BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Umum Pembahasan pada sub bab teori umum mengenai issue dan kawasan wisata secara umum dan kaitan antara issue dengan kawasan wisata sebagai lokasi penelitian. 2.1.1 Sustainable Transport and Communication System Sebelum memulai, perlu dipahami maksud dari sustainable transport and communication system. Berdasarkan The Habitat Agenda: Chapter IV: C. Sustainable human settlements development in an urbanizing world, diketahui
beberapa
penjelasan
terkait
sustainable
transport
and
communication system, yaitu : “Transport and communication systems are the key to the movement of goods, people, information and ideas, and to access to markets, employment, schools and other facilities and land use, both within cities and between cities, and in rural and other remote areas. Managing transport in human settlements should be done in a way that promotes good access for all to places of work, social interaction and leisure and facilitates important economic activities, including obtaining food and other necessities of life.” Dari penjelasan dapat diketahui cakupan dari issue adalah mengenai bagaimana menjadikan pergerakan manusia, barang informasi dan ide bahkan akses menuju lokasi umum bisa terjadi secara efektif, selain itu bagaimana memfasilitasi kebutuhan manusia dengan akses yang baik seperti bekerja, bersosialisasi dan rekreasi dimana terjadi kegiatan ekonomi seperti jual beli makanan dan kebutuhan lainnya.
2.1.2 Kawasan Wisata Kebutuhan manusia sangat beranekaragam, antara lain berwisata menuju suatu objek atau kawasan wisata. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata kawasan /ka·wa·san/ diartikan daerah tertentu yg mempunyai ciri tertentu, spt tempat tinggal, pertokoan, industri, dsb. Sedangkan katawisata /wi·sa·ta/kegiatan bepergian bersama-sama (untuk 11
12 memperluas pengetahuan, bersenang-senang, dsb), biasa disebut juga bertamasya atau piknik.Maka kawasan wisata merupakan suatu daerah yang di fungsikan sebagai area kegiatan berwisata atau rekreasi dikarenakan memiliki objek-objek wisata yang khas. Kawasan wisata biasanya dikunjungi banyak orang, sehingga membuat banyak pedagang atau retail yang menjual dagangannya di titik-titik tertentu di kawasan tersebut. Munculnya para penjual tersebut sebenarnya membantu pengunjung untuk kerasan dalam kunjungannya tetapi harus diatur dengan baik, kegiatan jual beli yang terjadi dalam arsitektur disebut activity support.
2.1.3 Hubungan Kawasan Wisata denganSustainable Transport and Communication System Seperti disebutkan sebelumnya, bahwa sustainable transport and communication system mencakup pergerakan pada wilayah rekreasi, maka penelitian dilakukan pada kawasan wisata karena pada dasarnya kawasan wisata memiliki sistem sirkulasi manusia, kendaraan dan barang yang teratur dan berbeda dengan jalan di sekitarnya.
2.2 Tinjauan Khusus Pada penelitian digunakan revitalisasi sebagai dasar tindakan pemugaran, responsive
environment
dan
walkability
sebagai
pendekatan
guna
mengidentifikasi dan menjawab masalah pada kawasan tersebut. Selain itu, peraturan pemerintah terhadap kawasan yang dipilih akan diperjelas pada tinjauan khusus.
2.2.1 Revitalisasi Kawasan Kota memiliki potensi wisata yang baik dan sudah selayaknya diperhatikan mengenai bagaimana upaya yang dapat dilakukan guna mengembalikan fungsi kawasan menjadi lebih hidup namun dengan fungsi yang saat ini sebagai kawasan wisata dan bisnis perkantoran. Sebagai kawasan bersejarah, tindakan arsitektural yang dapat dilakukan adalah revitalisasi sebagai tindakan membangun kembali potensi kawasan.
13
2.2.1.1 Definisi Revitalisasi pada kawasan merupakan suatu tindakan yang banyak digunakan pada kawasan yang memiliki nilai histori dan peninggalan yang bersejarah yang masih dipertahankan. Berdasarkan ‘Revitalization Movement’ oleh Anthony F. C. Wallace mendefinisikan revitalisasi sebagai tindakan yang disengaja, terorganisir, upaya sadar oleh anggota masyarakat untuk membangun budaya yang lebih memuaskan. Orangorang yang terlibat dalam proses revitalisasi harus memahami budaya mereka, atau beberapa daerah utama dari itu, sebagai sebuah sistem (apakah akurat atau tidak); mereka harus merasa bahwa sistem budaya ini tidak memuaskan; dan mereka harus berinovasi bukan hanya item kecil, namun sistem budaya baru, menentukan hubungan baru. Selain itu pemahaman revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah vital hidup akan tetapi mengalami kemunduran dan degradasi. Revitalisasi fisik bisa menjadi strategi jangka pendek yang dimaksudkan guna mendorong terjadinya peningkatan kegiatan ekonomi jangka panjang. Revitalisasi fisik diyakini dapat meningkatkan kondisi fisik kota, namun tidak untuk jangka panjang. Untuk itu, tetap diperlukan perbaikan dan peningkatan aktivitas ekonomi (economic revitalization) yang merujuk kepada aspek social budaya serta aspek lingkungan (environmental objectives) secara khusus karena revitalisasi fisik merupakan wadah dari keseluruhan aspek. pada kawasan.
2.2.1.2 Klasifikasi Tindakan Pemugaran Dalam melakukan tindakan pemugaran, terdapat beberapa klasifikasi lanjutan yang lebih menegaskan jenis tindakan yang akan dilakukan pada kawasan atau bangunan. Dikutip dari Historic Preservation: Curatorial Management of the Built Worldkarya James Marston Fitch, upaya revitalisasi dibedakan menjadi preservasi (preservation), restorasi (restoration),
konservasi
dan
konsolidasi
(conservation
an
consolidation), penataan ulang (reconstritution), penggunaan ulang (adaptive
re-use),
rekonstruksi
(reconstruction),
dan
replikasi
14 (replication), sedangkan dari buku Pengantar Panduan Konservasi Bangunan Bersejarah Masa Kolonial karya Sumintardja ditambahkan rehabilitasi sebagai salah satu jenis klasifikasi tindakan pemugaran. Berikut tabel penjelasan dari istilah-istilah dalam klasifikasi pemugaran :
Tabel 2.1 Tabel Jenis-jenis Tindakan Pemugaran Jenis Tindakan
Keterangan
Preservasi
Tindakan perawatan pada bangunan bersejarah dengan bentuk
(preservation)
fisik yang sama, tidak ada penambahan atau pengurangan secara fisik. Dapat dilakukan jenis penambahan seperti pencegahan pencurian, pendingin/pemanas ruangan maupun pencahayaan
Restorasi
Merupakan tindakan pemulihan bangunan yang kegiatannya
(restoration)
menitik beratkan kepada pengembalian keaslian bentuk bangunan tanpa penggunaan bahan baru
Konservasi
Upaya perawatan bangunan yang kegiatannya menitik beratkan
(conservation)
pada pembersihan dan pengawetan bahan
Konsolidasi
Upaya perbaikan bangunan yang kegiatannya menitik beratkan
(consolidation)
pada tindakan memperkuat atau memperkokoh berdirinya bangunan
Penataan ulang Tindakan dimana bangunan asli hanya berupa bagian-bagian (reconstritution) kecil yang di pasang kembali baik di lokasi asal atau di lokasi baru. Biasanya dilakukan apabila lokasi terkena bencana alam. Penggunaan
Tindakan yang biasa dilakukan pada bangunan bersejarah yang
ulang (adaptive masih dapat digunakan yang kemudian digunakan sebagai re-use),
lokasi kegiatan ekonomi dengan pemasukkan pengguna/tenant
Rekonstruksi
Upaya pemulihan bangunan yang kegiatannya menitikberatkan
(reconstruction)
kepada pengembalian keaslian bentuk bangunan dengan penggunaan bangunan baru
Replikasi
Tindakan pembuatan replika dari statue atau bangunan yang
(replication),
bersejarah, seperti meng-copy objek tersebut berdekatan dengan objek aslinya.
Rehabilitasi
Upaya perbaikan bangunan yang kegiatannya menitik beratkan
15 pada penanganan yang sifatnya pemeliharaan
Dari uraian diatas, dapat diketahui jenis tindakan yang sesuai dengan lokasi yang akan di pugar sehingga tindakan tersebut dapat memberikan hasil yang sesuai harapan. Pada kasus ini, tindakan yang sesuai adalah adaptive re-use dikarenakan banyaknya bangunan lama yang masih berdiri di kawasan tetapi belum difungsikan kembali.
2.2.2 Responsive Environment Dalam sebuah kawasan, banyak faktor yang mempengaruhi kualitas dari kawasan tersebut. Kualitas lingkungan terkait dengan kualitas fisik dan estetika yang tercermin, responsive environment dapat menjadi acuan dalam memahami kualitas kawasan.
2.2.2.1 Penjelasan Dalam
pembentukan
karakter
dan
kualitas
kawasan,
dibutuhkan usaha-usaha yang saling menunjang, sehingga menumbuhkan suatu kawasan yang merespon bagi hubungan manusia, lingkungan serta bangunan di dalamnya. Dijelaskan pada buku Responsive Environment a Manual for Designer karya Ian Bentley bahwa responsive environment bertujuan untuk membuat suatu tempat atau kawasan responsive dan kualitas responsive tersebut dapat dicapai dengan desain bangunana maupun desain lingkungannya. Pembangunan kualitas kawasan bukan hanya sekedar ide , tetapi harus mengetahui apa saja bahan dalam membuat suatu lingkungan hidup dan berkualitas.
2.2.2 Poin-poin Penilaian Responsive Environment Dalam
penerapan
lingkungan
dengan
dasar
responsive
environment, perlu diketahui poin-poin yang mempengaruhi guna membentuk atau meningkatkan kualitas lingkungan. Poin yang mempengaruhi antara lain, permeability, variety, legibility, visual appropiatenes, richness dan personalisaton. Berikut penjelasan mengenai poin-poin yang telah disebutkan :
16
1. Permeability Lingkungana atau lokasi yang tingkat aksesibilitasnya tinggi adalah tempat yang memiliki pilihan akses yang beraneka ragam. Permeability pada hal ini merupakan banyaknya alternative jalan dalam suatu lingkungan. Seperti pada contoh, jalan lingkungan yang baik adalah yang memiliki jalan terusan yang menyambung denga jalan lain (gambar atas) bukan jalan buntu atau cul de-sack yang menghentikan pergerakan manusia (gambar bawah).
Gambar 2.1 Bentuk jalan dengan alternatif jalan yang tinggi dan rendah.
Hal tersebut dikarenakan pencapaian ke segala arah dapat dicapai dengan munculnya banyak alternatif jalan. Semakin banyak alternatif jalan atau banyaknya jalan yang terhubung membuat pergerakan manusia tidak terbatas dan memenuhi karakter kawasan dengan aksesibitias tinggi.
2. Variety Kawasan yang luas dan pergerakan manusia yang tinggi bukan satu-satunya yang harus diperhatikan, tetapi juga jenis kegiatan atau keragaman pilihan yang dapat ditawarkan didalamnya. Dalam
17 berkegiatan, manuasia memiliki tujuan lokasi kegiatan seperti sekolah, rumah sakit, pasar maupun kantor, apabila lokasi kegiatan terlalu jauh dapat
membuat
menghentikan
kualitas
hubungan
manusia
diantaranya. Dalam peningkatan kualitas keragaman pilihan, maka terbentuklah mixed-use area atau bangunan yang dimana didalamnya banyak terkumpul berbagai jenis fungsi kegiatan sehingga kegiatan manusia lebih tersentralisasi pada titik-titik tertentu dan membuntuk suatu pusat kegiatan.
Gambar 2.2 Blok lingkungan yang memiliki beberapa fungsi kegiatan
Seperti pada contoh, terdapat suatu blok lingkungan yang didalamnya terdapat fungsi rumah, perkantoran dan sekolah yang berdekatan guna mempusatkan kegiatan dan tidak membuat manusia harus bergerak jauh dan membuang waktu dan tenaganya. Dengan begitu dapat tercapatinya kawasan yang compact dan mengurangi arus sirkulasi yang padat ke suatu titik dari banyak arah.
3. Legibility Dalam mengakses suatu tempat atau lokasi di suatu kawasan, kita perlu mengetahui dengan pasti lokasinya. Keterbacaan atau kejelasan lokasi-lokasi kegiatan di suatu kawasan sangatlah penting dalam membantu manusia dalam pengaksesannya. Dengan adanya kejelasan lokasi, dalam pencapaiannya pelaku dapat
18 menikmati keindahan alam maupun arsitektural yang ada. Legibility sangat terlihat pada kawasan tradisional dengan kawasan modern, pada kawasan tradisional area dengan bukaan yang besar merupakan area komunal seperti taman, dan area umum yang penting seperti lokasi ibadah maupun tempat tinggal petinggi negara menonjol di antara bangunan. Selain itu apabila di lokasi perdagangan yang memerlukan pengamanan tetapi penjual tetap memberi kesempatan bagi yang datang untuk melihat sebagian kegiatan yang dilakukan.
Gambar 2.3 Ruang terbuka yang difungsikan sebahai ruang komunal
Gambar 2.4 Area perdangan yang masih memberi kesempatan melihat kegiatan penjual bagi pengunjung
Berbeda halnya dengan kawasan yang modern, dimana bangunan yang menjulang tinggi saling bersaing seperti ‘buildings cannotlie’ dimana terlihat status pemilik bangunan. Tetapi tidak semua manusia menggunakan bangunan tersebut, terkadang ketinggian atau besarnya bangunan modern menutupi atau membuat lokasi bangunan umum seperti lokasi ibadah maupun stasiun menjadi tidak terbaca dan menimbulkan kebingungan bagi pengguna.
19
Gambar 2.5 Area modern yang dipenuhi banguna tinggi membuat fungsi bangunan umum menjadi tidak terbaca sehingga menyulitkan pengguna.
Kejelasan dapat dibantu dengan adanya elemen-elen yang dapat menjelaskan atau menjadi acuan dalam pencaian informasi, Pada buku responsive environment juga menjelaskan faktor penjelas yaitu nodes, edges, paths, district dan landmark, berikut penjelasan singkat dari physical elements : Tabel 2.2 Tabel Physical Elements Elemen
Keterangan
Path
rute sepanjang yang orang bergerak di seluruh kota
Edge
Batasan-batasan dan area istirahat dalam kontinuitas perjalanan atau pergerakan
Node
Titik fokus strategis untuk orientasi seperti plasa dan persimpangan
District
Daerah
yang
ditandai
dengan
karakteristik umum Landmark
Poin eksternal orientasi, biasanya obyek fisik yang mudah dikenali dalam suatu kawasan
Legibility
dibutuhkan
bagi
kawasan
guna
memenuhi
kebutuhan pengguna dan tidak memberi kesulitan bagi yang akan mengunjungu suatu fungsi, kejelasan atau ketrbacaan lokasi membuat
20 pergerakan
yang jelas dan efektif tanpa membuat manusia
kebingungan ataupun berputar-putar.
4. Visual Appropriateness Banyaknya bangunan dalam suatu kawasan membentuk suatu kesan kawasan dari fasad banguna yang ada. Bentuk massa bangunan atau fasad sangat mempengaruhi interpretasi manusia pada kawasan, suka atau tidak interpretasi tersebut mempengaruhi karakter dan kualitas kawasan. Visual appropriateness dapat tercapat pada kejelasan
bentukan,
kejelasan
fungsi
dan
ornament-ornamen
banguanan yang membentuk ciri khas hingga timbul kesinambungan. Pada kejelasan bentukan massa bangunan biasanya bersifat monoton atau beraneka ragam, seperti pada area perumahan developer yang memiliki model serupa untuk tiap clusternya memberi keseragaman dalam segi visual. Sedangkan dalam kejelasan fungsi, desain bangunan terkedang memberi interpretasi yang berbeda bagi tiap orang, sebuah bangunan hunian yang berlapiskan dinding kaca dapat memberi kesan perkantoran sehingga yang melihat menjadi salah paham akan fungsi bangunan dan sekitarnya. Selain itu, ornament bangunan seperti jendela, pintu dan bentuk kanopi dapat membentuk suatu kesan yang berbeda dari bangunan dan mendukung kesan monoton atau beraneka ragam.
Gambar 2.6 Tampilan fasad bangunan dengan ornamen yang berulang dan beraneka ragam.
5. Richness
21 Selain bentuk fisik bangunan dan elemen lain yang terlihat, bagi pengguna jalan atau pengunjung terdapat kulitas berdasarkan sense-experiences.Sense-experience
merupakan
rasa
yang
ditangkap oleh indra lain tubuh yang memberikan kenyamanan sehingga manusia dapat menikmati lingkungan tersebut. Sebagian besar penilaian tersebut di tangkap secara visual, akan tetapi ada unsur lain yang dapat menagkap rasa dari kawasan yaitu sense of motion, sense of smell, sense of hearing dan sense of touch. - Sense of motion (gerak) Pengalaman kinetik hanya dapat diperoleh melalui gerakan, sehingga kekayaan kinetik menyiratkan kemungkinan yang berbeda untuk bergerak melalui tempat . Oleh karena itu sebagian besar relevan dengan ruang besar : tempat di luar ruangan , dan rute sirkulasi dalam bangunan . - Sense of smell(penciuman) Indera penciuman tidak bisa diarahkan, pilihan pengalaman penciuman hanya dapat dicapai dengan bergerak menjauh dari satu sumber ke arah lain . Jadi poin ini hanya mungkin terjadi di tempat-tempat yang relatif besar . - Sense of hearing (pendengaran) Kontrol terbatas atas apa yang kita dengar : tindakan mendengar sendiri adalah sukarela; meskipun kita dapat membedakan antara suara , berkonsentrasi pada salah satu daripada yang lain . hal ini dapat dicapai dalam ruang kecil , oleh karena itu, tetapi hanya pada biaya memaksakan pada semua orang di sana . Ini berarti yang terbaik adalah terbatas pada ruang yang cukup besar bagi orang untuk melarikan diri sama sekali dari sumber suara yang terlibat . - Sense of touch(sentuhan) Sentuhan adalah baik sengaja dan tidak sengaja dalam karakter : kita bisa memilih apa yang kita ingin menyentuh hanya dengan menggerakkan tangan , tetapi hanya dengan bergerak menjauh kita dapat menghindari disentuh oleh angin atau sinar matahari. Jadi kekayaan tekstur permukaan dapat dikemas ke dalam ruang
22 terkecil , tapi berbagai gerakan udara dan suhu harus disediakan untuk orang-orang besar .
Kekayaan atau richness merupakan rangkaian lain rasa yang ditangkap selain dengan cara pengelihatan, makadari itu hal tersebut sifatnya personal dan tidak dapat terukur secara pasti. Penataan secara baik menjadi standar bagi penataan kawasan yang berpengaruh pada semua orang.
2.2.3 Walkability “Disadvantaged urban neighborhoods are generally characterized by such features as poor access to services, aesthetics, safety, and pedestrian infrastructure (Lovasi 2008) Sustainable transportation berkaitan dengan ekonomi, sosial dan lingkungan pada suatu kawasan. Dalam skala besar pengaturan kawasan berdasar pada urban design dengan mengetahui unsur pembentuk kawasan sendiri. Pada buku The Image of The City karya Kevin Lynch (1960) menyatakan bahwa terdapat unsur pembentuk kota seperti telah dijelaskan sebelumnya pada 2.2.3.1 Pemahaman Walkability Dari unsur-unsur pembentuk kota, walkability merupakan bentuk tindakan dalam penataan kawasan yang berlandaskan urban design dengan memperhatikan hubungan pergerakan manusia dengan lingkungannya. Dikutip dari Mayor of London and Transport for London (TfL) pada ‘Making London a Walkable City: The Walking Plan for London’ walkability adalah: “‘Walkability’ and generally defined as “…the extent to which walking is readily available as a safe, connected, accessible and pleasant mode of transport” Walkability dekat kaitannya dengan walkable streets. dikutip dari Urban Ecology dalam Walkable Streets : A Tool for Oakland, yang menjelaskan walkable streets adalah sebagai berikut :
23 Walkable streets are shared spaces. They are designed for all people, whether in cars, on foot, in wheelchairs or on bicycles. A walkable street makes you want to step outside. That means it has interesting things as you move along — trees, homes, people, apartment buildings. A walkable street doesn’t make you feel you are risking your life trying to cross it.”
2.2.3.2 Unsur-unsur Standar Penilaian Walkability Maka dapat diketahui bahwa desain dengan dasar walkability merupakan desain sirkulasi yang jelas, aman, terintegrasi dan mudah diakses dari dan ke moda transportasi lain. Selain itu, Berdasarkan Walkability Toolkit yang dikeluarkan oleh Urban Ecology Australia, menerangkan bahwa terdapat beberapa elemen dalam mendesain Walkable Community : Tabel 2.3 Tabel Penjelasan Walkability Elements Connectivity, kelangsungan atau ketersediaan rute alternatif dari satu titik ke titik lain dalam jaringan jalan. Area urban sprawl memiliki konektivitas rendah, ditandai oleh blok panjang dan buntu atau bulan sabit jalan. Pola ini jalan tidak langsung kurang aman dan kurang nyaman untuk berjalan dan bersepeda. Density,
jumlah aktivitas yang ditemukan di suatu daerah, sering didefinisikan sebagai penduduk, pekerjaan atau bangunan ukuran luas per unit luas. Masyarakat luas memiliki kepadatan rendah dengan sedikit orang yang hidup di banyak besar di daerah besar jauh dari tempat usaha, pekerjaan, toko dan restoran.
Land-use Mix,
jumlah penggunaan lahan yang berbeda dalam daerah tertentu. Lingkungan campuran yang digunakan meliputi rumah serta kantor, toko-toko, restoran dan layanan lainnya dan fasilitas seperti lembaga keagamaan, sekolah, fasilitas sosial dan rekreasi. Masyarakat kawasan perkotaan biasanya memiliki mixed-use pola dataran rendah, dengan kawasan perumahan besar terpisah dari bisnis dan jasa.
24 Aesthetic
daya tarik atau daya tarik suatu daerah. Estetika meliputi desain bangunan, lansekap dan ketersediaan fasilitas seperti bangku dan pencahayaan
Dengan pendekatan walkability terhadap akses jalan di dalam kawasan Kota terhadap fungsi titik pertemuan transportasi dengan pariwisata, didapatkan kawasan yang terintegrasi dan lebih ramah lingkungan. Hal ini tercermin dalam kondisi lingkungan dan karakteristik di mana pejalan kaki diberi prioritas tertinggi (Gunnarsson, 1996 dan Kumar, 2010) Konektifitas jaringan, hubungan dengan moda transportasi lain, dan berbagai macam land use patterns, keamananjalan dan konteks jalan merupakan unsur yang mempengaruhi tempat walkability sedangkan faktor personal sebagai unsur eksternal yang mempengaruhi pilihan masyarakat untuk berjalan kaki (Kumar, 2010).
Pendekatan walkability juga mencakup fasilitas yang mendukung kenyamanan berjalan, dengan menwarkan kenyamanan tersebut kawasan dapat menjadi lebih menarik. salah satunya terkait dengan elemen aesthetics atau keindahan, street aminities merupakan hal yang harus diperhatikan mencakup penyediaan tempat beristirahat, signage, tempat sampah, hingga pencahayaan jalan. Dengan begitu kawasan yang walkabledapat menjadi acuan guna meningkatkan pengalaman berwisata, meningkatkan kualitas kawasan, memupuk kesadaran berjalan kaki bagi masyarakat karena lebih baik bagi kesehatan diri dan mengurangi polusi di kawasan dalam lingkup kecil.
25
2.2.4 Studi Banding Dalam memahami tindakan pemugaran dalam suatu kasus, diperlukan studi banding guna mengetahui tata cara dan tingkat keberhasilan tindakan tersebut dilakukan, dalam hal ini usaha menghidupkankawasan bersejarah beserta kegiatan didalamnya dengan mengangkat cirikhas kawasan dan memasukkan fungsi baru yang mendukung kegiatan dimasa kini.
2.2.4.1 Little India District, Singapore
Kawasan ini diakui sebagai pusat kehidupan masyarakat India di Singapura . Hal ini juga dilindungi oleh Indian setempat dan orangorang dari etnis lainnya dan India dari luar negeri. Hal ini pernah digunakan ternak.Nilai
untuk
pertanian
sejarah
terletak
dan
kemudian
pada
untuk
keanekaragaman
perdagangan bangunan,
streetscape dan tekstur perkotaan jalan-jalan utama, sisi jalan dan ruang terbuka . Sebagian besar dibangun pada akhir abad ke-19 atau awal abad ke-20 dan masih utuh.The Mosque Gaffoor Abdul , monumen nasional , terletak di distrik bersejarah Little India .
Gambar 2.7 Deretan toko di area Little India Arts Belt (atas) bangunan berhias warna-warni dan kondisi dalam pasar (bawah)
26 Lokasi khusus di kawasan budaya Belt Little India Arts merupakan deretan bangunan tua yang ditujukan untuk kelompok seni yang berbeda untuk saling melengkapi satu sama lain melalui pertukaran ide atau bekerja sama dengan satu lainnya. Di satu sisi, hal ini akan membantu Little India untuk mempertahankan semangat budaya sambil tetap setia pada akar budaya India-nya. Di sisi lain juga menjadikan Singapura sebagai model pelestarian budaya terkemuka di Asia.