BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Penilaian Kinerja
Informasi akuntansi sangat bermanfaat untuk menilai pertanggungjawaban kinerja manager karena penilaian kinerja pada dasarnya merupakan penilaian perilaku manusia dalam melaksanakan peran yang dimainkannya dalam mencapai tujuan organisasi atau perusahaan untuk mencapai tingkat prestasi atau hasil nyata yang positif. Kemungkinan yang lain adalah digunakannya informasi akuntansi bersamaan dengan informasi non akuntansi untuk menilai kinerja manager atau pimpinan perusahaan. Penilaian kinerja menurut Mulyadi (2000, hal 419) adalah penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang ditetapkan sebelumnya. Karena organisasi pada dasarnya dijalankan oleh manusia maka penilaian kinerja sesungguhnya merupakan penilaian atas perilaku manusia dalam melaksanakan peran yang mereka mainkan dalam organisasi. Penilaian kinerja yang ditekankan adalah penilaian kinerja keuangan, yang dimana dilakukan melalui data yang diperoleh dari laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa informasi dari pengukuran kinerja perusahaan adalah evaluasi hasil dari aktifitas yang telah
6
7
dilaksanakan oleh manajemen, di mana hasil evaluasi (pengukuran kinerja) dipergunakan untuk kepentingan jangka pendek dan jangka panjang.
2.2 Tujuan Sistem Pengukuran Kinerja
Tujuan penilaian kinerja menurut Mulyadi (2000) adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran. Selain itu tujuan penilaian kinerja adalah untuk dapat menilai apakah tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan sebagai suatu organisasi mampu dicapai, sehingga mampu memenuhi kepentingan dari pemegang saham, investor dan kreditur. Pandangan pemegang saham, investor dan kreditur terhadap hasil kinerja keuangan mempunyai nilai tersendiri yaitu untuk melakukan penilaian terhadap efisiensi dan profitabilitas operasi dan digunakan untuk menganalisa seberapa efektif penggunaan sumber daya perusahaan untuk mencapai sebuah tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan dari sebuah perusahaan adalah memperoleh laba yang maksimal dan hal ini merupakan daya tarik yang utama bagi pemilik atau investor. Laba perusahaan mengukur partisipasi proposional dari setiap unit investasi perusahaan pada periode tertentu. Laba perusahaan merupakan suatu ukuran keberhasilan manajemen. Selain itu investor mempunyai dua kepentingan atas perusahaan, yaitu investor tertarik untuk menanamkann modal kepada perusahaan yang berhasil menghasilkan laba yang maksimal dan pada saat yang bersamaan investor
8
juga harus mempertimbangkan konsekuensi atau resiko yang dapat ditimbulkan dari investasi tersebut.
2.3 Manfaat Penilaian Kinerja
Salah satu sarana manajemen paling penting yang harus dibebankan agar tujuan organisasi dapat tercapai adalah faktor sumber daya manusia karena tanpa peran serta sumber daya manusia yang berkualitas, betapapun canggihnya sistem yang dirancang tujuan organisasi tidak dapat dicapai dengan maksimal atau tidak tercapai sama sekali. Disamping sarana, prinsip-prinsip organisasi harus pula dipenuhi seperti adanya pembagian tugas yang adil sesuai dengan kompetensi dan bidang pekerjaannya, pendelegasian tugas dan tanggung jawab serta koordinasi masing-masing
unit
merupakan
suatu
hal
yang
terus
menerus
harus
disempurnakan. Untuk itu penilaian kinerja dimanfaatkan oleh manajemen untuk hal-hal sebagai berikut : a. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan seperti promosi, mutasi dan pemberhentian. b. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui melakukan organisasi yang maksimum bagi karyawan. c. Mengidentifikasikan kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan. d. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka.
9
e. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.
2.4 Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan objek dari analisa laporan keuangan. Oleh karena itu, memahami latar belakang penyusunan dan penyajian laporan keuangan merupakan langkah yang sangat penting sebelum melakukan analisa laporan keuangan. Laporan keuangan sangat bermanfaat bagi perusahaan karena dengan adanya laporan keuangan dapat membantu manajemen sebagai alat bantu untuk mengidentifikasikan kekuatan dan kelemahan perusahaan dari segi keuangan, dan kemudian membantu perusahaan untuk mengambil keputusan atau kebijaksanaan untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Analisa laporan keuangan juga dapat digunakan untuk mengevaluasi kelangsungan hidup perusahaan.
2.4.1 Pengertian Laporan Keuangan
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (1996, p2) laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.
10
2.4.2 Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (1996, p4) tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai sebagai salah satu alat dalam pengambilan keputusan ekonomi. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut sebuah laporan keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan yang meliputi : 1. Aktiva 2. Kewajiban 3. Ekuitas 4. Pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian 5. Arus kas
2.4.3 Karakteristik Laporan Keuangan
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (1996, p6) laporan keuangan mempunyai empat karakteristik kualitatif pokok yaitu : a. Dapat dipahami Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktifitas ekonomi, bisnis dan akuntansi serta memiliki kemauan untuk
11
mempelajari informasi yang ada. Namun demikian, informasi kompleks yang seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan tidak hanya dapat dikeluarkan atas dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh pemakai tertentu. b. Relevan Laporan keuangan agar bermanfaat maka informasi di dalamnya harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan. c. Keandalan Agar bermanfaat, informasi dalam laporan keuangan juga harus handal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau secara wajar diharapkan dapat disajikan d. Dapat dibandingkan Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengindentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus membandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif. Oleh karena itu pengukuran serta penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa
12
harus dilakukan secara konsisten oleh perusahaan tersebut, antara periode perusahaan yang sama dan untuk perusahaan yang berbeda.
2.4.4 Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan
Sifat dan keterbatasan dari sebuah laporan keuangan adalah : a. Laporan keuangan bersifat historikal yaitu laporan yang sudah lewat, karena laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan ekonomi. b. Laporan keuangan bersifat umum dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan dari pihak tertentu. c. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan berbagai pertimbangan. d. Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material. Demikian pula, penerapan standar akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu mungkin tidak dilaksanakan jika hal ini tidak menimbulkan pengaruh yang material terhadap kelayakan laporan keuangan. e. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu peristiwa atau transaksi daripada bentuk hukumnya.
2.5 Biaya Modal (Cost of Capital)
13
2.5.1 Pengertian Biaya Modal
Biaya modal merupakan besarnya dana yang harus dikeluarkan karena adanya penggunaan dana untuk aktifitas usaha, baik dari dana sendiri atau dari luar. Dana yang dipakai dapat berupa pinjaman jangka panjang, saham preferen, saham biasa atau laba yang tersusun dalam struktur modal. Menurut Widjaja (2001, p3) biaya modal adalah tingkat pengembalian minimum atas modal yang dibutuhkan untuk mengganti pinjaman dan ekuitas investor. Menurut Jumono (2005, p54) biaya modal adalah rate of return yang diwajibkan atau dipersyaratkan oleh pemilik modal (investor) pada perusahaan. Biaya modal tersebut mencakup biaya bunga atas hutang ditambah dengan minimum pengembalian (return) yang diwajibkan oleh pemodal. Sedangkan keuntungan akuntansi merupakan selisih antara pendapatan dan biaya eksplisit. Menurut Keown (2000, p444) biaya modal merupakan biaya peluang (opportunity cost) dari penggunaan dana untuk diinvestasikan dalam proyek baru. Tingkat pengembalian modal dapat diperoleh pendapatan sendiri di mana resikonya serupa. Maka, tingkat pengembalian investasi perusahaan harus
memperhatikan
investasi
dengan
pengembalian investasi perusahaan investor.
2.5.2 Komponen Biaya Modal
tujuan
menemukan
tingkat
14
2.5.2.1 Biaya Hutang (Cost Of Debt)
Salah satu cara perusahaan memperoleh modal adalah dengan menerbitkan surat hutang (obligasi) atau memperoleh hutang dari lembaga pembiayaan. Biaya hutang perusahaan yang diperoleh dari penerbitan obligasi adalah required
of return yang diharapkan investor yang
digunakan sebagai tingkat diskonto dalam mencari nilai obligasi yang akan diterbitkan. Biaya hutang yang berasal dari pinjaman adalah merupakan bunga yang harus dibayarkan perusahaan kepada lembaga yang memberikan pinjaman. Mengingat biaya hutang (bunga) dibayar sebelum perusahaan memperhitungkan pajak penghasilan (tax deductible), maka biaya rill yang ditanggung perusahaan adalah biaya hutang setelah pajak (cost of debt after tax). Kd = biaya hutang Kd (1-t) = biaya hutang setelah pajak Di mana : Kd = biaya hutang sebelum pajak Kd (1-t) = biaya hutang setelah pajak t = tarif pajak
2.5.2.2 Biaya Modal Saham Biasa
15
Menurut Weston dan Copeland yang dikutip oleh Iramani (Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol 7, No 1, Mei, 2005, p5) menyatakan bahwa salah satu metode yang dapat digunakan dalam perhitungan biaya modal laba ditahan adalah pendekatan Capital Asset Pricing Model (CAPM), dimana biaya modal laba ditahan adalah tingkat pengembalian atas modal sendiri yang diinginkan oleh investor yang terdiri dari tingkat bunga bebas resiko dengan premi resiko pasar dikalikan dengan β . Secara matematis dapat ditulis : Ks = Rf + (Rm – Rf) β di mana : Ks = tingkat pengembalian yang diinginkan investor. Rf = tingkat bunga investasi yang diperoleh tanpa resiko (risk free). Rm = Hasil pengembalian yang diharapkan dari portfolio pasar. β = ukuran resiko saham perusahaan. Untuk perhitungan Ks dengan CAPM diperlukan Rf Rm, β. Dalam perhitungan Rf (tingkat pengembalian bebas resiko) merupakan tingkat pengembalian yang diperoleh tanpa resiko apapun dan biasanya diwakili oleh tingkat bunga obligasi pemerintah atau Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Suku bunga SBI dianggap bebas resiko karena selain diterbitkan oleh pemerintah, dalam suku bunga tersebut juga telah termasuk tingkat pengembalian rill dan unsur inflasi. Sedangkan Rm merupakan tingkat pengembalian pada portfolio pasar yang dapat diwakili dengan Indeks Harga Gabungan (IHSG) dengan rumus :
16
Rm =
IHSGt − IHSGt − 1 IHSGt − 1
Untuk mencari β dengan cara mengukur hasil return pada saham j terhadap return pasar yang dalam hal ini adalah IHSG. Besarnya resiko sistematika β dari suatu saham tertentu memiliki arti dan dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
β=
Cov(Rm, Rf ) Var (Rm )
Beta dari saham tersebut dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok. Pertama merupakan saham yang memiliki beta lebih besar dari satu (β > 1) yang disebut dengan saham agresif, karena saham tersebut mengalami kenaikan lebih cepat daripada kenaikan rata-rata pasar begitu juga sebaliknya. Kedua merupakan saham yang memiliki beta lebih kecil dari satu (β < 1) yang disebut dengan saham lemah atau saham defensif karena saham tersebut memiliki fluktuasi return yang lebih kecil. Ketiga merupakan saham yang memiliki beta saham dengan satu (β = 1) yang disebut sebagai saham yang netral yaitu saham yang memiliki fluktuasi return yang secara rata-rata sama dengan return saham.
2.5.2.3 Biaya Modal Rata-rata Tertimbang (WACC)
Menurut Keown (2000, p446-447) biaya modal tertimbang adalah rata-rata tertimbang dari sumber pembiayaan pribadi, dimana timbangannya sama dengan presentase modal yang ada dari beberapa sumber pembiayaan.
17
Menurut Damodaran (1996), definisi WACC adalah rata-rata tertimbang dari biaya sumber pembiayaan yang berbeda, yang dirumuskan sebagai berikut : WACC = (D/D+E+PS)*Kd + (E/D+E+PS)*Ke+(PS/D+E+PS)*Ks Dimana : D =Debt E = Equity Ps = Preferred Stock Kd = Cost Of Debt Ke = Cost Of Equity Ks = Cost Of Preferred Stock
2.6 Economic Value Added (EVA)
Dasar teoritis dari konsep Economic Value Added disajikan dalam kertas akademis yang dipublikasikan antara tahun 1958 dan 1961 oleh dua ekonom finansial, yaitu Merton H. Miller dan Franco Modigliani, yang memenangkan hadiah nobel dalam bidang ekonomi. Mereka berasumsi bahwa laba ekonomis merupakan sumber penciptaan nilai (Value Creation) di perusahaan dan bahwa tingkat kembalian (rate of return) ditentukan berdasarkan tingkat resiko yang diasumsikan oleh investor. Sayangnya, Miller dan Modigliani tidak memberikan teknik untuk mengukur laba ekonomis dalam suatu perusahaan. Konsep Economic Value Added (EVA)
pertama kali diperkenalkan oleh G.
Bennet Steward III, Managing Partner dari Stern Steward & Co dalam bukunya
18
“The Quest For Value” (Harper Businness, 1991). Konsep EVA diluncurkan Stern Steward & Co pada tahun 1989. Sejak itu lebih dari 300 perusahaan di dunia telah mengadopsi sistem berbasis EVA.
2.6.1 Pengertian EVA
EVA adalah suatu sistem manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan, yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi (operating cost) dan biaya modal (cost of capital). Dalam websitenya, www.sternstewart.com, dijelaskan dengan singkat bahwa EVA adalah laba operasi bersih (net operating profit) dikurangi dengan pembebanan yang berkaitan dengan opportunity cost atas modal yang diinvestasikan pada suatu perusahaan. Dengan kata lain, EVA adalah taksiran sebenarnya dari keuntungan ekonomis, dimana EVA adalah nilai diatas atau dibawah nilai minimum yang diharapkan oleh investor dan debitur.
2.6.2 Perhitungan EVA
Menurut Velez yang dikutip oleh Irmani (Jurnal Akuntansi dan Keuangan Volume 7 No. 1 Mei, 2005, p4) menyatakan bahwa ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur EVA, tergantung dari struktur modal perusahaan. Apabila dalam struktur modalnya perusahaan
19
hanya menggunakan modal sendiri maka secara sistematis EVA dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : EVA = NOPAT – (ie x E) Dimana : NOPAT
= Net Operating Profit After Taxes
ie
= Opportunity cost of equity
E
= Total Equity
Apabila struktur perusahaan terdiri dari hutang dan modal maka EVA dapat dirumuskan sebagai berikut : EVA = NOPAT – (WACC x C) Dimana : NOPAT
= Net Operating Profit After Taxes
WACC
= Weight Average Cost of Capital
C
= Invested Capital
Dan dari perhitungan di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut : Jika EVA > 0, maka terdapat nilai tambah ekonomis bagi perusahaan Jika EVA < 0, maka menunjukkan tidak terjadi nilai tambah ekonomis bagi perusahaan. Jika EVA = 0, maka menunjukkan posisi impas (tidak mengalami penambahan nilai atau penghancuran nilai bagi perusahaan.
2.6.3 Manfaat dan Keunggulan EVA
20
EVA memiliki beberapa manfaat dan keunggulan dibandingkan alat ukur kinerja keuangan lainnya, yaitu : a. EVA merupakan suatu alat ukur kinerja financial yang mudah dimengerti oleh non financial manager, kelebihan dari EVA adalah konsepnya yang sangat sederhana dan mudah untuk dijelaskan kepada non financial manager, banyak orang mengerti konsep operating profit , dimulai dari sini dan tinggal dikurangkan dengan biaya modal yang sudah diinvestasikan
untuk
perusahaan
secara
keseluruhan.
Dengan
memperhitungkan biaya modal, EVA menyadarkan manager untuk selalu mempertimbangkan
dampak
dari
semua
kebijakannya
terhadap
pendapatan dan biaya, dan laba bersih dari operasi. b. Menghentikan segala keraguan tentang beragamnya tujuan perusahaan, pada umumnya perusahaan memiliki sejumlah alat ukur untuk menentukan tujuan dan target keuangan perusahaan. c. EVA akan menyebabkan perusahaan memperhatikan struktur modalnya. EVA secara eksplisit memperhitungkan biaya modal atas ekuitas dan mengakui bahwa karena tingginya resiko yang dihadapi oleh pemilik ekuitas, besarnya tingkat biaya modal atas ekuitas adalah lebih tinggi daripada tingkat biaya modal atas hutang.
2.7 Metode Lain Untuk Mengukur Kinerja Keuangan
21
2.7.1 Financial Value Added
Financial Economic Value Added atau lebih disingkat disebut Financial Value Added (FVA) merupakan metode baru dalam mengukur kinerja dan nilai tambah perusahaan. Metode ini mempertimbangkan kontribusi dari fixed assets dalam menghasilkan keuntungan bersih perusahaan. Secara sistematis FVA dinyatakan sebagai berikut :
FVA = NOPAT − ( ED − D) di mana : FVA
= Financial Value Added
NOPAT
= Net Operating Profit After Taxes
ED – D
= Equivalent Depreciation – Depreciation
Interpretasi dari hasil pengukuran FVA dapat dijelaskan sebagai berikut : Jika FVA > 0 hal ini menunjukkan terjadi nilai tambah finansial bagi perusahaan. Jika FVA < 0 hal ini menunjukkan tidak terjadi nilai tambah financial bagi perusahaan. Jika FVA = 0 hal ini menunjukkan posisi impas.