BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Perancangan Sistem Kerja Perancangan sistem kerja adalah suatu ilmu yang terdiri dari teknik teknik dan prinsip - prinsip untuk mendapatkan rancangan terbaik dari sistem kerja yang bersangkutan (Iftikar Z. Sutalaksana; dkk, 2006, hal.6-7). Teknikteknik dan prinsip-prinsip ini digunakan untuk mengatur komponen sistem kerja yang terdiri dari manusia dengan sifat dan kemampuannya, peralatan kerja, bahan serta lingkungan kerja sedemikian rupa sehingga dicapai tingkat efektivitas dan efisiensi yang tinggi bagi perusahaan serta aman, sehat dan nyaman bagi pekerja. Efisiensi adalah suatu hal yang amat sangat penting yang terdapat dalam sifat-sifat yang dikehendaki dari rancangan suatu sistem kerja dan dapat didefinisikan sebagai keluaran (output) dibagi dengan masukan (input), semakin besar harga rasio ini maka semakin tinggi efisiensinya. Dalam perancangan sistem kerja pengertian efisiensi diterapkan dalam bentuk perbandingan antara hasil kinerja yang dicapai dengan ongkos yang dikeluarkan untuk mendapatkan hasil tersebut, pengertian ongkos di sini bukanlah besarnya uang yang dikeluarkan tetapi dalam pengertian luas, dapat berupa waktu dan lain-lain. 2.2 Pengukuran Waktu Kerja Pengukuran waktu kerja merupakan suatu aktivitas untuk menentukan waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja dalam melaksanakan suatu pekerjaan (Sritomo Wignjosoebroto, 2006, hal.130). Tujuan pengukuran waktu kerja adalah untuk mendapatkan waktu baku. 2.2.1 Waktu Pengamatan Adalah waktu pengamatan yang diperoleh dari hasil pengamatan dan
pengukuran
waktu
yang
diperlukan
seorang
pekerja
untuk
menyelesaikan suatu aktivitas pekerjaan. 2.2.2 Pengukuran Kerja (Work Measurement) Ada beberapa teknik yang digunakan untuk mengukur kerja, diantaranya : 1) Sampling Pekerjaan atau work sampling. 2) Predetermined Motion Times.
3) Studi waktu dengan jam henti atau Stopwatch Time Study. Pada penelitian ini teknik yang digunakan untuk pengambilan waktu adalah dengan menggunakan metoda jam henti (Stopwatch) dan untuk jumlah sampelnya menggunakan metoda sampling. Metode ini diperkenalkan pertama kali oleh Frederick W. Taylor sekitar abad 19. Metode ini baik diaplikasikan untuk pekerjaan yang berlangsung singkat dan berulang - ulang (Edi Satriyanto; dkk. 2008). Terdapat tiga metoda jam henti yang digunakan untuk mengukur elemen kerja (Sritomo Wignjosoebroto, 2008, hal.181-182) : 1) Continuous Timing Pada metode ini stopwatch dijalankan terus menerus selama pengamatan Stopwatch baru akan dihentikan pada saat pengamatan selesai dilakukan dan pada akhir pengamatan waktu yang telah didapat dicatat. Selain itu untuk mendapatkan masing-masing waktu individu maka perlu dilakukan proses pengurangan. 2) Repetitive Timing Untuk metode ini cara menggunakan stopwatch, stopwatch ini dibaca secara simultan dan angka pada stopwatch dikembalikan ke angka nol setelah setiap proses selesai. Metode ini
dapat dilakukan
pencatatan langsung tanpa perlu mengurangi waktu. 3) Accumulative Timing Pada metode ini cara menggunakan stopwatch melibatkan dua atau lebih stopwatch, hal ini dikarenakan metode yang digunakan yaitu ketika stopwatch yang pertama berhenti kemudian stopwatch yang kedua mulai dijalankan dan ketika stopwatch yang kedua berhenti maka stopwatch yang ketiga dijalankan. 2.3 Beberapa Kategori Waktu 2.3.1 Waktu pengamatan (Waktu Siklus) Waktu pengamatan merupakan waktu yang diperoleh dari hasil pengamatan dan pengukuran waktu yang diperlukan oleh pekerja untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan. Berikut ini rumus yang digunakan untuk menghitung waktu siklus (Barry Render; dkk, 2009, hal.630) :
Waktu Siklus rata-rata =
∑ Xi N
∑ Xi
= Jumlah Waktu Siklus
N
= Jumlah Pengamatan
2.3.2 Waktu Normal Waktu yang diperlukan pekerja untuk menyelesaikan suatu aktivitas di bawah kondisi kerja yang normal. Waktu normal di sini tidak termasuk waktu longgar yang diperlukan untuk melepas lelah (fatique) ataupun kebutuhan seorang pekerja (personal needs). Berikut ini rumus yang digunakan untuk menghitung waktu normal (Barry Render; dkk, 2006, hal. 536) : Waktu Normal (WN) = Waktu Siklus x Performans Rating (%) 2.3.3 Standard Time (Waktu Baku) Waktu baku merupakan waktu yang dibutuhkan oleh pekerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Waktu baku ini sudah mencakup kelonggaran waktu (allowance time), waktu kelonggaran merupakan kelonggaran yang diberikan untuk menghilangkan rasa fatique dan hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan. yang diberikan dengan memperhatikan situasi dan kondisi yang harus diselesaikan. Berikut ini rumus yang digunakan untuk menghitung waktu baku (Sritomo Wignjosoebroto, 2008, hal.203) : Waktu Baku = Waktu Normal + (Allowance (%) x Waktu Normal) Ket : Allowance = Kelonggaran 2.4 Penyesuaian (Performans Rating) Pengukur harus mengamati kewajaran kerja yang ditunjukkan oleh pekerja Ketidakwajaran dapat terjadi misalnya bekerja tanpa kesungguhan, sangat cepat seolah-olah dikejar oleh waktu atau karena menjumpai kesulitankesulitan seperti kondisi ruangan yang tidak mendukung untuk bekerja (Iftikar Z. Sutalaksana; dkk, 2006, hal.157-166). Penyebab seperti tersebut di atas mempengaruhi kecepatan kerja yang berakibat terlalu singkat atau terlalu panjangnya waktu penyelesaian. Hal ini jelas tidak diinginkan karena waktu baku yang dicari merupakan waktu yang diperoleh dari kondisi dan cara kerja yang mendukung seorang bekerja menyelesaikan suatu pekerjaan.
2.4.1 Metoda Westinghouse Metoda ini merupakan metoda penentuan nilai penyesuaian dilakukan dengan cara mengelompokkan tingkat keterampilan pekerja, usaha pekerja, kondisi kerja pekerja, konsistensi kerja pekerja (Iftikar Z. Sutalaksana; dkk, 2006, hal.159-166). a.
Keterampilan (Skill) Merupakan kemampuan yang dimilki oleh pekerja dalam mengikuti cara kerja yang telah ditetapkan oleh pihak perusahaan. Keterampilan juga dapat mengalami penurunan yang disebabkan diantaranya karena apabila pekerja terlampau lama tidak menangani pekerjaan tersebut atau karena kondisi kesehatan yang sedang terganggu, rasa fatique yang berlebihan, pengaruh lingkungan kerja dan faktor-faktor lainnya.
Super skill : - Terlihat seperti telah terlatih dengan sangat baik. - Gerakan - gerakan halus tetapi sangat cepat sehingga sangat sulit untuk diikuti. - Terkadang terkesan tidak berbeda dengan gerakan mesin (kecepatannya konsisten). - Perpindahan dari satu elemen ke elemen pekerjaan lainnya tidak terlampau terlihat. - Tidak terkesan adanya gerakan-gerakan berpikir dan merencanakan tentang apa yang dikerjakan. - Secara umum dapat dikatakan bahwa pekerja yang bersangkutan adalah pekerja yang sangat baik.
Excellent Skill : - Percaya pada diri sendiri. - Terlihat telah terlatih baik dan bekerja dengan teliti. - Gerakan - gerakan dalam bekerja beserta urutan pekerjaan yang dikerjakan tanpa kesalahan. - Menggunakan peralatan dengan baik. - Bekerja dengan cepat tanpa mengorbankan mutu. - Bekerja berirama dan terkoordinasi. Good Skill : - Kualitas hasil memenuhi standar.
- Bekerja tampak lebih baik dari kebanyakan pekerja lainnya. - Dapat memberi petunjuk - petunjuk pada pekerja lainnya yang memiliki keterampilan lebih rendah. - Tampak jelas sebagai pekerja yang cakap. - Tidak memerlukan banyak pengawasan. - Tidak keragu-raguan. - Bekerja dengan stabil. - Gerakan - gerakan terkoordinasi dengan baik. - Gerakan-gerakan cepat. Average Skill : - Tampak kepercayaan pada diri sendiri. - Terlihat adanya pekerjaan-pekerjaan perencanaan. - Gerakan cukup menunjukkan tidak ada keraguan. - Mengkoordinasi tangan dan pikiran dengan cukup baik. - Tampak cukup terlatih dan mengetahui seluk beluk pekerjaanya. - Secara keseluruhan cukup memuaskan dan bekerja dengan teliti. Fair Skill : - Tampak terlatih tetapi belum cukup baik. - Mengenal peralatan dan lingkungan secukupnya. - Terlihat adanya perencanaan-perencanaan sebelum melakukan gerakan - gerakan. - Tidak memiliki kepercayaan diri yang cukup. - Tampaknya seperti tidak cocok dengan pekerjaan yang sedang dilakukan tetapi telah dipekerjakan di bagian itu sejak lama. - Sebagian waktunya terbuang karena kesalahan - kesalahan sendiri - Jika tidak bekerja dengan sungguh - sungguh maka produk yang dihasilkan sangat rendah. Poor Skill : - Tidak dapat mengkoordinasi tangan dan pikiran. - Gerakan - gerakan dalam bekerja terlihat kaku. - Kelihatan ketidaknyaman pada urutan gerakan dalam bekerja. - Seperti tidak terlatih untuk pekerjaan yang bersangkutan. - Tidak terlihat adanya kecocokan dengan pekerjaannya.
- Ragu-ragu dalam melaksanakan gerakan - gerakan kerja. - Sering melakukan kesalahan-kesalahan. - Tidak adanya kepercayaan pada diri sendiri. - Tidak dapat mengambil inisiatif sendiri. Secara keseluruhan tampak pada kelas-kelas di atas bahwa yang membedakan kelas keterampilan seseorang adalah keragu-raguan, ketelitian gerakan, kepercayaan diri, koordinasi, irama gerakan. Dengan pembagian ini pengukur akan lebih terarah dalam menilai kewajaran pekerja dilihat dari segi keterampilannya. Karena faktor penyesuaian yang nantinya diperoleh dapat lebih objektif. b. Usaha Adalah kesungguhan yang ditunjukkan atau diberikan operator ketika melakukan pekerjaannya. Excessive Effort - Kecepatan sangat berlebihan. - Usaha sangat bersungguh - sungguh tetapi dapat membahayakan kesehatannya. - Kecepatan dalam bekerja tidak stabil sepanjang hari kerja.
Excellent Effort - Jelas terlihat kecepatan dalam bekerja. - Gerakan dalam bekerja lebih ekonomis dari pada pekerja lainnya. - Penuh perhatian dalam bekerja. - Memberi saran dan dapat menerima petunjuk dengan senang. - Percaya pada kebaikan maksud pengukuran waktu. - Gerakan - gerakan yang salah terjadi sangat jarang sekali. - Bekerja dengan sistematis.
Good Effort - Bekerja berirama. - Waktu menganggur sangat sedikit. - Penuh perhatian pada pekerjaan. - Senang dengan pekerjaannya. - Kecepatan dalam bekerja dapat dipertahankan sepanjang hari. - Percaya pada kebaikan pengukuran waktu. - Menerima saran - saran dan petunjuk dengan senang.
- Menggunakan alat - alat yang tepat dengan baik. - Tempat bekerja diatur dengan baik dan rapih. - Dapat memberi saran - saran untuk perbaikan kerja. - Dapat memelihara dengan baik kondisi peralatan.
Average Effort - Bekerja dengan stabil. - Menerima saran - saran tapi tidak melaksanakannya. - Melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan.
Fair Effort - Saran - saran perbaikan diterima dengan kesal. - Terkadang perhatian tidak ditujukan pada pekerjaan. - Kurang bersungguh - sungguh. - Tidak mengeluarkan tenaga dengan secukupnya. - Terjadi sedikit penyimpangan dari cara kerja baku (SOP). - Alat - alat yang digunakan tidak selalu dalam keadaaan baik. - Sistematika dalam bekerja sedang-sedang saja.
Poor Effort - Banyak menyia - nyiakan waktu. - Tidak memperlihatkan adanya minat kerja. - Cenderung menolak saran - saran. - Tampak malas dan lambat dalam bekerja. - Melakukan gerakan-gerakan yang tidak perl - Tempat kerjanya tidak diatur dengan rapi. - Tidak peduli dengan kondisi peralatan kerja.
Dalam kondisi sebenarnya banyak terjadi pekerja dengan keterampilan rendah bekerja tetapi ia memiliki usaha yang lebih sungguh - sungguh sebagai pengimbangnya tetapi sebaliknya terdapat seorang pekerja dengan keterampilan tinggi tetapi bekerja dengan usaha yang tidak didukung tetapi dapat menghasilkan kinerja yang lebih baik. Jadi walaupun hubungan antara keterampilan dengan usaha sangat erat tetapi dengan metoda Westinghouse ini, kedua aspek tersebut dipisahkan untuk lebih memudahkan dalam pemberian penyesuaian.
c. Kondisi Kerja Adalah kondisi fisik lingkungan, seperti keadaan pencahayaan, suhu, kebisingan dan lain sebagainya. Kondisi terbagi atas beberapa aspek antara lain ideal, excellent, good, average, fair dan poor. d. Konsistensi Merupakan Tingkat kestabilan dalam bekerja, tingkat kestabilan ini dapat diperhatikan dengan waktu penyelesaiaan yang dihasilkan oleh pekerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, baik dari jam ke jam, dari hari kehari dan seterusnya. Rumus menghitung faktor penyesuaian (Iftikar Z. Sutalaksana; dkk, 2006, hal.166) : TF = F.Keterampilan + F.Usaha + F.Kondisi + F.Konsistensi Ket : TF = Total Nilai Faktor F = Faktor berdasarkan tabel westinghouse Rumus menghitung nilai penyesuaian Adapun rumus untuk menghitung nilai penyesuaian (Nofi Erni, Haeruman. 2005) : P = 1 + TF Ket : P = Nilai Penyesuaian TF = Total nilai faktor penyesuaian
Berikut ini tabel penyesuaian berdasarkan metoda Westinghouse : Tabel 2.1 Tabel Penyesuaian Westinghouse
Faktor
Kelas
Lambang A1 Superskill A2 B1 Excellent B2 C1 Good Keterampilan C2 Average D E1 Fair E2 F1 Poor F2 A1 Excessive A2 B1 Excellent B2 C1 Good Usaha C2 Average D E1 Fair E2 F1 Poor F2 Ideal A Excellent B Good C Kondisi Kerja Average D Fair E Poor F Perfect A Excellent B Good C Konsistensi Average D Fair E Poor F
+ + + + + + + + + + + + + + + + + + -
Penyesuaian 0.15 0.13 0.11 0.08 0.06 0.03 0 0.05 0.1 0.16 0.22 0.13 0.12 0.1 0.08 0.05 0.02 0 0.04 0.08 0.12 0.17 0.06 0.04 0.02 0 0.03 0.07 0.04 0.03 0.01 0 0.02 0.04
Sumber : Iftikar Z. Sutalaksana, Teknik Perancangan Sistem Kerja
2.5 Faktor Kelonggaran (Allowance) Kelonggaran diberikan untuk tiga hal yaitu kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatique dan hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan (Iftikar Z. Sutalaksana; dkk, 2006, hal. 167-172). 2.5.1 Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi kebutuhan pribadi di sini ialah seperti minum sekedarnya (hanya untuk menghilangkan rasa haus), ke kamar kecil (toilet), bertanya ke atasan untuk mendapatkan informasi kerja. Untuk Pria
: 2 % sampai dengan 2.5 % (dari waktu normal).
Untuk Wanita : 5 % (dari waktu normal). 2.5.2 Kelonggaran untuk menghilangkan rasa fatique Kelelahan merupakan suatu keadaaan yang timbul secara umum terjadi pada setiap individu yang sudah tidak sanggup lagi melakukan aktivitasnya (Iftikar Z. Sutalaksana; dkk, 2006, hal. 83). 2.5.3 Kelonggaran untuk hambatan-hambatan yang tak terhindarkan Beberapa contoh yang termasuk ke dalam hambatan yang tidak terhindarkan : - Menerima atau meminta petunjuk kepada pengawas. - Memperbaiki kemacetan singkat seperti mengganti alat potong yang patah dan mesin berhenti karena padamnya aliran listrik. 2.6 Uji Keseragaman Data Uji keseragaman data bertujuan untuk menguji keseragaman dari data yang ada. Langkah-langkah untuk melakukan uji keseragaman data (Bahtiar saleh Abbas; dkk, 2008) : 1.
Menghitung Cycle Time rata-rata Cycle Time Rata-Rata = ∑ xi N
Ket : ∑ xi : Jumlah dari beberapa cycle time (xi) N
: Jumlah pengamatan
2. Menghitung Standar Deviasi
= √ Σ (xi-x rata-rata)2 N-1 Ket : Xi : Cycle Time N : Jumlah Pengamatan 3.
Menghitung Kontrol Atas (BKA) BKA = Cycle time rata-rata + (3 x Ket : : Standar Deviasi
4.
Menghitung Kontrol Bawah (BKB) BKA = Cycle time rata-rata - (3 x Ket : : Standar Deviasi
2.7 Kecukupan Data Kecukupan data merupakan salah satu pengujian data - data yang telah didapatkan sebelumnya. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui berapa jumlah data pengamatan yang sebaiknya digunakan
dan bertujuan untuk
menguji apakah data pengamatan yang telah dikumpulkan sebelumnya sudah memenuhi jumlah yang sebaiknya digunakan. Tingkat
ketelitian
menunjukkan
penyimpangan
maksimal
hasil
penghukuran dari waktu sebenarnya dan biasanya dinyatakan dalam bentuk persen. Sedangkan tingkat keyakinan menunjukkan besarnya keyakinan pengukur bahwa hasil yang diperoleh memenuhi syarat ketelitian dan biasanya dinyatakan dalam bentuk persen. Dalam aktifitas pengukuran kerja
biasanya akan diambil tingkat
ketelitian 5 % dan tingkat keyakinan 95 % atinya adalah bahwa pengukur membolehkan rata - rata hasil pengukurannya menyimpang sejauh 5 % dari ratarata sebenarnya dan kemungkinan berhasil mendapatkan adalah 95 %. Jika jumlah pengukuran yang seharusnya dilakukan lebih besar dari jumlah pengukuran yang telah dilakukan (N’ > N), maka dilakukan pengukuran ulang dengan N lebih besar. Jika N > N’ berarti bahwa jumlah pengamatan yang telah dilakukan memenuhi syarat tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan . Berikut ini
rumus yang digunakan untuk menghitung berapa jumlah data yang harus didapatkan (A. D. Witjaksono; dkk 2006) :
Ket : N’
: Jumlah data pengamatan yang harus dikumpulkan.
K
: Tingkat keyakinan (confidence level)
S
: Derajat ketelitian
N
: Jumlah data pengamatan yang telah dikumpulkan sebelumnya.
∑ xi : Jumlah waktu siklus 2.8 Toyota Production System (TPS) Sistem produksi Toyota dikembangkan dan dipromosikan oleh Toyota Motor Corporation. Tujuan utama dari sistem ini adalah menyingkirkan, lewat aktivitas perbaikan, berbagai jenis pemborosan yang tersembunyi dalam perusahaan (Yasuhiro Monden, 2000, hal.1-2). Tujuan Utama Sistem Produksi Toyota 1) Laba Lewat Pengurangan Biaya Sistem produksi Toyota adalah suatu metode ampuh untuk membuat produk karena sistem ini merupakan alat efektif untuk menghasilkan tujuan akhirlaba. Untuk mencapai maksud ini, tujuan utama sistem produksi Toyota adalah pengurangan biaya atau perbaikan produktivitas. Pengurangan biaya dan perbaikan produktivitas dicapai dengan menghasilkan berbagai pemborosan seperti misalnya sediaan yang terlalu banyak dan tenaga kerja yang terlalu banyak. 2) Penghilangan Produksi Berlebihan Pertimbangan utama bagi sistem produksi Toyota adalah pengurangan biaya dengan sama sekali menghapuskan pemborosan.
Tata Letak Fasilitas Merupakan suatu kegiatan yang berhubungan dengan membuat susunan unsur fisik suatu kegiatan. Terdapat beberapa tujuan rancang fasilitas, diantaranya (James M. Apple, 1990, hal. 5-7) : 1. Memudahkan proses manufaktur Tata letak harus disusun sedemikian sehingga proses manufaktur dapat dilaksanakan dengan baik. 2. Menghemat penggunaan ruang bangunan Salah satu indikator tata letak yang tepat yaitu meminimumkan jarak antara mesin, pekerja dan alat - alat bantu. 3. Meminimumkan pemindahan barang Tata
letak
yang
baik
harus
dirancang
sedemikian
sehingga
meminimumkan pemindahan barang. 4. Menurunkan penggunaan tenaga pekerja yang (non added value). Dengan tata letak yang tepat diharapkan dapat meminimumkan aktivitas yang tidak memiliki nilai tambah, sebagai contoh meminimumkan aktivitas yang memerlukan jalan kaki. Menghitung Kapasitas Produksi : kapasitas produksi merupakan kemampuan dari suatu fasilitas produksi untuk mencapai jumlah hasil kerja tertentu dalam periode waktu tertentu serta merupakan fungsi dari banyaknya sumber daya yang tersedia, seperti peralatan, mesin, ruang dan jadwal kerja. Kapasitas produksi merupakan banyaknya produk yang dapat dihasilkan dalam waktu tertentu. Dalam hal ini seberapa besar jumlah output yang dapat dihasilkan pada lini tersebut, adapun rumus menghitung kapasitas produksi sebagai berikut : Kapasitas Produksi = Waktu Efektif Kerja Cycle Time Proses