BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Auditing
2.1.1 Pengertian Auditing Menurut Rahayu dan Suhayati (2010) mendefinisikan auditing sebagai berikut: “Auditing adalah suatu proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai informasi tingkat kesesuaian antara tindakan atau peristiwa ekonomi dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta melaporkan hasilnya kepada pihak yang membutuhkan, dimana auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen”. Menurut Arens, et al (2011), mendefinisikan auditing sebagai “Pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi tesebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. Audit harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen”. Menurut Konrath dalam Agoes (2012) mendefinisikan audit sebagai: “Suatu
proses
sistematis
untuk
secara
objektif
mendapatkan
untuk
mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang kegiatan-kegiatan dan kejadiankejadian ekonomi untuk meyakinkan tingkat keterkaitan antara asersi tersebut dan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan”. Menurut Agoes (2012), mendefinisikan auditing sebagai berikut: “Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut”. Menurut Mayangsari dan Wandanarum (2013) menyatakan: “Auditing adalah suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan menilai bukti-bukti secara objektif, yang berkaitan dengan asersi-asersi tentang tindakantindakan dan kejadian-kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara
7
8 asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan”.
2.1.2 Jenis-Jenis Audit Menurut Agoes (2012) ditinjau dari luasnya pemeriksaan, audit dapat dibedakan menjadi: 1.
Pemeriksaan Umum (General Audit) Suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh KAP independen dengan tujuan untuk bisa memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Pemeriksaan tersebut harus sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik dan memperhatikan kode etik akuntan Indonesia, aturan etika KAP yang telah disahkan Ikatan Akuntan Indonesia serta standar pengendalian mutu.
2.
Pemeriksaan Khusus (Special Audit) Suatu pemeriksaan terbatas (sesuai dengan permintaan Auditee) yang dilakukan oleh KAP yang independen, dan pada akhir pemeriksaannya auditor tidak perlu memberikan
pendapat
terhadap
kewajaran
laporan
keuangan
secara
keseluruhan. Pendapat yang diberikan terbatas pada pos atau masalah tertentu yang diperiksa, karena prosedur audit yang dilakukan juga terbatas. Misalnya KAP diminta untuk memeriksa apakah terdapat kecurangan pada penagihan piutang usaha perusahaan. Dalam hal ini prosedur audit terbatas untuk memeriksa piutang, penjualan dan penerimaan kas. Pada akhir pemeriksaan KAP hanya memberikan pendapat apakah terdapat kecurangan atau tidak terhadap penagihan piutang usaha di perusahaan. Jika memang ada kecurangan, berapa besar jumlahnya dan bagaimana modus operasinya.
Menurut Agoes (2012) ditinjau dari jenis pemeriksaan, audit bisa dibedakan atas: 1.
Audit Manajemen (Operational Audit) Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien dan ekonomis. Pengertian efisien disini adalah dengan biaya tertentu dapat mencapai hasil atau manfaat yang telah ditetapkan
9 atau berdaya guna. Efektif adalah dapat mencapai tujuan atau sasaran sesuai dengan waktu yang telah ditentukan atau dapat bermanfaat sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Ekonomis adalah dengan pengorbanan yang serendah-rendahnya dapat mencapai hasil yang optimal atau dilaksanakan secara hemat. 2.
Pemeriksaan Ketaatan (Compliance Audit) Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan sudah mentaati peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang berlaku, baik yang ditetapkan oleh pihak intern perusahaan (manajemen, dewan komisaris) maupun pihak eksternal (Pemerintah, Bapepam, Bank Indonesia, Direktorat Jendral Pajak, dan lain-lain). Pemeriksaan bisa dilakukan oleh KAP maupun bagian internal audit.
3.
Pemeriksaan Intern (Internal Audit) Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang telah ditentukan. Pemeriksaan umum yang dilakukan internal auditor biasanya lebih rinci dibandingkan dengan pemeriksaan umum yang dilakukan oleh KAP. Internal auditor biasanya tidak memberikan opini terhadap kewajaran laporan keuangan, karena pihak-pihak diluar perusahaan menganggap bahwa internal auditor, yang merupakan orang dalam perusahaan, tidak independen. Laporan internal auditor berisi temuan pemeriksaan (audit finding) mengenai penyimpangan dan kecurangan yang ditemukan, kelemahan pengendalian intern, beserta saran-saran perbaikannya (recommendations).
4.
Audit Komputer (Computer Audit) Pemeriksaan oleh KAP terhadap
perusahaan yang memproses data
akuntansinya dengan menggunakan Electronic Data Processing (EDP) sistem.
2.2
Audit Manajemen
2.2.1 Pengertian Audit Manajemen Menurut Mayangsari dan Wandanarum (2013) menyatakan bahwa: “Audit operasional merupakan pengkajian (review) secara sistematik atas setiap bagian dari
10 prosedur dan metode yang diterapkan suatu organisasi, dalam hubungannya dalam penilaian atas efisiensi dan efektifitas”. Menurut Tunggal (2012) menjelaskan bahwa audit manajemen merupakan suatu penilaian dari organisasi manajerial dan efisiensi dari suatu perusahaan, departemen, atau setiap entitas dan subentitas yang dapat di audit. Penekanannya adalah untuk mencapai efisiensi lebih besar, efektivitas, dan ekonomisasi dalam usaha dan organisasi yang lain. Sedangkan menurut Bayangkara (2015) menyatakan, audit manajemen adalah evaluasi terhadap efisiensi dan efektivitas operasi perusahaan. Dalam konteks audit manajemen, manajemen meliputi seluruh operasi internal perusahaan yang harus dipertanggungjawabkan kepada berbagai pihak yang memiliki wewenang yang lebih tinggi. Audit manajemen dirancang secara sistematis untuk mengaudit aktivitas, program–program yang diselenggarakan, atau sebagian dari entitas yang bisa diaudit untuk menilai dan melaporkan apakah sumber daya dan dana telah digunakan secara efisien, serta apakah tujuan dari program dan aktivitas yang telah direncanakan dapat tercapai dan tidak melanggar ketentuan aturan dan kebijaksanaan yang telah ditetapkan perusahaan.
2.2.2 Tujuan Audit Manajemen Tujuan audit manajemen menurut Bayangkara (2015), yaitu “untuk mengidentifikasi kegiatan, program dan aktivitas yang masih memerlukan perbaikan, sehingga dengan rekomendasi yang diberikan nantinya dapat dicapai perbaikan atas pengelolaan berbagai program dan aktivitas pada perusahaan tersebut”.
2.2.3 Ruang Lingkup dan Sasaran Audit Manajemen Ruang lingkup audit manajemen, menurut Bayangkara (2015) yaitu dapat berupa seluruh kegiatan atau dapat juga hanya mencangkup pada bagian tertentu dari program atau aktivitas yang dilakukan. Periode audit juga bervariasi, bisa untuk jangka waktu satu minggu, beberapa bulan, satu tahun bahkan untuk beberapa tahun, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan yang menjadi sasaran dalam audit manajemen adalah kegiatan, aktivitas, program, dan bidang-bidang dalam perusahaan yang diketahui atau diidentifikasi masih memerlukan perbaikan atau peningkatan, baik dari segi ekonomisasi, efisiensi, dan efektivitas.
11 Ada tiga elemen pokok dalam sasaran audit: 1.
Kriteria (criteria) Kriteria merupakan standar (pedoman, norma) bagi setiap individu atau kelompok di dalam perusahaan dalam melakukan aktivitasnya.
2.
Penyebab (cause) Penyebab merupakan tindakan (aktivitas) yang dilakukan oleh setiap individu atau kelompok di dalam perusahaan. Penyebab dapat bersifat positif, program atau aktivitas berjalan dengan tingkat efisiensi dan efektivitas yang lebih tinggi, atau sebaliknya bersifat negatif, program atau aktivitas berjalan dengan tingkat efisiensi dan efektivitas yang lebih rendah dari standar yang telah ditetapkan.
3.
Akibat (effect) Akibat merupakan perbandingan antara penyebab dengan kriteria yang berhubungan dengan penyebab tersebut. Akibat negatif menunjukkan program atau aktivitas berjalan dengan tingkat pencapaian yang lebih rendah dari kriteria yang ditetapkan. Sedangkan akibat positif menunjukkan bahwa program atau aktivitas telah terselenggara secara baik dengan tingkat pencapaian yang lebih tinggi dari kriteria yang ditetapkan.
2.2.4 Manfaat Audit Manajemen Manfaat audit manajemen menurut Tunggal (2012) antara lain: 1.
Memberi informasi operasi yang relevan dan tepat waktu untuk pengambilan keputusan.
2.
Membantu manajemen dalam mengevaluasi catatan, laporan-laporan dan pengendalian.
3.
Memastikan ketaatan terhadap kebijakan manajerial yang ditetapkan, rencana rencana, prosedur serta persyaratan peraturan pemerintah.
4.
Mengidentifikasi area masalah potensial pada tahap dini untuk menentukan tindakan preventif yang akan diambil.
5.
Menilai efektivitas dalam mencapai tujuan dan sasaran perusahaan yang telah ditetapkan. Menyediakan tempat pelatihan untuk personil dalam seluruh fase operasi perusahaan.
12 6.
Menilai ekonomisasi dan efisiensi penggunaan sumber daya termasuk memperkecil pemborosan.
2.2.5 Audit Manajemen dengan Audit Keuangan Perbedaannya audit manajemen dengan audit keuangan menurut Bayangkara (2015), sebagai berikut: Tabel 2.1 Perbedaan Audit Manajemen dengan Audit Keuangan Karakteristik Tujuan
Audit Keuangan Dilakukan
Audit Manajemen
untuk Ditujukan
untuk
keyakinan mencapai perbaikan atas
mendapatkan
bahwa laporan keuangan beberapa disajikan oleh perusahaan program/aktivitas dalam telah
disusun
proses
melalui pengelolaan yang yang
akuntansi
perusahaan memerlukan
berlaku secara umum dan perbaikan. menyajikan
dengan
sebenarnya
kondisi
keuangan perusahaan pada tanggal
pelaporan
dan
kinerja manajemen pada periode tersebut. Ruang Lingkup
Menekankan audit pada Ruang lingkup meliputi data-data
akuntansi keseluruhan
perusahaan
dan
proses manajemen dan unit-unit
penyajian laporan yang terkait disajikan manajemen. Dasar Yuridis
fungsi
yang
ada
di
dalamnya.
Mengharuskan penyajian Audit manajemen bukan laporan
keuangan
yang suatu
keharusan
telah diaudit oleh auditor suatu perusahaan. independen
(akuntan
publik) kepada pihak yang berkepentingan.
bagi
13 Karakteristik Pelaksana Audit
Audit Keuangan
Audit Manajemen
Dilakukan dalam rangka Dilakukan dalam rangka mendapatkan pengesahan untuk
menemukan
(opini) secara independen berbagai dari pihak auditor atas kekurangan/kelemahan kewajaran
laporan pengelolaan perusahaan
keuangan yang disajikan (melalui manajemen perusahaan.
pengelolaan
berbagai program) yang dilakukan manajemen.
Frekuensi Audit
Dilakukan paling sedikit Tidak
ada
mengikat
satu kali dalam satu tahun mengharuskan dan bersifat reguler.
melakukan audit setiap periode waktu tertentu.
Orientasi Hasil Audit
Dilakukan terhadap data- Menekankan kepentingan data keuangan perusahaan perbaikan dilakukan di yang bersifat historis.
Bentuk Laporan Audit
masa yang akan datang.
Disajikan dalam bentuk Disajikan dalam bentuk laporan
pendek
menyertai
yang laporan
yang
bersifat
laporan komprehensif.
keuangan hasil audit. Pengguna Laporan
Ditujukan berbagai pengguna diluar
kepada Ditujukan kepada pihak kelompok internal perusahaan. yang
berada
perusahaan
(eksternal). Sumber: Bayangkara (2015)
2.2.6 Prinsip Dasar Audit Manajemen Menurut Bayangkara (2015), ada tujuh prinsip dasar yang harus diperhatikan auditor agar audit manajemen dapat mencapai tujuan dengan baik, yaitu: 1.
Audit dititikberatkan pada objek audit yang mempunyai peluang untuk diperbaiki.
14 Prinsip ini berkaitan dengan tujuan audit manajemen, yaitu menciptakan perbaikan
terhadap
program
atau
aktivitas
perusahaan,
maka
audit
dititikberatkan kepada hal-hal yang masih memerlukan perbaikan agar mencapai kondisi yang optimal dalam mengelola sumber daya yang dimiliki perusahaan. Prinsip ini mengarahkan audit pada berbagai kelemahan manajemen baik dalam hal operasional yang berjalan tidak efisien dan pencapaian tujuan yang tidak efektif maupun kegagalan perusahaan dalam menerapkan berbagai ketentuan dan peraturan serta kebijakan yang telah ditetapkan. 2.
Prasyarat penilaian terhadap kegiatan objek audit. Penilaian yang akurat membutuhkan audit yang saksama, baik terhadap kinerja manajemen maupun berbagai program atau metode operasi yang telah dilaksanakan. Berdasarkan hasil audit yang dilakukan akan diketahui apakah program yang ditetapkan, metode pelaksanaan operasi, atau kebijakan yang ditetapkan manajemen secara efektif dapat mendukung pencapaian tujuan perusahaan. Audit merupakan prasyarat yang harus dilakukan sebelum penilaian dilakukan.
3.
Pengungkapan dalam laporan tentang adanya temuan-temuan yang bersifat positif. Prinsip ini menyajikan temuan-temuan yang merupakan kelemahan dalam pengelolaan perusahaan, auditor juga harus menyajikan temuan-temuan positif yang biasanya berupa keberhasilan yang dicapai manajemen dalam mengelola berbagai program atau aktivitas dalam operasinya. Hal ini dilakukan untuk memberikan penilaian yang objektif terhadap objek yang diaudit.
4.
Identifikasi individu yang bertanggung jawab terhadap kekurangan-kekurangan yang terjadi. Auditor harus dapat mengidentifikasi dan menemukan individu-individu yang bertanggung jawab terhadap berbagai kelemahan-kelemahan yang terjadi pada perusahaan. Hal ini penting dan berguna karena dengan mengetahui individuindividu tersebut, permasalahan dan penyebab terjadinya kelemahan atau kekurangan tersebut akan dapat digali lebih dalam, sehingga tindakan koreksi yang akan dilakukan menjadi lebih tepat dan cepat.
15 5.
Penentuan tindakan terhadap petugas yang seharusnya bertanggung jawab. Auditor secara langsung tidak memiliki wewenang dalam memberikan sanksi atau tindakan terhadap petugas yang bertanggung jawab terhadap kelemahan yang terjadi, tetapi berdasarkan hasil audit yang dilakukan, auditor dapat memberikan berbagai pertimbangan dalam menentukan sanksi yang akan diberikan oleh pihak yang lebih tinggi dari petugas yang bersangkutan.
6.
Pelanggaran hukum Dalam proses audit, tidak tertutup kemungkinan auditor menemukan berbagai pelanggaran terhadap hukum yang berlaku. Pelanggaran dapat berupa penipuan, penggelapan aset-aset perusahaan maupun berbagai kegiatan yang secara sengaja merugikan perusahaan untuk kepentingan pribadi maupun kelompok. penyelidikan
Walaupun terhadap
bukan
tugas
utama
pelanggaran
auditor untuk melakukan
hukum,
auditor
harus
segera
menyampaikan temuan tersebut kepada atasannya tentang adanya pelanggaran tersebut. 7.
Penyelidikan dan pencegahan kecurangan. Jika terdapat indikasi terjadinya kecurangan (fraud) pada objek audit, auditor harus memberikan perhatian khusus dan melakukan penyelidikan yang lebih mendalam terhadap hal tersebut, sehingga diharapkan kecurangan tersebut tidak terjadi.
2.2.7 Tahap-Tahap Audit Manajemen Menurut Bayangkara (2015) ada lima tahap yang harus dilakukan dalam audit manajemen, yaitu: 1.
Audit Pendahuluan Audit pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan informasi latar belakang terhadap objek yang di audit. Di samping itu, pada audit ini juga dilakukan penelaahan terhadap berbagai peraturan, ketentuan, dan kebijakan berkaitan dengan aktivitas yang diaudit, serta menganalisis berbagai informasi yang telah diperoleh untuk mengidentifikasi hal-hal yang potensial mengandung kelemahan pada perusahaan yang diaudit. Dari informasi latar belakang ini, auditor dapat menentukan tujuan audit sementara (tentative audit objective).
16 Dalam tahap audit ini auditor dapat menentukan beberapa tujuan audit sementara. 2. Review dan Pengujian Pengendalian Manajemen Pada tahap ini auditor melakukan review dan pengujian terhadap pengendalian manajemen objek audit, dengan tujuan untuk menilai efektivitas pengendalian manajemen dalam mendukung pencapaian tujuan perusahaan. Dari hasil pengujian ini, auditor dapat lebih memahami pengendalian yang berlaku pada objek audit sehingga dengan lebih mudah dapat diketahui potensi-potensi terjadinya
kelemahan
pada
berbagai
aktivitas
yang
dilakukan.
Jika
dihubungkan dengan tujuan audit sementara yang telah dibuat pada audit pendahuluan, hasil pengujian pengendalian manajemen ini dapat mendukung tujuan audit sementara tersebut menjadi tujuan audit sesungguhnya (definitive audit objective), atau mungkin ada beberapa tujuan audit sementara yang gugur, karena tidak cukup (sulit memperoleh) bukti-bukti untuk mendukung tujuan audit tersebut. 3.
Audit Terinci Pada tahap ini auditor melakukan pengumpulan bukti yang cukup dan kompeten untuk mendukung tujuan audit yang telah ditentukan. Pada tahap ini juga dilakukan pengembangan temuan untuk mencari keterkaitan antara satu temuan dengan temuan yang lain dalam menguji permasalahan yang berkaitan dengan tujuan audit. Temuan yang cukup, relevan, dan kompeten dalam tahap ini disajikan dalam suatu Kertas Kerja Audit (KKA) untuk mendukung kesimpulan audit yang dibuat dan rekomendasi yang diberikan.
4.
Pelaporan Tahap ini bertujuan untuk mengkomunikasikan hasil audit termasuk rekomendasi yang diberikan kepada berbagai pihak yang berkepentingan. Hal ini penting untuk meyakinkan pihak manajemen (objek audit) tentang keabsahan hasil audit dan mendorong pihak-pihak yang berwenang untuk melakukan perbaikan terhadap berbagai kelemahan yang ditemukan. Laporan disajikan dalam bentuk komprehensif (menyajikan temuan-temuan penting hasil
audit
untuk
mendukung
kesimpulan
audit
dan
rekomendasi).
Rekomendasi harus disajikan dalam bahasa yang mudah dimengerti serta menarik untuk ditindaklanjutkan.
17 5. Tindak Lanjut Tindak lanjut merupakan tahap akhir dari audit manajemen, yang bertujuan untuk mendorong pihak-pihak yang berwenang untuk melakukan tindak lanjut atau perbabaikan sesuai rekomendasi yang diberikan. Auditor tidak memiliki wewenang untuk mengharuskan manajemen melaksanakan tindak lajut sesuai dengan rekomendasi yang diberikan. Suatu rekomendasi yang tidak disepakati oleh objek audit akan sangat berpengaruh pada pelaksanaan tindak lanjutnya. Hasil audit menjadi kurang bermakna apabila rekomendasi yang diberikan tidak ditindaklanjuti oleh pihak yang di audit. Sedangkan menurut Agoes (2012) audit tediri dari empat tahap, yaitu: 1.
Penelitian pendahuluan (preliminary survey) Tujuan dari penelitian pendahuluan adalah untuk mendapatkan informasi umum dan latar belakang dalam waktu yang relatif singkat, mengenai semua aspek dari organisasi, kegiatan, program atau sistem yang dipertimbangkan untuk diperiksa.
2.
Penelaahan dan pengujian atas sistem pengendalian manajemen (review dan Testing of Management Control System) Evaluasi atas pengendalian manajemen ini pada dasarnya ditujukan untuk mengidentifikasi adanya kelemahan pada pengawasan yang disebabkan karena tidak ditaatinya prosedur pengendalian yang telah diterapkan. Alat bantu dalam melaksanakan evaluasi tersebut adalah dengan menggunakan kuesioner.
3.
Pengujian terperinci (detailed examination) Tujuan dari pemeriksaan yang terperinci ini mencakup pengumpulan dan menganalisis informasi yang perlu untuk mempertimbangkan, mendukung dan menyajikan secara tepat temuan dalam audit, termasuk kesimpulan dan rekomendasi yang akan diberikan. Auditor harus dapat memastikan bahwa informasi tersebut valid, dapat dipercaya, memadai dan relevan data yang kita miliki.
4.
Pengembangan laporan (report development) Dari hasil pengujian pemeriksaan yang dilaksanakan, kemudian dibuat laporan hasil audit secara menyeluruh sebagai kesimpulan atas pemeriksaan yang dilakukan.
18 2.3
Pengertian Ekonomisasi, Efisiensi dan Efektivitas
2.3.1 Ekonomisasi Menurut Bayangkara (2015) pengertian ekonomis adalah: Ekonomisasi berhubungan dengan bagaimana perusahaan dalam mendapatkan sumber daya yang akan digunakan dalam setiap aktivitas. Sumber daya adalah kapasitas aktivitas yang harus dimiliki perusahaan sehingga berbagai program yang ditetapkan dapat berjalan dengan baik. Bagaimana perusahaan mendapatkan sumber daya, dan apakah telah diperoleh dengan pengorbanan yang paling kecil. Ekonomisasi merupakan ukuran input yang digunakan dalam berbagai program yang dikelola. Artinya, jika perusahaan mampu memperoleh sumber daya yang akan digunakan dalam operasi dengan pengorbanan yang paling kecil, ini berarti peruaahaan telah mampu memperoleh sumber daya tersebut dengan cara yang ekonomis. Berbagai cara dapat dilakukan peruahaan untuk mendapatkan input dengan pengorbanan yang paling kecil, seperti melalui kontrak jangka panjang dengan pemasok, menetapkan beberapa pemasok terpilih yang memiliki kualifikasi sesuai dengan kebutuhan perusahaan, dan berbagai cara yang lain. Apapun bentuknya, pada dasarnya usaha untuk memperoleh input dengan pengorbanan minimal tanpa mengabaikan kualitas dan kuantitasnya adalah salah satu bentuk ekonomisasi perolehan sumber daya. Bentuk-bentuk ekonomisasi di atas merupakan pilihan perusahaan merupakan pilihan perusahaan dengan melibatkan pemasok dalam rencana operasinya dan ini merupakan salah satu bentuk pemanfaatan rantai nilai eksternal (external value chain) dalam mencapai tujuan perusahaan.
2.3.2 Efisiensi Menurut Bayangkara (2015) pengertian efisiensi adalah: Efisiensi berhubungan dengan bagaimana perusahaan melakukan operasinya, sehingga dapat dicapai optimalisasi penggunaan sumber daya yang dimiliki. Efisiensi berhubungan dengan metode kerja (operasi). Dalam hubungannya dengan konsep input-proses-output, efisiensi adalah rasio antara output dan input. Seberapa besar output yang dihasilkan dengan menggunakan sejumlah tertentu input yang dimiliki perusahaan. Metode kerja yang baik akan dapat memandu proses operasi berjalan dengan mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang dimilki perusahaan. Jadi,
19 efisiensi merupakan ukuran proses yang menghubungkan antara input dan output dalam operasional perusahaan. Seperti telah dikemukakan sebelumnya, audit manajemen bertujuan untuk mengidentifikasi kegiatan, program, dan aktivitas yang masih memerlukan perbaikan, sehingga dengan rekomendasi yang diberikan nantinya dapat dicapai perbaikan atas pengelolaan berbagai program dan aktivitas pada perusahaan tersebut. Program atau kegiatan yang dilakukan selalu mengkonsumsi sumber daya. Sumber daya merupakan kapasitas aktivitas yang dimiliki dan tersedia untuk melakukan aktivitas dalam operasi perusahaan. Suatu program dapat berupa berbagai upaya yang akan atau sedang dilakukan dalam mencapai tujuan perusahaan.
2.3.3 Efektivitas Menurut Bayangkara (2015) pengertian efektivitas adalah: Efektivitas berhubungan dengan tingkat keberhasilan suatu perusahaan untuk mencapai tujuannya, apakah pelaksanaan suatu program atau aktivitas telah mencapai tujuaanya. Efektivitas merupakan ukuran dari output.
2.4
Pengendalian Internal
2.4.1 Pengertian Pengendalian Internal Mayangsari dan Wandanarum (2013) mendefinisikan “Internal control sebagai penggunaan seluruh sumber daya perusahaan untuk meningkatkan, mengarahkan, mengendalikan, dan mengawasi bagian aktifitas organisasi dengan tujuan untuk memastikan agar tujuan perusahaan tercapai”. Menurut Hery dalam bukunya yang berjudul Pengendalian Akuntansi dan Manajemen (2014) menyatakan bahwa “Pengendalian internal adalah seperangkat kebijakan dan prosedur untuk melindungi aset atau kekayaan perusahaan dari segala bentuk tindakan penyalahgunaan, menjamin tersedianya informasi akuntansi perusahaan yang akurat, serta memastikan bahwa semua ketentuan hukum/undang undang serta kebijakan manajemen telah dipatuhi atau dijalankan sebagaimana mestinya oleh seluruh karyawan perusahaan”.
2.4.2 Tujuan Pengendalian Internal Menurut Hery (2014) tujuan dari pengendalian internal, antara lain:
20 1.
Aset yang dimiliki oleh perusahaan telah diamankan sebagaimana mestinya dan hanya digunakan untuk kepentingan perusahaan semata, bukan untuk kepentingan individu (perorangan) oknum karyawan tertentu. Dengan demikian, pengendalian internal di terapkan agar seluruh aset perusahaan dapat terlindungi dengan baik dari tindakan penyelewengan, pencurian, dan penyalahgunaan yang tidak sesuai dengan wewenang dan kepentingan perusahaan.
2.
Informasi akuntansi perusahaan tersedia secara akurat dan dapat diandalkan. Ini dilakukan dengan memperkecil resiko baik atas salah saji laporan keuangan yang disengaja (kecurangan) maupun yang tidak disengaja (kelalaian).
3.
Karyawan telah menaati hukum dan peraturan. Salah satu hal yang paling riskan dalam pengendalian internal, yakni kecurangan yang dilakukan oleh karyawan (employee fraud). Kecurangan karyawan ini merupakan tindakan yang disengaja dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan pribadi.
2.4.3 Komponen Pengendalian Internal Terdapat lima komponen pengendalian internal Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (COSO) menurut Mayangsari dan Wandanarum (2013): 1.
Lingkungan pengendalian (Control Environment) Komponen lingkungan pengendalian terdiri atas sikap manajemen di semua tingkatan terhadap operasi secara umum dan dan konsep control secara khusus yang mencakup etika, kompetensi, integritas, dan kepentingan terhadap kesejahteraan organisasi.
2.
Penilaian resiko (Risk Assesment) Penilaian resiko mencakup penentuan resiko di seluruh aspek organisasi dan penentuan kekuatan sebuah organisasi melalui evaluasi resiko. COSO juga menambahkan pertimbangan tujuan di seluruh bidang operasi untuk memastikan seluruh bagian organisasi telah berjalan secara harmonis untuk mencapai tujuannya.
3.
Aktivitas pengendalian (Control Activities) Aktifitas pada komponen ini meliputi persetujuan, tanggung jawab dan kewenangan, pemisahan tugas dan pendokumentasian, rekonsiliasi, karyawan yang kompeten dan jujur, auditing internal dan audit internal. Aktifitas yang
21 telah disebutkan harus dievaluasi resikonya untuk perusahaan secara keseluruhan. 4.
Informasi dan komunikasi (Information and Communication) Komponen ini adalah bagian terpenting dalam proses manajemen. Manajemen tidak akan berfungsi dan tidak akan mengetahui operasi kontrol internal yang digunakan untuk mengevaluasi efektivitas kontrol untuk mengelola perusahaan apabila substansi-substansi tidak disampaikan oleh pihak audit.
5.
Pemantauan (Monitoring) Pengawasan merupakan evaluasi rasional yang dinamis atas informasi yang diberikan pada komunikasi informasi untuk tujuan kontrol.
2.4.4 Pemahaman dan Evaluasi Pengendalian Internal Menurut Agoes (2012) ada tiga cara yang bisa digunakan untuk pemahaman dan evaluasi pengendalian internal suatu perusahaan, yaitu: 1.
Internal Control Questionnaires (ICQ) Internal Control Questionnaires (ICQ) adalah cara yang paling banyak digunakan oleh auditor karena dianggap sederhana dan praktis. Pertanyaan pertanyaan dalam ICQ diminta untuk dijawab Ya (Y), Tidak (T), atau Tidak Relevan (TR). Jika pertanyaan-pertanyaan tersebut sudah disusun dengan baik, maka jawaban “Ya” akan menunjukkan ciri internal control yang baik, “Tidak” akan menunjukkan ciri internal control yang lemah, “Tidak Relevan” berarti pertanyaan tersebut tidak relevan untuk perusahaan tersebut. ICQ biasanya dikelompokkan sesuai dengan siklus-siklus yang dievaluasi pengendalian internalnya.
2.
Bagan Arus (Flow Chart) Bagan Arus (Flow Chart) menggambarkan arus dokumen dalam sistem dan prosedur di suatu unit usaha, misalnya flow chart untuk prosedur pembelian, utang dan pengeluaran kas, digambarkan arus dokumen mulai dari permintaan pembelian, order pembelian sampai dengan pelunasan utang yang berasal dari pembelian tersebut. Untuk auditor yang terlatih baik, penggunaan flow chart lebih disukai, karena auditor dapat lebih cepat melihat apa saja kelemahankelemahan dan kebaikan-kebaikan dari suatu sistem dan prosedur. Setelah flow chart dibuat, auditor harus melakukan walk through, yaitu mengambil dua atau
22 tiga dokumen untuk mengetes apakah prosedur yang dijalankan sesuai dengan apa yang digambarkan dalam flow chart. 3.
Narrative Cara ini dilakukan auditor dengan menceritakan dalam bentuk memo, sistem dan prosedur akuntansi yang berlaku di perusahaan, misalnya prosedur pengeluaran kas. Cara ini biasa digunakan untuk klien kecil yang pembukuannya sederhana.
2.5
Jasa
2.5.1 Pengertian Jasa Pengertian jasa menurut Kotler yang dikutif oleh Hurriyati (2010) ialah “setiap tindakan atau kinerja yang ditawarkan oleh satu pihak ke pihak lain yang secara prinsip tidak berwujud dan tidak menyebabkan perpindahan kepemilikan”. Menurut Gronroos dalam Tjiptono dan Chandra (2011), “Jasa adalah proses yang terdiri atas serangkaian aktivitas intangible yang biasanya (namun tidak harus selalu) terjadi pada interaksi antara pelanggan dan karyawan jasa dan/atau sumber daya fisik atau barang atau sistem penyedia jasa, yang disediakan sebagai solusi atas masalah pelanggan”.
2.5.2 Karakteristik Jasa Menurut Kotler yang dikutip oleh Hurriyati (2010) bahwa jasa memiliki empat ciri utama yaitu sebagai berikut: 1.
Tidak berwujud (Intangibility) Hal ini menyebabkan konsumen tidak dapat melihat, mencium, meraba, mendengar dan merasakan hasilnya sebelum mereka membelinya. Untuk mengurangi ketidakpastian, konsumen akan mencari informasi tentang jasa tersebut, seperti lokasi perusahaan, para penyedia dan penyalur jasa, peralatan dan alat komunikasi yang digunakan serta harga jasa produk tersebut. Beberapa hal yang dapat dilakukan perusahaan untuk meningkatkan kepercayaan calon konsumen, yaitu sebagai berikut: pertama, meningkatkan visualisasi jasa yang tidak berwujud menjadi berwujud. Kedua, menekankan pada manfaat yang diperoleh. Ketiga, menciptakan suatu nama merek (brand name) bagi jasa. Keempat, memakai nama orang terkenal untuk meningkatkan kepercayaan konsumen.
23 2.
Tidak terpisahkan (Inseparability) Jasa tidak dapat dipisahkan dari sumbernya, yaitu perusahaan jasa yang menghasilkannya. Jasa diproduksi dan dikonsumsi pada saat bersamaan. Jika konsumen membeli suatu jasa, maka ia akan berhadapan langsung dengan sumber atau penyedia jasa tersebut, sehingga penjualan jasa lebih diutamakan untuk penjualan langsung dengan skala operasi terbatas.
3.
Bervariasi (Variability) Jasa yang diberikan sering kali berubah-ubah tergantung dari siapa yang menyajikannya, kapan dan dimana penyajian jasa tersebut dilakukan. Ini mengakibatkan sulitnya menjaga kualitas jasa berdasarkan suatu standar.
4.
Tidak tahan lama (Perishability) Jasa tidak dapat disimpan atau mudah musnah, sehingga tidak dapat dijual pada masa yang akan datang. Keadaan mudah musnah ini bukanlah suatu masalah jika permintaannya stabil, karena mudah untuk melakukan persiapan pelayanan sebelumnya. Jika permintaan berfluktuasi, maka perusahaan akan menghadapi masalah yang sulit dalam melakukan persiapan pelayanannya. Untuk itu perlu dilakukan perencanaan produk, penetapan harga serta program promosi yang tepat untuk mengatasi ketidaksesuaian antara penawaran dan permintaan jasa.
2.5.3 Pengertian Perusahaan Jasa Menurut Hery (2011), perusahaan jenis ini tidak menjual barang tetapi menjual jasa kepada pelanggan. Contohnya perusahaan jasa, di antaranya adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang pelayanan transportasi, pelayanan kesehatan (rumah sakit), jasa konsultasi, telekomunikasi dan sebagainya.
2.6
Penelitian terdahulu Pada jurnal ilmiah oleh Divianto (2012) yang berjudul Peranan Audit
Operasional terhadap Efektifitas Pelayanan Kesehatan Rawat Inap di Rumah Sakit (Studi Kasus pada Rumah Sakit Bunda Palembang). Pada penelitian ini masalah yang dibahas yaitu bagaimana peranan audit operasional terhadap efektivitas pelayanan kesehatan Rawat Inap pada Rumah Sakit Bunda Palembang. Dalam penelitian ini Divianto memberikan beberapa saran untuk pelayanan kesehatan rawat
24 Inap di Rumah Sakit Bunda Palembang yaitu menyarankan kepada auditor operasional
Rumah
Sakit
Bunda
Palembang
dalam
melaksanakan
tugas
pengauditannya agar dapat lebih memahami dan mengerti fungsinya dalam organisasi sesuai standar yang telah ditetapkan dan melaksanakan tugas sesuai perannya tersebut, dan menyarankan kepada auditor operasional Rumah Sakit Bunda Palembang agar terus meningkatkan independensi, kemampuan atau keahlian diri dan profesionalisme kerjanya, meningkatkan pengetahuan mengenai pelaksanaan kegiatan audit internal serta untuk mempertajam kemampuan auditor internal maka para auditor melakukan studi banding ke negara-negara maju untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik dan dapat diandalkan terutama untuk meningkatkan kinerja serta peranannya dalam perusahaan. Pada penelitian yang dilakukan oleh Silkfan (2012) yang berjudul Audit Manajemen atas Pelayanan Jasa pada PT. Bianglala Metropolitan Cabang Pekanbaru. Penelitian ini bertujuan untuk mencegah adanya tindakan yang berdampak tidak terpenuhinya aktivitas yang ekonomis, efisien, dan efektif dalam pelayanan jasa pada PT. Bianglala Metropolitan Cabang Pekanbaru. Dalam penelitian ini menyimpulkan bahwa masih terdapat pelanggaran Standard Operating Procedure (SOP) perusahaan yang dilakukan karyawannya, dan adanya beberapa masalah yang berhubungan dengan penyampaian informasi dari pihak manajemen perusahaan dengan pihak klien yang telah terikat kontrak dengan perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Maulina (2015) yang berjudul Audit Manajemen atas Pelayanan Jasa Pelayaran PT Penduang Segara Sentora. Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian dengan metode penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan yang dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan dokumen-dokumen pendukung. Kesimpulan dari penelitian ini adalah proses pelayanan yang telah berjalan dalam perusahaan telah ekonomis, karena berdasarkan perbandingan pendaftaran dokumen secara online, pengeluaran yang dikeluarkan perusahaan selalu terbagi 50:50 dengan klien. Proses pelayanan yang telah berjalan dikatakan kurang efektif karena berdasarkan dari arus prosedur dari awal pelayanan yang diberikan, memang masih ada kekurangan. Proses pelayanan yang telah berjalan dalam perusahaan telah efisien karena dari segala prosedur pelayanan yang telah berjalan semuanya sudah mulai menggunakan sistem online. Dalam jurnal International oleh Jha (2013) yang berjudul Operational Audit for Improving Future Business Operations. Penelitian ini bertujuan untuk
25 mengevaluasi kinerja, menilai struktur organisasi, mengevaluasi pengendalian perusahaan, apakah tujuan organisasi telah dikomunikasikan kepada karyawan. Kesimpulan yang diberikan semua orang-orang yang beroperasi harus memahami urutan yang tepat dan tidak terdapat dicatatan dalam dokumen dan alur kerja. Dalam jurnal International oleh Mohamud (2013) yang berjudul Internal Auditing Practices and Internal Control System in Somali Remittance Firms. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti hubungan antara praktek audit internal dan sistem pengendalian internal di perusahaan. Peneliti memberikan kuesioner sebagai salah satu metode pengumpulan data. Temuan dari penelitian ini adalah bahwa perusahaan memilki beberapa keterbatasan tentang pemisahan tugas. Peneliti juga menyatakan terdapat hubungan positif antara audit internal dengan sistem pengendalian internal. Dalam jurnal International oleh Aikins (2015) yang berjudul Performance Management in Government Internal Audits: Critical Success Factors. Penelitian ini membahas tentang audit internal pada kinerja manajemen pemerintah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja manajemen yang sukses dipengaruhi oleh komitmen pemeriksaan badan pengawas, staf audit, ketersediaan sumber daya yang memadai, serta penggunaan laporan audit untuk memonitor pencapaian terhadap tujuan kinerja.
26