BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Business Start-Up Planning Menurut Scott Daugherty (2014:1) sebagai executive director SBDTC (Small Business and Technology Development Center) didalam membuat bisnis start-up ada beberapa hal yang harus direncanakan, yaitu sebagai berikut :
Gambar 2.1 Business Start-Up Planning Sumber: Small Business and Technology Development Center. (2014). Business Start-Up & Resource Guide.
9
10 Berikut penjelasan dari masing – masing aspek didalam merencanakan business start-up : - Asses yourself as a potential business owner Adakalanya didalam mengelola bisnis menjadi sulit, itu dapat dikarenakan kurangnya kepemilikan bisnis, pengalaman atau keterampilan menejemen. Selfevaluation yang jujur akan memampukan untuk menilai karakter personal masing – masing dan menentukan kesediaan didalam memenuhi tuntutan bisnisnya. - Determine Concept Feasibility Berupa pengumpulan informasi guna mengetahui peluang dari ide bisnis, baik dengan cara melakukan riset maupun analisis yang bertujuan membantu didalam mengevaluasi konsep dari ide bisnis tersebut. - Examine Critical Issues & Make Important Decision Melakukan explore didalam memulai bisnis, dan akan menghadapi berbagai keputusan – keputusan yang harus dibuat serta masalah – masalah didalam meminimalkan resiko dan meningkatkan kesuksesan. - Legal Consideration & Requirement Bertanggung jawab untuk memastikan bisnis yang dijalankan sesuai dengan persyaratan peraturan negara bagian, pendaftaran, ijin, lisensi, dan tanggung jawab karyawan. 3 hukum yang perlu untuk dipertimbangkan
yaitu
persyaratan kebutuhan, struktur bisnis secara hukum, dan tanggung jawab karyawan. - Develop Business Plan Business plan yang efektif akan memberikan tujuan – tujuan yang berguna seperti : Membantu untuk lebih fokus terhadap ide bisnis Membuat track untuk diikuti didalam tahap pertumbuhan bisnis Membuat benchmarks yang mana sebagai ukuran progress bisnis Memberikan dokumen yang digunakan untuk ekuitas dan pembiayaan - Arrange Your Business Financing
11 Kunci utama didalam keberhasilan startup dan ekspansi bisnis yaitu kemampuan untuk memanfaatkan apa yang ada didalam perusahaan, baik mengelola modal maupun biaya – biaya yang diperlukan.
2.2 Red Ocean & Blue Ocean Menurut Chan Kim W. dan Renee Mauborgne (2005:5) terdapat dua space, yaitu Red Ocean dan Blue Ocean. Red Ocean merepresentasikan perusahaan atau industri yang ada saat ini., dimana lingkup industrinya dijelaskan dan diterima serta aturan kompetitifnya diketahui dengan baik. Disini perusahaan mencoba untuk mengungguli kompetitornya dengan maksud untuk mengambil bagiannya yang lebih besar dari permintaan yang ada. Blue ocean menunjukan industri yang tidak ada disaat ini atau ruang pasar yang tidak diketahui, dimana mendefinisikan ruang pasar yang masih belum dimanfaatkan, menciptakan permintaan dan kesempatan untuk pertumbuhan yang cepat serta adanya keuntungan yang besar. Berikut perbandingan strategi antara red ocean dan blue ocean :
Gambar 2.2 Red Ocean Versus Blue Ocean Sumber: Chan Kim,W, Renee Mauborgne. (2005). Blue Ocean Strategy. Boston Massachusetts: Harvard Business School.
12 Didalam membuat blue ocean, ada dua cara yang dapat digunakan, yang pertama perusahaan benar – benar membuat industri baru dan yang kedua yaitu blue ocean ini dibuat didalam red ocean. Analisa yang tepat dalam membuat blue ocean yaitu dengan strategic move, yang mana berupa sekumpulan tindakan menejerial dan keputusan – keputusan yang terlibat didalam membuat penawaran bisnis pasar.
2.2.1 Value Innovation Menurut Chan Kim W. dan Renee Mauborgne (2005:12) value innovation dibuat oleh perusahaan dengan melakukan struktur biaya (cost saving) dan proprosi nilai kepada pembeli (buyer value) yang mana tidak hanya inovasi akan tetapi lebih dalam mengenai strateginya. Cost saving akan membantu perusahaan didalam mengeliminasi dan mengurangi faktor kompetisi didalam industri yang akan berkaitan terhadap penggunaan biaya. Sedangkan buyer value akan meningkatkan dan menciptakan elemen industri yang belum pernah di tawarkan kepada pembeli. Berikut landasan didalam membuat value innovation :
Gambar 2.3 The Cornerstone of Blue Ocean Strategy Sumber: Chan Kim,W, Renee Mauborgne. (2005). Blue Ocean Strategy. Boston Massachusetts: Harvard Business School.
13
Didalam pembuatan blue ocean akan menekan biaya sekaligus meningkatkan nilai bagi pembeli. Yang mana nilai pembeli datang dari utilitas dan harga yang ditawarkan perusahaan untuk pembeli dan nilai tersebut muncul dari struktur harga dan biaya. Sehingga untuk mencapai value innovation ini, perusahaan harus menyelaraskan antara aktifitas utilitas, harga, dan biaya. Tidak hanya itu, strategi blue ocean akan menghubungkan fungsional dan aktifitas operasional yang ada diperusahaan.
2.3 Analytical Tools and Framework Menurut Chan Kim W. dan Renee Mauborgne (2005:23) terdapat alat dan kerangka yang memampukan perusahaan untuk mengembangkan formulasi dan pengeksekusian dari strategi blue ocean terutama jika ingin bermain didalam area red ocean. 2.3.1 Strategy Canvas Strategy canvas yaitu kerangka analitik yang merupakan pusat untuk value innovation dan membuat strategi blue ocean (Chan Kim W. dan Renee Mauborgne, 2005:25). Dengan alat ini akan membantu kita untuk dapat mengidentifikasi current state dari permainan dan memampukan didalam memahami arah persaingan dalam infustri, faktor yang serang dipersaingkan baik produk, layanan, maupun apa yang diterima pelanggan dari penawaran kompetitif yang ada dipasar. Terdapat beberapa notasi didalam strategy canvas ini yaitu : -
Garis horizontal menggambarkan range dari faktor kompetisi industri yang diinvestasikan
-
Garis vertikal menggambarkan tingkat penawaran yang pembeli terima sepanjang faktor kompetisi
-
Value curve merupakan komponen dasar dari strategy canvas, yang merupakan gambaran grafis dari kinerja difaktor kompetisi industrinya
14 Berikut contoh strategy canvas dari kasusU.S. Wine Industry in the Late 1990s:
Gambar 2.4 The Strategy Canvas of the U.S. Wine Industry in the Late 1990s Sumber: Chan Kim,W, Renee Mauborgne. (2005). Blue Ocean Strategy. Boston Massachusetts: Harvard Business School.
2.3.2 Four Action Framework Four action framework digunakan untuk merekonstruksi setiap elemen didalam menyusun kurva nilai yang baru, yang memisahkan trade-off antara differentiation dan low cost (Chan Kim W. dan Renee Mauborgne, 2005:29). Terdapat empat elemen yang merujuk didalam membuat nilai kurva yang baru yaitu sebagari berikut : - Eliminate Mempertimbangkan faktor apa yang memungkinkan untuk di eliminasi guna meningkatkan persaingan - Reduce
15 Menentukan produk atau jasa apa yang memerlukan rancangan ulang didalam menyesuaikan dan memenangkan persaingan - Create Mendorong untuk menemukan dan mengeliminasi kompromi untuk meningkatkan kekuatan pelanggan - Raise Membantu didalam menemukan sumber nilai yang baru untuk pembeli dan membuat permintaan baru dan pembagian strategi harga
Gambar 2.5 The Four Action Framework Sumber: Chan Kim,W, Renee Mauborgne. (2005). Blue Ocean Strategy. Boston Massachusetts: Harvard Business School.
2.3.3 Eliminate-Reduce-Raise-Create Grid Alat yang ketiga ini merupakan kunci didalam pembuatan blue ocean, dimana sebagai analitik tambahan kedalam four action framework yang disebut dengan eliminat-reduce-raise-create grid (ERRC Grid) (Chan Kim
16 W. dan Renee Mauborgne, 2005:35). Yang mendorong perusahaan untuk bertindak atau melakukan ke-empat elemen didalam membuat nilai kurva yang baru. Dengan diarahkan agar perusahaan mengisi kedalam grid dengan tindakan eliminating dan reducing serta raising dan creating. Berikut kegunaan dari mengisi grid tersebut : -
Mendorong untuk differentiation dan low cost
-
Meningkatkan cost structure dan overengineering produk dan jasa
-
Memudahkan pemahaman menejer dan tingkatannya
-
Meningkatkan kekuatan dan semangat perusahaan didalm bersaing
Berikut contoh pengisian eliminate-reduce-raise-create grid :
Gambar 2.6 The ERRC Grid Example Sumber: Chan Kim,W, Renee Mauborgne. (2005). Blue Ocean Strategy. Boston Massachusetts: Harvard Business School.
2.4 Business Model Canvas Menurut Osterwalder
& Pigneur (2010:14)
business model
canvas
merupakan alat untuk mendeskripsikan bagaimana nilai sebuah organisasi
17 diciptakan, diteruskan, dan diterima oleh pihak-pihak luar perusahaan. Selain itu dapat memberikan gambaran detail tentang bagaimana sebuah perusahaan menciptakan sebuah value dan memastikan value tersebut dapat sampai ke customer. Business model canvas mempunyai 9 building blocks didalamnya, yang terdiri dari Value Proposition, Customer Segment, Customer Relationship, Channels, Key Resources, Key Activity, Key Partnership, Cost Structure, dan Revenue Stream. Dari business model canvas inilah perusahaan dapat mengetahui kebutuhan customer dan bagaimana perusahaan dapat menawarkan kebutuhan customer dan mendapat pemasukan yang lebih besar daripada pengeluaran, sehingga menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Setiap perusahaan menginkan keuntungan yang seoptimal dan semaksimum mungkin, oleh karena itu setiap perusahaan berlomba dalam membuat inovasi guna memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Menurut Osterwalder & Pigneur (2010:138), ide inovatif dapat dibedakan menjadi : a. Resource driven Inovasi ini didorong dari adanya perubahan business model atau resource yang ada, contoh : perubahan kontrak kerjasama perusahaan. b. Offer driven Inovasi ini diciptakan pada building block yang dinamakan value proposition, yang dimana nanti akan mempengaruhi building blocks yang lain. c. Customer driven Inovasi ini didorong karena
bertujuan untuk meningkatkan kenyamanan
pelayanan customer, yaitu inovasi yang berdasarkan kebutuhan dari customer. d. Finance driven Inovasi ini berfokus pada peningkatan revenue stream, atau pengurangan cost pada building blocks yang lain. e. Multiple Epicenter driven Inovasi ini disebabkan oleh banyak factor yang dimana nanti mendorong perubahan pada beberapa atau bahkan seluruh building block yang ada. Berikut Business Model Canvas menurut Osterwalder & Pigneur (2010:44) :
18
Gambar 2.7 The Business Model Canvas Sumber: Osterwalder,Alexander, Yves Pigneur. (2010). Business Model Generation. Amsterdam, The Netherlands: Modderman Drukwerk.
2.4.1 Value Proposition Menurut Osterwalder & Pigneur (2010:22) value propositions berbicara tentang value produk / jasa yang ditawarkan perusahaan kepada customer, yang menggambarkan poin apa saja yang membuat customer memilih perusahaan dibandingkan perusahaan lain. Hal-hal yang dapat mendukung terciptanya value proposition adalah : • Newness = Bersifat inovatif atau baru yang berarti unik • Performance = Meningkatkan performa / kinerja suatu produk / jasa • Customization = Produk / jasa yang ditawarkan dapat disesuaikan dengan keinginan customer • Getting the job done = Produk / jasa yang ditawarkan dapat membantu menyelesaikan pekerjaan customer • Design = Memiliki daya design yang baik, yang membuat customer merasa percaya dan tertarik.
19 • Brand / Status = Customer dapat menemukan value suatu produk dari merek terkenal • Price = Produk / jasa tersebut memiliki harga yang kompetitif dengan pesaing perusahaan, sehingga customer berusaha menentukan yang terbaik • Cost reduction = Value yang didapat dari biaya yang dibayarkan customer dapat dikurangi • Risk reduction = Resiko yang kemungkinan terjadi atas produk pelanggan tersebut sangat kecil, yang berarti akan ada fasilitas garansi yang diberikan perusahaan kepada customer • Accessibility = Produk yang ditawarkan mudah diakses / mudah digunakan semua orang • Convenient / Usability = Customer dapat merasa nyaman memakai produk / jasa yang ditawarkan perusahaan 2.4.2 Customer Segement Menurut Osterwalder & Pigneur (2010:20) customer adalah kunci utama perusahaan mendapat keuntungan, karena customer yang membeli produk / jasa yang ditawarkan perusahaan. Ada 2 segmen customer yaitu, segmen menengah atas dan segmen menengah bawah. Berikut tipe dari segmen customer : • Mass market = Tidak ada segmen pasar dalam bisnis yang ditawarkan perusahaan. • Niche market = Pada tipe ini, perusahaan menentukan target pasar tertentu • Segmented = Perusahaan membedakan kebutuhan dan masalah yang ada pada pelanggan • Diversified = Perusahaan melayani banyak kebutuhan customer yang berbeda yang saling bergantung satu sama lain. 2.4.3 Channels Menurut Osterwalder & Pigneur (2010:26) channel menggambarkan bagaimana perusahaan menjalin komunikasi dengan customer dan bagimana
20 cara menyampaikan value yang ditanamakan agar dapat diterima oleh customer. Berikut beberapa fungsi channel , antara lain : • Membantu customer mengevaluasi value yang ditawarkan perusahaan. • Memungkinkan customer membeli produk / jasa dengan lebih spesifik sesuai permintaan customer • Memberi value yang ditawarkan perusahaan kepada customer • Memberi pelayanan kepada customer setelah pembelian • Membantu meningkatkan kesadaran customer ketika membeli produk / jasa yang ditawarkan perusahaan 2.4.4 Revenue Streams Menurut Osterwalder & Pigneur (2010:30) Revenue streams berkaitan dengan cara perusahaan untuk mendapatkan bayaran atau pendapatan dari customer. Berikut 2 tipe dari revenue streams : • Transaction revenue Transaksi diperoleh dari sekali pembayaran per customer • Recurring revenue Transaksi didapat dari pembayaran customer yang berkelanjutan. Perusahaan memberikan customer support pada
customer setelah
pembelian produk perusahaan tersebut. Menurut Osterwalder & Pigneur (2010:31) 0Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mendapatkan pendapatan bagi perusahaan : • Asset Sale = Menjual asset perusahaan untuk memperoleh pendapatan • Usage Fee = Pendapatan diperoleh dari seberapa banyak produk digunakan atau dibeli oleh customer • Subscription Fee = Pendapatan diperoleh dari penjualan service yang berkelanjutan • Lending / Rent / Lease = Pendapatan diperoleh dengan cara meminjamkan / menyewakan asset kepada pihak lain, lalu dikenakan biaya pemakaian yang harus dibayarkan kepada penyewa asset tersebut. • Licensing = Pendapatan didapatkan dari cara pemberian hak intelektual dengan membeli lisensi dari perusahaan utama oleh pihak lain.
21 • Brokerages Fee = Pendapatan ini didapatkan dari layanan perantara yang nanti dibagi berdasarkan presentase yang telah disepakati antara penjual dan pembeli • Advertising = Pendapatan diperoleh dari mengiklankan suatu produk / jasa 2.4.5 Cost Structure Menurut
Osterwalder
&
Pigneur
(2010:40)
cost
structure
menggambarkan seluruh biaya yang harus perusahaan tanggung untuk menjalankan business model yang bersangkutan. Cost structure dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu: •
Cost driven : Pada bagian ini, business model berfokus pada penekanan biaya serendah mungkin. Perusahaan akan berusaha menghemat cost yang ada.
•
Value driven : Value driven merupakan hal yang sebaliknya dari cost driven. Pada bagian ini perusahaan lebih memntingkan value daripada cost yang harus dikeluarkan. Berikut beberapa hal yang menjadi karakter dari cost structure :
•
Fixed cost = Biaya yang tetap dikeluarkan dan tidak berubah atau terpengaruh.
•
Variable cost = Biaya ini dapat berubah-ubah seiring dengan barang yang dihasilkan
•
Economies of scale = Biaya yang dimaksud bagian ini adalah ketika perusahaan memproduksi barang dalam jumlah besar sekaligus yang dimana dapat menjadi lebih murah dibanding diproduksi satuan.
•
Economies of scope = Biaya menjadi lebih murah ketika kegiatan operasional perusahaan lebih besar dengan cara memperbesar area industry perusahaan tersebut didalam dan diluar negeri.
2.4.6 Customer Relationship Menurut Osterwalder & Pigneur (2010:28) hubungan antara customer dengan perusahaan dibangun dan disesuaikan dengan customer segment yang telah ditentukan perusahaan pada business model canvas. Ada 3 cara
22 untuk membangun hubungan yang baik antara customer dengan perusahaan, yaitu, customer acuisition, customer retention, dan upselling. Berikut 6 bagian dari customer relationship menurut Osterwalder & Pugneur (2010:29) : 1. Personal assistant Adanya petugas pelayanan pelanggan yang berusaha menjawab masalah customer selama proses penjualan atau setelah pembelian produk / jasa perusahaan. 2. Dedicated personal assistance Adanya 1 petugas pelayanan pelanggan yang ditugaskan khusus bagi 1 customer untuk melayani masalah customer dengan produk / jasa perusahaan yang telah dibeli customer. 3. Self service Perusahaan memberikan bantuan dengan cara menyediakan sarana yang dapat customer pakai untuk menyelesaikan masalah produk / jasa tersebut sendiri. 4. Automated service Layanan customer ini menggabungkan layanan mandiri dengan layanan otomatis perusahaan. 5. Communities Perusahaan membangun forum / sejenisnya yang digunakan sebagai tempat komunitas anggota perusahaan untuk saling bertukar pikiran tentang kebutuhan / keinginan para pelanggannya. 6. Co-creation Perusahaan terus berhubungan dengan customer demi mencapai value baru bagi perusahaan dikemudian hari. 2.4.7 Key Resources Menurut Osterwalder & Pigneur (2010:34) key resources merupakan sumber daya perusahaan yang dibutuhkan untuk menjalankan kegiatan operasional perusahaan. Berikut beberapa kategori dari key resources : • Physics
23 Sumber daya ini termasuk gedung, tanah, kendaraan, dan lain-lain • Intellectual Sumber daya intelektual berkaitan dengan hak cipta, hak paten dan merek dari produk perusahaan yang terkait. • Human Sumber daya manusia (SDM) merupakan asset penting dalam perusahaan, karena SDM inilah yang menggerakkan proses bisnis perusahaan. Perusahaan yang bergerak pada industry seni biasanya SDM-nya yang merupakan seumber daya utama mereka. • Financial Sumber daya ini berhubungan dengan keungan perusahaan. Perusahaan membutuhkan dukungan modal yang kuat untuk dapat menjalankan proses bisnis mereka dengan baik. 2.4.8 Key Activities Menurut
Osterwalder
&
Pigneur
(2010:36)
key
activities
mendeskripsikan aktifitas utama yang dilakukan perusahaan untuk menjalankan bisnis. Berikut 3 kategori key activities : • Production Aktifitas ini berkaitan dengan produksi dan pengiriman produk • Platform / Network Aktifitas yang dilakukan berhubungan dengan jaringan, yang biasanya dilakukan oleh perusahaan yang bergerak di bidang teknologi informasi • Problem solver Aktifitas yang dilakukan berhubungan dengan penyelesaian masalah yang disebabkan produk tersebut. 2.4.9 Key Partnership Menurut Osterwalder & Pigneur (2010:38) perusahaan dapat membentuk kerja sama karena berbagai alasan dan biasanya untuk mengurangi resiko serta mengoptimalkan kegiatan operasional perusahaan tersebut. Kerja sama ini dapat dibagi kedalam 4 jenis, yaitu strategic alliance
24 between non competitor, coorperation, joint venture, dan buyer supplier relationship. Berikut 3 motivasi didalam membangun kerja sama yang baik menurut Osterwalder dan Pigneur (2010:39) : • Optimization & economiy of scale Kerja sama ini ditujukan untuk mengoptimalkan kegiatan operasional perusahaan dan penggunaan resource perusahaan • Reduction of risk and uncertainity Motivasi ini berkaitan tentang pengurangan resiko dalam persaingan pasar yang kompetitif. • Acquisition of particular resources and activity Perusahaan memiliki resource sendiri dan berjalan sesuai rencana mereka sendiri (business model)
2.5 Analisis dan Perancangan Sistem Informasi 2.5.1 Pemahaman System Analysis Systems analysis adalah proses pemahaman dan penentuan secara rinci mengenai apa yang sistem informasi harus capai (Satzinger, Jackson, Burd, 2010:4). 2.5.2 Pemahaman System Design Systems design adalah proses penentuan secara rinci mengenai bagaimana
komponen-komponen
dalam
sistem
informasi
harus
diimplementasikan secara fisik (Satzinger, Jackson, Burd, 2010:4). 2.5.3 Entity Relationship Diagram Entitas data adalah hal-hal yang sistem perlukan untuk menyimpan informasi. Kebutuhan penyimpanan data meliputi entitas data, atributatribut, dan relationship antara entitas data. Model yang digunakan untuk menjelaskan kebutuhan penyimpanan data dengan pendekatan tradisional disebut dengan Entity Relationship Diagram (ERD) (Satzinger, Jackson, Burd, 2010:182).
25 Notasi yang digunakan dalam entity relationship diagram adalah sebagai berikut : - Rectangle menggambarkan entitas data - Line yang menghubungkan rectangle menunjukkan hubungan antara entitas data -
Cardinality merupakan jumlah asosiasi yang terjadi antara hal-hal tertentu
Gambar 2.8 A simple entity-relationship diagram Sumber: Satzinger, Jackson, and Burd. (2010). Systems Analysis and Design in a Changing World. Boston, USA: Course Technology.
2.5.4 Use Case Diagram Use case diagram adalah diagram untuk menunjukkan berbagai peran pengguna dan bagaimana peran-peran pengguna tersebut menggunakan/berinteraksi dengan sistem (Satzinger, Jackson, Burd, 2010:242). Notasi yang digunakan dalam use case diagram adalah sebagai berikut : - Simple stick figure digunakan untuk menggambarkan aktor. Stick figure diberikan nama yang menandakan peran dari actor/pengguna - Use Case menggambarkan sistem yang dilakukan ketika adanya interaksi dari pengguna - Commuicate yaitu garis penghubung antara aktor dan use case yang menunjukkan aktor mana yang menjalankan use case tertentu
26 - Garis batas (boundary line/system boundary) digunakan untuk membatasi sistem
Berikut contoh dari use case diagram :
Gambar 2.9 A use case diagram of the Order-entry subsystem for RMO, showing a system boundary Sumber: Satzinger, Jackson, and Burd. (2010). Systems Analysis and Design in a Changing World. Boston, USA: Course Technology.
<
> Relationship merupakan sebuah pengembangan dari use case. Karena merupakan kewajaran satu use case menggunakan layanan dari common subroutine (lihat Gambar 2.10). Contoh : ketika melakukan create new order dan update order membutuhkan validasi mengenai akun dari customer. Dan common subroutine dapat di definisikan untuk melaksanakan fungsi ini, dan menjadi tambahan use case (Satzinger, Jackson, Burd, 2010:245).
27
Gambar 2.10 Contoh <> Relationship Sumber: Satzinger, Jackson, and Burd. (2010). Systems Analysis and Design in a Changing World. Boston, USA: Course Technology.
2.5.5 Use Case Description Use case description adalah deskripsi yang mendaftarkan rincian proses detail untuk sebuah use case (Satzinger, Jackson, Burd, 2010:171). Fully
Developed
Description
merupakan
metode
formal
untuk
dokumentasikan sebuah use case. Bahkan membutuhkan kerja yang lebih untuk mendefinisikan semua komponen pada tingkat ini, ini metode yang disukai dalam mendeskripsikan aktifitas dari internal flow untuk sebuah use case. Metode ini dapat meningkatkan tingkat kepahaman dari proses bisnis dan cata bagaimana sistem dapat mendukungnya. Berikut contoh dari Fully Developed Description :
28
Gambar 2.11 Contoh Fully Developed Description for Telephone Order scenario Sumber: Satzinger, Jackson, and Burd. (2010). Systems Analysis and Design in a Changing World. Boston, USA: Course Technology.
Berikut penjelasan dari atribut yang terdapat dalam use case description : - Use Case, merupakan nama dari sebuah use case - Scenario, skenario/penjabaran dari sebuah use case - Triggering event, pemicu dari terjadinya sebuah use case - Brief Description, pendeskripsian awal/initial dari sebuah use case
29 - Actor, mendeskripsikan aktor/yang berhubungan langsung dengan sistem - Related Use Case, menggambarkan keterikatan / hubungan dengan use case lain - Stakeholder, mengidentifikasi pihak-pihak yang berkepentingan. Stakeholder mungkin merupakan pengguna yang sebenarnya tidak menjalankan use case tetapi mempunyai kepentingan dalam hasil yang diciptakan dari use case. - Preconditions, merupakan kondisi yang harus benar sebelum use case dimulai, termasuk obyek apa yang harus ada, informasi apa yang harus tersedia, dan kondisi aktor sebelum use case dimulai. - Postconditions, merupakan kondisi yang harus benar setelah penyelesaian use case. Item yang sama digunakan untuk menggambarkan precondition harus termasuk dalam pernyataan postconditions. - Flow of activitie, mengidentifikasi langkah-langkah yang dilakukan oleh aktor dan hasil yang diciptakan oleh sistem. Penomoran item membantu mengidentifikasi urutan langkah-langkah. - Exception conditions, menggambarkan kondisi pengecualian ketika use case tersebut berjalan. Contoh : ketika membuat pemesanan, ditemukan stok dari produk tidak dapat memenuhi kuantiti yang diinginkan
2.5.6 User Interface User interface adalah bagian dari sistem informasi yang dibutuhkan pengguna untuk berinteraksi dengan membuat input dan output (Satzinger, Jackson, Burd, 2010:530).
2.6 Gantt Chart Gantt Chart merupakan diagram perencanaan yang menunjukkan penjadwalan / schedule sumber daya dan waktu dalam sebuah proyek (Heizer, Jay dan Render, Barry, 2006:235). Gantt Chart adalah salah satu diagram yang diandalkan para
30 manajer karena sederhana dan mudah dibaca. Gantt Chart membantu penggunanya untuk memastikan : -
Semua kegiatan telah direncanakan
-
Urutan kinerja telah diperhitungkan
-
Perkiraan waktu kegiatan telah tercatat
-
Keseluruhan waktu proyek telah dibuat
Gantt Chart terdiri dari balok horizontal (horizontal bar) yang menandakan waktu untuk setiap kegiatan proyek. Gantt chart digunakan untuk penjadwalan baik untuk hal yang sederhana ataupun proyek yang rumit. Gantt chart tidak secara jelas menunjukkan perubahan alokasi waktu pada suatu kegiatan akan mempengaruhi kecepatan penyelesaian suatu proyek.
2.7 Location Based Service Menurut Stefan Steiniger, Moritz Neun dan Alistair Edwardes (2006:2) menyatakan bahwa “Location Based Service (LBS) adalah layanan informasi yang dapat diakses dengan perangkat mobile melalui jaringan mobile dan lainnya yang memampukan didalam penggunaan lokasi melalui perangkat mobile”. Komponen yang ada didalam LBS ini yaitu : - Mobile Device = alat yang digunakan pengguna untuk meminta informasi yang dibutuhkan. Hasilnya dapat berupa suara, gambar, teks, dsb. - Communication Network
= men-transfer data dan layanan pengguna dari
terminal mobile ke pemberi layanan/provider lalu mengirimkan informasi kembali ke pengguna - Positioning Component = guna memproses layanan yang biasanya posisi pengguna harus ditentukan, baik dengan menggunakan jaringan mobile maupun GPS - Service and Application Provider = pemberi layanan yang menawarkan berbagai layanan yang berbeda ke pengguna dan bertanggung jawab terhadap proses layanan yang diminta.
31 - Data and Content Provider = pemberi layanan biasanya tidak menyimpan dan merawat semua informasi yang diminta oleh pengguna. Oleh karena itu informasi lokasi dan geografis biasanya diminta dari maintaining authority
2.8 Global Positioning System (GPS) Menurut Raj Kishen Moloo dan Varun Kumar Diagumber (2011:1) Global Positioning System (GPS) adalah sistem radio navigasi yang memampukan user untuk mendeteksi lokasi baik darat, laut dan udara, kecepatan waktunya yaitu 24 jam setiap harinya, didalam segala kondisi cuaca dan dimana saja didunia guna mendukung berbagai aplikasi baik militer, komersial dan konsumer. Penentuan lokasi dapat digunakan juga untuk melacak gerakan yang terjadi dimanapun, seberapa sering dan untuk berapa lama. Dimana ini akan memberikan nilai tambah untuk pelacakan langsung individu, kendaraan, dan aset lainnya. Menurut Raj Kishen Moloo dan Varun Kumar Diagumber (2011:1) perpindahan dan pergerakan yang terjadi pada orang dan alat lainya baik sekarang maupun secara histori, ini akan menjadi alat yang berguna terutama ketika mengembangkan praktik kerja agar lebih efisien dengan cara mengurangi waktu didalam pelacakannya. Dan beliau mengatakan “Pada hari ini, ada banyak sistem pelacakan GPS yang memiliki sejumlah fasilitas, tetapi investasi didalam sistem seperti contohnya biaya cukup banyak. Terdapat kebutuhan untuk sistem yang lebih murah yang dapat dengan mudah diadopsi oleh banyak orang” Laporan dari Information and Communication Technologies Authority (ICTA) per tahun 2009, terdapat 1juta subscriber dari telefon genggam dan lebih dari 170.000 subscriber dari mobile internet (GPRS, 3G, dan WAP). Yang mana dengan teknologi GPS ini telah masuk dan booming di masa sekarang untuk melacak atau mencari lokasi/orang/barang yang dibutuhkannya.
2.9 Google Maps Google meluncurkan Google Maps API pada Juni 2006 dimana dengan Google Maps API tersebut dapat mendukung plotting file KML (Keyhole Markup Language). Hanya dengan meletakan URL di kotak pencarian, lalu Google Map
32 akan menampilkan lokasi apa saja yang terkandung didalamnya. Tidak hanya itu, dengan adanya Google Maps akan memampukan pada developer untuk mengintegrasikan google maps ke dalam webiste ataupun aplikasi mereka (Michael Purvis, Jeffrey Sambells, and Cameron Turner, 2006:3). Didalam penggunaan Google Maps API sudah dapat mencakup API javascript, adobe flash dan geocoding (hasil lokasi dapat dikemudikan dengan bantuan GPS).
2.10 Financing Plan Menurut situs www.wellsfargo.com perencanaan keuangan didalam memulai suatu bisnis dapat membantu untuk mengetahui kemana arus atau jalannya uang, yang mana juga membantu didalam membuat strategi kedepannya. Terdapat 3 langkah didalam membuat perencanaan keuangan, yaitu sebagai berikut : -Determine where you’re going Menentukan tujuan akan mendorong seluruh rencana yang telah ditetapkan. Baik itu tujuan dari jangka pendek, menengah maupun jangka panjang. Dan tujuan tersebut harus realistik dan spesifik. Tujuan jangka pendek dalam kurun waktu kurang dari satu tahun, menengah antara dua sampai lima tahun, dan jangka panjang lebih dari itu. -Build in milestones Dengan membuat milestone akan membantu menciptakan kemenangan kecil disepanjang jalan dalam mencapai tujuan keuangan. -Set your monthly goal Untuk mengetahui berapa banyak yang dibutuhkan untuk menyimpan dan berapa lama untuk disimpan, sehingga dapat mengatur berapa banyak dan berapa lama uang yang dibutuhkan disetiap bulannya. Sehingga dapat melihat apakah tujuan tersebut sesuai dengan budget yang dimiliki. Didalam perencanaan keuangan juga dibutuhkan untuk menggambarkan beban yang dikeluarkan untuk bisnis maupun operasional serta pendapatan yang didapatkan. Biaya tersebut seperti biaya registrasi bisnis, lisensi, inventory, penyewaan, properti, perlengkapan, promosi, maintenance, gaji karyawan,dsb.
33 Perencanaan keuangan dapat di generate secara berkala seperti per-bulan maupun per-tahun.
2.11 Kerangka Pikir Kerangka pikir penulisan ini dimulai dari analisa industri, dimana terdapat 2 bagian yang kami lakukan yaitu : - Determine Concept Feasibility Pada tahap ini kami melakukan hal yang berhubungan dengan menemukan ide, mengumpulkan informasi terkait dan menilai kelayakannya. Dan untuk melakukan hal tersebut kami menggunakan strategi blue ocean, canvas strategy, dan four action framework (yang akan digunakan ke dalam ERRC Grid) - Examine Critical Issues & Make Decision Pada tahap ini kami melakukan eksplorasi sebelum memulai bisnis berdasarkan analisa dari canvas strategy yang mana merupakan analisa para pesaing, dan menentukan keputusan – keputusan apa yang akan diterapkan di aplikasi ini. Kami menggambarkan keputusan – keputusan startegi yang akan diterapkan di aplikasi kami dengan menggunakan ERRC Grid yang menunjukan apa saja yang perlu untuk di eliminasi, dikurangi, dicapai lebih, dan dibuat. Kemudian untuk melihat potensi dari bisnis yang dilakukan, kami menggunakan business model canvas yang dimana terdiri dari 9 bagian /blok seperti: customer segments, value propositions, channels, customer relationship, revenue streams, key resources, key activity, key partnership, dan cost structure. Yang mana hasil analisa bisnis model tersebut akan dilakukan juga analisa keuangan (Money Monetizing dan Financial Planning). Dan hasil analisa tersebut akan dilakukan penurunan kedalam fitur rancangan, yang menjelaskan fitur apa saja yang harus diturunkan kedalam sistem. Setelah melakukan penurunan fitur – fitur, perancangan sistem akan dibuat dan digambarkan dengan menggunakan use case diagram, use case description, user interface dan entiy relationship diagram (ERD). Setelah sistem selesai dirancang dan dibangun, sistem baru akan diimplementasikan.
34
Gambar 2.12 Kerangka Pikir