemen risiko, yang dibagi atas pengawasan dan pelaporan.
Pengawasan Organisasi pengawasan internal dari sebuah perusahaan sekuritas harus mencakup dewan pengawas, departemen manajemen risiko, departemen peraturan audit, departemen hukum dan sebagainya. Harus juga mendirikan Real-time Monitoring and Early-warning System (RMES) untuk memantau sejumlah besar kecurigaan atas transaksi uang atau surat berharga, dan memberikan peringatan yang tepat. Hal ini dirasa penting untuk memeriksa operasi dan penyalahgunaan pelanggan aset. 1. Sumber data yang diperlukan dalam RMES (a) Trading System; (b) Sistem Akuntansi; (c) Banking System; (d) Kliring & Settlement System. Tujuan dengan mendapatkan data dari sumber yang berbeda adalah untuk mencapai keseimbangan cek atau periksaan. Di samping itu, serangkaian
49 indikator pemantauan dari sumber-sumber ini dapat mendeteksi perilaku abnormal untuk menentukan operasi yang mencurigakan. 2. Alat-alat dalam RMES: (a) Real-time Monitoring dan Peringatan Dini Untuk memonitor setiap transaksi efek dan deposit dana; untuk membandingkan mereka dengan pra-nilai ambang batas yang ditentukan; untuk memberikan informasi peringatan dini; (b) Account Management Untuk memeriksa keabsahan dan kelengkapan pelanggan account; untuk memeriksa satu persatu hubungan antara keamanan rekening pelanggan, neraca modal, dan rekening bank; untuk memeriksa apakah biaya perdagangan tidak normal; (c) Pengawasan Operasi Khusus Untuk memeriksa apakah ada operasi bisnis khusus dan perilaku yang tidak normal, seperti overdraft, mengoreksi catatan, manual deposit sekuritas dan transfer saham yang abnormal. (d) Periksaan pembelian obligasi Untuk memeriksa apakah ada pembelian kembali obligasi tanpa otorisasi pelanggan (e) Cek Saldo Dana Untuk memeriksa di dalam sistem perdagangan, sistem keuangan, sistem penyelesaian dan sistem perbankan, apakah catatan dana sudah memenuhi persamaan keseimbangan.
50 (f) Fungsi Pemeriksaan Untuk dapat memenuhi permintaan pelanggan akan informasi penyelidikan, sejarah transaksi dan informasi lainnya pada rekening bank.
Pelaporan Pada setiap garis bisnis dalam sebuah perusahaan sekuritas memiliki sistem pelaporan sendiri. Untuk lebih jauh lagi waspada terhadap risiko khusus untuk cabangcabang yang berada di luar aturan, perlunya merancang sebuah alat pelaporan untuk memperkuat pengendalian internal di cabang-cabang. Hal ini digunakan untuk mencegah penyalahgunaan aset pelanggan dengan perangkat ini. Alat pelaporan ini meliputi apa yang harus dilaporkan, siapa yang harus melaporkan dan bagaimana proses pelaporan. 1. Apa yang harus dilaporankan Isi laporan ini ditetapkan oleh departemen manajemen risiko di kantor pusat dari perusahaan sekuritas. Isinya terutama pada operasi normal, seperti besarnya jumlah penarikan dana atau penyesuaian lainnya 2. Siapa yang harus dilaporankan Harus ada tanda tangan dari manajer dan staf dari departemen bisnis, keuangan, informasi dan teknologi di cabang-cabang pada laporan untuk memastikan keakuratan dan integritas dari isi laporan 3. Bagaimana proses pelaporan Sehari-hari cabang harus melaporkan status bisnis hari terakhir. Staf di departemen manajemen
risiko
harus
memeriksa
ketepatan
dan
kelengkapan
dalam
51 menggunakan RMES. Untuk kondisi normal, mereka harus membuat pelacakan dan proses tindak lanjut. Karena pengelolaan vertikal organisasi yang telah disebutkan di atas, staf dapat saling diawasi. Alat pelaporan akan membantu untuk memperkuat pengendalian internal, serta meningkatkan operasi dari staf (operasional atau kesalahan prosedural harus tercermin dalam laporan dan dilihat oleh manajer yang terkait). Dengan cara ini, risiko operasional dapat dikurangi.
2.4. Prinsip-prinsip pemberian kredit Menurut Kasmir (2004, p91-94), ada beberapa prinsip-prinsip penilaian kredit yang sering dilakukan yaitu dengan analisis 5C, analisis 7P dan studi kelayakan. kedua prinsip ini 5C dan 7P memiliki persamaan yaitu apa-apa yang terkandung dalam 5C dirinci lebih lanjut dalam prinsip 7P dan di dalam prinsip 7P disamping lebih terinci juga jangkauan analisisnya lebih luas dari 5C. Prinsip pemberian kredit dengan analisis dengan 5C kredit dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Character. Pengertian charakter adalah sifat atau watak seseorang dalam hal ini calon debitur. Tujuannya adalah untuk memberikan keyakinan kepada pemberi kredit bahwa, sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benarbenar dapat dipercaya. Keyakinan ini tercermin dari latar belakang si nasabah baik yang bersifat latar belakang pekerjaaan maupun yang bersifat pribadi seperti: cara hidup atau gaya hidup yang dianutnya, keadaan keluarga, hobi dan sosial standingnya. Character merupakan ukuran untuk menilai "kemauan" nasabah
52 membayar kreditnya. Orang yang memiliki karakter baik akan berusaha untuk membayar kreditnya dengan berbagai cara. 2. Capacity (Capabality). Untuk melihat kemampuan calon nasabah dalam membayar kredit yang dihubungkan dengan kemampuannya , mengelola bisnis serta kemampuannya mencari laba. Sehingga pada akhirnya akan terlihat kemampuannya dalam mengembalikan kredit yang disalurkan. Semakin banyak sumber pendapatan seseorang maka semakin besar kemampuannya untuk membayar kredit. 3. Capital. Biasanya bank tidak akan bersedian untuk membiayai suatu usaha 100% artinya setiap nasabah yang mengajukan permohonan kredit harus pula menyediakan dana dari sumber lainnya atau modal sendiri dengan kata lain capital adalah untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai oleh bank. 4. Colleteral. Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi sesuatu masalah, maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin. Fungsi jaminan adalah sebagai pelindung bank dari resiko kerugian. 5. Condition. Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi sekarang dan untuk di masa yang akan datang sesuai sektor masing-masing. Dalam kondisi perekonomian yang kurang stabil sebaiknya pemberian kredit untuk sektor tertentu jangan diberikan terlebih dahulu dan kalaupun jadi diberikan sebaiknya juga dengan melihat prospek usaha tersebut dimasa yang akan datang.
53 Sedangkan penilaian dengan 7 P kredit adalah sebagai berikut: 1. Personality: yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalulnya. Personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah. Personality hampir sama dengan character dari 5C. 2. Party: yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongangolongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya. Sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapat fasilitas kredit yang berbeda dengan kredit untuk pengusaha yang kuat modalnya, baik dari segi jumlah, bunga dan persyaratan lainnya. 3. Perpose: yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacammacam apakah tujuan untuk konsumtif atau untuk tujuan produktif atau untuk tujuan perdagangan. 4. Prospect: yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang apakah menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya bank yang rugi akan tetapi juga nasabah. 5. Payment: merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit yang diperolehnya. Semakin banyak sumber penghasilan debitur maka akan semakin baik. Sehingga jika salah satu usahanya merugi akan dapat ditutupi oleh sektor lainnya. 6. Profitability: untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama atau akan
54 semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan di perolehnya dari bank. 7. Protection: tujuannya adalah bagaimana menjaga kredit yang dikucurkan oleh bank namun melalui suatu perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi.
2.5. Diagram Sebab-Akibat Menurut Manktelow (2003, p35-37), diagram sebab akibat yaitu fungsi untuk mengidentifikasi kemungkinan penyebab masalah. Nama lain diagram ini adalah Fishbone diagram atau Ishikawa diagram. Mengapa menggunakan alat ini? Cause & Effect Diagram membantu Anda untuk memikirkan penyebab masalah secara menyeluruh. Manfaat utama adalah mendorong Anda untuk mempertimbangkan semua kemungkinan penyebab masalah, samapai ke tingkat yang paling jelas. Cause & Effect Diagram juga dikenal sebagai "Fish Bone Diagram". Kotak-kotak dan garis yang terdiri dari mereka dapat dianggap sebagai kepala dan tulang belakang ikan. Cara menggunakan alat yaitu dengan mengikuti langkah-langkah untuk memecahkan masalah dengan sebuah Cause & Effect Diagram: 1. Identifikasi masalah: Tuliskan masalah yang tepat yang sedang dihadapi secara terperinci. Mengidentifikasi tempat yang tepat terlibat, apa masalahnya, dan kapan dan di mana itu terjadi. Tulis masalah dalam kotak di sisi kiri dari sebuah lembaran kertas besar. Menarik garis di kertas horizontal dari kotak. Hal ini memberi ruang untuk mengembangkan ide-ide.
55 2. Bekerja ke luar faktor-faktor utama yang terlibat: Selanjutnya mengidentifikasi faktor-faktor yang mungkin berkontribusi terhadap masalah. Menarik garis dari tulang belakang untuk setiap faktor, dan label itu. Ini mungkin orang yang terlibat dengan masalah, sistem, peralatan, bahan, kekuatankekuatan eksternal, dll Cobalah untuk menarik sebanyak mungkin faktor-faktor mungkin. Jika mencoba untuk menyelesaikan masalah sebagai bagian dari kelompok, maka ini mungkin merupakan waktu yang baik untuk beberapa brainstorming! Menggunakan 'tulang ikan' analogi terhadap faktor-faktor yang dapat ditemukan. 3. Mengidentifikasi kemungkinan penyebabnya: Untuk masing-masing faktor yang dipertimbangkan dalam tahap ii, bertukar pikiran kemungkinan penyebab masalah yang mungkin berhubungan dengan faktor. Tampilkan ini sebagai garis yang lebih kecil datang dari 'tulang' dari ikan. Mana penyebab besar atau kompleks, maka mungkin yang terbaik untuk memecahkan hal ke dalam sub-penyebab. Tampilkan baris ini sebagai penyebab yang datang dari masing-masing baris. 4. Menganalisis diagram: Pada tahap ini kita harus memiliki sebuah diagram yang menunjukkan semua kemungkinan penyebab masalah. Tergantung pada kompleksitas dan pentingnya masalah, setelah itu dapat sekarang menyelidiki penyebab yang paling mungkin lebih lanjut. Ini mungkin melibatkan menyiapkan penyelidikan, melaksanakan survei, dan lain-lainnya ini akan dirancang untuk menguji apakah penilaian sudah benar.
56 Cause & Effect Diagram yang dirancang oleh Kaoru Ishakawa dalam bukunya 'What is Total Quality Control?’ Contoh di bawah ini menunjukkan sebuah Cause & Effect diagram di gambar oleh seorang manajer yang memiliki kesulitan mendapatkan kerjasama dari kantor cabang:
Gambar 2.5: Contoh sebuah Cause & Effect diagram (Manktelow, 2003) Jika manajer tidak memikirkan masalah melalui (dalam hal ini menggunakan Cause & Efek Diagram), ia mungkin menangani masalah dengan mengasumsikan bahwa orang-orang menjadi sulit. Sebaliknya, ia mungkin berpikir bahwa pendekatan terbaik adalah dengan mengatur pertemuan dengan manager cabang. Ini akan memungkinkan dia untuk singkat palungan sepenuhnya, dan berbicara melalui permasalahan yang ia hadapi. Kuncinya: Cause & Effect diagram terstruktur menyediakan cara untuk membantu memikirkan semua kemungkinan penyebab masalah. Ini akan membantu untuk melakukan analisis menyeluruh dari sebuah situasi.
57 2.6. Analisis Lingkungan 2.6.1. Analisis Lingkungan Eksternal 2.6.1.1. Analisis Persaingan: Model Lima Kekuatan Porter Menurut David (2001, p101-102) Analisis Persaingan Model Lima Kekuatan Porter yang digambarkan pada gambar dibawah ini, merupakan pendekatan yang banyak dipakai untuk mengembangkan strategi oleh banyak Industri.
Gambar 2.6: Model Lima Kekuatan Persaingan Porter
Menurut Porter, sifat persaingan dalam suatu industri dapat dilihat sebagai gabungan dari lima kekuatan berikut ini. 1. Perseturuan di antara perusahaan yang saling bersaing Kekuatan ini diangap paling berpengaruh dibandingkan dengan keempat kekuatan lainnya. Strategi perusahaan yang dijalankan perusahaan akan berhasil jika perusahaan memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan strategi yang
58 dijalankan oleh perusahaan pesaing. Perubahan strategi di sebuh perusahaan dapat diimbangi serangan balasan, seperti menurunkan harga, meningkatkan mutu, menambah fitur, menyediakan pelayanan, memperpanjang garansi, dan meningkatkan iklan. 2. Potensial masuknya pesaing baru. Ketika perusahaan baru dapat dengan mudah masuk ke industri tertentu, sudah pasti intensitas persaingan di antara perusahaan meningkat. 3. Potensi pengembangan produk pengganti. Akibat dari tekanan persaingan akan muncul produk pengganti, semakin bertambah ketika produk pengganti relatif lebih murah. Kekuatan kompotitif produk pengganti dari seberapa besar pangsa pasar yang direbutnya dan rencana perusahaan produk pengganti tersebut untuk meningkatkan kapasitas serta penetrasi pasar. 4. Kekuatan tawar pemasok. Kekuatan tawar pemasok mempengaruhi intensitas pesaing dalam suatu industri, terutama ketika jumlah pemasok banyak, ketika hanya ada sedikit bahan baku pengganti yang baik, atau ketika biaya bahan baku amat tinggi. Perusahaan biasanya melakukan negosiasi dengan pihak pemasok. 5. Kekuatan tawar konsumen. Ketika pelanggan terkonsentrasi atau jumlahnya besar, atau membeli dalam jumlah
banyak,
kekuatan
tawarnya
merupkan
kekuatan
utama
yang
mempengaruhi intensitas persaingan dalam suatu industri. Kekuatan tawar konsumen juga lebih besar ketika produk yang dibeli bersifat standar atau tidak berbeda.
59 2.6.1.2. Analisis Industri: Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) menurut David (2001, p113-114) digunakan untuk membuat perencanaan strategi dapat meringkas dan mengevaluasi informasi ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintahan, hukum, teknologi dan persaingan. Terdapat lima langkah dalam pengembangan matriks EFE: 1. Buat daftar faktor-faktor eksternal yang diidentifikasi dalam proses audit eksternal. Cari antara 10-20 faktor, termasuk peluang-peluang dan ancaman yang mempengaruhi perusahaan dan industrinya. Daftar peluang dahulu kemudian ancaman. Usahakan sespesifik mungkin, gunakan selalu presentasi, rasio, dan angka perbandingan jika dimungkinkan. 2. Beri bobot pada setiap faktor dari 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (amat penting). Bobot menunjukkan kepentingan relatif dari faktor tersebut agar berhasil dalam indutri tersebut. Peluang sering mendapat bobot lebih besar ketimbang ancaman. Tetapi, ancaman dapat juga menerima bobot tinggi, jika berat atau sangat mengancam. Bobot yang wajar dapat ditentukan dengan membandingkan pesaing yang sukses dan yang gagal atau dengan mendiskusikan faktor tersebut dan mencapai konsensus kelompok. Jumlah seluruh bobot yang diberikan pada faktor di atas harus sama dengan 1,0. 3. Berikan peringkat 1 sampai 4 kepada masing-masing faktor eksternal kunci untuk menunjukkan seberapa efektif strategi perusahaan saat itu merespon faktor tersebut, dengan catatan: 4 = respon luar biasa, 3 = respon diatas rata-rata, 2 = respon rata-rata, 1 = respon jelek. Peringkat didasarkan atas keadaan perusahaan, sedangkan bobotdalam langkah 2 didasarkan pada industri. Penting untuk
60 diperhatikan bahwa baik peluang maupun ancaman dapat memperoleh peringkat 1, 2, 3, atau 4. 4. Kalikan setiap bobot faktor dengan peringkat untuk menentukan nilai yang di bobot. 5. Jumlahkan nilai yang dibobot untuk setiap variabel untuk menentukan nilai bobot total bagi organisasi.
2.6.2. Analisis Lingkungan Internal 2.6.2.1. Matriks Evaluasi Faktor Internal (EFI) Menurut David (2001, p153-154) Matriks Evaluasi Faktor Internal atau EFI (Internal Factor Evaluation Matrix) adalah alat perumusan strategi dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam berbagai bidang fungsional dalam suatu usaha. Matriks ini juga menjadi landasan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan di antara bidang-bidang ini. Matriks EFI dapat di kembangkan dalam lima langkah berikut: 1. Tulisakan faktor-faktor internal utama sebagaimana teridentifikasi dalam proses audit internal. Gunakan 10 sampai 20 faktor internal terpenting, termasuk kekuatan maupun kelemahannya. Tuliskan kekuatan lebih dahulu dan kemudian kelemahan. Usahakan sespesifik mungkin, gunaan persentase, rasio, dan angka perbandingan. 2. Berikan bobot dengan kisaran 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (terpenting) pada setiap faktor. Bobot yang diberikan pada suatu faktor. Bobot yang diberikan pada suatu faktor menunjukkan seberapa penting faktor itu menunjang keberhasilan perusahaan dalam industri yang di gelutinya. Tanpa mempedulikan apakah faktor
61 kunci adalah kekuatan atau kelemahan internal, faktor-faktor yang dianggap mempunyai pengaruh besar terhadap kinerja organisasi diberi bobot tertinggi. Jumlah dari semua bobot harus sama dengan 1,0. 3. Berikan peringkat 1 sampai 4 pada setiap faktor untuk menunjukkan apakah faktor itu merupakan kelemahan besar (peringkat=1), kelemahan kecil (peringkat=2), kekuatan kecil (peringkat=3), atau kekuatan besar (peringkat=4). Ingat bahwa peringkat 4 atau 3 hanya untuk kekuatan, sedangkan 1 atau 2 hanya untuk kelemahan. Peringkat dierikan berdasarkan keadaan perusahaan, sedangkan bobot dalam langkah 2 didasrkan keadaan industri. 4. Kalikan setiap bobot faktor dengan peringkat untuk menentukan nilai yang dibobot untuksetiap variabel. 5. Jumlahkan nilai yang dibobot untuk setiap variabel untuk menentukan total nilai yang dibobot untuk organisasi.
2.6.3. Matriks Internal- Eksternal (IE) Menurut David (2001, p215-216) matriks IE menentukan posisi dalam sembilan sel. Matriks IE didasarkan pada dua dimensi kunci: total nilai IFE yang diberi bobot pada sumbu-x dan total nilai EFE yang diberi bobot pada sumbu-y. Pada sumbu-x matriks IE, total nilai IFE yang dibobot dari 1,0 sampai 1,99 menunjukkan posisi internal yang lemah; nilai 2,0 sampai 2,99 dianggap sedang, sedangkan nilai 3,0 sampai 4,0 dianggap kuat. Demikian pula pada sumbu-y, total nilai EFE yang diberi bobot 1,0 sampai 1,99 dianggap rendah, nilai 2,0 sampai 2,99 dianggap sedang, sedangkan nilai 3,0 sampai 4,0 dianggap tinggi.
62 Rekomendasi strategi yang masuk dalam sel I, II, atau IV menggambarkan sebagai tumbuh dan kembangkan, strategi yang digunakan adalah strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, atau pengembangan produk) atau integratif (integrasi ke belakang, integrasi ke depan, integrasi horisontal). Yang berada pada sel III, V, atau VII paling baik dikelola dengan strategi pertahankan dan pelihara; strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk yang umumnya digunakan. Yang berada pada sel VI, VIII, atau IX paling baik dikelola dengan strategi panen dan divestasi.Gambar 2.7 menunjukkan sembilan sel dari matriks IE
Gambar 2.7. Matriks Internal-Eksternal (IE)
63 2.7. Matriks Strengths- Weaknesses- Opportunities- Threats (SWOT Matrix) Menurut David (2001, p204) bahwa matriks SWOT merupakan perangkat pencocokan yang penting membantu manajer mengembangkan empat tipe strategi: 1. Strategi SO (Strengths-Opportunities) Pada strategi ini menggunakan kekuatan internal organisasi untuk memanfaatkan peluang eksternal. Organisasi umumnya akan menjalankan startegi WO, ST, atau WT supaya mereka dapat masuk ke dalam situasi di mana mereka dapat menerapkan strategi SO. Pada saat oraganisasi memiliki kelemahan besar, perusahaan akan berusaha keras untuk mengatasinya dan membuatnya menjadi kekuatan. Kalau menghadapi ancaman besar, sebuah organisasi akan berusaha menghindarinya agar dapat memusatkan perhatian pada peluang. 2. Strategi WO (Weaknesses- Opportunities) Pada strategi ini trategi ini bertujuan untuk memperbaiki kelemahan dengan memanfaatkan peluang eksternal. Kadang-kadang peluang eksternal yang besar ada, tetapi kelemahan internal sebuah perusahaan membuatnya tidak mampu memanfaatkan peluang itu. 3. Strategi ST (Strengths- Threats) Pada strategi ini menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak eksternal. Hal ini tidak berarti bahwa organisasi yang kuat pasti selalu menghadapi ancaman frontal dalam lingkungan eksternal. 4. Strategi WT (Weaknesses- Threats) Strategi ini merupakan taktik defensif yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman ekesternal. Jika posisi organisasi dihadapkan pada berbagai ancaman eksternal dan kelemahan internal,
64 sesungguhnya organisasi tersebut dalam posisi yang berbahaya. Perusahaan ini harus berjuang untuk dapat bertahan atau melakukan merger, rasionalisasi, meyetakan pailit atau memilih dilikuidasi.
Matriks SWOT terdiri dari sembilan sel, yang terdiri dari empat faktor kunci, empat sel strategi, dan satu sel yang dibiarkan kosong. Empat sel strategi (SO, WO, ST, dan WT) dikembangkan setelah menyelesaikan empat sel factor kunci (S, W, O, dan T). Delapan langkah yang diperlukan untuk menyusun matriks SWOT: 1. Tulis peluang eksternal kunci perusahaan 2. Tulis ancaman eksternal kunci perusahaan 3. Tulis kekuatan internal kunci perusahaan 4. Tulis kelemahan internal kunci perusahaan 5. Cocokan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan catatlah strategi SO dalam sel yang sudah ditentukan 6. Cocokan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan catatlah strategi WO dalam sel yang sudah ditentukan 7. Cocokan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan catatlah strategi ST dalam sel yang sudah ditentukan 8. Cocokan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan catatlah strategi WO dalam sel yang sudah ditentukan
2.8. Proses Analisis Bertingkat Proses
analisis
bertingkat
(analytical
hierarchy
process-AHP)
yang
dikembangkan oleh Thomas Satty menurut Taylor et al (2005, p 17, p23) adalah metode
65 untuk membuat urutan alternative keputusan dan memilih yang terbaik pada saat pengambil keputusan memiliki beberapa tujuan, atau criteria, untuk mengambil keputusan tertentu. Pada setiap kasus, pengambil keputusan akan memilih alternatif terbaik yang dapat memenuhi kriterianya. AHP merupakan proses untuk menghitung nilai angka untuk merangking tipa alternative keputusan berdasarkan sejauh mana alternative tersebut memenuhi criteria pembuat keputusan. Berikut adalah ringkasan dari tahap matematis yang digunakan untuk membuat rekomendasi keputusan berdasarkan AHP: 1. Mengembangkan matriks perbandingan pasangan untuk tiap alternatif keputusan berdasarkan kriteria. 2. Sintesis: a. Menjumlahkan nilai pada tiap kolom pada matriks perbandingan pasangan. b. Membagi nilai tiap kolom dalam matriks perbandingan pasangan dengan jumlah kolom yang bersangkutan- yang disebut matriks normalisasi. c. Hitung nilai rata-rata tiap baris pada matriks normalisasi –yang disebut vektor preferensi. d. Gabungkan vektor preferensi untuk tiap kriteria (dari tahap 2c) menjadi suatu matriks preferensi yang memperlihatkan preferensi tiap lokasi berdasarkan tiap kriteria. 3. Membuat matriks perbandingan pasangan untuk kriteria 4. Menghitung matriks normalisasi dengan membagi tiap nilai pada masing-masing kolom matriks dengan jumlah kolom yang terkait.
66 5. Membuat vektor preferensi dengan menghitung rata-rata baris pada matriks normalisasi. 6. Hitung skor keseluruhan untuk tiap alternatif keputusan dengan mengalikan vektor preferensi kriteria (dari langkah 5) dengan matriks kriteria (dari langkah 2d) 7. Rangking alternatif keputusan berdasarkan nilai alternatif yang dihitung pada langkah 6.
Perbandinga Pasangan (pairwise comparison) Standar skala preferensi yang digunakan AHP di perlihatkan pada Tabel 2.2. Menurut Taylor et al (2005, p 19) skala ini telah ditentukan oleh peneliti yang berpengalaman di bidang AHP untuk digunakan sebagai landasan yang layak dalam membandingkan dua item atau dua alternatif. Tingkat Preferensi
Nilai Angka
Sama disukai
1
Sama hingga cukup disukai
2
Cukup disukai
3
Cukup hingga sangat disukai
4
Sangat disukai
5
Sangat disukai hingga amat sangat disukai
6
Amat sangat disukai
7
Amat sangat disukai hingga luar biasa disukai
8
Luar biasa disukai
9
Tabel 2.2. Skala preferensi untuk perbandingan pasangan
67 2.9. Pengertian, Tujuan, Komponen dan Fungsi Pengendalian Interen Berdasarkan Anonym5 (2006) pada tahun 2004 COSO mengembangkan internal control framework yang telah ada dengan memasukkan cakupan tentang manajemen dan strategi risiko dan selanjutnya hal tersebut dikenal dengan pendekatan Enterprise Risk Management (ERM). Sesuai dengan kerangka pengendalian interen yang baru tersebut, pengendalian interen merupakan bagian integral dari manajemen risiko. Definisi pengendalian interen yang dirumuskan oleh COSO, di Indonesia diadopsi dalam SPAP yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Dalam SPAP SA Seksi 319, pengendalian interen adalah suatu proses yang dilakukan oleh dewan komisaris, manajemen dan personil dari suatu entitas yang dirancang untuk memberikan kepastian yang memadai bahwa tujuan organisasi berupa efektivitas dan efisiensi usaha, pelaporan keuangan yang dapat diandalkan, dan ketaatan pada peraturan dan perundangan yang berlaku dapat dicapai. Tujuan Pengendalian Interen: •
Sistem Pengendalian Akuntansi (internal accounting control) meliputi: struktur organisasi,metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi dan mengecek ketelitian dan dapat dipercayanya data akuntansi. Sistem pengendalian akuntansi yang baik akan menjamin keamanan kekayaan para investor dan kreditur yang ditanamkan dalam perusahaan dan akan menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya.
•
Sistem Pengendalian Administrasi (internal administrative control) meliputi: struktur organisasi, metodedan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
68 Komponen Pengendalian Interen Terdiri dari 5 (lima) komponen yang berhubungan, yaitu: 1. Lingkungan Pengendalian Lingkungan pengendalian menetapkan corak suatu organisasi dan mempengaruhi kesadaran pengendalian pihak yang terdapat dalam organisasi tersebut. Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian interen yang lain, menyediakan disiplin dan struktur. Lingkungan pengendalian meliputi integritas nilai-nilai etika dan orangorang yang kompeten, filosofi manajemen, cara manajemen memberikan wewenang dan tanggung jawab dan meningkatkan potensi organisasi dan pegawai, dan perhatian serta petunjuk dari dewan direksi. 2. Penaksiran Risiko Penaksiran risiko entitas untuk tujuan pelaporan keuangan merupakan identifikasi dan analisis terhadap risiko yang relevan dengan penyusunan laporan keuangan yang wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Penaksiran risiko dapat ditujukan pada bagaimana entitas mempertimbangkan kemungkinan transaksi tidak dicatat atau mengidentifikasi dan menganalisis estimasi yang dicatat dalam laporan keuangan. 3. Aktivitas Pengendalian Aktivitas pengendalian merupakan kebijakan dan prosedur yang membantu manajemen mencapai tujuan, seperti pengambilan langkah menghadapi risiko untuk mencapai tujuan perusahaan. Aktivitas pengendalian meliputi persetujuan dari atasan, pemberian wewenang, verifikasi, rekonsiliasi, penelaahan kinerja usaha, pengamanan aktiva perusahaan dan pemisahan tugas.
69 4. Informasi dan Komunikasi Informasi yang berhubungan perlu diidentifikasi, ditangkap dan dikomunikasikan dalam bentuk dan kerangka waktu yang memungkinkan para pihak memahami tanggung jawab. Sistem informasi menghasilkan laporan, kegiatan usaha, keuangan dan informasi yang cukup untuk memungkinkan pelaksanaan dan pengawasan usaha perusahaan. Informasi yang dibutuhkan tidak hanya interen namun juga eksternal. Komunikasi yang efektif harus meluas di seluruh jajaran organisasi dimana seluruh pihak harus menerima pesan yang jelas dari manajemen puncak yang bertanggung jawab pada pengawasan. Semua pegawai harus paham peran mereka dalam sistem pengendalian interen seperti juga hubungan kerja antar individu. Mereka harus memiliki alat yang menyebarluaskan informasi penting. Selain komunikasi interen, komunikasi yang efektif perlu diciptakan pula dengan pihak eksternal seperti konsumen, supplier, badan pengatur dan pemegang saham. 5. Monitoring/Pemantauan Sistem pengendalian interen harus dimonitor yang memungkinkan proses untuk menilai kualitas kinerja perusahaan sepanjang waktu. Hal ini dapat diselesaikan melalui aktivitas monitoring, evaluasi terpisah, atau kombinasi keduanya. Monitoring muncul dari kegiatan pokok perusahaan meliputi aktivitas manajemen dan supervisi serta aktivitas pihak-pihak dalam menjalankan tugas masing-masing. Ruang lingkup dan frekuensi evaluasi tergantung pada penilaian risiko dan efektifitas prosedur monitoring. Kekurangan yang fatal dalam sistem pengendalian interen harus dilaporkan kepada manajemen puncak dan dewan direksi. Pengendalian interen secara relatif dapat membantu pencapaian target baik peningkatan kenerja perusahaan dan target
keuntungan
serta
kepatuhan
terhadap
undang-undang
dan
peraturan
70 pelaksanaannya, maupun terhindar dari kerusakan dan konsekuensi buruk lainnya. Namun pengendalian interen tidak dapat secara pasti menciptakan kesuksesan suatu perusahaan, laporan keuangan yang dapat diandalkan secara mutlak dan kepatuhan terhadap undang-undang dan peraturan pelaksanaannya.
Fungsi Pengendalian Interen Pengendalian interen melaksanakan tiga fungsi penting. Secara garis besar dapat dijelaskan bahwa ketiga fungsi tersebut saling mendukung agar sistem yang ada memperoleh hasil yang maksimal bagi perusahaan. Adapun fungsi pengendalian interen adalah sebagai berikut: 1. Preventive Control (pengendalian untuk pencegahan): Pengendalian untuk pencegahan fungsinya adalah mencegah timbulnya suatu masalah sebelum permasalahan tersebut muncul. Mempekerjakan personil akuntansi yang berkualifikasi tinggi, pemisahan tugas pegawai yang memadai, dan secara efektif mengendalikan akses fisik atas aset, fasilitas dan informasi, merupakan pengendalian pencegahan yang efektif. Oleh karena tidak semua masalah mengenai pengendalian dapat dicegah. 2. Detective Control (pengendalian untuk pemeriksaan): Dibutuhkan untuk mengungkap masalah begitu masalah tersebut muncul. Contoh dari
detective
control
adalah
pemeriksaan
salinan
atas
perhitungan,
mempersiapkan rekonsiliasi bank dan neraca saldo setiap bulan. 3. Corrective Control (pengendalian korektif): Berfungsi untuk memecahkan masalah yang ditemukan dalam preventive dan detective control. Pengendalian ini mencakup prosedur yang dilaksanakan untuk
71 mengidentifikasi penyebab masalah, memperbaiki kesalahan atau kesulitan yang ditimbulkan, dan mengubah sistem agar masalah di masa mendatang dapat diminimalisasikan atau dihilangkan. Contoh dari corrective control adalah pemeliharaan salinan cadangan atas transaksi dan file utama, dan mengikuti prosedur untuk memperbaiki kesalahan memasukkan data, seperti juga kesalahan dalam menyerahkan kembali transaksi untuk proses lebih lanjut.
2.10. Proses Persetujuan Anggota Bursa oleh PT. BEJ Menurut Anonym7 (2002, p39 – p42) proses persetujuan Anggota Bursa dilakukan oleh PT BEJ melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: a. Pengajuan Permohonan Permohonan Persetujuan Remote Trading diajukan oleh Anggota Bursa Efek dengan mengisi formulir III.K.1 yang ada di Divisi Keanggotaan BEJ dan menandatangani surat pernyataan di atas meterai serta melampirkan dokumen yang dipersyaratkan. Selanjutnya, BEJ akan meminta Anggota Bursa Efek untuk melengkapi kekurangan dokumen (jika ada) paling lambat 3 (tiga) Hari Bursa setelah BEJ menerima surat permohonan persetujuan Remote Trading dan Anggota Bursa Efek wajib melengkapi kekurangan dokumen paling lambat 3(tiga) Hari Bursa setelah diterimanya surat permintaan dari BEJ. Bagi Anggota Bursa Efek yang telah diperiksa kebenaran pernyataannya, maka Bursa menerbitkan konfirmasi tertulis mengenai: 1. diijinkannya Anggota Bursa Efek untuk memasuki Masa Pengembangan RTS bagi Anggota Bursa Efek yang memenuhi persyaratan, atau 2. tidak diijinkannya Anggota Bursa Efek untuk memasuki Masa Pengembangan RTS bagi Anggota Bursa yang tidak memenuhi persyaratan dan bagi Anggota
72 Bursa Efek yang bersangkutan dapat mengajukan kembali permohonan Persetujuan Remote Trading pada periode pengajuan Persetujuan Remote Trading berikutnya. b. Masa Pengembangan Anggota Bursa Efek yang telah mendapat konfirmasi tertulis untuk mengikuti Masa Pengembangan oleh BEJ diwajibkan untuk: 1. mendaftarkan tim pengembangan Remote Tradingnya dalam daftar group mailing list yang dibentuk Bursa dan menunjuk koordinator tim pengembangan Remote Trading Anggota Bursa Efek yang bersangkutan. 2. mengikuti setiap permasalahan, solusi serta perubahanperubahan (problem and changes) yang ada pada mailing list yang dibentuk Bursa 3. mengikut-sertakan
tim
pengembangannya
dalam
pelatihan
“Standar
pengembangan aplikasi Remote Trading” yang diselenggarakan oleh Bursa. Selama
Masa
Pengembangan
berlangsung,
BEJ
memberikan
asistensi
pengembangan aplikasi Remote Trading kepada Anggota Bursa Efek termasuk mengeluarkan standar pengembangan sistem Remote Trading untuk Anggota Bursa Efek. Standar pengembangan RTS meliputi spesifikasi minimum Server JONEC, Router, dan ORI Technical Specifications. c. Masa Pengujian Masa Pengujian wajib diikuti oleh Anggota Bursa Efek sebagai tolok ukur kesiapan Remote Trading Anggota Bursa Efek Pengujian secara kolektif dilakukan melalui Stress Test yang akan dilaksanakan oleh BEJ sebanyak 2 (dua) kali dan melalui Mock Trading bila dianggap perlu. Berdasarkan hasil pengujian dan hasil observasi maka Bursa akan memberikan progress status kesiapan sistem Anggota Bursa.
73 d. Masa Pemeriksaan Pada masa pemeriksaan, Anggota Bursa akan diaudit oleh Akuntan Publik/Auditor sistem Informasi (pihak independent) untuk mengetahui tingkat kesiapan implementasi Remote Trading Anggota Bursa Efek. Obyek dan lingkup pemeriksaan Akuntan Publik/Auditor sistem Informasi ditentukan oleh BEJ yang meliputi: 1. Pemeriksaan berkaitan dengan aspek Peraturan dan Legal : a) Ketersediaan BOFIS yang terintegrasi untuk Front End dan Back End (termasuk Risk Management) b) Ketersediaan Anggota Bursa Efek atas: · Peralatan Remote Trading · Terminal Remote Trading · Ruang Peralatan Remote Trading · Remote Trader yang ditunjuk · IT Officer-RT yang ditunjuk 2. Pemeriksaan berkaitan dengan aspek Teknis : a) Aplikasi BOFIS Anggota Bursa Efek telah mengimplementasikan ORI message yang termasuk dalam katagory Major. b) Jaringan dan Hardware telah sesuai dengan spesifikasi minimum yang dikeluarkan Bursa untuk perangkat: · Server JONEC · Router · Fiber Driver · Firewall c) Ketersediaan Physical Security untuk penyimpanan Peralatan Remote Trading
74 d) Software Oracle Database, RSA, NCC Agent telah terinstall di JONEC dan dapat dioperasikan dengan baik 3. Pemeriksaan berkaitan dengan aspek Operasional: Ketersediaan SOP untuk kegiatan operasional berikut: · Kegiatan operasional rutin/harian terkait dengan Remote Trading · Backup dan Recovery · Business Continuity Plan · Help Desk dan Problem and Change Management · Information Security Policy and Procedures · Hardware and Software Maintenance Procedure Berdasarkan hasil pemeriksaan Akuntan tersebut, maka BEJ memberikan Persetujuan Remote Trading bagi Anggota Bursa Efek yang memenuhi kriteria pemeriksaan atau surat penolakan pemberian persetujuan Remote Trading kepada Anggota Bursa Efek yang tidak memenuhi criteria pemeriksaan. Selanjutnya, BEJ akan menentukan tanggal efektif beroperasinya Remote Trading Anggota Bursa Efek, selanjutnya Anggota Bursa Efek yang bersangkutan masuk dalam Masa Transisi. Selama Masa Transisi Anggota Bursa Efek wajib memindahkan operasional perdagangan Efek dari lantai perdagangan Bursa menjadi RTS.
75 2.11. Teknik Pengumpulan Data Wawancara menurut Sugiyono (2002, p130) dilakukan sebagai teknik pengumpulan data, apabila peneliti hendak melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondernya sedikit/kecil. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi. Observasi menurut Sugiyono (2002, p138-139) merupakan teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri spesifik, karena tidak terbatas pada orang, tetapi juga objekobjek lainnya. Teknik ini digunakan bila, penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.