BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Sejarah Analisis Jalur
Teknik analisis jalur yang dikembangkan oleh Sewal Wright di tahun 1934, sebenarnya merupakan pengembangan korelasi yang diurai menjadi beberapa interpretasi akibat yang ditimbulkannya. Lebih lanjut, analisis jalur mempunyai kedekatan dengan regresi berganda. Dengan kata lain, regresi berganda merupakan bentuk khusus dari analisis jalur (Sarwono, 2007). Path analysis walaupun cukup lama dikembangkan, tetapi baru dikenal secara luas oleh para ahli ilmu-ilmu sosial setelah sosiolog Otis D. Duncan pada tahun 1966 memperkenalkannya ke dalam literatur sosiologi lewat tulisannya “Path Analysis : Sociological Example” yang dimuat dalam AJS (American Journal of Sociology). Sejak saat itulah, path analysis banyak dibicarakan, khususnya oleh para ahli sosiologi, bahkan diantaranya ada yang menganggap path analysis sebagai “the modus operandi of sociological research” (Miller & Stokes, 1975:193). Sekarang path analysis bukanlah monopoli para sosiolog lagi. Path analysis telah menjadi model analisis para ilmuwan sosial lainnya (Ridwuan & Achmad Engkos Kuncoro, 2007).
Universitas Sumatera Utara
Jadi, pada awalnya analisis jalur (path analysis) dikembangkan oleh Sewal Wright (1934). Namun, analisis jalur tersebut baru dikenal luas setelah Otis D. Duncan, seorang ahli sosiologi yang menulis literatur sosiologinya pada American Journal of Sociology. Analisis jalur (path analysis) sendiri bertujuan untuk menjelaskan pengaruh-pengaruh yang ada pada seperangkat variabel eksogen terhadap variabel endogen. Seperti yang dikemukakan oleh Riduwan dan Achmad Engkos Kuncoro bahwa analisis jalur bertujuan untuk menerangkan pengaruh langsung dan tidak langsung dari seperangkat variabel secara serempak (simultan) atau mandiri (parsial) dari variabel penyebab (eksogen) terhadap variabel akibat (endogen). Model path analysis yang dibicarakan adalah pola hubungan sebab akibat atau “a set of hypothesized causal asymetric relation among the variables”.
2.2 Pengertian Analisis Jalur
Terdapat beberapa definisi mengenai analisis jalur diantaranya, yaitu Riduwan dan Achmad Engkos Kuncoro mengemukakan bahwa “analisis jalur digunakan untuk menganalisis pola hubungan antar variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsusng maupun tidak langsung seperangkat variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat (endogen)”. David Garson dalam Jonathan Sarwono (2007), mengartikan analisis jalur sebagai “model perluasan regresi berganda yang digunakan untuk menguji keselarasan matriks korelasi dengan dua atau lebih
Universitas Sumatera Utara
model hubungan sebab akibat yang dibandingkan oleh peneliti”. Sementara itu definisi lain datang dari Paul Webey dalam Jonathan Sarwono (2007), yang mengatakan bahwa “Analisis jalur merupakan pengembangan langsung bentuk regresi berganda dengan tujuan untuk memberikan estimasi tingkat kepentingan (magnitude) dan signifikansi (significance) hubungan sebab akibat hipotetikal dalam seperangkat variabel”. Sedangkan Sarwono mengartikan analisis jalur sebagai “kepanjangan dari analisis regresi berganda”. Jadi, dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa analisis jalur merupakan suatu teknik dalam menganalisis masalah regresi berganda dengan menggambarkan masalah tersebut menjadi jalur-jalur yang saling berhubungan. Modelnya digambarkan dalam bentuk gambar lingkaran dan panah dimana anak panah tunggal menunjukkan sebagai penyebab (David Garson dalam Jonathan Sarwono, 2007). Jalur-jalur yang berisikan variabel eksogen dan endogen tersebut dihubungkan oleh beberapa anak panah, yaitu panah tunggal dan panah berujung ganda. Dimana anak panah tunggal menunjukkan sebagai penyebab. Namun, terkadang terdapat pula anak panah berujung ganda yang saling menghubungkan variabel-variabel eksogen (bebas). Anak panah tersebut menyatakan adanya hubungan korelasi (saling mempengaruhi) di antara variabel tersebut. Analisis Jalur ini dikatakan sebagai pengembangan dari regresi berganda, karena pada dasarnya konsep regresi berganda sama dengan konsep analisis jalur dimana pada kedua konsep tersebut terdapat variabel yang dipengaruhi (terikat) dan yang mempengaruhi (bebas). Namun perbedaannya terletak pada hubungan antar variabel.
Universitas Sumatera Utara
Jika pada konsep regresi tidak dipermasalahkan mengapa hubungan antar variabel terjadi serta apakah hubungan antar variabel tersebut disebabkan oleh variabel itu sendiri atau mungkin dipengaruhi oleh variabel lain. Namun pada analisis jalur, hubungan antar variabel tersebutlah yang dipelajari. Analisis jalur ini mempelajari apakah hubungan yang terjadi disebabkan oleh pengaruh langsung dan tidak langsung dari variabel independen terhadap variabel dependen, mempelajari ketergantungan sejumlah variabel dalam suatu model (model kausal), dan menganalisis hubungan antar variabel dari model kausal yang telah dirumuskan oleh peneliti atas dasar pertimbangan teoritis.
2.3 Asumsi-asumsi Analisis Jalur
Sebelum menganalisis data, ada baiknya memperhatikan beberapa asumsi-asumsi pada analisis jalur berikut : a. Hubungan antar variabel bersifat linier dan normal. b. Variabel endogen (terikat) minimal dalam skala ukur interval dan ratio. c. Hubungan sebab-akibat yang akan dianalisis didasarkan pada teori-teori yang relevan, artinya model teori yang akan diuji telah sesuai dengan teori yang ada. d. Hubungan antar variabel yang bersifat kausalitas hanya berlangsung satu arah. e. Menggunakan tehnik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama kepada setiap anggota populasi.
Universitas Sumatera Utara
f. Observed variables diukur tanpa kesalahan (instrumen pengukuran valid dan reliabel).
2.4 Manfaat Analisis Jalur
Adapun manfaat atau kegunaan analisis jalur yaitu : a. Menjelaskan suatu fenomena yang dipelajari atau permasalahan yang diteliti. b. Memprediksi nilai variabel endogen (terikat) berdasarkan variabel-variabel eksogen (bebas). c. Menentukan variabel eksogen (bebas) mana yang lebih berpengaruh terhadap variabel endogen (terikat) dan menelusuri jalur-jalur pengaruh variabel eksogen (bebas) terhadap variabel endogen (terikat). Hal ini dikenal dengan faktor determinan. d. Pengujian model menggunakan theory trimming, baik untuk uji reliabelitas (uji keajegan) konsep yang sudah ada dan uji pengembangan konsep baru.
2.5 Model Analisis Jalur
2.5.1 Model Analisis Jalur Berdasarkan Banyaknya Sub Struktur
Adapun beberapa contoh model analisis jalur jika ditinjau dari segi banyaknya sub struktur (banyaknya variabel endogen) yaitu :
Universitas Sumatera Utara
a. Model Satu Jalur Pada model ini hanya terdapat satu variabel endogen, sehingga pada persamaan strukturalnya nanti hanya terdapat satu sub struktur. Model ini disebut juga model regresi berganda karena rumus umumnya hampir sama dengan regresi berganda, dimana terdapat dua variabel bebas dan satu variabel terikat serta adanya variabel lain yang tidak diukur (error). Adapun contoh dari diagram jalur model satu jalur dapat digambarkan seperti berikut :
X1 Y
X2
Gambar 2.1 Model Satu Jalur
b. Model Dua Jalur Pada model ini terdapat dua variabel endogen dan beberapa variabel eksogen. Model ini disebut juga model mediasi, karena terdapat variabel perantara yang mempengaruhi variabel endogen Y. Pada model ini terdapat dua sub struktur persamaan struktural. Adapun model dapat digambarkan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
X1
Y1
Y2
X2
Gambar 2.2 Model Dua Jalur
c. Model Kompleks Pada model ini terdapat lebih dari dua jalur, dimana terdapat variabel-variabel perantara yang juga mempengaruhi variabel-variabel endogen. Dikatakan kompleks karena terdapat lebih dari dua variabel endogen, sehingga dalam persamaan strukturalnya juga terdapat lebih dari dua persamaan struktural. Adapun model kompleks dapat digambarkan sebagai berikut :
X1
Y2
Y1
X2
Y3
Gambar 2.3 Model Kompleks
Universitas Sumatera Utara
2.5.2 Model Analisis Jalur Berdasarkan Sebab Akibat
Adapun jika dilihat dari segi sebab akibat, model analisis jalur terbagi atas dua, yaitu : A. Model Rekursif Model ini memperlihatkan bahwa adanya hubungan satu arah di antara variabelvariabel eksogen yang ada terhadap variabel endogen. Hubungan ini ditunjukkan adanya panah satu arah yang hanya mengarah kepada variabel endogen. Adapun model rekursif dapat digambarkan sebagai berikut :
X1
X2
Y
X3
Gambar 2.4 Model Rekursif
Universitas Sumatera Utara
B. Model Non Rekursif Model ini menunjukkan adanya hubungan timbal balik antar variabel eksogen dan variabel endogen. Hubungan tersebut diperlihatkan dengan adanya anak panah yang berbalik (tidak searah). Gambar untuk model non rekursif sebagai berikut :
X1
X2 Y1
Y2
X2
Gambar 2.5 Model Non Rekursif Adapun yang dimaksud dengan model rekursif dapat diterangkan oleh contoh diagram di atas. Dimana variabel Y1 ke Y2 kemudian berbalik lagi dari Y2 ke Y1, atau dari variabel X1 ke Y1 kemudian panah berbalik lagi dari Y1 ke X1.
2.6 Tahap-tahap Analisis Jalur
Berikut beberapa tahap di dalam analisis jalur, yaitu : 1. Membuat model (diagram jalur) berdasarkan konsep dan teori 2. Merumuskan persamaan struktural berdasarkan model
Universitas Sumatera Utara
3. Pemeriksaan terhadap asumsi-asumsi yang ada pada analisis jalur 4. Pendugaan parameter atau perhitungan koefisien jalur 5. Pengujian model 6. Interpretasi model
2.7 Konsep Dasar Analisis Jalur
2.7.1 Koefisien Jalur Adapun yang dimaksud dengan koefisien jalur merupakan nilai yang menunjukkan pengaruh langsung variabel eksogen (X) terhadap variabel endogen (Y). Pengaruh tersebut dapat ditunjukkan seperti gambar berikut :
X1 Y
X2
Gambar 2.6 Koefisien Jalur pada Diagram Jalur Hubungan antara X1 dan X2 adalah hubungan korelasional. Intensitas keeratan hubungan tersebut dinyatakan oleh besarnya koefisien korelasi r x1x2 . Hubungan X1 dan X2 ke Y adalah hubungan kausal. Besarnya pengaruh langsung dari X1 ke Y, dan dari X2 ke Y, masing-masing dinyatakan oleh besarnya nilai
Universitas Sumatera Utara
numerik koefisien jalur
dan
. Nilai menggambarkan besarnya pengaruh
langsung variabel residu (implicit exogenous variable) terhadap Y. Nilai
menunjukkan variabel atau faktor residual yang fungsinya
menjelaskan pengaruh variabel lain yang telah teridentifikasikan oleh teori, tetapi tidak diteliti atau variabel lainnya yang belum teridentifikasi oleh teori, atau muncul sebagai akibat dari kekeliruan pengukur variabel (Riduwan & Achmad Engkos Kuncoro, 2007). Untuk menghitung nilai
digunakan rumus :
=1Dimana : = Error R2 = Koefisien Determinasi (pengaruh total variabel eksogen terhadap variabel endogen yang dihitung secara parsial)
Berikut langkah-langkah untuk menghitung koefisien jalur, dalam hal ini untuk model analisis jalur berganda atau kompleks : 1. Gambarkan dengan jelas model (diagram jalur) yang mencerminkan permasalahan yang terkandung dalam hipotesa yang diajukan sehingga tampak jelas apa yang menjadi variabel eksogen dan apa yang menjadi variabel endogennya beserta persamaan strukturalnya. 2. Hitung matriks korelasi antar variabel. Adapun gambar matriksnya dapat dituliskan seperti berikut :
Universitas Sumatera Utara
X1
X2
1 rx1 x 2 1 R=
Xu
...
... rx1 xu ... rx 2 xu 1 ... 1
Adapun formula untuk menghitung koefisien korelasi digunakan Product Moment Coefficient dari Karl Pearson. Digunakannya Product Moment Coefficient ini karena variabel-variabel yang akan dicari korelasinya berskala interval. Adapun formulanya yaitu :
rxy
N N
X
2
XY ( (
X ).( 2
X) . N
Y) Y
2
(
Y )2
3. Tentukan sub-struktur dan persamaan struktural yang akan dihitung koefisien jalurnya. Misalnya terdapat k buah variabel eksogenus dan sebuah variabel endogenus Xu. Maka persamaan strukturalnya dapat ditulis sebagai berikut :
Xu = Pxux1.X1 + Pxux2.X2 + ...+Pxuxk.Xk+ .
Kemudian hitung matriks korelasi antar variabel eksogen yang menyususn sub struktur tersebut dengan rumus :
Universitas Sumatera Utara
X1
X
1 rx1 x 2 1 R=
...
Xk
... rx1 xu ... rx 2 xu 1 ... 1
4. Menghitung matriks invers korelasi variabel eksogen dengan rumus : X1
-1
R =
X
...
Xk
C11 C12 ... C1k C22 ... C2 k ... ... Ckk
5. Menghitung semua koefisien jalur Pxuxi, dengan i = 1, 2, 3, ..., k melalui rumus :
xu x1 xu x2
... xu xk
C11 C12 ... C1k C22 ... C2 k ... ... Ckk
.
rxu x1 rxu x2 ... rxu xk
Sedangkan untuk menghitung koefisien korelasi dalam analisis jalur model sederhana, yang terdiri dari satu variabel eksogen dan satu variabel endogen nilainya sama dengan besarnya koefisien korelasi antara kedua variabel tersebut (p x x = r x x ). u i
u i
Universitas Sumatera Utara
2.7.2 Pengaruh Variabel Eksogen Terhadap Variabel Endogen
Pengaruh yang diterima oleh variabel endogen dapat terjadi secara sendiri-sendiri (parsial) maupun secara bersama-saZma (simultan). Pengaruh secara parsial dapat berupa pengaruh langsung (direct effect) dan dapat juga berupa pengaruh tidak langsung (direct effect) melalui variabel eksogen yang lain. Adapun cara untuk menghitung besarnya pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung, dan pengaruh total variabel eksogen tehadap variabel endogen secara parsial (sendiri-sendiri) yaitu sebagai berikut : a. Pengaruh langsung variabel eksogen terhadap variabel endogen = p xu xi x P xu xi
b. Pengaruh tidak langsung dari variabel eksogen terhadap variabel endogen yaitu = p xu xi x r x1x2 x p xu xi
c. Pengaruh total variabel eksogen terhadap variabel endogen yaitu dihitung dengan menjumlahkan pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung variabel eksogen terhadap variabel endogen : = [p xu xi x p xu xi ] + [p xu xi x r x1x2 x p xu xi ]
Sedangkan untuk menghitung pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen secara bersama-sama (simultan) dapat menggunakan rumus berikut :
Universitas Sumatera Utara
R 2 xu ( x1 , x2 ,...xk )
xu x1
xu x2
...
xu xk
rxu x1 rxu x2 ... rxu xk
Dimana : R2 xu ( x1 , x 2 ...x k ) adalah koefisien determinasi total X1, X2, … Xk terhadap Xu atau besarnya pengaruh variabel eksogenus secara bersama-sama (gabungan) terhadap variabel endogenus.
xu x1
rxu x1
xu x 2
rxu x2
...
... rxu xk
xu x k
adalah koefisien jalur.
adalah koefisien korelasi variabel eksogenus X1,
X2, … Xk dengan variabel endogenus Xu.
2.8 Pengujian Koefisien Jalur
Menguji kebermaknaan (test of significance) setiap koefisien jalur yang telah dihitung, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama, serta menguji perbedaan besarnya pengaruh masing-masing variabel eksogenus terhadap variabel endogenus, dapat dilakukan dengan langkah kerja berikut : 1. Nyatakan hipotesis statistik (hipotesis operasional) yang akan diuji. Ho : p xu xi = 0, artinya tidak terdapat pengaruh variabel eksogenus (Xu) terhadap variabel endogenus (Xi).
Universitas Sumatera Utara
H1 : p xu xi ≠ 0, artinya terdapat pengaruh variabel eksogenus (Xu) terhadap variabel endogenus (Xi). Dimana u dan i = 1, 2, … , k
2. Gunakan statistik uji yang tepat, yaitu : a. Untuk menguji setiap koefisien jalur (secara parsial) :
t
p xu xi (1 R 2 xu ( x1 x 2 ...x k ) )Cii n k 1
Dimana: i = 1,2, … k k = Banyaknya variabel eksogenous dalam sub-struktur yang sedang diuji t = Mengikuti tabel distribusi t, dengan derajat bebas = n – k – 1
Kriteria pengujian : - Ditolak H0 jika nilai thitung
ttabel (n-k-1).
- Diterima H0 jika nilai hitung thitung
ttabel (n-k-1).
Universitas Sumatera Utara
b. Untuk
menguji
koefisien
jalur
secara
keseluruhan/bersama-sama
(simultan) :
F
(n k 1)( R 2 xu ( x1 , x2 ,...xk ) ) k (1 R 2 xu ( x1 , x2 ,...xk ) )
Dimana : i = 1,2, … k k = Banyaknya variabel eksogenus dalam sub-struktur yang sedang diuji t = Mengikuti tabel distribusi F Snedecor, dengan derajat bebas (degrees of freedom) k dan n – k – 1 Kriteria pengujian : - Ditolak H0 jika nilai Fhitung - Diterima H0 jika nilai Fhitung
Ftabel (k, n-k-1). Ftabel (k, n-k-1).
c. Untuk menguji perbedaan besarnya pengaruh masing-masing variabel eksogenus terhadap variabel endogenus.
t
pxu xi
pxu x j
(1 R 2 xu ( x1 x2 ...xk ) )(Cii C jj n k 1
2Cij )
Universitas Sumatera Utara
Kriteria pengujian : - Ditolak H0 jika nilai thitung
ttabel (n-k-1); atau
- Ditolak H0 jika nilai thitung
ttabel (n-k-1).
3. Ambil kesimpulan, apakah perlu trimming atau tidak. Apabila terjadi trimming, maka perhitungan harus diulang dengan menghilangkan jalur yang menurut pengujian tidak bermakna (no significant).
2.9 Teori-teori Variabel Penelitian
2.9.1 Hasil Belajar
2.9.1.1 Pengertian Hasil Belajar
Pada bukunya yang berjudul Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar Sudjana (2009), mengemukakan
bahwa “belajar dan mengajar sebagai suatu proses
mengandung tiga unsur yang dapat dibedakan, yakni tujuan pengajaran (instruksional), pengalaman (proses) belajar-mengajar, dan hasil belajar. Hubungan ketiga unsur tersebut digambarkan dalam gambar berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tujuan Instruksional a
Pengalaman belajar
c
b
Hasil Belajar
(proses belajar-mengajar)
Gambar 2.7 Hubungan Unsur-Unsur Belajar-Mengajar
Garis (a) meenunjukkan hubungan antara tujuan instruksional dengan proses belajar-mengajar, garis (b) menunjukkan hubungan antara proses belajar-mengajar dengan hasil belajar, dan garis (c) menunjukkan hubungan antara tujuan instruksional dengan hasil belajar. Dari ketiga unsur-unsur tersebut masingmasing berhubungan antara satu sama lain, yang kesemuanya mengarah pada hasil belajar sebagai sebuah akhir pencapaian (penilaian) dalam proses belajarmengajar. Jadi, dapat didefinisiskan bahwa hasil belajar merupakan suatu pencapaian oleh siswa atas proses belajar-mengajar yang telah ditempuh, yang di dalamnya terkandung tujuan-tujuan instruksional. Hasil belajar sendiri merupakan implementasi dari apa yang telah dipelajari siswa sebelumnya ke dalam kehidupan sehari-hari. Seperti yang dikemukakan oleh Sudjana (2009) bahwa hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris. Oleh karena itu, hasil belajar hendaknya mampu menilai siswa dalam ketiga aspek tingkah laku yang ada.
Universitas Sumatera Utara
Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar merupakan suatu penilaian yang diperoleh dari kemampuan siswa mengikuti proses belajar, yang berupa angka atau huruf pada periode waktu tertentu.
2.9.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Soekanto (2012) menyebut bahwa di dalam pola hubungan interaksi sosial anak dan remaja merupakan salah satu pihak, di samping adanya pihak lain. Pihakpihak tersebut saling mempengaruhi, sehingga terbentuklah kepribadiankepribadian tertentu. Pihak-pihak tersebut dapat disebut sebagai lingkunganlingkungan sosial tertentu dan pribadi-pribadi tertentu. Soekanto (2012) juga menyebutkan bahwa ada pengaruh dari lingkungan sosial dalam mempengaruhi tumbuhnya motivasi dan keberhasilan studi anak dan remaja, di samping juga terdapat peranan-peranan pribadi yang tidak mustahil mempunyai pengaruh yang lebih besar. Lingkungan sosial tersebut dapat berupa keluarga (misalnya orang tua, saudara-saudara, dan kerabat dekat), kelompok sepermainan, dan kelompok pendidik (sekolah). Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu ada dua faktor, antara lain : a. Faktor internal Yang dimaksud faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri. Faktor ini meliputi jasmani dan rohani siswa, antara lain intelegensi siswa, sikap siswa, minat, bakat, motivasi, serta kondisi fisik siswa itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara
b. Faktor internal Faktor ini merupakan faktor yang berasal dari luar siswa, yakni lingkungan sosial. Seperti yang telah dikemukakan oleh Soekanto (2009) bahwa yang termasuk lingkungan sosial yaitu keluarga, kelompok sepermainan, dan kelompok pendidik (sekolah). Kedua faktor tersebut juga berperan penting dalam belajar sehingga secara tidak langsung mempengaruhi dalam pencapaian hasil belajar siswa. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Syah (2010) yaitu bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yaitu ada tiga faktor, antara lain faktor internal (keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa), faktor internal (kondisi lingkungan di sekitar siswa), serta faktor pendekatan belajar (jenis upaya belajar siswa yang meiputi strategi dan metode yang digunakan siswa).
2.9.1.3 Indikator dan Jenis-jenis Hasil Belajar
Adapun menurut Syah (2010) dalam bukunya Psikologi Pendidikan dikatakan bahwa, “pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa sebagaimana yang terurai di atas adalah mengetahui garis-garis besar indikator (penunjuk adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkap atau diukur”. Berikut tabel yang menyajikan tentang indikator, jenis, dan cara evaluasi hasil belajar yang berasal dari berbagai sumber rujukan (Surya, 1982;
Universitas Sumatera Utara
Barlow, 1985; Petty, 2004) dalam Muhibbin Syah, 2009 dengan penyesuian seperlunya. Tabel 2.1 Jenis, Indikator, dan Cara Evaluasi Hasil Belajar Ranah/Jenis Prestasi
Indikator
Cara Evaluasi
1. Dapat menunjukkan
1. Tes lisan
2. Dapat membandingkan
2. Tes tertulis
3. Dapat menghubungkan
3. Observasi
1. Dapat menyebutkan
1. Tes lisan
A. Ranah Cipta (Kognitif)
1. Pengamatan
2. Ingatan
2. Dapat menunjukkan kembali 2. Tes tertulis 3. Observasi
3. Pemahaman
1. Dapat menjelaskan
1. Tes lisan
2. Dapat mendefinisikan
2. Tes tertulis
dengan lisan sendiri
4. Penerapan
1. Dapat memberikan contoh
1. Tes tertulis
2. Dapat menggunakan secara
2. Pemberian tugas
tepat
3. Observasi
Universitas Sumatera Utara
5. Analisis (pemeriksaan dan penilaian secara teliti)
6. Sintesis (membuat
1. Dapat menguraikan
1. Tes tertulis
2. Dapat mengklasifikasikan
2. Pemberian tugas
atau memilah-milah
1. Dapat menghubungkan
1. Tes tertulis
paduan baru dan
2. Dapat menyimpulkan
2. Pemberian tugas
utuh)
3. Dapat menggeneralisasikan (membuat prinsip umum)
B. Ranah Ras (Afektif)
1. Penerimaan
1. Menunjukkan sikap
1. Tes tertulis
menerima
2. Tes skala sikap
2. Menunjukkan sikap
3. Observasi
menolak
2. Sambutan
1. Kesediaan berpartisipasi
1. Tes skala sikap
Atau terlibat
3. Apresiasi atau sikap menghargai
2. Pemberian tugas
2. Kesediaan memanfaatkan
3. Observasi
1. Menganggap penting dan
1. Tes skala penilaian
bermanfaat 2. Menganggap indah dan harmonis
atau sikap 2. Pemberian tugas 3. Observasi
3. Mengagumi
Universitas Sumatera Utara
4. Internalisasi (pendalaman)
1. Mengakui dan meyakini
1. Tes skala sikap
2. Mengingkari
2. Pemberian tugas ekspresif (yang menyatakan sikap) dan proyektif
5. Karakterisasi
1. Melembagakan atau
(penghayatan)
1. Pemberian tugas
Meniadakan
ekspresif dan proyektif
2. Menjelmakan dalam pribadi
2. Observasi
dan perilaku sehari-hari C. Ranah Karsa (Psikomotor)
1. Keterampilan
1. Mengkoordinasikan gerak
bergerak dan
mata, tangan, kaki, dan
bertindak
anggota tubuh lainnya
2. Kecakapan ekspresi verbal dan nonverbal
1. Observasi 2. Tes tindakan
1. Mengucapkan
1. Tes lisan
2. Membuat mimik dan
2. Observasi
gerakan jasmani
3. Tes tindakan
Sumber : Muhibbin Syah, 2009.
Universitas Sumatera Utara
2.9.1.4 Penilaian Hasil Belajar
Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa. Penilaian proses belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan-tujuan pengajaran (Sudjana, 2009). Secara umum, sistem penilaian hasil belajar dibedakan atas dua sistem yaitu penilaian acuan norman (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP). Penilaian acuan norma (PAN) merupakan penilaian yang didasarkan atas rata-rata kelompok siswa. Sedangkan penilaian acuan patokan (PAP) merupakan penilaian yang didasarkan atas tujuan instruksional yang harus dicapai siswa. Sudjana (2009) mengungkapkan bahwa sistem penilaian acuan patokan ini disebut juga standar mutlak, karena dalam penilaian bisa saja terjadi semua siswa gagal atau tidak lulus karena tidak dapat memenuhi kriteria yang telah ditentukan.
2.9.2. Kegiatan Ekstrakurikuler
2.9.2.1 Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus
Universitas Sumatera Utara
diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah/madrasah. Kegiatan ekstrakurikuler sendiri merupakan bagian dari pengembangan diri, dan biasanya difasilitasi atau dibimbing oleh guru atau tenaga kependidikan. Kegiatan ekstrakurikuler juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling yang merupakan wahana pengembangan pribadi peserta didik melalui berbagai aktivitas sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat siswa, baik yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan materi kurikulum sebagai bagian tak terpisahkan dari tujuan dan untuk menunjang pencapaian tujuan pendidikan di seluruh lembaga pendidikan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah segala aktivitas yang dilakukan siswa di luar kegiatan belajar mengajar yang telah terjadwal oleh sekolah yang dinyatakan dalam nilai yang ada di laporan hasil belajar (siswa) raport siswa.
2.9.2.2 Jenis-jenis Kegiatan Ekstrakurikuler
Dalam mencapai tujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan minat dan bakat siswa, ada beberapa jenis kegiatan ekstrakurikuler yang dapat diterapkan di lembaga pendidikan, antara lain : 1. Krida, meliputi kepramukaan, Pelatihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS), Kursus Kader Da’wah (KKD), Palang Merah Remaja (PMR), Pasukan Pengibar Bendera (PASKIBRAKA).
Universitas Sumatera Utara
2. Karya Ilmiah, meliputi Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR), Kegiatan Penguasaan Keilmuan dan Kemampuan Akademik, Penelitian.
3. Latihan/Lomba, Keterbakatan/Prestasi, meliputi pengembangan bakat olahraga, seni dan budaya, cinta alam, jurnalistik, teater, dan keagamaan.
4. Seminar, lokakarya, dan pameran/bazar, dengan substansi antara lain karir, pendidikan, kesehatan, perlindungan HAM, keagamaan, seni budaya. Pada prinsipnya
masih banyak lagi
jenis ekstrakurikuler
yang dapat
dilaksanakan demi mengembangkan minat dan bakat peserta didik.
2.9.2.3 Penilaian Kegiatan Ekstrakurikuler
Karena kegiatan ekstrakurikuler merupakan bagian dari pengembangan diri dan bukan termasuk mata pelajaran, maka hasil dan proses kegiatan ekstrakurikuler dinilai secara kualitatif dan dilaporkan kepada pimpinan sekolah/madrasah dan pemangku kepentingan lainnya oleh penanggung jawab kegiatan. Namun seringkali, dalam laporan hasil belajar siswa untuk penilaian kegiatan ekstrakurikuler tersebut diambil dari kerajinan dan kehadiran, dimana di dalam kehadiran tersebut juga dinilai prestasi atau kemampuan siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang dipilihnya.
Universitas Sumatera Utara
2.9.3 Interaksi Sosial
2.9.3.1 Pengertian Interaksi Sosial
Sebagai makhluk sosial, manusia dituntut untuk selalu berinteraksi dengan orang lain. Hal inilah yang menyebabkan manusia tidak bisa lepas dari keberadaan orang lain yang ada di sekitarnya. Di dalam interaksi tersebut, terdapat suatu kontak dan komunikasi dengan orang lain, yang mendorong individu atau sekolompok individu tersebut untuk saling berhubungan satu sama lain. Menurut Soekanto (2012), bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial (yang juga dapat dinamakan proses sosial) karena interaksi sosial merupakan syarat terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Bentuk lain proses sosial hanya merupakan bentuk-bentuk khusus dari interaksi sosial. Jadi interaksi sosial dapat diartikan sebagai suatu hubungan timbal-balik antara individu-individu, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara individu dengan kelompok manusia yang menghasilkan aktivitas-aktivitas sosial. Soekanto (2012) juga mengemukakan bahwa apabila dua orang bertemu, interaksi sosial telah dimulai pada saat itu. Mereka saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara atau bahkan mungkin berkelahi. Aktivitas semacam itu merupakan bentuk-bentuk interaksi sosial. Walaupun orang-orang yang bertemu muka tersebut tidak saling berbicara atau tidak saling menukar tanda-tanda, interaksi sosial telah terjadi, karena masing-masing sadar akan adanya pihak lain yang menyebabkan perubahanperubahan dalam perasaan maupun syaraf orang-orang yang bersangkutan, yang
Universitas Sumatera Utara
disebabkan oleh misalnya bau keringat, minyak wangi, suara berjalan dan sebagainya. Semuanya itu menimbulkan kesan di dalam pikiran seseorang, yang kemudian menentukan tindakan apa yang akan dilakukannya. Dari kedua contoh yang telah dikemukakan di atas, dapat terlihat bahwa interaksi sosial terjadi karena adanya kontak dan komunikasi antara pihak-pihak yang bersangkutan. Kontak dan komunikasi tersebut merupakan suatu syarat terjadinya interaksi sosial. Dengan kata lain, interaksi sosial hanya berlangsung jika kedua belah pihak memberikan reaksi atas hubungan yang dilakukan. Jadi dari beberapa pernyataan yang telah dikemukakan di atas, penulis kemudian menarik suatu kesimpulan mengenai pengertian interaksi sosial. Penulis menyimpulkan bahwa interaksi sosial adalah hubungan timbal balik, respon akibat adanya komunikasi dan kontak antara dua individu atau lebih.
2.9.3.2 Faktor-faktor Yang Mendasari Interaksi Sosial
Menurut Soekanto (2012) dalam “Pengantar Sosiologi”, ada beberapa faktor yang mendasari berlangsungnya interaksi sosial, antara lain : 1. Imitasi Faktor ini memiliki peranan penting dalam interaksi sosial. Karena imitasi dapat menimbulkan dorongan pada seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilainilai yang berlaku. Namun di sisi lain, imitasi mungkin saja mengakibatkan terjadinya hal yang negatif jika sesuatu hal yag ditiru merupakan hal yang buruk
Universitas Sumatera Utara
atau negatif. Contohnya, seorang anak SMP merokok karena meniru temannya yang seorang perokok. Imitasi juga dapat menyebabkan daya kreasi seseorang mati atau tidak bekerja. Hal ini disebabkan karena orang tersebut hanya meniru setiap perlakuan/sikap, dan sebagainya yang dianggap menarik oleh orang tersebut.
2. Sugesti Faktor ini berlangsung apabila seseorang memberi pandangan atau sesuatu sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain. Berlangsungnya sugesti dapat terjadi karena pihak yang menerima dilanda emosi, yang menghambat daya berpikirnya secara rasional. Proses ini juga mungkin terjadi karena apabila orang yang memberikan pandangan adalah orang yang berwibawa atau mungkin karena sifatnya yang otoriter. Atau mungkin juga karena orang yang memberikan pandangan merupakan bagian dari suatu kelompok yang bersangkutan, atau masyarakat.
3. Identifikasi Identifikasi
merupakan
suatu
proses
kecenderungan-kecenderungan
atau
keinginan-keinginan dalam diri seseorang untuk sama dengan pihak lain. Proses ini sifatnya lebih mendalam daripada imitasi, karena kepribadian seseorang dapat terbentuk karena proses ini. Namun, sebelum seseorang sampai pada proses identifikasi ini, mulanya orang tersebut melalui proses imitasi dan atau sugesti. Proses ini berlangsung pada suatu keadaan dimana seseorang yang beridentifikasi benar-benar mengenal pihak lain (yang menjadi idealnya) sehingga
Universitas Sumatera Utara
pandangan, sikap maupun kaidah-kaidah yang berlaku pada pihak lain tadi dapat melembaga dan bahkan menjiwai pada orang tersebut.
4. Simpati Simpati merupakan suatu proses dimana seseorang merasa tertarik pada pihak lain. Pada proses ini perasaan memegang peranan yang sangat penting, walaupun dorongan utama pada simpati ialah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk bekerja sama dengannya. Banyak sekali contoh simpati yang dapat dilihat pada kehidupan nyata, seperti seseorang yang menggalang dana untuk membantu konflik yang sedang terjadi di Palestina, juga seseorang yang meminjamkan uang kepada orang lain untuk membantu mengatasi masalah orang tersebut, dan lain sebagainya. Kesemua contoh tersebut pada mulanya didasari akan perasaan iba atau rasa kasihan akan penderitaan orang lain, sehingga timbul dorongan untuk membantu (bekerja sama) dalam menyelesaikan permasalahan yang ada.
2.9.3.3 Interaksi Sosial Di Kalangan Remaja
Menurut Soekanto (2012), suatu tinjauan sosiologis didasarkan pada hubungan antar manusia, hubungan antar kelompok serta hubungan antar manusia dan kelompok, di dalam proses kehidupan bermasyarakat. Di dalam hubunganhubungan tersebut (interaksi sosial), anak dan remaja merupakan salah satu pihak, di samping adanya pihak-pihak lain yang saling mempengaruhi sehingga terbentuklah kepribadian-kepribadian tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Di dalam proses interaksi tersebut, terdapat proses sosialisasi yang bertujuan agar dipatuhi dan dimengertinya nilai-nilai dan kaidah-kaidah yang berlaku di masyarakat. Dalam proses sosialisasi yang khususnya tertuju pada anak-anak, banyak pihak yang berperan di dalamnya. Pihak-pihak tersebut yaitu keluarga, kelompok sepermainan, dan atau kelompok pendidik (sekolah). Secara psikologis, usia remaja merupakan usia dimana yang bersangkutan sedang mencari identitasnya. Untuk itu, harus ada tokoh-tokoh ideal yang mampu memberikan contoh-contoh yang terpuji. Oleh karena itu, pada masa ini orangtua diharapkan dapat memberikan atau menanamkan pengertian kepada anaknya yang sedang dalam masa remaja, karena pada masa ini pergaulan remaja ruang lingkupnya bertambah luas (baik di sekolah maupun di luar sekolah). Pergaulan tersebut dapat membentuk kepribadian yang baik maupun yang buruk, hal ini bergantung pada penerimaan yang bersangkutan terhadap hal-hal yang berlangsung di dalam lingkungannya. Remaja akan senantiasa selalu mencari hal-hal baru atau mengadaptasi, bahkan meniru segala hal yang dianggapnya menarik dari lingkungan sekelilingnya. Remaja yang tidak memiliki hubungan yang erat dengan orangtuanya, seringkali mendapatkan contoh-contoh yang tidak terpuji dari lingkungan disekitarnya. Hal ini, dikarenakan tidak adanya peran orangtua yang senantiasa menanamkan dan memberikan pengertian serta sebagai penimbang mengenai pengaruh-pengaruh yang berasal dari luar. Oleh karena itu, orangtua harus selalu mengarahkan anaknya agar mentaati nilai-nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.
Universitas Sumatera Utara