BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Teori – Teori Umum
2.1.1 Sistem
Menurut John W. Satzinger, Robert B. Jackson, dan Stephen D. Burd (2008,p6), Sistem adalah suatu prosedur yang saling berhubungan yang memiliki satu tujuan dan maksud yang sama untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Sedangkan menurut Romney dan Steinbart (2006,p.4), Sistem yang memiliki beberapa komponen yang saling berhubungan untuk mencapai tujuan tertentu. Sistem ini terdapat beberapa bagian yang sangat kecil yang setiap bagiannya dapat melaksanakan fungsinya masing-masing dan dapat mendukung sistem yang lebih baik. Sehingga dapat disimpukan bahwa sistem merupakan sekumpulan komponen yang memiliki bagian sistem yang sangat kecil dan saling berhubungan yang dapat menerima input dan menghasilkan output untuk menjalankan fungsi dalam mencapai tujuan bersama.
2.1.2 Informasi
Menurut Hall (2011, p11) informasi dapat diartikan sebagai data yang sudah diproses, yang pengguna dapat gunakan untuk mengambil tindakan selanjutnya setelah mendapat informasi tersebut. Menurut Gelinas dan Dull (2008, p17) informasi merupakan sebuah data yang dapat disajikan dalam beberapa bentuk yang telah diproses dan berguna untuk pengambilan keputusan.
11
12 Dapat disimpulkan dari kedua pengertian diatas, informasi adalah data yang telah diolah dan diproses untuk memberikan hasil yang sangat bermanfaat kepada
pengguna
dalam
melakukan
tindakan
selanjutnya.
Pengguna
menggunakan informasi untuk membuat keputusan yang lebih baik untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas informasi yang dihasilkan.
2.1.2.1 Karakterisitk Informasi Menurut Gelinas dan Dull (2012: 11), terdapat beberapa spesifikasi informasi yang bermanfaat, seperti: a) Effectiveness Informasi yang akurat, berkualitas dan tidak banyak membuang waktu dalam menyampaikannya. b) Efficiency Penggunaan
informasi
yang digunakan
sesuai
dengan
kebutuhannya. c) Confidentially Melindungi rangkaian informasi dari pemberitaan yang fiktif. d) Integrity Informasi yang memiliki nilai keakuratan dan kelengkapan serta validitas yang sesuai dengan nilai-nilai bisnis dan harapan. e) Availability Informasi yang menyediakan kebutuhan yang diperlukan proses bisnis dari sekarang hingga kedepannya. Hal ini juga menyangkut pengamanan sumber daya yang diperlukan dan kemampuan yang terkait. f) Compliance Mematuhi undang-undang: peraturan, dan perjanjian kontrak di mana proses bisnis merupakan subjek.
13 g) Reliability Penyediaan informasi yang dapat dipercaya dan tepat bagi manajemen untuk mengoperasikan entitas dan melaksanakan tanggung jawab serta tata kelola. 2.1.3 Sistem Informasi
Menurut Reynolds and Stair (2010: 4), Sistem informasi terdiri dari serangkaian komponen yang terhubung untuk memproses, mengolah dan memberikan data dan informasi sesuai kebutuhannya. Menurut Hall (2011: 780), Sistem informasi adalah sekumpulan berita yang terpercaya yang diproses dan disebarkan kepada yang membutuhkan. Menurut Gelinas dan Dull (2012: 14), Sistem informasi merupakan sistem berbasis komputer yang saling terintegrasi yang dibuat untuk menghasilkan data dan output yang bermanfaat kepada yang menggunakannya. Berdasarkan pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sistem informasi adalah suatu komponen yang saling terintegrasi yang mempunyai kebijakan formal dalam memenuhi dan menciptakan mekanisme dalam pengumpulan, penyimpanan, dan pemrosesan data sehingga dapat menghasilkan output informasi dan memenuhi tujuan bagi pengguna.
2.1.4 Pengertian Akuntansi Menurut Niswonger (2009:6) Akuntansi adalah sistem informasi yang dapat menghasilkan sebuah laporan kepada pelaku-pelaku ekonomi dan kondisi perusahaan. Sedangkan Weygandt (2007:4) Akuntansi merupakan sebuah sistem informasi yang mengidentifikasikan, mencatat dan melaporkan peristiwaperistiwa ekonomi dari suatu organisasi kepada para pengguna yang terkait. Ardiyos (2010:7) menyatakan bahwa akuntansi adalah profesi yang menggunakan sebuah teori dengan asumsi mengenai tata cara bertindak, ketentuan
atau
aturan
tentang
cara
mengukur
dan
kebijakan
untuk
14 mengumpulkan dan melaporkan informasi yang berguna tentang kegiatan dan tujuan yang menyangkut keuangan organisasi. Sedangkan menurut Rudiyanto (2009:4) Akuntansi adalah sebuah sistem informasi yang mengkomunikasikan informasi keuangan kepada pihak-pihak yang terkait dengan aktivitas ekonomi dan kondisi suatu perusahaan. Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa akuntansi adalah sistem informasi yang mengidentifikasi, mencatat, melaporkan dan mengevaluasi peristiwa-peristiwa ekonomi suatu organisasi untuk menghasilkan informasi yang berguna bagi pihak-pihak yangterkait dengan aktivitas ekonomi. Informasi yang dihasilkan dari proses akuntansi tersebut harus dapat menjawab kebutuhan umum para pemakainya. Hasil dari suatu proses akuntansi disebut dengan laporan keuangan.
2.1.5
Pengertian Sistem Informasi Akuntansi Menurut Gelinas et al (2010, p.14), Sistem informasi akuntansi merupakan bagian pada sistem khusus dari sebuah sistem informasi. Tujuan sistem informasi akuntansi adalah untuk mengumpulkan, memproses, dan melaporkan informasi yang berkaitan dengan aspek keuangan dari kegiatan bisnis. Sebagai contoh, mencatat ke sistem informasi akuntansi yakni menghubungkan data menggunakan bagan rekening, dan mentransfernya ke data buku besar. Namun, mengingat sifat integrated sistem informasi, jarang sistem informasi akuntansi dibedakan secara terpisah dari sisten informasi. Menurut Bodnar dan Hopwood (2010, p.1), Sistem informasi akuntansi adalah kumpulan sistem dan usernya yang dibangun untuk menghasilkan informasi keuangan yang akurat. . Krismiaji (2010, h.4), sistem informasi akuntansi adalah suatu sistem yang dirancang untuk memproses, menyimpan dan melaporkan data keuangan yang berfungsi untuk menghasilkan informasi yang berguna untuk mendukung perencanaan bisnis demi mencapai tujuan perusahaan.
15 Mardi (2011, h.14), Peran sistem informasi akuntansi secara umum adalah mengumpulkan dan menyimpan data keuangan, yang mendukung organisasi menentukan dan mengembangkan sistem informasinya yang dapat digunakan dalam proses pengambilan keputusan. Jadi dapat disimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi merupakan serangkaian data yang dibuat untuk diproses, dikumpulkan dan disimpan untuk mendukung pelaporan keuangan dalam perusahaan. 2.1.5.1 Tujuan dan Kegunaan Sistem Informasi Akuntansi Menurut Krismiaji (2010;23), tujuan pokok sistem Informasi Akuntansi adalah sebagai berikut : a. Mengolah data mengenai kegiatan usaha bisnis supaya lebih efektif dan efisien b. Memberikan informasi yang bermanfaat untuk mendukung kebijakan-kebijakan yang ditetapkan. c. Membuat sistem pengendalian intern yang dapat membantu dalam proses pencatatan transaksi keuangan yang akurat. d. Menyimpan data keuangan dan aktiva perusahaan secara terstruktur. Menurut Jones dan Rama (2008: 7), yang diterjemahkan oleh M. Slamet Wibowo, ada 5 kegunaan Sistem Informasi Akuntansi, antara lain: a. Membuat laporan eksternal. Perusahaan menggunakan sistem informasi akuntansi untuk mendapatkan informasi khusus yang dapat mendukung kebutuhan informasi para kreditor, dinas pajak, pemegang saham dan yang lainnya. b. Mendukung aktivitas rutin. Pihak manajemen membutuhkan sistem informasi akuntansi untuk mengatasi masalah-masalah
16 yang mungkin muncul pada setiap kegiatan operasi rutin perusahaan. c. Mendukung
penetapan
kebijakan.
Sebuah
informasi
dibutuhkan juga dalam menetapkan kebijakan-kebijakan baru yang sifatnya tidak rutin pada setiap divisi di dalam perusahaan. Infornasi dapat juga mendukung dalam sosialiasi sistem pengiriman barang. d. Perencanaan dan pengendalian. Sistem informasi bermanfaat untuk mendukung kegiatan perencanaan dan pengendalian perusahaan yang berkaitan dengan biaya dan anggaran perusahaan
yang
dirancang
untuk
pembuatan
laporan
pembanding angka anggaran dengan jumlah aktual. e. Menerapkan pengendalian internal. Pengendalian internal berisi
informasi-informasi
yang
mendukung
penetapan
kebijakan, prosedur dan sistem informasi yang dapat mengontrol dan menjaga aktiva perusahaan dari tindakan penyalahgunaan serta memelihara data keuangan yang relevan. Efektivitas suatu sistem informasi akuntansi dapat dianalisa melalui 3 pokok: a. Cakupan informasi yang dapat digolongkan meliputi informasi keuangan dan yang bukan keuangan, informasi internal dan eksternal yang berguna dalam memprediksi kejadian di masa depan, b. Kualitas
dari
jadwal
yang
berhubungan
dengan
kemampuan sistem informasi akuntansi untuk mencakupi informasi yang dibutuhkan dengan menyediakan laporan sistematis kepada pengguna,
17 c. Aggregat
dari
informasi
dapat
diartikan
sebagai
pengumpulan dan peringkasan informasi di dalam suatu periode yang telah ditentukan.” 2.1.5.2 Unsur Sistem Informasi Akuntansi Menurut Romney dan Steinbart (2006, p6), terdapat 6 unsur dalam sistem informasi akuntansi, yaitu : a. People, yang mengaplikasikan sistem dan beberapa jenis objek yang terdapat pada sistem. b. Procedures
and
instructions,
aktivitas
memperoleh,
mengolah dan melindungi data yang berkaitan dengan aktivitas operasional perusahaan. c.
Data, mengenai bisnis model dan aktivitas bisnis pada suato organisasi
d. Software,
memudahkan
user
dalam
mengolah
data
perusahan. e. Information technology infrastructure, terdiri dari perangkat jaringan yang terhubung melalui computer. f. Internal control and security measures, berguna untuk melindungi dan menjaga data yang terdapat pada sistem informasi akuntansi. 2.1.5.3 Siklus Sistem Informasi Akuntansi Menurut Rama dan Jones yang diterjemahkan oleh M. Slamet Wibowo (2008, p12), proses bisnis dapat disusun menjadi tiga siklus transaksi utama yaitu sebagai berikut :
18 a. Siklus
pemrolehan/pembelian
(acquisition/purchasing
cycle)
Siklus pemrolehan mengacu pada proses pembelian barang dan jasa. b. Siklus konversi (conversion cycle) Siklus konversi mengacu pada sumber daya yang diperoleh menjadi barang-barang dan jasa. c. Siklus pendapatan (revenue cycle) Siklus pendapatan mengacu pada proses penyediaan barang dan jasa kepada pelanggan dan mengumpulkan uang kas. 2.1.6
Pengertian Internet Menurut M. Masrur (2009), Internet adalah singkatan dari Inter Networking atau hubungan antar jaringan komputer. Internet adalah sebuah jaringan yang menghubungkan komputer di seluruh dunia sehingga terbentuk ruang maya jaringan komputer (Cyber-space).
2.1.7 Pengertian Website Menurut Sutarman (2007), Website (situs web) adalah merupakan alamat (URL) yang berfungsi sebagai wadah informasi bagi para pengguna yang tertarik untuk mengetahui dan menggunakannya. 2.1.8
Pengertian URL Menurut Sutarman (2007), URL adalah wadah yang digunakan untuk melakukan browsing pada informasi yang ingin kita butuhkan.
2.1.9
Pengertian Browser Menurut Sutarman (2007), Browser merupakan suatu program yang digunakan untuk mengakses website yang kita butuhkan.
19 2.1.10 Pengertian Database Menurut Connolly dan Begg (2010 : 66), database merupakan kumpulan data yang saling berkesinambungan, lalu diolah dan disimpan sedemikian rupa untuk menghasilkan informasi yang dibutuhkan oleh pengguna.
2.1.11 Pengertian My SQL Menurut Welling dan Thomson (2008 : 3), MySQL merupakan bahasa pemrograman yang memiliki kemampuan cukup baik untuk menunjang kerja pengguna, baik yang telah berpengalaman dengan database maupun untuk pemula, yang berfungsi untuk menghasilkan informasi,
memanipulasi
data,
mendefinisikan
data
dan
bahasa
pengendali dokumentasi.
2.1.12 Pengertian PHP Menurut Weiling dan Thomson (2008 : 4), PHP merupakan bahasa pemrograman berbasis server yang dirancang khusus untuk web dimana kode PHP diterjemahkan di web server dan menghasilkan output HTML atau lainnya yang akan dilihat oleh pengunjung.
2.1.13 Pengertian HTML Menurut Sutarman (2007), HTML (Hyper Text Mark-up Language) adalah suatu bahasa dalam web yang menghasilkan suatu halaman web.
2.2 Teori – Teori Khusus 2.2.1 Penjualan IAI dalam SAK (2009: 23, Paragraf :II) menyatakan, “Penjualan barang terdiri dari barang yang diproduksi perusahaan untuk dijual dan dibeli untuk dijual kembali seperti barang dagang yang dibeli pengecer atau lainnya.”
20 Definisi penjualan menurut Mulyadi (2008:202), “Penjualan adalah kegiatan yang dilakukan oleh penjual dalam menjual barang atau jasa dengan harapan akan memperoleh laba dari adanya transaksi-transaksi tersebut dan penjualan dapat diartikan sebagai pengalihan atau pemindahan hak kepemilikan atas barang atau jasa dari pihak penjual ke pembeli.” Berdasarkan kedua pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penjualan, khususnya penjualan barang merupakan kegiatan menjual barang yang diproduksi sendiri atau dibeli dari pihak lain untuk dijual kembali kepada konsumen secara kredit maupun tunai. Secara umum penjualan pada dasarnya terdiri dari dua jenis yaitu penjualan secara tunai dan kredit.
2.2.1.1 Penjualan Tunai Secara umum, penjualan memiliki 2 jenis yang terdiri dari penjualan tunai dan penjualan kredit. Menurut Narko (2008:71), “Penjualan tunai adalah apabila pembeli sudah memilih barang yang akan dibeli, pembeli diharuskan membayar ke bagian kassa dengan kas.” Jadi dapat disimpulkan bahwa penjualan tunai adalah penjualan yang transaksi pembayaran dan pemindahan hak atas barangnya langsung melalui register kas atau bagian kassa. Sehingga, tidak perlu ada prosedur pencatatan piutang pada perusahaan penjual.
2.2.1.2 Penjualan Kredit Selain penjualan tunai, jenis penjualan lainnya adalah penjualan kredit. Menurut
Mulyadi
(2008:206)
adalah
“Penjualan
kredit
dilaksanakan oleh perusahaan dengan cara mengirimkan barang sesuai dengan order yang diterima dari pelanggan dalam jangka waktu tertentu dan perusahaan memiliki piutang dari pembeli tersebut.” Sedangkan menurut Soemarso (2009:160) yaitu “Penjualan kredit merupakan transaksi yang terjadi antara perusahaan dengan pelanggan
21 untuk memberikan barang atau jasa yang menimbulkan piutang, kas aktiva.” Dari kedua definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa penjualan kredit adalah suatu transaksi antara perusahaan dengan pelanggan, dimana terjadi proses pengiriman barang sesuai dengan order lalu perusahaan memberikan piutang kepada pelanggan sesuai jangka waktu tertentu yang mengakibatkan timbulnya suatu piutang dan kas aktiva.
2.2.1.3 Sistem Informasi Penjualan Menurut Marconi (2011), sistem informasi penjualan adalah sistem informasi yang berisi tentang proses dalam pencatatan penjualan, pengolahan data dan dokumen, serta informasi pendapatan dari hasil penjualan yang dibutuhkan pihak manajemen dan divisi lain yang membutuhkan. Unsur-unsur dari sistem informasi
penjualan
secara
umum terdiri dari : a. Pencatatan orderan b. Pengecekan ketersediaan barang c. Penghitungan jumlah dan harga d. Menghasilkan laporan Sales Order
2.2.2 Jasa Pengertian jasa menurut Kotler (2010:27) ialah sebuah tindakan atau kinerja yang menawarkan sesuatu yang tidak berwujud dari satu pihak ke pihak lain dan tidak menyebabkan perpindahan kepemilikan. Menurut
Djaslim
Saladin
(2007:71)
Jasa
ialah
kegiatan
yang
memiliki manfaat yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak menghasilkan kepemilikan apapun. Indriyo Gitosudarmo (2008:221) Jasa merupakan produk yang tidak berwujud yang biasanya berupa pelayanan yang dibutuhkan oleh konsumen.
22 Menurut William J. Stanton (2009:243) bahwa definisi jasa ialah sesuatu yang dapat diidentifikasikan secara terpisah tidak berwujud, ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan. Sedangkan definisi jasa menurut Zeithalm dan Bitner (2009:243) ialah suatu kegiatan ekonomi yang outputnya bukan produk dikonsumsi bersamaan dengan waktu produksi dan memberikan nilai tambah (seperti kenikmatan, hiburan, santai, sehat) bersifat tidak wujud. Dari definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa jasa merupakan kegiatan yang memberikan bermanfaat yang dapat ditawarkan kepada konsumen atau pelanggan yang pada dasarnya memiliki sifat tidak berwujud dan tidak dapat dipindah kepemilikannya.
2.2.2.1 Karakteristik Jasa Menurut Edward Wheatley (2009:244), yang membedakan antara jasa dan barang, adalah : a. Penggunaan jasa didasari oleh kebutuhan yang tidak dapat diperoleh dan dilakukan sendiri oleh pengguna. b. Bisnis yang berupa jasa tidak bisa disamakan dengan bisnis yang berupa barang karena sifatnya tidak berbentuk. Sedangkan barang memiliki bentuk dan dapat dilihat. c. Barang bersifat permanen, sedangkan jasa tidak dapat permanen sebab jasa digunakan pada waktu yang bersamaan. d. Barang dapat dilindungi dan dirawat untuk menjaga kualitasnya, sedangkan jasa cara merawatnya dengan melakukan evaluasi dan pengembangan manajemen sistemnya. e. Permintaan dalam marketing barang memiliki resiko yang dapat
menimbulkan
masalah
(unexpected), berbeda dengan jasa.
karena
tidak
pasti
23 f. Bisnis
jasa
didalamnya
perlu
menggunakan.komponen
untuk
menjalankan
proses
manusia kegiatan
operasionalnya. g. Penggunaan
jasa
menghubungkan
langsung
antara
pemberi jasa dengan penerima jasa.
Sifat-sifat khusus jasa perlu diperhatikan dan pertimbangan dalam merancang program pemasaran. Menurut Kotler (2010:28) bahwa jasa memiliki empat ciri utama yang sangat mempengaruhi rancangan program pemasaran, yaitu sebagai berikut : a. Tidak berwujud. Customer harus melakukan pembelian jasa terlebih dahulu baru dapat merasakan hasilnya. Untuk menghindari kecurangan, customer akan mengumpulkan informasi
bisnis
jasa
tersebut
sebagai
pendukung
kepercayaan customer melakukan pembelian jasa tersebut. Adapun berbagai hal yang dapat dilakukan perusahaan untuk meningkatkan kepercayaan calon konsumen,yaitu sebagai berikut: 1. Pertama, mengembangkan pelayanan bisnis jasa dengan memfasillitasi customer dalam melakukan pelayanan sendiri. 2. Kedua, menambah nilai manfaat yang didapat 3. Ketiga, membangun bisnis jasa berbadan hukum 4. Keempat, memanfaatkan dan mengumpulan para pelanggan yang telah memiliki nama yang baik dikalangan pebisnis b. Tidak mudah dipisahkan. Jasa tidak dapat dipisahkan karena digunakan pada waktu yang bersamaan. Pada dasarnya penjualan jasa lebih didahulukan untuk penjualan langsung
dengan
keterbatasan
menjalankan usahanya.
operasional
dalam
24 c. Beragam. Jasa yang ditawarkan memiliki banyak jenis jasa yang
disajikan sesuai dengan kebutuhan penggunanya.
Karena jasa
sifatnya dapat berubah-ubah tergantung
evaluasi dan penilaian yang menerima jasa tersebut. d. Mudah hilang. Jasa dapat dengan mudah hilang ataupun musnah karena tidak dapat dijaga dan dilindungi tergantung perubahan zaman dan gaya hidup. Namun kondisi ini bukan menjadi suatu hambatan yang besar bila permintaan
jasanya
meningkat.
Jika
perusahaan
mengalami permintaan jasa yang tidak stabil, maka perusahaan sedang mengalami masa yang sulit untuk melanjutkan bisnisnya. Oleh karena itu sangat dibutuhkan perencanaan
jasa,
menetapkan
mengembangkan sistem marketing
harga
jasa
serta
yang efektif dan
efisien untuk menghadapi permasalahan yang terjadi. Leonard Berry (2009:244) mengemukakan bahwa ada 3 karakteristik jasa, antara lain sebagai berikut: a. Lebih bersifat tidak berwujud daripada berwujud b. Produksi dan konsumsi bersamaan waktu c. Kurang memiliki standard an keseragaman.
2.2.2.2 Sistem Bisnis Jasa Dalam suatu proses, jasa menurut Lovelock (2010:37-38) dapat dipandang sebagai suatu sistem yang terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut : a. Sistem operasi jasa (service operating system) Merupakan unsur yang terdiri datri proses sistem jasa, ketika menginput, mengolah dan mengoperasikan sistem dengan menggunakan unsur jasa yang dibuat oleh user.
25 b. Sistem pemberian jasa (service delivery system) Informasi yang berkaitan dengan sistem jasa pada saat penjadwalan, pengambilan, pengangkutan dan pengiriman barang kepada customer. Sistem ini tidak terdiri dari komponen-komponen sistem dalam operasi jasa saja, melainkan berisi segala sesuatu yang perlu dipersiapkan pada pelanggan lainnya. c. Pemasaran jasa (service marketing) Mencakup hubungan pemberi jasa dengan pelanggan seperti pada saat melakukan pemasaran yang terdiri dari survei dan analisis pasar, promosi melalui iklan berupa brosur, surat kabar atau website. Sistem pemasaran jasa yang menarik mempengaruhi kepercayaan customer untuk melakukan pembelian jasa. Suatu aktivitas pemasaran jasa apabila dipandang sebagai suatu sistem, akan terdiri dari sistem bisnis jasa dan elemen-elemennya yang memberi kontribusi kepada padangan pelanggan pada organisasi atau perusahaan secara keseluruhan. Elemen-elemen lain tersebut mencakup upaya-upaya komunikasi atau kontak yang intensif kepada pelanggan melalui berbagai aktif media.
2.2.3 Freight Forwarding Freight forwarding adalah usaha yang tujuannya memberikan jasa pelayanan/pengurusan atau seluruh kegiatan diperlukan bagi terlaksananya pengiriman, pengangkutan dan penerimaan barang dengan menggunakan transportasi baik melalui darat, laut atau udara. Usaha Jasa Pengurusan Transportasi (freight forwading) adalah badan usaha yang menggunakan transportasi darat, laut atau udara untuk melakukan pengiriman dan penerimaan barang yang meliputi pengukuran, perhitungan biaya
26 angkut, biaya kapal, biaya dipelabuhan asal dan tujuan, serta klaim yang diajukan atas barang yang cacat pada proses pengiriman barang. Sedangkan orang atau badan hukum yang melakukan pekerjaan forwarding disebut freight forwarder. Penjelasan mengenai Freight Forwarder yaitu: 1. Freight Forwarder bekerja atas pesanan customer yang berniat mengirimkan barangnya kepaada orang yang membutuhkan. 2. Untuk mengangkut barang tersebut forwarder bekerjasama dengan pihak pelayaran untuk mendukung proses operasional perusahaan jasa. 3. Forwarder bertindak sebagai pemberi jasa yang menjembatani kurir dengan yang membutuhkan barang. Dari definisi tersebut diatas maka dapat disimpulkan Freight forwarder adalah seseorang atau suatu perusahaan yang melakukan pengiriman barang dari tempat asal sampai ketempat tujuan akhir dengan menggunakan sistem pengendalian lalu lintas barang dan dokumen seperti kontener, kapal dan pesawat bekerja sama dengan pihak pelayaran untuk melakukan operasional perusahaan jasa. Forwarder adalah sarana untuk para pemilik barang menerima informasi tentang
aturan-aturan
dalam
pengangkutan
dan
pengiriman
barang,
seperti : 1. Mekanisme mengemas barang yang mudah pecah dan rusak 2. Kota atau negara yang menjadi tujuan barang berikut kebijakankebijakan dalam memasukkan barang. 3. Informasi rute pengangkutan dan pengiriman barang yang aman dan terpercaya. 4. Pengawasan barang dan pengontrolan dokumen dalam melakukan bongkar muat barang Untuk melaksanakan pekerjaan rutinnya forwarder akan menggunakan bantuan dari berbagai pihak-pihak, agar pekerjaan yang dilakukan untuk customer akan berjalan dengan mudah, seperti :
27 1. Customer (baik itu penjual atau pembeli atau pihak lainnya) 2. Perusahaan Bongkar muat (PBM) atau yang di Indonesia memiliki sebutan Pihak Stevedore, yang mendukung forwarder dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. 3. Cargo Surveyor pelaku yang memeriksa barang di pelabuhan. 4. Orang yang mengangkut barang serta dokumennya. 5. Asuransi dan Bank dokumentasi dan keamanan barang serta sistem barang yang terkait. 6. Badan dan Instansi pemerintah seperti: Bea Cukai, Perdagangan, Perhubungan dan lain sebagainya. Forwarder yang mengatur seluruh proses pengiriman barang melalui beberapa sarana angkutan dengan jenis, volume, berat, serta nilai barang yang terkait. Forwarder juga memiki status yaitu : 1. Sebagai konsultan yang membantu pemilik barang. 2. Sebagai orang kepercayaan pemilik barang yang diberikan untuk mengirimkan barangnya ke tempat tujuan akhir (menerima dan menyerahkan barang). 3. Sebagai pengontrol serta pengawas terhadap suatu proses pengiriman barang. Pada penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa perusahaan-perusahaan yang terdapat dalam cakupan tugas sebagai Forwarder adalah : 1. Perusahaan yang menyediakan jasa pengiriman dokumen maupun paket 2. Perusahaan EMKA, EMKL,dan EMKU serta sejenisnya 3. Perusahaan yang memiliki layanan jasa pengepakan barang (packing companies) 4. Perusahaan barang pindahan (Cargo Moving,Company) dimana pada umumnya jenis perusahaan-perusahaan seperti ini, bekerja berdasarkan perjanjian kontrak angkutan/pengiriman barang yang di sepakati oleh kedua belah pihak dengan kondisi angkutan tertentu (biasanya atas dasar “door to door services”.
28 2.2.3.1 Jenis-jenis Freight Forwarding Freight Forwarding dalam beroperasi secara rutin dapat dibedakan menjadi 2 jenis golongan yaitu : 1. Dasar Operasional Pengiriman barang oleh para Forwarder dapat dilakukan melalui sarana angkutan yang telah ditentukan oleh pihak manajemen, seperti bentuk, volume, berat da nisi barang yang terkait. Namun dalam operasional, dapat melayani pada ruang lingkup pengiriman barang sesuai dengan kebutuhannya. 2. Dasar Sarana Angkutan Jenis Forwarder yang terdiri pada jenis golongan ini adalah : a. Sea Freight Forwarder Pengiriman barang yang dilakukan melalui laut dengan menggunakan kapal dan pelabuhan sebagai sarana pendukung proses operasional jasa. b. Air Freight Forwarder Pengiriman barang yang dilakukan melalui udara dengan jenis pesawat yang bermuatan barang sebagai sarana pendukung proses operasional jasa. Beberapa jenis pelayanan pengiriman barang muatan yang dapat ditawarkan kepada calon pemakai jasanya, antara lain : 1. “Door to Door Services” Suatu jasa yang melayani pengiriman barang yang ditujukan kepada forwarder dan pembeli jasa, pada saat pengambilan barang digudang customer sampai digudang pengirim barang melalui sarana angkutan tertentu. 2. “Port to Port Services” Suatu jasa yang dilakukan forwarder dalam melayani pengiriman barang dari gudang pelabuhan asal sampai
29 digudang pelabuhan tujuan melalui sarana angkutan seperti kapal atau pesawat. 3. “Port to Door Services” Suatu jasa yang dilakukan forwarder untuk melayani pengiriman barang dari pelabuhan tujuan sampai digudang penerima barang melalui sarana angkutan seperti truck container. 4. “Door to Port Services” Suatu jasa yang dilakukan forwarder untuk melayani pengiriman barang dari gudang pengiriman sampai di gudang pelabuhan asal untuk dilakukan bongkar muat melalui sarana angkutan yang lebih seperti truck container.
2.2.4 Piutang Menurut Horngren (2009: h. 436) Piutang dagang adalah klaim yang dilakukan penjual kepada pelanggan yang disebabkan karena adanya pemesanan yang sudah terjadi. Menurut Riyanto (2011, h.106) alasan yang dapat memberikan dampak yang besar maupun kecil dalam melakukan investasi pada piutang, yaitu: a. Ukuran penjualan kredit. b. Aturan pembayaran secara kredit. c. Kebijakan dalam melakukan pembatasan kredit. d. Syarat dalam mengumpulkan piutang. e. Kemampuan membayar dari para pelanggan
2.2.4.1 Cara-cara untuk Mengurangi Resiko Piutang Menurut Riyanto (2011, h.78) hal-hal yang dapat mengatasi resiko piutang, yaitu : a. Jumlah besarnya resiko yang akan dibebankan kepada perusahaan.
30 b. Melakukan survei dan observasi terhadap calon debitur untuk menilai kemampuannya dalam memenuhi kewajibannya c. Membuat sistem penilaian terhadap customer berdasarkan rata-rata pembayarannya. d. Menyelidiki perusahaan apakah memiliki cacat hukum atau tidak 2.2.4.2 Pengelolaan Piutang Menurut Akmal (2009, h.303) dalam mengendalikan piutang ada beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu : a. Munculnya piutang usaha b. Pembayaran dengan piutang c. Mengupdate umur piutang 2.2.4.3 Sistem Informasi Piutang Menurut James Hall (2008, h.156) Sistem Informasi Akuntansi Piutang merupakan suatu sistem yang bermanfaat untuk mengelola dan mengendalikan piutang perusahaan terhadap setiap debitur. 2.2.5 Analisis Kredit Piutang sama dengan
pemberian
kredit
secara tidak
langsung
memiliki suatu tingkat risiko (degree of risk) tertentu. Risiko tersebut dapat diminimalisir atau diperkecil dengan memberi syarat-syarat khusus sering dikenal dengan sebutan 5C. Menurut Jumingan (2011:223) 5C tersebut yaitu, sebagai berikut:
a) Character Manajemen piutang perusahaan menilai berdasarkan sifat, watak dan kepribadian
dari
pemilik
perusahaan
dalam
memenuhi
kewajiban
finansialnya. b) Capacity Menilai berdasarkan kemampuan para manajemen dan kelebihan dalam bidang usahanya
31 c) Capital Menilai berdasarkan rasio finansialnya dalam mendapatkan laba dan mengeluarkan biaya. d) Collateral Menilai besarnya aktiva yang dimiliki yang dapat mempengaruhi keputusan dalam pemberian kredit. e) Conditions Menilai berdasarkan keadaan finansial perusahaan secara umum.
2.2.5.1 Kebijakan Kredit Menurut Brignham dan Houston (2011:281), kebijakan kredit (credit policy) merupakan sekumpulan aturan yang meliputi periode kredit, diskon, standar kredit, dan prosedur penagihan perusahaan yang ditawarkan. Kebijakan kredit terdiri atas empat variabel: a) Periode kredit (credit period) adalah lamanya waktu yang diberikan kepada pembeli untuk membayar pembeliannya. Misalnya, kebijakan kredit mungkin lamanya 30 hari. Pelanggan lebih menyukai periode
kredit yang lebih panjang, sehingga
memperpanjang periode akan merangsang
penjualan.
b) Diskon (discounts) adalah pengurangan harga yang diberikan untuk pembayaran lebih awal. Diskon menyebutkan persentase pengurangan dan seberapa cepat pembayaran harus dilakukan agar berhak untuk mendapatkan
diskon.
Misalnya,
diskon
sebesar 2 persen mungkin akan diberikan jika pelanggan melakukan pembayaran dalam waktu 10 hari. c) Standar kredit (credit standards) mengacu pada kemampuan keuangan yang diminta dari pelanggan kredit yang layak
untuk
diterima. Faktor-faktor yang dipertimbangkan di sini adalah rasiorasio seperti rasio utang dan rasio cakupan bunga pelanggan, riwayat kredit, dan sejenisnya.
32 d) Kebijakan penagihan (collection policy) mengacu pada prosedur yang digunakan untuk menagih rekening-rekening yang telah lewat waktu jatuh temponya, termasuk penggunaan pemaksaan atau kelonggaran yang digunakan di dalam proses.
2.2.6 Pengendalian Intern Menurut Gelinas dan Dull (2008, p216) yang terdapat dalam committee of
sponsoring
organization
(COSO),
“pengendalian
internal
diartikan
sebagai suatu proses yang dapat mendukung para direksi, manajemen, dan pihak lainnya, untuk membuat keputusan yang layak yang berkaitan dengan tujuan perusahaan. Menurut Rama dan Jones (2008,p132), pengendalian internal (internal control) adalah suatu proses yang dapat mendukung para direksi, manajemen dan lainnya dalam merancang suatu kebijakan yang dapat menghasilkan sistem yang efektif dan efisien dalam melakukan kegiatan bisnisnya, keakuratan pelaporan keuangan, pencatatan transaksi keuangan dan memenuhi kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan. Dari definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pengendalian internal adalah peraturan yang dirancang oleh manajemen untuk memberikan hasil yang berkualitas demi memenuhi tujuan perusahaan sesuai perencanaan, beroperasi secara efisien dan efektif secara keseluruhan, pelaporan keuangan yang akurat, perlindungan terhadap aktiva, dan menaati segala peraturan yang telah ditetapkan. 2.2.6.1 Komponen Sistem Pengendalian Internal Menurut Rama dan Jones (2006, p124-125), unsur-unsur yang berkaitan dengan pengendalian internal terdiri dari lima, yaitu :
33 1. Control environment Informasi tentang pengawasan terhadap para karyawan dalam menjalankan tugasnya. Hal ini dapat mendukung pihak manajemen dalam membuat kebijakan, job desk, mengontrol dan meningkatkan jumlah karyawan serta memperoleh pengarahan langsung dari board of directors. 2. Risk Assessment Merupakan proses penelitian terhadap kemungkinankemungkinan hal negatif yang terjadi yang dapat menghalangi perusahaan dalam mencapai tujuannya. 3. Control Activities Merupakan sistem pengendalian yang dibangun oleh perusahaan untuk mengatasi masalah-masalah yang dapat terjadi dalam menjalankan bisnisnya. 2.2.6.2 Tujuan Sistem Pengendalian Internal Menurut
Gondodiyoto
(2007,
p260),
Adapun
tujuan
pengembangan sistem kontrol atau pengendalian internal berbasis sistem adalah untuk : 1. Mengembangkan sistem pengendalian dan perlindungan (improve safeguard) aktiva perusahaan pada sistem informasi akuntansi (accounting records) yang bersifat logical, physical seperti hardware. Infrastructures, da sebagainya). 2. Mengembangkan integritas data (improve data integrity), untuk mendukung konsistensi dalam pembuatan laporan yang akurat. 3. Mengembangkan sistem efisisensi yang andal (improve system effeciciency).
34 4. Mengembangkan sistem efektivitas yang terpercaya (improve system effectiveness). 2.3 Analisis dan Perancangan Sistem Informasi 2.3.1 Analisis Sistem Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2010, p4), analisis sistem adalah proses untuk menjelaskan sebuah data yang dimasukkan ke dalam sebuah sistem informasi yang andal. Menurut Rama dan Jones (2006, p588), analisis sistem adalah Suatu proses pengembangan sistem yang mencakup analisis sistem berjalan dan solusi yang ditampilkan lebih jelas dan detail. Objek utamanya yaitu untuk memenuhi aturan dalam menerapkan sistem baru Dari definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa analisis sistem adalah teknik mempelajari sistem yang sudah berjalan dengan mempelajari
beberapa komponen yang sudah tersedia dan merupakan
persyaratan untuk sistem yang baru. 2.3.2 Perancangan Sistem Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2010, p4), perancangan sistem adalah proses yang menjelaskan secara spesifik yang berhubungan dengan beberapa unsur dari sistem informasi yang diaplikasikan secara fisik. Menurut Whitten dan Bentley (2009, p160), Desain sistem adalah metode yang dirancang untuk mengatasi masalah yang terjadi dengan mendaur ulang unsur sistem menjadi sistem yang dapat dikembangkan. Dalam proses ini akan mencakup pada penambahan, pengurangan, dan pengubahan pada beberapa hal terhadap sistem yang lama. Dari definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa perancangan sistem adalah aktivitas yang dirancang dalam sebuah sistem informasi
35 secara spesifik untuk menerapkan sistem yang baru yang diharapkan dapat menyempurnakan sistem yang lama. 2.3.3 Requirement Analysis Menurut Satzinger (2005:129), Requirements Analysis terbagi sebagai berikut : a. Requirements
System
adalah
spesifikasi
yang
mendefinisikan fungsi yang akan disediakan oleh sistem. b. Functional Requirements adalah persyaratan fungsional sistem yang menggambarkan kegiatan atau proses yang harus sistem lakukan. c. Nonfunctional Requirements adalah sebuah karekteristik dari sistem selain kegiatan yang mendukung proses bisnis. 2.3.4 Tahapan Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Untuk mengetahui sistem informasi, Satzinger membagi menjadi beberapa tahapan: a. Business Model b. Requirement c. Design d. Impelementation e. Testing f. Deployment g. Configuration & Change Management h. Project Management Untuk
merancang
sistem
informasi,
Satzinger
(2005:54),
membagi beberapa tahapan yaitu: a. Design the Support Services Acrhitecture and Deployment Environment,
Sistem
informasi
dapat
menjalankan
36 kegiatan bisnisnya dengan beberapa komputer, sistem software dan jaringan yang berkualitas. Dalam fase ini, analis harus menetapkan layanan architecture yang dapat diperoleh perusahaan. Namun apabila perusahaan belum memperoleh layanan architecture, maka analis harus merancang sebuah layanan architecture yang dapat menghasilkan sebuah sistem yang layak digunakan. b. Design the Software Architecture, berguna untuk membagi software kedalam kelas-kelas dan memproduksi kelaskelasnya ke tempat proses bisnis yang telah berjalan dan komputer
secara
detail.
Software
Architecture
menghasilkan class diagram yang di kelompokkan kedalam design class diagram untuk menjelaskan secara spesifik, contoh terdapat data atribut dan method yang diperlukan. c. Design Use Case Realizations, membangun interaksi antar class yang diperlukan untuk membantu pembuatan use case. Adapun lainnya yang berkaitan dengan interaksi antara aplikasi, pengguna dengan external system. d. Design the Database, dalam melakukan penelitian harus mempertimbangkan semua sistem informasi yang tersedia yang layak digunakan. Analis juga harus mengecek database yang baru dirancang, apakah sudah terintegrasi dengan baik dengan database yang lama. e. Design the System and User Interfaces, Analis harus mengecek pada semua sistem informasi yang tersedia agar dapat berjalan dengan lancar ketika digunakan. Analis juga harus mengecek jumlah UI yang ada karena UI
37 merupakan bagian besar yang sangat mempengaruhi perancangan pada sistem. f. Design the System and Controls, merupakan suatu rancangan yang sangat bermanfaat dalam mengaplikasikan proses bisnis. Pada tahap ini akan dibangun sistem pengendalian untuk mengontrol semua sistem yang ada agar sistem selalu berjalan dengan lancar. 2.3.5 Object Oriented Analysis and Design Menurut Shelly dan Rosenblatt (2012, p727), Object-Oriented Analysis and Design adalah sebuah teknik yang digunakan untuk membentuk benda-benda yang disebut Actor, agar dapat mengaplikasikan sebuah sistem. Menurut Pandey, Singh dan Kansal ( 2011, p1), “Study of Object Oriented Analysis and Design Apporach”, Object Oriented Analysis and Design ( OOAD merupakan sebuah metode yang meliputi dari cara (formalisms, models, notation), pendukung (Contoh: Case) dan proses (method describing “how to”). Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa, OOA&D merupakan suatu metode untuk analisa dan perancangan sistem yang berbasis pada objek yang terdiri dalam empat aktivitas utama, yaitu problem domain analysis, application domain analysis, architectural design, dan component design. 2.3.6 UML (Unified Modelling Language) Menurut Rama dan Jones (2008,p78), mendefinisikan UML (Unified Modelling Language) adalah sebuah metode yang digunakan untuk menetapkan, mengkomunikasikan, merancang, dan menghasilkan sistem informasi yang dapat di rancang untuk mendukung dalam menganalisis dan merancang berbasis objek.
38 Menurut Whitten dan Bentley (2007,p371) UML adalah sekumpulan teknik yang digunakan untuk menjelaskan sebuah sistem perangkat lunak berbasis objek Dari definisi diatas dapat dirangkum bahwa UML adalah sebuah model yang berfungsi menggambarkan sistem informasi dan sistem perangkat lunak yang berhubungan dengan objek yang digunakan untuk mendokumentasikan dan menjelaskan suatu informasi. 2.3.7 Activity Diagram Menurut Satzinger et al. (2010, p.141) Activity diagram merupakan sebuah bentuk dari diagram aktivitas bisnis yang menjelaskan tentang kegiatan dari pengguna ketika melakukan setiap kegiatan dan aliran suatu proses bisnis.
Gambar 2.1 : Activity Diagram Sumber : Satzinger, Jackson, Burd (2010, 143)
39 2.3.8
Event Table Menurut Satzinger et al. (2010, p.169) Event table merupakan sebuah katalgo dari use case yang menyusun peristiwa pada barisnya dan kunci informasi dari setiap kejadian pada kolomnya.
Gambar 2.2 : Event Table Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2010:169)
Komponen dari sebuah event table yaitu: a. Event: Suatu peristiwa yang menjadi penyebab bagi sistem untuk melakukan sesuatu. b. Trigger: Suatu hal yang menjadi alasan kegiatan tersebut dilakukan.. c. Source: Sebuah tipe eksternal yang menyajikan data untuk sistem. d. Use
case:
Urutan
kegiatan
yang
dilakukan
dalam
menggunakan sistem. e. Response: Hasil dari kegiatan yang telah dilakukan. f. Destination: Sebuah tipe yang menggambarkan pihak yang menerima kegiatan yang telah dilakukan pada sistem.
40 2.3.9
Domain Class Diagram Menurut Satzinger et al. (2010, p.413) Class diagram digunakan untuk menunjukkan objek class untuk sistem. Notasinya dari Unified Modelling Language (UML), yang telah menjadi standar untuk model yang digunakan dengan pengembangan system object oriented. Salah satu jenis class diagram UML menunjukkan hal-hal dalam pekerjaan domain user disebut sebagai domain model class diagram. Tipe lain dari notasi class diagram UML digunakan untuk membuat desain class diagram ketika merancang class perangkat lunak. Di class diagram,persegi panjang mewakili kelas, dan garis yang menghubungkan persegi panjang menunjukkan asosiasi antara kelas. Dalam persegi panjang (kotak) terbagi dua, bagian atas berisi nama kelas, dan bagian bawah merupakan atribut kelas. Nama kelas selalu diawali dengan huruf kapital, dan atribut nama selalu diawali dengan huruf kecil. Diagram class digambarkan dengan menampilkan kelas dan asosiasi antara kelas.
Gambar 2.3 : Domain Class Diagram Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2010:413)
41 2.3.10 Use Case Diagram Use case menurut Satzinger et al., (2010, p.243) merupakan suatu aktivitas yang dilakukan oleh sistem, biasanya merupakan sebuah respon untuk permintaan dari pengguna sistem. Satzinger et al., (2010, p.244) menjelaskan bahwa aktor tidak selalu sama dengan sumber dari peristiwa di event table karena aktor di use case merupakan orang yang berinteraksi dengan sistem yang mana sistem harus meresponnya.
Gambar 2.4 : Use Case Diagram Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2010:244)
2.3.11 Use Case Description 2.3.11.1 Brief Description Menurut Satzinger et al., (2010, p.171) Use case description merupakan deskripsi yang mencatat mengenai detil pemrosesan dari suatu use case. Use case memiliki urutan yang lengkap dari tahapan-tahapan untuk menyelesaikan bisnis proses. Scenario atau use case instance merupakan suatu kumpulan unik dari aktivitas internal di dalam use case yang menggambarkan langkah unik sepanjang use case.
42
Gambar 2.5 : Brief Description Sumber : Satzinger, Jackson, Burd (2010, 172)
2.3.11.2 Intermediate Description Menurut Satzinger et al. (2010, p.172) Use case description yang merupakan perluasan dari brief description dimana terdapat aliran dari aktivitas use case. Jika terdapat beberapa skenario, maka setiap aliran dari aktivitas akan dijabarkan
secara
individual.
Exception
conditions
didokumentasikan jika mereka diperlukan.
Gambar 2.6 : Intermediate Description Sumber : Satzinger, Jackson, Burd (2010, 172)
dapat
43 2.3.11.3 Fully Developed Description Fully developed description: Merupakan metode yang paling formal mendokumentasikan sebuah use case. Meskipun memerlukan waktu lebih untuk mengerjakan, jenis dari use case description
ini
dapat
meningkatkan
kemungkinan
akan
pemahaman mengenai proses bisnis.
Gambar 2.7 : Fully developed description Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2010:174)
2.3.12 Statechart Diagram Satzinger et al., (2010, p.260) mengungkapkan bahwa state adalah kondisi dari sebuah objek yang terjadi selama masa hidupnya memenuhi beberapa standar, menjalankan kegiatan, atau menunggu suatu peristiwa.
44
Gambar 2.8 : Statechart Diagram Sumber : Satzinger, Jackson, Burd (2010, 263)
2.3.13 First Cut Design Class Diagram Menurut Satzinger (2010, p.416) First Cut Design Class Diagram dirancang dengan memperluas model domain class diagram dan memerlukan dua cara dengan mengelaborasi atribut-atribut dengan tipe & kode mutu informasi, lalu langkah ke dua adalah menambahkan panah navigasi visibilitas.
45
Gambar 2.9 : First Cut Design Class Diagram Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2010:416)
2.3.14 System Sequence Diagram Menurut Whitten (2007:394) System Sequence Diagram adalah diagram yang menggambarkan interaksi antara aktor dan sistem untuk skenario dalam usecase. Menurut Satzinger et al. (2010, p.434) System sequence diagram yang berfungsi menggambarkan aliran dari informasi yang masuk dan keluar dari sistem yang terotomatisasi. System sequence diagram
merupakan
tipe
dari
interaction
diagram
yaitu
communication diagram atau sequence diagram yang menunjukkan interaksi diantara objek.
46
Gambar 2.10 : System Sequence Diagram Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2010:434)
2.3.15 Sequence Diagram Menurut Satzinger et al. (2010, p.450) Sequence Diagram memiliki tujuan utama untuk mengidentifikasi kolaborasi kelas dan apakah kelas tersebut harus mengirim pesan antara satu sama lain.
47
Gambar 2.11 : Sequence Diagram Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2010:450)
2.3.16 Updated Design Class Diagram Menurut Satzinger et al. (2010, p.458) Updated Design class diagram merupakan ringkasan dari gambaran akhir yang telah dikembangkan menggunakan detailed sequence diagram dan digunakan secara langsung ketika mengembangkan programming code. Design class diagram memiliki kompartemen baru di bawah yang menentukan sebuah method dari kelas.
48
Gambar 2.12 : Updated Design Class Diagram Sumber : Satzinger, Jackson, Burd (2010, 458)
2.3.17 Package Diagram Menurut Satzinger et al. (2010, p.459) Package diagram adalah
suatu
diagram
tingkat
tinggi
yang
sederhana
yang
memungkinkan perancang untuk menghubungkan kelas-kelas dengan grup yang terelasi. Diagram ini mengilustrasikan three-design layer, yaitu
domain
layer,
data
access
layer,
view
memperlihatkan setiap lapisan sebagai paket yang terpisah.
layer
dan
49
Gambar 2.13 : Package Diagram Sumber : Satzinger, Jackson, Burd (2010, 461)
2.3.18 User Interface Menurut Satzinger (2010, p.530) User Interface adalah salah satu yang termasuk dalam sebuah sistem informasi yang membutuhkan hubungan pengguna untuk membuat input dan ouput.
50
Gambar 2.14 : User Interface Sumber : Satzinger, Jackson, Burd (2010, 551)
2.3.19 Storyboard Menurut Satzinger et al (2010, p.546) Storyboard adalah suatu teknik untuk mendokumentasikan rancangan dialog yang menujukkan urutan dari sketsa pada tampilan layar.
51
Gambar 2.15 : Storyboard Sumber : Satzinger, Jackson, Burd (2010, 548)
2.3.20 The Requirement Discipline Menurut Satzinger (2010, p.126) The Requirement discipline yang utama adalah membangun model. Membangun dan mengesahkan tipe model berdasarkan dari berbagai mencari fakta dan menginvestigasi teknik. Ini dapat memberikan pandangan yang dapat digunakan untuk mencari cara terbaik untuk mencalankan bisnis dengan teknologi informasi.
52 2.3.21 Design Activities and Environment 2.3.21.1 Deployment Deployment diagram merupakan gambaran proses-proses berbeda pada suatu sistem yang berjalan dan bagaimana relasi di dalamnya. Hal inilah yang mempermudah user dalam pemakaian sistem yang telah dibuat dan diagram tersebut merupakan diagram yang statis. Misalnya untuk
mendeskripsikan
sebuah
situs
web,
deployment
diagram
menunjukkan komponen perangkat keras ("node") apa yang digunakan (misalnya, web server, server aplikasi, dan database server), komponen perangkat lunak ("artefak") apa yang berjalan pada setiap node (misalnya, aplikasi web, database), dan bagaimana bagian-bagian yang berbeda terhubung (misalnya JDBC, REST, RMI). Node digambarkan sebagai kotak, dan artefak yang dialokasikan ke setiap node digambarkan sebagai persegi panjang di dalam kotak. Node mungkin memiliki subnodes, yang digambarkan sebagai kotak nested. Sebuah node tunggal secara konseptual dapat mewakili banyak node fisik, seperti sekelompok database server. Ada dua jenis Nodes. 1. Device Node, secara fisikal menghitung sumber daya dengan pengolahan memory dan services untuk mengeksekusi software, seperti komputer atau mobile phone. 2. Execution Environment Node (EEN) adalah software penghitung sumber daya yang berjalan dalam outer node dan menyediakan layanan untuk host dan mengeksekusi executable software.
2.3.21.2 Software Architecture Menurut Alag, Satnam (2009), Aplikasi web umumnya terdiri dari server aplikasi atau web server, yang melayani permintaan HTTP atau HTTPS yang dikirim dari browser pengguna, dan sebuah basis data yang menyimpan persistent state aplikasi. Beberapa aplikasi ada yang menggunakan messeging server untuk pemrosesan secara asinkron
53 melalui event-driven Service-Oriented Architecture (SOA). Cara terbaik untuk memasukkan intelligence di aplikasi kita adalah dengan membangun aplikasi ini sebagai sebuah service. Ketika pengguna berinterkasi dengan aplikasi web, dapat berupa melihat artikel atau video, melakukan rating terhadap suatu pertanyaan tertentu, atau dengan menulis blog, pengguna tersebut sebenernya memberikan informasi yang dapat dikonversi ke dalam intelligence tentang dirinya. Web server menerima permintaan HTTP dari pengguna. Di dalamnya terdapat service untuk melakukan pembaharuan riwayat transaksi pengguna. Service tersebut dapat berupa penambahan secara sederhana item-item riwayat transaksi ke dalam memori dan secara periodik mengirim item-item tersebut baik ke basis data atau ke messaging server. Pemrosesan real-time dapat terjadi ketika sebuah pesan dikirim ke messaging server, di mana selanjutnya server ini mengirimkan pesan ini ke beberapa service-service pembelajaran intelligence. Service-service ini akan memproses dan menyimpan informasi untuk memperbaharui profil pengguna, memperbaharui mesin rekomendasi, dan memperbaharui beberapa model prediktif. Jika pembelajaran ini cukup cepat, maka ada kesempatan untuk profil pengguna yang sudah diperbaharui direfleksikan ke dalam informasi personalisasi yang nantinya ditunjukkan ke pengguna pada waktu yang akan datang. Arsitektur event-driven SOA direkomendasikan untuk sistem intelligent di aplikasi web karena memiliki kelebihan : 1. Arsitektur ini memberikan pemrosesan real time yang cukup baik dimana semua transaksi pengguna diproses secara terpisah / terdistribusi. 2. Arsitektur ini merupakan solusi yang punya skalabilitas tinggi. Kita dapat menambah service-service secara bebas.
54 3. Arsitektur ini tidak terlalu komplek untuk diimplementasikan karena didukung dengan adanya standar messaging server yang mudah diintegrasikan ke dalam aplikasi kita.
2.4 Kerangka Pikir Setelah melakukan analisis yang sedang berjalan,namun ditemukan masalah. Untuk mengatasi masalah tersebut maka diperlukan solusi penyelesaian dengan cara membuat perancangan sistem baru dan kerangka konsep pemecahan masalah yang telah diidentifikasi atau dirumuskan. Berikut adalah gambar dari kerangka berpikir dan penjelaannya :
55
Gambar 2.16 : Kerangka Pikir
Keterangan:
Analisis & perancangan sistem informasi akuntansi pengendalian penjualan dan penerimaan kas pada PT Berlian Mitra Sejahtera dimulai dari studi kepustakaan melalui buku, jurnal, dan internet untuk mengetahui dasardasar siklus penjualan dan penerimaan kas. Setelah menetapkan objek perusahaan untuk penelitian, akan dimulai melakukan studi lapangan untuk mengetahui profil perusahaan lebih dalam dan obersevasi langsung mengenai
56 siklus penjualan dan penerimaan kas yang tengah berjalan pada PT Berlian Mitra Sejahtera. Selain itu, mengadakan wawancara kepada dengan pihak-pihak yang berkaitan dengan operasional perusahaan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dan mendokumentasikan bukti-bukti dan dokumen-dokumen terkait siklus penjualan dan penerimaan kas yang sedang diteliti. Proses berjalan pada PT Berlian Mitra Sejahtera kemudian akan dikonversi menjadi Activity Diagram untuk memudahkan analisis. Tahap selanjutnya, adalah menganalisis proses binis berjalan pada perusahaan dan identifikasi bagian-bagian yang terkait dengan siklus penjualan dan penerimaan kas serta dokumen-dokumen pendukung yang akan dianalisis berdasarkan teori yang digunakan. Selanjutnya, dilakukan tahap identifikasi mengenai masalah-masalah yang terjadi terkait siklus penjualan dan penerimaan kas yang sedang berjalan pada PT Berlian Mitra Sejahtera, merumuskan dan mengidentifikasi kebutuhan informasi perusahaan. Dari perumusan masalah yang sudah didapat, selanjutnya adalah memberikan usulan rekomedasi untuk mengatasi masalah yang terjadi tersebut. Pada fase analisis desain sistem, rekomendasi yang telah dibuat akan menjadi acuan dalam perancangan sistem informasi akuntansi yang akan dirancang berdasarkan prinsip business modelling, requirement dicipline serta design dicipline. Setelah itu, akan dilakukan analisis dokumen dan laporan yang diperlukan sebagai hasil output dari perancangan sistem yang baru tersebut. Tahap terakhir, adalah pembuatan sistem baru dengan bahasa pemograman berbasis website dan menggunakan database MySQL. Tahap terakhir adalah, membuat kesimpulan atas perancangan sistem yang baru tersebut dan memberikan saran untuk perusahaan yang menjadi objek penelitian.