BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1
Fase Pengembangan Produk Proses Pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau
sering juga disebut sebagai fase. Menurut Karl T. Ulrich dan Steven D. Eppinger dalam bukunya
yang
berjudul
“Perancangan
dan
Pengembangan
Produk”,
proses
pengembangan produk secara keseluruhan terdiri dari 6 fase, yaitu :
Gambar 2.1 Fase Pengembangan Produk Menurut Ulrich-Eppinger (Sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger)
•
Fase 0. Perencanaan : Kegiatan ini disebut sebagai ‘zerofase’ karena kegiatan ini mendahului persetujuan proyek dan proses peluncuran pengembangan produk aktual.
•
Fase 1. Pengembangan Konsep : Pada fase pengembangan konsep, kebutuhan pasar target diidentifikasi, alternatif konsep-konsep produk dibangkitkan dan dievaluasi, dan satu atau lebih konsep dipilih untuk pengembangan dan percobaan lebih jauh. Dimana yang dimaksud dengan konsep di sini adalah uraian dari bentuk, fungsi, dan tampilan suatu produk dan biasanya disertai dengan sekumpulan spesifikasi, analisis produk-produk pesaing serta pertimbangan ekonomis proyek.
8 •
Fase 2. Perancangan Tingkatan Sistem : Fase Perancangan Tingkatan Sistem mencakup definisi arsitektur produk dan uraian produk menjadi subsistemsubsistem serta komponen-komponen. Gambaran rakitan akhir untuk sistem produksi biasanya didefinisikan selama fase ini. Output pada fase ini biasanya mencakup tata letak bentuk produk, spesifikasi secara fungsional dari tiap subsistem produk, serta diagram aliran proses pendahuluan untuk proses rakitan akhir.
•
Fase 3. Perancangan Detail : Fase perancangan detail mencakup spesifikasi lengkap dari bentuk, material, dan toleransi-toleransi dari seluruh komponen unit pada produk dan identifikasi seluruh komponen standar yang dibeli dari pemasok. Rencana proses dinyatakan dan peralatan dirancang untuk tiap komponen yang dibuat, dalam sistem produksi. Output dari fase ini adalah pencatatan pengendalian untuk produk, gambar untuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen yang dapat dibeli, serta rencana untuk proses pabrikasi dan perakitan produk.
•
Fase 4. Pengujian dan Perbaikan : Fase pengujian dan perbaikan melibatkan konstruksi dan evaluasi dari bermacam-macam versi produksi awal produk. Prototipe awal (alpha) biasanya dibuat dengan menggunakan komponenkomponen dengan bentuk dan jenis material pada produksi sesungguhnya, namun tidak memerlukan proses pabrikasi dengan proses yang sama dengan yang dilakukan pada proses pabrikasi sesungguhnya. Prototipe alpha diuji untuk menentukan apakah produk akan bekerja sesuai dengan apa yang direncanakan dan apakah produk memuaskan kebutuhan konsumen utama. Prototipe berikutnya
9 (beta) biasanya dibuat dengan komponen-komponen yang dibutuhkan pada produksi namun tidak dirakit dengan menggunakan proses perakitan akhir seperti pada perakitan sesungguhnya. Prototipe beta dievaluasi secara internal dan juga diuji oleh konsumen dengan menggunakannya secara langsung. Sasaran dari prototipe beta biasanya adalah untuk menjawab pertanyaan mengenai kinerja dan keandalan dalam rangka mengidentifikasi kebutuhan perubahan-perubahan secara teknik untuk produk akhir. •
Fase 5. Produksi awal : Pada fase produksi awal, produk dibuat dengan menggunakan sistem produksi yang sesungguhnya. Tujuan dari produksi awal ini adalah untuk melatih tenaga kerja dalam memecahkan permasalahan yang mungkin timbul pada proses produksi sesungguhnya. Produk-produk yang dihasilkan selama produksi awal kadang-kadang disesuaikan dengan keinginan pelanggan dan secara hati-hati dievaluasi untuk mengidentifikasi kekurangankekurangan yang timbul. Peralihan dari produksi awal menjadi produksi sesungguhnya harus melewati tahap demi tahap. Pada beberapa titik pada masa peralihan ini, produk diluncurkan dan mulai disediakan untuk didistribusikan. Total keseluruhan fase adalah 6 fase yakni : dari fase 0 sampai dengan fase 5, dan
pemahaman dari tiap tahapan dapat dimengerti dan diterapkan secara terpisah ( UlrichEppinger,2001). Sementara itu menurut C. Merle Crawford dan C. Anthony Di Benedetto dalam buku mereka yang berjudul “New Products Management”, dikatakan bahwa tahapan pengembangan produk terdiri atas 5 fase yaitu :
10
Phase 1: Opportunity Identification/Selection
Phase 2: Concept Generation
Phase 3: Concept/Project Evaluation
Phase 4: Development
Phase 5: Launch Gambar 2.2 Fase Pengembangan Produk Menurut Crawford-Benedetto (Sumber : New Products Management, Crawford-Benedetto)
•
Fase 1. Identifikasi peluang dan Seleksi ( Opportunity Identification and Selection) : menghasilkan sebuah peluang dari produk baru menjadi peluang bisnis, mengadakan perubahan pada rencana pemasaran, sumber daya, dan kebutuhan yang terdapat pada pasar. Mengadakan riset pasar untuk kemudian dievaluasi, divalidasi dan keluarannya adalah pernyataan strategic untuk menuntun lebih jauh ke tahap selanjutnya.
•
Fase 2. Pengembangan Konsep (concept generation) : Memilih peluang yang paling berpotensi untuk dikembangkan dan mulai dengan keterlibatan konsumen dalam tahap identifikasi kebutuhan. Mulai menyusun konsep produk baru yang dapat menjawab kesempatan atau peluang yang ada.
11 •
Fase 3. Evaluasi Proyek/Konsep (Concept/Project Evaluation) : Mengevaluasi konsep produk tersebut (seperti pada saat mereka mulai masuk) pada kriteria teknis, pemasaran dan keuangan. Beri bobot dan pilih yang terbaik kedua atau ketiga.
•
Fase 4. Pengembangan (Development) :
Pada fase ini merupakan tahap
pengujian konsep yang sudah matang dengan pembuatan prototipe yang langsung diujikan kepada konsumen, desain pembuatan dan peralatan yang dibutuhkan sudah mulai disusun, sambil tidak lupa mempersiapkan strategi pemasaran dan persiapan peluncuran produk tersebut dengan memperhatikan jalur distribusi dan biaya-biaya yang dibutuhkan melalui sebuah business plan. •
Fase 5. Peluncuran (Launch) : mulai produksi awal dan pemasaran dengan ruang lingkup yang kecil dulu sambil memantapkan sistem produksi pembuatan produk tersebut, dan mulai menjalankan program peluncuran sesuai yang direncanakan secara bertahap. Kelima fase ini lebih difokuskan untuk pengembangan produk yang betul-betul
merupakan produk baru (Crawford-Beneditto, 2000). Satu lagi pendapat dari ahli pengembangan produk di USA yaitu R. Cooper dalam bukunya yang berjudul “Winning at New Products”, Cooper menyebutkan tahapan pengembangan produk yang dikenal sebagai Stage-Gate Process yaitu sebuah tahapan pergerakan suatu proyek produk baru dari sebuah ide hingga ke tahap peluncuran. Stage merupakan tahapan sebenarnya dimana diwujudkan dalam tindakan nyata. Sedangkan gate merupakan point pengambilan keputusan untuk dilanjutkan atau tidak ke tahap atau stage selanjutnya. Berikut penjelasan singkat mengenai Stage-Gate Process :
12
Gambar 2.3 Stage-Gate Process Menurut R. Cooper (Sumber : Winning at New Products, R. Cooper)
•
Discovery Stage . Tahap pemilihan ide : dalam tahapan ini, munculnya ide-ide tentang produk apa yang akan dikembangkan dan apa jenis pengembangannya semuanya pasti muncul dari suatu ide atau gagasan.
•
Gate 1. Idea screen : merupakan tahapan pengelompokan ide-ide yang telah didapatkan.
•
Stage 1. Scooping : merupakan tahapan perkiraan akan keberhasilan produk yang akan dikembangkan, dapatkah produk itu dibuat, serta bagaimana respon pasar terhadap produk tersebut nantinya.
•
Gate 2. Second screen : dalam tahap ini diadakan penyaringan konsep produk mana yang akan dilanjukan untuk dikembangkan.
•
Stage 2. Building the business case : merupakan tahap yang paling menentukan bagi tim pengembangan produk, disini akan dibuat definisi dari produk dan proyek tersebut, rencana proyek dan pembenaran dari proyek tersebut di masamasa mendatang.
•
Gate 3. Go to Development : pada tahap ini ditentukan apakah diteruskan ke tahap pengembangan atau tidak berdasarkan hasil dari tahapan sebelumnya dan konsep yang telah terpilih.
13 •
Stage 3. Development : Tahap ini yang disebut tahapan pengembangan, pada tahap ini dilakukan seperti yang dilakukan pada tahap pengembangan konsep, persiapan peluncuran, rencana sistem produksi, dan pengujian untuk ke tahap selanjutnya.
•
Gate 4. Go to Testing : Merupakan tahapan awal dari pengujian konsep produk yang sudah dikembangkan.
•
Stage 4. Testing and Validation : Merupakan tahapan final dari pengujian dan validasi data pengujian dari seluruh proyek, perkiraan rencana proses produksi, analisa ekonomi produk, respon dari konsumen, dan pembuatan prototipe.
•
Gate 5. Go to launch : Tahapan persiapan peluncuran awal dari produk yang sudah diuji.
•
Stage 5. Launching : produksi awal sudah mulai dilakukan, beserta perbaikanperbaikan sistem produksi dan peralatan untuk efisiensi proses, jalur distribusi dan komersialisasi mulai dibangun dan diperluas secara bertahap.
•
Review dari peluncuran produk : Setelah produk diluncurkan secara komersialisasi, dilakukan review untuk memastikan bahwa hambatan-hambatan yang ada bisa teratasi, serta memastikan apakah produksi tetap dilanjutkan beserta pemasarannya, atau tetap memasarkan sisa stok barang (bila produksi dihentikan karena tidak dapat dilanjutkan), atau mendaur ulang produk tersebut sehingga dapat dimanfaatkan menjadi barang lain (“Winning at New Products”, R.Cooper, 2001). Setelah melihat ketiga model tahapan-tahapan pengembangan produk yang
merupakan pendapat dari beberapa ahli tersebut, maka dapat dilihat banyak kesamaan
14 dari ketiga proses tersebut, perbedaan jumlah tahapan atau fase disebabkan karena adanya penggabungan dari beberapa tahapan yang sejenis ataupun membaginya menjadi beberapa tahapan yang lebih detail. Dan tahapan pengembangan produk menurut Karl T. Ulrich dan Steven D. Eppingger adalah yang paling umum dan mudah dipahami, serta sudah banyak diterapkan oleh para praktisi pengembangan produk. Pada tahap pembahasan pengembangan produk ini nantinya akan disesuaikan menurut tahapan yang dikembangkan oleh Ulrich dan Eppingger.
2.1.1
Perencanaan Produk (Product Planning) Setiap proses pengembangan produk diawali dengan fase perencanaan, yang
berkaitan dengan kegiatan-kegiatan pengembangan teknologi dan penelitian tingkat lanjut. Output fase perencanaan ini adalah pernyataan misi proyek yang nantinya akan digunakan sebagai input yang dibutuhkan untuk memulai tahapan pengembangan konsep dan merupakan suatu petunjuk utuk tim pengembangan. Untuk mengembangkan suatu rencana produk dan pernyataan misi proyek, ada lima tahapan proses berikut : •
Mengidentifikasi peluang → Langkah ini dapat dibayangkan sebagai terowongan peluang karena membawa bersama-sama input berupa ide-ide untuk produk baru yang dikumpulkan secara pasif, atau bisa juga dikumpulkan melalui proses identifikasi kebtuhan pelanggan yang mencatat kelemahan produk yang sudah ada, kecenderungan gaya hidup, studi para pesaing, dan status teknologi. Bila ditelusuri secara aktif, maka terowongan peluang dapat menampung ide-ide
15 secara kontinu dan peluang-peluang produk baru mungkin dapat dihasilkan setiap waktu. •
Mengevaluasi dan Memprioritaskan proyek → Langkah kedua dalam proses perencanaan produk adalah memilih proyek yang paling menjanjikan untuk diikuti. Empat perspektif dasar yang berguna dalam mengevaluasi dan memprioritaskan peluang-peluang bagi produk baru dalam kategori produk yang sudah ada adalah strategi bersaing, segmentasi pasar, mengikuti perkembangan teknologi, dan platform produk yang merupakan sekumpulan aset yang dibagi dalam sekumpulan produk.
•
Mengalokasikan Sumberdaya dan rencana waktu → Penentuan waktu dan alokasi sumber daya ditentukan untuk proyek-proyek yang lebih menjanjikan, terlalu banyak proyek akan menimbulkan persaingan untuk beberapa sumber daya. Sebagai hasilnya, usaha untuk merancang sumber daya dan merencanakan waktu hampir selalu menghasilkan suatu tingkat pengembalian untuk evaluasi sebelumnya dan penentuan prioritas langkah untuk memendekkan sekumpulan proyek yang akan diikuti.
•
Melengkapi perencanaan pendahuluan proyek → Setelah proyek disetujui, maka diadakan kegiatan perencanaan proyek pendahuluan, dibentuk sebuah tim inti yang terdiri dari ahli teknik, pemasaran, manufaktur dan fungsi pelayanan untuk menghasilkan suatu pernyataan visi dan pernyataan misi produk yang isinya memformulasikan suatu definisi yang lebih detil dari pasar target dan asumsiasumsi yang mendasari operasional tim pengembangan.
16 •
Merefleksikan kembali hasil dan proses → Pada tahap ini dilakukan reality check terhadap pernyataan misi yang merupakan pegangan untuk tim pengembangan. Langkah awal untuk ini adalah waktu untuk memperbaiki apakah pengembangan
ini bisa berjalan dan konsisten.
2.1.2
Pernyataan Misi Dalam melakukan pengembangan suatu produk kita perlu memiliki Pernyataan
Misi (Mission Statement). Pernyataan misi adalah arah dari suatu pengembangan produk, dimana mencakup beberapa dari keseluruhan informasi berikut : •
Uraian Produk Ringkas Uraian ini mencakup manfaat produk utama untuk pelanggan namun menghindari penggunaan konsep produk secara spesifik. Mungkin saja berupa pernyataan visi produk.
•
Sasaran Utama Bisnis Sebagai tambahan sasaran proyek yang mendukung strategi perusahaan, sasaran ini biasanya mencakup waktu, biaya, dan kualitas (contoh penentuan waktu pengenalan produk, performasi finansial yang diinginkan, target pangsa pasar).
•
Pasar Target Untuk Produk Terdapat beberapa pangsa pasar target untuk produk. Bagian ini mengidentifikasi pasar utama dan pasar kedua yang perlu dipertimbangkan dalam usaha pengembangan
17 •
Asumsi – asumsi dan batasan – batasan untuk mengarahkan usaha pengembangan Asumsi – asumsi harus dibuat dengan hati – hati, meskipun mereka membatasi kemungkinan jangkauan konsep produk, mereka membantu untuk menjaga lingkup proyek yang terkelola, sehingga diperlukan informasi – informasi untuk pencatatan keputusan mengenai asumsi dan batasan.
•
Stakeholder Satu cara untuk menjamin bahwa banyak permasalahan pengembangan ditujukan untuk mendaftar secara eksplisit seluruh stakeholder dari produk, yaitu sekumpulan orang yang dipengaruhi oleh keberhasilan dan kegagalan produk. Daftar stakeholder dimulai dari pengguna akhir (pelanggan eksternal akhir) dan pelanggan eksternal yang membuat keputusan tentang produk. Stakeholder
juga
mencakup
pelanggan
produk
yang
mendampingi
perusahaan, seperti tenaga penjual, organisasi pelayanan, dan departemen produksi. Daftar Stakeholder menyediakan suatu bayangan bagi tim untuk mempertimbangkan kebutuhan setiap orang yang akan dipengaruhi oleh produk. Dalam membuat pernyataan misi, tim mempertimbangkan strategi-strategi dari beberapa area fungsi pada perusahaan. Dengan banyaknya kemungkinan strategi fungsional yang harus dipertimbangkan, strategi manufaktur, pelayanan dan lingkungan telah memiliki pengaruh yang besar pada proyek. Seseorang dapat menanyakan mengapa strategi manufaktur, pelayanan dan lingkungan (sebagai contoh) seharusnya menjadi bagian dari pernyataan misi untuk suatu produk baru.
18 Oleh karena itu, pernyataan misi seharusnya mencerminkan sasaran perusahaan dan batasnya. Dalam menyatakan asumsi-asumsi dan batasan-batasan sebagai bagian dari pernyataan misi, beberapa permasalahan yang perlu dipertimbangkan yaitu : •
Manufaktur
•
Pelayanan
•
Lingkungan
Karena pernyataan misi merupakan pegangan untuk tim pengembangan, suatu “reality check” harus dilakukan sebelum melalui proses pengembangan. Langkah awal ini adalah waktu untuk memperbaiki, paling tidak mereka menjadi lebih hebat dan bernilai sesuai dengan kemajuan proses pengembangan. Pernyataan misi : (nama produk) Deskripsi produk :
*
Sasaran bisnis Kunci :
* * *
Pasar Utama :
*
Pasar Sekunder :
* *
Asumsi-asumsi :
*
Pihak yang terkait :
* * *
Gambar 2.4 Contoh Format Pernyataan Misi (Sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger)
2.1.3
Identifikasi Kebutuhan Pelanggan Identifikasi kebutuhan pelanggan merupakan bagian yang integral dari proses
pengembangan produk, dan merupakan tahap yang mempunyai hubungan paling erat
19 dengan proses penurunan konsep, seleksi konsep, benchmark dengan pesaing dan menetapkan spesifikasi produk. Filosofi yang mendukung metode ini adalah menciptakan jalur informasi yang berkualitas antara pelanggan sebagai target pasar dengan perusahaan pengembang produk. Filosofi ini dibangun berdasarkan anggapan bahwa siapapun yang secara langsung mengatur detail-detail produk, apakah seorang ahli teknik maupun desainer industri, harus berinteraksi dengan pelanggan dan memiliki pengalaman dengan lingkungan pengguna. Tujuan dari mengidentifikasi kebutuhan pelanggan adalah : •
Meyakinkan bahwa produk telah difokuskan kepada kebutuhan
pelanggan •
Mengidentifikasi kebutuhan pelanggan yang tersembunyi dan tidak
terucapkan (latent needs) seperti halnya kebutuhan yang ekplisit. •
Menjadi basis untuk menyusun spesifikasi produk
•
Memudahkan pembuatan arsip dari aktivitas identifikasi kebutuhan
untuk proses pengembangan produk •
Menjamin tidak ada kebutuhan pelanggan penting yang terlupakan
•
Menanamkan pemahaman bersama mengenai kebutuhan pelanggan di
antara anggota tim pengembangan Lima tahap proses identifikasi kebutuhan pelanggan adalah : •
Mengumpulkan data mentah dari pelanggan, proses pengumpulan data mentah dari pelanggan akan mencakup kontak dengan pelanggan dan mengumpulkan pengalaman dari lingkungan pengguna produk. Tiga metode yang biasa
20 digunakan adalah wawancara, kelompok fokus, dan observasi pada saat produk sedang digunakan. Sebelum dilakukan wawancara atau lainnya harus dibuat dahulu matriks seleksi pelanggan untuk memilih pelanggan yang akan digali kebutuhannya dan mempunyai pengalaman dengan penggunaan produk tersebut. Tabel 2.1 Contoh Format Matriks Seleksi Pelanggan Pengguna utama
Pengguna
Pemasok atau
Pusat
penjual
pelayanan
Jarang menggunakan Sering menggunakan Sangat sering menggunakan (Sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger)
Sementara itu hasil dari wawancara atau pengumpulan data mentah didokumentasikan dan dikumpulkan, dapat dengan rekaman suara, video, catatan ataupun foto, berikut ini contoh hasil wawancara. Tabel 2.2 Contoh Format Wawancara Nama Responden :
Sekarang Menggunakan
Pekerjaan :
:
Alamat wilayah : Pertanyaan
Pernyataan Pelanggan
Penggunaan tertentu Hal-hal yang disukai dari alat sekarang Hal-hal yang tidak disukai
Interpretasi Kebutuhan
21 Usulan perbaikan (Sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger)
•
Menginterpretasikan data mentah menjadi kebutuhan pelanggan, kebutuhan pelanggan diekspresikan sebagai pernyataan tertulis dan merupakan hasil interpretasi kebutuhan yang merupakan data mentah setiap pernyataan atau hasil observasi dapat diterjemahkan sebagai kebutuhan pelanggan.
•
Mengorganisasikan kebutuhan menjadi beberapa hierarki, yaitu kebutuhan primer, sekunder dan jika perlu tertier, daftar kebutuhan yang didapatkan sebelumnya beberapa diantaranya merupakan kebutuhan primer, dimana kebutuhan primer dapat tersusun dari beberapa kebutuhan sekunder. Kebutuhan primer adalah kebutuhan yang paling umum sifatnya, sementara kebutuhan sekunder dan tertier diekspresikan secara lebih terperinci.
•
Menetapkan derajat kepentingan relatif setiap kebutuhan, dalam menetapkan derajat kepentingan relatif setiap kebutuhan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara pertama tim pengembang mendiskusikan secara bersama untuk menentukan langsung derajat kepentingan setiap kebutuhan secara bersama-sama. Atau cara kedua adalah dengan melakukan survey lanjutan dengan memilih variabel yang dianggap penting.
•
Menganalisa hasil dan proses, langkah terakhir pada metode identifikasi kebutuhan pelanggan adalah menguji hasil dan meyakinkan bahwa hasil tersebut konsisten dengan pengetahuan dan intuisi yang telah dikembangkan melalui
22 interaksi yang cukup lama dengan pelanggan. Beberapa pertanyaan dapat dijadikan acuan : •
Sudahkah interaksi dilakukan dengan semua tipe pelanggan penting dalam target pasar ?
•
Apakah sudah sanggup untuk menangkap kebutuhan tersembunyi dari pelanggan ?
•
Masihkah ada wilayah penyelidikan yang harus dikejar ?
•
Mana pelanggan partisipan yang baik yang dapat membantu untuk lanjutan proses pengembangan produk selanjutnya ?
2.1.4
•
Apakah didapatkan kejutan dengan kebutuhan yang terkumpul ?
•
Bagaimana perbaikan untuk pengembangan yang akan datang ?
Spesifikasi Produk Spesifikasi produk merupakan serangkaian yang mengungkapkan detail-detail
yang tepat dan terukur mengenai apa yang harus dilakukan produk. Spesifikasi tidak memberitahukan bagaimana memenuhi kebutuhan pelanggan, tetapi menampilkan pernyataan yang tidak mendua mengenai apa yang harus dilakukan untuk memuaskan kebutuhan pelanggan. Sebelum membuat daftar spesifikasi, input yang digunakan adalah tabel kebutuhan pelanggan dengan derajat kepentingannya seperti yang ditunjukkan dibawah ini.
23 Tabel 2.3 Contoh Format Kebutuhan Pelanggan dan Derajat Kepentingan No
Kepen-
Kebutuhan
1
(Produk)
2
(Produk)
3
(Produk)
tingan
(Sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger)
Proses pembuatan target spesifikasi terdiri dari 4 langkah, yang secara keseluruhan menggunakan metode QFD (Quality Function Deployment). 4 langkah tersebut adalah : •
Menyiapkan gambar metrik dan menggunakan matriks-metrik kebutuhan jika diperlukan. Metrik yang baik adalah yang merefleksikan secara langsung nilai produk yang memuaskan kebutuhan pelanggan. Hubungan antara kebutuhan dan metrik merupakan inti dari proses spesifikasi. Syarat metrik haruslah : Komplit, merupakan variabel dependent, praktis, dan merupakan istilah yang populer untuk perbandingan di pasar. Hal yang harus dipertimbangkan bahwa tidak semua kebutuhan dapat diterjemahkan menjadi metrik yang terukur. Sehingga dapat bersifat subyektif. Berikut ini contoh daftar metrik : Tabel 2.4 Contoh Format Daftar Metrik Kebutuhan No. Metrik
Kebutuhan
Metrik
Kepentingan
1 2
(Sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger)
Satuan
24 Setelah itu daftar metrik dapat dihubungkan dengan kebutuhan menggunakan Quality Function Deployment (QFD). QFD adalah gabungan bermacam-macam teknik definisi produk yang dapat memaksimalkan nilainya kepada konsumen. Pada gambar di bawah ini ditampilkan konsep dari QFD house of quality. QFD house of quality merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengorganisir aliran pemikiran dan diskusi yang berakhir pada spesifikasi produk akhir. Di bawah ini dijelaskan mengenai tabel-tabel yang ada di house of quality : 1. The "Whats" Room. Pada dasarnya kebutuhan konsumen sangat banyak, tetapi dengan menginterpetasikan kebutuhan-kebutuhan tersebut maka dapat dipilih kebutuhan konsumen yang paling penting. Kebutuhan-kebutuhan tersebut diletakkan di kolom “Whats” . 2. The Importance Ratings and Customer Competitive Assessment Rooms. Marketing dan/atau penganalisa pasar mendesain market research sehingga tim dapat menggunakan hasil sebagai input untuk menyelesaikan kolom Importance Ratng dan Customer Competitive Assesment. Kolom ini terletak pada matriks dimana ranking dan rating keuntungan dicantumkan untuk analisis. Ranking kepentingan menyediakan tim prioritas atas kebutuhan konsumen dimana customer competitive assesment untuk mencari kelebihan dan kelemahan antara produk kita dengan kompetitor. 3. The "Hows" Room: Langkah selanjutnya adalah penyelesaian kolom ”Hows” . Pada tahap ini seluruh tim menanyakan setiap pertanyaan ”apa”, ”Bagaimana kita mengukur kemampuan produk yang dapat memberikan kita indikasi kepuasan pelanggan pada setiap spesifikasi”. Tim membutuhkan
25 paling tidak satu ukuran kemampuan produk, tetapi kadang-kadang tim menyadari
kalau
hal
ini
membutuhkan
beberapa
ukuran
untuk
mengklasifikasikan kemampuan produk dengan cukup. 4. The Relationships Matrix Room: Setelah kolom “Hows” telah selesai, tim mulai mencari hubungan antara semua “Whats” dan semua ”Hows” seperti mereka menyelesaikan kolom Relationship Matrix. Dalam hal ini tim bertanya secara sistematis, ”Apa hubungan antara spesifikasi ”Hows” dan spesifikasi ”Apa” ”Apakah ada sebab dan akibat diantara kedua hal tersebut?” Ini adalah keputusan dari hasil mufakat antar anggota. Berdasarkan keputusan bersama, tim menandakan strong, medium, weak or no relationship paada spesifikasi "what/how". 5. The Absolute Score and Relative Score Rooms: Setelah kolom Relationship Matrix telah selesai, tim dapat berlanjut pada kolom Absolute Score dan Relative Score. Ini adalah dimana tim membuat model atau hipotesis bagaimana kemampuan produk berkontribusi kepada kepuasan pelanggan. Berdasarkan nilai Importance Rating dan Relationship Matrix, tim menghitung Absolute dan Relative Scores . Perhitungan ini adalah estimasi tim yang terbaik dimana ukuran kemampuan produk (”Hows”) memberikan dampak yang luar biasa pada semua kepuasan pelanggan. Teknisi pada saat ini mulai mengetahui pada bagian mana produk harus memiliki kelebihan dalam hal memenangkan persaingan. 6. The Correlation Matrix Room: Ada waktunya pada banyak produk dimana Customer Requirements ditranslet menjadi elemen desain fisik yang mana
26 terjadi konflik antara satu dan lainnya, konflik ini biasanya direfleksikan pada produk ”hows”. Pada kolom Correlation Matrix digunakan untuk membantu menyelesaikan konflik tersebut dengan memperjelas ”hows” tersebut yang memiliki konflik paling besar. 7. The Technical Competitive Assessment Room. Ini adalah kolom dimana teknisi memberikan ukuran yang telah diiidentifikasi pada saat menyelesaikan kolom “Hows” . “Apakah produk kita berkemampuan lebih dibandingkan competitor berdasarkan ukuran spesifik yang kita telah diidentifikasi?” Pada saat ini adalah waktunya tim untuk menguji hipotesis yang telah dibuat pada kolom Relative Score. Hal ini membantu tim untuk memastikan telah menyelesaikan kolom “hows” dengan benar, yang telah mengukur karakteristik kepuasan pelanggan dengan akurat. 8. The Target Values Room. Pada kolom akhir ini memuat spesifikasi produk yang telah direkomendasikan. Spesifikasi ini telah dipertimbangkan dengan baik, merefleksikan kebutuhan pelanggan, kemampuan bersaing dan teknik penjualan.
27
Gambar 2.5 Contoh Format QFD House Of Quality •
Mengumpulkan informasi tentang pesaing. Analisis hubungan antara produk baru dengan produk pesaing sangat penting dalam menentukan kesuksesan komersial. Informasi mengenai produk pesaing harus dikumpulkan mendukung keputusan mengenai Positioning produk.
untuk
28
No.
Kebutu
Metrik
han
Metrik
Kepenti ngan
Satuan
Pesaing
Pesaing
1
2
1 2 Tabel 2.5 Contoh Format Benchmarking (Sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger)
•
Menetapkan nilai target ideal dan marginal yang dapat dicapai untuk tiap metrik. Dengan memproses bagan analisis pesaing, maka dapat ditetapkan kedua nilai target marginal dan ideal untuk tiap metrik. Karena sebagian besar nilai diekspresikan dalam batasan-batasan tertentu (maksimal, minimal atau keduanya) perlu dibuat batasan-batasan nilai yang layak dan dapat bersaing dengan produk pesaing. Tabel 2.6 Contoh Format Spesifikasi Target No.
Kebutu
Metrik
han
Metrik
Kepenti
Satu
Nilai
Nilai
ngan
an
marginal
Ideal
1 2 (Sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger)
•
Merefleksikan hasil dan proses. Perlu dilakukan beberapa kali pengulangan sampai akhirnya target disetujui. Melakukan pertimbangan pada tiap kali pengulangan akan membantu meyakinkan bahwa hasil yang diperoleh sudah konsisten dengan tujuan proyek. Spesifikasi secara keseluruhan dapat ditinjau kembali untuk diperbaiki agar lebih
tepat, sehingga yang tadinya hanya berupa pernyataan target dan selang tertentu, kini dapat dibuat lebih tepat. 2.1.5
Penyusunan Konsep
29 Metode penyusunan konsep secara umum terdiri atas 5 langkah dengan memecahkan sebuah masalah kompleks yang menjadi submasalah yang lebih sederhana. Berikut gambar dari lima langkah metode penyusunan konsep :
Gambar 2.6 Langkah Metode Penyusunan Konsep (Sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger)
Kemudian dikenalkan konsep penyelesaian untuk submasalah menggunakan prosedur pencarian eksternal dan internal, pencarian eksternal untuk konsep yang sudah ada, sedangkan pencarian internal untuk konsep baru. Pohon klasifikasi dan tabel kombinasi kemudian digunakan untuk menggali secara sistematis konsep penyelesaian tersebut dan untuk mengintegrasikan penyelesaian sub masalah ke dalam sebuah penyelesaian total. Akhirnya dapat dibuat sebuah langkah mundur untuk merefleksikan validitas dan kemampuan aplikasi dari hasil, seperti yang digunakan oleh proses. Dari sini akan muncul beberapa macam konsep yang tujuannya sama yaitu untuk menjawab penyelesaian dari submasalah yang sudah difokuskan karena sifatnya memang penting.
30
2.1.6
Seleksi Konsep Beberapa konsep yang sudah terbentuk pasti memilih kelebihan dan kekurangan
masing-masing. Untuk itu seleksi konsep merupakan proses menilai konsep dengan
Konsep Kriteria seleksi
1
2
3
Kriteria 1
0
0
0
Kriteria 2
0
0
0
Kriteria 3
-
0
+
Kriteria 4
-
-
+
Kriteria 5
+
+
0
Kriteria 6
-
0
+
Kriteria 7
-
0
+
Jumlah +
1
1
4
Jumlah 0
2
5
3
Jumlah -
4
1
0
Nilai akhir
-3
0
4
Peringkat
3
2
1
Tidak
Ya
Ya
lanjutkan ?
memperhatikan kebutuhan pelanggan dan kriteria lain, membandingkan kekuatan dan kelemahan relatif dari konsep, dan memilih satu atau lebih konsep untuk penyelidikan, pengujian dan pengembangan selanjutnya. Metode seleksi konsep pada proses ini didasarkan pada penggunaan matriks keputusan untuk mengevaluasi masing-masing konsep dengan mempertimbangkan serangkaian kriteria seleksi.
31
Gambar 2.7 Seleksi dan Penyaringan Konsep (Sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger)
Proses seleksi konsep terdiri atas 2 langkah utama yaitu penyaringan konsep dan penilaian konsep dengan metode yang dikembangkan oleh Stuart Pugh pada tahun 1980an dan sering sekali disebut seleksi konsep Pugh (Pugh,1990). Tujuan tahapan ini adalah mempersempit jumlah konsep secara cepat dan untuk memperbaiki konsep. Proses penyaringan konsep merupakan proses penilaian yang sederhana yang menggunakan tiga simbol yaitu nilai relatif “lebih baik” (+), jika konsep tersebut lebih baik dari konsep yang lain dalam hal kriteria tersebut. “sama dengan” (0), jika untuk kriteria tersebut konsep tersebut sama dengan konsep yang lainnya. Dan terakhir “lebih buruk” (-), bila konsep tersebut lebih buruk dari konsep yang lainnya. Kemudian jumlah bobot tiap kriteria dijumlahkan untuk masing-masing konsep diberi rangking. Konsep yang dipilih untuk diteruskan adalah satu atau lebih konsep yang memiliki tingkat rangking yang lebih tinggi. Tahapan selanjutnya pada seleksi konsep adalah dengan menggunakan matriks penilaian konsep, dengan cara menambahkan bobot kepentingan ke dalam matriks. Konsep 2 Kriteria
3
Beban
Rating
Nilai Beban
Rating
Nilai Beban
Kriteria 1
5%
3
0.15
3
0.15
Kriteria 2
15%
3
0.45
3
0.45
Kriteria 3
25%
3
0.75
4
1
32 Kriteria 4
20%
4
0.8
4
0.8
Kriteria 5
10%
4
0.4
3
0.3
Kriteria 6
15%
2
0.3
3
0.45
Kriteria 7
10%
2
0.2
3
0.3
Total Nilai
3.05
3.45
Peringkat
2
1
Tidak
Ya
Lanjutkan ?
Gambar 2.9 Matriks Penilaian Konsep (Sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger)
Beberapa pola yang berbeda dapat digunakan untuk memberi bobot pada kriteria seperti menandai nilai kepentingan dari 1-5 atau mengalokasi nilai 100%. Selanjutnya penetapan rating dapat dilakukan oleh beberapa responden untuk menentukan apakah bobot yang diberikan sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Nilai rating dan beban dikalikan untuk mendapatkan nilai beban. Nilai beban ini yang akan dijumlahkan untuk menentukan rangking tiap konsep yang dinilai. Sama seperti tahap penyaringan konsep, konsep yang terpilih adalah konsep yang memiliki rangking tertinggi. Dengan dasar kedua matriks seleksi tersebut dapat diputuskan untuk memilih satu atau lebih konsep terbaik, konsep-konsep ini mungkin lebih lanjut dikembangkan, dibuat prototipe dan diuji untuk memperoleh umpan balik dari pelanggan. 2.1.7
Pengujian Konsep Pengujian Konsep berhubungan erat dengan seleksi konsep, dimana kedua
aktivitas ini bertujuan untuk menyempitkan jumlah konsep yang akan diproses lebih lanjut. Namun pengujian konsep berbeda, karena aktivitas ini menitikberatkan pada pengumpulan data langsung dari pelanggaan potensial dan hanya melibatkan sedikit penilaian dari tim pengembang.
33 Tahapan ini dilakukan setelah seleksi konsep karena tidak memungkinkan untuk menyodorkan banyak konsep ke pelanggan potensial untuk diuji, sehingga konsepkonsep alternatif harus dipersempit terlebih dahulu menjadi satu atau dua konsep untuk diuji.
Metode pengujian konsep terdiri dari 7 tahap yaitu : 1) Mendefinisikan maksud dari pengujian konsep → Pengujian konsep dapat diartikan sebagai suatu eksperimen, oleh karena itu perlu didefinisikan dahulu maksud dari eksperimen ini dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti Konsep mana yang akan diuji?, Bagaimana konsep dapat diperbaiki?, Berapa Jumlah produk yang dapat dijual?, Dapatkah proses pengembangan dilanjutkan?. 2) Memilih Populasi Survei → Seringkali produk ditujukan untuk pasar potensial dengan beberapa segmen sekaligus. Hal yang perlu diperhatikan adalah pengujian ke beberapa segmen sekaligus akan membuang banyak waktu dan biaya, sehingga seringkali untuk menghindari pembengkakan biaya maka pengujian konsep cukup dilakukan dengan memilih pelanggan potensial dengan segmen pasar terbesar saja. 3) Memilih Format Survei → Sama seperti survei-survei yang pernah dilakukan pada tahapan sebelumnya, jenis format yang dapat dipilih adalah dengan : face-toface interaction, Telepon, Surat, E-mail, Internet. Dan tiap format memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. 4) Mengkomunikasikan Konsep → Yang membedakan survei pengujian konsep dengan survei-survei sebelumnya adalah adanya konsep terpilih yang harus
34 dkomunikasikan kepada responden untuk dinilai sendiri oleh mereka. Banyak cara yang dapat digunakan untuk mengkomunikasikan Konsep yaitu : uraian verbal, sketsa, Foto dan gambar, storyboard, Video, simulasi, Multimedia interaktif, Model fisik, dan prototipe yang dioperasikan. Sehingga tim pengembang dapat memilih cara yang sesuai untuk mengkomunikasikan konsep disesuaikan dengan biaya dan kemampuan yag ada. 5) Mengukur respon pelanggan → Data yang didapatkan dari survei dapat diolah dan digunakan untuk mengukur respon pelanggan, dan hal yang terutama diukur adalah Konsep mana yang dipilih, usulan perbaikan, serta keinginan pelanggan untuk membeli dengan dibagi ke dalam 5 skala yaitu pasti akan membeli, mungkin akan membeli, mungkin atau tidak akan membeli, mungkin tidak akan membeli, pasti tidak akan membeli. Atau bisa juga dengan cara menyuruh responden untuk menyebut angka peluang sendiri untuk membeli. 6) Mengiterpretasikan Hasil → Maksud dari mengiterpretasikan hasil adalah bila memang ada konsep yang mendominasi, maka secara langsung konsep tersebut dapat dipilih untuk dilanjutkan ke tahap pengembangan model, tetapi bila hasilnya tidak terbatas, maka konsep dapat dipilih berdasarkan pertimbangan waktu dan biaya. Dan tidak jarang juga tim pengembang dapat memperkirakan potensi penjualan produk 1 tahun ke depan setelah produk tersebut diluncurkan. Meskipun sifatnya tidak pasti, tetapui prediksi penjualan cenderung berkorelasi dengan permintaan yang sebnarnya, karena itu prediksi penjualan merupakan informasi yang sangat berharga bagi Tim pengembangan produk.
35 7) Merfleksikan Hasil dan proses → Manfaat utama dari pengujian konsep adalah memperoleh umpan balik dari pelanggan potensial, yang diuntungkan oleh pemikiran tentang pengaruh tiga variabel kunci yang terdapat pada model prediksi yaitu : Ukuran Pasar keseluruhan, Ketersediaan tentang produk, dan proporsi pelanggan yang mungkin akan membeli produk. Dalam merefleksikan hasil pengujian konsep, sebaiknya 2 pertanyaan kunci harus terjawab, yaitu : apakah konsep sudah dikomunikasikan dengan benar sehingga menghasilkan respon pelanggan sesuai dengan yang dituju ? dan apakah hasil prediksi konsisten dengan hasil tingkat pengamatan tingkat penjualan terhadap produk-produk yang sama ? Akhirnya pengalaman dengan produk baru kemungkinan besar dapat diterapkan di masa yang akan datang untuk produk-produk yang hampir sama. 2.1.8
Arsitektur Produk Semua produk terdiri dari elemen fungsional dan fisik. Elemen-elemen fungsional
dari produk terdiri atas operasi dan transformasi yang menyumbang terhadap kinerja keseluruhan produk. Elemen-elemen fisik dari sebuah produk adalah bagian-bagian, komponen, dan sub rakitan yang pada akhirnya diimplementasikan terhadap fungsi produk. Elemenelemen fisik diuraikan lebih rinci ketika usaha pengembangan berlanjut. Elemen fisik produk biasanya diorganisasikan menjadi beberapa building blocks utama yang disebut chunks. Setiap Chunk terdiri dari sekumpulan komponen yang mengimplementasikan fungsi dari produk.. Arsitektur produk adalah skema elemen-elemen fungsional dari produk disusun menjadi chunk yang bersifat fisik. Dan menjelaskan bagaimana setiap chunk berinteraksi.
36 Karakter arsitektur produk yang terpenting adalah modularitas. Ciri-ciri arsitektur modular adalah : Chunk melaksanakan atau mengimplementasikan satu atau sedikit elemen fungsional pada keseluruhan fisiknya, dan interaksi antar chunk dapat dijelaskan dengan baik, dan umumnya penting untuk menjelaskan fungsi-fungsi utama produk. Keputusan mengenai cara membagi produk menjadi chunk dan tentang berapa banyak modularitas akan diterapkan pada arsitektur sangat terkait dengan beberapa isu yang menyangkut kepentingan seluruh perusahaan seperti : perubahan produk, variasi produk, standarisasi komponen, kinerja produk, kemampuan manufaktur, dan manajemen pengembangan produk. Langkah-langkah dalam menetapkan arsitektur produk adalah dengan : 1. Membuat skema produk, yaitu diagram yang menggambarkan pengertian terhadap elemen-elemen penyusun produk, yakni berupa elemen fisik, komponen kritis dan elemen fungsional.
Gambar 2.9 Contoh Skema Produk (Sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger)
2. Mengelompokkan elemen-elemen pada skema, yaitu menugaskan setiap elemen yang ada pada skema menjadi chunk. Setiap chunk memiliki satu fungsi. Elemen yang memiliki fungsi yang sama dapat digabungkan dalam satu chunk. Kondisi ekstrim yang mungkin terjadi adalah semua komponen
37 memiliki chunk sendiri sehingga jumlah elemen sama dengan jumlah chunk. Atau sebaliknya mengintegrasikan semua komponen ke dalam satu fungsi yang sifatnya akan lebih kompleks.
Gambar 2.10 Contoh Function Diagram (Sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger)
3. Membuat susunan Geometris yang masih kasar, Susunan geometris dapat diciptakan dalam bentuk gambar, model komputer atau model fisik yang terdiri dari 2 atau 3 dimensi. Penyusunan Geometris yang masih berbentuk kotak dapat memberikan beberapa alternatif penyusunan sehingga tidak ada hubungan antar chunk yang saling bertentangan. Pembuatan susunan geometris harus memperhatikan aspek estetika, keamanan dan kenyamanan dari sebuah produk. 2.1.9
Desain Industri Perhimpunan Desainer Industri Amerika (IDSA) mendefiniskan desain industri sebagai ”jasa profesional” dalam menciptakan dan mengembangkan konsep dan spesifikasi guna mengoptimalkan fungsi-fungsi, nilai, dan penampilan produk, serta sistem untuk mencapai keuntungan yang mutual antara pemakai dan
38 produsen. Pada kenyataannya desainer industri memfokuskan diri pada bentuk dan interkasi pemakai produk. •
Kegunaan : Hasil produksi manusia harus selalu aman, mudah digunakan, dan intuitif. Setiap ciri harus dibentuk sedemikian rupa sehingga memudahkan pemakainya mengetahui fungsinya.
•
Penampilan : Bentuk, garis, proporsi, dan warna digunakan untuk menyatukan produk menjadi satu produk yang menyenangkan.
•
Kemudahan
pemeliharaan
:
Produk
juga
harus
didesain
untuk
memberitahukan baagimana mereka dapat dirawat dan diperbaiki. •
Biaya-biaya rendah : Bentuk dan ciri memegang peranan besar dalam biaya perelatan dan produksi. Karena itu, hal ini harus diperhatikan secara bersamasama oleh tim.
•
Komunikasi : Desain produksi harus dapat mewakili filosofi desain perusahaan dan misi perusahaan melalui visualisasi kualitas produk.
Secara spesifik, proses desain industri dapat dipkirkan seperti fase-fase yang tertera berikut ini : 1. Penyelidikan kebutuhan-kebutuhan pelanggan Tim pengembangan produk mulai dengan mendokumentasikan kebutuhankebutuhan pelanggan, mengidentifikasi kebutuhan pelanggan. Karena desainer industri mempunyai kemampuan untuk mengenali pokok-pokok permasalahan yang melibatkan interaksi pemakai, keterlibatan desain industri penting dalam proses kebutuhan. 2. Konseptualisasi
39 Setelah kebutuhan dan tuntutan pelanggan dipahami, desainer industri membuat konsep produk. Selama tahap penggalian konsep ahli teknik dengan sendirinya memfokuskan perhatian mereka untuk menemukan penyelesaian subfungsi teknis dari produk. Pada saat ini desainer industri berkonsentrasi menciptakan bentuk produk dan penghubung pemakai. Desainer industri membuat sketsa yang sederhana. Untuk setiap konsep sketsa itu dikenal dengan sketa yang pendek sekali (thumbnail sketch). Sketsa-sketsa ini adalah media yang cepat dan tidak mahal untuk mengekspresikan ide-ide dan mengevaluasi kemungkinan-kemungkinan. Konsep yang diajukan kemudian dicocokkan dan digabungkan dengan penyelesaian teknis, biaya, dan pertimbangan manufaktur. 3. Perbaikan Awal Pada fase perbaikan awal desainer industri membuat model dari konsep yang paling menjanjikan. Soft model biasanya dibuat dalam skala penuh dengan menggunakan busa atau papan berinti-busa. Ini adalah metode kedua yang tercepat, namun sedikit lebih lambat dari sketsa, digunakan untuk mengevaluasi konsep. Meskipun secara umum masih kasar, model-model ini sangat berguna karena model ini membantu tim pengembangan untuk mengekspresikan dan memvisualisasikan konsep produk ke dalam tiga dimensi. Konsep-konsep dievaluasi oleh desainer industri, ahli teknik, personil pemasaran, dan (pada waktunya) pembeli potensial melalui proses menyentuh, merasa, dan memodifikasi model. Biasanya desainer akan membuat sebanyak mungkin
40 model tergantung pada waktu dan keuangan. Konsep-konsep yang sukar divisualisasikan memerlukan lebih banyak model dibandingkan yang sederhana. Desainer industri menggunakan sejumlah model lunak untuk menilai ukuran, proporsi, dan bentuk keseluruhan dari banyak konsep yang diajukan. Perhatian khusus ditujukan pada kehalusan produk di tangan dan wajah. Hal ini hanya dapat dinilai dengan menggunakan model fisik. 4. Perbaikan Lanjutan dan Pemilihan Konsep Akhir Pada tahap ini, para desainer industri sering mengganti dari model lunak dan sketsa menjadi model keras dan gambaran informasi-intensif yang dikenal dengan rendering. Rendering memperlihatkan detail desain dan sering melukiskan penggunaan produk. Yang digambarkan dakam bentuk dua atau tuga dimensi,
rendering menyampaikan sejumlah informasi mengenai
produk. Rendering sering digunakan untuk studi warna dan pengujian penerimaan pelanggan untuk ciri dan fungsi produk yang diajukan. Langkah perbaikan akhir sebelum memilih suatu konsep adalah menciptakan hard model. Model ini secara teknis belum berfungsi karena hanya mendekati replika desain akhir dengan penempilan yang sangat realistik. Hard model terbuat dari kayu, busa tebal, plastik atau logam. Model itu dilukis dan diberi tekstur, serta mempunyai beberapa ciri ”fungsi kerja”, seperti tombol-tombol yang berfungsi untuk mendorong atau meluncurkan gerakan. Karena sebuah model keras berharga ribuan dolar, pengembang
41 biasanya mempunyai anggaran untuk membuat model ini dalam jumlah yang sedikit. Hard model dapat digunakan untuk memperoleh tambahan arus balik pelanggan pada fokus grup, mengiklankan dan mempromosikan produk pada pameran perdagangan, menjual konsep pada manajemen senior dalam suatu organisasi, dan untuk perbaikan lanjutan konsep akhir. 5. Penggambaran Kontrol Desainer industri menyelesaiakan proses pengembangan mereka dengan membuat
gambar
kontrol
dari
konsep
akhir.
Penggambaran
akhir
mendokumentasikan fungsi, ciri, ukuran, warna, sentuhan akhir permukaan, dan dimensi kunci. 6. Koordinasi dengan Ahli Teknik, Manufaktur, dan Pengecer Eksternal Desainer industri harus terus bekerja berdekatan dengan ahli teknik dan personil manufaktur melalui subsekuen proses pengembangan produk. Beberapa
perusahaan
konsultasi
desain
industri
menawarkan
jasa
pengembangan produk yang cukup luas, termasuk desain industri detail dan pemilihan serta manajemen di luar pengecer baik material, peralatan, komponen dan jasa perakitan.
2.1.10 Desain untuk Proses Manufaktur Metode DFM terdiri dari 5 langkah : 1. Memperkirakan biaya manufaktur
42 Input dalam biaya manufaktur meliputi bahan mentah, komponenkomponen yang dibeli, usaha-usaha karyawan, energi dan peralatan. Output meliputi barang jadi dan buangan. Biaya manufaktur merupakan jumlah seluruh biaya untuk input dari sistem dan dan untuk proses pembuanga output yang dihasilkan oleh sistem. Sebagai biaya untuk produk, perusahaan biasanya menggunakan unit biaya manufaktur, yang dihitung dengan membagi total biaya manufaktur untuk beberapa periode (biasanya dalam kuartal atau tahun) dengan jumlah unit produk yang dihaslikan selam periode tersebut. Biaya manufaktur dari suatu produk yang terdiri dari biaya-biaya dalam tiga kategori : 1. Biaya-biaya komponen Komponen-komponen dari suatu produk mencakup komponen standar yang dibeli dari pemasok. Beberapa komponen pesanan dibuat di pabrik sendiri, sementara yang lain dihasilkan oleh pemasok berdasarkan spesifikasi rancangan pembuat. 2. Biaya-biaya perakitan Barang-barang diskrit biasanya dirakit dari komponen-komponen. Proses perakitan hampir selalu mencakup biaya upah tenaga kerja dan juga mencakup biaya peralatan dan perlengkapan. 3. Biaya-biaya Overhead Overhead merupakan kategori yang digunakan untuk mencakup seluruh biaya-biaya lainnya. Biaya overhead terbagi 2 tipe : biaya
43 pendukung dan alokasi tidak langsung. Biaya pendukung adalah biayabiaya berhubungan dengan penanganan material, jaminan kualitas, pembelian, pengiriman, penerimaan, fasilitas-fasilitas dan pemeliharaan perelatan/perlengkapan. Alokasi tidak langsung adalah biaya manufaktur yang tidak dapat secara langsung dikaitkan dengan suatu produk namun harus dibayarkan dalam suatu usaha. Contoh : gaji penjaga keamanan dan biaya perawatan bangunan. Cara lain untuk membagi biaya manufaktur adalah dengan menggunakan biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang tercakup dalam jum;ah yang telah ditentukan sebelumnya, tanpa menghiraukan berapa banyak unit produk yang dibuat. Biaya variabel adalah biaya yang tercakup dalam proporsi langsung dari jumlah unit yang dihasilkan. Tabel 2.7 Perkiraan Daftar Material (Bill of Material) Komponen
Material
Pemrosesan
Perakitan
Total
Peralatan
Umur
Total
Biaya
yang
(Mesin+T.kerja)
(T.Kerja)
Biaya
dan Biaya
pakai
Biaya
Total
Variabel
tak
perelatan
tetap
perunit
berulang
Dibeli
lainnya
Total Biaya Langsung Beban overhead Biaya Total
perunit
44 Kolom pada BOM menunjukkan perkiraan biaya yang terurai menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya variabel mencakup material, waktu mesin, dan upah. Biaya tetap terdiri dari peralatan dan biaya yang tidak berulang seperti peralatan khusus dan biaya set up. Umur pakai peralatan digunakan untuk menghitung biaya tetap perunit . untuk menghitung biaya total, overhead ditambahkan sesuai dengan gambaran akunting biaya yang diharapkan perusahaan. Sebagai catatan bahwa tambahan biaya tetap seperti depresiasi peralatan yang digunakan untuk beberapa produk sering juga tercakup dalam overhead. 2. Mengurangi Biaya Komponen -
Memahami Batasan-batasan Proses dan Dasar-dasar Biaya Beberapa komponen mungkin dapat ditentukan harganya secara sederhana, karena perangcang tidak memahami kemampuan dasar biaya, dan batasan-batasan proses produksi. Untuk merancang ulang komponen guna mendapatkan kinerja yang sama seraya menghindari langkah manufaktur yang menimbulkan biaya, perancang harus mengetahui tipe operasi apa yang sulit dilakukan dalam produksi, dan dengan dasar biaya apa. Pada beberapa kasus, batasan suatu proses dapat dikomunikasikan dengan singkat pada perancang dalam bentuk aturan perancangan. Untuk beberapa
proses,
biaya
menghasilkan
suatu
komponen
dengan
menggunakan fungsi matematis sederhana untuk beberapa komponen yang akan menjadi dasar biaya untuk proses. Proses-proses yang memiliki kemampuan yang tidak mudah dijelaskan, strategi terbaik adalah dengan
45 bekerja langsung dengan orang-orang yang sangat mengetahui proses produksi yang dimaksud. -
Merancang Ulang Komponen Untuk Mengurangi Langkah-langkah Pemrosesan Kecermatan rancangan yang diusulkan akan mengarahkan pada usulan rancangan ulang yang dapat menghasilkan penyederhanaan proses produksi. Dengan mengurangi jumlah langkah dalam proses pabrikasi umumnya memberikan hasil pengurangan biaya.
-
Pemilihan Skala Ekonomi yang Sesuai untuk Pemrosesan Komponen Biaya manufaktur suatu produk biasanya turun bila volume produksi meningkat. Gejala ini dinamakan skala ekonomi. Skala ekonomi untuk suatu komponen yang dibuat terjadi karena dua alasan berikut: 1) biaya tetap dibagi di antara lebih banyak unit dan 2) biaya variabel menjadi lebih rendah karena perusahaan dapat mempertimbangkan penggunaan prosesproses dan peralatan yang lebih luas dan efisien.
-
Menstandarkan Komponen-komponen dan Proses-proses Prinsip skala ekonomis juga digunakan dalam pemilihan komponen dan proses. Jika volume produksi bertambah, biaya perunit komponen akan berkurang. Kualitas dan kinerja sering meningkat dengan bertambahnya jumlah
produksi
dikarenakan
pihak
penghasil
komponen
dapat
menginvestasikan dalam proses pembelajaran dan perbaikan dalam perancangan komponen dan proses produksinya. Untuk volume komponen yang lebih tinggi dapat dicapai melalui penggunaan komponen standar.
46 Komponen standar biasanya umum dipakai untuk lebih dari satu produk. Standardisasi ini mungkin terjadi dalam lini produk suaru perusahaan, atau dapat juga melalui pemasok diluar, dengan lini yang berbeda dari beberapa perusahaan. -
Mengikuti Black Box Pengadaan Komponen Pada pendekatan ini, tim memberikan pemasok dengan hanya uraian komponen berupa black box, yaitu uraian mengenai apa yang harus dilakukan oleh kmponen, dan bukannya bagaimana untuk mencapai hal tersebut. Spesifikasi semacam ini memungkinkan penjual keliling/eceran untuk mendapatkan kemungkinan ruang gerak yang paling lebar untuk merancang atau memilih komponen untuk biaya minimum. Kelebihan tambahan dari pendekatan ini adalah mengurangi tanggung jawab tim internal untuk merancang komponen. Usaha pengembangan black box yang berhasil membutuhkan perancangan tingkat sistem yang hati-hati dan definisi fungsi yang sangat jelas, media dan interaksi dari tiap kkomponen.
3. Mengurangi Biaya Perakitan Perancangan untuk perakitan (DFA) kadang dinyatakan sebagai bagian DFM yang melibatkan minimasi biaya perakitan. Untuk kebanyakan produk, perakitan memberikan bagian total biaya yang relatif kecil. Walaupun demikian, dengan memfokuskan perhatian pada biaya perakitan akan memberikan manfaat tidak langsung yang kuat. Sering suatu hasil yang menekankan pada DFA, keseluruhan hitungan komponen, kerumitan proses manufaktur dan biaya pendukung, seluruhnya mengurangi biaya perakitan.
47 Pada bagian ini, kami memberikan beberapa prinsip yang berguna untuk mengarahkan keputusan DFA. 4. Mengurangi Biaya Pendukung Produksi Dalam bekerja untuk meminimasi biaya komponen dan biaya perakitan, tim mungkin juga mencapai pengurangan dalam permintaan fungsi pendukung produksi. Sebagai contoh, suatu pengurangan jumlah komponen mengurangi permintaan untuk manajemen persediaan. Suatu pengurangan dalam isi rakitan mengurangi jumlah pekerja yang dibutuhkan untuk produksi sehingga mengurangi biaya pengawasan dan manajemen sumber daya manusia. Komponen
standar
mengurangi
permintaan
dukungan
teknik
dan
pengendalian kualitas. Terdapat tambahan beberapa tindakan langsung oleh tim untuk mengurangi biaya pendukung produksi. Adalah penting untuk mengingat bahwa perkiraan biaya manufaktur sering tidak sensitif untuk kebanyakan faktor yang secara aktual menyebabkan beban overhead. Meskipun demikian, sasaran rancangan tim untuk hal ini seharusnya mengurangi biaya aktual pendukung produksi, walaupun perkiraan biaya overhead tidak berubah. 5. Mempertimbangkan Pengaruh Keputusan DFM Pada Faktor Lainnya -
Pengaruh DFM pada waktu Pengembangan Waktu pengembangan dapat menjadi sangat berharga. Untuk suatu proyek pengembangan mobil, waktu adalah sangan berarti seperti ratusan ribu dolar perhari. Keterkaitan di antara DFM dan waktu pengembangan adalah kompleks. Dalam hal ini, terdapat beberapa aspek hubungan. Penggunaaan
48 beberapa petunjuk DFA dapat menghasilkan komponen-komponen yang sangat kompleks. Komponen-komponen ini mungkin begitu kompleks sehingga rancangan mereka atau pengadaan peralatan menjadi kegiatan yang menentukan jangka waktu usaha pengembangan keseluruhan. Manfaat biaya dari keputusan DFM mungkin tidak berarti menunda jangka waktu proyek. Hal ini sebagian besar adalah benar untuk persaingan produk dalam pasar yang dinamis.
2.1.11 Membuat Prototipe Bagian ini menampilkan metode 4 langkah untuk merencanakan sebuah prototipe selama usaha pengembangan produk. Metode ini digunakan pada seluruh tipe prototipe, yaitu : terfokus, menyeluruh, fisik dan analitik. Tabel 2.8 Contoh format Perencanaan Prototipe Nama Prototipe : -
Tujuan : (komunikasi, pembelajaran, penggabungan, milestone)
-
Tingkat perkiraan
-
Jumlah yang harus dibuat (jika fiskal)
-
Garis besar rancana pengujian
-
Jadwal
1. Menetapkan Tujuan Prototipe
49 Mengingat kembali empat tujuan prototipe, yaitu pembelajaran, komunikasi, penggabungan, dn milestone. Dalam menetapkan tujuan sebuah protoipe, tim mendaftar khususnya pembelajaran dan kebutuhan komunikasi. Anggota tim juga mendaftar beberapa kebutuhan penggabungan baik yang jadi ataupun tidak. Prototipe diharapkan untuk menjadi satu dari beberapa tonggak utama dari proyek pengembangan produk keseluruhan. 2. Menetapkan tingkat perkiraan konsep Merencanakan sebuah prototipe membutuhkan tingkatan dimana produk akhir diperkirakan akan ditetapkan. Tim harus mempertimbangkan apakah prototipe fisik diperlukan atau apakah prototipe analitik yang terbaik untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan. 3. Menggariskan Rencana Percobaan Dalam banyak kasus penggunaan prototipe dalam pengembangan produk dapat dianggap sebagai sebuah percobaan. Praktek percobaan yang baik membantu untuk menjamin penggalian nilai maksimum dari kegiatan pembuatan prototipe. Rencana percobaan meliputi identifikasi variabel percobaan (jika ada), protokol pengujian, sebuah indikasi mengenai pengukuran apa yang akan ditampilkan, dan sebuah rencana untuk menganalisis data hasil. Saat terdapat banyak variabel yang harus digali, rancangan percobaan yang efisien akan sangat membantu proses semacam ini. 4. Membuat Jadwal untuk Perolehan, Pembuatan dan Pengujian Karena pembuatan dan pengujian prototipe mempertimbangkan subproyek dalam keseluruhan proyek pengembangan, tim diuntungkan dari jadwal untuk
50 kegiatan membuat prototipe. Tiga tanggal pertemuan sangat penting dalam menetapkan usaha pembuatan prototipe. Pertama, tim menetapkan kapan bagian-bagian akan siap untuk dirakit. Kedua, tim menetapkan tanggal kapan prototipe akan diuji pertama kali. Yang ketiga, tim menetapkan tanggal saat prototipe diharapkan telah selesai diuji dan memberikan hasil akhir.
2.1.12 Analisis Ekonomis Pengembangan Produk Analisis Ekonomi membantu tim pengembangan produk untuk mengambil keputusan, proses ini memuat dua jenis analisis, kuantitatif dan kualitatif. 1. Analisis kuantitatif, adalah analisis yang melihat dari segi aliran kas masuk (pendapatan) dan kas keluar (biaya). Kas masuk berasal dari hasil penjualan produk. Kas keluar terdiri atas biaya proses pengembangan, biaya produksi seperti pembelian perlengkapan, dan alat-alat, biaya pemasaran dan penyokong produk dan biaya produksi yang terus-menerus seperti bahan mentah, komponen dan pekerja. Produk yang menguntungkan adalah produk yang menghasilkan jumlah kumulatif kas yang masuk lebih banyak dibandingkan yang keluar. Metode ini menggunakan metode Nilai bersih saat ini (Net Present Value / NPV), karena metode ini lebih mudah dimengerti dan digunakan secara luas dalam bidang bisnis. Metode analisis NPV menggunakan rumus : PV =
Dimana : PV = Nilai saat ini C = Nilai pada periode t
C
(1 + r )t
51 R = Suku bunga t
= Periode
Penggunaan rumus tersebut untuk menghitung aliran kas masuk dan keluar yang untuk mempermudah biasanya disajikan dalam bentuk tabel seperti di bawah ini.
Nilai dalam ribuan (Rp)
Thn 1 Q1
Q2
Q3
Q4
Thn 2 Q1
Q2
Q3
Q4
Thn 3 Q1
Q2
Q3
Q4
Thn 4 Q1
Q2
Q3
Q4
Biaya Pengembangan Biaya Perakitan Biaya Pemasaran dan penunjang Biaya Produksi Volume produksi Biaya Produksi/unit Pendapatan Penjualan Volume Penjualan Harga / unit Aliran kas / periode Nilai saat ini tahun 1, r+10% Nilai bersih Proyek saat ini
Gambar 2.23 Tabel aliran kas, nilai saat ini dan nilai bersih saat ini
2. Analisis kualitatif, adalah analisis yang lebih memperhatikan masalah lingkungan
proyek,
yakni
menangkap
persoalan-persoalan
dan
mempertimbangkan interaksi antara proyek dengan perusahaan, pasar dan lingkungan ekonomi makro. Analisis ini menggunakan analisis kuantitatif, hanya saja disesuaikan dengan keadaan faktor perusahaan, pasar dan lingkungan ekonomi makro
52 tadi. Analisis kualitatif dilaksanakan untuk menangkap lingkungan yang lebih kompetitif dan dinamik. Setelah mengenal kedua jenis analisis yang umumnya dipakai pada analisis ekonomi suatu produk, maka perlu diketahui kapan seharusnya analisis tersebut ditampilkan. Analisis ekonomi yang mencakup kedua pendekatan kuantitatif dan kualitatif, berguna paling tidak dalam kedua keadaan yang berbeda, yakni : -
Melaksanakan / tidak kejadian penting : Yaitu biasanya pada setiap fase akhir pengembangan dimana perlu diambil keputusan untuk meneruskan atau tidak peluncuran dari produk tersebut.
-
Keputusan bentuk operasional dan pengembangan : Keputusan operasional berkaitan dengan, memperkirakan jumlah biaya pengembangan yang paling ideal, atau menunda peluncuran dikaitkan dengan faktor lingkungan pasar dan keadaan ekonomi makro, dengan mengharapkan penurunan harga bahan baku pada periode tersebut.