BAB 2 LANDASAN TEORI
2.2 Peramalan 2.2.1 Pengertian Peramalan Peramalan merupakan gambaran keadaan perusahaan pada masa yang akan datang. Gambaran tersebut sangat penting bagi manajemen perusahaan karena dengan gambaran tersebut maka perusahaan dapat memprediksi langkahlangkah apa saja yang diambil dalam memenuhi permintaan konsumen. Berikut pengertian peramalan dari beberapa ahli. Menurut Nasution (2006:235) Peramalan adalah proses untuk memperkirakan berapa kebutuhan di masa datang yang meliputi kebutuhan dalam ukuran kuantitas, kualitas, waktu dan lokasi yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan barang ataupun jasa. Peramalan permintaan merupakan tingkat permintaan produk – produk yang diharapkan akan terealisasi untuk jangka waktu tertentu pada masa yang
akan
datang.
Ramalan
penjualan
merupakan
proses
aktivitas
memperkirakan produk yang akan dijual dimasa mendatang dalam keadaan tertentu dibuat berdasarkan data-data yang pernah terjadi atau mungkin terjadi (Nafarin, 2007: 96). Peramalan menurut jangka waktu menurut Heizer dan Render (2009:163) mengatakan bahwa peramalan biasanya diklarifikasikan berdasarkan horizon waktu masa depan yang dilingkupinya. Horizon waktu terbagi menjadi beberapa kategori : 1. Peramalan Jangka Pendek Peramalan ini meliputi jangka waktu hingga satu tahun, tetapi umumnya kurang dari tiga bulan. Peramalan ini digunakan untuk merencanakan pembelian, penjadwalan kerja, jumlah tenaga kerja, penugasan kerja, dan tingkat produksi. 2. Peramalan Jangka Menengah Peramalan jangka menengah atau intermediate umumnya mencakup hitungan bulan hingga tiga tahun. Peramalan ini bermanfaat untuk merencanakan penjualan, perencanaan dan anggaran produksi, anggaran kas, serta menganalisis bermacam-macam rencana operasi. 3. Peramalan Jangka Panjang 11
12 Umumnya untuk perencanaan masa tiga tahun atau lebih. Peramalan jangka panjang digunakan untuk merencanakan produk baru, pembelanjaan modal, lokasi
atau
pengembangan fasilitas,
serta
penelitian
dan
pengembangan (litbang). Ramalan memang tidak selalu tepat 100%, karena masa depan mengandung masalah ketidakpastian, namun dengan pemilihan metode yang tepat dapat membuat peramalan dengan tingkat kesalahan yang kecil. Dari seluruh pendapat para ahli di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa peramalan
adalah
memperkirakan
sesuatu yang akan
terjadi dengan
menggunakan data-data masa lalu.
2.2.2 Tujuan Peramalan Pada dasarnya tujuan paramalan dalam suatu penelitian adalah melakukan analisa terhadap situasi yang diteliti untuk memperkirakan situasi dan kondisi yang akan terjadi dari sesuatu yang diteliti di masa depan. Peramalan merupakan suatu alat bantu yang penting dalam perencanaan yang evektif dan evisien. Dalam hal ini penyusunan suatu rencana untuk mencapai tujuan atau sasaran suatu organisasi terdapat perbedaan waktu antara kegiatan apa saja yang perlu dilakukan, kapan waktu pelaksanaan dan oleh siapa dilaksanakan perencanaan dan peramalan sanagat erat kaitannya, ini dapat dilihat dalam hal penyusunan rencana, dimana dalam penyusunan ini melibatkan masalah peramalan juga. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa peramalan merupakan dasar untuk menyusun rencana. Menurut Gaspersz (2005:26) tujuan peramalan adalah untuk meramalkan permintaan dari itemitem independent demand di masa yang akan datang. Sehingga dengan adanya peramalan produksi manajemen perusahaan akan mendapatkan gambaran keadaan produksi dimasa yang akan datang, dan akan memberikan kemudahan manajeman perusahaan dalam menentukan kebijakan yang akan dibuat oleh perusahaan 2.2.3 Jenis Peramalan Menurut Heizer dan Render (2009:164) pada jenis peramalan dapat dibedakan menjadi beberapa tipe. Dilihat dari perencanaan operasi di masa depan, maka peramalan dibagi menjadi 3 macam yaitu : 1. Peramalan ekonomi (economis forecast) menjelaskan siklus bisnis
13 dengan memprediksi tingkat inflasi, ketersediaan uang, dana yang dibutuhkan untuk membangun perumahan dan indicator perencanaan lainnya. 2. Peramalan teknologi (techonological forecast) memperhatikan tingkat kemajuan teknologi yang dapat meluncurkan produk
baru yang
menarik, yang membutuhkan pabrik dan peralatan baru. 3. Peramalan permintaan (demand forecast) adalah proyeksi permintaan untuk produk atau layanan suatu perusahaan. Peramalan ini disebut juga peramalan penjualan, dimana mengendalikan produksi, kapasitas, serta sistem penjadwalan dan menjadi input bagi perencanaan keuangan, pemasaran, dan sumber daya manusia. Sedangkan menurut Heizer dan Render (2014:115) perusahan atau organisasi menggunakan 3 tipe peramalan utama dalam merencanakan operasional untuk masa mendatang. 1. Peramalan ekonomi (economic forecasts) menangani siklus bisnis dengan memprediksikan tingkat inflasi, uang yang beredar, mulai pembangunan perumahan, dan indikator perencanaan lainnya. 2. Peramalan teknologi (technological forecasts) berkaitan dengan tingkat perkembangan teknologi, di mana dapat menghasilkan terciptanya produk baru yang lebih menarik, yang memerlukan pabrik dan perlengkapan yang baru. 3. Peramalan permintaan (demand forecasts) adalah proyeksi atas permintaan untuk produk atau jasa dari perusahaan. Peramalan mendorong keputusan sehingga para manajer memerlukan informasi dengan segera dan akurat mengenai permintaan yang sesungguhnya. Mereka memerlukan peramalan yang didorong oleh permintaan, di mana fokus perhatian pada pengidentifikasi dan pelacakan keinginan konsumen dengan sangat cepat. Peramalan ini sering menggunakan data poin penjualan saat ini (POS), laporan yang dihasilkan dari para pengecer mengenai pilihan konsumen, dan banyak informasi lainnya yang akan membantu untuk meramalkan dengan data terkini sebanyak mungkin. Peramalan yang didorong oleh permintaan akan mendorong produksi, kapasitas, dan sistem penjadwalan perusahaan serta melayani sebagai input bagi perencanaan
keuangan,
pemasaran,
dan
personel.
Sebagai
tambahan,payoffdalam pengurangan persediaan dan telah usang dapat menjadi besar.
14 2.2.4 Peramalan Menurut Horizon Waktunya Manurut diklasifikasikan
Heizer dengan
dan
Render
horizon
(2014:114)
waktu
pada
Peramalan
masa
biasanya
mendatang
yang
melingkupinya. Horizon waktu dibagi dalam 3 kategori sebagai berikut. 1.
Peramalan jangka pendek: Peramalan ini memiliki rentang waktu sampai dengan 1 tahun, tetapi umumnya kurang dari 3 bulan. Digunakan untuk perencanaan pembelian, penjadwalan pekerjaan, level angkatan kerja, penugasan pekerjaan, dan level produksi.
2.
Peramalan jangka menengah: Kisaran menengah, atau intermediate, peramalan umumnya rentang waktu dari 3 bulan hingga 3 tahun. Berguna dalarn perencanaan penjualan, perencanaan produksi dan penganggaran, penganggaran uang kas, dan analisis variasi rencana operasional.
3.
Peramalan kisaran panjang: Umumnya 3 tahun atau lebih dalam rentang waktunya, peramalan jangka panjang digunakan dalam perencanaan untukprodukbaru, pengeluaran modal, lokasi tcmpat fasilitas atau perluasan, dan penelitian serta pengernbangan. Peramalan dalam jangka menengah dan panjang ditentukan dari
peramalan jangka pendek dengan 3 fitur berikut. 1.
Pertama, peramalan jangka menengah dan panjang yang berhubungan dengan permasalahan yang lebih komprehensifyang mendukung keputusan manaj emen mengenai perencanaan produk, pabrik, dan proses. Mengimplementasikan beberapa keputusan fasilitas, misalnya keputusan GM untuk membuka pabrik manufaktur yang baru di Brasil, memerlukan waktu 5 hingga 8 tahun dari permulaan hingga penyelesaian.
2.
Kedua, peramalan dalam jangka pendek biasanya menjalankan metodologi yang berbeda daripada peramalan jangka panjang. Teknik matematika, misalnya pergerakan rata-rata, penghalusan rata-rata, dan perhitungan kecenderungan (semuanya yang akan kita teliti sebentar lagi), umumnya untuk proyeksi dalarn jangka pendek. Lebih luas lagi, metode yang kurang kuantitatif berguna dalam memprediksi permasalahan seperti apakah produk baru atau tidak, seperti perekam disket/cakram optik (optical disc recorder), harus diperkenalkan ke dalam lini produk perusahaan.
3.
Terakhir, seperti yang Anda harapkan, peramalan dalam jangka pendek cenderung lebih akurat daripada peramalan dalam jangka yang lebih
15 panjang. Faktor-faktor yang memengaruhi permintaan dapat berubah setiap harinya. Bahkan, sebagaimana horizon waktu yang semakin panjang, mungkin keakuratan dari peramalan akan berkurang. Hampir selesai tanp a melupakan, bahwa, peramalan penjualan harus diperbarui secara teratur untuk mempertahankan nilai dan integritas mereka. Setelah tiap periode penjualan, peramalan akan ditinjau kembali dan direvisi.
2.2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peramalan Permintaan suatu produk pada suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan yang saling berinteraksi dalam pasar yang berada di luar kendali perusahaan. Dimana faktor - faktor lingkungan tersebut juga akan mempengaruhi peramalan. Permintaan akan suatu produk pada suatu perusahaan merupakan resultan dari berbagai faktor yang saling berinteraksi dalam pasar. Faktor-faktor ini hampir selalu merupakan kekuatan yang berada diluar kendali perusahaan (Taylor III, 2005:248). Berbagai faktor antara lain : 1.
Siklus Bisnis Penjualan produk akan dipengaruhi oleh permintaan akan produk tersebut, dan permintaan akan suatu produk akan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi yang membentuk siklus bisnis dengan fase-fase, inflasi resesi, depresi, dan masa pemulihan.
2.
Siklus Hidup Produk Siklus hidup suatu produk biasanya mengikuti pola yang biasa disebut kurva S. Kurva S menggambarkan besarnya permintaan terhadap waktu, dimana siklus hidup suatu produk yang dibagi menjadi fase pengenalan, fase pertumbuhan, fase kematangan, dan akhirnya fase penurunan. Untuk menjaga kelangsungan usaha, maka perlu dilakukan inovasi produk pada saat yang tepat.
3.
Faktor Lain Beberapa faktor lain yang mempengaruhi permintaan adalah reaksi balik dari pesaing, perilaku konsumen yang berubah, dan usaha-usaha yang dilakukan sendiri oleh perusahaan seperti peningkatan kualitas, pelayanan, anggaran periklanan, dan kebijaksanaan pembayaran secara kredit.
16 2.2.6 Tahap-Tahap Peramalan Ada 8 tahap dalam melakukan peramalan (Heizer dan Render, 2009:150) 1.
Menentukan penggunaan dari peramalan tersebut – tujuan apakah yang ingin dicapai?
2.
Memilih items atau kuantitas yang akan diramalkan.
3.
Menentukan horison waktu dari peramalan – apakah 1 sampai 30 hari (jangka pendek), 1 bulan sampai 1 tahun (jangka menengah), atau lebih dari 1 tahun (jangka panjang) ?
4.
Memilih metode peramalan.
5.
Mengumpulkan data yang diperlukan untuk membuat ramalan.
6.
Menentukan metode peramalan yang tepat.
7.
Membuat peramalan.
8.
Mengimplementasikan hasil dari peramalan. Tahap-tahap diatas merepresentasikan sebuah cara sistematik untuk
mengawali, merancang, dan mengimplementasikan sebuah sistem peramalan. Ketika sistem peramalan tersebut digunakan untuk meramalkan secara berkala, data juga harus dikumpulkan secara rutin, dan perhitungan yang dibutuhkan atau prosedur yang biasanya dilakukan untuk membuat peramalan dapat secara otomatis dijalankan.
2.2.7 Metode Peramalan Menurut Taylor III (2005:301) terdapat dua buah metode dalam melakukan peramalan, yaitu metode Time Series dan metode Kausal, dimana kedua metode ini memiliki 3 buah faktor yang mempengaruhi penilainnya. Ketiga faktor itu adalah : 1.
Faktor seri waktu (Time Series) : merupakan kategori teknik statistik yang menggunakan data historis untuk menentukan perilaku yang akan datang
2.
Faktor Regresi : berusaha untuk mengembangkan hubungan-hubungan sistematis antara item yang diramalkan dengan faktor yang menyebabkan item tersebut memiliki perilaku tertentu, dimana diterjemahkan dalam bentuk model regresi.
3.
Faktor Kualitatif : berusaha untuk
membuat peramalan dengan
menggunakan penilaian, opini, dan pendapat manajemen. Metode yang biasa disebut “penilaian eksekutif” ini biasa digunakan oleh para petinggi
17 perusahaan untuk mendapatkan peramalan jangka panjang. Peramalan dilakukan oleh sekelompok orang yang penilaiannya dianggap valid dibandingkan dengan kelompok lain. Metode-metode yang ada adalah : a.
Metode Time Series Metode ini membuat peramalan dengan menggunakan asumsi bahwa masa depan adalah fungsi dari masa lalu. Tujuannya adalah untuk menentukan pola dalam deret data historis dan menterjemahkan pola tersebut ke masa depan. Menganalisis time series berarti membongkar data masa lalu menjadi komponen-komponen dan kemudian memproyeksikan ke masa atau periode yang akan datang. Model ini sendiri memiliki 6 metode peramalan kuantitatif, yaitu : 1.
Naive Method Ft = Yt – 1 Keterangan : Ft
= Ramalan penjualan
Yt = Penjualan 2.
Exponential Smoothing with trend FIT = Ft + Tt Keterangan FIT = Ramalan penjualan
3.
Ft
= Hasil perhitungan dengan menggunakan α
Tt
= Hasil perhitungan dengan menggunakan β
Exponential Smoothing Ft = Ft-1 + (At-1 – Ft-1 ) α Dimana : Ft
= Ramalan penjualan
Ft-1 = Ramalan sebelumnya At-1 = Permintaan aktual periode sebelumnya a 4.
= Konstanta penghalusan
Weighted Moving Average Ft = (α x Yt1 + β x Yt2 + γ x Yt3) Ft
= Ramalan penjualan
α
= Alpha
18 β
= Beta
γ
= Gamma
Yt1 = Penjualan bulan 1 Yt2 = Penjualan bulan 2 Yt3 = Penjualan bulan 3 5.
Moving Average Metode ini digunakan dan bermanfaat apabila kita menggunakan asumsi bahwa permintaan pasar lebih stabil sepanjang waktu. Metode ini dipakai untuk kondisi dimana setiap data pada waktu yang berbeda mempunyai bobot yang sama sehingga fluktuasi random data dapat diredam dengan rata-ratanya. Apabila tidak semua data masa lalu dapat mewakili asumsi pola data berlanjut terus di masa yang akan datang, maka dapat dipilih sejumlah N data pada periode tertentu saja. Secara sistematis, metode rata-rata bergerak sederhana (yang menjadi
estimasi
dari
permintaan
periode
berikutnya)
ditunjukkan dengan : Rata-rata bergerak n periode = ∑ (Permintaan dalam n periode terdahulu) n
dimana n adalah banyaknya periode dalam rata-rata bergerak. b.
Metode Kausal Regresi linear, model kausal, bergabung menjadi model variabel atau hubungan yang bisa mempengaruhi jumlah yang sedang diramal. Model ini mengasumsikan bahwa faktor yang diramalkan mewujudkan hubungan sebab akibat dengan satu atau lebih independent variabel. Tujuan dari model ini adalah menemukan bentuk hubungan tersebut dan menggunakannya untuk meramalkan nilai mendatang dari dependent variabel. Pendekatan ini lebih kuat dibandingkan metode seri waktu yang hanya menggunakan nilai historis untuk variabel yang diramalkan. 1.
Linear Regression Model matematika yang kita gunakan pada metode kuadrat
terkecil dari proyeksi trend bisa digunakan untuk melakukan analisis
19 regresi linear. Variabel-variabel tak bebas yang akan diramal tetap Y~ , namun sekarang variabel bebas x, bukan lagi waktu. Yˆ = a + bx
Dimana, Yˆ
= Nilai variabel tidak bebas, yaitu penjualan
a
= Perpotongan sumbu Y
b
= Kelandaian garis regresi
x
= Variabel bebas
2.2.8 Ketepatan Peramalan Ketepatan peramalan adalah suatu hal yang mendasar dalam peramalan, yaitu bagaimana mengukur kesesuaian suatu metode peramalan tertentu untuk suatu kumpulan data yang diberikan. Ketepatan dipandang sebagai kriteria penolakan untuk memilih suatu metode peramalan. Dalam permodelan deret berkala (time series) dari data masa lalu dapat diramalkan situasi yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Untuk menguji kebenaran ramalan ini digunakan ketepatan ramalan. Beberapa kriteria yang digunakan untuk menguji ketepatan ramalan antara lain : 1.
Nilai Tengah Galat (Mean Error)
2.
Nilai Tengah Galat Kuadrat (Mean Square Error)
3.
Nilai Tengah Galat Absolut (Mean Absolute Error)
4.
Nilai Tengah Galat Persentase Absolut (Mean Absolute Percentage Error)
5.
Nilai Tengah Galat Persentase (Mean Percentage Error)
6.
Jumlah Kuadrat Galat (Sum Square Error)
7.
Deviasi Standar Galat (Standard Deviation of Error)
2.3 Inventory 2.3.1 Pengertian Persediaan (Inventory) Dalam suatu perusahaan baik itu perusahaan perdagangan maupun perusahaan manufaktur pasti selalu mengandalkan persediaan. Persediaan sebagai kekayaan perusahaan, memiliki peranan penting dalam operasi bisnis. Dalam perusahaan manufaktur, persediaan dapat terdiri dari persediaan bahan
20 baku, bahan pembantu, barang dalam proses, barang jadi, dan persediaan suku cadang. Menurut Sofyan Assauri dalam buku Marihot Manullang dan Dearlina Sinaga (2005:50), menerangkan bahwa persediaan adalah sebagai suatu aktiva lancar yang meliputi barang – barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha normal atau persediaan barang – barang yang masih dalam pekerjaan proses produksi ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaanya dalam suatu proses produksi”. Dari penjelasan tersebut persediaan dapat didefinisikan sebagai suatu bagian dari kekayaan perusahaan yang digunakan dalam rangkaian proses produksi untuk diolah menjadi barang setengah jadi dan akhirnya menjadi barang jadi ataupun sumber daya perusahaan yang disimpan untuk mengantisipasi permintaan konsumen. 2.3.2 Jenis jenis Persediaan Persediaan yang terdapat dalam perusahaan dapat dibedakan menurut beberapa cara. Dilihat dari fungsinya, menurut Heizer dan Render (2009:82-83) mengemukakan bahwa terdapat 4 jenis persediaan yang harus dipelihara perusahaan untuk mengakomodasi fungsi-fungsi persediaan, yaitu: 1. Persediaan bahan mentah (raw material inventory) Bahan-bahan yang biasanya dibeli,tetapi belum memasuki prose manufaktur dan digunakan untuk melakukan decouple (memisahkan) pemasok dari proses produksi. 2. Persediaan barang setengah jadi (WIP inventory) Komponen atau bahan mentah yang telah melewati beberapa proses perubahan, tetapi belum selesai. WIP ada karena waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan sebuah produk (disebut waktu siklus) 3. MRO (Maintenance,Repair,Operating) Persediaan yang disedianakan untuk persediaan pemeliharaan, perbaikan, operasi yang dibutuhkan untuk menjaga agar mesin-mesin dan proses-proses tetap produktif. 4. Persediaan barang jadi Produk yang telah selesai dan tinggal menunggu pengiriman tetapi masih merupakan aset dalam perusahaan.
21 Setiap jenis persediaan mempunyai karakteristik tersendiri dan cara pengelolaan yang berbeda. Menurut jenisnya, persediaan dibedakan menjadi: 1.
Persediaan bahan mentah (raw material) yaitu persediaan barang-barang berwujud seperti baja, kayu, dan komponen-komponen lainnya yang digunakan dalam proses produksi. Bahan mentah dapat diperoleh dari sumber-sumber alam atau dibeli dari pemasok atau dibuat sendiri oleh perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi selanjutnya.
2.
Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased parts/component) yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain di mana secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk.
3.
Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies) yaitu persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi tetapi bukan merupakan bagian atau komponen barang jadi.
4.
Persediaan barang dalam proses (work in process) yaitu persediaan barangbarang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi.
5.
Persediaan barang jadi (finished goods) yaitu persediaan barang-barang yang telah diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual atau dikirim ke pelanggan.
2.3.3 Tujuan Persediaan (Inventory) Herjanto (2007:238), beberapa tujuan penting yang dikandung oleh persediaan dalam memenuhi kebutuhan perusahaan, sebagai berikut: 1.
Menghilangkan risiko keterlambatan pengiriman bahan baku atau barang yang dibutuhkan perusahaan.
2.
Menghilangkan risiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan.
3.
Menghilangkan risiko terhadap kenaikan harga barang atau inflasi.
4.
Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman sehingga perusahaan tidak akan kesulitan jika bahan itu tidak tersedia di pasaran
5.
Mendapatkan keuntungan dari pembelian berdasarkan diskon kuantitas.
6.
Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan tersedianya barang yang diperlukan.
22 2.3.4 Langkah-langkah Pengendalian Persediaan Menurut
Indrajit
dan
Djokopranoto
(2011:71)
untuk
menjaga
kelangsungan beroperasinya suatu pabrik atau fasilitas lain, diperlukan bahwa beberapa jenis material tertentu dalam jumlah minimum tersedia di gudang, supaya sewaktu-waktu ada yang rusak, dapat langsung diganti. Tetapi material yang disimpan dalam persediaan juga jangan terlalu banyak, ada maksimumnya, agar biayanya tidak menjadi terlalu mahal. Pengendalian persediaan merupakan suatu sistem yang dilakukan untuk memonitor semua transaksi yang terjadi pada persedian terutama pada jumlah transaksi dan waktu transaksi. Berikut adalah beberapa tujuan persediaan (Jacobs & Richard, 2011:594): -
Menjaga kelancaran operasi bisnis perusahaan
-
Mengetahui variasi permintaan
-
Fleksibilitas penjadwalan produksi
-
Menjaga hal-hal yang tak terduga seperti adanya keterlambatan pengiriman bahan
-
Mengambil keuntungan dari ukuran pembelian bahan baku Metode pengendalian persediaan mencari jawaban optimal dalam
menentukan jumlah ukuran pemesanan yang ekonomis (EOQ), titik pemesanan kembali atau reorder point (ROP), dan jumlah stock cadangan yang diperlukan (SS). Metode pengendalian persediaan yang bersifat statistic ini biasanya digunakan untuk mengendalikan barang yang permintaannya bersifat bebas dan pengelolannya tidak tergantung dengan ada tidaknya produksi barang lain. Yang berpengaruh hanyalah mekanisme pasar. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pengendalian persediaan berhubungan erat dengan jumlah pemesanan persediaan (Q) dan waktu yang tepat untuk melakukan pemesanan (R). Inventory control yaitu pengendalian tingkat persediaan sedemikian rupa sehingga setiap kali barang diperlukan, selalu tersedia dan harus menjaga agar tingkat persediaan seminimal mungkin untuk menghindari investasi berupa biaya penyediaan yang besar. Secara ideal, sebetulnya persediaan minimum seharusnya adalah nol dan persediaan maksimum adalah sebanyak yang secara ekonomis mencapai optimal. Jadi dapat dibayangkan bahwa pada waktu barang habis, pemesanan barang sejumlah yang paling ekonomis datang. Tetapi ini
23 perhitungan teori, artinya dalam kenyataan tidaklah dapat dijamin bahwa perencanaan dapat secara sempurna terpenuhi. Ada kemungkinan pemakaian barang berubah dan meningkat secara mendadak, ada kemungkinan barang yang dipesan datang terlambat dan sebagainya. Oleh karena dalam menentukan minimum dan maksimum ini ada faktor pengaman yang dapat dihitung berdasarkan pengalaman. Berdasarkan pemikiran tersebut, timbul formula min-max stock untuk pengisian kembali persediaan Sistem persediaan terbagi dalam 2 periode sistem, yaitu single-period system dan multi-period system. Pengelompokan ini berdasarkan pada keputusan pembelian barang persediaan pada satu periode tertentu, dimana dalam periode tersebut dilakukan satu kali pembelian, dan kemudian barang persediaan tidak akan dipesan lagi hingga periode tersebut berakhir. 1.
Single-period inventory system Sistem persediaan
ini dapat dimanfaatkan ketika barang yang akan
didistribusikan kepada konsumen memiliki limited life, tidak dipakai untuk jangka waktu yang lama atau secara berkelanjuta seperti; koran, tiket pesawat terbang, fashion, dan lain-lain. 2.
Multi-period system Sistem persediaan ini dapat digunakan apabila barang persediaan akan digunakan secara berkelanjutan. Sistem ini dibagi dalam 2 tipe yaitu fixedorder period (Q-model) dan fixed-time period (P-model). a.
Q-Model Untuk perhitungan jumlah pemesanan barang yang optimal dan reorder point, rumus yang digunakan adalah:
Qopt =
2 DS H
SS = zs L
R = d L + SS dimana, z = standar deviasi untuk service probability , D = demand selama 1 tahun S = biaya pemesanan
24 H = biaya penyimpanan SS = safety stock R = re-order point Q* = jumlah pemesanan optimal b.
P - Model P-model mengacu pada aturan pemesanan yang bersifat regular mengikuti suatu periode yang tetap, tetapi kuantitas dari barang yang dipesan berbeda-beda. Namun, kesulitan dalam pengimplementasian teknik in adalah diskontinuitas permintaan kebutuhan bersih, sehingga interval pemesanan yang telah ditentukan sebelumnya tidak berlaku lagi. Perhitungan jumlah pemesanan yang optimal adalah sebagai berikut :
Q* = d (T * + L) + SS − I T* =
2S HD
SS = zs T * + L 1 I = SS + ( dT *) 2 dimana, I = Persediaan dalam stock T* = Selang waktu pemesanan kembali L = Waktu pengiriman s = Standar deviasi SS = Safety Stock
d = Permintaan rata-rata Adapun dalam inventory control khususnya pada pengendalian persediaan bahan baku dengan menggunakan metode min-max stock meliputi beberapa tahapan yaitu: 1.
Pardede (2005:422) menyatakan bahwa Economic Order Quantity menunjukan sejumlah barang yang harus dipesan untuk tiap kali pemesanan agar biaya persediaan keseluruhan menjadi sekecil mungkin sedangkan menurut Haizer dan Render (2005:68) model kuantitas pesanan ekoomis merupakan salah satu teknik pengendalian persediaan yang paling
25 tua dan paling di kenal secara luas. Jadi jumlah pesanan yang paling ekonomis (Economic Order Quantity), menurut Sofjan Assauri (2004;182) dapat diartikan sebagai : “Economic order quantity merupakan jumlah atau besarnya pesanan yang memiliki jumlah ordering costs dan carrying costs per tahun paling minimal”. Perhitungan EOQ dengan menggunakan rumus menurut Indrajit dan Djokopranoto (2011:84) EOQ
2Co.D Ch
Keterangan : EOQ
: Jumlah persediaan yang ekonomi
D
: Kebutuhan bahan baku dalam satu periode
Co
: Biaya pesan bahan baku
2. Menentukan Persediaan Minimum (Minimum stock). Minimum Stock
adalah jumlah pemakaian selama waktu pesanan pembelian yang dihitung dari perkalian antara waktu pesanan per periode dan pemakaian rata-rata dalam satu bulan/minggu/hari ditambah dengan persediaan pengaman. Persediaan minimum merupakan batas jumlah persediaan yang paling rendah atau kecil yang harus ada untuk suatu jenis bahan atau barang. Oleh karena persediaan minimum ini dimaksudkan untuk menghindari kemungkinan kekurangan bahan atau persediaan (stock out), maka persediaan minimum ini merupakan persediaan penyelamat (safety stock). Jadi besarnya persediaan minimum dalam suatu perusahaan hendaknya sama dengan besarnya persediaan penyelamat (safety stock). Rumus Persediaan Minimum (Minimum Inventory) menurut Indrajit dan Djokopranoto (2011:87) Minimum Inventory = (T x C) + R Keterangan: T = Pemakaian barang rata-rata per periode (ton/meter/liter) C = Lead Time (bulan) R = Safety Stock (ton) 3. Menentukan Persediaan Maksimum (Maximum Inventory). Maximum Stock adalah jumlah maksimum yang diperbolehkan disimpan dalam persediaan. Jumlah yang perlu dipesan untuk pengisian persediaan
26 kembali. Persediaan maksimum merupakan batas jumlah persediaan yang paling besar (tertinggi) yang sebaiknya dapat diadakan oleh perusahaan. Batas persediaan maksimum ini kadang-kadang tidak didasarkan atas pertimbangan efisiensi dan keefektifan kegiatan perusahaan. Sehingga persediaan maksimum dalam hal ini hanya didasarkan atas kemampuan perusahaan saja terutama kemampuan keuangan perusahaan, kemampuan gudang yang ada dan pembatasan-pembatasan dari sifat-sifat atau kerusakan bahan-bahan tersebut. Rumus Persediaan Maksimum (Maximum Inventory) menurut Indrajit dan Djokopranoto (2011:89) Maximum Inventory = 2(T x C) Keterangan: T = Pemakaian barang rata-rata per periode (ton/meter/liter) C = Lead Time (bulan) 4.
Menentukan Persediaan Pengaman (Safety Stock). Safety Stock atau persediaan pengaman adalah persediaan ekstra yang perlu ditambah untuk menjaga sewaktu-waktu ada tambahan kebutuhan atau keterlambatan kedatangan barang. Rumus Persediaan Pengaman (Safety Stock) menurut Indrajit dan Djokopranoto (2011:89) Safety Stock = (Pemakaian Maksimum — T) x C Keterangan: T = Pemakaian barang rata-rata per periode (ton/meter/liter) C = Lead Time (bulan)
5.
Titik atau tingkat pemesanan kembali (reorder point/level). Titik pemesanan kembali adalah suatu titik atau batas dari jumlah persediaan yang ada pada suatu saat dimana pemesanan harus diadakan kembali. Dalam menentukan titik ini kita harus memperhatikan besarnya penggunaan bahan selama bahanbahan yang dipesan belum diterima, ditentukan oleh factor waktu dan penggunaan rata-rata.
Tingkat Pemesanan Persediaan Kembali (Reorder Point) menurut Indrajit dan Djokopranoto (2011:89) DD = D : Days per Year ROP = SS + (LT x DD)
27 Keterangan DD = Days Demand rate SS = Persediaan Pengaman yang selalu ada di perusahaan LT = Lead time ( 1 Minggu ) = 7 hari
2.4 Kerangka Penelitian Pada saat ini CV. Sumber Cemerlang Jaya sedang mengalami kemajuan. CV. Sumber Cemerlang Jaya termasuk dalam salah satu perusahaan memproduksi pakaian yaitu celana jeans street pensil, celana jeans laki-laki fashion dan celana jeans pendek laki-laki. Selain itu permintaan akan produk celana jeans street pensil, celana jeans laki-laki fashion dan celana jeans pendek laki-laki yang semakin bertambah. Hal ini berakibat pada tingkat produksi juga harus meningkat. Tapi kemajuan itu tidak akan bertahan lama jika tidak didukung oleh setiap komponen perusahaan, salah satunya yaitu tersedianya persediaan yang mencukupi agar proses produksi berjalan lancar. Bahan baku merupakan unsur penting dari modal kerja dan merupakan aktiva yang secara terus-menerus mengalami perubahan. Kekurangan atau kelebihan persediaan bahan baku merupakan gejala yang kurang baik. Kekurangan dapat berakibat kehilangan pelanggan, sedangkan kelebihan persediaan dapat berakibat pemborosan atau inefisiensi. Persediaan bahan baku yang lebih besar dibandingkan dengan kebutuhannya akan memperbesar biaya penyimpanan dan pemeliharaan di gudang. Sebaliknya, adanya persediaan bahan baku yang lebih kecil akan menghambat proses produksi. Perusahaan tidak dapat bekerja secara optimal dan akan berdampak pada kurangnya keuntungan perusahaan. Sehingga digunakan empat metode dalam pengendalian persediaan bahan baku yaitu : 1.
Economic Order Quantity (EOQ)
2.
Menentukan Persediaan Pengaman (Safety Stock)
3.
Menentukan Persediaan Minimum (Minimum Inventory)
4.
Menentukan Persediaan Maksimum (Maximum Inventory)
5.
Jumlah persediaan yang dipesan kembali (Reorder Point)
28 Gambar 2.1 Kerangka Penelitian METODE PERAMALAN Naïve Method Moving Average Weight Moving Average Exponential Smoothing Exponential Smoothing With Trend Linear Regression
Metode P Model 1. Safety Stock 2. Persediaan Minimum 3. Persediaan Maksimum 4. Jumlah Pemesanan
Economic Order Quantity (EOQ)
Persediaan Kembali
Metode Q Model 1. Safety Stock 2. Persediaan Minimum 3. Persediaan Maksimum 4. Jumlah Pemesanan Persediaan Kembali
Min-Max Inventory
Solusi untuk CV. Sumber Cemerlang Jaya