BAB 2 LANDASAN TEO RI
2.1
Teo ri Umum
2.1.1
Evaluasi Menurut Husein Umar (2008, p 36), Evaluasi adalah suatu proses untuk
menyediakan infor masi tentang sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah dicap ai, bagaim ana perbedaan pencap aian itu den gan suatu standar tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih di antara kedu any a, serta bagaimana manfaat y ang telah dikerjak an itu bila dibandingk an den gan h arapan-harap an y ang ingin d iperoleh. Menurut Hari Setiabudi et.al (2010, p 970), Evaluasi adalah suatu proses untuk menyediakan informasi men genai hasil p enilaian atas p ermasalahan y ang ditemukan.
2.1.2
Pengendalian
2.1.2.1 Pengertian Pengendalian Menurut Richard E. Cascarino (2007, p 57), “Control: any action taken by management to enhance the likelihood that established objective and goals will be achieved. It results from management’s planning, organizing, and directing, and the many variants (e.g., m anagem ent control, internal con trol, etc.) can be in copora ted within the g eneric term.” Ini berarti b ahwa p engendalian adalah suatu tindakan y ang diambil oleh man ajemen untuk menin gkatkan lin gkun gan dalam up ay a mencapai tujuan.
Dihasilkan
dari
perencanaan
manajemen,
p engorgan isasian
dan
kep emimp inan, dan y ang lainny a (seperti p engend alian manajem en, pengendalian internal, dan lain-lain).
11
12
2.1.2.2 Pengertian Pengendalian Internal Menurut M ardi (2011, p 61), Pengendalian internal adalah suatu sistem y ang meliputi struktur organisasi beserta semua mekanisme dan ukuran-ukuran y ang dip atuhi bersama untuk menjaga seluruh harta kekay aan organisasi dari berbagai arah. Menurut Randal J. Elder et.al (2010, p 321), “Internal control is a process design ed to provid e reasonab le assurance rega rding the achievem ent of management’s objectives in the follo wing categories: reliability o f financial repo rting, effectiveness and efficiency of operations, and compliance with app licable laws and regulations. ” In i berarti b ahwa p engendalian internal ad alah suatu proses yang dirancan g untuk member ikan keyakinan mem adai mengenai pencap aian tujuan manajemen dalam kategori berikut: keandalan pelaporan keuangan, efektivitas dan efisiensi op erasi, dan kep atuhan den gan hukum d an peraturan y ang berlaku. 2.1.2.3 Tujuan Pengendalian Internal Menurut Richard E. Cascarino (2007, p 59), Overall internal control objectives in d etail are: 1. Reliab ility and Integrity o f Inform ation “If management cannot trust the reliability and integrity of the in form ation held and processed with in the IS, then all information must be deem ed suspect and, in som e cases, this may be more d etrimental to the organ ization than a loss of information system s.” 2. Com pliance with Policies, Plans, Procedu res, La ws, and Regula tion “La ws and Regulation are imposed externally and must be com plied with. Inadequate in form ation systems m ay lead to the o rganization inadvertently breach ing the laws of the coun try with result of losses in terms of fines, penalties,
13
and possibly imprisonment fo r corporate officers. The organ iza tion’ s in ternal policies, plans, and procedures a re designed to ensu res planned, systematic, and orderly operation. From time to tim e the m anager may be required to evaluate the adequancy of such policies, plan s, and pro cedures since the nature of the business m ay have changed, risk may have to be rea ssessed and control objectives re-p rio ritized.” 3. Safeguard ing of Assets “Lo ss of assets is typically one of the m ost visible risk an organiza tion can fa ce and typica lly these lead to the im plementation of the m ost visible controls, such as locks on dors, safes, security gua rds and so fo rth. In an IS-depend ent organization a sset con tro l m ay also include non-tangibles such as dua l custody, seg regation
of
duties,
and
computer
authentica tion
techniques.
Few
organizations would be in po sition to declare the inform ation held a s a co rporate asset on the balance sheet. Neverth eless, the co rpora te information wa rehause may be the largest asset the o rganization can claim if leveraged app ropriately. In addition, fo r m any organizations the financial reco rds held within th e computer the com puter systems are indeed actual assets in that, for exam ple, the total va lue of invento ry is comm only taken to be wha tever the computer system says the invento ry valu e is. Sim ilarly, debtors and creditors valuations are largerly ba sed upon the inform ation contain ed with in the appropriate com puter system s.” 4. Effectiveness and Efficiency of Operation s “Effectiveness involves th e achievem ent of established ob jectives and should be the ultimate focus of all operations and controls. Man y inform ation systems, at the tim e of the o riginal design, were focused upon ach ieving the co rporate objectives. Over time these objectives m ay have changed and the info rmation
14
system may becom e counter-p roductive to achieving those objectives. Computer systems th erefore required con stan t m onitoring as to their alignment with corporate strategic directions and intent.” Jadi, secar a keseluruhan tujuan p engendalian internal secara rinci diantaranya: 1. Keandalan dan Integr itas Informasi “Jika manajemen tidak dapat memp ercayai keand alan dan integritas infor masi yang dimiliki dan dip roses dalam SI, maka semua informasi harus bisa didu ga dan, dalam b eberap a kasus, in i mun gkin lebih membahayakan or ganisasi daripada kehilangan sistem inform asi.” 2. Kep atuhan dengan Kebijakan, Ren cana, Prosedur, Hukum, dan Per aturan “Hukum dan Peraturan y ang dip aksakan secara eksternal dan harus dip enuhi. Sistem informasi yang tidak m emadai dapat meny ebabkan or gan isasi tidak sengaja melan ggar huku m negara den gan h asil keru gian dalam h al denda, hukuman, dan mungkin p enjara untuk pejabat perusahaan. Kebijakan internal organisasi, rencana, dan p rosedur yang dirancan g untuk memastikan op erasi y ang direncan akan, sistematis, dan teratur. Dari waktu ke waktu manajer mungkin dip erlukan untuk mengev aluasi keb ijak an, rencan a, dan p rosedur karena sifat bisnis mungkin telah berubah, risiko mungkin harus ditinjau k embali dan tujuan pengendalian diprioritaskan kemb ali. ” 3. Melindungi Aset “Hilangny a aset umu mny a adalah salah satu risiko p alin g nyata dalam or ganisasi yang dapat dihadapi dan biasany a ini menyebabkan p elaksanaan kontrol y ang paling terlih at, sep erti kunci p intu, lemari besi, p enjaga keamanan d an sebagainya. Dalam kontrol aset SI, term asuk didalamnya bukti non-fisik seperti tahanan gand a, pemisahan tugas, dan teknik otentikasi komp uter. Beberapa organisasi
15
akan berad a dalam p osisi untuk meny atakan informasi y ang dip egan g sebagai aset p erusahaan p ada neraca. Namun demikian, gud ang informasi p erusahaan dap at menjadi aset terbesar or ganisasi yang dap at diklaim jika p engaruhny a tep at. Selain itu, bagi banyak organisasi catatan keuangan y an g dimiliki dalam komputer sistem komputer memang aset y ang sebenarny a, misalnya, total nilai persediaan umumnya diamb il untuk menjadi ap apun y ang sistem komp uter katakan berkaitan den gan nilai p ersediaan. Demik ian p ula, debitur d an kred itur melakuk an p enilaian berdasarkan informasi y ang terkandung dalam sistem komputer y ang sesuai.” 4. Efektivitas dan Efisiensi Operasi “Efektivitas terlibat dalam p encapaian tujuan y ang ditetap kandan harus menjadi fokus utama dari semua operasi dan kontrol. Bany ak sistem informasi, p ada saat desain asli, y ang b erfokus p ada pencap aian tujuan p erusahaan. Seiring waktu, tujuan tersebut mungkin telah berubah dan sistem informasi dap at menjadi kontra-produktif untuk mencap ai tujuan tersebut. Oleh karena itu dip erlukan sistem komputer pemantauan konstan untuk keselarasan merek a dengan arah strategis p erusahaan dan niat.” 2.1.2.4 Tip e Pengendalian Internal Menurut Richard E. Cascar ino (2007, p61), Type of internal control are classified into 5 types, namely: 1. Preventative Controls “Which o ccur before the fact but can n ever be 100% effective and th erefore cannot be who lly relied upon. These cou ld include controls such a s restriction on users, requ irem ent for pa sswo rd, and separate au thoriza tion of tran saction. ” 2. Detective Con trols
16
“Which detect irregula rities a fter occurrence and m ay be cheaper than checking every tran saction with a preventative control. Such controls cou ld include effective u se of aud it trails and the u se of exeption repo rts.” 3. Co rrective Con tro ls “En sures th e correction of p roblem identified by detective controls and norm aly require human intervention within the IS. Control in th is a rea may include such processes as disa ster reco very plan and transaction reversal capab ilities. Co rrective control are them selves high ly erro r-pron e because they occur in unusual circum stances and typically require are human decision to be made, and an action decided upon and implemented. At each stage in the process a subsequent error will have a multiplier effect and may compound the original mistake.” 4. Directive Controls “Are d esigned to produce po sitive resu lt and encourage acceptabel behavior. They do not th em selves p revent undersirable behavior and a re normally u sed where there is human discetion in a situation. Thu s, in forming all u sers of personal computers that it is their respon sib ility to ensure adequa te ba ck ups are taken and sto red appropriately does not, of itself, enfo rce compliance. Nevertheless, such a directives control can be m onitored and action taken where the control is b rea ched.” 5. Compensating Con tro ls “Can be seen to exist where a weakness in one control may be com pensated b y a contro l elsewhere. There are used to lim it risk expo sesu re and may trap unwa ry evaluato r. This is pa rticularly true where the aud ito r are fa ced with complex
17
integrated systems and th e con tro l structures involves a mixture of system -driven and human controls scattered over a variety of operational a rea s.” Jadi, tip e p engendalian internal diklasifik asikan dalam 5 tip e y aitu: 1. Pencegahan Kontrol “Yang terjadi sebelum fakta tetap i tidak p ernah dap at 100% efektif dan karena itu tidak dap at sep enuhny a diandalk an. Ini dapat mencakup kontrol sep erti pembatasan p ada penggun a, kebutuhan untuk p assword, dan otorisasi terp isah dari transaksi.” 2. Detektif Kontrol “Yang mendeteksi p eny imp angan setelah kejadian d an mun gkin lebih murah daripada memeriksa setiap transaksi dengan kontrol pencegahan. Kontrol tersebut dap at mencakup p enggunaan efektif dari jejak audit dan penggunaan lap oran pengecualian. ” 3. Kontrol korektif “M emastikan koreksi dari masalah y an g diidentifikasi oleh kontrol detektif dan secara norm al membutuhkan intervensi manusia dalam SI. Kontrol di daerah ini dap at mencakup p roses sep erti rencana p emulihan bencana dan k emamp uan transaksi p embalikan. Kontrol koreksi itu sendiri sangat rawan kesalahan kar ena mereka terjadi dalam keadaan y ang tidak biasa dan biasanya membutuhkan kep utusan manusia yang h arus dibuat, dan tindakan d ip utuskan dan dilaksanakan. Pada setiap tahap dalam p roses kesalahan berikutnya akan mem ilik i efek multip lier dan mun gkin sejenis dengan kesalahan yang asli.” 4. Petunjuk Kontrol “Ap akah y ang dirancang untuk men ghasilk an hasil yang p ositif dan mendorong perilaku y ang d ap at diterima. Mereka tidak sendiri m encegah p erilaku yan g tidak
18
diin ginkan dan biasanya digunak an dimana ada kebijakan manusia dalam suatu situasi. Jadi, men ginformasikan kep ada semua p enggun a komp uter p ribadi y ang mereka pertanggun gjawabkan untuk memastikan b ack up memadai y ang d iambil dan disimp an tidak tepat, dengan sendiriny a, menegakkan kepatuhan. Namun demikian, sep erti kontrol arahan dap at dip antau dan tindakan y ang diambil di mana kontrol dilan ggar.” 5. Komp ensasi Kontrol “Dapat dilihat di man a ada kelemah an di satu kontrol mungkin dikomp ensasi oleh kontrol di temp at lain. Ada digunakan untuk membatasi pemap aran risiko dan mewaspadai p erangkap evaluator. Hal ini terutama berlaku dimana aud itor dihadap kan dengan sistem terintegr asi y ang kompleks dan struktur kontrol melibatkan campuran kontrol pengend ali sistem dan manusia tersebar d i berbagai wilayah op erasional.”
2.1.3
Sistem
2.1.3.1 Pengertian Sistem Menurut M ardi (2011, p3), Sistem merupakan suatu kesatuan yang memiliki tujuan bersama dan m emiliki bagian-bagian yang salin g berintegrasi satu sama lain. Sebuah sistem harus m emiliki du a kegiatan; pertama, adanya masukan (inpu t) y ang merup akan sebagai sumb er tenaga untuk dap at beroperasinya sebuah sistem; kedua, adanya kegiatan operasional (p roses) y ang mengubah masukan menjadi keluaran (output) berup a hasil operasi (tujuan/sasaran /target p engop erasian suatu sistem). Menurut Ralp h M. Stair dan George W. Rey nolds (2010, p 8), “System is a set of elem ents or components that in teract to accom plish goals.” Ini berarti bahwa
19
sistem adalah sep eran gkat unsur atau komponen yang salin g berinteraksi untuk mencap ai suatu tujuan. Menurut James A. O’Brien dan George M. Marakas (2008, p 24), “A system is defined as a set of interrela ted com ponents, with a clea rly defined bounda ry, wo rking together to a chieve a common set of objectives by accepting inputs and producing ou tputs in an o rganized transform ation process. ” Ini berarti bahwa sebuah sistem did efinisik an sebagai satu set komp onen y ang salin g terkait, den gan batasan y ang jelas, bekerja sama untuk mencapai sep erangkat tujuan den gan menerima inp ut dan men ghasilk an outp ut dalam p roses transformasi y ang terorganisasi. Menurut Brian K. Williams dan Stacey C. Sawy er (2010, p 492), “A system is defined as a collection of rela ted com ponents that intera ct to perfo rm a task in order to accomplish a goa l.” Ini ber arti bahwa sebuah sistem didefin isikan sebagai kumpulan komponen terkait y ang berinteraksi untuk melakukan tugas dalam ran gka untuk mencap ai tujuan. 2.1.3.2 Fungsi Dasar Sistem Menurut James A. O’Brien dan George M . M arakas (2008, p24), Systems have th ree basic function s: 1. Input invo lves cap turing and a ssem bling elem ents that enter th e system to be processed. Fo r example, raw materials, energy, da ta, and hum an effort m ust be secu red and o rganized for processing. 2. Processing involves tran sfo rmation processes that convert input into output. Example are a manufacturing pro cess, the human breathing p rocess, or mathem atical calcu lation s.
20
3. Output involves tran sferring elem ents that ha ve been produ ced by a tran sfo rmation process to their ultimate destination. Fo r example, finished products, hum an services, and m anagement inform ation m ust be transm itted to their human users. Jadi, sistem memp uny ai tiga fungsi dasar: 1. Inp ut meliputi p engump ulan dan p eny usunan elemen y ang memasuki sistem untuk dip roses. Sebagai contoh, bahan baku, ener gi, data, dan usah a m anusia harus dijam in dan diatur untuk p emrosesan. 2. Pemrosesan melip uti proses transformasi yang men gkonversi inp ut menjadi outp ut. Contohny a adalah p roses manufaktur, p roses p ernap asan manusia, atau perhitungan matematis. 3. Output yang meliputi p emindahan elemen-elemen y ang telah dihasilkan o leh proses transformasi ke tempat tujuan akhir. Sebagai contoh, p roduk jadi, pelayanan manusia, dan manajem en informasi harus ditransmisikan ke pengguna manusiany a.
2.1.4
Inform asi
2.1.4.1 Pengertian Informasi Menurut Mardi (2011, p4), Informasi adalah hasil p roses atau hasil pengelolahan data, melip uti hasil gabun gan, analisis, p eny imp ulan dan pengelolahan sistem informasi komp uterisasi. Menurut Ralp h M. Stair dan George W. Rey nolds (2010, p 5), “Info rm ation is a collection of facts organ ized in such a way tha t they have additional value beyond the valu e of the ind ividua l facts.” In i berarti bahwa informasi bukan h any a kump ulan
21
dari fakta yang terorgan isir tetapi juga memiliki nilai tambah di luar nilai fakta individu. 2.1.4.2 Kualitas Informasi yang Baik Menurut Brian K. Williams dan Stacey C. Sawy er (2010, p 425), In general, all info rmation to support intelligent decision m aking within an organization m ust be as follo ws: 1. Co rrect and verifiable: This m eans information must be accurate and checkable. 2. Com plete yet concise: Complete means info rmation must be include a ll relevant data, concise m eans it includes only relevan t data. 3. Co st effective: This m eans th e info rm ation is efficien tly obta ined and understandable. 4. Cu rrent: Current means tim ely yet also time sensitive, ba sed on historical, present, or future info rmation needs. 5. Accessible: Th is m eans th e inform ation is qu ickly and ea sily obtained. Jadi, secar a u mum, semua informasi untuk m endukung p engambilan kep utusan yang cerdas dalam sebuah or ganisasi harus memenuhi p ersy aratan sebagai berikut: 1. Benar dan dapat diverifikasi: Ini berarti informasi harus akur at dan dapat dip eriksa. 2. Len gkap namun ringkas: Len gkap berarti informasi harus mencakup semua data yang relev an, singkat berarti hany a mencakup data y ang relevan. 3. Biay a y ang efektif: Ini berarti informasi dapat dip eroleh dan dimengerti secara efisien. 4. Saat in i: Saat ini ber arti secara tep at waktu namun juga sensitif, berd asarkan sejarah, kebutuhan informasi saat ini atau masa dep an.
22
5. Diakses: Ini berarti infor masi yang cepat dan mudah dip eroleh.
2.1.5
Sistem Inform asi
2.1.5.1 Pengertian Sistem Informasi Menurut R. Djunaedy Sakam dan Mellia Liy anthy (2007, p103), Sistem informasi adalah suatu sistem buatan manusia y ang secara umum terdiri atas sekump ulan komponen berbasis komputer dan manu al yan g dibuat untuk men ghimp un, menyimp an, dan mengelola d ata serta menyediak an informasi keluaran p ada u ser. Menurut Ralp h M. Stair dan George W. Rey nolds (2010, p 10), “Information system is a set of interrelated elem ents o r components that collect ( input), manipulate (process), sto re, and dissem inate (output) data and info rm ation, and provid e a corrective rea ction ( feedback m echanism) to meet an objectives.” Ini berarti bahwa sistem informasi merup akan p embuktian dari adany a relasi antara komponen input, p roses dan output serta p eny ebarluasan informasi untuk kemud ian member ikan reaksi korektif sebagai bentuk ump an balik guna memenuhi suatu tujuan. Menurut James A. O’Brien dan George M. Marakas (2008, p 29), “Inform ation system is a system that accepts data resources as input and processes them into info rmation products as ou tput. ” Ini berarti bahwa sistem informasi adalah suatu sistem y ang mener ima sumber day a data sebagai input d an memp rosesny a ke dalam p roduk informasi sebagai output. 2.1.5.2 Komponen Sistem Informasi Menurut James A. O’Brien dan Geor ge M. Marakas (2008, p29), Information system model expresses a fundam ental concep tual framework fo r the major
23
com ponents and activities of info rmation system s. An in form ation system depend s on the resources of people (end users and IS specialists), hard wa re (machines and media), softwa re (p rogram s and procedu res), data (data and knowledge bases), and networks ( communications media and netwo rk suppo rt) to perfo rm input, processing, output sto rage, and control activities that convert data resou rces in to info rmation products. This information system m odel highlights the rela tion ship s among the com ponents and activities of inform ation systems. It pro vides a framewo rk that emphasizes four major concepts that can be app lied to all typ es o f info rmation systems: 1. Peoples, ha rd ware, softwa re, data and n etworks are th e five basic resou rces of information system s. 2. People resources includ e end users and IS specialists, ha rdware resou rces consist of machines and media, softwa re resources include both prog rams and procedu res, data resources can include data and knowledge ba ses, and netwo rk resources include com munication media and netwo rks. 3. Data resou rces a re transformed by information processing activities into a variety of info rmation products for end users. 4. Information processing consists of the system activities of input, p rocessing, output, storag e, and control.
24
G ambar 2.1 Com ponent o f an Inform atio n System Sumber: James A. O’Brien dan George M. Marakas (2008) Jadi, model sistem informasi meny atakan suatu kerangka konsep tual mendasar untuk komponen utama dan kegiatan sistem informasi. Sebuah sistem informasi ber gantung pada sumber d ay a dari oran g (p en gguna akhir dan ahli SI), perangkat keras (mesin dan media), perangkat lunak (program dan p rosedur), data (data dan basis p engetahuan), dan jar ingan (media ko munikasi dan dukun gan jarin gan) untuk
melakukan
inp ut, pemrosesan, penyimpanan
output, dan
men gendalikan k egiatan yang m en gkonversi sumber day a data ke dalam p roduk informasi. Model sistem informasi menekankan hubun gan antara komponen-komponen dan kegiatan sistem informasi. Ini meny ediakan k eran gka kerja y ang menek ankan emp at konsep utama y ang dap at diterapkan p ada semua jenis sistem informasi: 1. Orang, perangkat ker as, p erangkat lunak, data d an jaringan adalah lima sumber day a dasar sistem informasi.
25
2. Sumber daya orang mencakup p engguna akhir dan ah li SI, sumber daya perangkat keras terdiri dari mesin dan m edia, sumb er day a p erangkat lunak mencakup program dan p rosedur, sumber day a data dap at mencakup data dan basis p engetahuan, d an sumber day a jar in gan meliputi media ko munikasi dan jarin gan. 3. Sumber d aya data diubah den gan kegiatan pengolahan informasi menjadi berbagai p roduk informasi untuk pengguna akhir. 4. Pengolahan informasi terdiri d ari k egiatan sistem input, p emrosesan, outp ut, penyimpanan dan pengendalian. 2.1.5.3 Kerangka Kerja Pengetahuan Sistem Informasi Menurut James A. O’Brien dan George M. M arakas (2008, p 8), The fram ework outlines of the major area s of inform ation systems kno wledge needed by business professionals: 1. Foundation con cepts Fundam ental behavio ral, technical, business, and m anagerial concepts about the com ponents and ro les of in form ation systems. Exam ples include basic information system concep ts derived from general systems theo ry, or com petitive strateg y concepts u sed to develop business applica tion s of info rmation technology for com petitive advan tage. 2. Information techno logies Major concepts, developm ents, and m anagem ent issues in info rmation technology – that is, hard wa re, software, networks, data m anagem ent, and m any Internet-ba sed technolog ies. 3. Business applications
26
The major uses of information systems for the operation s, management, and com petitive ad vantage of a business. 4. Development processes Ho w business professionals and info rmation specialists plan, develop, and implem ent information system s to meet busin ess opportunities. 5. Management challenges The challenges of effectively and ethically managing info rmation technology at the end user, enterprise, and g lobal levels o f business.
G am bar 2.2 Inform atio n System Kno wlegde Framework For Business Professiona ls Sumber: James A. O’Brien dan George M. Marakas (2008) Jadi, secar a garis besar, kerangka ker ja p ada bidan g utama p engetahuan sistem informasi y ang dibutuhkan oleh p ara p rofesional bisnis: 1. Konsep landasan Perilaku dasar, teknis, bisnis, dan konsep manajerial tentang ko mp onen dan p eran sistem informasi. Contohnya meliputi konsep sistem informasi dasar y ang ber asal dari teori sistem umum, atau konsep strategi komp etitif y ang digun akan untuk men gemban gkan aplikasi bisnis teknologi inform asi untuk keunggu lan kompetitif.
27
2. Teknologi informasi Konsep utama, perkemban gan, dan isu-isu manajemen dalam teknologi infor masi - y aitu, perangkat keras, p erangkat lunak, jar in gan, man ajemen data, dan bany ak teknologi b erbasis internet. 3. Ap likasi bisnis Kegunaan utama sistem informasi untuk operasi, manajemen, d an keun ggu lan bisnis kompetitif. 4. Proses pengemban gan Bagaim ana profesional bisnis dan ahli inform asi mer encan akan, mengemb angkan, dan men gimplementasikan sistem inform asi untuk memenuh i p eluang bisnis. 5. Tantangan man ajemen Tantangan secara efektif dan etis mengelola teknolo gi informasi p ada pengguna akhir, p erusahaan, dan tin gkat bisnis global. 2.1.5.4 Fungsi Sistem Inform asi Menurut James A. O’Brien dan George M. Marakas (2008, p 23), Successful management of inform ation systems and technologies presents m ajor cha llenges to business m anagers and professionals. Thus, the information system s function rep resents: 1. A m ajor functional area of bu sin ess equally as important to bu siness success as the functions of accounting, finance, operation s m anagement, m arketing, and hum an resources m anagement. 2. An important contributo r to operationa l efficiency, employee produ ctivity and morale, and custom er service and satisfa ction. 3. A m ajor source o f info rm ation and support need ed to prom ote effective decision making by managers and business pro fessionals.
28
4. A vital ingredient in develop ing com petitive produ cts and services that give an organization a strategic ad vantage in the global marketp lace. 5. A dynamic, rewarding, and challeng ing career opportunity for m illions of m en and women. 6. A key com ponent of the resources, infrastructu re, and capabilities of today’s networked business enterp rises. Jadi, keberhasilan pen gelo laan sistem infor masi dan teknologi menimbu lkan tantangan besar bagi professional dan manajer bisnis. Den gan demikian, fun gsi sistem informasi merupakan: 1. Sebuah area fungsional utama dar i bisnis y ang sama p enting untuk keberhasilan bisnis sebagai fungsi akuntansi, keuangan, man ajemen op erasi, p emasaran, dan manajemen sumber daya manusia. 2. Sebuah kontributor p enting untuk efisiensi op erasional, p roduktivitas karyawan dan moral, dan kep uasan dan lay anan pelanggan. 3. Sebuah sumb er informasi utama dan dukungan yang d ip erlukan untuk mendoron g p engambilan keputusan y ang efektif o leh p ara manajer dan profesional bisnis. 4. Unsur p enting dalam men gemban gkan p roduk y ang kompetitif dan lay anan y ang member ikan keuntun gan strategis bagi or ganisasi d i dalam p asar global. 5. Sebuah dinamik, berm anfaat, dan m enantan g kesemp atan karir b agi jutaan p ria dan wanita. 6. Sebuah komp onen kunci dari sumber daya, infrastruktur, dan kemamp uan jarin gan bisnis perusahaan saat ini.
2.1.6
Pengendalian Sistem Inform asi
29
Menurut James A. O’Brian dan Geor ge M. Marakas (2008, p526), “Inform ation system controls are m ethods and devices that attempt to ensu re the accura cy, validity, and propriety o f in formation system activities. In formation system contro ls m ust be developed to ensu re proper data entry, processing techniques, sto rage methods, and info rmation output. Thus, IS controls are designed to m onitor and maintain the qua lity and security of the input, processing, output, and storage activities o f any in form ation system.” Ini berarti bahwa pen gendalian sistem informasi ad alah metode dan p erangkat y ang b erup ay a untuk memastikan keakuratan, validitas, dan kep atutan kegiatan sistem inform asi. Pengendalian sistem informasi harus dikembangkan untuk memastikan entri data y ang tep at, teknik pengolahan, metode p eny imp anan, dan outp ut informasi. Jadi, p engendalian sistem informasi d irancan g untuk memantau dan menjaga kualitas dan keamanan dari inp ut, proses, outp ut, dan kegiatan p eny imp anan dari setiap sistem informasi.
2.1.7
Evaluasi Pengendalian Sistem Informasi
2.1.7.1 Pengertian Evaluasi Pengendalian Sistem Inform asi Menurut Hari Setiabudi et.al (2010, p 971), Evaluasi pen gendalian sistem informasi merupakan suatu proses untuk menyediakan informasi men genai h asil penilaian atas p ermasalahan y ang d itemukan untuk melakukan p encegahan, pendeteksian, atau perbaikan kelemahan terhadap serangkaian komponen-komponen yang
bekerja
sama
untuk
mengump ulkan,
mengo lah,
menyimpan
dan
mendistribusikan informasi y ang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu. 2.1.7.2 Tahapan Evaluasi Pengendalian Sistem Informasi
30
Berikut adalah tahap an evaluasi pengendalian sistem informasi (Hari Setiabudi et.al, 2010, p 971): 1. Lan gkah-langkah merencanakan
d alam
m elakuk an
evaluasi,
evaluasi
mengevaluasi
sistem
bukti-bukti
informasi p endukung,
adalah dan
men gkomunik asikan hasil ev aluasi. Tujuan perencanaan evaluasi adalah untuk menetap kan mengapa, bagaiman a, kapan, dan oleh siapa proses evaluasi akan dilaksanak an. Lan gkah-lan gkah d alam p erencan aan audit adalah: (1) m enetap kan ruang lingkup dan tujuan evaluasi; (2) mengorganisir tim pengevaluasi; (3) men gemban gkan p engetahuan tentang operasional bisnis; (4) mengidentifikasi faktor risiko; (5) menyiapkan p rogram audit; (6) mengu mp ulkan bukti-bukti pendukung. 2. Metode yang digunak an untuk m engump ulkan bukti-bukti p endukung antara lain: (1) observasi, men gam ati kegiatan operasional; (2) mereview dokumentasi; (3) berdiskusi den gan para kary awan men gen ai p ekerjaan merek a d an bagaim ana untuk melaksanakan p rosedur tertentu; (4) kuesioner untuk mengump ulkan data men genai sistem; (5) pemeriksaan fisik terhadap jumlah dan kondisi tangible asset. Dalam men gevalu asi bukti-bukti pendukung, auditor mengevaluasi bukti pendukung yang dikump ulkan dengan dasar tujuan evaluasi dan memutuskan apakah bukti tersebut mendukung kesimpulan atau tidak. Auditor juga menilai kualitas p engend alian internal, menilai reliab ilitas infor masi y ang didap at, menilai kinerja operasi, m enentukan kebutuhan untuk menambah bukti, menentukan
faktor
mendokumentasikan
risiko,
menentukan
temuan-temuan.
faktor Tahap an
materialitas, terakhir
dan y aitu
men gkomunik asikan hasil evalu asi. Tim evalu asi menyiapkan laporan tertulis yang meringk as temuan-temuan dan rekomendasi den gan refer ensi untuk
31
mendukun g bukti hasil evaluasi dalam lembar kerja. Laporan ini disajikan untuk manajemen dan p ihak lain yan g terkait.
2.1.8
Standar Evaluasi
2.1.8.1 Pengertian CobIT Menurut Hari Setiabudi et.al (2010, p971), CobIT adalah sekumpulan dokumentasi best practices untuk IT Governance yang dap at membantu auditor, penggun a (user), dan manajemen untuk menjembatani gap antara risiko bisnis, kebutuhan kontrol dan masalah-masalah teknis TI. CobIT bermanfaat bagi aud itor karena merupakan teknik yang dapat membantu dalam identifikasi IT contro l issues. CobIT berguna p ara IT user karena memp eroleh keyakinan atas kehandalan sistem aplikasi y ang d ip ergunakan. Sedangkan para man ajer memp eroleh manf aat dalam kep utusan investasi di bidang TI serta infrastrukturnya, meny usun strategic I T plan, menentukan
informasi
arsitektur,
dan
keputusan
atas
procurem ent
(pengadaan /pembelian) mesin. Disamping itu, dengan keterandalan sistem informasi yang ada p ada perusahaan dihar apkan berbagai k eputusan bisnis dap at didasarkan atas informasi yang ada. Berdasarkan CobIT 4.1, CobIT melip uti control objectives, contro l pra ctices, audit gu idelines, m anagem ent guidelin es. 1. Control Objectives Level tertinggi dan secara umum memb erikan p erny ataan p engendalian m inimal yang terbaik. CobIT m en gan ggap desain dan imp lementasi pen gendalian aplikasi otomatis menjadi tanggun g jawab TI, m encakup
bagian
akuisisi dan
imp lementasi, berdasarkan kebutuhan bisnis y an g ditetapkan dalam standar CobIT.
32
Control Objectives terdiri atas 4 tujuan pengendalian tin gkat tinggi y ang tercermin dalam 4 domain, yaitu planning and organiza tion, acqu isition and implem entation, delivery and support, monitoring and evaluation. a. Planning and Organiza tion Domain ini melip uti strategi dan taktik y ang berkonsentrasi p ada identifikasi cara TI bisa menjadi kontribusi terbaik untuk mencap ai tujuan bisnis. Selanjutny a, realisasi v isi strategi perlu diren canak an, diko munikasik an, dan diatur dalam pandan gan yan g berb eda. akhirny a, suatu or ganisasi y ang Sebenarny a akan baik apabila prasarana teknolo gi d iletakkan p ada temp atnya. Hal-hal y ang dip erhatikan dalam p erencanaan dan organisasi adalah: PO1 mendefinisikan rencan a TI strategis, PO2 mendef inisikan arsitektur informasi, PO3 menentukan arah teknologi, PO4 mendefinisik an p roses, organisasi dan hubungan TI, PO5 mengatur investasi TI, PO6 mengkomunik asikan tujuan dan arahan manajemen, PO7 mengatur SDM (Sumber Day a M anusia) di bidang TI, PO8 mengatur kualitas, PO9 menilai dan mengatur risiko TI, PO10 mengatur p royek. b. Acquisition and Im plementation Strategi TI, solusi TI p erlu untuk diidentifikasi, d ikemb angkan atau dip eroleh sep erti halnya sistem y ang terintegrasi d an diterapkan ke d alam proses bisnis. Perubahan dan p emeliharaan sistem y ang sedang berjalan men cakup area untuk membuat solusi y ang selanjutny a digunakan untuk memenuhi tujuan bisnis. Hal-hal yang diperhatikan dalam peroleh an dan imp lem entasi adalah: A11 mengidentifikasi solusi otomatis, A12 memp eroleh dan merawat software ap likasi, A13 memp eroleh dan merawat infrastruktur teknologi, A14 memun gkinkan op erasi dan p enggunaan, A15 memperoleh sumber daya TI,
33
A16 mengatur perubahan, dan A17 men g-in sta ll dan mengaku isisi solusi dan perubahan. c. Delivery and Suppo rt Daerah in i memiliki k aitan den gan p eny amp aian dalam p eny erahan kebutuhan lay anan, manajemen keam anan, lay anan p endukung untuk pengguna dan manajemen data serta f asilitas op erasional. Hal-hal y ang dip erbaiki dalam p engirim an dan pendukung adalah: DS1 mend efinisik an dan men gatur tingkat lay anan, DS2 men gatur layanan p ihak ketiga, DS3 men gatur kinerja dan kap asitas, DS4 memastikan pelayanan berkelanjutan, DS5
memastikan
keamanan
sistem,
DS6
mengidentifikasi
dan
men galokasikan biay a, DS7 mendid ik dan melatih pemakai, DS8 mengatur service desk dan peristiwa, DS9 men gatur konfigur asi, DS10 mengatur masalah, DS11 men gatur data, DS12 mengatur lin gkun gan fisik, DS13 men gatur operasi. d. Monitoring and Evaluation Yaitu semu a p roses TI y ang perlu dinilai secara teratur agar kualitas dan kelengkap anny a berdasarkan pada sy arat kontrol. Hal-hal yan g diperhatikan dalam p emantauan dan evalu asi adalah : ME1 memonitor dan mengevaluasi kinerja TI, ME2 memonitor dan mengevaluasi pen gendalian internal, M E3 memastikan kepatuhan pada p eraturan, M E4 menyediakan p enguasaan TI. 2. Control Pra ctices Prinsip – prinsip pengerjaan dan bagaimana men gimplementasikan p edoman untuk tujuan p engendalian. 3. Audit Guidelines
34
Pedoman untuk setiap lin gkup control men genai bagaiman a untuk m emp eroleh pengertian, men gevaluasi setiap pengendalian, mengakses ketaatan, dan men gukur risiko p engendalian y ang sed ang dicari untuk membantu p ara auditor dalam memberikan sar an p erbaikan. 4. Management Guidelines Pedoman m en genai bagaiman a men gakses dan meningkatkan kinerja proses TI, men ggunakan maturity model, matriks, dan CSF (Critical Success Factor). Berisi arahan, baik secara umum maupun sp esifik, mengenai ap a saja y ang harus dilakukan, terutama agar dap at menjawab pertany aan-p ertanyaan berikut: (1) sejauh mana Anda (TI) harus bergerak, dan ap akah biaya TI yang dikeluarkan sesuai den gan manfaat y ang dihasilkannya; (2) ap a saja indik ator untuk suatu kinerja yan g bagus?; (3) apa saja faktor atau kondisi y ang harus dicip takan agar dap at mencap ai sukses (critical success factors); (4) ap a saja risiko-risiko y ang timbul, ap abila kita tidak mencapai sasaran y ang d itentukan; (5) bagaim ana dengan perusahaan lainny a – ap a y ang mereka lakukan; (6) bagaiman a Anda men gukur keberhasilan d an bagaiman a p ula membandin gkanny a. CobIT framework memasukkan juga hal-hal sep erti model Maturity, Critical Success Fram ework (CSF), Key Goals Indicators (KGI), dan Key Perfo rmance Indicato rs (KPI). 1. Maturity Models Untuk memetakan status maturity p roses-p roses TI (dalam skala 0 – 5) dibandingkan den gan the best in the cla ss in the Industry dan juga International best pra ctices. Skala tersebut yaitu (1) Skala 0 – Non-existent, karena p erusahaan tidak meny adari p entingny a membu at p erencanaan strategis di bid an g teknologi informasi, dalam skala ini p enting untuk dilakukan ev aluasi pengend alian dan
35
dijadik an sebagai temuan yang p enting; (2) Sk ala 1 – In itia l/Ad Ho c, adanya fakta-fakta bahwa p erusahaan telah meny adari akan p entingny a pembuatan perencanaan strategis di bid ang teknolo gi informasi. Namun, tidak ada proses yang distandarisasi; p erencanaan, p erancan gan dan m anajemen masih belum terorganisir den gan baik. Dalam skala in i kep erluan untuk dijadikan temuan tidak diutamakan, k arena tin gkat kemun gkinan terjadinya risiko tidak seb esar skala nol; (3) Skala 2 – Repeatable but In tuitive, perusahaan telah menetapkan p rosedur untuk dipatuhi oleh karyawan, namun belum dikomunik asikan dan belu m adanya pemberian latihan for mal kepada setiap kary awan men genai p rosedur; dan tanggun g jawab diber ikan sepenuhnya kepada individu seh ingga pember ian kep ercayaan sepenuhnya kemungkin an dapat terjadi penyalahgunaan; (4) Skala 3 – Defined, seluruh p roses telah didokumentasikan dan telah dikomunik asikan, serta dilaksanakan berd asarkan metode p engembangan sistem komputerisasi yang baik, namun belum ada proses evaluasi terhadap sistem tersebut, sehingga masih ada kemun gkin an terjadinya p eny impangan; (5) Skala 4 – Manage and Measu reable, Proses komputerisasi telah dapat dimonitor dan dievaluasi d en gan baik, manajem en p roy ek pengemban gan sistem komp uterisasi sudah dijalankan dengan lebih teror ganisir ; (6) Skala 5 – Optimised, Best Practices (Pedoman Terbaik) telah diikuti dan diotomatisasi p ada sistem berdasarkan p roses y ang terencana, teror ganisir dan menggun akan metodologi y ang tepat. 2. Critical Su ccess Factors ( CSFs) Arahan imp lementasi bagi manajemen agar dap at melakukan kontrol atas proses TI. 3. Key Goal Indicators ( KGIs) Kinerja proses-proses TI sehubungan den gan business requ irem ents.
36
4. Key Performance Indicato rs ( KPI s) Kinerja proses-proses TI sehubungan den gan pro cess goals. 2.1.8.2 Kriteria Kerja C obIT Kriteria kerja CobIT terdiri dari: (1) efektivitas (effectiveness), dalam memperoleh informasi harus relevan dan terkait dengan proses bisnis, serta disamp aikan dengan tep at waktu, benar, konsisten, dan dap at dimanfaatkan; (2) efisiensi ( efficiency), menekankan pada provision o f Information yang optimal (paling produktif dan ekonomis) dalam men ggunakan sumber day a; (3) kerahasiaan (confidentiality), memfokuskan p ada proteksi terhadap informasi yang p enting dari orang y ang tidak mem ilik i hak otorisasi; (4) integritas (integrity), berkaitan d en gan keakuratan dan kelen gkapan informasi, sebagai kebenar an yang sesuai d en gan harapan dan
nilai bisnis; (5) ketersediaan (ava ilib ility), berk aitan den gan
ketersediaan informasi y ang dibutuhkan oleh bisnis p ada saat sekarang dan akan datang; (6) kep atuhan (compliance), men ekankan p ada ketaatan p erusahaan terhadap hukum, p eraturan, dan kontrak y ang telah dibu at; (7) keandalan (reliability), berkaitan den gan kesesuaian inform asi bagi manajemen dalam mengoperasikan perusahaan dan penyusunan laporan keuangan. 2.1.8.3 The CobIT Maturity Level Menurut Andrea Pederiv a (2003), The CobIT Maturity Mod el is in an IT governance tool u sed to m easure ho w well d eveloped the m anagem ent processes a re with respect to interna l controls. The maturity m odel allows an organization to grade itself from nonexisten t (0) to optim ized (5). A fundamental feature of the maturity m odel is that it a llows an organ iza tion to m easure as-is Maturity Levels, and define to-b e Matu rity Levels as well as gaps to fill. As a result, an organization can d iscover practical improvements to th e system of
37
internal controls o f I T. Ho wever, Maturity Levels are not a goa l, but rather they are a m eans to eva luate the adequacy o f th e interna l controls with respect to company business objectives. To arrange the questionnaire, th e Matu rity Level descriptions of the COBIT Maturity Model were studied. It was concluded that th e description s of the Matu rity Levels could be viewed as sets of “atomic” statements. Each Matu rity Level descrip tion is a sta tem ent that can be either tru e or false, o r either pa rtially tru e or partially false. The examination resulted in the rea lization that a com pliance va lue could be com puted fo r the Maturity Level b y co llecting and then combining a com pliance value for each statem ent. The qu estionnaire is in tended to captu re the compliance of an IT organization under in vestiga tion to the d iverse scenarios describ ing each Matu rity Level. Based on the questionnaire resu lts, an algorithm com putes a “compliance” vector tha t describes the com pliance of the organization to every scenario. Then, it uses the vector to compute the Matu rity Level as a weighted a verage of the organization’ s com pliance with respect to ea ch scenario. When the questionna ire is complete, each Maturity Level will ha ve a set of statements, each with its o wn com pliance value of 0, 0.33, 0.66 or 1.
Gambar 2.3 Complia nce Level Num eric Values Sumber : Andrea Peder iva (2003) Because o f its con struction criteria, the questionnaire is align ed com pletely with the maturity m odel and fairly detailed with respect to the m aturity requirements.
38
This has p roven to be useful to suppo rt sub sequen t discussions a imed at identifying the key points tha t were enabling o r preventing th e organization to rea ch a given Maturity Level. The experience also suggested that to explo it the benefits of the Maturity Level paradigm, it appears useful to allow a com pany to grade itself in the full range from 0 to 5 rather than having to choo se a po sition in the coarse grid (0, 1, 2, ... 5). Further wo rk m ust be don e to assemble a strictly increm ental approach to the measurement of the Maturity Level, a s required by the COBI T Matu rity Model. Ho wever, for comparison purposes, the m ethod p resented here proved to be efficient, provid ing strong results and facilita ting the sub sequ ent discussion s on th e use of the COBIT Maturity Model a s an effective m anagem ent tool. Jadi, Model Kematangan COBIT adalah alat dalam tata kelola TI y ang digunakan untuk mengukur seberapa baik men gemban gkan p roses manajemen sehubungan dengan p engendalian internal. Model kematangan memun gk inkan suatu organisasi untuk kelas itu sendiri dar i tidak ada (0) untuk dioptimalkan (5). Sebuah fitur mendasar dari model kematangan y an g memungkinkan organisasi untuk men gukur apa adany a tingk at kematan gan, d an m endefin isikan tingkat kematangan to-be serta untuk m en gisi kesenjangan. Akibatnya, organisasi dap at menemukan perbaikan praktis untuk sistem p engendalian internal TI. Namun, tingkat kematangan
bukan lah
tujuan, melainkan
adalah suatu alat
untuk
men gevaluasi kecukup an pengendalian internal sehubun gan den gan tujuan bisnis perusahaan. Untuk mengatur kuesioner, deskripsi tingkat kematan gan dari COBIT Maturity Model perlu dip elajari. Disimp ulkan bahwa deskripsi dari tingkat kematan gan bisa dilih at sebagai set p erny ataan "atom". Setiap p enjelasan tingkat
39
kedewasaan m erup akan p erny ataan y ang dap at benar atau salah, atau baik sebagian benar atau sebagian salah. Pemeriksaan mengakib atkan realisasi bahwa nilai kep atuhan dap at dihitung untuk tingkat kematan gan den gan mengu mp ulkan dan kemudian men ggabun gkan nilai kepatuhan untuk setiap pernyataan. Kuesioner ini d imaksudkan untuk menan gk ap kep atuhan organisasi TI y ang dip eriksa untuk beragam skenario yang m en ggambarkan tin gkat kematangan masin gmasing. Berdasark an hasil kuesioner, algoritma men ghitun g "kepatuhan" vektor y ang men ggamb arkan
kep atuhan
organisasi
untuk
setiap
skenario.
Kemudian,
men ggunakan vektor untuk menghitun g tingkat kematangan sebagai rata-rata tertimbang kep atuhan organisasi sehubun gan den gan masin g-masin g sken ario. Ketika kuesioner selesai, masing- masin g tingk at kematan gan akan memiliki satu set perny ataan, masin g- masin g d en gan n ilai kep atuhan sendiri 0, 0,33, 0,66 atau 1. Karena kriteria konstruksi, kuesioner benar-benar sejajar den gan model kematan gan dan cukup rinci sehubungan dengan p ersyaratan kematangan. Hal ini telah terbukti berguna untuk mendukung d iskusi selanjutnya yang bertujuan untuk men gidentifik asi p oin-poin p enting y ang memungkink an atau mencegah organisasi untuk mencap ai tingkat kematan gan tertentu. Pengalaman juga menun jukkan bahwa untuk mengeksploitasi manfaat dari p aradigma tingk at kematangan, tamp aknya bergun a untuk memun gkink an p erusahaan untuk kelas d iriny a dalam seran gkaian penuh dari 0 hingga 5 daripada harus memilih p osisi dalam kisi-kisi kasar (0, 1, 2 , ... 5). Pekerjaan leb ih lanjut harus dilakukan untuk mer akit sebuah p endekatan tambahan yang tegas untuk pengukuran tingkat kematangan, sep erti y ang dip ersy aratkan oleh COBIT Maturity M odel. Namun, untuk tujuan perbandin gan,
40
metode yang disajikan di sini terbukti menjadi efisien, memberikan h asil yang kuat dan memfasilitasi diskusi berikutny a p ada p enggunaan COBIT M aturity Model sebagai alat manajemen y ang efektif.
2.1.9
Rich Picture Menurut M athiassen di Henny Hendarti (2008, p 65), Rich pictu re adalah
suatu gambar informal y ang memp resentasikan situasi tamp ilan user dari suatu sistem.
2.1.10 Identifikasi Event Menurut Frederick L. Jones dan Rama Dasar atha V. (2005, p24), terdapat beberap a p edoman dalam men gidentifik asi event. Pedoman-p edoman tersebut diantarany a: 1. Kenali event pertama dalam proses y ang timbul ketika seseorang atau dep artemen dalam or ganisasi bertanggun g jawab terhadap sebuah aktivitas. 2. Acuhkan aktivitas y ang tidak dibutuhkan p artisipasiny a oleh seorang agen internal. 3. Kenali sebu ah event b aru ketika tanggun g jawab diberik an dar i satu agen internal ke agen yang lain. 4. Kenali sebuah event baru ketika suatu p roses telah diganggu dan dilanjutkan ke dep annya oleh agen internal yang sama. Setelah gan gguan, seseorang di luar organisasi atau p roses dapat mengulan g proses. Secar a alternatif, p roses dapat berlanjut p ada jadwal y an g sama. 5. Menggunak an nam a even t dan deskripsi yang meref leksikan sifat yang luas dari event.
41
Berikut ini adalah tabel y ang digunak an untuk mengidentifik asi event: Ta bel 2.1 Identifikasi Event Interna l Agen t Activities in Event
Assuming
Starts When the Event
Responb ility
Sumber : Jones dan Rama (2005) Dari defin isi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa even t m erup akan tabel yang mencatat semua aktivitas dalam proses bisnis.
2.1.11 Workflo w Tabel Menurut Frederick L. Jones dan R ama Dasar atha V. di Henny Hendarti (2008, p65),
Wo rkflow
tabel
ad alah
sebuah
tabel
dengan
dua
kolom
y ang
men gidentifik asikan semua aktor dan aktifitas y ang dilakukan di dalam sebuah proses.
2.1.12 Activity Dia gram 2.1.12.1 Pengertian Activity Dia gram M enurut Frederick L. Jones dan Rama Dasaratha V. (2005, p 68), “Activity Diagram is a diag ram that sho ws the sequ ence of activities in process. ” Hal ini berarti Activity Diagram merup akan sebuah diagram y ang menampilkan urutan aktivitas dalam proses. 2.1.12.2 Klasifikasi Activity Dia gram
42
M enurut Frederick L. Jones dan Rama Dasaratha V. (2005, p80), Activity Diagram dibagi atas dua jenis, yakni Overview Activity Diag ram dan Detailed Activity Diagram. 1. Overview Activity Diagram Menurut Frederick L. Jones dan Rama Dasaratha V. (2005, p 79), “The overview diagram presents a high-level view of the business pro cess b y docum enting the key even ts, the sequen ces of th ese events, and th e information flows am ong these events. ” Hal ini berarti overview diagram menyajikan suatu p andangan tingkat tinggi d ari proses bisnis dengan mendokumentasikan kejad ian-kejadian p enting, urutan kejadian-k ejad ian, dan alir an informasi antar kejadian. Lan gkah – lan gkah membuat Overview Activity Diag ram: a. Membaca uraian n arasi dan mengidentifikasikan kejadian p enting. b. Membubuhi keterangan p ada narasi agar lebih jelas menunjukkan batasan kejadian dan nama-nama kejadian. c. Menunjukkan agen internal y an g bertan ggung jawab y ang terlibat didalam proses bisnis dengan men ggunak an swim lane. d. Membuat diagram untuk masing- masing kejadian. e. Menggambar dokumen y ang dibuat dan digunakan di dalam proses bisnis. Tunjukkan arus informasi dar i kejadian k e dokumen, dan sebalikny a. f. Menggambar tabel (file) y ang d ibuat dan d igunakan di dalam proses bisnis. Tunjukkan arus informasi dar i kejadian k e tabel dan seb aliknya. 2. Deta iled Activity Diag ram Menurut Frederick L. Jones dan Rama Dasaratha V. (2005, p 80), “The Detailed Diagram is similar to a map of a city or to wn. It provides a more detailed rep resenta tion of the activities associa ted with one o r two events sho wn on
43
overview diag ram .” Hal ini berarti Detailed Activity Diag ram sama dengan p eta dari sebuah kota. Diagr am in i menyediak an suatu p eny ajian yang lebih detail d ari aktivitas y ang berhubungan dengan satu atau dua kejadian y an g ditunjukkan p ada overview a ctivity diag ram . Lan gkah-langkah untuk membuat Detailed Activity Diag ram: a. Tambah p enjelasan nar atif untuk menunjukkan aktivitas. b. Buatlah tabel arus kerja. c. Identifikasikan diagram terperinci yan g diperlukan. d. Untuk setiap detailed activity diag ram , lakukan b eberap a langkah pendahuluan sebagai b erikut: 1. Buatlah swimlane untuk agen- agen y ang terlibat p ada satu atau beberapa kejadian y ang ditunjukkan pada detailed diagram. 2. Tambahkan segi emp at p anjang untuk setiap aktivitas di dalam k ejad ian yang didokumentasikan p ada detailed diagram tersebut. 3. Gunakan segi emp at panjang untuk setiap aktivitas di dalam kejad ian yang di dokumentasikan p ada detailed activity diag ram . 4. Atur dokumen y ang dibuat atau d igunakan oleh aktivitas-aktivitas di dalam d iagram itu. 5. Gunakan garis putus-p utus untuk menghubun gkan aktivitas dan dokum en. 6. Dokumentasikan setiap tabel yang dibu at, di modifikasi, atau digunakan oleh aktivitas dalam diagr am y ang ada dalam ko lom komputer. 7. Gunakan garis putus-p utus untuk menghubun gkan aktivitas dan tabel. 2.1.12.3 Simbol Activity Dia gram M enurut Frederick L. Jones dan Rama Dasaratha V. (2005, p88), Simbolsimbol pada Activity Diag ram adalah sebagai berikut:
44
1. Lin gkaran p enuh, memulai p roses dalam suatu diagram aktivitas. 2. Segi empat panjang, kejadian, aktivitas, atau pemicu. 3. Garis tidak terp utus digunakan untuk menunjukk an urutan dari satu kejadian atau aktivitas ke yang berikutny a. 4. Garis p utus-p utus dengan panah digunakan untuk menunjukk an aliran infor masi antar kejadian. 5. Dokumen digunakan untuk menun jukkan dokum en sumber atau lap oran. 6. Berlian digunakan untuk menunjukkan sebuah caban g. 7. Tabel digunakan untuk menunjukkan suatu file ko mp uter dari mana data bisa dibaca atau direkam selama kejadian bisnis. 8. Catatan digunakan untuk memb erikan acuan b agi pembaca p ada diagr am atau dokumen lain untuk p erinciannya. 9. Simbo l mata banteng menunjukkan akhir dar i p roses.
2.1.13 To pologi 2.1.13.1 Pengertian Topologi M enurut Jonathan Lukas (2006, p144), Top ologi saluran adalah: 1. Pengaturan peletakan node dalam jar ingan dan cara aksesny a (interconnection). 2. Pengaturan ini berhubungan erat den gan media p en girim yang digun akan. 2.1.13.2 Jenis To pologi M enurut Jonathan Lukas (2006, p144), Jenis – jenis topologi ada 4: 1. Star Dalam top ologi Star, sebuah terminal pusat bertindak sebagai pengatur dan pengendali semua komunik asi data yang terjadi. Terminal-termin al lain terhubung padany a dan p engiriman data dari satu terminal ke termin al lainnya
45
melalui terminal pusat. Terminal p usat akan meny ediakan jalur komunikasi Khusus pada dua terminal yang akan berkomunikasi. Keuntungan: a. Keterandalan terbesar di antara topologi y ang lain. b. Mudah dikembangkan. c. Keamanan data tinggi. d. Kemudahan akses ke jarin gan LAN lain. Kerugian: a. Lalu lintas yang p adat dap at meny ebabkan jarin gan lamb at. b. Jaringan tergantung pada terminal p usat (dapat berup a komputer PC, miniframe atau m ainframe), y ang merup akan bagian p alin g bertan ggung jawab terhadap pengaturan arah semua informasi k e terminal y ang dikehendak i. 2. Ring LAN dengan top ologi ini mir ip dengan top ologi titik ke titik tetapi semua terminal salin g dihubungkan sehingga menyerupai lin gkaran. Setiap informasi yang diperoleh, dip eriksa alamatnya oleh termin al y ang d ilewatiny a. Jika bukan untukny a, informasi d iputar lagi sampai menemukan alamat y an g ben ar. Setiap terminal d alam LAN salin g ber gantungan, sehin gga jika terjadi k erusakan p ada satu terminal, seluruh LAN akan ter ganggu. Keuntungan: a. Laju data tinggi. b. Dap at melayani lalu lintas data y ang p adat. c. Tidak diperlukan host, relatif lebih murah. d. Dap at melayani berbagai jenis mesin pen girim.
46
e. Komunikasi antar terminal mudah. f. Waktu yang dip erlukan untuk men gakses data op timal. Kerugian: a. Penambahan atau p engurangan terminal san gat sukar. b. Kerusakan pada media pen girim dap at mengh entikan kerja seluruh jarin gan. c. Harus
ada
kemamp uan
untuk
mendeteksi
kesalahan
dan
metode
pengisolasian k esalah an. d. Kerusakan pada salah satu terminal m en gakib atkan kelump uhan jar ingan. e. Tidak kondusif untuk p engiriman suara, v ideo, dan d ata. 3. Bus Pada topologi Bu s, semua terminal terhubung ke jalur komunik asi. Informasi yang hendak dikirimk an m elewati semua terminal p ada jalur tersebut. Jika alamat terminal sesuai d engan alamat p ada informasi y ang dikir im, m aka informasi tersebut akan diterima dan dip roses. Jika tidak, infor masi tersebut akan diabaikan terminal y ang d ilewatiny a. Keuntungan: a. Kemampuan p engemb angan tinggi. b. Jarak LAN tidak terbatas. c. Keterandalan jarin gan tin ggi. d. Kecep atan pengiriman tin ggi. e. Jumlah terminal dapat ditambah atau dikur angi tanpa mengganggu operasi yang telah berjalan. f. Tidak diperlukan p engendali p usat. g. Kondusif untuk konfigurasi jar in gan p ada gedun g bertin gkat. Kerugian:
47
a. Jika tingkat lalu lintas terlalu tinggi d apat terjadi kongesti (kem acetan). b. Dip erlukan repea ter untuk menguatkan siny al p ada pemasangan jarak jauh. c. Op erasional jaringan LAN tergantung pada setiap terminal. 4. Mesh Mesh adalah jen is topologi yang merup akan camp uran dari berbagai jenis top ologi-topologi yang ada (disesuaikan dengan kebutuhan). Digunakan p ada network/jaringan y ang tidak memiliki terlalu banyak node di dalamnya. Ini disebabkan karena setiap station dihubungkan den gan station y ang lain. Pendekatan dengan men ggun akan jarin gan in i dibutuhkan bagi sistem y ang membutuhkan koneksitas yang tinggi. Jarin gan in i mengh asilkan resp on waktu yang sangat cep at. Station-station tidak membutuhkan proto col tambahan, kar ena tidak ada fungsi switchingny a. Bagaim anapun, netwo rk den gan jar ingan mesh cukup mahal, kar ena d en gan setiap kali penambahan suatu station, line komunik asiny a harus menjangkau setiap station y an g ada d alam jarin gan tersebut. Karena alas an in ilah, jarin gan mesh jaran g digunakan.
2.2
Teo ri Khusus
2.2.1
Rekam Medis (RM)
2.2.1.1 Pengertian Rekam Medis (RM) Menurut Jusuf Hanafiah dan Amri Amir (2009, p65), secara sederhana dapat dikatakan bahwa RM adalah ku mpulan keteran gan tentang identitas, hasil amnesis, pemeriksaan, dan catatan segala kegiatan p ara pelayan kesehatan atas p asien dari waktu ke waktu. Catatan ini berup a tulisan ataup un gambar, dan belakangan ini dapat pula berup a rekaman elektronik, sep erti com puter, m icrofilm , dan rekaman suara.
48
Dalam Per menkes No. 749 a/M enkes/Per.XII/1989 tentang RM , disebut pengertian RM adalah berkas y ang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, p engob atan, tindakan, dan pelay anan lain kepada p asien p ada sarana p elayanan kesehatan. 2.2.1.2 Isi Rekam Medis (RM) Menurut Jusuf Hanafiah dan Amri Amir (2009, p66), di rumah sakit didapat dua jenis RM, yaitu: 1. RM untuk p asien rawat jalan 2. RM untuk p asien rawat inap Untuk pasien rawat jalan, termasuk p asien gawat darurat, RM memiliki informasi p asien, antara lain: 1. Identitas dan formulir perizinan (lemb ar hak kuasa). 2. Riway at p eny akit (amnesis) tentang: a. Keluhan utama b. Riway at sekarang c. Riway at p eny akit y ang pernah diderita d. Riway at keluarga tentang penyakit y ang mun gkin diturunkan 3. Lap oran p emeriksaan fisik, termasuk p emeriksaan labor atorium, foto rontgen, scanning, MRI, dan lain- lain. 4. Diagnosis dan /atau diagnosis band in g. 5. Instruksi diagnostik dan terap eutik dengan tanda tangan p ejab at kesehatan y ang berwenang. Untuk p asien rawat inap, memuat infor masi yan g sama den gan yang terdapat dalam r awat jalan, den gan tambah an: 1. Persetujuan tindakan medik
49
2. Catatan konsultasi 3. Catatan perawat dan tenaga k esehatan lainny a 4. Catatan observasi klinik dan h asil pengob atan 5. Resume akhir d an evaluasi pengob atan 2.2.1.3 Resum e Akhir Menurut Jusuf Hanafiah dan Amri Amir (2009, p 66), Dari beber apa kewajiban dokter atas RM pada p asien rawat inap , ada satu hal y ang p erlu dip erhatikan khusus, yaitu pembuatan resume akhir atau evaluasi p engobatan. Resume ini dibuat segera setelah p asien dipulan gkan. Isi resume harus sin gkat, m enjelaskan informasi p enting tentang p eny akit, pemeriksaan y ang dilakukan d an p engobatannya. Isinya antara lain menjelaskan: 1. Mengap a p asien masuk rumah sakit (amnesis). 2. Hasil p enting p emeriksaan fisik d iagnostik, laboratorium, ront gen, dan lain- lain. 3. Pengobatan dan tindak an operasi yang dilaksanakan. 4. Keadaan p asien waktu keluar (p erlu berob at jalan, mamp u untuk bekerja, dan lain-lain). 5. Anjuran p engobatan dan p erawatan (nama obat dan dosisnya, tindakan pengobatan lain, d irujuk ke mana, perjan jian untuk datin g lagi, dan lain-lain). Tujuan pembuatan resume ini ad alah : 1. Untuk menjamin kontinuitas pelayanan medik den gan kualitas yang tinggi serta bahan y ang berguna bagi dokter p ada waktu menerima pasien untuk dirawat kembali. 2. Bahan p enilaian staf medik rumah sakit.
50
3. Untuk memenuhi p ermintaan dari badan-badan resmi atau perseorangan tentang perawatan seorang pasien. M isalny a dari perusahaan Asuransi (setelah persetujuan Direktur). 4. Sebagai bahan informasi bagi dokter yang bertugas, dokter y ang men girim dan dokter konsultan. Untuk p asien y ang meninggal dibu at laporan sebab kematian. 2.2.1.4 Kegunaan Rekam Medis (RM) Bila ditelusuri lebih jauh, RM memp uny ai aspek hukum kedisp linan dan etik petugas kesehatan, kerahasiaan, keuangan, mutu serta manajemen rumah sakit dan audit medik. Secara umum, kegun aan RM adalah (Jusuf Hanafiah d an Amri Amir, 2009, p67): 1. Sebagai alat komunikasi antara dokter dan tenaga kesehatan lainnya yang ikut ambil bagian dalam member i p elay anan, pengobatan dan p erawatan pasien. Dengan membaca RM , dokter atau tenaga keseh atan lainny a y ang terlibat dalam merawat p asien (misalny a, p ada pasien rawat bersam a atau dalam konsultasi) dap at mengetahui penyakit, p erkembangan p eny akit, terap i y ang dib erikan, dan lain-lain tanp a harus berjumpa satu sama lain. Ini tentu merupakan sarana komunikasi yang efisien. 2. Sebagai dasar untuk perencanaan p engobatan/p erawatan yang harus diberikan kep ada pasien. Segala instruksi kep ada perawat atau komunikasi sesama dokter ditulis agar rencana p engobatan dan p erawatan dap at dilaksanakan. 3. Sebagai bukti tertulis atas segala p elay anan, p erkembangan penyakit dan pengobatan selama p asien berkunjun g/d irawat di ru mah sakit. Bila suatu waktu dip erlukan bukti bahwa pasien p ernah dirawat atau jenis p elay anan y ang
51
diberikan serta perkemban gan penyakit selama dirawat, tentu data dari RM dapat men gun gkapkan dengan jelas. 4. Sebagai dasar analisis, studi, evaluasi terhadap mutu p elay anan y ang diberikan kep ada pasien. Baik burukny a p elay anan y ang diberik an tercermin dari catatan yang ditulis atau data y ang didapati dalam RM. Hal ini tentu dap at dip akai sebagai bah an studi ataup un evaluasi dari pelayanan yang diberikan. 5. Melindungi kepentingan hukum bagi p asien, rumah sakit maup un dokter dan tenaga k esehatan lainnya. Bila timbu l permasalahan (tuntutan) dari pasien kep ada dokter maupun rumah sakit, data dan keteran gan y an g diambil d ari RM tentu dap at diterima semua pihak. Di sinilah akan terun gkap aspek hukum dari RM tersebut. Bila catatan dan data terisi len gkap, RM akan menolong semua y ang terlibat. Seb alikny a, bila catatan y ang ada hany a sekedarny a saja, apalagi kosong pasti akan merugikan dokter dan rumah sakit. Penjelasan yang bagaim anap un baikny a tanpa bukti tertulis, p asti sulit dip ercay a. 6. Menyediakan data-data khusus y ang san gat ber gun a untuk keperluan penelitian dan pendidikan. Setiap p enelitian yang melibatkan data klinik p asien hany a dapat dip ergunakan b ila telah direncan akan terleb ih dahulu. Oleh kar ena itu, RM di rumah sakit p endidikan b iasany a tersusun lebih rinci karena ser ing digunakan untuk bahan p enelitian. 7. Sebagai dasar d i dalam p erhitungan biay a p embay aran pelayanan medik p asien. Bila pasien mau d ipulangk an, bagian admin istrasi keuangan cukup melihat RM, dan segala b iay a y ang harus dibay ar p asien/kelu arga dap at ditentukan. 8. Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan, serta sebagai bahan pertanggun gjawaban dan lap oran. Data dan informasi y ang didapat dari RM sebagai bahan doku mentasi, bila d ip erlukan dap at digunakan sebagai dasar untuk
52
pertanggun gjawaban atau laporan kepada p ihak y ang memerlukan masa mendatang. Untuk memudahkan mengin gat begitu banyak kegunaan (value) dar i RM, kalangan RM memendek annya dalam mneu monik CI.ALFREDS yang berarti mempuny ai nilai: Comm unication, Info rmation, Adm inistration, Legal, Finansial, Research, Education, Documentation dan Statistic. 2.2.1.5 Persetujuan Tindakan Medik Menurut Abdul Bari Saifuddin (2006, p45), Persetujuan tindakan medik (inform ed consent) adalah ad any a p ersetujuan dari pasien mengen ai tindakan medik yang akan dilakukan terhadap diriny a. Persetujuan diberikan setelah p asien tersebut diberikan p enjelasan y ang lengkap dan ob jektif tentang diagnosa p eny akit, up aya penyembuhan, tujuan dan pilihan tindakan y ang akan d ilakukan. Beberap a unsur p okok y ang harus diperhatikan di dalam proses pembuatan persetujuan, melip uti: 1. Pihak y ang meny amp aikan p enjelasan, diman a p ihak tersebut melip uti klinisi atau dokter yang akan melakukan tindak an. 2. Penjelasan yan g harus disamp aikan Penjelasan yan g diber ikan harus berk isar pada lima p okok y aitu: a. Penjelasan tentan g tujuan tindakan m edik y ang dilakukan (purpose of medical procedures). b. Penjelasan tentan g tata cara tindakan yang dilakukan ( contem plated m edical procedu res). c. Penjelasan tentang risiko yan g mun gkin atau akan dihad api (risk inherent such m edical p rocedu res).
53
d. Penjelasan tentan g tindakan medik alternatif dan r isiko serta masing- masing tindakan (alternative m edical procedures and risk). e. Penjelasan tentan g tindakan progrosis apabila tindakan tersebut dilakukan atau tidak dilakukan (p rogno sis with and without medical p rocedures). Prinsip Dasar Persetujuan tindakan medik : 1. Prinsip bahwa masalah kesehatan seseorang (p asien) adalah tanggung jawab pasien tersebut. 2. Prinsip bahwa tindakan medik (sebagai upay a terap i) merupakan upay a y ang tidak wajib diterim a seseoran g atau p asien y ang bersangkutan. 3. Prinsip bahwa hasil dari tindakan kedokteran akan lebih berday a guna dan berhasil guna apabila terjalin ker jasam a y ang baik antara dosen dan pasien. 2.2.1.6 Lampiran Rekam Medis (RM) Perny ataan IDI Tentang Rekam Medis/Kesehatan (Medical Record) (Lampiran SK PB IDI No. 315/PB/A.4/88) 1. Rekam medis kesehatan adalah rek am dalam bentuk tulisan atau gambaran aktivitas p elay anan y ang diberikan oleh p emberi p elay anan medis/kesehatan kep ada seorang pasien. 2. Rekam medis/kesehatan melip uti: identitas lengk ap pasien, catatan tentang penyakit (diagnosis, terap i, p engamatan perjalan an penyakit), catatan dari p ihak ketiga, hasil p emeriksaan labor atorium, foto rontgen, pemeriksaan USG, dan lain-lain serta resume. 3. Rekam medis/kesehatan harus d ibuat segera d an dilen gkapi seluruhnya paling lambat 48 jam setelah pasien p ulang atau menin ggal. 4. Perintah dokter melalui telep on untuk suatu tindakan medis, harus diterima o leh perawat senior. Perawat senior y ang bersangkutan harus membaca ulang
54
catatannya
tentang
perintah
tersebut
dan
dokter
yang
bersan gkutan
menden gark an pembacaan ulang itu dengan seksama serta mengoreksi b ila ada kesalahan. Dalam waktu paling lambat 24 jam, dokter y ang member i p erintah harus menandatan gan i catatan tersebut. 5. Perubahan terhadap rekam medis/kesehatan harus dilakukan d alam lembar khusus yang harus dijadikan satu den gan dokumen untuk rekam medis/kesehatan lainnya. 6. Rekam medis/kesehatan harus ada untuk mempertahankan kualitas pelayanan professional y ang tinggi, untuk melen gk api kebutuhan informasi locum tennens, untuk kep entingan dokter pengganti yang men eruskan perawatan pasien, untuk referensi masa dep an, serta dip erlukan karena adany a hak untuk melihat dari pasien. 7. Berdasarkan butir 6 di atas, rekam med is/kesehatan wajib ada d i rumah sakit, Puskesmas atau balai kesehatan dan p raktik dokter pribadi atau praktik berkelomp ok. 8. Berkas rekam medis/keseh atan adalah milik rumah sakit, fasilitas kesehatan lain atau dokter p raktik p ribadi/kelompok. Oleh karena itu, rekam medis/kesehatan hanya boleh disimpan di rumah sak it, fasilitas kesehatan lainny a dan dokter praktik pribadi/kelomp ok. 9. Pasien adalah p emilik kandun gan isi rek am medis/keseh atan y ang bersangkutan, maka d alam hal p asien tersebut mengin ginkannya dokter yang merawat harus men gutarakannya baik secara lisan maup un tertulis. 10. Pemap aran isi kandun gan rekam medis/kesehatan hany a boleh dilakukan oleh dokter y ang bertan ggung jawab d alam p erawatan p asien yang bersangkutan. Dan hal ini hanya boleh dilakukan untuk (1) p asien y ang bersan gkutan, (2) atau
55
kep ada konsumen, atau (3) untuk kepentingan pengadilan. Untuk rumah sakit permintaan pemap aran ini untuk kep entingan p engadilan harus ditujukan kep ada kep ala rumah sakit. 11. Lama p eny imp anan berkas rekam medis/k esehatan adalah lima tahun dari tanggal terakhir p asien berobat atau dirawat, dan selama lima tahun itu p asien y ang bersangkutan tidak berkunjun g lagi untuk berobat. Lama penyimpanan berkas rekam medis/k esehatan y ang b erkaitan d engan hal-hal y ang bersifat khusus dapat ditetap kan lain. 12. Setelah batas waktu tersebut p ada butir 11 dilamp aui, berkas rekam medis/keseh atan dapat dimusnahkan. 13. Rekam med is/kesehatan adalah berk as y ang perlu dirahasiakan. Oleh karena itu, sifat kerahasiaan ini p erlu selalu dijaga oleh setiap petugas yang ikut menangani rekam medis/keseh atan.
2.2.2
Rumah Sakit
2.2.2.1 Pengertian Rumah Sakit Menurut Azrul Azwar (2010, p88), Rumah Sakit adalah suatu organ isasi y ang melalui tenaga medis profesional y ang terorganisasi serta sarana kedokteran y ang permanen menyelen ggarakan p elay anan kedokteran, asuhan kep erawatan y ang berkesinambun gan, diagnosis serta p engobatan p eny akit yang dider ita oleh pasien. Menurut Jusuf Hanafiah dan Amri Amir (2009, p 66), Rumah Sakit adalah tempat berkumpul sebagian besar tenaga keseh atan dalam menjalankan p rofesinya, sep erti dokter, dokter gigi, ap oteker, p erawat, bidan, nutrisionis, fisioterap is, dan ahli rekam medik. 2.2.2.2 Jenis Rum ah Sakit
56
Menurut Azrul Azwar (2010, p 93), Rumah Sakit dap at dibedakan menjadi beberap a jenis yaitu: 1. Menurut p emilik Menurut p emiliknya, Rumah Sakit dap at dibedakan atas dua macam yakni Rumah Sakit Pemerintah (Government hosp ital) dan Rumah Sakit Swasta (private hospital). 2. Menurut filosofi y ang dianut Menurut filosofi y ang dianut, Rumah Sakit dap at dibedakan menjadi du a, y aitu Rumah Sak it y ang tidak mencari keuntungan (non-p rofit) dan Rumah Sakit y ang mencar i keuntungan (p rofit hosp ital). 3. Menurut jenis p elayanan y ang diselen ggar akan Menurut jenis pelayanan kesehatan yang d iselenggarakan, Rumah Sakit dapat dibedakan men jadi dua macam, y aitu Rumah Sakit Umum ( gen eral hospital) jika semua jen is p elay anan kesehatan diselenggar akan serta Rumah Sak it Khusus (sp ecialty hosp ital). 4. Menurut lokasi Rumah Sakit Menurut lokasi Rumah Sakit, Rumah Sakit dap at dibedakan atas beber apa macam yang semuany a tergantung dari pembagian sistem p emerintahan y ang dianut.