BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian Manajemen Heene dan Desmidt (2010:8), menyatakan bahwa manajemen adalah
serangkaian aktivitas manusia yang berkesinambungan dalam mencapai suatu tujuan yang telat ditetapkannya. Appley dan Lee menyatakan bahwa manajemen adalah seni dan ilmu, dalam manajemen terdapat strategi memanfaatkan tenaga dan pikiran orang lain untuk melaksanakan suatu aktifitas yang diarahkan pada pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya (2010:16). Terry menjelaskan bahwa manajemen adalah suatu proses khas yang terdiri atas
tindakan-tindakan
perencanaan,
pengorganisasian,
penggerakan,
dan
pengendalian untuk menentukan serta mencapai tujuan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya (2010:16). Jadi dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian kegiatan anggota organisasi dan proses penggunaan sumber daya organisasi lainnya untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan (Alam S, 2007 : 127). 2.2
Pengertian Manajemen Operasi Heizer dan Render (2010:4) menyatakan bahwa manajemen operasi adalah
serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menggunakan proses, dan menghasilkan output. Manajemen Operasional adalah salah satu dari tiga fungsi utama dari setiap organisasi dan berhubungan secara utuh dengan semua fungsi bisnis lainnya. Eddy Herjanto (2008:2) mengemukakan manajemen operasi sebagai berikut: “Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi tidak terlepas dari Manajemen pada umumnya, yaitu mengandung unsur adanya kegiatan yang dilakukan dengan mengkoordinasikan berbagai kegiatan dan sumber daya untuk mencapai suatu tujuan tertentu” .Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen operasional adalah suatu kegiatan dalam menciptakan dan menambah kegunaan suatu barang atau jasa, 11
12 melalui perencanaan, pelaksanaan dan mengkordinasikan faktor-faktor produksi tersebut untuk mencapai tujuan dan sasaran perusahaan. 2.2.1 Fungsi Manajemen Operasi Heizer dan Render (2009:8) menyatakan bahwa manajemen operasional melaksanakan fungsi-fungsi dasar proses manajemen. Proses manajemen terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, pengaturan pekerja, pengarahan, dan pengendalian. Manajemen operasional menerapkan proses manajemen ini pada pengambilan keputusan dalam fungsi manajemen operasional. Pengambilan keputusan tersebut meliputi: 1. Perancangan produk dan jasa 2. Pengelolaan kualitas 3. Perancangan proses dan kapasitas 4. Strategi lokasi 5. Strategi tata letak 6. Sumber daya manusia dan perancangan pekerjaan 7. Manajemen rantai pasokan 8. Persediaan, perencanaan, kebutuhan bahan baku, dan just in time (JIT) 9. Penjadwalan jangka menengah dan jangka pendek Perawatan 2.3 Pengertian Peramalan Peramalan adalah salah satu hal terpenting dalam organisasi yang memiliki dampak langsung terhadap perencanaan strategi, akuisisi dan alokasi sumberdaya menurut perkataan L.Jain dan Malehorn (2005 ; 16). Prasetya dan Lukiastuti (2009 : 43) dalam bukunya “Management Operasi“ mendefinisikan peramalan
yaitu sebagai berikut: “Peramalan merupakan
suatu usaha untuk meramalkan keadaan dimasa yang akan datang melalui pengujian
keadaan
mengemukakan
dimasa
bahwa
lalu”.
Heizer
dan
peramalan
adalah
seni
Render atau
(2009:162) ilmu
untuk
memperkirakan kejadian di masa depan dan melibatkan pengambilan data historis dan memproyeksikannya ke masa mendatang dengan suatu bentuk model matematis.
13 Berdasarkan definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa peramalan adalah metode yang digunakan perusahaan untuk mengetahui estimasi penjualan di masa yang diprediksi agar dapat memprediksi strategi yang digunakan serta kondisi pasar dimana barang tersebut dijual. Tanpa peramalan penjualan maka perusahaan akan mudah terpengaruh pada perubahan yang terjadi dan berdampak pada kerugian perusahaan. Peramalan yang baik dan efektif adalah dengan menggunakan perhitungan-perhitungan sistematis sehingga penempatan strategi tepat pada sasaran. 2.3.1 Tipe-tipe Peramalan Hery Prasetya dan Fitri Lukiastuti (2009:44) menyebutkan tipe-tipe peramalan diantaranya: 1. Peramalan Ekonomi Peramalan yang menjelaskan siklus bisnis dengan memprediksi tingkat inflasi, ketersediaan uang, dan dana yang dibutuhkan untuk membangun perumahan dan indikator perencanaan lainnya. 2. Peramalan Teknologi Peramalan yang memperhatikan tingkat kemajuan teknologi yang dapat meluncurkan produk baru yang inovatif dimana peramalan tersebut membutuhkan pabrik dan peralatan yang baru. Peramalan ini biasanya memerlukan jangka waktu yang panjang dengan memperhaitkan tingkat kemajuan teknologi. 3. Peramalan Permintaan Proyeksi permintaan untuk produk atau layanan suatu perusahaan dimana permalan
ini
disebut
juga
sebagai
peramalan
penjualan
yang
mengendalikan produksi, kapasitas, serta sistem penjadwalan dan menjadi input bagi perencanaan keuangan pemasaran dan sumber daya manusia.
2.3.2 Klasifikasi Peramalan Berdasarkan Waktu Peramalan biasanya diklasifikasikan berdasarkan horizon waktu masa depan yang dilingkupinya. Heizer dan Render (2009:163) membagi horizon waktu peramalan menjadi beberapa kategori. 1. Peramalan jangka pendek. Peramalan ini meliputi jangka waktu hingga satu tahun, tetapi umumnya kurang dari 3 bulan. Peramalan ini digunakan untuk merencanakan
14 pembelian, penjadwalan kerja, jumlah tenaga kerja, penugasan kerja, dan tingkat produksi. 2. Peramalan jangka menengah. Peramalan jangka menengah atau intermediate, umumnya mencakup hitungan bulanan hingga
3
tahun.
Peramalan
ini
berguna
untuk
merencanakan penjualan, perencanaan dan anggaran produksi, anggaran kas, serta menganalisis bermacammacam rencana operasi. 3. Peramalan jangka panjang. Umumnya untuk perencanaan masa 3 tahun atau lebih. Peramalan jangka panjang digunakan
untuk
merencanakan
produk
baru,
pembelanjaan, modal, lokasi atau pembangunan fasilitas, serta penelitian dan pengembangan 2.3.3 Metode Peramalan 1. Metode Kualitatif Peramalan yang menggunakan data kualitatif dimana hasilnya bergantung kepada oran-orang yang menyusunnya. Data berasal dari pandangan-pandangan dan intuisi individu, contohnya seperti dengan metode Delphi dan S-curve past Herjanto pendekatan yang dapat dipakai dalam
peramalan
(2006:86). Secara umum
metode
peramaan
kualitatif
yaitu: a. Gabungan beberapa tenaga penjual (sales force composite) adalah merupakan gabungan pendapat beberapa tenaga penjual (sales person) dalam menentukan besarnya permintaan di wilayah mereka masing-masing, kemudian hasilnya digabung untuk menentukan jumlah peramalan secara keseluruhan. b. Metode Delphi menggunakan proses interaktif dengan cara melibatkan para eksekutif yang ditempatkan di beberapa tempat yang berbeda untuk membuat peramalan. c. Riset
Pasar
menggunakan pelanggan
(custom
market
masukan
yang
yang
potensial,
survey).Metode diperoleh
sesuai
dari
dengan
ini pasar
rencana
15 pembelian pelanggan di masa yang akan datang guna membuat perkiraan besarnya permintaan dan perencanaan pengembangan produk baru. d. Pendapat dari para juri eksekutif (jury of executive opinion). Metode ini menggunakan pendapat kelompok kecil para eksekutif untuk mengestimasikan besarnya permintaan. 2. Metode peramalan kuantitatif Heizer dan Render (2010:170-175) terdiri dari: a. Pendekatan
naif
(naive
permintaan
pada
periode
method)
yaitu
mendatang
berasumsi
akan
sama
bahwa dengan
permintaan pada periode terakhir. Pendekatan naif (naive method) merupakan model peramalan objektif yang paling efektif dan efisien dari segi biaya. Heizer dan Render (2009:170) menyatakan bahwa cara paling sederhana untuk meramal adalah berasumsi bahwa permintaan di periode mendatang akan sama dengan permintaan periode terakhir
Keterangan: Yt= periode saat ini Yt+1 = periode berikutnya b. Heizer dan Render (2009:170). Permalan rata-rata bergerak (moving averages) menggunakan sejumlah data aktual masa lalu untuk menghasilkan peramalan.. Rata-rata bergerak berguna jika kita dapat mengasumsikan bahwa permintaan pasar akan stabil sepanjang masa yang diramalkan. Secara matematis, rata-rata bergerak sederhana dinyatakan sebagai berikut:
16
dimana n adalah jumlah periode rata-rata bergerak Keterangan: n = Jumlah periode dalam rata-rata bergerak. Ft = periode berikutnya c. Rata-rata bergerak dengan pembobotan (weighted moving average) . Heizer dan Render (2009:172) menyatakan bahwa saat terdapat tren atau pola yang terdeteksi, bobot dapat digunakan untuk menempatkan penekanan yang lebih pada nilai terkini Pemilihan bobot merupakan hal yang tidak pasti oleh karena itu pemutusan bobot yang digunakan membutuhkan pengalaman. Rata-rata bergerak denganpembobotan akan digambarkan secara sistematis sebagai berikut:
d. Penghalusan eksponensial (exponential smoothing), Heizer dan Render (2009:174) menyatakan bahwa penghalusan eksponensial merupakan metode peramalan rata-rata bergerak dengan pembobotan yang modern namun tetap mudah dalam penggunaanya. Metode ini menggunakan pencatatan data historis yang sangat sedikit. Rumus penghalusan eksponensial dasar dapat ditunjukan sebagai berikut: Peramalan baru = Peramalan periode terakhir + α(permintaan sebenarnya periode terakhir – peramalan periode terakhir)
17 dimana α adalah sebuah bobot atau konstanta penghalusan yang dapat dipilih oleh peramal yang mempunyai nilai antara 0 dan 1. Persamaan rumus diatas juga dapat ditulis secara sistematis sebagai berikut.
dimana: F
Peramalan baru
F
= Peramalan sebelumnya
α = Konstanta penghalusan ( pembobotan ) ( 0 ≤ α ≤ 1) A
= Permintaan aktual periode lalu
e. Penghalusan eksponential dengan penyesuaian trend (exponential smoothing with trend) model penghalusan eksponensial yang lebih rumit dan dapat menyesuaikan diri pada tren yang ada. Menghitung tren rata-rata data penghalusan eksponensial, kemudian menyesuaikan untuk kelambatan (lag) positif atau negatif pada tren. Dengan penghalusan eksponensial dengan penyesuaian tren, estimasi rata-rata dan tren dihaluskan. Prosedur ini membutuhkan dua konstanta penghalusan, α untuk rata-rata dan β untuk tren. Kemudian, kita menghitung rata-rata dan tren untuk setiap periode. Rumus penghalusan eksponensial dengan penyesuaian trend adalah sebagai berikut.
dimana: F = peramalan eksponensial yang dihaluskan dari data berseri pada periode T = tren dengan eksponensial yang dihaluskan pada periode A = permintaan aktual periode α = konstanta penghalusan untuk rata-rata ( 0 ≤ α ≤ 1 ) β = konstanta penghalusan untuk rata-rata ( 0 ≤ β ≤ 1 )
18 f. Proyeksi tren (linear regresion) Merupakan suatu metode peramalan yang mencocokan garis tren pada serangkaian data masa lalu, kemudian memproyeksikan garis pada masa mendatang untuk peramalan jangka menengah atau jangka panjang. Rumus untuk menentukan perhitungan Linear Regression adalah sebagai berikut. y = a + bx dimana: y = nilai terhitung dari variabel yang akan diprediksi a = persilangan sumbu y b = kemiringan garis regresi ( atau tingkat perubahan pada y untuk perubahan yang terjadi di x ) x = variabel bebas ( dalam kasus ini adalah waktu ) untuk menentukan nilai a dan b akan dijelaskan pada rumus dibawah ini:
dimana: b = kemiringan garis regresi ∑ = tanda penjumlahan total X = nilai variabel bebas yang diketahui y = nilai variabel terkait yang diketahui
dimana:
19
Permintaan suatu produk sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan yang saling berinteraksi dalam pasar dimana hal ini juga mempengaruhi peramalan. Berikut ini adalah beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi peramalan (Yamit, 2015:48) yaitu: 1. Reaksi dan tindakan pesaing 2. Kondisi umum bisnis dan ekonomi 3. Tindakan pemerintah 4. Kecenderungan pasar 5. Siklus hidup produk 6. Gaya dan mode 7. Perubahan permintaan konsumen 2.3.4
Menghitung Kesalahan peramalan Didalam melaksanakan metode peramalan kita juga harus memperhatikan
faktor kesalahan peramalan. Kesalahan peramalan dapat dihitung dengan membandingkan nilai yang diramal dengan nilai atual atau nilai yang sedang diamati. Diabawah ini adalah rumus dalam mencari kesalahan peramalan, yaitu: Kesalahan peramalan = Permintaan aktual – Nilai peramalan = At- Ft Dimana: Ft = peramalan pada periode t At = permintaan aktual pada periode t Heizer dan Render (2009:177) menyatakan bahwa kesalahan peramalan menunjukkan seberapa baiknya model tersebut dapat bekerja saat menggunakan data lama. Ada beberapa perhitungan yang biasa digunakan untuk menghitung kesalahan peramalan. Tiga dari perhitungan yang paling terkenal adalah mean absolute deviation (MAD), mean squared error (MSE) dan kesalahan persen mutlak rerata mean absolute percent error (MAPE) Mean Absolute Deviation adalah ukuran pertama kesalahan peramalan keseluruhan untuk sebuah model. Niali ini dihitung dengan mengambil jumlah nilai absolut dari setiap kesalah peramalan dibagi dengan jumlah periode data (n).
20
MAD = ∑ │aktual – peramalan │ n Mean Squared Error merupakan cara kedua untuk mengukur kesalahan peramalan secara keseluruhan. MSE merupakan rata-rata selisih kuadrat antara nilai yang diramalkan dan diamati, berikut ini adalah rumusnya: MSE =∑ n Mean Absolute Percent Error dihitung sebagai rata-rata diferensiasi absolut antara nilai yang diramalkan dan aktual. Masalah yang terjadi dengan MAD dan MSE adalah nilai mereka tergantung pada besarnya hal yang diramalkan. Jika unsur tersebut dihitung dalam satuan ribuan, maka nilai MAD dan MSE dapat menjadi sangat besar. Untuk menghindari masalah ini, kita dapat menggunakan mean absolute percent error (MAPE. Jika kita memiliki nilai yang diramal dan aktual n periode, MAPE dihitung sebagai berikut : MAPE = ∑ Kesalahan percent absolut n
2.4 Pengertian Persediaan Persediaaan merupakan sumber daya ekonomi yang perlu diadakan dan disimpan untuk menunjang penyelesaian pengerjaan suatu produk meliputi raw material (bahan baku), finish product (produk jadi), component substance material (komponen rakitan), working in process inventory (barang sedang dalam proses pengerjaan). Haming dan Nurnajamuddin (2007:4). Dengan manajemen persediaan yang baik maka suatu perusahaan tidak akan mengalami kerugian atas pemesanan bahan baku yang berlebih (over stock) atau penambahan biaya akibat kekurangan bahan baku under stock). Zulian Yamit (2008:9) menyatakan bahwa tujuan manajemen persediaan adalah untuk menyediakan jumlah material yang tepat, lead time yang tepat dengan biaya yang rendah. Pembelian dan pengelolaan persediaan merupakan elemen kunci untuk manajemen material yang efisien. Keputusan tentang berapa banyak pembelian dan kapan harus membeli tidak bisa dilihat
21 dalam isolasi. Penyediaan persediaan cadangan (safety stock) di sisi lain adalah jenis asuransi dan sebagian besar dipengaruhi oleh waktu yang diperlukan dalam pengadaan bahan.
2.4.1 Fungsi-Fungsi Persediaan Persediaan dapat melayani beberapa fungsi yang akan menambahkan fleksibilitas operasi perusahaan.Fungsi persediaan yang dikemukakan oleh Rangkuti (2007:15), yaitu: 1. Fungsi Decuopling, untuk membantu perusahaan agar bisa memenuhi permintaan langganan tanpa tergantung pada supplier. 2. Fungsi
Economic
Lot
Sizing,
persediaan
ini
perlu
mempertimbangkan penghematan-penghematan (potongan dalam pembelian, biaya pengangkutan per unit ) karena perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar, dibandingkan dengan biaya-biaya yang timbul karena besarnya persediaan (biaya sewa gudang, investasi, resiko, dan sebagainya ) 3. Fungsi
antisipasi,
permintaan
untuk
musiman
mengantisipasi
(seasonal
dan
mengadakan
inventories),
menghadapi
ketidakpastian jangka waktu pengiriman dan untuk menyediakan persediaan pengamanan (safety stock)
Prawirosentono (2009 : 74) menyatakan bahwa kegunaan persediaan adalah sebagai berikut: 1. Menghilangkn resiko keterlambatan datangnya atau bahan yang dibutuhkan. 2. Mengurangi resiko penerimaan bahan baku yang dipesan tetapi tidak sesuai dengan pesanan sehingga harus dikembalikan. 3. Menyimpan barang / bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat digunakan apabila barang / bahan tersebut tidak tersedia di pasaran. 4. Mempertahankan stabilitas
proses
produksi perusahaan
atau menjamin
kelancaran proses produksi. 5. Upaya penggunaan mesin yang optimal, karena terhindar dari terhentinya operasi produksi karena ketidakadaan persediaan.
22 6. Memberikan pelayanan kepada pekanggan secara lebih baik, dikarenakan barang ada setiap waktu diperlukan. Khusus untuk barang yang telah dipesan barang dapat selesai pada waktunya sesuai dengan yang dijanjikan.
2.4.2 Jenis Persediaan Agus Ristomo (2009 : 7) menyatakan bahwa persediaan dibagi kedalam tiga kategori yaitu: 1. Persediaan bahan baku dan penolong 2. Persediaan bahan setengah jadi 3. Persediaan bahan jadi Handoko (2014:333), menyatakan bahwa pengendalian persediaan merupakan fungsi manajerial yang sangat penting, karena persediaan fisik banyak perusahaan melibatkan investasi terbesar dalam pos aktiva lancar. Istilah persediaan adalah suatu istilah umum yang menunjukkan segala sesuatu atau sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan.Aminudin (2005:146) menyatakan fungsi persediaan terdiri atas: a. Siklus Persediaan (Inventory Cycle) Siklus persediaan berkaitan dengan membeli atau menyediakan barang dalam jumlah lebih besar dari yang dibutuhkan. Alasannya karena faktor ekonomis, dengan jumlah yang lebih besar akan mendapatkan diskon besar pula. Di samping itu hambatanhambatan berupa faktor teknologi, transportasi dan lain-lain. b. Persediaan Pengaman (Safety Stock) Mencegah terhadap ketidaktentuan (uncertanties) persediaan. Artinya,
sebelum
persediaan
habis,
perusahaan
harus
mempersiapkan sejumlah persediaan lebih, jika di suatu saat ternyata persediaan habis dan pemesanan kembali tidak bisa tersedia seketika itu. Ketika ada permintaan dari pelanggan, sedangkan persediaan habis maka akan timbul stock out cost yang mungkin tidak kecil, yaitu biaya pengganti atau biaya karena kehabisan barang.
23 2.4.3 Jenis-Jenis Biaya Persediaan Aminudin
(2005:146)
mengemukakan
jenis-jenis
biaya
yang
perlu
diperhitungkan dalam mengevaluasi persoalan persediaan (inventory) adalah: 1.
Ordering cost dan procurement cost
2.
Holding cost atau carrying cost
3.
Shortage cost
Ordering dan procurement cost merupakan total biaya pemesanan dan pengadaan komoditas hingga siap untuk dipergunakan. Biaya ini berkaitan dengan pengangkutan, pengumpulan, kepemilikan, penyusunan, dan penempatan di gudang. Total biaya pemesanan dikelompokkan menjadi dua. Pertama, biaya bersifat tetap (fixed) yaitu biaya yang tidak tergantung pada jumlah barang yang dipesan. Kedua, biaya bersifat berubah-ubah (variable) yaitu biaya yang bergantung pada jumlah barang yang dipesan. Bagian fixed disebut ordering cost, sedangkan variable disebut procurement cost. Holding cost atau carrying cost adalah biaya yang muncul karena perusahaan melakukan penyimpanan persediaan. Sebagian besar merupakan biaya penyimpanan fisik, pajak, dan asuransi. Di samping itu, terdapat opportunity cost yang memungkinkan munculnya biaya lain yang proporsinya cukup besar dibanding pajak dan asuransi. Shortage cost adalah biaya yang terjadi apabila ada permintaan terhadap barang yang kebetulan sedang tidak tersedia. 2.4.4 Metode Pengelolaan Persediaan 1. Metode Economic Order Quantity Ada beberapa metode yang sering digunakan untuk membantu proses pengelolaan persediaan, diantaranya adalah metode economic order quantitiy ( EOQ ) , re-order point ( ROP ), dan safety stock ( SS ) . Heizer dan Render (2006 : 68) menyatakan bahwa metode economic order quantitiy adalah salah satu teknik pengendalian persediaan yang paling dikenal secara luas. EOQ terjadi apabila biaya pemesanan = biaya penyimpanan , dibawah ini adalah rumus dalam menggunakan metode EOQ:
24 Dimana: D = Jumlah kebutuhan barang ( Unit / tahun ) S = Biaya pemesanan atau biaya setup ( Rupiah / Pesanan ) H = Biaya penyimpanan ( rupiah / unit / tahun ) Q* = Jumlah pemesanan ( unit / pesanan ) 2. Metode Safety Stock Zulfikarijah (2005:96) menyatakan bahwa safety stock adalah persediaan yang digunakan dengan tujuan agar supaya tidak terjadi stock out (kehabisan stok). Keuntungan safety stock adalah pada saat permintaan mengalami kenaikan, maka persediaan pengamanan dapat digunakan untuk menutup permintaan tersebut. 3. Metode Re-Order Point ( ROP ) Re-order Point (ROP) adalah tingkat atau titik persediaan dimana tindakan harus diambil untuk mengisi kembali persediaan barang Heizer dan Render (2009 : 99). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi Re-order Point diantaranya: a. Lead time b. Safety stock c. Tingkat pemakaian bahan baku rata-rata per satuan waktu tertentu d. Rumus persamaan ROP adalah:
Dimana: ROP = Reorder point d = permintaan per hari L = Lead time SS = Safety Stock
25 2.5
Kerangka Pemikiran
Metode Peramalan:
PT MULTIMEDI PERSADA
-Moving average
Pengendalian bahan baku (inventory)
-Weighted Moving Average -Linear regression Peramalan Penjualan Pakaian
-Naive Method -Exponential Smoothing`
Metode pengelolaan persediaan: -EOQ
-Exponential smoothing with MAD dan MSE
Data penjualan pakaian PT Multimedi Persada Metode yang dipilih Persediaan bahan baku
Implikasi Penelitian
26