BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian Sistem Informasi Sistem Informasi (SI) telah menjadi komponen yang sangat penting bagi keberhasilan
bisnis dan organisasi. Menurut Hall (2008: 7), SI adalah sebuah rangkaian prosedur formal dimana data dikumpulkan, diproses menjadi informasi dan didistribusikan atau disebarkan kepada para pemakai. Menurut O’Brien (2006: 5), SI merupakan kombinasi teratur apapun dari orang-orang, hardware, software, jaringan komunikasi dan sumber daya daya yang mengumpulkan, mengubah dan menyebarkan informasi dalam sebuah perusahaan. Manusia bergantung pada SI untuk berkomunikasi antara satu sama lain dengan menggunakan berbagai jenis perangkat keras, piranti lunak, perintah, jaringan dan sumber daya data sejak permulaan peradaban. Menurut Turban (2006: 49), SI adalah kumpulan proses yang menjalankan fungsi mengumpulkan, memproses, menganalisis, dan menyebarkan informasi untuk tujuan tertentu. SI tidak harus terkomputerisasi, walaupun kebanyakan memang komputerisasi. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa SI merupakan kumpulan orang, hardware, software, jaringan komunikasi dan sumber daya data yang saling berkaitan dalam mengumpulkan, serta mendistribusikan informasi kepada pemakai untuk mendukung pengambilan keputusan.
2.2
Pengertian Sistem Informasi Akuntansi Sistem Informasi Akuntansi (SIA) merupakan bagian dari Sistem Informasi
Manajemen (SIM). Menurut Jones dan Rama (2006: 5), “The Accoounting Information System is a subsystem of an MIS that provides accounting and financial information, as well as other information obtained in the routine processing of accounting transactions”. SIA menghasilkan informasi yang berguna untuk mengambil keputusan dalam perusahaan. Menurut Romney dan Steinbart (2012: 30), SIA adalah suatu sistem yang mengumpulkan, mencatat, menyimpan dan memproses data untuk menghasilkan informasi bagi para pengambil keputusan. Menurut El Louadi yang dikutip oleh Siamak Nejadhosseini Soudani (2012) dalam jurnalnya yang berjudul “The Usefulness of an Accounting Information System for Effective Organizational Performance”, sistem informasi akuntansi adalah alat yang ketika
dimasukkan di dalam informasi dan sistem tekhnologi (IT), yang dirancang untuk membantu dalam pengelolaan dan pengendalian topik yang terkait dengan organisasi wilayah ekonomi keuangan yang mengakibatkan kemajuan menakjubkan dalam teknologi, telah membuka kemungkinan menghasilkan dan menggunakan informasi akuntansi dari sudut pandang strategis. Menurut Gelinas dan Dull (2008: 14), SIA merupakan subsistem dari SI yang bertujuan mengumpulkan, memproses, dan melaporkan informasi terkait dengan aspek keuangan suatu kejadian bisnis. Artinya, SIA membantu pihak manajemen dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan keuangan perusahaan. Komputerisasi dalam SIA sangat membantu untuk mempercepat proses transformasi data akuntansi menjadi informasi. Menurut Bodnar dan Hopwood (2010: 5), “ AIS is a computer-based system designed to transform accounting data into information.”.
2.3
Kegunaan Sistem Informasi Akuntansi Menurut Jones dan Rama (2012: 31-32) kegunaan SIA yaitu: 1. Menghasilkan laporan-laporan eksternal Perusahaan menggunakan SIA untuk menghasilkan laporan khusus dalam bentuk informasi yang dibutuhkan oleh para investor, kreditor, pemungut pajak, dan yang lainnya. 2. Mendukung aktivitas rutin Manajer membutuhkan SIA untuk menangani aktivitas operasi rutin dalam siklus operasi perusahaan. Contoh dalam hal ini termasuk dalam hal mengambil pesanan pelanggan, menyampikan barang dan jasa, membebankan piutang pada konsumen, dan mengumpulkan kas. Sistem terkomputerisasi ahli dalam menangani transaksi yang berulang dan banyak paket perangkat lunak yang mendukung fungsi rutin tersebut. 3. Mendukung pengambilan keputusan Informasi juga dibutuhkan untuk mendukung pengambilan keputusan non-rutin pada seluruh tingkat organisasi, seperti mengetahui produk mana yang terjual dengan baik dan mana yang paling banyak dibeli oleh konsumen. Informasi ini penting bagi perencanaan produk baru, memutuskan produk mana yang harus selalu tersedia, dan memasarkan produk pada konsumen. 4. Perencanaan dan pengendalian
Sistem informasi dibutuhkan pula bagi aktivitas perencanaan dan pengendalian informasi mengenai anggaran dan biaya standar simpan oleh sistem informasi, dan laporan-laporan dirancang untuk membandingkan anggaran dengan jumlah yang sesungguhnya. 5. Mengimplementasikan pengendalian internal Pengendalian internal termasuk kebijakan, prosedur, dan sistem informasi yang digunakan untuk melindungi harta perusahaan dari kehilangan atau kekacauan dan untuk memelihara akurasi data keuangan. Membangun pengendalian ke dalam sebuah sistem informasi yang terkomputerisasi guna membantu untuk mencapai tujuan tersebut.
2.4
Komponen Sistem Informasi Akuntansi Menurut Romney dan Steinbart (2012: 30), terdapat enam komponen dari SIA, yaitu : 1. People, yang mengoperasikan sistem dan melakukan berbagai macam fungsi. 2. Procedures and Instructions, baik manual maupun otomatis. Dilibatkan dalam pengumpulan, pemrosesan, dan penyimpanan data mengenai aktivitas organisasi. 3. Data, tentang organisasi dan proses bisnisnya. 4. Software, yang digunakan untuk memproses data organisasi. 5. Information Technology Infrastructure, termasuk komputer, peralatan di sekelilingnya dan peralatan komunikasi jaringan yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, memproses, serta mengirimkan data dan informasi. 6. Internal Controls and Security Measures, yang mengamankan data dalam SIA.
2.5
Siklus Sistem Informasi Akuntansi Menurut Romney dan Steinbart (2013: 28), siklus pemrosesan transaksi pada sistem
adalah suatu rangkaian aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan bisnisnya mulai dari proses pembelian, produksi, hingga penjualan barang dan jasa. Siklus transaksi pada perusahaan dapat dibagi ke dalam lima subsistem, yaitu : 1. Revenue Cycle, terjadi dari transaksi penjualan dan penerimaan kas. 2. Expenditure Cycle, terdiri dari peristiwa pembeliam dam pengeluaran kas. 3. Human Resource / Payroll Cycle, terdiri dari peristiwa yang berhubungan dengan perekrutan dan pembayaran atas tenaga kerja. 4. Production Cycle, terdiri dari peristiwa yang berhubungan dengan pengubahan bahan mentah menjadi produk/jasa yang siap dipasarkan.
5. Financing Cycle, terdiri dari peristiwa yang berhubungan dengan penerimaan modal dari investor dan kreditor.
2.6
Siklus Pendapatan Menurut Jones dan Rama (2009:4) siklus pendapatan (revenue cycle) adalah proses
menyediakan barang atau jasa untuk para pelanggan dan menagih uangnya. Siklus pendapatan dari berbagai jenis organisasi yang berbeda adalah sama dan meliputi beberapa atau semua operasi berikut ini : 1. Merespon pertanyaan pelanggan. Pertanyaan pelanggan bisa ditangani oleh tenaga penjual. Di beberapa industri (misalnya, komputer dan peranti lunak), produkproduknya bersifar kompleks. Tenaga penjuakan memainkan peran penting dalam membantu para pelanggan untuk memahami suatu produk perusahaan dan memilih produk yang sesuai untuknya. 2. Membuat perjanjian dengan pelanggan untuk menyediakan barang dan jasa di masa yang akan datang. Contoh dari perjanjian tersebut meliputi pesanan pelanggan untuk produk atau jasa serta kontrak antara perusahaan dengan pelanggan untuk penyerahan barang atau jasa di masa depan. Karyawan penting di dalam fungsi ini adalah petugas pencatat pesanan dan tenaga penjualan. 3. Menyediakan jasa atau mengirim barang ke pelanggan. Fungsi ini sangat penting dalam proses pendapatan. Untuk jasa, karyawan pentingnya adalah para penyedia layanan. Untuk barang, petugas gudang dan pengiriman memainkan peran yang aktif. 4. Mengakui klaim atas barang atau jasa yang disediakan. Pada kejadian ini, perusahaan mengakui klaimnya terhadap pelanggan dengan mencatat piutang dan menagih pelanggan. 5. Menerima kas. Pada suatu waktu dalam siklus pendapatan, kas diperoleh dari pelanggan 6. Menyetor kas ke bank. Agen yang terlibat disini adalah kasih dan bank. 7. Menyusun laporan. Berbagai macam laporan mungkin dibuat untuk siklus pendapatan. Contohnya mencakup daftar pesanan, daftar pengiriman, dan daftar penerimaan kas.
2.6.1
Informasi yang Dibutuhkan dalam Siklus Pendapatan Menurut Romney dan Steinbart (2012, :383–384), dapat disimpulkan
bahwa, informasi yang dibutuhkan dalam siklus pendapatan yaitu :
1. Waktu respon ke pertanyaan pelanggan mengenai account balance dan status order. 2. Memutuskan apakah akan memperpanjang kredit kepada pelanggan tertentu. 3. Menentukan ketersediaan persediaan. 4. Memilih metode untuk pengiriman produk atau jasa. 5. Waktu yang dibutuhkan untuk menginput dan mengirimkan order. 6. Persentasi penjualan yang dibutuhkan untuk order kembali. 7. Tingkat dan tren kepuasan pelanggan. 8. Analisis pasar saham dan tren penjualan. 9. Analisis profitability melalui produk, pelanggan dan wilayah penjualan. 10. Volume penjualan baik dalam dolar dan jumlah pelanggan. 11. Efektifitas iklan dan promosi. 12. Kinerja staff penjualan. 13. Beban tak tertagih dan kebijakan kredit.
2.6.2
Aktivitas Bisnis dalam Siklus Pendapatan Menurut Romney dan Steinbart (2012: 356), terdapat empat kegiatan kerja
dalam siklus pendapatan antara lain : 1. Pencatatan Sales Order Menurut Romney dan Steinbart (2012: 357-363) dapat disimpulkan bahwa kegiatan siklus pendapatan dimulai dari penerimaan pesanan pelanggan. Proses penerimaan pesanan pelanggan terdiri dari tiga tahap diantaranya : a.. Penerimaan Pesanan Pelanggan Data pesanan pelanggan dicatat dalam sales order. Sales order berisi sejumlah informasi mengenai nomor barang, jumlah barang, harga, dan keterangan penjualan lainnya. b. Persetujuan Kredit Bagi penjualan secara kredit, batasan kredit harus disetujui terlebih dahulu sebelum diproses lebih lanjut
2. Pengiriman barang Menurut Romney dan Steinbart (2012: 364), kegiatan utama yang kedua dalam siklus pendapatan adalah pengisian pesanan pelanggan sehingga kemudian perusahaan menginformasikan kepada pelanggan mengenai perkiraan tanggal pengiriman. 3. Penagihan Pelanggan Menurut Romney dan Steinbart (2012: 368-373) dapat disimpulkan bahwa, aktivitas utama yang ketiga berkaitan dengan penagihan pelanggan. Proses ini terdiri dari dua tahap diantaranya: a. Pembuatan Faktur Penjualan Kegiatan ini merupakan kegiatan pemrosesan informasi yang dikemas kembali dan meringkas sejumlah informasi dari pengisian sales order sampai kegiatan pengiriman. Dokumen yang digunakan adalah faktur penjualan, yang menegaskan pada pelanggan jumlah yang harus dibayar dan kemana pelanggan harus mengirimkan pembayaran. b. Memelihara Piutang Dagang Fungsi piutang ini dibagi dalam dua tugas utama diantaranya yaitu menggunakan informasi dalam faktur penjualan untuk mendebit akun pelanggan dan secara berkala mengkredit akun ini ketika pembayaran diterima. Terdapat dua cara untuk mengendalikan piutang, antara lain : 1. Metode Open Invoice Pelnaggan biasanya membayar sejumlah uang menurut masingmasing faktur penjualan. Biasanya 2 (dua) rangkap invoice yang akan dikirimkan ke pelanggan dimana satu rangkap akan dikembalikan jika melakukan pembayaran. Rangkap ini disebut remmitance advice. 2. Metode Balance Forward
Pelanggan biasanya membayar menurut jumlah yang ada pada laporan bulanan, dibandingkan menurut faktur penjualan satuan. Laporan bulanan mendaftar semua transaksi termasuk penjualan dan pembayaran yang ada selama bulan terakhir serta menginformasikan pada pelanggan jumlah saldo piutang terakhir. 4. Penerimaan Kas Menurut Romney dan Steinbart (2012: 373) menyebutkan bahwa aktivitas terakhir dalam siklus pendapatan berkaitan dengan penerimaan kas. Fungsi kasir akan melaporkan penerimaan, menangani remittance pelanggan, dan menyetorkan uang ke bank. Dapat ditarik kesimpulan bahwa penerimaan kas adalah aktivitas terakhir dalam siklus pendapatan, yaitu dengan mencatat penerimaan kas, melaporkan penerimaan, menangani remittance pelanggan, dan menyetorkan uang ke bank.
1.6.3
Jurnal Dalam Siklus Pendapatan Menurut Weygandt et al (2010: 55), “The journal is referred to as the book
of original entry. For each transaction the journal shows the debit and credit effects on specifics”, yang artinya jurnal disebut sebagai buku entri asli. Dimana, untuk setiap transaksi, jurnal akan menunjukkan efek debit dan kredit pada akun khusus. Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa jurnal merupakan catatan yang timbul sebagai efek dari transaksi yang terjadi, dimana terdapat debit dan kredit untuk mencatatnya dengan akun yang spesifik. 1.6.3.1 Jurnal Penjualan 1. Penjualan Tunai Dr-Kas xxx Cr-Penjualan 2. Penjualan Kredit Dr- Piutang xxx Cr-Kas
xxx
xxx
2.6.3.2 Jurnal Penerimaan Kas Dr-Kas xxx Cr-Piutang xxx 2.6.3.3 Jurnal Retur Penjualan
Dr-Retur dan Potongan Penjualan Cr-Piutang Dr-Persediaan Cr-Harga Pokok Penjualan
2.7
xxx xxx xxx xxx
SIA Penjualan Pengertian penjualan menurut Kotler (2006: 457), “Penjualan merupakan proses dimana kebutuhan pembeli dan kebutuhan penjualan dipenuhi, melalui pertukaran informasi dan kepentingan. Dari pengertian di atas, disimpulkan bahwa penjualan barang dan atau pemberian jasa yang akan memenuhi kebutuhan pembeli dan penjual. Soemarso (2008: 174) menjelaskan mengenai penjualan seperti berikut ini: Pada saat perusahaan menjual barang dagangnya, maka diperoleh pendapatan. Jumlah yang dibebankan kepada pembeli untuk barang dagang yang diserahkan merupakan pendapatan perusahaan yang bersangkutan. Penjualan dapat dilakukan secara kredit maupun tunai dan pada umumnya kepada beberapa pelanggan. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa penjualan merupakan harga yang harus dibayarkan oleh pelanggan baik secara tunai ataupun kredit atas barang yang telah dibelinya.
2.7.1
Penjualan Tunai Menurut Mulyadi (2010: 455), sistem penjualan tunai merupakan
sistem yang dilakukan oleh perusahaan dengan cara mewajibkan pembeli melakukan pembayaran harga terlebih dahulu sebelum barang diserahkan oleh perusahaan kepada pembeli.
2.7.2
Penjualan Kredit Menurut Mulyadi (2010: 210), penjualan kredit dilaksanakan oleh
perusahaan dengan cara mengirimkan barang sesuai dengan order yang diterima dari pembeli dan untuk jangka waktu tertentu perusahaan mempunyai tagihan kepada pembeli tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa penjualan kredit adalah penjualan yang pembayarannya dilakukan beberapa waktu kemudian setelah menerima barang
yang dipesan dan pembayarannya dilakukan dalam jangka waktu yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.
2.7.3
Fungsi-fungsi yang Terkait Dalam Penjualan Menurut Mulyadi (2010: 211) fungsi yang terkait siklus penjualan pada
perusahaan antara lain : 1. Fungsi Penjualan Di dalam penjualan, fungsi ini bertanggung jawab untuk menerima surat order dari pembeli, mengedit order dari pelanggan untuk menambahkan informasi yang belum ada pada surat order tersebut, meminta otorisasi kredit, menentukan tanggal pengiriman dan dari gudang mana barang akan dikirim, dan mengisi surat order pengiriman. Fungsi ini juga bertanggung jawab untuk membuat back order pada saat diketahui tidak tersedianya persediaan untuk memenuhi order dari penjualan 2. Fungsi Kredit Fungsi ini berada di bawah fungsi keuangan yang dalam transaksi penjualan kredit, bertanggung jawab untuk meneliti status kredit pelanggan dan memberikan otorisasi pemberian kredit kepada pelanggan. Karena hampir semua penjualan dalam perusahaan manufaktur merupakan penjualan kredit, maka sebelum order dari pelanggan dipenuhi, harus lebih dahulu diperoleh otorisasi penjualan kredit dari fungsi kredit. Jika penolakan pemberian kredit seringkali terjadi, pengecekan status kredit perlu dilakukan sebelum fungsi penjualan mengisi surat order penjualan. Untuk mempercepat pelayanan kepada pelanggan, surat order pengiriman dikirim langsung ke fungsi pengiriman sebelum fungsi penjualan memperoleh otorisasi kredit dari fungsi kredit. 3. Fungsi Gudang Fungsi ini bertanggung jawab untuk menyimpan barang dan menyiapkan barang yang dipesan pelanggan, serta menyerahkan barang ke fungsi pengiriman 4. Fungsi Pengiriman Dalam transaksi penjualan kredit, fungsi ini bertanggung jawab untuk menyerahkan barang atas dasar surat order pengiriman yang diterimanya
dari fungsi penjualan. Fungsi ini bertanggung jawab untuk menjamin bahwa tidak ada barang yang keluar dari perusahaan tanpa ada otorisasi dari yang berwenang. Otorisasi ini dapat berupa surat order pengiriman yang telah ditandatangani oleh fungsi penjualan, memo debit yang ditandatangani oleh fungsi pembelian untuk barang yang dikirimkan kembali kepada pemasok, surat perintah kerja dari fungsi produksi mengenai penjualan/pembuangan aktiva tetap yang sudah tidak dipakai lagi. 5. Fungsi Penagihan Dalam fungsi penagihan kita membuat dan mengirimkan faktur penjualan kepada pelanggan, serta menyediakan copy faktur bagi kepentingan pencatatan transaksi penjualan oleh fungsi akuntansi. 6. Fungsi Akuntansi Fungsi ini bertanggung jawab untuk mencatat piutang yang timbul dari transaksi penjualan kredit dan membuat serta mengirimkan pernyataan piutang kepada para debitur serta membuat laporan penjualan. Selain itu fungsi ini juga mencatat harga pokok persediaan yang dijual ke dalam kartu persediaan.
2.7.4
Dokumen yang digunakan dalam Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Menurut Mulyadi (2010: 214) dokumen yang digunakan dalam
sistem informasi akuntansi penjualan meliputi: 1. Surat order pengiriman dan tembusannya Surat ini digunakan untuk memberikan otorisasi kepada bagian pengiriman untuk mengirim barang sesuai dengan jenis, jumlah, dan spesifikasi yang ada pada surat order pengiriman. 2. Faktur dan tembusannya Dokumen ini digunakan untuk mengirimkan tagihan kepada customer dan merupakan dokumen yang menjadi dasar bertambahnya piutang 3. Rekapitulasi harga pokok penjualan Rekapitulasi harga pokok penjualan merupakan dokumen yang digunakan untuk menghitung total harga pokok produk yang dijual selama periode tertentu
4. Bukti memorial Dokumen ini digunakan sebagai dasar pencatatan harga pokok produk yan dijual selama periode tertentu.
2.8
Pengertian Piutang Menurut Mulyadi (2010: 257), prosedur pencatatan piutang bertujuan untuk mencatat mutasi piutang perusahaan kepada setiap debitur. Mutasi piutang disebabkan oleh transaksi penjualan kredit penerimaan kas dari debitur, retur penjualan dan penghapusan piutang. Berdasarkan kedua definisi di atas maka dapat disimpulkan pengertian piutang adalah transaksi yang timbul dari penjualan barang atau jasa secara kredit di mana piutang dicatat dengan mendebet akun piutang dagang.
2.8.1
Piutang Usaha Menurut Warren (2009: 398) mengemukakan bahwa transaksi paling
umum yang menciptakan piutang adalah penjualan barang atau jasa secara kredit, piutang dicatat dengan mendebet akun piutang usaha. Piutang semacam ini mormalnya diperkirakan akan tertagih dalam periode waktu yang relative pendek seperti 30 atau 60 hari yang diklasifikasikan sebagai aktiva lancar.
2.8.2
Piutang tak tertagih Menurut Warren (2009: 398), terdapat dua metode akuntansi untuk
mencatat piutang yang diperkirakan tidak akan tertagih. Metode penyisihan membuat akun beban piutang tak tertagih di muka sebelum piutang tersebut diapus. Prosedur lain, yang dinamakan dengan metode penghapusan langsung, mengakui beban hanya pada saat piutang dianggap benar – benar tidak dapat ditagih lagi. Ada 2 metode akuntansi untuk piutang tak tertagih yaitu: 1. Metode Penghapusan Langsung Mencatat bad debt expense hanya ketika sebuah akun diyakini untuk menjadi tak ternilai lagi. 2. Metode Penyisihan Mencatat bad debt expense dengan memperkirakan piutang tak tertagih pada akhir periode akuntansi. Metode Penghapusan Langsung sering digunakan
oleh perusahaan kecil dan peusahaan dengan sedikit piutang. Secara umum perusahaan dengan jumlah piutang yang besar dengan metode penyisihan.
2.8.3
Kebijakan Pemberian Kredit Kepada Pelanggan Menurut Kasmir (2008:108) terdapat prinsip 5C dalam pemberian kredit
yaitu sebagai berikut: a. Character Analisis watak dari peminjam sangat penting untuk diperhatikan. Hal ini karena kredit adalah kepercayaan yang diberikan kepada debitur sehingga debitur haruslah pihak yang benar-benar dapat dipercaya dan beritikad baik untuk mengembalikan pinjaman. Bagaimanapun baiknya suatu bidang usaha dan kondisi perusahaan, tanpa didukung watak yang baik, tidak akan dapat memberikan keamanan bagi bank dalam pembayaran atas segala kewajiban yang ada. Beberapa hal yang harus diteliti didalam analisis watak debitur adalah riwayat hubungan dengan bank, antara lain: 1) Riwayat peminjam 2) Reputasi dalam bisnis dan keuangan 3) Manajemen 4) Legalitas usaha b. Capacity Setelah aspek watak maka faktor berikutnya yang sangat penting dalam analisis kredit adalah faktor kemampuan. Jika tujuan analisis watak adalah untuk mengetahui kesungguhan nasabah melunasi hutangnya, maka tujuan analisis kemampuan adalah untuk mengukur kemampuan membayar. Kemampuan tersebut dapat diuraikan ke dalam kemampuan manajerial dan kemampuan finansial. Kedua kemampuan ini tidak dapat berdiri sendiri. Karena kemampuan finansial merupakan hasil kerja kemampuan manajerial perusahaan. c. Capital Modal sendiri merupakan hak pemilik dalam perusahaan, yaitu selisih antara aktiva dengan kewajiban yang ada. Pada dasarnya modal berasal dari investasi pemilik ditambah dengan hasil usaha perusahaan. Analisa modal ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memikul beban pembiayaan
yang dibutuhkan dan kemampuan dalam menanggung beban resiko yang mungkin dialami perusahaan. d. Collateral Unsur lain yang perlu mendapatkan perhatian dalam analisis kredit adalah collateral (agunan). Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahan dan kesempurnaannya, sehingga jika terjadi suatu masalah, maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin. e. Condition of Economy Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi, sosial dan politik yang ada sekarang dan prediksi untuk dimasa yang akan datang. Penilaian kondisi atau prospek bidang usaha yang dibiayai hendaknya benar– benar memiliki prospek yang baik, sehingga kemungkinan kredit tersebut bermasalah relatif kecil.
2.9
Retur Penjualan Dalam aktivitas penjualan biasanya terdapat penerimaan kembali barang yang disebabkan karena barang tidak sesuai dengan pemesanan sehingga pelanggan memutuskan untuk mengembalikannya atau menukar dengan barang sejenis yang baru. Mursyidi (2010: 140) mendefinisikan retur barang sebagai pengembalian kembali barang dagang yang dibeli (purchase return) atau penerimaan kembali barang dagang yang dijual (sales return). Hall (2011: 160) menerangkan bahwa organisasi harus memperkirakan dari persentase penjualannya bahwa akan terdapat barang yang dikembalikan. Terdapat banyak alasan yang dapat menyebabkan barang yang telah dijual dikembalikan lagi oleh pelanggan, berikut beberapa alasannya: 1) Perusahaan mengirimkan barang dagangan yang salah ke pelanggan. 2) Barang yang dikirimkan adalah barang yang telah rusak. 3) Barang rusak dalam pengiriman. Pelanggan menolak pengiriman barang karena keterlambatan pengiriman barang atau pengiriman barang tertunda. Saat barang dikembalikan, pelanggan berhak untuk meminta kembali uang yang telah dibayarkan sebelumnya.
2.10
Pajak Pertambahan Nilai Dalam bukunya Wahono (2012: 264) mengatakan bahwa pajak pertambahan nilai
(PPN) adalah pajak atas konsumsi barang dan jasa di daerah pabean yang dikenakan secara bertingkat di setiap jalur produksi dan distribusi. Subjek pajak pertambahan nilai adalah pengusaha kena pajak, yaitu pengusahan atau orang pribadi atau badan yang dalam kegiatan usahanya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa pabean
2.11
SIA Persediaan 2.11.1 Pengertian Persediaan Menurut Assauri (2008: 237) persediaan merupakan sejumlah bahan-bahan, parts yang disediakan dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang jadi atau produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari pelanggan setiap waktu. Menurut Warren (2005: 359), persediaan adalah sesuatu yang digunakan untuk mengidentifikasi barang yang disimpan untuk kemudian dijual dalam operasi normal perusahaan.
2.11.2 Peran Persediaan Menurut Assauri (2008: 238) alasan diperlukannya persediaan oleh suatu pabrik dikarenakan : i.
Dibutuhkannya waktu untuk menyelesaikan operasi produksi dan utnuk memindahkan produk dari suatu tingkat proses ke tingkat proses yang lain, yang disebut persediaan dalam proses dan pemindahan.
ii.
Alasan organisasi, yang memungkinkan untuk memungkinkan satu unit atau bagian membuat jadwal operasinya secara bebas, tidak bergantung dari yang lainnya. Sedangkan persediaan yang diadakan mulai dari yang bentuk bahan mentah sampai dengan barang jadi, antara lain berguna untuk dapat :
i.
Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahan-bahan yang dibutuhkan perusahaan.
ii.
Menghilangkan resiko dari mental yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan.
iii.
Untuk menumpuk bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat digunakan bila bahan itu tidak ada dalam pasaran.
iv.
Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin kelancaran arus produksi.
v.
Mencapai penggunaan mesin yang optimal
vi.
Memberikan pelayanan (service) kepada pelanggan dengan sebaik-baiknya dimana keinginan pelanggan pada suatu waktu dapat dipenuhi atau memberikan jaminan tetap tersedianya barang jadi tersebut.
vii.
Membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan penggunaan atau penjualannya.
2.11.3 Konsep Pemesanan Persediaan Pemesanan persediaan merupakan kegiatan yang dilakukan perusahaan, agar persediaan barang selalu dapat mencukupi setiap ada pesanan barang dari pelanggan. Hal tersebut dapat dijawab dengan melakukan keputusan reorder point (ROP). Keputusan ROP dipengaruhi oleh service level yang diinginkan oleh perusahaan bersangkutan. Cara untuk mencapai service level, perusahaan harys menetapkan safety stock yang merupakan persediaan pengaman untuk melindungi perusahaan dari keadaan stockout (keadaan dimana perusahaan mengalami kekurangan/ tidak cukup untuk memenuhi permintaan dari pelanggan).
2.11.3.1 Titik-titik Pemesanan Ulang Menurut Heizer dan Render (2011: 99-100), model-model persediaan sederhana mengasumsikan sebuah pesanan akan diteima saat itu juga. Dengan kata lain mereka mengasumsikan (1) sebuah perushaan akan menempatkan sebuah pesanan ketika tingkat persediaannya untuk barang tertentu tersebut mencapai nol dan (2) perusahaan akan menerima barang yang dipesan secara langsung. Bagaimanapun juga, waktu antara penempatan dan penerimaan sebuah pesanan, disebut waktu tunggu (lead time) atau waktu pengantaran.
2.11.3.2 Economic Order Quantity (EOQ) Menurut Carter (2006: 9-11), Economic Order Quantity adalah jumlah persediaan memerintahkan pada satu waktu yang meminimalkan biaya persediaan tahunan.
Economic Order Quantity =
•
Annual required units : jumlah unit barang yang dibutuhkan dalam setahun
•
Cost per order : biaya penyimpanan dan penerimaan order.
•
Cost per unit of material : biaya bahan baku per unit.
•
Carrying cost percentage : persentase biaya bawaan persediaan. Menurut Menurut Hansen dan Mowen (2007: 625), Economic order
quantity adalah untuk menemukan kuantitas pesanan yang meminimalkan total biaya.
• Cost per order : biaya penyimpanan dan penerimaan order. • Annual required units : jumlah unit barang yang dibutuhkan dalam setahun • Carrying cost per unit : biaya bawaan persediaan per unit.
2.11.3.3 Safety Stock (SS) Menurut Hansen dan Mowen (2007: 626), Safety Stock adalah adalah persediaan ekstra dilakukan untuk melayani asuransi terhadap fluktuasi permintaan.
• Maximum usage : penggunaan unit masksimal per hari. • Average Usage : penggunaan rata-rata unit per hari. • Lead Time : waktu yang dibutuhkan untuk menerima pesanan. Safety stock ini sendiri didukung oleh Kruger, Gregory A dalam jurnal penelitian yang berjudul “A Statistician Looks at Inventory Management” yang menyatakan bahwa “To be successful, it turns out there are broad implications for how planning and materials organizations do their jobs, given the adoption of statistical safety stocks. Conscious plan overdrive is a common technique employed by demand planners for the purpose of ensuring sufficient inventories to buffer demand variation.” Yang bila diartikan yakni untuk menjadi sukses, ternyata ada implikasi luas untuk bagaimana perencanaan dan bahan organisasi melakukan pekerjaan mereka, mengingat adopsii statistik
safety stock. Kesadaran perencanaan adalah teknik umum digunakan oleh para perencana permintaan untuk tujuan menjamin persediaan yang cukup untuk buffer variasi permintaan.
2.11.3.4 Reorder Point (ROP) Menurut Hansen dan Mowen (2007: 625), Reorder Point adalah titik waktu ketika sebuah pesanan baru harus diadakan.
• Rate of Usage : penggunaan unit per hari. • Lead Time : waktu yang dibutuhkan untuk menerima pesanan. Perhitungan ROP dengan adanya Safety Stock, yakni :
• Average Rate of Usage : rata-rata penggunaan unit per hari • Lead time : waktu yang dibutuhkan untuk menerima pesanan. • Safety Stock : unit tambahan untuk menjaga unit tetap tersedia.
2.12
Sistem Pengendalian Internal 2.12.1 Pengertian Sistem Pengendalian Internal Menurut Mulyadi (2006:163) Sistem pengendalian internal meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Menurut Stice, Stice, Albrecht dan Swain (2008:191) mengatakan: “internal control structure is safeguards in the form of policies and procedures established to provide management with reasonable assurance that the objectives of an entity will be achieved.” Yang berarti bahwa struktur pengendalian intern adalah pengamanan dalam bentuk kebijakan dan prosedur yang ditetapkan untuk memberikan manajemen dengan keyakinan memadai bahwa tujuan dari suatu entitas akan tercapai."
Menurut Rittenberg, Larry E. (2006:47-51,8) dalam jurnal internasionalnya menyebutkan, “Effective internal control is achieved on a constant basis as companies continually refine their reporting objectives, increase their understanding of risks to achieving those objectives, and implement controls to reduce those risks to an acceptable level.” Yang artinya yaitu, Pengendalian internal yang efektif dapat dicapai secara konstan karena perusahaan
terus
menyempurnakan
tujuan
pelaporan,
meningkatkan
pemahaman mereka tentang risiko untuk mencapai tujuan tersebut, dan menerapkan kontrol untuk mengurangi risiko tersebut ke tingkat yang dapat diterima. Dari definisi-definis tersebut dapat disimpulkan pengendalian internal adalah proses yang meliputi seluruh struktur organisasi, metode dan perencanaan dalam menjaga harta perusahaan dan mendukung efektif dan efisiensi kepatuhan akan manajemen. 2.12.2 Tujuan Pengendalian Internal Menurut Warren (2006:236) Tujuan dari pengendalian internal adalah memberikan jaminan yang wajar bahwa: 1. Aktiva dilindungi dan digunakan untuk pencapaian tujuan usaha. 2. Informasi bisnis akurat. 3. Karyawan mematuhi peraturan dan ketentuan. Pengendalian internal dapat melindungi aktiva dari pencurian, penggelapan, penyalahgunaan, atau penempatan aktiva pada lokasi yang tidak tepat. Penggelapan oleh karyawan (employee fraud) adalah tindakan disengaja untuk menipu majikan demi keuntungan pribadi. Perusahaan harus mematuhi perundang-undangan dan peraturan yang berlaku serta standar pelaporan keuangan. 2.12.3 Unsur Pengendalian Internal Menurut Mulyadi (2006:164) Unsur pokok sistem pengendalian internal, adalah: 1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas.
2. Sistem
wewenang
dan
prosedur
pencatatan
yang
memberikan
perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan, dan biaya. 3. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi. 4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya. Komponen pengendalian Internal menurut Jones dan rama (2006:105) adalah: 1. Lingkungan pengendalian (Control environment) Inti dari setiap bisnis adalah orang-orang – sifat pribadi, termasuk integritas, nilai etika, serta kompetensi, dan lingkungan dimana mereka beroperasi. Mereka adalah penggerak organisasi dan dasar dari segala sesuatu pada akhirnya. 2. Pengelolaan resiko (Risk Assesment) Identifikasi dan analisis resiko internal maupun eksternal oleh manajemen untuk memastikan bahwa tindakan yang dipakai dapat mencapai tujuan organisasi. 3. Pengendalian aktivitas (Control Activities) Kebijakan dan prosedur yang digunakan oleh manajemen untuk memastikan bahwa tindakan yang dipakai dapat mencapai tujuan organisasi. a. Pengawasan kinerja (Performance Reviews) b. Pemisahan wewenang (Segregation of duties) c. Kontrol Aplikasi (Application Controls) d. Kontrol Umum (Generation Controls) 4. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication) Informasi dan komunikasi dibutuhkan di setiap level organisasi untuk membuat keputusan. 5. Pengawasan (Monitoring)
Keseluruhan proses harus diawasi dan perubahan dapat dilakukan jika perlu
2.13
Analisis dan Perancangan Berorientasi Objek Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 60) menuliskan bahwa Object Oriented
Analysis (OOA) mendefinisikan semua tipe objek yang melakukan pekerjaan di dalam sistem dan menunjukkan apa saja interaksi pengguna yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugas tersebut. Sedangkan Object Oriented Design (OOD) didefinisikan oleh Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 60) sebagai berikut: Object Oriented Design (OOD) mendefinisikan semua tipe objek yang dibutuhkan untuk berkomunikasi dengan orang-orang dan alat-alat di dalam sistem serta menunjukkan bagaimana objek-objek tersebut berinteraksi untuk menyelesaikan tugas dan menyempurnakan definisi dari masing-masing objek agar dapat diimplementasikan dengan bahasa atau lingkungan tertentu. Di bawah ini merupakan gambar yang menjelaskan mengenai persyaratan model yang secara langsung digunakan untuk mengembangkan model desain:
Gambar 2.1 Design models dengan input models Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 300)
2.13.1 Siklus Hidup Pengembangan Sistem (Systems Development Life Cycle)
Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 39), siklus hidup pengembangan sistem adalah proses secara keseluruhan dari pembuatan, penyebaran, penggunaan, dan pembaharuan dari sistem informasi. Fase-fase dari pendekatan ini meliputi:
1. Project Planning Phase Mengidentifikasikan ruang lingkup dari sistem baru, memastikan bahwa proyek tersebut dapat dilaksanakan, mengembangkan jadwal, merencanakan sumber daya dan membuat anggaran. 2. Analysis Phase Memahami dan mendokumentasikan kebutuhan bisnis secara detail dan memproses kebutuhan dari sistem baru. 3. Design Phase Merancang sistem berdasarkan kebutuhan yang telah ditentukan dan keputusan yang dibuat selama proses analisis berlangsung.
4. Implementation Phase Membuat, menguji, dan menginstal sistem informasi yang reliable dengan pengguna yang sudah dilatih sebelumnya. 5. Support Phase Menajaga sistem agar dapat beroperasi secara produktif dari awal penggunaan sampai dengan tahun-tahun berikutnya.
Gambar 2.2 Information systems development phases Sumber : ( Satzinger, 2010, 40)
2.13.2 Modeling and The Requirements Discipline 2.13.2.1 Event Table
Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 167) memberikan pengertian mengenai event sebagai sesuatu yang terjadi pada waktu dan tempat tertentu, yang dapat digambarkan, dan harus diingat oleh sistem. Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 174) mendefinisikan event table sebagai berikut: Event table adalah sebuah pedoman dari use case yang menjabarkan event dalam baris dan potongan-potongan kunci dari informasi mengenai tiap-tiap event di dalam kolom. Sebuah event table terdiri dari baris dan kolom yang mewakili event dan detailnya masing-masing.
Gambar 2.3 Event Table Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 175)
2.13.2.2 Activity Diagram Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 144) memberikan pengertian mengenai activity diagram sebagai berikut: Activity diagram merupakan salah satu cara efektif menangkap informasi mengenai proses bisnis. Activity diagram adalah diagram alur kerja sederhana yang menggambarkan aktivitas dari pengguna (atau sistem) yang berbeda-beda, pihak yang melakukan tiap aktivitas, dan aliran yang berurutan dari aktivitasaktivitas tersebut.
Gambar 2.4 Activity diagram Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 146)
Dalam membuat activity diagram terdapat beberapa simbol atau notasi yang digunakan, yaitu: 1) Synchronization bar Merupakan simbol atau notasi yang digunakan untuk mengontrol pemisahan atau penyatuan dari jalur yang berbeda. 2) Swimlane Merupakan suatu daerah persegi dalam activity diagram yang mewakili aktivitasaktivitas yang diselesaikan agen tunggal. 3) Starting activity (pseudo) Merupakan simbol atau notasi yang memandakan dimulainya sebuah aktivitas. 4) Transition arrow Merupakan garis penunjuk panah yang menggambarkan transisi dari suatu aktivitas dan arah dari suatu aktivitas. 5) Activity Merupakan simbol atau notasi yang menggambarkan suatu aktivitas. 6) Ending activity (pseudo) Merupakan simbol atau notasi yang menandakan berakhirnya suatu aktivitas. 7) Decision activity
Simbol atau notasi yang menandakan satu aktivitas akan mengikuti satu jalur atau jalur yang lain tergantung keputusan yang diambil.
Gambar 2.5 Simbol atau notasi Activity diagram Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 145)
“Detailed activity diagram menunjukkan informasi mengenai aktivitas dalam suatu kejadian spesifik” (Rama dan Jones, 2008: 94). Sedangkan overview diagram merupakan nama lain dari activity diagram yang dipakai pada buku Rama dan Jones. Terdapat beberapa tambahan simbol atau notasi menurut Rama dan Jones (2008: 83-84), yaitu sebagai berikut: 1) Simbol dokumen, berfungsi untuk menunjukkan dokumen sumber dan laporan. 2) Garis putus-putus dengan panah memiliki dua fungsi, yaitu (1) menunjukkan aliran informasi antar kejadian atau antar aktivitas dan (2) menyambung kejadian atau aktivitas dan table-tabel untuk menunjukkan bagaimana data table dibuat atau digunakan oleh kejadian atau aktivitas. 3) Simbol berbentuk sembilan kotak persegi menunjukkan table atau file.
Gambar 2.6 Simbol atau notasi Activity diagram tambahan Sumber: Rama dan Jones (2008: 83-84)
2.13.2.3 Use Case 1) Use Case Diagram Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, 213), use case diagram adalah diagram yang menunjukkan berbagai peran yang berbeda dari pengguna dan bagaimana peran tersebut digunakan dalam sistem. Actor diperankan oleh pengguna dan berada di luar boundary.
Gambar 2.7 Simbol atau notasi Use Case Diagram Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 215)
Gambar 2.8 Use Case Diagram Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 216)
2) Use Case Description “Use case descripton adalah sebuah deskripsi yang berisi daftar rincian proses dari use case” (Satzinger, Jackson, dan Burd, 2005: 220).
Use case description dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: a. Brief Description Brief description digunakan untuk use case yang sangat sederhana dan sistem yang dibangun berskala kecil.
Gambar 2.9 Brief Description dari Use Case Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 221)
b. Intermediate Description Merupakan pengembangan dari brief description termasuk aliran internal dari aktivitas untuk sebuah use case.
Gambar 2.10 Use Case Description Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 221)
c. Fully Developed Description Metode paling Formal yang dapat digunakan dalam mendokumentasikan use case.
Gambar 2.11 Fully Developed Description dari Use Case Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 223)
2.13.2.4 Domain Class Diagram Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 184) mendefinisikan domain class diagram sebagai berikut: Domain
class
diagram
adalah
sebuah
diagram
UML
yang
menggambarkan semua hal yang penting dalam pekerjaan user, kelas-kelas problem domain, asosiasi, dan atributnya. Pada domain class diagram, kotak segi empat menggambarkan class dan garis yang menghubungkan antar class menunjukkan asosiasi antar class.
Gambar 2.12 Domain Class Diagram sederhana
Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 187) Garis penghubung yang menghubungkan antar class disebut multiplicity of associations. Terdapat enam jenis hubungan antar class yang digambarkan dalam tabel berikut:
Tabel 2.1 multiplicity of associations Hubungan
Simbol
Zero or one (optional)
0..1
One and only one (optional)
1
One and only one (alternate)
1..1
One or more (mandatory)
1..*
Zero or more (alternate)
*
Zero or more (optional)
0..*
Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 186)
2.13.2.5 System Sequence Diagram Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 213), menjabarkan system sequence diagram sebagai berikut: System sequence diagram digunakan untuk menentukan input dan output dan urutan interaksi antara pengguna dan sistem dalam sebuah use case. Sebuah system sequence diagram menggambarkan urutan pesan antara eksternal aktor dan sistem dalam use case atau skenario. Dalam sequence diagram, alur informasi yang masuk dan keluar disebut sebagai pesan.
Gambar 2.13 System Sequence Diagram Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 229)
2.13.3 Design Discipline 2.13.3.1 Three Layer Sequence Diagram Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 318) menyatakan bahwa dalam three layer sequence diagram terdapat lebih dari satu objek dan notasi baru yaitu activation lifeline yang digambarkan dengan persegi panjang vertikal kecil. Activation lifeline menggambarkan informasi. Itulah sebabnya pesan masukan biasanya di bagian atas persegi panjang dan pesan kembali di bagian bawah.
Gambar 2.14 : Completed Three-Layer Design Sequence Diagram
Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p229) 2.13.3.2 Package Diagram Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 339-342), package diagram adalah diagram tingkat tinggi yang memungkinkan perancang sistem untuk mengasosiasikan kelas-kelas dari grup terkait. Notasi dari package diagram berbentuk kotak persegi panjang dengan label. Nama dari package berada dalam label, sedangkan kelas-kelas yang dimiliki oleh package ditempatkan di dalam kotak persegi panjang. Simbol lain yang digunakan dalam package diagram adalah titik-titik panah (dashed arrow) yang menggambarkan dependency relationship. Buntut panah terhubung dengan dependent package, sedangkan kepala panah terhubung
dengan
independent
package.
Dependency
relationship
menggambarkan hubungan antara package, classes, atau use case yang ketika bagian independent berubah maka bagian dependent lainnya juga dapat berubah.
Gambar 2.15 Package Diagram Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 345)
2.13.3.3 User Interface Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 442-445), user interface terdiri dari input dan output yang melibatkan pengguna sistem secara langsung. User interface memungkinkan pengguna untuk berinteraksi dengan komputer untuk mencatat sebuah transaksi. Terdapat tiga aspek yang berhubungan dengan user interface, yaitu: 1) Aspek fisik: mencakup alat-alat yang benar-benar disentuh oleh pengguna, seperti keyboard, mouse, touch screen, atau keypad. 2) Aspek persepsi: mencakup semua yang dilihat, didengar atau disentuh (melewati alat fisik) oleh pengguna. Apa yang dilihat pengguna mencakup semua data dan petunjuk yang ditampilkan pada layar termasuk bentuk, garis, angka, dan kata-kata. Contoh dari apa yang didengar adalah berupa suara yang dibuat oleh sistem, seperti bunyi beep atau click. Contoh untuk apa yang disentuh oleh pengguna adalah menu, dialog box, dan tombol yang ada dilayar dengan menggunakan mouse. 3) Aspek konseptual: mencakup semua yang pengguna ketahui mengenai penggunaan sistem, termasuk semua masalah utama di dalam sistem yang di manipulasi oleh pengguna, oprasi yang dapat dilakukan, dan prosedur yang diikuti untuk melaksanakan operasi.
Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 454-457) menjelaskan bahwa terdapat banyak pedoman yang digunakan untuk membuat interface, salah satunya adalah “Eight Golden Rules” yang diajukan oleh Ben Shneiderman yang dapat diterapkan pada kebanyakan interactive system.
1) Usahakan untuk konsisten (strive for consistency) Sistem harus konsisten dalam mengatur bentuk, nama dan susunan menu item, ukuran dan bentuk ikon, dan urutan untuk melakukan tugas. Hal tersebut dilakukan karena manusia menciptakan kebiasaan. 2) Memungkinkan pengguna untuk menggunakan shortcut (enable frequent users to use shortcuts) Shortcut digunakan untuk mengurangi jumlah interaksi untuk tugas yang dijalankan, sehingga pengguna dapat menghemat waktu. Selain itu,
perancang harus menyediakan fasilitas makro bagi pengguna untuk membuat shortcut mereka sendiri. 3) Memberikan umpan balik yang informatif (offer informative feedback) Setiap tindakan yang diambil pengguna harus menghasilkan beberapa jenis umpan balik dari komputer sehingga pengguna mengetahui bahwa tindakan tersebut diakui. Contohnya adalah klik keyboard yang membantu pengguna, jadi sebuah "click" elektronik sengaja disertakan oleh sistem operasi. Jika pengguna mengklik tombol, tombol harus mengubah visualnya dan mungkin dapat membuat suara. Tetapi sistem tidak harus memperlambat pengguna dengan menampilkan dialog box terlalu banyak dimana pengguna harus merespon tiap dialog box. 4) Merancang dialog untuk menghasilkan penutupan (design dialogs to yield closure) Untuk setiap dialog dengan sistem harus diorganisasikan dengan urutan yang jelas, yaitu dari awal, tengah, dan akhir agar pengguna dapat mempersiapkan dirinya untuk fokus ke tindakan berikutnya. 5) Memberikan penanganan masalah yang sederhana (offer simple error handling) Ketika sistem menemukan sebuah kesalahan, maka pesan kesalahan harus menegaskan secara spesifik apa yang salah dan menjelaskan bagaimana cara untuk menanganinya. Pesan kesalahan juga tidak boleh menghakimi pengguna. Selain itu sistem harus dapat mengatasi kesalahan dengan mudah. 6) Memungkinkan untuk kembali ke tindakan sebelumnya dengan mudah (permit easy reversal of actions) Pengguna perlu merasa bahwa mereka dapat mengeksplorasi pilihan dan mengambil tindakan yang dapat dibatalkan atau kembali ke tindakan sebelumnya tanpa kesulitan. Salah satu cara untuk menghindari kesalahan, sebagaimana pengguna menyadari mereka telah melakukan kesalahan, mereka dapat membatalkan tindakan. 7) Mendukung tempat pengendalian internal (support internal locus of control) Pengguna berpengalaman ingin merasa bahwa mereka memiliki kuasa atas sistem dan bahwa sistem menanggapi perintah mereka. Mereka tidak boleh
dipaksa untuk melakukan sesuatu atau dibuat untuk merasa seolah-olah sistem mengendalikan mereka. Sistem harus membuat pengguna merasa bahwa mereka memutuskan apa yang harus dilakukan. 8) Mengurangi muatan memori jangka pendek (reduce short-term memory load) Orang-orang memiliki banyak keterbatasan, dan memori jangka pendek adalah salah satu yang terbesar. Orang dapat mengingat hanya sekitar tujuh potongan informasi pada satu waktu. Maka rancangan yang terlalu rumit dan terlalu banyak Form dapat menjadi beban bagi ingatan pengguna.
2.13.3.4 Persistent Object Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 66), persistent object merupakan obyek yang diingat oleh sistem dan tersedia untuk digunakan dari waktu ke waktu.
Tabel 2.2 Persistent Object
2.13.3.5 Deployment and Software Architecture Deplyoment and Software Architecture merupakan sebuah sistem komputer yang terdiri dari komponen yang akan menjalankan sistem informasi pada perusahaan. Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 270) deployment environment terdiri dari hardware, software, dan network. Deployment environment terbagi atas dua tipe, yaitu : 1.
Single Computer Architecture
Single computer architecture menggunakan sistem komputer tunggal yang menjalankan seluruh software. Kelebihan utama single computer architeture adalah kesederhanaannya. Sistem informasi yang dijalankan pada single computer architecture umumnya mudah dirancang, dibangun, dioperasikan dan dikelola. Contoh single computer architecture :
Gambar 2.16 : Single Computer Architecture Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 271)
2.
Multitier Computer Architecture Multitier computer architecture merupakan tipe arsitektur yang menggunakan proses pengeksekusiannya terjadi di beberapa komputer. Mutltitier computer architecture dapat dibagi menjadi dua, yaitu : a.
Clustered Architecture Clustered architecture merupakan tipe arsitektur yang menggunakan beberapa komputer dengan model dan produksi yang sama. Contoh clustered architecture :
Gambar 2.17 : Single Computer Architecture Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 271)
b.
Multicomputer Architecture Multicomputer architecture merupakan tipe arsitektur yang menggunakan beberapa komputer namun dengan spesifikasi yang berbeda-beda.
Contoh multicomputer architecture :
Gambar 2.18 : Multicomputer Architecture Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 271)
Deployment architecture menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 272) dibagi menjadi dua, yaitu : 1.
Centralized Architecture Centralized architecture merupakan arsitektur yang menggambarkan penyebaran sistem komputer pada satu lokasi. Centralized architecture umumnya digunakan untuk proses aplikasi berskala besar termasuk batch dan real-time application.
2.
Distributed Architecture Distributed architecture merupakan arsitektur yang menggambarkan penyebaran sistem komputer pada beberapa tempat dengan menggunakan jaringan komputer. Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 277), software architecture terdiri atas dua, yaitu :
1.
Two-Tier Client/server architecture Client/server architecture membagi software ke dalam dua tipe, client dan server. Server berfungsi untuk mengolah sumber informasi atau menyediakan servis. Sedangkan, client berfungsi untuk berkomunikasi dengan server untuk meminta sumber daya atau servis dan server akan merespon terhadap permintaan tersebut. User akan beriteraksi dengan sistem melalui user interface dari sistem(viewlayer). Data yang digunakan oleh user dalam melakukan transaksi melalui sistem diambil dan disimpan pada satu database yangdiletakkan di pada server (data layer).
2.
Three-layer client/server architecture
Three-layer client/server architecture merupakan pengembangan dari client/server architecture yang terdiri dari tiga layer, yaitu : a. Data layer Merupakan layer untuk mengatur penyimpanan data pada satu atau lebih database. b. Business logic layer Merupakan layer yang mengimplementasikan aturan dan prosedur dari proses bisnis. c. View layer Merupakan layer yang menerima input dan menampilkan hasil proses.
Penentuan - Latar belakang - Ruang lingkup - Tujuan dan manfaat - Metodologi - Sistematika penulisan
Pengumpulan - Teori-teori yang terkait dengan Sistem Informasi Akuntansi siklus pendapatan - Data perusahaan bagian penjualan PERENCANAAN
Data-data yang diperlukan dalam menganalisis: - Sejarah, visi, dan misi PT Teknokraftindo Asia - Struktur organisasi beserta tugas dan wewenangnya - Prosedur sistem penjualan yang berjalan - Activity detailed diagram - Activity diagram
Teori yang digunakan: - Sistem Informasi Akuntansi Revenue Cycle - Object Oriented Analysis and Design (OOAD) oleh Satzinger, Jackson, dan Burd
ANALISIS Identifikasi masalah yang terjadi dalam sistem yang berjalan Rekomendasi solusi terhadap masalah yang terjadi
DESIGN Analisis dan identifikasi kebutuhan untuk implementasi solusi
Perancangan sistem menggunakan OOAD oleh Satzinger, Jackson, dan Burd
IMPLEMENTATION
Menginstal sistem yang telah dibuat Menguji kelayakan sistem [No] [Yes]
SIMPULAN & SARAN Gambar 2.19 Kerangka Pikir
Modeling and the requirements discipline dan design discipline