9
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1
Balance Scorecard Robert S. Kaplan (Harvard Business School) dan David Norton merupakan orang yang mengeluarkan metode Balanced Scorecard versi lengkap pertama kalinya dalam bentuk buku pada tahun 1996, yang berjudul “The Balanced Scorecard : Translating Strategi Into Action”. Dalam buku ini, Robert S. Kaplan dan Norton (1996) menyatakan bahwa perencanaan strategi dan sistem manajemen yang digunakan secara intensif dalam bidang usaha dan industri, pemerintahan, dan organisasi nirlaba diseluruh dunia digunakan untuk meluruskan / membenarkan aktivitas dari usaha untuk mencapai strategi dan visi dari organisasi nirlaba tersebut, mengembangkan komunikasi internal dan eksternal, dan mengamati kinerja organisasi terhadap tujuan dari strategi. Menurut Tangen (2005, p46), sistem pengukuran kinerja yang baik adalah sekumpulan ukuran kinerja yang menyediakan perusahaan dengan informasi yang berguna, sehingga membantu mengelola, mengontrol, merencanakan, dan melaksanakan aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan. Dengan dilakukannya pengukuran kinerja pada perusahaan maka diharapkan perusahaan mampu bersaing dan mengikuti persaingan dan perkembangan yang selalu berubah dari jaman ke jaman.
10
Luis dan Biromo (2007, p16) mendefinisikan Balanced Scorecard sebagai suatu alat manajemen kinerja (performance management tool) yang dapat membantu suatu organisasi untuk menerjemahkan visi dan strategi ke dalam aksi dengan memanfaatkan sekumpulan indikator fiansial dan nonfinansial yang kesemuanya terjalin dalam suatu hubungan sebab akibat. Dari definisi yang dijabarkan tersebut, Balanced Scorecard sangat jelas berperan sebagai penerjemah atau pengubah visi dan strategi organisasi menjadi aksi. Oleh karena itulah, balanced scorecard tidak berhenti pada saat strategi selesai dibangun, tetapi harus terus menerus memonitor eksekusinya. Menurut Luis dan Biromo (2007, p19), dikutip dari Mulyadi (2001), Balanced Scorecard terdiri dari dua kata, yakni : 1)
Kartu Skor (Scorecard) Pengertian kartu skor disini adalah kartu yang digunakan untuk mencatat skor hasil kerja dan juga dapat digunakan untuk merencanakan skor yang hendak diwujudkan di masa depan. Melalui kartu nilai ini, nilai yang hendak diwujudkan di masa depan dibandingkan dengan hasil kinerja sesungguhnya. Hasil perbandingan tersebut digunakan untuk melakukan evaluasi atas hasil kinerjanya.
11
2)
Berimbang (Balanced) Berimbang yang dimaksudkan disini adalah untuk menunjukan bahwa kinerja diukur secara berimbang, yaitu antara indikator finansial dan non-finansial, indikator kinerja masa lalu, masa kini, dan masa datang, indikator-indikator internal dan ekternal, serta indikator yang bersifat Leading (Drivers) dan Lagging (Effect). Keunggulan Balanced Scorecard disbanding dengan konsep perencanaan strategi lainnya ialah bahwa Balanced Scorecard dapat menjadi keseimbangannya di antara indikator-indikator tersebut.
Sedangkan
menurut
Chow
(1998),
mendefinisikan
Balanced
Scorecard sebagai berikut “Essentially, the Balanced Scorecard is a set of financial and non-financial measures relating to company critical success factors. What is innovative about that concept is that components of the other in indicating both the the current and future prospects of the company.” Pendekatan baru untuk manajemen strategis pertama kali secara rinci dibuat dalam serangkaian artikel dan buku oleh Kaplan dan Norton (1996). Mereka menyadari beberapa kelemahan dan ketidakjelasan pendekatan manajemen sebelumnya, pendekatan balanced scorecard memberikan resep yang jelas untuk apa perusahaan harus mengukur dalam rangka untuk “keseimbangan” yang terdapat pada empat perspektif.
12
Kaplan dan Norton mendeskripsikan inovasi dari balanced scorecard sebagai berikut : "The balanced scorecard retains traditional financial measures. But financial measures tell the story of past events, an adequate story for industrial age companies for which investments in long-term capabilities and customer relationships were not critical for success. These financial measures are inadequate, however, for guiding and evaluating the journey that information age companies must make to create future value through investment in customers, suppliers, employees, processes, technology, and innovation." Metode Balanced Scorecard Kaplan dan Norton adalah pendekatan strategis dan kinerja sistem manajemen yang memungkinkan organisasi untuk menerjemahkan visi perusahaan dan strategi ke dalam impelemtation, bekerja dari 4 perspektif: 1. Perspektif Keuangan (Financial Perspectives) 2. Perspektif Pelanggan (Customer Perspectives) 3. Perspektif Proses Bisnis (Process Business Perspectives) 4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (Learning and Growth Perspectives)
13
2.1.1
Perspektif Balanced Scorecard Di dalam Balanced Scorecard
terdapat empat perspektif utama dalam
mengukur kinerja perusahaan. Ke empat perspektif tersebut digambarkan pada gambar berikut :
Adapted from Robert S. Kaplan and David P. Norton, “Using the Balanced Scorecard as a Strategic Management System,” Harvard Business Review (January-February 1996): 76.
Gambar 2.1 Perspektif dalam Balanced Scorecard
2.1.1.1 Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (The Learning and Growth Perspective) Pembelajaran (Learning) itu berasal dari kata dasar “ajar” , dan lebih bertujuan memberitahukan, jadi hasil dari pembelajaran adalah dari tidak tahu menjadi tahu, dan tidak mengerti menjadi mengerti.
14
“Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsurunsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.” (Oemar Hamalik, 1995 : 57) Menurut Briggs, Gagne, dan Wagner dalam kutipan Udin S. Winataputra (2008) pengertian pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadinya proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku dimanapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar 10 supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai suatu objek yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek efektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya
15
interaksi antara guru dengan peserta didik. (Wasty Soemanto, 1987, Psiokolgi Pendidikan. Jakarta : PT. Bina Aksara) Perspektif ini termasuk kedalam pelatihan karyawan dan sikap budaya perusahaan untuk menghubungkan kemampuan pengembangan keduanya, individu dan perusahaan. Di dalam ilmu pengetahuan, organisasi pekerja, manusia hanya tempat penyimpanan dari pengetahuan – yang merupakan sumber daya utama. Di dalam era sekarang ini akibat dari perubahan teknologi yang sangat cepat, hal tersebut menjadikan kebutuhan pengetahuan pekerja untuk menjadikan cara belajar yang terus menerus. Intinya didalam segala permasalahan, perspektif ini merupakan asas dasar untuk sukses dalam berbagai ilmu pengetahuan pekerja di dalam organisasi. Instansi pemerintah sering menemukan diri mereka tidak mampu untuk menyewa tenaga teknis baru dan pada saat yang sama menunjukkan penurunan dalam pelatihan karyawan yang ada. Kaplan dan Norton (1996) menekankan bahwa 'belajar' lebih dari dari sekedar 'pelatihan', tetapi juga mencakup hal-hal seperti mentor dan tutor dalam organisasi, serta bahwa kemudahan komunikasi di antara pekerja yang memungkinkan mereka untuk mempercepat mendapatkan bantuan pada masalah yang dihadapi ketika dibutuhkan . Learning and Growth dalam Balanced Scorecard menurut Kaplan dan Norton (2000) yakni mengembangkan tujuan dan ukuran yang mendorong pembelajaran dan pertumbuhan organisasi. Tujuan yang diterapkan dalam perspektif finansial, pelanggan, dan proses bisnis internal mengidentifikasikan
16
apa yang harus dikuasi oleh perusahaan untuk menghasilkan kinerja terbaik, serta dimana organisasi harus unggul untuk mencapai terobosan kinerja. Sementara tujuan dalam Learning and Growth ini adalah menyediakan infrastruktur yang memungkinkan tujuan-tujuan ambisius dalam tiga perspektif lainnya dapat tercapai Pelatihan dan Pengembangan (Growth) karyawan perlu dilakukan secara terencana dan berkesinambungan, agar pengembagan dan pelatihan dapat terlaksana dengan baik, harus lebih dahulu ditetapkan suatu program pengembangan karyawan / pegawai. Program tersebut hendaknya disusun secara cermat dan didasarkan kepada metode-metode ilmiah serta berpedoman pada keterampilan yang dibutuhkan perusahaan saat ini maupun untuk masa depan. Pengembangan dan pelatihan merupakan dua konsep yang sama, yaitu untuk meningkatkan kemampuan., keterampilan dan pengetahuan. Tetapi dilihat dari tujuan umumnya konsep tersebut dapat dibedakan. Pelatihan lebih ditekankan pada peningkatan pengetahuan untuk melakukan pekerjaan pada masa yang akan datang, yang dilakukan melalui pendekatan yang terintegrasi dengan kegiatan lain untuk mengubah perilaku kerja. Pada hakikatnya tujuan dari pengembangan dan pelatihan diantaranya adalah :
17
-
Produktivitas Kerja Produktivitas akan meningkat karena kualitas dan kuantitas produksi akan semakin baik, karena technical skill, human skill, dan managerial skill karyawan yang semakin baik.
-
Moral Moral karyawan akan lebih baik karena keahlian dan keterampilannya sesuai dengan pekerjaannya sehingga antusias untuk menyelesaikan pekerjaannya akan semakin baik.
-
Karir Kesempatan untuk meningkatkan karir karyawan semakin besar, karena keahlian, keterampilan, dan prestasi kerjanya lebih baik. Promosi ilmiah biasanya didasarkan kepada keahlian dan prestasi kerja seseorang.
-
Konseptual Pimpinan semakin cakap dan cepat dalam mengambil keputusan yang lebih baik, karena technical skill, dan managerial skill nya lebih baik.
-
Kepemimpinan Dengan pelatihan dan pengembangan, kepemimpinan seorang manajer akan lebih baik, human relations nya lebih luwes, motivasinya menjadi lebih terarah sehingga pembinaan kerja sama vertical dan horizontal semakin harmonis.
18
Pada perspektif ini (http://dspace.widyatama.ac.id) mengidentifikasi infrastuktur apa yang harus dibangun perusahaan dalam menciptakan pertumbuhan dan peningkatan kinerja jangka panjang. Perspektif pelanggan dan proses bisnis internal mengidentifikasi faktor-faktor yang paling penting untuk mencapai keberhasilan saat ini dan masa depan. Tiga sumber utama pembelajaran dan pertumbuhan perusahaan datang dari manusia, sistem, dan prosedur perusahaan. Sedangkan dalam pengukuran utama yang berlaku umum perspektif ini memiliki tiga pengukuran yakni : 1.
Kepuasan pekerja,
2.
Retensi,
3.
Produktivitas pekerja.
Dalam kelompok pengukuran tersebut, tujuan kepuasan pekerja dipandang sebagai pendorong kedua ukuran lainnya, retensi pegawai dan produktivitas pegawai.
•
Kepuasan Pekerja Kepuasan pekerja didefinisikan dengan sejauh mana individu
merasakan secara positif atau negatif berbagai macam faktor tau dimensi dari tugas-tugas dalam pekerjaanya. Faktor-faktor yang terkait dengan atau menentukan kepuasan pekerja atau ketidakpuasan pekerja adalah suatu hal yang sangat luas.
19
Hal tersebut menunjukan bahwa kepuasan kerja seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor. Para ahli mengklasifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pekerja yang berkaitan dengan beberapa aspek bukan hanya gaji, tetapi juga terkait dengan pekerjaan itu sendiri, dengan faktor lain seperti hubungan dengan atasan rekan sekerja, lingkungan kerja, promosi dan aturan-aturan. Untuk meningkatkan kepuasan pekerja, perusahaan harus merespon kebutuhan pegawai, namun tindakan lain masih perlu dilakukan dengan cara yang disebut peningkatan kualitas kehidupan kerja. Menurut Hariandja (Manajemen Sumber Daya Manusia, Grasindo, 2002) peningkatan kualitas kehidupan kerja diartikan sebuah proses yang merespon pada kebutuhan pegawai dengan mengembangkan suatu mekanisme yang memberikan kesempatan secara penuh pada pegawai dalam mengambil keputusan dan merencanakan kehidupan kerja mereka. Dalam upaya meningkatkan kualitas kehidupan kerja dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : 1.
Pendekatan Struktural, adalah dengan melakukan perubahan sistem kerja pegawai yang dapat dilakukan, seperti mendisain ulang pekerjaan dan meningkatkan keterlibatan pegawai.
2.
Pendekatan Proses, adalah melakukan berbagai proses keorganisasian untuk menciptakan keselarasan kerja, yang biasa dilakukan melalui peningkatan hubungan komunikasi, peningkatan disiplin kerja,
20
penanggulangan stress, pelatihan
dan
bimbingan,
peningkatan
keselamatan dan kesehatan kerja.
Tujuan kepuasan pekerja menjabarkan bahwa moral pekerja dan kepuasan pekerja secara keseluruhan saat ini dipandang oleh sebagian besar perusahaan. Pekerja yang puas merupakan pra-kondisi bagi meningkatnya produktivitas, daya tanggap, mutu, dan layanan pelanggan. Perusahaan yang ingin mencapai tingkat kepuasan pelanggan yang tinggi perlu memiliki pelanggan yang dilayani oleh pekerja yang terpuaskan oleh perusahaan. Unsur-unsur dalam suatu survey kepuasan pekerja meliputi : a.
Keterlibatan dalam mengambil keputusan.
b.
Penghargaan karena telah melakukan pekerjaan dengan baik.
c.
Akses yang memadai kepada informasi untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik.
d.
Dorongan aktif untuk bekerja dan menggunakan inisiatif.
e.
Kepuasan keseluruhan dengan perusahaan.
•
Retensi Tujuan retensi pekerja adalah untuk mempertahankan selama mungkin
para pekerja yang diminati oleh perusahaan. Teori yang menjelaskan ukuran ini adalah bahwa perusahaan membuat investasi jangka panjang dalam diri
21
para pekerja sehingga setiap kali ada pekerja berhenti merupakan suatu kerugian dalam modal intelektual bagi perusahaan. Para pekerja yang bekerja dalam jangka yang lama dan loyal membawa nilai perusahaan, pengetahuan tentang berbagai proses organisasional dan diharapkan sensitivitasnya terhadap kebutuhan para pelanggan.
•
Produktivitas Pekerja Produktivitas pekerja adalah suatu ukuran hasil, dampak keseluruhan
usaha peningkatan moral dan keahlian pekerja, inovasi, proses internal, dan kepuasan pelanggan. Tujuannya adalah membandingkan keluaran yang dihasilkan oleh para pekerja yang dikerahkan untuk menghasilkan keluaran yang terbaik. Ukuran
produktivitas
pekerja
yang
paling
sederhana
adalah
pendapatan setiap pekerja. Dengan semakin reaktifnya pekerja dalam menjual lebih banyak produk dan jasa dengan nilai tambah yang meningkat, pendapatan setiap pekerja seharusnya juga meningkat. Meskipun merupakan ukuran yang sederhana dan mudah dipahami namun memiliki keterbatasan, terutama jika terlalu banyak tekanan untuk mencapai sasaran yang ambisius. Pendapatan setiap pekerja merupakan indikator diagnostik yang berguna selama struktur internal bisnis tidak berubah terlalu radikal. Jika pendapatan setiap pekerja digunakan untuk memotivasi produktivitas yang lebih tinggi,
22
ukuran ini harus di seimbangkan dengan ukuran keberhasilan ekonomis sehingga sasaran untuk ukuran tersebut tidak dicapai melalui cara-cara yang disfungsional.
•
Faktor Pendorong Tertentu Learning and Growth Dalam Learning and Growth diperlukan faktor pendorong tertentu
untuk menjadi driver yang berkaitan dengan tiga pengukuran utama, yakni : Kedisiplinan, Pelatihan dan Pengembangan dan Penempatan. •
Kedisiplinan Kedisiplinan merupakan fungsi operatif yang terpenting karena
semakin baik disiplin karyawan, semakin tinggi prestasi kerja yang dapat dicapainya. Tanpa disiplin karyawan yang baik, sulit bagi suatu organisasi perusahaan mencapai hasil yang optimal. Disiplin yang baik mencerminkan besarnya tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal tersebut mendorong gairah kerja, semangat kerja, dan terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan konsumen. Oleh karena itu, seorang manajer dikatakan efektif dalam kepemimpinannya jika para bawahannya berdisiplin baik. Untuk memelihara dan meningkatkan yang baik adalah hal yang sulit, karena banyak faktor yang mempengaruhi nya, contohnya tingkat absensi karyawan. Kedisiplinan
23
yang baik menurut Hasibuan (Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara, 2002) didefinisikan sebagai berikut : -
Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.
-
Kesadaran adalah sikap seseorang yang dengan sukarela mentaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Dengan kata lain, seseorang akan melakukan tugas nya denga baik tanpa ada unsur paksaan.
-
Kesediaan adalah suatu sikap, tingkah laku, dan perbuatan seseorang yang sesuai dengan peraturan perusahaan, baik yang tertulis maupun yang tidak.
Dalam kedisiplinan diperlukan peraturan sebagai bimbingan dan penyuluhan bagi karyawan dalam menciptakan tata tertib yang baik di perusahaan. Dengan tata tertib yang baik, semangat kerja, moral kerja, efisiensi dan efektifitas kerja karyawan akan meningkat. Sehingga tujuan perusahaan, karyawan, dan konsumen akan tercapai. Kedisiplinan suatu perusahaan dikatakan baik, jika sebagian besar karyawan mentaati peraturan-peraturan yang ada. Oleh karena itu diperlukan Reward and Punishment untuk meningkatkan kedisiplinan dan mendidik karyawan supaya mentaati semua peraturan perusahaan.
24
•
Penempatan Penempatan merupakan proses penugasan / pengisian jabatan
atau penugasan kembali pegawai pada tugas / jabatan baru atau jabatan berbeda. Penugasan ini dapat berupa penugasan pertama untuk pegawai yang baru direkrut, tetapi dapat juga melalui promosi, pengalihan, dan penurunan jabatan, atau bahkan pemutusan kerja. Promosi adalah menaikan jabatan seseorang ke jabatan lain yang memiliki tanggung jawab yang lebih besar, gaji lebih besar, dan level organisasi yang lebih besar. Pengalihan merupakan pemindahan atau pengintegrasian pegawai dari satu jabatan ke jabatan lain yang memiliki tanggung jawab dan gaji yang sama dan level organisasi yang sama. Demosi adalah pemindahan pegawai dari jabatan lain yang memimiliki tanggung jawab, gaji, dan level organisasi yang lebih rendah. Penempatan kembali pegawai dilakukan dengan berbagai alasan yang berhubungan dengan perencanaan sumber daya manusia atau untuk memanfaatkan tenaga kerja secara lebih efektif dan efisien, yang dapat disebabkan oleh tantangan - tantangan yang dihadapi organisasi, supply dan ketersediaan pegawai secara internal dan eksternal, peningkatan karir dalam aspek pengembangan sumber daya manusia, kepuasan kerja, dan motivasi kerja.
25
•
Langkah Pengembangan Perspektif Learning and Growth Dalam membangun sebuah pengukuran berbasis Perspective Learning
and Growth dilakukan beberapa langkah, dalam buku “A Practical Guide to isong the Balanced Scorecard”, langkah – langkah membangun setiap perspektif dimodifikasi dari pembangunan metode Balanced Scorecard secara keseluruhan. Tabel 2.1 langkah Pembangunan Perspektif Learning and Growth Langkah
Deskripsi
Keterangan
1
Mendefinisikan keadaan
Memaparkan keadaan perusahaan pada umumnya.
2
Membangun Perspektif
Analisis organisasi pada Departemen Produksi
3
Mengidentifikasian indikator dalam perspektif Learning and Growth
Indikator yang dipilih disesuaikan dengan keadaan yang diharapkan oleh departemen Produksi (data & Survey)
4
5
6 7
Mengidentifikasikan data indikator hasil penelitian antara actual dan target Departemen Mengembangkan firmulasi pengukuran, pengskalaan dan pembobotan Membangun rencana aksi Implementasi
Kriteria Pengukuran Data
Hasil Penelitian dan Pengukuran
Rencana Kegiatan (Inisiatif) Penerapan Perspektif Learning and Growth secara komprehensif
26
-
Langkah 1 Mendefinisikan Keadaan (Defining Situation) Langkah ini merupakan pemaparan keadaan perusahaan pada
umumnya, baik keadaan yang telah dicapai, hingga posisi perusahaan secara keseluruhan yang dijelaskan secara ringkas mengenai pencapaian, posisi, dan keadaan yang memungkinkan perusahaan dalam pengembangan kedepannya. Yang kemudian dari pemaparan perusahaan secara keseluruhan diarahkan pada tinjauan penelitian secara spesifik yakni dengan keadaan struktur organisasi pada Deparetmen Produksi yang ada saat ini. Hal ini dilakukan dengan wawancara perorangan terutama dengan manajemen puncak dan karyawan yang berkompeten dengan divisi / bagian departemen dalam perusahaan, juga dengan melakukan peninjauan pada actual report perusahaan yang ada sebagai salah satu referensi kuat dalam dasar wawancara dengan pihak manajemen. Masukan yang diperoleh adalah berupa pandangan terhadap perusahaan dan keadaan dari sebanyak mungkin sudut pandang.
-
Langkah 2 Membangun Perspektif (Developing Perspective) Langkah ini merupakan langkah keputusan pengambilan
perspektif dalam penelitian, yang dilakukan dengan wawancara dengan pihak manajemen terhadap permasalahan yang sesuai dengan perspektif yang dipilih, selanjutnya dilakukan pemberian quisioner
27
pada pihak manajemen dengan karakter quisioner yang masih mendasar. Sehingga dari hasil quisioner dan wawancara dapat diketahui indikator-indikator yang secara spesifik menjadi dasar dan bahan pertimbangan dalam peningkatan kinerja Departemen.
-
Langkah 3 Mendefinisikan indikator dalam perspektif Learning and Growth (Identifying Indicator in Learning and Growth Perspective) Setelah
perspektif
dipilih
dan
indikator-indikator
yang
berkaitan terbentuk, selanjutnya dilakukan identifikasi indikator tersebut dengan mengetahui kriteria pengukuran dan pengolahan data. Ada enam indikator yang terbentuk dari hasil wawancara dan quisioner yakni berupa form dari pihak manajemen. Indikatorindikator dalam pembangunan Learning and Growth tersebut yakni : 1.
Ketidakhadiran (Absenteeism)
2.
Komposisi Kerja (Employees Composistion)
3.
Retensi Pekerja (Turn Over)
4.
Dasar-dasar Promosi (Promotion Bases)
5.
Pelatihan (Training )
6.
Keanggotaan Membership)
Asosiasi
Profesi
(Profesional
Association
28
Pemilihan indikator ini didasarkan pada hubungan yang tegas dengan perspektif yang lain, yang dimana pengembangan indikator ini akan menjadi faktor modal intelektual bagi ketiga perspektif yang lain. Sehingga dalam penerapannya ditujukan untuk pencapaian pengukuran kinerja Departemen seutuhnya (macro) dapat dilakukan secara komprehensif dengan perspektif yang lain dalam membangun model Balanced Scorecard seutuhnya.
-
Langkah 4 Mengidentifikasi data indikator hasil penelitian antara aktual dan target Departemen (Identifying Indicator Data Result of Research) Langkah ini dilakukan pelaksanaan pengukuran tiap indikator
dari hasil form yang didapat dari pihak manajemen, sehingga formulasi pengukuran dilakukan untuk mengidentifikasi ukuran target dan aktual yang telah dicapai perusahaan saat ini, hasil pengidentifikasian tersebut berupa parameter pengukuran yang untuk tahap selanjutnya menjadi input dalam pembuatan Scorecard.
29
-
Langkah pengskalaan
5
Mengembangkan dan
pembobotan
/
formulasi
pengukuran,
scoring
(Developing
Measurement Formulasi, Wight And Scale) Dari hasil pengukuran pada tahapan sebelumnya, kemudian dilakukan pengukuran lebih lanjut dengan mengembangkan formulasi pengukuran hingga diperoleh ukuran berupa Scorecard. Scorecard sebagai alat untuk formulasi dan implementasi strategi, maka tiap indikator Departemen menjadi instrument yang menterjemahkan target dan data aktual tiap indikator Departemen kedalam ukuran-ukuran dan tujuan spesifik. Dengan kata lain, Scorecard yang diformulasikan dengan baik merupakan repesentasi strategi Departemen saat ini yang menjadi gambaran strategi untuk kedepannya (jangka panjang) Scorecard tersebut direkomendasi untuk membuat prosedur pembuatan pemecahan ukuran-ukuran yang ada, guna memfasilitasi fase - fase berikutnya. Prosedur tersebut mengenai bagaimana menginterpretasikan scorecard ke dalam apa yang diharapkan masing masing indikator.
30
-
Langkah 6 Membangun Rencana Aksi (Developing Action Plan) Untuk
melengkapi
Scorecard
tersebut
kita
harus
mengekspresikan langkah untuk mencapai target-target indikator dari Departemen terkait. Langkah tersebut berupa rencana tidakan berupa evaluasi dan inisiatif / input yang biasa dilakukan manajemen pada tiap indikator. Rencana ini umumnya cenderung ambisius sehingga perlu teliti dengan berdasar pada faktor pendorong tertentu dalam pengukuran utama dalam perspektif Learning and Growth. Dalam kaitannya dengan ukuran-ukuran, inisiatif ini merupakan salah satu dokumen prinsip manajemen untuk melakukan pengontrolan.
-
Langkah 7 Mengimplementasikan Perspektif Learning and Growth (Implementation Perspective Learning and Growth) Dari Scorecard yang dihasilkan dalam perspektif ini, maka
perlu menindak lanjutinya secara kontinyu yang dapat memenuhi fungsi-fungsi dalam metode Balanced Scorecard seutuhnya yang dinamis bagi Departemen terkait, yang kemudian dilakukan penyatuan secara komprehensif dengan keseluruhan perspektif dalam metoda Balanced Scorecard. Untuk ini solusi teknologi informasi yang relevan akan dibutuhkan dalam memfasilitasi pelaporan dan koleksi.
31
Juga penting menggunakan Scorecard di seluruh organisasi dalam aspek keseharian manajemen. Jika ini merupakan agenda dasar harian masing-masing unit, maka akan tercipta sebuah fungsi alami dalam pelaporan dan pengontrolan dampak Scorecard dalam operasional harian. Selanjutnya untuk ukuran-ukuran tertentu terutama untuk pengukran jangka pendek harus selalu terbuka untuk dipertanyakan dan siap diganti dengan lebih baik lagi.
2.1.1.2 Perspektif Proses Bisnis (The Business Process Perspective) Perspektif ini mengacu pada Proses Bisnis Internal perusahaan (Value Based Management, 2011). Perspektif ini berdasarkan pada metric yang memungkinkan manajer mengetahui bagaimana bisnis mereka sedang berjalan, dan menyesuaikan kedua aspek produk dan jasa kepada kebutuhan pelanggan (misi). Metric tersebut harus dibuat dengan sangat hati-hati oleh orang yang mengetahui proses tersebut dengan sangat baik. Selain proses manajemen strategis, dua jenis proses bisnis dapat diidentifikasi: A) Berorientasi Misi Proses B) Proses Pendukung Misi Proses ini yakni fungsi khusus dari kantor-kantor pemerintah, dan masalah unik banyak ditemui dalam proses ini. proses dukungan yang lebih
32
berulang-ulang di alam, dan karenanya lebih mudah untuk mengukur dan tolak ukur menggunakan metrik generik.
2.1.1.3 Perspektif Pelanggan (The Customer Perspective) Filosofi manajemen (Value Based Management, 2011), berpendapat belakangan ini telah menunjukan realisasi yang meningkat yang terpenting dari fokus pelanggan dan kepuasan pelanggan di dalam bisnis apapun. Beberapa indikator terpenting yakni , jika pelanggan tidak puas, mereka nantinya akan mencari pemasok lain yang mereka temui untuk memenuhi kebutuhannya. Kinerja yang buruk dari perspektif ini adalah menyebabkan indikator utama terjadi penurunan pada masa depan, meskipun gambaran keuangan saat ini mungkin terlihat baik. Menurut Richard F Gerson (2004, p3), kepuasan pelanggan merupakan persepsi pelanggan bahwa harapannya telah terpenuhi atau terlampaui. Jadi pelanggan bisa dikatakan puas jika produk yang diberikan perusahaan , baik barang ataupun jasa, memenuhi atau melampaui harapan dari pelanggan.
33
2.1.1.4 Perspektif Keuangan (The Financial Perspective) Kaplan dan Norton (Value Based Management, 2011),
tidak
mengabaikan kebutuhan dasar untuk data keuangan (financial). Waktu dan pendanaan yang akurat akan selalu menjadi prioritas yang utama bagi pencapaian target pada perusahaan. Dan manajer akan melakukan apapun yang diperlukan untuk kesuksesan pelaksanaannya. Kenyatannya, sering kali sudah cukup pada penanganannya dan pengolahan dari data keuangan dengan mengimplementasikan database dari perusahaan. Hal tersebut diharapkan bahwa kebanyakan pengolahan bisa menjadi terpusat dan otomatis. Tapi intinya adalah bahwa penekanan pada keuangan saat ini mengarah ke situasi "tidak seimbang" sehubungan dengan perspektif lain. Mungkin perlu menyertakan tambahan keuangan-data yang berhubungan, seperti penilaian risiko dan data biaya benerfit, dalam kategori ini. Pada Perspektif Keuangan ini, pengukuran kinerja keuangan akan menunjukan pakah perancangan strategi memberikan perbaikan yang mendasar pada pencapaian target margin perusahaan. Robert S. Kaplan dan David P. Norton yang di terjemahkan oleh Yuwono (2003, p31) berpendapat bahwa pengukuran kinerja keuangan akan pertimbangkan adanya tahapan dari siklus kehidupan bisnis, yakni :
34
a.
Growth Merupakan tahapan awal siklus kehidupan perusahaan dimana perusahaan
memiliki
produk
atau
jasa
yang
secara
perkembangannya memiliki potensi pertumbuhan terbaik. b.
Sustain Merupakan
tahapan
kedua
dimana
perusahaan
masih
melakukan investasi dan reinvestasi dengan mengisyaratkan tingkat pengembalian terbaik. Didalam tahap ini, perusahaan mencoba mempertahankan pangsa pasar yang ada, dan jika mungkin akan berusaha mengembangkannya. c.
Harvest Merupakan tahapan ketiga dimana perusahaan benar-benar menuai hasil dari investasi pada tahap-tahap sebelumnya.
2.2
Core Competency Menurut kamus kompetensi LOMA (1998), definisi dari kompetensi ialah sebagai aspek-aspek pribadi dari seorang pekerja yang memungkinkan dia untuk mencapai kinerja yang superior. Yang termasuk kedalam aspek tersebut yakni sifat, motif-motif, sistem nilai, sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Hasil dari kompetensi akan mengarahkan tingkah laku. Sedangkan hasil dari pengarahan tingkah laku akan menghasilkan kinerja.
35
Spencer (1993) mendefinisikan kompetensi sebagai : “An underlying characteristic of individual that is casually related to criterion refenced effective and / or superior performance in a job or situation”. Dari definisi tersebut, makna dari kata “underlying characteristic” ialah bahwa kompetensi memiliki persyaratan yang dapat digunakan untuk memprediksi penyebab suatu keberhasilan. Sedangkan makna dari kata “criterion referenced” ialah kompetensi sebenarnya memprediksi siapa yang berkinerja baik dan kurang baik, yang diukur dari criteria atau standar yang digunakan. Dari beberapa kutipan kalimat diatas, dapat dijabarkan sebagai berikut : -
Kompetensi
Sebagai
Karakteristik
Yang
Melekat
(Underlying
Characteristic) Sebagai karakteristik dari individu, kompetensi terlihat pada cara berperilaku di tempat kerja seseorang. Spencer (1993) mengemukakan bahwa kompetensi dapat berdasarkan dari lima jenis sumber kompetensi yang berbeda, yaitu : 1.
Motif Motif dalam hal ini merupakan sesuatu yang secara konsisten
menjadi dorongan, pikiran atau keinginan dari dalam diri seseorang yang menyebabkan muncul nya suatu tindakan. Motif akan mengarahkan dan menyeleksi sikap menjadi tindakan yang akan menwujudkan menjadi suatu tujuan, sehingga berbeda dari yang lain.
36
2.
Karakter dan unsur bawaan Karakter dan unsur bawaan dari dalam diri seseorang dapat
mempengaruhi prestasi di tempat kerja. Yang terdapat dalam karakter dan unsur bawaan ini berupa bawaan fisik (seperti postur tubuh, penglihatan yang baik, pendengaran yang baik, dan lain-lain) maupun bawaan
sifat
yang
dimiliki
seseorang
(seperti
kemampuan
mengendalikan emosi dalam diri). 3.
Konsep diri Konsep diri dari seseorang merupakan cakupan gambaran atas diri
sendiri, sikap dan nilai-nilai yang diyakininya. 4.
Pengetahuan Pengetahuan dalam hal ini merupakan informasi yang dimiliki
seseorang untuk bidang tertentu. Pada aspek ini dapat dilakukan pengukuran dengan menggunakan tes pengetahuan (knowledge test). Akan tetapi pada tes ini memiliki kelemahan karena hanya mampu mengukur seseorang dalam meimilih jawaban yang paling benar, tetapi tidak mampu melihat apakah seseorang tersebut dapat melakukan pekerjaan berdasarkan pengetahuan yang dimiliki. 5.
Keterampilan Keterampilan merupakan mampu melakukan tindakan untuk
melaksanakan suatu tugas tertentu baik secara fisik maupun mental.
37
Dari
kelima
karakteristik
kompetensi
diatas,
kompetensi
pengetahuan dan kompetensi keterampilan cenderung bersifat lebih nyata dan mudah dikembangkan dengan pelatihan. Sedangkan motif, karakteristik atau unsur bawaan dan konsep diri cenderung lebih tersembunyi dan sulit untuk dinilai dan dikembangkan. -
Kompetensi Sebagai Hubungan Sebab Akibat Spencer (1993) juga menjelaskan bahwa kompetensi dapat digunakan untuk memprediksi kinerja dengan lebih baik. Hal ini didasarkan pada teori perilaku klasik (kausalitas) yang menjelaskan sebab akibat antara niat, tindakan dan hasil seperti yang didapat pada gambar 2.2 berikut ini:
Sumber : (Spencer & Spencer, 1993)
Gambar 2.2 Model Kausalitas antara Niat , Tindakan dan Hasil
Dari gambar diatas dapat diartikan bahwa tindakan seseorang berasal dari adanya keinginan atau niat untuk berbuat sesuatu yang dipengaruhi oleh motif, karakter atau unsur bawaan dan konsep diri serta pengetahuan dari individu. Jadi niat merupakan aspek yang mendorong seseorang melalukan
38
suatu tindakan. Tindakan yang dilakukan sesuai dengan tuntutan pekerjaan atau permasalahan yang dihadapi didasari oleh keterampilan yang dimiliki. Perilaku terampil ini pada akhirnya memberikan hasil kerja yang sering kali digunakan sebagai ukuran kinerja dalam melakukan suatu pekerjaan. Ian S. Hayes (2011) berpendapat bahwa Core Competence adalah kemampuan unik yang memberi beberapa jenis keunggulan kompetitif. Hal ini sesuai dengan proses bisnis, dan melibatkan keterampilan yang mendasari, fungsi, sistem dan pengetahuan. CK Prahalad dan Gary Hamel (1990) mendefinisikan istilah kompetensi inti, atau belajar keterampilan dan koordinasi kolektif belakang lini produk perusahaan. Mereka membuat kasus bahwa kompetensi inti merupakan sumber keunggulan kompetitif dan memungkinkan perusahaan untuk memperkenalkan berbagai produk dan layanan baru. Menurut Prahalad dan Hamel (1990), kompetensi inti mengarah pada pengembangan produk inti. Produk inti tidak langsung dijual ke pengguna akhir, melainkan mereka digunakan untuk membangun sejumlah besar pengguna akhir produk. Hal ini tidak selalu suatu usaha mahal untuk mengembangkan kompetensi inti. Bagian yang hilang dari kompetensi inti sering dapat diperoleh dengan biaya rendah melalui aliansi dan perjanjian lisensi. Dalam banyak kasus desain organisasi yang memfasilitasi pembagian kompetensi
39
dapat mengakibatkan pemanfaatan jauh lebih efektif dari mereka yang kompetensi untuk biaya tambahan sedikit atau tidak ada. Hal ini harus merupakan fokus strategi perusahaan. Pada tingkat ini, tujuannya adalah untuk membangun kepemimpinan dunia dalam desain dan pengembangan suatu kelas tertentu fungsionalitas produk. Prahalad dan Hamel (1990) menunjukkan bahwa korporasi harus diatur dalam portofolio kompetensi inti daripada portofolio unit bisnis independen. Manajer unit bisnis cenderung berfokus pada mendapatkan langsung produk akhir ke pasar dengan cepat dan biasanya tidak merasa bertanggung jawab untuk mengembangkan perusahaan di seluruh kompetensi inti. Akibatnya, tanpa insentif dan arah dari manajemen perusahaan untuk melakukan sebaliknya, unit bisnis strategis cenderung underinvest dalam membangun kompetensi inti. Jika unit bisnis tidak berhasil mengembangkan kompetensi inti sendiri dari waktu ke waktu, karena otonomi itu tidak mungkin berbagi dengan unit bisnis lainnya. Sebagai solusi untuk masalah ini, Prahalad dan Hamel (1990) menunjukkan bahwa manajer perusahaan harus memiliki kemampuan untuk mengalokasikan tidak hanya uang tunai, tetapi juga kompetensi inti antara unit-unit bisnis. Bisnis unit yang kehilangan karyawan kunci demi sebuah kompetensi inti perusahaan harus diakui atas kontribusi mereka. Coyne, Hall, and Clifford (1997) mengusulkan bahwa “A core competence” adalah kombinasi dari keterampilan komplementer dan basis
40
pengetahuan yang tertanam dalam sebuah kelompok atau tim yang menghasilkan kemampuan untuk menjalankan satu atau lebih proses yang penting ke standar kelas dunia.
2.2.1
Model Kompetensi Menurut Spenser & Spenser (1993), terdapat beberapa kelompok kompetensi, yakni yang terdapat didalam tabel berikut ini :
Tabel 2.2 Tabel Kompetensi berdasarkan Spencer & Spencer (1993) No
1
2 3
4
5
6
Kelompok Kompetensi
Kompetensi
Achievement Orientation Concern for Order, Quality & Accurancy Achievement and Action Initiative Information Seeking Helping and Human Interpersonal Understanding Service Customer Service Orientation Impact and Influence Impact and Influence Organizational Awareness Relationship Building Developing Others Directiveness Managerial Teamwork and Cooperation Team Leadership Analytical Thinking Cognitive Conceptual Thinking Expertise Self Control Self Confidence Personal Effectiveness Flexibility Organizational Commitment
41
7
Personal Competencies (Unique Competencies)
8
Unusual Personal Competencies
Occupational Preference Acurate Self-Assesment Affiliative Interest Writing Skill Visioning Concentrete Style of Learning and Communication Low Fear or Rejection Troughness Positive Expectation of Others Dinamic Structural Visualization Broad-Based Technical Knowledge
Berikut ini adalah penjelas mengenai kompetensi yang terdapat didalam tabel di atas, yakni sebagai berikut : 1)
Achievement Orientation -
Achivement Orientation Achivement Orientation merupakan derajat kepedulian seseorang terhadap pekerjaannya, sehingga terdorong untuk berusaha bekerja baik diatas standar yang telah ditentukan. Dibagi menjadi 3 dimensi, yakni : a.
Intensitas dan kelengkapan tindakan
b.
Besarnya pengaruh dari usaha yang dilakukan
c.
Inovasi, yaitu usaha untuk membuat sesuatu yang baru, berbeda, baik berupa tindakan maupun ide dalam konteks pekerjaan dan organisasi.
42
-
Concern for Order, Quality & Accurancy Kompetensi ini berkaitan dengan dorongan dalam diri sendiri untuk mengurangi ketidakpastian di lingkungan sekitarnya, khususnya berkaitan dengan pengaturan kerja, instruksi, informasi dan data.
-
Initiative Initiative merupakan dorongan bertindak untuk melebihi tindakan yang dibutuhkan atau yang dituntut dari pekerjaan, misalkan melakukan sesuatu dengan ide yang baru tanpa menunggu perintah terlebih dahulu. Tindakan yang dilakukan ini bertujuan untuk memperbaiki, meningkatkan hasil pekerjaan, menghindari timbulnya suatu masalah dan menciptakan peluang baru. Initiative dibagi menjadi 2 dimensi, yaitu : a.
Dimensi waktu, berkisar dari keputusan yang diambil untuk waktu lampau, sekarang atau peluang yang akan dating.
b.
Usaha
ekstra
(Usaha
lebih)
yang
dilakukan
dalam
hubungannya dengan tugas dalam suatu pekerjaan. -
Information Seeking Information Seeking merupakan usaha tambahan yang dikeluarkan untuk mengumpulkan informasi yang lebih banyak.
43
Information Seeking meliputi : a.
Menggali atau menekankan pada informasi yang tepat dari ketidakpastian dengan mengajukan serangkaian pertanyaan.
b.
Meneliti peluang / kesempatan yang potensial atau mengamati informasi yang beraneka ragam yang mungkin berguna dimasa yang akan datang.
2)
Helping and Human Service -
Interpersonal Understanding Yakni kemampuan untuk memahami dan mendengarkan hal-hal yang tidak diungkapkan dengan perkataan, dan biasanya berupa pemahaman atas perasaan, keinginan atau pemikiran orang lain. Interpersonal Understanding terbagi atas 2 dimensi : a.
Kedalaman dalam memahami orang lain, berkisar dari memahami alasan yang terungkapkan atau emosi yang jelas sampai yang tersembunyi, untuk perilaku terus menerus.
b.
Tanggapan terhadap keluhan, yakni sejumlah usaha yang dikeluarkan
untuk
mendengarkan
dan
memberikan
tanggapan terhadap masalah orang lain. -
Customer Service Orientation Keinginan untuk menolong atau melayani pelanggan atau orang lain dalam memenuhi keinginannya.
44
Dimensi yang ada di kompetensi ini yakni : a.
Intensitas dan kelengkapan dari usaha dan perhatian terhadap kebutuhan konsumen.
b.
Inisatif untuk membantu atau melayani kepentingan konsumen / orang lain.
3)
Impact and Influence -
Impact and Influence Kompetensi ini merupakan tindakan membujuk, meyakinkan dan mempengaruhi atau tindakan yang mengesankan sehingga orang lain mau mendukung rencana kerjanya. Kompetensi ini memiliki indikator, diantaranya : a.
Mengantisipasi dampak dari tindakan atau detail lainnya akan citra orang lain terhadapnya
b.
Tertarik dengan alasan, data, fakta dan bilangan.
c.
Menggunakan contoh-contoh yang konkret , bantuan visual, peragaan, dan lain-lain.
d.
Mendukung
terciptanya
koalisi
politik,
membangun
dukungan di belakang layar untuk ide-ide baru. e.
Dengan
sengaja
memberikan
atau
informasi untuk maksud-maksud tertentu.
menyembunyikan
45
f.
Menggunakan kemampuan berkelompok untuk memimpin dan mengatur kelompok.
Kompetensi ini tebagi menjadi 2 dimensi, yaitu :
-
a.
Jumlah dan tingkat kesulitan tindakan.
b.
Luasnya pengaruh yang ditimbulkan.
Organizational Awareness Organizational Awareness yaitu kemampuan untuk memahami kekuasaan atau posisi dalam organisasi tempat ia bekerja atau organisasi lain, seperti konsumen, pemasok, dan lain sebagainya. Terbagi terdiri dari 2 dimensi, yaitu :
-
a.
Kedalaman dan pemahaman mengenai organisasi
b.
Luasnya pemahaman organisasi
Relationship Building Relationship Building merupakan besarnya usaha untuk menjalin atau membina hubungan sosial agar tetap terjaga hangat dan akrab. Kompetensi ini terbagi dalam 2 dimensi : a.
Intensitas yang dilakukan untuk mempengaruhi orang lain
b.
Luasnya dampak dalam membangun hubungan.
46
4)
Managerial -
Developing Others Developing Others merupakan tindakan untuk mengajarkan atau mendorong pengembangan orang lain. Terdiri dari dua dimensi, yaitu : a.
Intensitas kearah pengembangan dan kelengkapan tindakan pengembangan.
b. -
Jumlah dan level orang yang didorong pengembangannya.
Directiveness Directiveness merupakan kemampuan untuk memerintah dan mengarahkan orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai dengan posisi dan kewenangannya. Kompetensi ini terbagi dalam 2 dimensi :
-
a.
Intensitas pengarahan
b.
Banyaknya dan tingkatan orang yang diarahkan
Teamwork and Cooperation Teamwork dan Cooperation didefiniskan sebagai dorongan dan kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain, menjadi bagian dari suatu kelompok dalam melaksanakan suatu tugas. Kompetensi ini terbagi atas 3 bagian, yaitu : a.
Intensitas dan kesungguhan dalam mendukung kerja sama.
b.
Ukuran tim atau kelompok
47
c. -
Besarnya usaha / inisiatif dalam membina kerja sama.
Team Leader Team Leader merupakan suatu keinginan dan kemampuan untuk berperan sebagai pemimpin kelompok, biasanya ditunjukan dalam posisi otoritas formal. Kompetensi ini terbagi menjadi 2 dimensi, yaitu :
5)
a.
Kekuatan peran kepemimpinan
b.
Ukuran tim atau kelompok yang dipimpin.
Cognitive -
Analytical Thinking Analytical Thinking
merupakan kemampuan untuk memahami
situasi dengan cara menguraikan masalah menjadi bagian-bagian yang lebih rinci atau mengamati akibat suatu keadaan tahap demi tahap berdasarkan pengalaman masa lalu. Konsep ini terbagi atas 2 dimensi, yaitu :
-
a.
Kompleksitas analisis
b.
Ukuran permasalahan yang diamati.
Conceptual Thinking Conceptual Thinking merupakan kemampuan memahami suatu situasi atau masalah dengan cara memandangnya sebagai satu kesatuan
yang
terintegrasi
mencakup
kemampuan
mengidentifikasi pola keterkaitan antara masalah yang tidak
48
terlihat dengan jelas, atau kemampuan mengidentifikasikan permasalahan utama yang mendasar dalam situasi yang kompleks. Kompetensi ini terbagi atas 2 dimensi , yaitu :
-
a.
Kompleksitas dan keaslian konsep / gagasan.
b.
Ukuran permasalahan yang dihadapi.
Expertise Expertise merupakan pengetahuan yang terkait dengan perjuangan (dapat berupa teknik, manajerial, dan professional) dan motivasi untuk
menggunakan,
mengembangkan
dan
membagikan
pengetahuannya yang terkait dengan pekerjaannya kepada orang lain. Expertise terbagi atas 4 dimensi , yaitu :
6)
a.
Kedalaman pengetahuan
b.
Lingkup kepakaran
c.
Penguasaan keilmuan
d.
Penyebaran pengetahuan / keahlian yang dimiliki.
Personal effectiveness -
Self Control Self Control merupakan kemampuan mengendalikan emosi diri sehingga mencegah melakukan tindakan-tindakan yang negatif pada saat menghadapi tantangan atau penolakan orang lain pada saat bekerja dibawah tekanan.
49
-
Self Confidence Self Confidence memiliki makna keyakinan seseorang terhadap kemampuan dirinya sendiri dalam menyelesaikan pekerjaan. Self Confidence terbagi atas 2 dimensi : a.
Kepercayaan diri dalam menghadapi tantangan dan resiko.
b.
Tanggung
jawab
yang
diambil
dalam
menghadapi
kegagalan. -
Flexibility Flexibility merupakan kemampuan untuk menyesuaikan diri dan bekerja secara efektif pada berbagai situasi, dengan berbagai rekan atau kelompok yang berbeda, kemampuan untuk memahami dan menghargai perbedaan dan pandangan yang bertentangan atas suatu isu. Flexibility terbagi atas 2 dimensi, yaitu :
-
a.
Besarnya perubahan yang dilakukan untuk beradaptasi
b.
Kecepatan dalam bertindak
Organizational Commitment Otganizational
Commitment
merupakan
kemampuan
untuk
mengartikan apa yang diperbuat dengan kebutuhan, prioritas, dan tujuan organisasi. Berbuat sesuatu untuk mempromosikan tujuan organisasi atau untuk memenuhi kebutuhan organisasi dan
50
menempatkan misi organisasi diatas keinginan sendiri atau peran pekerjaannya.
2.3
Analytic Hierarchy Process Menurut Saaty (1991, piv – v) , Metode Analytic Hierarchy Process merupakan suatu model yang cara kerjanya menggunakan pikiran yang teratur atau sekelompok pikiran untuk menghadapi kompleksitas yang ditangkapnya. Hal ini merupakan philosophi untuk mengatur kompleksitas tersebut dan membuat pengaturan tersebut untuk membuat suatu keputusan mengenai alternatif terbaik untuk dipilih dari beberapa alternatif yang lainnya. Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika, University of Pitsburgh di Amerika Serikat pada awal tahun 1970-an. Menurut Saaty (1991, p 23-25), Metode AHP ini merupakan sebuah model luwes untuk membantu dalam mengambil keputusan. Metode AHP ini juga digunakan untuk mengambil keputusan
dengan
efektif
atas
persoalan
yang
kompleks
dengan
menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian-bagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki, memberikan nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel yang mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada
51
situasi tersebut. Metode AHP ini membantu memecahkan persoalan yang kompleks
dengan
menstruktur
suatu
hirarki
kriteria,
pihak
yang
berkepentingan, hasil dan dengan menarik berbagai pertimbangan guna mengembangkan bobot atau prioritas. Metode ini juga menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika yang bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan kita secara intuitif sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat. (Saaty, 1993) Kekuatan dalam metode AHP ini terletak pada struktur hierarki nya sendiri yang memungkinkan sesseorang untuk memasukan semua faktor penting, nyata dan mengaturnya dari atas ke bawah, mulai dari yang paling tinggi ke bawah mulai dengan yang paling tinggi hingga ke tingkat yang berisi alternatif, untuk pemilihan alternatif mana yang terbaik. Menurut Samy (1990), metode AHP merupakan suatu alat untuk menentukan tingkat pengaruh suatu elemen terhadap sualu permasalahan melalui skala perbandingan fundamental atas kemampuan individu dalam membuat suatu perbandingan secara berpasangan terhadap beberapa elemen yang dibandingkan. Bourgeois (2005) berpendapat AHP
pada umumnya digunakan
dengan tujuan untuk menyusun prioritas dari berbagai alternatif yang ada dan alternatif tersebut bersifat kompleks atau multi kriteria. Secara umum, dengan
52
menggunakan AHP, prioritas yang dihasilkan akan bersifat konsisten dengan teori, logis, transparan, dan partisipatif. Model
AHP
hingga
kini
sudah
mulai
mengalami
berbagai
perkembangan dan perbaikan dari aspek yang sudah ditinjau oleh para ahli. Beberapa sifat atau karakter dari model AHP ini adalah : •
Pembobotan kriteriadilakukan dengan cara membandingkan sepasang kriteria (pairwise) yang diukur pada aspek nya. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hubungan yang tegas atau pasti antara dua buah kriteria yang diperbandingkan.
•
Hubungan antara kriteria yang diperbandingkan kemudian diberi nilai bobot. Pemberian nilai bobot antara 1 sampai dengan 9, penilaian tersebut menunjukan nilai satu lebih penting daripada nilai kriteria yang diperbandingkan. Dalam metode AHP, harus memasukan pertimbangan dan nilai-nilai
pribadi yang logis, karena hal tersebut merupakan faktor yang dapat memperngaruhi hasil keputusan. Proses ini berpengaruh pada daya imajinasi, pengalaman, dan pengetahuan untuk menyusun hierarki pada suatu masalah dan logika, intuisi, dan pengalaman untuk memberikan suatu pertimbangan. AHP menunjukan bagaimana menghubungkan elemen-elemen dari bagian lain untuk memperoleh hasil dari yang digabungkan. Prosesnya adalah mengidentifikasi suatu masalah kompleks dan mengembangkan pertimbangan
53
sehat, AHP harus di coba-coba, di ulang-ulang terus menerus hingga mendapatkan hasil yang terbaik. Suatu hal kita sulit mengharapkan pemecahan yang segera atas persoalan yang rumit telah kita pikirkan begitu lama. Untuk hal itu, AHP cukup luwes untuk memungkan dilakukan nya revisi. Para pengambil keputusan dapat memperbanyak eleme-elemen suatu persoalan hierarki, dan mengubah beberapa pertimbangan yang mereka telah ambil. Mereka dapat pula memeriksa kepekaan hasil terhdap aneka macam perubahan yang dapat diantisipasi. Setiap dilakukan pengulangan pada AHP adlah seperti membuat hipotesis dan mengujinya, penghalusan hipotesis secara berangsur-angsur menambah pemahaman terhadap sistem. Di lihat dari sisi lain dari metode AHP bahwa proses ini memberi suatu kerangka bagi suatu partisipasi kelompok dalam pengambilan keputusan atau pemecahan persoalan. Bisa kita lihat bahwa gagasan dan pertimbangan dapat dipertanyakan dan diperkuat atau diperlemah oleh bukti yang dikeluarkan oleh orang lain. Cara menangani realitas yang tak terstruktur adalah melalui suatu partisipasi, tawar menawar, dan kompromi. Memang, pada dasarnya konseptualisasi setiap persoalan dengan AHP menuntut orang untuk menganggap gagasan, pertimbangan, serta fakta yang diterima oleh orang lain sebagai aspek esensial dari masalah itu. Partisipasi kelompok dpat berkontribusi pada validitas dari hasil keseluruhan, meski mungkin tidak mudah pelaksanaannya kalau sudut pandang yang diambil saling berbeda jauh. Jadi , pada dasar nya orang dapat memasukkan ke dalam proses itu
54
setiap informasi yang diperoleh baik secara ilmiah maupun secara intuitif. Dan dalam proses ini dapat diterapkan pada banyak persoalan nyata dan terutama berguna untuk pengalokasian sumber daya, perencanaan, analisis pengaruh kebijakan, dan penyelesaian konflik. Menurut Mulyono (2002), dalam menyelesaikan suatu persoalan dengan metode AHP, ada prinsip-prinsip yang harus dipahami sebelum nya, yakni : •
Decomposition Setelah mendefinisikan suatu persoalan, maka perlu dilakukannya
decomposition , yakni membagi persoalan yang dalam satu bagian utuh menjadi unsur-unsurnya. Untuk mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan harus dilakukan terhadap unsur-unsurnya sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut lagi, sehingga hasil yang didapatkan tersebut mendapatkan beberapa tingkatan dari pemecahan masalah nya. Karena alasan inilah proses analasis tersebut dinamakan hierarki. Ada dua jenis hierarki, yakni hierarki yang lengkap dan hierarki yang tidak lengkap. Dalam hierarki yang lengkap, semua elemen pada suatu tingkatan memiliki semua elemen yang ada pada tingkat berikutnya. Jika tidak memiliki elemen pada tingkatan berikutnya, disebut hierarki yang tidak lengkap.
55
•
Compartive Judgment Dalam prinsip comparative judgment ini dapat diartikan dengan
membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena penilaian yang dihasilkan akan berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen. Penilaian yang dihasilkan dalam bentuk pairwise comparison matrix.
2.4.1
Manfaat Metode AHP Pada era sekarang ini, AHP digunakan secara luas dalam perencanaan perusahaan portofolio, dan menganalisis manfaat yang digunakan pada perjalanan kehidupan suatu perusahaan. Beberapa keuntungan yang didapat dengan menggunakan metode AHP dalam pengambilan keputusan, berikut ini adalah gambaran yang menunjukan beberapa keuntungan secara umum yang didapat dengan menggunakan metode AHP dalam mengambil keputusan :
56
Gambar 2.4 Keuntungan dalam menggunakan AHP
Dari gambar diatas, keuntungan dalam menggunakan AHP dijelaskan sebagai berikut : Kesatuan Dalam
menghdapi
suatu
permasalahan,
seringkali
sulit
dalam
menemukan dasar asas permasalahan tersebut. Dalam hal ini, AHP memneri satu model tunggal yang mudah di mengerti dan dibuat dalam satu kesatuan. Bahkan dalam masalah yang tidak tersruktur sekalipun. Kompleksitas Dalam hal ini, metode AHP mampu memadukan rancangan-rancangan yang ada berdasarkan sistem dalam memecahkan persoalan yang
57
kompleks. Dari suatu yang kompleks, diuraian kembali menjadi suatu yang lebih sederhana Saling Ketergantungan Metode AHP ini mampu mengatasi saling ketergantungan antara elemen-elemen dalam suatu kesatuan dalam sistem dan tidak memaksakan pemikiran linier. Penyusunan Hierarki Disini AHP mencerminkan kecendrungan yang alami dalam pemikiran untuk memilah-milah elemen didalam suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan mengelompokan unsur-unsur yang serupa dalam setiap tingkat. Pengukuran Di dalam hal ini, AHP memberikan suatu skala untuk mengukur hal-hal dan wujud suatu metode untuk menetapkan suatu prioritas. Konsistensi Disini
AHP
memberikan
pertimbangan-pertimbangan
suatu yang
konsistensi digunakan
yang dalam
logis
dari
menetapkan
berbagai macam prioritas. Sintesis AHP menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan setiap alternatif.
58
Tawar Menawar Mempertimbangkan setiap prioritas relatif dari berbagai faktor sistem dan memungkinkan orang memilih alternatif yang terbaik berdasarkan tujuan-tujuan mereka. Penilaian dan Konsensus Metode AHP ini tidak memaksakan suatu konsensus tetapi mensintesis suatu hasil yang representatif dari berbagai penilaian yang berbeda. Pengulangan Proses Dalam menghadapi suatu pemecahan masalah, revisi dalam AHP dapat dilakukan dengan mudah sesuai dengan keinginan dan tujuan. Dan AHP memungkinkan orang untuk memperhalus definisi mereka pada suatu persoalan dan memperbaiki pertimbangan dan pengertian mereka.
2.4.2
Prosedur Metode AHP Metode AHP digunakan dalam menentukan bobot dari seluruh tujuan, aspek, krileria dan subkriteria yang diidentifikasi melalui pendapat pakar (expert survey). AHP merupakan salah satu metode yang digunakan untuk membantu menyusun suatu prioritas dari berbagai pilihan dengan menggunakan beberapa kriteria (Multi Criteria). Karena hal itulah, AHP cukup banyak digunakan dalam penyusunan prioritas.
59
Disamping itu, AHP juga terkonseptualisasi berdasar pada suatu proses yang terstruktur dan logis. Pemilihan ataupun penentuan prioritas dilakukan dengan suatu prosedur yang logis dan terstruktur. Kegiatan yang dilakukan tersebut dilaksanakan oleh ahli-ahli representatif berkaitan dengan alternatif-alternatif yang akan disusun prioritasnya (2005,Bourgeois). Dalam pengambilan keputusan (decision execution) dengan metode AHP, langkah-langlkah kegiatan yang dilakukan sebgai berikut : Mendefinisikan
suatu
kegiatan
yang
memerlukan
pemilihan
dalam
pengambilan keputusannya, seperti : a)
Menentukan Kriteria dan alternatif-alternatif tersebut terhadap identitas kegiatan membuat hierarkinya.
b)
Membuat matriks “Pairwise Comparison” berdasarkan kriteria fokus dengan memperthatikan prinsip-prinsip “Comparative Judgment”
c)
Pembuatan matriks pairwise comparison dengan memperhatikan prinsip-prinsip comparaative judgment berdasarkan kriteria pada tingkat yang diatasnya.
2.4.3
Langkah Kerja AHP Langkah kerja pada metode AHP, dapat dijabarkan sebagai berikut : •
Dalam menyusun prioritas, maka masalah penyusunan prioritas harus dapat didekomposisi menjadi tujuan dari suatu kegiatan, membuat
60
kriteria dari masalah dan memilih alternatif yang akan dipilih sesuai dengan tujuan nya. •
Menentukan Tujuan
(Level Pertama), Kriteria (Level kedua), dan
Alternatif (Level Ketiga) dari masalah yang sudah dijabarkan permasalahannya •
Menentukan peringkat pada masing-masing kriteria untuk matriks alternatif yang dipilih menurut tabel derajat kepentingan.
•
Menyusun Hierarki. Hierarki merupakan abstraksi struktur suatu sistem yang mempelajari fungsi interaksi antara komponen dan juga dampakdampaknya pada sistem. Penyusunan hierarki ini bertujuan untuk menggambarkan elemen sistem atau alternatif keputusan teridentifikasi.
Gambar 2.5 Struktur Hierarki AHP •
Penilaian prioritas elemen kriteria dan alternatif, Penilaian prioritas elemen kriteria dan alternatif dilakukan dengan menggunakan derajat kepentingan. Berikut ini tabel urutan derajat kepentingan dalam AHP : Tabel 2.3 Derajat Kepentingan dalam AHP
61
Intensitas Kepentingan
Keterangan
1
Equally preferred
2
Equally to moderately preferred
3
Moderately preferred
4
Moderately to stongly preferred
5
Strongly preferred
6 7 8 9
Strongly to very strongly preferred Very Strongly preferred Very strongly to extremely preffered Extremely preferred
Penjelasan Dua aktivitas memberikan kontribusi sama terhadap tujuan
Antara equally dan moderately Pengalaman dan penilaian memberikan nilai tidak jauh berbeda antara satu aktivitas terhadap aktivitas lainnya Antara moderately dan strongly Penilaian memberikan nilai kuat berbeda antara satu aktivitas terhadap aktivitas lainnya Antara strongly dan very strongly Satu aktivitas sangat lebih disukai dibandingkan aktivitas lainnya. Antara very strongly dan extremely Satu aktivitas menempati urutan tertinggi dari aktivitas lainnya.
Adapaun software yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah berdasarkan AHP adalah: Expert Choice. Expert Choice adalah sebuah perangkat lunak yang mendukung collaborative decision dan sistem perangkat keras yang memfasilitasi grup pembuatan keputusan yang lebih efisien, analitis, dan yang dapat dibenarkan.
62
2.5
Psikologi Industri (Industrial / Organizational Psychologhy )
2.5.1
Sejarah Psikologi Sebagai Ilmu Di Jerman, Leipzig (1875), merupakan titik awal psikologi dasar sebagai Ilmu dari Wilhelm Wundt. Disusul Laboratorium Psikologi di Wuerzburg, Goettingen dan Tubingen. Psikologi sebagai berusaha memberi penjelasan tentang kejadian-kejadian di alam, lepas dari bagaimana keterangan ini nantinya akan digunakan. Lembaga psikologi diatas mempelajari gejala - gejala psikis manusia, seperti proses pengenalan, pengamatan, ingatan, pikiran, dan sebagainya. Berbagai macam rancangan eksperimen merupakan kegiatan utama dari psikologi eksperimen. Temuan dari psikologi eksperimen merupakan masukan bagi psikologi umum, misalnya salah satu aturan dalam persepsi ialah hukum kedekatan. Psikologi Eksperimen juga mempelajari gejala-gejala psikis dan perilaku manusia di Industri. Teori, aturan-aturan dan prinsip-prinsip dari psikologi umum yang berlaku untuk setiap manusia, tetap berkembang dan diterapkan. Penerapan psikologi umum di industri sudah mulai dilihat pada permulaan abad ke 20 oleh Walter Dill Scott (1901) dalam periklanan. Tahun 1903,
bukunya ”Theory Of Advertising” merupakan buku pertama yang
membahas psikologi dalam kaitan dengan aspek dunia kerja.
63
Pada tahun 1918, terbit buku dari Hugo, Muensterberg, psikolog Jerman yang mengajar di Universitas Harvard, ”The Pscychology Of Industrial Efficiency”. Perkembangan yang pesat dimuai dalam dekade 1920. Frederick Winslow Taylor, pelopor gerakan ”Scientific Management” mencari cara yang paling efisien untuk melakukan suatu pekerjaan. Bidang ilmu ini berkembang menjadi ergonomi, kerekayasaan untuk manusia (Human Engineering) atau psikologi kerekayasaan (Engineering Pscyhology). Pada tahun 1924 dimulai penelitian-penelitian di Hawthorne, Illinois di pabrik Western Electric tentang akibat-akibat kerja fisik dari lingkungan kerja terhadap efisiensi kerja. Ditemukan bahwa kondisi psikososial ditempat kerja secara potensial mempunyai arti yang lebih penting dari kondisi kerja fisik. M.Baitul Alim (2009)
mendefinisikan tentang Psikologi Industri
Organisasi diperlukan untuk memberikan batasan-batasan bagi suatu ilmu, sehingga kajian sebagai ilmu menjadi jelas. Sebagai suatu specialty area dalam kerangka ilmu psikologi, maka Psikologi Industri Organisasi memiliki definisi yang terbatas tentang kajian ilmunya. Di dalam artikel M.Baitul Alim (2009) terdapat salah satu definisi (Guion dikutip dalam Muchinsky, 1983) mengatakan: “industrial and organization psychology is the scientific study of the relationship between man and the world at work; the study of adjustment
64
people make to the places they go, the people they meet and the things they do in the process of making a living” Blum dan taylor (1968) mendefinisikan Psikologi Industri Organisasi sebagai berikut :, “Simply the application or extension of psychological facts and principles to the problem concerning human being operating within the context of business and industry”. Menurut Ishak Mad Shah (2002), Psikologi Industri merupakan salah satu daripada bidang psikologi yang membincangkan perkara-perkara yang berkaitan dengan pekerja dan pekerjaan. Dasar dari bidang ini adalah untuk meningkatkan keahlian pekerja dalam pekerjaan supaya memenuhi syarat industry dan organisasi. Psikologi Industri Organisasi merupakan suatu subdisplin dari ilmu psikologi yang mempelajari perilaku manusia dalam suatu konteks organisasi, apakah organisasi industri ataukah organisasi nirlaba, serta pengaruh timbal balik antara individu dan organisasi tempatnya berkarya. Terdapat beberapa parameter yang membedakan Psikologi Industri Organisasi dengan ke khususan lain dalam disiplin psikologi : •
Populasi Fokus utama Psikologi Industri Organisasi adalah perilaku manusia
pada work setting (setting kerja). Karena populasi Psikologi Industri
65
Organisasi berada pada business, industry, labor, public (including non-profit), academic, community, and health organization. •
Problem Psikologi Industri Organisasi memiliki problem aplikatif yang
menyangkut masalah-masalah manusia dalam pekerjaannya, yang meliputi recruitment, selection, training, development, motivation, organization development, consumer behavior, structure of work, human factors dan lainlain. •
Prosedur dan Teknik Berbagai macam prosedur, alat-alat dan teknik-teknik telah
dikembangkan untuk membantu Psikologi Industri Organisasi dalam menangani masalah secara efektif. Terdapat tiga buah elemen penting yang akan diukur, yaitu pekerja, pekerjaanya, dan konteks pekerjaan.
Dalam kaitanya dengan pekerja maka dikembangkan berbagai tes untuk mengukur perbedaan individual seperti tes intelegensi, tes kepribadian, alat ukur nilai dan berbagai alat ukur lainnya. Jika untuk mengukur aspek pekerjaanya menggunakan prosedur analisis jabatan (job analysis). Untuk mengukur konteks pekerjaan telah dikembangkan berbagai prosedur dan alat tes untuk mengenali budaya organisasi, iklim organisasi, design organisasi, sistem imbalan dalam organisasi dan lain-lain.
66
Tujuan Psikologi Industri Organisasi sendiri, sama dengan yang tertera dalam mukadimah kode etik psikologi, yaitu untuk kesejateraan umat manusia (the well being of human being). Jadi dalam kajian-kajian dan rekomendasinya, Psikologi Industri Organisasi harus menempatkan harkat kemanusiaan sebagai ukuran tertinggi, bukan kesejahteraaan individu di dalam organisasi atau kemajuan oraganisasi semata-mata. •
Psikologi Differensial Psikologi diferensial juga disebut psikologi khusus, dari psikologi
khusus berkembang psychotechnik yang kemudian berkembang menjadi psikometri yaitu yang mempelajari dan mengukur gejala-gejala psikis yang khas dari seseorang. Psikologi ini menekankan keunikan dari seseorang dan menkankan adanya perbedaan antara manusia. •
Pengertian Psikologi Industri dan Organisasi Pengertian Industri mencakup juga pengertian Business (Perusahaan).
Psikologi Industri dan Organisasi merupakan hasil perkembangan dari psikologi umum, psikologi eksperimen dan psikologi khusus. Sekarang, perilaku manusia dalam kaitan dengan kegiatan industri dan organisasi dipelajari untuk pengembangan teori, aturan dan prinsip psikologi baru yang berlaku umum dalam lingkup industri dan organisasi. Alat untuk mengukur perbedaan manusia juga tetap dikembangan untuk meningkatkan kecermatan dalam melaksanakan pemeriksaan psikologis untuk tujuan seleksi,
67
penempatan, pengenalan diri, penyuluhan kejuruan, dan pengembangan karier. Segi terapan dari psikologi industri dan organisasi menimbulkan tafsiran bahwa psikologi bermanfaat bagi manajemen, bagi pimpinan dan pemilik perusahaan dan merugikan para tenaga kerja dan konsumen. Psikologi Industri dan Organisasi merupakan suatu keseluruhan pengetahuan (A Body Of Knowledge) yang berisi fakta , aturan-aturan dan prinsip-prinsip tentang perilaku manusia pada pekerjaan , pengetahuan ini dapat disalah gunakan sehingga dapat membahayakan dan merugikan pihak-pihak yang terlibat. Penggunaan pengetahuan psikolgo Industri dan Organisasi harus ditujukan untuk kepentingan dan manfaat pihak-pihak yang terlibat, baik perusahaan sebagai organisasi maupun karyawannya. Psikologi industri dan organisasi adalah ilmu yang memperlajari manusia : -
Dalam perannya tenaga kerja dan sebagai konsumen
-
Baik secara perorangan maupun secara kelompok, dengan maksud agar temuannya dapat diterapkan dalam industri dan orgnaisasi untuk kepentingan dan manfaat manusia dan organisasinya.
•
Psikologi Industri dan Organisasi Sebagai Ilmu Masih menerapkan temuan-temuan dari psikologi pada umumnya,
psikologi dan industri pada khususnya kedalam industri dan organisasi.
68
•
Psikologi Industri dan Organisasi mempelajari perilaku manusia. Dimaksudkan dengan perilaku manusia ialah segala kegiatan yang
dilakukan oleh manusia, baik yang secara langsung dapat diamati seperti berjalan, melompat, menulis, duduk, berjalan, berbicara dan sebagainya maupun yang tidak dapat diamati secara langsung seperti berfikir, perasaan, motivasi dan sebagainya. Ilmu hanya menangani hingga menganalisis faktafakta yang dapat diamati , yang dapat dilihat, didengar, diraba, diukur, dan dilaporkan, yang semuanya merupakan perilaku yang terbuka. Perilaku yang tertutup disimpulkan melalui ungkapan kedalam perilaku terbuka. Melalui observasi dari perilaku terbuka, kita menafsirkan tentang perilaku yang tertutup.
•
Perilaku Manusia Dipelajari Dalam Perannya Sebagai Tenaga Kerja dan Sebagai Konsumen. Manusia mempelajari dalam interaksi dengan pekerjaannya. Dengan
lingkungan fisik dan lingkungan psiko-sosialnya di pekerjaannya. Sebagai tenaga kerja, manusia menjadi anggota organisasi industri dan sebagai konsumen ia menjadi pengguna dari produk atau jasa dari organisasi perusahaan •
Perilaku Manusia Dipelajari Secara Perorangan dan Secara Kelompok. Dalam organisasi ada unit kerja. Unit kerja yang besar terdiri dari unit-
unit kerja yang lebih kecil dan masing-masing teridir dari unit kerja yang
69
lebih kecil lagi. Dalam hubungan ini dipelajari bagaimana dampak satu kelompokmatau unit kerja terhadap perilaku seorang tenaga kerja dan sebaliknya. Juga dipelajari sejauh mana struktur, pola dan jenis organisasi mempengaruhi tenaga kerjanya, terhadap kelompok tenaga kerja dan terhadap seorang tenaga kerja. Tentang konsumen dapat berbentuk, sejauh mana ada reaksi yang sama dari kelompok konsumen dengan ciri-ciri tertentu terhadap iklan suatu produk. Berdasarkan temuan dikembangkan teori aturan-aturan atau hukum dan prinsip-prinsip yang dapat diterapkan kembali kedalam kegiatan-kegiatan industri dan organisasi untuk kepentingan tenaga kerja, konsumen dan organisasinya dan untuk menguji ketepatannya. Conothnya ditemukannya data tentang perbedaan manager yang berhasil dan yang tidak.
2.5.2
Wawasan Psikologi Industri dan Organisasi Psikologi Industri dan Organisasi berhubungan dengan Industri dan Organisasi. Semula ilmu ini dinamakan psikologi industri yang fungsi utamanya menerapkan ilmu psikologi di Industri. Dengan perkembangannya psikologi industri menjadi ilmu yang mandiri maka namanya menjadi psikologi industri dan (psikologi) organisasi. Dengan organisasi dimaksudkan organisasi formal yang mencakup organisasi yang mencari keuntungan, memproduksi barang atau jasa, dan organisasi yang tujuan utamanya bukan
70
mencari keuntungan. Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem yang terbuka. Kast dan Rosenzweig (1970) mengartikan sistem sebagai suatu kesatuan keseluruhan yang terorganisasi, yang terdiri dari dua atau lebih bagian, komponen atau subsistem, yang saling tergantung, yang dipisahkan dari suprasistem sebagai lingkungannya oleh batas-batas yang dapat ditemu kenali. Sistem berinteraksi dengan siustim lainnya dan membentuk suatu suprasistem. Sistem juga terdiri dari dua atau lebih subsistem yang saling berinteraksi, dan masing-masing subsistem teridir dari sistem yang lebih kecil lagi yang saling berinteraksi dan seterusnya. Dengan demikian dapat ditemukan suatu tata tingkat dari sistem. Organisasi sebagai sauatu sistem terdiri dari subsistem, yaitu satuan kerja yang besar seperti divisi atau urusan, satuan kerja yang besar ini terdiri dari satuan-satuan kerja yang lebih kecil (Sub-Sistem) seperti bagian. Setiap bagian terdiri dari satuan kerja yang lebih kecil lagi, misalnya seksi dan satuan kerja yang terkecil ialah Tenaga Kerja. Organisasi Industri berinteraksi dengan sisitim lain dan masingmasing unit memberi dampak yang tersendiri pada lingkungannya. Dengan demikian setiap sistem membuat organisasi industri sebagai sistem berada dalam proses pertukaran yang sambung menyambung dengan lingkungannya, yaitu sistem terbuka. Sistem juga mempunyai batas yang dapat berupa fisik
71
maupun non-fisik. Batas sistem mempunyai fungsi seleksi dan pengendalian terhadap macam dan banyaknya arus dari masukan dan keluaran. Objek yang dipelajari oleh psikolog industri dan organisasi adalah perilaku manusia sebagai tenaga kerja dan sebagai konsumen dakam kaitan : a)
Fungsi Batas Sistem yaitu secara perorangan atau secara kelompok, seperti : -
Pelamar / Calon Tenaga Kerja
-
Tenaga Kerja yang terlibat dalam proses pengadaan dan seleksi tenaga kerja
-
Tenaga kerja yang terlibat dalam proses pengendalian mutu, pemasaran, dan penjualan.
b)
Konsumen, perorangan, maupun perusahaan.
Proses Produksi dalam sistem seperti : -
Tenaga Kerja Pelaksana yang dikelola
-
Tenaga Kerja Pengelola (Manager)
Seleksi pelatihan dan pengembangan sasarannya agar tenaga kerja disesuaikan denga tuntutan lingkungan kerjanya. Kondisi kerja dan psikologi kerekayasaan berusaha untuk menyesuaikan lingkungan kerja fisikm mesinmesin, peralatan dan lingkungan kerja psikologis dengan ketebatasan kemopuan para tenaga kerjanya, agar mereka dapat bekerja efisien. Hubungan antar tenaga kerja dapat saja menimbulakn berbagai masalah dan konflik yang memerlukan penyelesaian. Pengembangan organisasi
72
dengan berbagai jenis teknik intervensi dapat mengatasi berbagai masalah sehingga
organisasi
dapat
meningkatkan
rfisiensi,
efektivitas,
dan
”kesehatannya”.
•
Kaitan dengan Perilaku Keorganisasian (Organizational Behavior). Psikologi industri dan organisasi sangat erat hubungannya dengan
perilaku keorganisasian. Kesamaan dalam bidang kajian terletak pada mempelajari perilaku manusia : -
Dalam perannya sebagai tenaga kerja dan sebagai konsumen
-
Baik secara perorangan maupun secara kelompok.
-
Untuk kepentingan dan kemanfaatan manusianya dan organisasinya. Sebagai tenaga kerja, perilaku dipelajari untuk menemu kenali
kepribadian,
kecakapan-kecakapan,
keterampilan,
sikap
dan
ciri-ciri
kepribadian : 1.
Dengan tujuan khusus untuk seleksi dan penempatan, untuk pelatihan dan pengembangan.
2.
Dalam interaksi dengan lingkungan fisiknya.
3.
Dalam interaksi dengan lingkungan sosialnya. Perilaku Organisasi lebih berfokus dalam interaksinya dengan
lingkungan sosialnya.
73
•
Kaitannya dengan Manajemen Sumber Daya Manusia Di Indonesia kebanyakan orang susah dapat membedakan antara
psikologi industri dan Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia. Obyek studinya ialah sama yaitu manusia sebaga tenaga manusia. Perbedaan utama terletak pada kondisi ndimana manusia sebagai tenaga dipelajari kerja. Pada managemen sumber daya manusia, perilaku manusia dipelajari dalam kaitannya dengan managemen dan bagaimana manusia sebagai tenaga kerja dapat dimanagemeni secara efektif menjadi pokok bahasan. Topik – topik yang sama ialah seleksi tenaga kerja, pelatihan, motivasi dan kepemimpinan, tetapi masing-masing ditangani dengan cara yang berbeda. Managemen sumber daya manusia bekerja berdasarkan effisiensi dan efektifitas kerja sedangkan psikologi industri berdasarkan mencari ciri-ciri yang absah pada manusia. Teori Kepuasan Kerja
Teori Pertentangan (Disoerancy Theory)
Model Kepuasan Bidang /bagian (Facet Satisfaction) Teori Proses Bertentangan (Opponent-Process Theory) Gambar 2.3 Teori Kepuasan Kerja
74
1.
Teori Pertentangan (Discrepancy Theory) Teori dari Locke ini menyatakan bahwa kepuasan atau ketidakpuasan di
pekerjaan mencerminkan : ”Pertentangan yang dipersepsikan antara apa yang diingkan dengan apa yang diterima individu” ”Pentingnya apa yang di ingkan bagi individu” Kepuasan kerja bagi individu merupakan jumlah dari kepuasan kerja dari setiap aspek pekerjaan dikalikan dengan derajat pentingnya aspek pekerjaan bagi individu. Perasaan puas atau tidak puas sifatnya pribadi, tergantung dari bagaimana seseorang mempersepsikan adanya kesesuaian atau pertentangan antara keinginan-keinginannya dan hasil keluarannya.
2.
Model dari Kepuasan Bidang / Bagian (Facet Satisfaction). Model dari Lawler ini erat hubungannya dengan teori keadilan dari
Lawler. Kepuasan merupakan jumlah dari bidang yang dipersepsikan orang sebagai sesuai tergantung dari bagaimana orang mempersepsikan masukan pekerjaan, ciri-ciri pekerjaannya dan bagaimana mereka mempersepsikan masukan dan keluaran dari orang lain yang dijadikan pembanding bagi mereka. Apa yang dipersepsikan tentang hasil keluaran dan apa yang diterima
75
bersifat aktual.Lawler memberi nilai bobot kepada setiap bidang sesuai dengan pentingnya baginya individu dan dijadikan skor total.
3.
Teori Proses Bertentangan (Opponent-Process Theory) Teori dari Landi ini memandang kepuasan kerja dari perspektif ingin
mempertahankan suatu keseimbangan emosional. Teori ini mengasumsikan bahwa kondisi emosional yang ekstrim tidak memberi keuntungan. Kepuasan ataupun ketidakpuasan kerja secara fisiologis memicu sistem pusat saraf yang membuat aktif emosi yang bertentangan. Kalau orang mendapatkan reward pada pekerjaan maka ia akan merasa senang. Tetapi tetap ada rasa tidak senang yang lemah. Setelah beberapa saat rasa senang akan menurun, malah dapat menjadi rasa sedih sebelum normal kembali. Ini karena emosi yang tidak senang (emosi yang berlawanan) berlangsung lebih lama.
2.3
Standar Core Competency pada perusahaan PT. XYZ •
Business Acumen (Ketajaman Bisnis) Memahami proses penciptaan nilai
peluang
untuk
bisnis
saat
ini
dari
suatu bisnis,
yang
sangat
menciptakan diperlukan.
Mengikuti pengembangan 'produk / jasa' dan trend relatif terhadap peluang pasar
dan
persaingan.
Membangun
dan memelihara jaringan
dengan
76
kelompok - kelompok lain di luar organisasi, dan bertindak sebagai sumber yang berharga bagi orang lain.
•
Customer Orientation (Orientasi Pelanggan) Mengenali pentingnya menempatkan kebutuhan pelanggan sebagai
focus utama dari tindakan seseorang. Berpikir dan bertindak dengan pikiran untuk tujuan pelanggan. Membangun dan memelihara hubungan yang saling menguntungkan dengan pelanggan.
•
Leadership (Kepemimpinan) Menilai suatu tren (Internal dan Eksternal) , mengidentifikasi maslah,
menetapkan rencana strategis untuk mencapai visi dan misi perusahaan. Berkomunikasi secara positif dan efektif untuk mendapatkan dukungan dan penerimaan dari semua pihak. Memiliki
kemampuan untuk
menginspirasi,
membujuk, dan
memberdayakan orang lain untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai, dan kata-kata serta tindakan konsisten lain ingin mengikuti alurnya.
•
Adaptability (Penyesuaian) Kinerja
Utama
yang
stabil ketika
mengalami perubahan besar
dalam tugas pekerjaan (termasuk tekanan waktu atau ambiguitas kerja) atau
77
lingkungan. Menyesuaikan diri dengan cepat dan transaksi efektif dalam bekerja dalam struktur, proses, persyaratan,atau budaya.
•
Planning and Organization (Perencanaan dan Organisasi) Menetapkan rencana tindakan untuk
diri
sendiri
dan orang
lain
untuk memastikan bahwa pekerjaan diselesaikan secara efektif dan efisien. Memberikan pekerjaan dan memantau kemajuan, mengingat tingkat kompetensi individu ditugaskan.
•
Meeting Commitment (Penentuan Komitmen) Menetapkan standar kinerja yang tinggi untuk diri sendiri dan orang
lain. Terus mengikuti melalui dengan komitmen yang telah dibuat sampai hasil kualitas yang diinginkan diperoleh, atau tidak lagi cukup dicapai. Mengikuti arah dan prosedur yang sudah ditetapkan.
•
Problem Solving and Decision making (Pemecahan Masalah dan Pembuat Keputusan) Mengidentifikasi dan memahami isu, masalah dan kesempatan., serta
berlaku berpikir kritis. Membandingkan data dari sumber yang berbeda untuk menarik
kesimpulan.
Menggunakan pendekatan
yang
efektif untuk
78
memilih suatu
program tindakan atau
mengembangkan solusi yang
diterapkan.
•
Innovation / Continous Improvement (Inovasi / Pengembangan yang berkelanjutan) Mengembangkan solusi
inovatif / kreatif
dalam situasi
kerja.
Melihat setiap kegiatan sebagai bagian dari proses yang dapat ditingkatkan. Mengidentifikasi peluang dan mencoba cara yang berbeda dan baru untuk memecahkan masalah-masalah pekerjaan mengimplementasikan solusi dan dampak tindakan. Menunjukkan kemauan untuk mengambil risiko dihitung.
•
Team Work (Kerja Team) Bekerja secara efektif dan kooperatif dengan orang lain. Nilai kontribusi
yang diberikan pada setiap orang dalam kelompok.
Menetapkan dan
memelihara hubungan kerja yang baik dengan kelompok-kelompok lain di dalam organisasi dan bertindak sebagai sumber yang berharga bagi orang lain.
•
People Development (Pengembangan Manusia) Memahami diri sendiri (kekuatan dan daerah untuk perbaikan). Secara
aktif menciptakan dan mengambil keuntungan dari kesempatan belajar. Menggunakan pengetahuan yang baru diperoleh atau keterampilan pada
79
pekerjaan, dan
belajar
melalui
tepat, membantu merencanakan
dan
aplikasi mereka. mendukung
Saat yang pengembangan
keterampilan individu lain dan kemampuan individu yang ada.
Sehingga
mereka dapat memenuhi tanggung jawab pekerjaan saat ini atau masa depan yang
lebih efektif.
Menyediakan pada pembinaan waktu
yang
efektif
dan umpan balik.
•
Communication (Komunikasi) Berinteraksi dengan
dengan orang
yang
orang
lain dengan
berbeda dengan
baik,
sopan dan
serta
berhubungan
memperlakukan orang
lain dengan hormat. Efektif menyampaikan pikiran, perasaan, dan ideide kepada individu atau kelompok. Dan menyajikan informasi / ide melalui berbagai media jelas mengekspresikan ide – ide dalam menulis menggunakan struktur yang tepat, organisasi, tata bahasa, dan bahasa dalam cara yang menarik penonton dan
membantu mereka
memahami dan
mempertahankan pesan yang mereka dapat. Mendengarkan dan berusaha untuk memahami danmenerima perspektif yang berbeda.