BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Komunikasi 2.1.1.1 Definisi Komunikasi Komunikasi merupakan suatu hal terpenting dalam kehidupan manusia, baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak terlepas dari hubungannya dengan individu lain yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain untuk memenuhi kebutuhan dan keperluan mereka. Pada hakikatnya, komunikasi adalah sebuah proses penyampaian informasi antara pengirim informasi dengan orang yang akan menerima informasi. Dalam bahasa komunikasi, informasi yang akan disampaikan tersebut disebut message, orang yang menyampaikan informasi disebut komunikator, sedangkan orang yang menerima informasi disebut komunikan. Seperti yang dikemukakan oleh Bernard dan Steiner (Mulyana, 2007 : 68) komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan sebagainya, dengan menggunakan simbol – simbol, kata - kata, gambar, figur, grafik, dan sebagainya. Tindakan atau roses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi. Sedangkan Menurut Hovland dalam (Mulyana, 2007 : 68), komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambang - lambang verbal) untuk 10
11 mengubah perilaku orang lain (comunicate). Dapat diartikan bahwa dalam penyampaian – penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa – bahasa yang mudah dimengerti dapat mempengaruhi sikap dan perilaku orang lain. Menurut (West & Tunner, 2007 : 5), dalam buku Teori Komunikasi Perspektif, Ragam dan Aplikasi (Rohim, 2009 : 11) memberikan batasan bahwa komunikasi adalah proses sosial dimana individu-individu menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka.
lingkungan
simbol
sosial komunikasi
makna
proses
Gambar 2.1 Batasan Komunikasi Dengan demikian, komunikasi dapat mengubah perilaku, sikap, dan pendapat seseorang apabila komunikasi tersebut berjalan efektif.
12 2.1.1.2 Komponen Komunikasi Berikut merupakan komponen komunikasi, meliputi 5 (lima) komponen (Effendy, 2007) , yaitu : 1. Komunikator (Pembawa Berita) Komunikator, yaitu pemrakarsa komunikasi (pembawa berita), bisa individu, keluarga, maupun kelompok yang mengambil inisiatif dalam menyelenggarakan komunikasi. Komunikasi ini berlangsung antar individu atau kelompok lain yang menjadi sasarannya. Komunikator dapat juga berati tempat berasalnya sumber komunikasi. 2. Message (Pesan atau berita) Message (pesan) adalah berita yang disampaikan oleh komunikator melalui lambang-lambang, pembicaran, gerakan dan sebagainya. Message bisa berupa gerakan, sinar, suara, lambaian tangan, kibaran bendera atau tanda-tanda lain, dengan interpretasi yang tepat akan memberikan arti dan makna tertentu. 3. Channel (media atau sarana) Channel (saluran) adalah, sarana tempat berlalunya pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan. Saluran tersebut meliputi : 1. Pendengaran (lambang berupa suara). 2. Penglihatan (lambang berupa sinar, pantulan atau lambang). 3. Penciuman (lambang berupa wangi-wangian/ bau-bauan). 4. Rabaan (lambang berupa rangsangan rabaan). Jadi secara keseluruhan saluran bisa berupa radio, televisi, telepon, koran, majalah dan lain-lain.
13 4. Komunikan (penerima berita) Komunikan
adalah, objek atau sasaran dari kegiatan
komunikasi atau orang yang menerima pesan atau lambang. Dapat berupa individu, keluarga maupun masyarakat. 5. Efek (effect). Efek adalah tanggapan, seperangkat reaksi komunikan setelah menerima pesan.
2.1.1.3 Fungsi Komunikasi Fungsi komunikasi (Effendy, 2007) : 1. Menginformasikan (to inform) Adalah memberikan informasi kepada masyarakat, memberitahukan kepada masyarakat mengenai peristiwa yang terjadi, ide atau pikiran dan tingkah laku orang lain, serta segala sesuatu yang disampaikan orang lain. 2. Mendidik (to educated) Adalah
komunikasi
merupakan
sarana
pendidikan.
Dengan
komunikasi, manusia dapat menyampaikan ide dan pikiranya kepada orang lain, sehingga orang lain mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan. 3. Menghibur (to entertain) Adalah
komunikasi
selain
berguna
untuk
menyampaikan
komunikasi, pendidikan dan mempengaruhi juga berfungsi untuk menyampaikan hiburan atau menghibur orang lain.
14 4. Mempengaruhi (to influence) Adalah fungsi mempengaruhi setiap individu yang berkomunikasi, tentunya berusaha saling mempengaruhi jalan pikiran komunikan dan lebih jauh lagi berusaha merubah sikap dan tingkah laku komunikan sesuai dengan yang di harapkan.
2.1.2 Komunikasi Organisasi 2.1.2.1 Definisi Komunikasi Organisasi Organisasi adalah sebuah wadahyang menampung orang – orang dan objek – objek; orang – orang dalam organisasi yang berusaha mencapai tujuan bersama (Mulyana, 2010 : 17). Komunikasi
organisasi
dapat
didefinisikan
sebagai
pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unit – unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit – unit komunikasi dalam hubungan – hubungan hierarkis antara yang satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan (Mulyana, 2010 : 31). Komunikasi organisasi terjadi kapanpun setidak – tidaknya satu orang yang menduduki suatu jabatan dalam suatu organisasi menafsirkan suatu pertunjukkan. Komunikasi organisasi cenderung menekankan kegiatan penanganan
pesan
yang
terkandung
organisasional (organizational boundary)”.
dalam
suatu
“batasan
15 2.1.2.2 Komunikasi Organisasi Eksternal Komunikasi eksternal organisasi adalah komunikasi antara pimpinan organisasi dengan khalayak di luar organisasi. Pada organisasi besar, komunikasi ini lebih banyak dilakukan oleh kepala hubungan masyarakat dari pada pimpinan sendiri. Yang dilakukan sendiri oleh pimpinan hanyalah terbatas pada hal-hal yang ianggap sangat penting saja. Komunikasi eksternal terdiri dari jalur secara timbal balik (Sylvia, 2005 : 170) : a. Komunikasi dari organisasi kepada khalayak. Komunikasi ini dilaksanakan umumnya bersifat informatif, yang dilakukan sedemikian rupa sehingga khalayak merasa memiliki keterlibatan, setidaknya ada hubungan batin. Komunikasi ini dapat melalui berbagai bentuk, seperti: majalah organisasi; press release; artikel surat kabar atau majalah; pidato radio; film dokumenter; brosur; leaflet; poster; konferensi pers. b. Komunikasi dari khalayak kepada organisasi. Komunikasi dari khalayak kepada organisasi merupakan umpan balik sebagai efek dari kegiatan dan komunikasi yang dilakukan oleh organisasi.
2.1.3 Public Relations 2.1.3.1 Definisi Public Relations Menurut Frank Jefkins dalam (Yadin, 2003 : 10) Public Relations adalah semua bentuk komunikasi yang terencana, baik itu kedalam maupun keluar, antara satu organisasi dengan semua
16 khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian. Berdasarkan
definisi
diatas,
unsur
tujuannya
lebih
diperinci,yaitu tidak hanya terbatas pada saling pengertian saja, melainkan juga berbagai macam tujuan khusus lainnya yang sedikit banyak berkaitan berkaitan dengan salinng pengertian itu. Tujuantujuan khusus itu meliputi penanggulangan masalah-masalah komunikasi yang memerlukan suatu perubahan tertentu, misalnya mengubah sikap yang negatif menjadi positif. Dalam kegiatan Public Relations, kita sering kali dituntut untuk menjelaskan sebab-sebab terjadinya musibah atau sesuatu yang tidak menyenangkan yang dialami perusahaan kepada orang lain. Dalam kenyataannya, manajemen krisis telah menjadi tugas pokok Public Relations. Terdapat begitu banyak definisi Public Relations. Namun, pada intinya Public Relations senantiasa berkenaan dengan kegiatan penciptaan pemahaman melalui pengetahuan, dan melalui kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan akan muncul perubahan yang berdampak.
2.2 Landasan Konseptual 2.2.1 Minat 2.2.1.1 Definisi Minat Minat merupakan suatu proses yang mendorong seseorang untuk yakin melakukan pembelian. Intensitas seseorang dalam
17 pencarian informasi mengenai suatu hal yang ingin diketahuinya menunjukkan bahwa orang tersebut memiliki minat yang tinggi terhadap hal tersebut. Sebelum mengambil sebuah keputusan biasanya seseorang akan mengumpulkan informasi mengenai apa yang ia butuhkan dengan berbagai pilihan alternatif untuk perbandingan. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minatnya (Djaali, 2007 : 121). Adanya hubungan seseorang dengan sesuatu di luar dirinya, dapat menimbulkan rasa ketertarikan, sehingga tercipta adanya penerimaan. Dekat maupun tidak hubungan tersebut akan mempengaruhi besar kecilnya minat yang ada.
2.2.1.2 Faktor Timbulnya Minat Minat timbul berdasarkan perasaan suka atau tidak sukanya individu terhadap suatu objek, subjek atau aktivitas. Hal tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi penerimaan individu. Jika individu tersebut menyukai objek, subjek atau aktifitas tersebut, maka individu akan menerimanya. Namun, apabila individu tidak menyukai objek, subjek atau aktifitas tersebut maka individu akan menolaknya. Faktor timbulnya minat menurut Crow and Crow (1982), terdiri dari 3 faktor (Sarwono S.W, 2003: 76) : a. Faktor dorongan dari dalam, yaitu rasa ingin tahu atau dorongan untuk menghasilkan sesuatu yang baru dan berbeda. Dorongan ini
18 dapat membuat seseorang berminat untuk mempelajari ilmu mekanik, melakukan penelitian ilmiah, atau aktifitas lain yang menantang. b. Faktor motif sosial, yakni minat dalam upaya mengembangkan diri dari dan dalam ilmu pengetahuan, yang mungkin diilhami oleh hasrat untuk mendapatkan kemampuan dalam bekerja, atau adanya hasrat untuk memperoleh penghargaan dari keluarga atau teman. c. Faktor emosional, yakni minat yang berkaitan dengan perasaan dan emosi. Misalnya, keberhasilan akan menimbulkan perasaan puas dan dapat
meningkatkan
minat,
sedangkan
kegagalan
dapat
menghilangkan minat seseorang.
2.2.1.3 Dimensi Minat Swastha (2008 : 87) membagi minat menjadi 4 dimensi, yaitu : 1. Attention : Dilihat sebagai bentuk perhatian dari individu
yang
motivasional dan
ditangkap
oleh
memiliki
dampak
faktor-faktor pada
suatu
perilaku. 2. Interest : Menunjukkan kemauan seseorang terhadap suatu barang atau jasa. 3. Desire : Upaya yang direncanakan seseorang untuk dilakukan dalam memiliki suatu barang atau jasa tertentu. 4. Action : menunjukkan perilaku selanjutnya yang dilakukan oleh seorang individu ( memilih atau tidak memilih, membeli atau tidak membeli)
19 2.2.2 Citra 2.2.2.1 Definisi Citra Menurut Frank Jefkins (Yadin, 2003), citra diartikan sebagai kesan seseorang atau individu tentang sesuatu yang muncul sebagai hasil dari pengetahuan dan pengalamanya. Citra sendiri dibentuk oleh perusahaan agar khalayak mampu menerima pesan yang disampaikan oleh perusahaan dan sesuai dengan maksud dari perusahaan itu sendiri. Dengan citra yang dibentuk oleh perusahaan, diharapkan khalayak mampu memberikan kepercayaan atas produk yang ditawarkan perusahaan. Sedangkan menurut Kotler (2000 : 338) dalam buku Crisis Public Relations, Firsan Nova (2011 : 298) citra adalah persepsi masyarakat terhadap perusahaan atau produknya. Citra dipengaruhi oleh banyak faktor di luar kontrol perusahaan. Adapula pendapat lain mengenai definisi citra yaitu menurut Djaslim Saladin (2006 : 97) dalam buku Crisis Public Relations, Firsan Nova (2011 : 298) citra merupakan salah satu perbedaan yang dapat dibanggakan oleh pelanggan, baik citra produk maupun citra perusahaan.
2.2.2.2 Peran Citra Bagi Perusahaan Citra yang baik dari suatu organisasi merupakan aset yang sangat penting karena citra mempunyai suatu dampak persepsi konsumen dan operasi organisasi dalam berbagai hal. Dalam buku Crisis Public Relations, Firsan Nova (2011 : 302 – 303) menjelaskan
20 pendapat
Groonroos
mengidentifikasikannya
peran
citra
bagi
perusahaan, yaitu : a. Citra menceritakan harapan, bersama dengan kampanye pemasar eksternal, seperti periklanan, penjualan pribadi, dan komunikasi dari mulut ke mulut. Citra yang positif memudahkan bagi organisasi untuk berkomunikasi secara efektif dan membuat orang-orang lebih mengerti dengan komunikasi dari mulut ke mulut. Citra yang netral atau tidak diketahui mungkin tidak menyebabkan kehancuran, tetapi hal itu tidak membuat komunikasi dari mulut ke mulut berjalan lebih efektif. b. Citra adalah sebagai penyaring yang mempengaruhi persepsi kegiatan perusahaan. c. Citra adalah fungsi dari pengalaman dan harapan konsumen. d. Citra mempunyai pengaruh penting pada manajemen. Setiap perusahaan harus mempunyai citra di masyarakat, dan citra itu sendiri dapat berperingkat baik, sedang, atau buruk. Dampak peringkat citra yang berlainan tersebut terhadap keberhasilan kegiatan bisnis dan pemasaran produk berlainan. Citra buruk melahirkan dampak yang negatif bagi operasi bisnis perusahaan dan juga dapat melemahkan kemampuan perusahaan untuk bersaing.
2.2.2.3 Proses Pembentukan Citra Proses pembentukan citra yang dituliskan dalam buku Crisis Public Relations, Firsan Nova (2011 : 304-305) proses pembentukan
21 citra dalam struktur kognitif yang sesuai dengan pengertian sistem komunikasi dijelaskan oleh John S. Nimpoeno dalam laporan penelitian tentang tingkah laku konsumen, seperti yang dikutip Danasaputra sebagai berikut : Kognisi Stimulus
Persepsi
Sikap
Perilaku
Motivasi Gambar 2.2 Model Pembentukan Citra PR digambarkan sebagai input – output. Proses dalam model ini adalah pembentukan citra sedangkan input adalah stimulus yang diberikan dan output adalah tanggapan atau perilaku tertentu. Citra itu sendiri digambarkan melalui persepsi – kognisi – motivasi – sikap.
2.2.3 Persepsi Harga Setiap individu juga memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Penilaian yang dirasakan setiap konsumen terhadap suatu barang atau jasa tidaklah sama, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya. Persepsi konsumen terhadap suatu harga dapat mempengaruhinya dalam mengambil keputusan pembelian. Oleh sebab itu, produsen akan berusaha memberikan persepsi yang baik terhadap produk atau jasa yang mereka tawarkan. Dalam memandang suatu harga konsumen memiliki beberapa pandangan yang berbeda – beda. Harga yang ditetapkan diatas harga pesaing dipandang mencerminkan kualitas yang lebih baik atau mungkin juga dipandang sebagai harga yang terlalu mahal.
22 Harga memiliki peranan utama dalam proses pengambilan keputusan para pembeli, yaitu peranan alokasi dan peranan informasi. 1. Peranan alokasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam membantu para pembeli untuk memutuskan cara memperoleh manfaat atau utilitas tertinggi yang diharapkan berdasarkan daya belinya. Dengan demikian, adanya harga dapat membantu para pembeli memutuskan cara mengalokasikan daya belinya pada berbagai jenis barang dan jasa. Pembeli membandingkan harga dari berbagai alternatif yang tersedia, kemudian memutuskan alokasi dana yang dikehendaki 2. Peranan informasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam ‘mendidik’ konsumen mengenai faktor – faktor produk, seperti kualitas. Hal ini terutama bermanfaat dalam situasi di mana pembeli mengalami kesulitan untuk menilai faktor produk atau manfaatnya secara objektif. Persepsi yang sering berlaku adalah bahwa harga yang mahal mencerminkan kualitas yang tinggi. Tujuan penetapan harga : 1. Tujuan Berorientasi pada Laba Asumsi teori ekonomi klasik menyatakan bahwa setiap perusahaan selalu memilih harga yang dapat menghasilkan laba paling tinggi. Tujuan ini dikenal dengan istilah maksimisasi laba.
23 2. Tujuan Berorientasi pada Volume Selain tujuan berorientasi pada laba, ada pula perusahaan yang
menetapkan
harganya
berdasarkan
tujuan
yang
berorientasi pada volume tertentu atau yang biasa dikenal dengan istilah volume pricing objectives. 3. Tujuan Berorientasi pada Citra Citra (image) suatu perusahaan dapat dibentuk melalui strategi penetapan harga. Perusahaan dapat menetapkan harga tinggi
untuk
membentuk
atau
mempertahankan
citra
prestisius. 4. Tujuan Stabilisasi Harga Dalam pasar yang konsumennya sangat sensitif terhadap harga, bila suatu perusahaan menurunkan harganya, maka para pesaing harus menurunkan pula harga mereka. 5. Tujuan – tujuan Lainnya Harga dapat pula ditetapkan dengan tujuan mencegah masuknya pesaing, mempertahankan loyalitas pelanggan, mendukung penjualan ulang, atau menghindari campur tangan pemerintah. Menurut Freddy Rangkuti (2009 : 104) persepsi mengenai harga dapat diukur berdasarkan persepsi pelanggan yaitu dengan cara menanyakan kepada pelanggan variabel – variabel yang menurutnya paling penting dalam memilih sebuah produk.
24 Persepsi harga dibentuk oleh dua dimensi utama yaitu : 1) Persepsi Kualitas Konsumen cenderung lebih menyukai produk yang harganya mahal ketika informasi yang didapat hanya harga produknya. Persepsi konsumen terhadap kualitas produk dipengaruhi oleh persepsi mereka terhadap nama, merek, nama toko, garansi yang diberikan dan negara yang menghasilkan produk tersebut. 2) Persepsi Biaya yang Dikeluarkan Secara umum konsumen menganggap bahwa harga merupakan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan sebuah produk. Tetapi konsumen mempunyai persepsi yang berbeda – beda terhadap biaya yang dikeluarkan meskipun untuk produk yang sama. Hal ini tergantung situasi dan kondisi yang dialami konsumen.
2.2.4 Gaya Hidup Gaya hidup seseorang mencerminkan pola kehidupan orang tersebut yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari mereka, bagaimana mereka menilai suatu hal, dan minatnya terhadap hal tertentu. Gaya hidup mempunyai dampak yang utama pada pembelian dan perilaku konsumsi dari konsumen. Gaya hidup lebih menggambarkan perilaku seseorang, yaitu bagaimana dia hidup dalam menggunakan uangnya dan memanfaatkan waktu yang dimilikinya dalam kehidupan sehari – harinya. Gaya hidup memiliki arti
25 yang berbeda dengan kepribadian. Karena gaya hidup mempunyai karakteristik yang lebih spesifik dibandingkan dengan kepribadian. Sedangkan kepribadian lebih menggambarkan karakteristik yang ada pada dalam diri manusia. Namun, dalam definisinya yang berbeda, kepribadian dan gaya hidup saling berhubungan. Menurut
Sumarwan
(2004
:
56)
kepribadian
mereflesikan
karakteristik internal dari konsumen, sedangkan gaya hidup menggambarkan manifestasi eksternal karakteristik tersebut, yaitu perilaku seseorang. Gaya hidup mempunyai sifat yang tidak permanen atau cepat berubah. Sumarwan (2004 : 57) mengatakan gaya hidup sering kali digambarkan dengan kegiatan, minat, dan opini dari seseorang (activities, interests and opinions). Dari definisi tersebut, gaya hidup mempunyai pengaruh dibidang pemasaran. Gaya hidup menggambarkan seseorang mulai dari sikap, cara berpenampilan dan kegiatan sehari – hari yang dilakukan yang menentukan kepribadian seseorang tersebut. Dapat disimpulkan bahwa gaya hidup adalah salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan pembelian. Karena gaya hidup merupakan salah satu karakteristik kepribadian konsumen dalam memenuhi kebutuhan mereka dan hal itu harus menjadi perhatian para pemasar untuk menentukan langkah – langkah yang akan digunakan oleh perusahaan dalam menentukan strategi pemasaran.
26 2.3 Penelitian Terdahulu a. Bambang Pujadi (2010) Bambang Pujadi (2010) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Citra Merek Terhadap Minat Beli Melalui Sikap Terhadap Merek (Kasus pada Merek Pasta Gigi Ciptadent di Semarang). Penelitian tersebut menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi citra merek sebagai upaya mempengaruhi sikap terhadap merek untuk peningkatan minat beli. Permasalahan riset bersumber pada 2 (dua) hal yaitu pertama adalah research gap dari Knight and Kim (2007), dengan Sutantio (2004) dan Aaker (1991). Permasalahan kedua bersumber dari research problem yaitu ditemukan pada kinerja produk personal tahun 2008-2009 (Swa, Agustus 2009). Dari permasalahan diataslah yang mendasari dilakukan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi citra merek yang nantinya mempengaruhi sikap terhadap merek dan akhirnya pada terbentuknya minat beli. Dalam penelitian ini dikembangkan suatu model teoritis dengan mengajukan enam hipotesis yang akan diuji dengan menggunakan Structural Equation Model (SEM) dengan menggunakan software AMOS 16. Responden yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari responden yang berrminat beli pasta gigi ciptadent berjumlah 102 responden. Hasil dari pengolahan data SEM untuk model penuh telah memenuhi kriteria goodness of fit sebagai berikut, nilai chi-square = 121,214; probability = 0,260; GFI = 0,889; AGFI = 0,849; TLI = 0,988; CFI = 0,990; CMIN/DF = 1,082; RMSEA = 0,029. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa model ini layak untuk digunakan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa citra merek dapat ditingkatkan dengan meningkatkan persepsi kualitas dan kualitas pesan iklan.
27 Selanjutnya, citra merek yang semakin tinggi akan mempengaruhi sikap terhadap merek dan selanjutnya meningkatkan minat beli.
b. Comaeni Enril Ferdinan (2013) Comaeni Enril Ferdinan (2013) melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Persepsi Harga, Persepsi Kualitas Produk, Dan Promosi Terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor Suzuki (Studi Pada Pembeli – Pengguna Sepeda Motor Suzuki di Kota Solo). Dalam penelitian tersebut data dikumpulkan melalui metode kuesioner terhadap 100 orang responden pembeli sekaligus pengguna sepeda motor Suzuki di Kota Solo dengan metode aksidental.Metode ini digunakan untuk mengetahui tanggapan responden terhadap masing – masing variabel. Hasil perhitungan didapat bahwa faktor yang paling mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian adalah promosi. Persepsi harga juga mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Faktor persepsi tentang kualitas produk mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Penilaian bahwa kualitas produk yang bagus akan meningkatkan keputusan pembelian.
28 2.4 Kerangka Pikir
Minat Pengunjung dalam Menyelenggarakan Resepsi Pernikahan
Citra Perusahaan
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran