BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1
Pengertian Sistem Informasi Akuntansi Menurut Romney dan Steinbart (2006, p.6), “Accounting information
system is a system that collects, records, stores, and processes data to produce information for decision makers”. Dapat diterjemahkan sebagai berikut: Sistem Informasi Akuntansi adalah sistem yang mengumpulkan, mencatat, menyimpan, dan mengolah data untuk menghasilkan informasi yang berguna bagi pembuat keputusan. Sedangkan Gelinas dan Dull berpendapat (2009, p.14), “The accounting information system is a specialized subsystem of the IS that have a purpose to collect, process, and report information related to the financial aspects of business events”. Dapat diartikan sebagai berikut: Sistem Informasi Akuntansi merupakan subsistem khusus dari sistem informasi yang memiliki tujuan untuk mengumpulkan, memproses, dan melaporkan informasi terkait dengan aspek keuangan peristiwa bisnis. Menurut McLeod dan Schell dalam bukunya yang diterjemahkan oleh Teguh, H. (2004, p.237), Sistem Informasi Akuntansi (SIA) adalah sistem pengumpulan data yang menjelaskan kegiatan perusahaan, mengubah data tersebut menjadi informasi serta menyediakan informasi bagi pemakai di dalam maupun diluar perusahaan. 9
10
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Sistem Informasi Akuntansi adalah sistem yang mengumpulkan sumber daya, mencatat, menampung, dan memproses data keuangan dan data lainnya menjadi informasi yang berguna bagi pengambil keputusan dan untuk kepentingan bisnis. Aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam Sistem Informasi Akuntansi yaitu masukan (input), proses (process), dan keluaran (output). Bila suatu data yang diinput telah dilaksanakan dengan prosedur atau melalui proses yang benar, maka akan menghasilkan suatu informasi yang berbentuk keluaran (output) yang sesuai dengan keinginan pengguna informasi, khususnya laporan akuntansi keuangan. 2.1.2
Manfaat Sistem Informasi Akuntansi Menurut Rama & Jones (2006, p.6), Sistem Informasi Akuntansi
memberikan lima kegunaan, antara lain: 1.
Menghasilkan laporan eksternal, Sistem Informasi Akuntansi dapat menghasilkan laporan yang khusus untuk memenuhi kebutuhan informasi pihak eksternal seperti investor, kreditor, pajak, dan pihak eksternal lainnya.
2.
Mendukung aktivitas rutin, manajer membutuhkan Sistem Informasi Akuntansi untuk mengendalikan aktivitas operasi rutin selama perusahaan beroperasi. Seperti mengirim permintaan pembelian, menerima tagihan, menerima pesanan barang atau jasa, dan membayar tagihan.
11
3.
Mendukung pengambilan keputusan, informasi juga dibutuhkan untuk mendukung pengambilan keputusan kegiatan yang tidak rutin dilakukan di semua level organisasi.
4.
Perencanaan dan pengendalian, sistem informasi juga dibutuhkan untuk merencanakan dan mengendalikan aktivitas dengan baik.
5.
Implementasi pengendalian internal, pengendalian internal meliputi kebijakan, prosedur, dan sistem informasi yang digunakan untuk menjaga aset perusahaan dari kerugian atau penggelapan dan untuk memperbaiki keakuratan data keuangan.
2.1.3
Subsistem pada Sistem Informasi Akuntansi Menurut Hall (2008, p.8), Sistem Informasi Akuntansi terdiri dari tiga
subsistem utama, yaitu: 1.
Transaction Processing System (TPS) yang mendukung operasi bisnis sehari-hari.
2.
General Ledger/Financial Reporting System (GL/FRS) yang menghasilkan laporan keuangan misalnya laporan arus kas dan laporan lain yang berhubungan dengan hukum yang berlaku.
3.
Management Reporting System (MRS) yang menghasilkan laporan keuangan khusus untuk manajemen internal.
2.1.4
Komponen Utama Sistem Informasi Akuntansi Menurut Romney dan Steinbart (2006, p.2), Sistem Informasi Akuntansi
terdiri dari empat komponen:
12
1.
Orang-orang
yang
mengoperasikan
sistem
tersebut
dan
melaksanakan berbagai fungsi; 2.
Prosedur-prosedur, baik manual maupun yang terotomatisasi, yang dilibatkan dalam mengumpulkan, memproses, dan menyimpan data tentang aktivitas-aktivitas organisasi;
3.
Data tentang proses-proses bisnis organisasi;
4.
Infrastruktur teknologi informasi, termasuk komputer, peralatan pendukung, dan peralatan untuk komunikasi jaringan.
Keempat komponen ini secara bersama-sama memungkinkan suatu Sistem Informasi Akuntansi memenuhi tiga fungsi penting dalam organisasi, yaitu: 1.
Mengumpulkan dan menyimpan data tentang aktivitas yang dilaksanakan oleh organisasi, sumber daya yang dipengaruhi oleh aktivitas tersebut, dan para pelaku yang terlibat dalam berbagai aktivitas tersebut, agar pihak manajemen, para pegawai, dan pihakpihak luar yang berkepentingan dapat meninjau ulang hal-hal yang telah terjadi.
2.
Mengubah data menjadi informasi yang berguna bagi pihak manajemen untuk membuat keputusan dalam aktivitas perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.
3.
Menyediakan pengendalian yang memadai untuk menjaga aset-aset organisasi, untuk memastikan bahwa data tersebut tersedia saat dibutuhkan, akurat dan handal.
13
2.2
Koperasi Simpan Pinjam Subandi (2010, h.35) berpendapat, “Koperasi kredit atau simpan pinjam adalah koperasi yang bergerak dalam pemupukan simpanan dari para anggotanya untuk dipinjamkan kembali kepada anggotanya yang membutuhkan bantuan modal untuk usahanya. Selain itu, koperasi simpan pinjam juga bertujuan mendidik anggotanya bersifat hemat dan gemar menabung serta menghindarkan anggotanya dari jeratan para rentenir”. Menurut Rudianto (2010, h.51), “Koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang bergerak dalam bidang pemupukan simpanan dana dari para anggotanya, untuk kemudian dipinjamkan kembali kepada para anggota yang memerlukan bantuan dana”.
Gambar 2.1 Skema Koperasi Simpan Pinjam Sumber : Rudianto (2010, h.51)
14
Kegiatan utama koperasi simpan pinjam adalah menyediakan jasa penyimpanan dan peminjaman dana kepada anggota koperasi. Walaupun pemupukan modal dilakukan koperasi dari para anggotanya, sering kali jumlah uang yang ingin dipinjam oleh anggota lebih besar dari modal yang dimiliki koperasi. Karena itu, tidak jarang koperasi harus meminjam uang dari kreditor di luar koperasi, seperti bank atau koperasi kredit. Jadi, pada dasarnya fungsi koperasi simpan pinjam adalah sebagai jembatan antara anggota koperasi yang memerlukan uang pinjaman dengan anggota koperasi yang menyimpan uangnya di koperasi atau dari kreditor lainnya. 2.2.1
Ekuitas Koperasi Simpan Pinjam Menurut Rudianto (2010, h.6), “Ekuitas adalah kekayaan bersih suatu
badan usaha atau selisih total kekayaan dengan total hutangnya”. Ekuitas koperasi terdiri dari modal anggota berbentuk simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan lain yang memiliki karakteristik yang sama dengan simpanan pokok atau simpanan wajib, modal penyertaan, modal sumbangan, dan sisa hasil usaha yang belum dibagi. 1.
Modal Anggota Menurut Rudianto (2010, h.6) istilah modal dalam pengertian ini
lebih memiliki arti sebagai sumber pembelanjaan usaha yang berasal dari setoran para anggota. Biasanya setoran anggota koperasi dapat dikelompokkan dalam 3 jenis setoran, yaitu simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan sukarela. Akan tetapi, koperasi tertentu memiliki
15
jenis setoran lain yang berbeda. Berkaitan dengan modal anggota, jenis simpanan sukarela tidak dapat dikelompokkan sebagai modal koperasi karena bersifat tidak permanen, di mana simpanan jenis ini dapat ditarik sewaktu-waktu oleh anggota. a.
Simpanan Pokok Jumlah nilai uang tertentu yang sama banyaknya yang harus disetorkan oleh setiap anggota pada waktu masuk menjadi anggota. Jenis simpanan pokok ini tidak dapat diambil kembali selama orang tersebut masih menjadi anggota koperasi.
b.
Simpanan Wajib Jumlah simpanan tertentu yang harus dibayarkan oleh anggota dalam waktu dan kesempatan tertentu, seperti sebulan sekali. Jenis simpanan wajib ini dapat diambil kembali dengan cara yang diatur lebih lanjut dalam anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan keputusan rapat anggota.
c.
Simpanan Sukarela Jumlah tertentu yang diserahkan oleh anggota atau bukan anggota kepada koperasi atas kehendak sendiri sebagai simpanan. Simpanan jenis ini dapat diambil kembali oleh pemiliknya setiap saat. Karena itu, simpanan sukarela tidak dapat dikelompokkan sebagai modal anggota dalam
16
koperasi tetapi dikelompokkan sebagai hutang jangka pendek. 2.
Modal Sumbangan Sejumlah uang atau barang modal yang dapat dinilai dengan uang
yang diterima dari pihak lain yang bersifat hibah dan tidak mengikat. Modal sumbangannya tidak dapat dibagikan kepada anggota koperasi selama koperasi belum dibubarkan. 3.
Modal Penyertaan Sejumlah uang atau barang modal yang dapat dinilai dengan uang
yang ditanamkan oleh pemodal untuk menambah dan memperkuat struktur permodalan dalam meningkatkan usaha koperasi. 4.
Cadangan Bagian SHU yang disisihkan oleh koperasi untuk suatu tujuan
tertentu, sesuai dengan ketentuan anggaran dasar atau ketetapan rapat anggota. Biasanya cadangan dibuat untuk persiapan melakukan pengembangan usaha, investasi baru, atau antisipasi terhadap kerugian usaha. 5.
Sisa Hasil Usaha (SHU) Selisih antara penghasilan yang diterima koperasi selama periode
tertentu
dengan
pengorbanan
(beban)
yang
dikeluarkan
untuk
memperoleh penghasilan itu. Jumlah SHU tahun berjalan akan terlihat dalam laporan perhitungan hasil usaha. Jika pencatatan transaksi dalam suatu koperasi berjalan dengan baik, SHU tahun berjalan biasanya tidak
17
akan terlihat di neraca bagian dari ekuitas koperasi pada akhir periode tertentu, karena sudah harus langsung dialokasikan ke dalam berbagai dana dan cadangan. 2.2.2
Siklus Akuntansi Koperasi Simpan Pinjam Menurut Rudianto (2010, h.10) dalam proses menghasilkan informasi
yang dibutuhkan oleh beberapa pihak yang berkepentingan, akuntansi harus melewati beberapa tahapan proses. Proses tersebut dimulai dari mengumpulkan dokumen dasar transaksi, mengklasifikasikan jenis transaksi, menganalisis, dan meringkasnya dalam catatan hingga melaporkannya dalam bentuk laporan keuangan yang dibutuhkan. Rudianto menjabarkan bahwa pengertian dari akuntansi koperasi itu sendiri adalah aktivitas mengumpulkan, menganalisis, menyajikan dalam bentuk angka, mengklasifikasikan, mencatat, meringkas, dan melaporkan aktivitas atau transaksi suatu koperasi dalam bentuk informasi keuangan. Dengan demikian, untuk sampai pada penyajian informasi keuangan yang dibutuhkan oleh berbagai pihak, akuntansi harus melewati suatu proses yang disebut siklus akuntansi. Siklus akutansi adalah urutan kerja yang harus ditempuh oleh akuntan, mulai sejak awal hingga menghasilkan laporan keuangan suatu koperasi.
Gambar 2.2 Siklus Akuntansi Koperasi Sumber : Rudianto (2010, h. 10)
18
Dokumen dasar adalah bukti transaksi yang dijadikan dasar oleh akuntan untuk mencatat seperti faktur, kuitansi, nota penjualan, dan lain-lain. 1.
Jurnal (journal) adalah aktivitas meringkas dan mencatat transaksi koperasi berdasarkan dokumen dasar. Tempat untuk mencatat dan meringkas transaksi tersebut disebut dengan buku harian.
2.
Posting adalah aktivitas memindahkan catatan di buku harian ke dalam buku besar sesuai dengan jenis transaksi dan nama akun atau perkiraan masing-masing.
3.
Buku besar (general ledger) adalah kumpulan dari semua akun/perkiraan yang dimiliki oleh suatu koperasi yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya dan merupakan suatu kesatuan.
4.
Akun/Perkiraan (account) adalah kelas informasi dalam suatu sistem akuntansi. Atau, suatu media yang digunakan untuk mencatat informasi mengenai sumber daya koperasi dan informasi lainnnya berdasarkan jenisnya.
5.
Laporan keuangan adalah laporan pertanggungjawaban pengurus koperasi atas hasil usaha koperasi pada suatu periode tertentu dan posisi keuangan koperasi pada akhir periode.
19
Siklus akuntansi ini dimulai dengan meneliti dan memilah dokumen transaksi, seperti nota, kuitansi, faktur dan sebagainya. Setiap dokumen tersebut diteliti dan diklasifikasikan menurut jenis dalam buku jurnal. Setelah diketahui jenis dan nominal transaksinya, akuntan koperasi harus mencatatnya dalam buku jurnal. Dalam buku jurnal harian, transaksi tersebut diringkas pencatatannya sesuai dengan nama akun setiap jenis transaksi. Dalam setiap periode tertentu, ringkasan transaksi di buku jurnal tersebut lalu diposting ke buku besar. Pada akhir periode akuntansi, setiap akun dalam buku besar itu dihitung saldonya dan kemudian dijadikan dasar untuk menyusun neraca saldo. Neraca saldo adalah kumpulan dari semua akun yang dimiliki oleh suatu koperasi beserta saldo akhirnya. Berdasarkan neraca saldo yang disusun tersebut, akuntan dapat menyusun laporan keuangan koperasi untuk periode bersangkutan. 2.2.3
Konsep Dasar Laporan Keuangan Koperasi Rudianto berpendapat (2010, h.13) bahwa ketika menyusun prinsip-
prinsip akuntansi yang digunakan dalam wilayah tertentu, ada beberapa konsep dasar yang melandasi penyusunannya. Konsep yang menjadi dasar penyusunan laporan keuangan koperasi adalah: 1.
Prinsip Biaya Historis (Historical Cost) Prinsip ini menghendaki digunakannya harga perolehan dalam mencatat aktiva, hutang, dan modal serta biaya. Harga perolehan adalah uang yang dikeluarkan untuk memperoleh barang atau
20
jasa sesuai dengan apa yang disepakati pada saat transaksi tersebut terjadi. 2.
Prinsip Pengakuan Pendapatan (Revenue Recognition) Pendapatan adalah aliran masuknya harta yang berasal dari penyerahan barang atau jasa yang dilakukan oleh suatu unit selama periode tertentu. Dasar yang digunakan untuk mengukur besarnya pendapatan adalah jumlah kas atau ekuivalennya yang diterima dari transaksi penjualan dengan pihak lain. Biasanya pendapatan diakui pada saat terjadinya penjualan barang atau jasa, yaitu ketika ada kepastian mengenai besarnya pendapatan yang diukur dengan aktiva yang diterima.
3.
Prinsip Penandingan (Matching Principle) Prinsip ini menandingkan pendapatan dengan biaya yang timbul dalam rangka memperoleh pendapatan tersebut. Prinsip ini berguna untuk menentukan besarnya penghasilan bersih setiap periode.
4.
Prinsip Konsistensi (Consistency) Agar laporan keuangan dapat dibandingkan satu dengan yang lainnya selama satu periode ke periode lainnya, maka harus dipilih metode dan prosedur akuntansi lainnya yang akan digunakan secara konsisten dari tahun ke tahun.
21
5.
Prinsip Pengungkapan Penuh (Full Disclousure) Semua prinsip yang berkaitan dengan laporan keuangan harus disajikan agar laporan keuangan dapat dipahami dengan baik dan tidak menyesatkan pembacanya.
2.2.4
Jenis Laporan Keuangan Koperasi Menurut Rudianto (2010, h.11) pada akhir siklus akuntansi, akuntan
koperasi harus membuat laporan keuangan koperasi untuk berbagai pihak yang membutuhkan. Sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan tahun 2007 yang berlaku di Indonesia, laporan keuangan koperasi terdiri dari: 1.
Perhitungan Hasil Usaha Adalah suatu laporan yang menunjukkan kemampuan koperasi dalam menghasilkan laba selama suatu periode akuntansi atau satu tahun. Laporan hasil usaha harus merinci hasil usaha yang berasal dari anggota dan laba yang diperoleh dari aktivitas koperasi dengan bukan anggota.
2.
Neraca Adalah suatu daftar yang menunjukkan posisi sumber daya yang dimiliki koperasi serta informasi dari mana sumber daya tersebut diperoleh.
3.
Laporan Arus Kas Adalah suatu laporan mengenai arus kas keluar dan arus kas masuk selama satu periode tertentu, yang mencakup saldo awal
22
kas, sumber penerimaan kas, sumber pengeluaran kas, dan saldo akhir kas pada suatu periode. 4.
Laporan Promosi Ekonomi Anggota Adalah laporan yang menunjukkan manfaat ekonomi yang diterima anggota koperasi selama satu periode tertentu. Laporan tersebut mencakup 4 unsur, yaitu: a.
Manfaat ekonomi dari pembelian barang atau pengadaan jasa bersama
b.
Manfaat ekonomi dari pemasaran dan pengolahan bersama
2.2.5
c.
Manfaat ekonomi dari simpan pinjam lewat koperasi
d.
Manfaat ekonomi dalam bentuk pembagian SHU
Tujuan Umum Laporan Keuangan Koperasi Menurut Rudianto (2010, h.12) laporan keuangan yang dihasilkan oleh
suatu institusi tertentu bukan tanpa tujuan sama sekali, tetapi memiliki tujuan tertentu. Walaupun satu institusi memiliki bidang usaha dan karakteristik yang berbeda satu dengan lainnya, tetapi secara umum laporan keuangan disusun dengan tujuan berikut: 1.
Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai sumber ekonomi dan kewajiban serta modal suatu koperasi.
23
2.
Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan sumber ekonomi suatu koperasi yang terjadi ketika melakukan aktivitas usaha dalam rangka memperoleh SHU.
3.
Untuk memberikan informasi keuangan yang akan membantu para pemakai laporan dalam mengestimasi potensi koperasi untuk menghasilkan SHU di masa mendatang.
4.
Untuk memberikan informasi keuangan yang akan membantu para pemakai laporan dalam mengestimasi potensi koperasi untuk menghasilkan SHU.
5.
Untuk
memberikan
informasi
penting
lainnya
mengenai
perubahan sumber ekonomi dan kewajiban, seperti informasi mengenai aktivitas pembelanjaan dan investasi. 6.
Untuk mengungkapkan sebanyak mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan
pemakai
laporan,
seperti
informasi
mengenai
kebijakan akuntansi yang dianut koperasi. 2.2.6
Standar Kualitas Laporan Keuangan Koperasi Menurut Rudianto (2010, h.12) karena setiap koperasi memiliki bidang
usaha dan karakteristik yang berbeda satu dengan lainnya, maka rincian laporan keuangan satu koperasi dengan koperasi lainnya juga berbeda. Namun, setiap laporan keuangan yang dihasilkan oleh setiap institusi harus memenuhi beberapa standar kualitas berikut agar bermanfaat:
24
1.
Relevan Setiap jenis laporan keuangan yang dihasilkan oleh koperasi harus sesuai dengan maksud pengunaan sehingga dapat bermanfaat. Karena itu, dalam proses penyusunan laporan keuangan, pengurus koperasi harus berfokus pada tujuan umum pemakai laporan keuangan.
2.
Dapat dipahami Laporan keuangan harus disusun dengan istilah dan bahasa yang sesederhana mungkin sehingga dapat dipahami oleh pihak yang membutuhkannya. Laporan keuangan yang tidak dapat dipahami tidak akan ada manfaatnya sama sekali.
3.
Daya uji Informasi keuangan yang dihasilkan suatu koperasi harus dapat diuji kebenarannya oleh para pengukur yang independent dengan menggunakan metode pengukuran yang sama.
4.
Netral Informasi keuangan harus diarahkan pada tujuan umum pemakai, bukan pihak tertentu saja. Laporan keuangan tidak boleh berpihak pada salah satu pihak yang membutuhkan laporan keuangan tersebut.
5.
Tepat waktu Laporan keuangan harus dapat disajikan sedini mungkin agar dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan koperasi. Laporan
25
keuangan
yang
terlambat
penyampaiannya
akan
membuat
pengambilan keputusan koperasi menjadi tertunda dan tidak relevan lagi dengan waktu dibutuhkannya informasi tersebut. 6.
Daya banding Laporan keuangan suatu koperasi harus dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau dengan koperasi lain yang sejenis pada periode yang sama.
7.
Lengkap Informasi keuangan harus menyajikan semua fakta keuangan yang penting sekaligus menyajikan fakta-fakta tersebut sedemikian rupa sehingga tidak akan menyesatkan para pembacanya. Jadi, harus ada klasifikasi, susunan, serta istilah yang layak dalam laporan keuangan. Demikian pula, semua fakta atau informasi tambahan yang dapat mempengaruhi perilaku dalam pengambilan keputusan harus diungkapkan dengan jelas.
2.3
Pengendalian Intern 2.3.1
Pengertian Pengendalian Intern Menurut Romney dan Steinbart (2006, p.192), “Internal Control is the
process implemented by the board of director, management, and those under their direction to provide reasonable assurance that the control objectives are achieved” yang artinya pengendalian internal adalah sebuah proses yang diterapkan oleh dewan direksi, manajemen, dan orang-orang yang berada di
26
bawah arahan mereka untuk menyediakan dasar-dasar yang releven bahwa tujuan dari sebuah pengendalian bisa tercapai. Menurut Committe of Sponsoring Organization (COSO), “Internal Control is a process effected by an entitiy’s board of directors, management, and other personnel designed to provide reasonable assurance regarding the achievement of objectives” yang artinya pengendalian internal adalah sebuah proses yang dipengaruhi oleh keseluruhan direksi dalam suatu perusahaan, manajemen, dan pihak lainnya yang dirancang untuk menyediakan jaminan mengenai pencapaian tujuan organisasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengendalian internal adalah sebuah proses yang diterapkan di seluruh bagian dari perusahaan yang memiliki tujuan untuk mengamankan aset perusahaan, memastikan data-data dalam perusahaan dapat diandalkan, serta untuk memastikan ketaatan kepada peraturan dan hukum yang berlaku. 2.3.2
Komponen Pengendalian Intern Menurut COSO (Romney dan Steinbart, 2006, p.196), ada lima
komponen dalam sistem pengendalian intern, antara lain sebagai berikut: 1.
Control Environment Inti dari semua bisnis adalah orangnya, sifat mereka, termasuk integritas, nilai etika, kemampuan, dan lingkungan dimana mereka beroperasi. Mereka adalah tenaga penggerak organisasi dan merupakan dasar dari segala sesuatu.
27
2.
Control Activities Prosedur dan kebijakan pengendalian harus ditetapkan dan dijalankan untuk membantu meyakinkan bahwa tindakan yang dilakukan oleh pihak manajemen untuk menanggulangi resiko dan untuk mencapai tujuan organisasi terlihat efektif.
3.
Risk Assessment Perusahaan harus berhati-hati terhadap resiko yang dihadapi. Perusahaan harus membentuk suatu tujuan, yang digabungkan dengan penjualan, produksi, pemasaran, keuangan dan aktivitas lainnya sehingga perusahaan dapat beroperasi dengan baik. Perusahaan juga arus menyusun sebuah mekanisme untuk mengidentifikasi, menganalisis dan mengatur resiko-resiko yang berhubungan dengan masing-masing bagian.
4.
Information and Communication Yang
mengelilingi
aktivitas
pengendalian
adalah
sistem
informasi dan komunikasi. Mereka memungkinkan orang-orang dari perusahaan menerima dan saling bertukar informasi yang dibutuhkan untuk memimpin, mengatur dan mengontrol operasi yang ada. 5.
Monitoring Keseluruhan proses harus diawasi dan melakukan perubahan bila diperlukan. Dengan cara ini, sistem dapat bereaksi dengan lebih dinamis, berubah sesuai dengan kondisi yang ada.
28
2.3.3
Tujuan Pengendalian Intern Romney dan Steinbart (2006, p.192) menyatakan ada tujuh tujuan
pengendalian intern yang harus dicapai, yaitu: 1.
Mengamankan harta organisasi, termasuk mencegah atau mendeteksi hal-hal seperti pencurian dan kerusakan.
2.
Mengurus pencatatan dengan akurat yang menggambarkan harta organisasi.
3.
Menyediakan informasi yang akurat dan terpercaya..
4.
Menyediakan kepastian bahwa laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku.
5.
Meningkatkan
efisiensi
operasional
termasuk
memastikan
penerimaan dan pengeluaran kas yang terjadi telah diotorisasi oleh pihak manajemen.
2.4
6.
Meningkatkan kepatuhan terhadap kebijakan organisasi.
7.
Mengikuti aturan-aturan hukum yang berlaku.
Object Oriented Concepts Satzinger et al. (2005, p.60) berpendapat “Object oriented approach is a system development approach that views an information system as a collection of interacting objects that work together to accomplish task”, yang artinya pendekatan berorientasi objek merupakan pendekatan pengembangan sistem yang memandang sistem informasi sebagai koleksi benda-benda yang berinteraksi dan bekerja sama untuk menyelesaikan tugas.
29
Secara konsep, pendekatan ini bukan merupakan suatu proses atau program yang terpisah, karena tidak ada entitas data atau files yang terpisah. Dalam proses sistemnya terkandung beberapa objek, dimana objek itu sendiri adalah suatu hal di dalam sistem komputer yang memungkinkan untuk merespon suatu pesan. 2.4.1
Objects Menurut Satzinger et al. (2005, p.60) “Object is a thing in the computer
system that can respond to messages” yang artinya objek merupakan hal dalam sistem komputer yang dapat merespon pesan. Sebuah objek memiliki keadaan (state) dan perilaku (behavior). State dari sebuah objek adalah kondisi object tersebut atau himpunan dari keadaan yang menggambarkan object tersebut. State dinyatakan dengan nilai dari sebuah atribut object nya. Atribut adalah nilai internal suatu object yang mencerminkan antara lain karakteristik object, kondisi object, kondisi sesaat, koneksi dengan object lain dan identitas. Perubahan state dicerminkan oleh perilaku (behavior) object tersebut. Behavior suatu object mendefinisikan bagaimana sebuah object bertindak (beraksi) dan memberi reaksi. Behavior ditentukan oleh himpunan semua atau beberapa operation yang dapat dilakukan dalam object itu sendiri. Behavior dari sebuah object dicerminkan oleh interface, service dan method dari object tersebut. Interface adalah pintu untuk mengakses service object. Service adalah fungsi yang bisa diemban object. Method adalah mekanisme internal object yang mencerminkan perilaku object tersebut.
30
2.4.2
Attributes, Methods, and User Interface Object Menurut Satzinger et al. (2005, p.62) “Attributes is an object
characteristics that have values, such as the size, shape, color, location, and caption of a button or label or the name, address, and phone number of a customer” yang artinya atribut adalah karakteristik objek yang memiliki nilainilai, seperti ukuran, bentuk, warna, lokasi, dan keterangan dari tombol atau label atau nama, alamat, dan nomor telepon dari pelanggan. Menurut Satzinger et al. (2005, p.62) “Methods is behaviors or operations that describe what an object is capable of doing” yang artinya metode adalah perilaku atau operasi yang menggambarkan sebuah objek apa yang mampu melakukan suatu pekerjaan. Menurut Satzinger et al. (2005, p.62) “User Interface Object is an object the user interacts with while using the system, such as a button, menu item, text box, or label” yang artinya objek antarmuka pengguna adalah objek pengguna yang berinteraksi dengan saat menggunakan sistem, seperti tombol, menu item, kotak teks, atau label. 2.4.3
Classes, Identity, Superclass, and Subclass Menurut Satzinger et al. (2005, p.62) “Classes is a type or classification
to which all similar objects belong” yang artinya kelas adalah jenis atau klasifikasi yang sama antara semua benda yang serupa. Class menetapkan spesifikasi perilaku dan atribut object-object tersebut. Class adalah abstraksi dari entitas dalam dunia nyata. Object adalah contoh dari sebuah class.
31
Menurut Satzinger et al. (2005, p.62) “Identity is a unique reference to an object that allows another object to find it and send a message” yang artinya identitas adalah referensi unik untuk object yang memungkinkan object lain untuk menemukan dan mengirim pesan. Menurut Satzinger et al. (2005, p.62) “Superclass is a general class in a generalization/specialization hierarchy, which can be extended by a subclass” yang
artinya
superclass
adalah
kelas
umum
dalam
hirarki
generalisasi/spesialisasi, yang dapat diperpanjang dengan subclass. Menurut Satzinger et al. (2005, p.62) “Subclass is a specialized class in a generalization/specialization hierarchy, which contains additional attributes and methods distinguishing it from a more general class that it extends” yang artinya subclass adalah kelas khusus dalam hirarki generalisasi/spesialisasi, yang berisi atribut dan metode tambahan yang membedakannya dari kelas yang lebih umum bahwa kelas itu meluas. 2.4.4
Polymorphism, Encapsulation, and Inheritance Menurut Satzinger et al. (2005, p.62) “Polymorphism is a characteristic
of objects that allow them to respond differently to the same message”. Yang artinya polimorphism merupakan karakteristik dari objek yang memungkinkan mereka untuk merespon secara berbeda terhadap pesan yang sama. Menurut Satzinger et al. (2005, p.62) “Encapsulation is combining attributes and methods into one unit and hiding its internal structure of objects”, yang artinya enkapsulasi adalah menggabungkan atribut dan metode ke dalam satu unit dan menyembunyikan struktur internal objek. Encapsulation
32
menyembunyikan banyak hal yang terdapat dalam object yang tidak perlu diketahui oleh object lain. Menurut Satzinger et al. (2005, p.62) “Inheritance is a concept in which one class of objects shares some characteristics of another class” yang artinya pewarisan adalah sebuah konsep dimana satu kelas objek saham beberapa karakteristik dari kelas lain.
2.5
Unified Modelling Language (UML) Menurut Satzinger et al. (2005, p.48), Unified Modeling Language (UML) merupakan suatu set standar konstruksi model dan notasi yang dikembangkan secara khusus untuk pengembangan berorientasi object. Pemodelan (modeling) adalah proses merancang piranti lunak sebelum melakukan pengkodean (coding). Membuat model dari sebuah sistem yang kompleks sangatlah penting karena semakin kompleks sebuah sistem, semakin penting pula penggunaan teknik pemodelan yang baik. Dengan menggunakan model, diharapkan pengembangan software dapat memenuhi semua kebutuhan pengguna dengan lengkap dan tepat, termasuk faktor-faktor
seperti
scalability,
robustness,
security,
dan
sebagainya.
Kesuksesan suatu pemodelan software ditentukan oleh tiga unsur, ketiga unsur tersebut adalah metode pemodelan (notation), proses (process), dan tool yang digunakan. Memahami notasi pemodelan tanpa mengetahui cara pemakaian yang sebenarnya (proses) akan membuat proyek gagal. Dan pemahaman
33
terhadap metode pemodelan dan proses disempurnakan dengan penggunaan tool yang tepat. Menurut Satzinger et al. (2005, p50), Unified Process merupakan suatu orientasi objek sistem pengembangan metodologi yang awalnya dikembangkan Grady Booch, James Rumbaugh, dan Ivar Jacobson. Systems Development Methodology adalah pedoman untuk mengikuti penyelesaian setiap kegiatan dalam pengembangan sistem, termasuk specific models,
tools, dan
techniques. Models merupakan suatu representasi dari
sebuah aspek penting dari dunia nyata. Tools adalah software pendukung yang membantu membuat
models
atau komponen lain yang diperlukan dalam
proyek. Techniques adalah suatu pedoman koleksi yang membantu seorang analis menyelesaikan kegiatan pengembangan sistem atau tugas.
2.6
The System Development Life Cycle Menurut Satzinger et al. (2005, p. 39) “System Development Llife Cycle (SDLC) is the entire process of building, deploying, using and updating an information system” yang memiliki arti Siklus Hidup Pengembangan Sistem adalah keseluruhan proses pembangunan, penyebaran, penggunaan dan memperbaharui suatu sistem informasi. System Development Life Cycle merupakan suatu konsep fundamental dari proses pengembangan sistem. Organisasi dan bisnis menggunakan sistem informasi untuk mendukung berbagai hal, beberapa variasi dari proses bisnis yang terjadi memerlukan fungsi-fungsi dari siklus hidup pengembangan sistem
34
tersebut. Selama daur hidup suatu sistem informasi, pertama-tama hal ini dipahami sebagai sebuah ide, kemudian dirancang, dibangun, dan digunakan selama proyek pembangunan, yang pada akhirnya dimasukkan kedalam produksi dan digunakan untuk mendukung bisnis yang berjalan. Dalam tahap pendekatannya, System Development Life Cycle (SDLC) memiliki 2 (dua) pendekatan, yaitu pendekatan prediktif dan pendekatan adaptif. Pendekatan prediktif adalah pendekatan yang mengasumsikan bahwa proyek pembangunan dapat direncanakan dan diatur terlebih dahulu dan barulah sistem informasi dapat direncanakan sesuai dengan rencana. Sedangkan pendekatan adaptif digunakan ketika persyaratan dari sistem atau kebutuhan pengguna tidak dapat dipahami dengan baik. Dalam situasi ini, proyek tidak dapat direncanakan secara utuh. Mungkin beberapa persyaratan dari sistem belum ditentukan, setelah beberapa pekerjaan pembangunan baru tahap perencanaan awal. Pengembang masih harus mampu membangun solusi, tetapi mereka tetap harus fleksibel dan dapat beradaptasi dengan proyek yang berjalan.
35
Gambar 2.3 The Waterfall Approach to the SDLC Sumber : Satzinger et al. (2005, p. 41)
Pada Gambar 2.3 diasumsikan bahwa berbagai tahapan proyek dapat dilakukan dan
diselesaikan
seluruhnya
secara
berurutan.
Pertama
kali
rencana
rinci
dikembangkan, maka persyaratan secara menyeluruh ditentukan, maka sistem dapat dirancang sampai dengan algoritma terakhir, dan karena itu sistem diprogram, diuji, dan diinstal. Setelah mencapai ke tahap berikutnya, tidak akan dapat lagi kembali. Dalam prakteknya, pendekatan ini membutuhkan perencanaan yang kaku dan keputusan akhir, bahkan keputusan untuk di setiap langkah dari proyek pembangunan sistem.
36
Tabel 2.1 Fase dan Tujuan SDLC Sumber : Satzinger et al. (2005, p. 41) FASE SDLC
TUJUAN
Project Planning
Untuk
mengidentifikasi
ruang
lingkup
sistem
baru,
memastikan bahwa proyek layak, dan mengembangkan jadwal, rencana sumber daya dan anggaran untuk proyek. Untuk memahami dan mendokumentasikan secara detail
Analysis
kebutuhan bisnis dan persyaratan pengolahan sistem yang baru. Untuk merancang sistem solusi berdasarkan persyaratan yang
Design
telah ditentukan dan keputusan yang dibuat selama tahap analisis. Implementation
Untuk membangun, menguji dan menginstal sebuah sistem informasi yang handal dengan pengguna terlatih dan untuk mendapatkan keuntungan seperti yang diharapkan dari pengguna sistem.
2.7
Analisis dan Perancangan Sistem Informasi 2.7.1
Pengertian Analisis Sistem Menurut Satzinger et al. (2005, p.4), “System analysis is the process of
understanding and specifying in detail what the information system should do”, yang artinya analisis sistem adalah proses pemahaman dan menentukan secara rinci apa yang sistem informasi harus lakukan.
37
Menurut McLeod dan Schell yang diterjemahkan oleh Teguh, H. (2004, p.138), analisis sistem adalah penelitian atas sistem yang telah ada dengan tujuan untuk merancang sistem yang baru atau diperbarui. 2.7.2
Pengertian Perancangan Sistem Menurut Satzinger et al. (2005, p.4), “system design is the process of
specifying in detail how the many components of the information system should be physically implemented”, yang artinya perancangan sistem adalah proses dari menentukan secara rinci bagaimana komponen-komponen dari sistem informasi diimplementasikan secara fisik. Menurut McLeod dan Schell yang diterjemahkan oleh Teguh, H. (2004, p.140), perancangan sistem adalah penentuan proses dan data yang diperlukan oleh sistem baru. 2.7.3
Object-Oriented Analysis and Design (OOAD) Menurut Satzinger et al. (2005, p.60), Object-Oriented Analysis (OOA)
adalah semua jenis objek yang melakukan pekerjaan dalam sistem dan menunjukkan interaksi pengguna apa yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas tersebut. Object diartikan suatu hal dalam sistem komputer yang dapat merespon pesan. Menurut Satzinger et al. (2005, p.60), Object-Oriented Design (OOD) adalah semua jenis objek yang diperlukan untuk berkomunikasi dengan orang dan perangkat dalam sistem, menunjukkan bagaimana objek berinteraksi untuk menyelesaikan tugas, dan menyempurnakan definisi dari masing-masing jenis
38
objek sehingga dapat diimplementasikan dengan bahasa tertentu atau lingkungan. Menurut Satzinger et al. (2005, p.60), Object-Oriented Programming (OOP) menuliskan laporan dalam bahasa pemrograman untuk mendefinisikan apa yang setiap jenis objek ini termasuk pesan bahwa pengirim satu sama lain. 2.7.4
Pemodelan Analisis dan Perancangan Sistem Informasi 2.7.4.1
Activity Diagram Menurut Satzinger et al. (2005, p.144), “Activity diagram is a
type of workflow diagram that describes the user activities and their sequential flow”, yang artinya activity diagram adalah diagram alur proses kerja yang menggambarkan berbagai aktivitas dari user (atau sistem), orang yang melakukan setiap aktivitasnya, dan kelanjutan dari setiap aktivitas-aktivitas tadi. Sebuah activity diagram hanyalah sebuah diagram alur kerja
yang menggambarkan berbagai pengguna kegiatan, orang yang melakukan aktivitas masing-masing, dan aliran sekuensial kegiatan ini. Diagram ini sangat mirip dengan sebuah flowchart karena kita dapat memodelkan sebuah alur kerja dari satu aktivitas ke aktivitas lainnya atau dari satu aktivitas ke keadaan sesaat (state). Selain itu juga dapat berguna ketika ingin menggambarkan perilaku pararel atau menjelaskan bagaimana perilaku dalam berbagai use case berinteraksi.
39
Tabel 2.2 Notasi Activity Diagram Sumber : Satzinger et al. (2005, p.145) Notasi
Fungsi States menggambarkan aktivitas
State1
individual di dalam alur kerja.
Transition menggambarkan rangkaian urutan antara aktivitas.
User
Swimlane adalah area persegi panjang yang menggambarkan aktivitas yang dilakukan oleh single agent.
Starting Activity menunjukan awal dari alur kerja.
Ending Activity menunjukkan akhir dari alur kerja.
40
Synchronization Bar adalah simbol yang digunakan dalam activity diagram untuk
mengatur
pemisahan
atau
penggabungan dari setiap urutan alur kerja.
Decision Activity adalah simbol yang digunakan jika transition dari setiap state mempunyai 2 kemungkinan yang berbeda.
2.7.4.2
Use Case Diagram Menurut Satzinger et al. (2005, p.52), “use case is an activity
the system carries out, usually in response to a request by a user”, yang artinya use case adalah aktivitas dari sebuah sistem, yang biasanya dalam menanggapi permintaan dari user. Use case
dapat menjelaskan manfaat sistem jika dilihat
menurut pandangan orang yang berada diluar sistem (actor). Diagram ini menunjukkan fungsionalitas suatu sistem atau kelas dan bagaimana sistem berinteraksi dengan dunia luar. Use case diagram dapat digunakan selama proses analisis untuk menangkap requirements sistem dan untuk memahami bagaimana sistem seharusnya bekerja.
41
Tabel 2.3 Notasi Use Case Diagram Sumber : Satzinger et al. (2005, p.215-p.216) Notasi
Fungsi Stick Figure mencirikan peran dari
actor.
Top Package::Actor1
Usecase UseCase1
menjelaskan
nama
dari
usecase.
Connecting Line menunjukkan actor yang berhubungan dengan use case.
Boundary menunjukan batas antara S y s te m
lingkungan
dimana
actor
berada
dengan sistem komputer internal.
2.7.4.3
Event Table Menurut Satzinger et al. (2005, p.166-p.174), “event table is a
catalog of use cases that lists events in rows and key pieces of information about each event in columns”, yang diartikan sebagai berikut: event table
adalah katalog dari usecase yang mengurutkan
42
event-event dalam baris dan bagian kunci dari setiap informasi dalam kolom. Di dalam event table terdapat 6 kolom, yaitu event, trigger, source, use case, response, dan destination. Event
Trigger
Source
Usecase
Response
Destination
Gambar 2.4 Event Table Sumber : Satzinger et al. (2005, p. 175)
1. Event adalah kejadian pada waktu dan tempat tertentu yang bisa dijelaskan dan perlu diingat. 2. Trigger adalah sinyal yang memberitahu sistem bahwa suatu event telah terjadi baik adanya data yang membutuhkan pemrosesan atau titik waktu. 3. Source adalah eksternal agen yang memasok data ke dalam sistem. 4. Response adalah output yang dihasilkan oleh sistem. 5. Destination adalah eksternal agen yang menerima output yang telah dihasilkan. 2.7.4.4
Use Case Description Menurut Satzinger et al. (2005, p.221), Use Case Description
adalah deskripsi yang berisi daftar rincian pengolahan untuk kasus penggunaan. Aktor dalam UML diagram, adalah seseorang yang menggunakan sistem.
43
Gambar 2.5 Intermediate Use Case Description Sumber : Satzinger et al. (2005, p.221)
2.7.4.5
Domain Class Diagram Menurut Satzinger et al. (2005, p.185-p.196), Class Diagram
menggambarkan struktur dan deskripsi kelas, package, dan objek serta hubungan satu sama lain seperti containment, pewarisan, asosiasi, dan lain-lain. Class Diagram juga memperlihatkan hubungan antar kelas dan penjelasan detil tiap-tiap kelas didalam model desain (dalam logical view) dari suatu sistem. Selama proses analisis, class diagram memperlihatkan aturan-aturan dan tanggung jawab entitas yang menentukan perilaku sistem. Selama tahap desain, class diagram berperan dalam menangkap struktur dari semua kelas yang membentuk arsitektur sistem yang dibuat. Selain itu merupakan fondasi untuk component diagram dan deployment diagram.
44
Tabel 2.4 Associations pada Class Diagram Sumber: Satzinger (2005, p.186)
2.7.4.6
Relasi
Arti
0...1
Nol ke satu
0...*
Nol ke banyak
1
Satu
*
Banyak
1...1
Satu ke satu
1...*
Satu ke banyak
Sequence Diagram 2.7.4.6.1 System Sequence Diagram (SSD) Menurut Satzinger et al. (2005, p.213-216), system sequence diagram adalah diagram yang menunjukan urutanurutan pesan antara aktor eksternal dan sistem selama usecase atau skenario. System sequence diagram (SSD) digunakan dalam hubungannya dengan deskripsi terperinci atau dengan activity
diagram
untuk
menunjukkan
langkah-langkah
pemrosesan dan interaksi antara aktor-aktor dan sistem. SSD juga digunakan untuk menjelaskan alur kedalam dan keluar informasi dari sistem yang telah di automatisasi. SSD merupakan bagian dari interaction diagram. Interaction diagram adalah diagram komunikasi atau sequence diagram yang menunjukkan interaksi antar object.
45
Diagram ini juga menjelaskan interaksi object yang disusun dalam suatu urutan tertentu dengan memperlihatkan tahap demi tahap apa yang seharusnya terjadi untuk menghasilkan sesuatu didalam use case diagram.
Tabel 2.5 Notasi dalam System Sequence Diagram Sumber : Satzinger et al. (2005, p.229) Notasi
Fungsi Aktor menunjukkan orang (atau peran) yang berinteraksi dengan sistem.
Top Package::Actor3
Box Labeled : System adalah object yang : System
menggambarkan keseluruhan sistem otomatis.
Lifeline or Object Lifeline adalah garis vertical dibawah object pada sequence diagram yang menunjukan bagian dari waktu object.
46
Input dan Output Message Message1
menggambarkan pesan Message2
yang dikirim atau diterima oleh aktor dari sistem.
2.7.4.6.2 Data Access Sequence Menurut Satzinger et al. (2005, p.303), data access merupakan class yang digunakan untuk mengambil dan mengirim data ke database.
Tabel 2.6 Notasi dalam Data Access Sequence Sumber : Satzinger et al. (2005, p.317-p.318) Notasi
Fungsi Activation Lifelines mengindikasikan kapan object mengeksekusi method.
47
Object
yang
menjadi
sumber dan tujuan dari
:Object
setiap pesan
Controller mengatur
:Handler
Object tujuan
dari
masing-masing objek.
2.7.4.7
First Cut Class Diagram Menurut Satzinger et al. (2005, p.309) First Cut Class Diagram
dikembangkan dengan cara memperluas domain model kelas diagram. Ada 2 langkah yang dibutuhkan oleh diagram ini yaitu pertama, menguraikan atribut dengan jenis dan nilai awal informasi yang dimana jenisnya ditentukan oleh perancang berdasarkan keahliannya. Langkah kedua adalah dengan menambahkan navigasi visibilitas panah. 2.7.4.8
Class Diagram Updated Menurut Satzinger et al. (2005, p.337) pada saat ini, desain
Class Diagram dapat dikembangkan untuk setiap lapisan. Pada lapisan akses
tampilan
dan
data,
beberapa
kelas
baru
harus
dapat
dispesifikasikan. 3 jenis metode yang dapat ditemukan dalam update class diagram:
48
1.
Metode Kontraktor
2.
Metode Setter dan Getter
3.
Use case specific methods
Seperti pada diagram sequence, method information memiliki objek sumber dan objek tujuan. Proses ini dilanjutkan untuk setiap kelas di lapisan domain, termasuk dengan menambahkan use case controller classes. 2.7.4.9
User Interface Menurut Satzinger et al. (2005, p.441-442) interface adalah
tempat dimana sistem informasi menangkap input dan menghasilkan output,
serta
terjadinya
input
dan
output
antara
sistem
dan
lingkungannya. Ada dua tipe dari interface yaitu user interface dan system interface. User interface bagian dari sistem informasi yang membutuhkan interaksi dari user untuk menghasilkan input dan output. Menurut
Satzinger
et
al.
(2005,
p.454-457)
untuk
meningkatkan kegunaan dari sistem aplikasi penting untuk memiliki system
interface
yang
dirancang
dengan
baik.
Shneiderman
mendekripsikan panduan untuk desain interaksi yang baik dalam "The Eight Golden Rules for Designing Interactive Interface", yaitu: 1. Strive for consistency (konsistensi) Konsistensi dilakukan pada urutan tindakan, perintah, dan istilah yang digunakan pada prompt, menu, serta layar bantuan.
49
2. Enable frequent users to use shortcuts (memungkinkan pengguna untuk menggunakan shortcuts) Ada kebutuhan dari pengguna yang sudah ahli untuk meningkatkan kecepatan interaksi, sehingga diperlukan singkatan, tombol fungsi, perintah tersembunyi, dan fasilitas makro. 3. Offer informative feedback (memberikan umpan balik yang informatif) Untuk setiap tindakan operator, sebaiknya disertakan suatu sistem umpan balik. Untuk tindakan yang sering dilakukan dan tidak terlalu penting, dapat diberikan umpan balik yang sederhana. Tetapi ketika tindakan merupakan hal yang penting, maka umpan balik sebaiknya lebih substansial. Misalnya muncul suatu suara ketika salah menekan tombol pada waktu input data atau muncul pesan kesalahannya. 4. Design dialogs to yield closure (merancang dialog untuk menghasilkan suatu penutupan) Urutan
tindakan
sebaiknya
diorganisir
dalam
suatu
kelompok dengan bagian awal, tengah, dan akhir. Umpan balik yang informatif akan meberikan indikasi bahwa cara
50
yang dilakukan sudah benar dan dapat mempersiapkan kelompok tindakan berikutnya. 5. Offer simple error handling (memberikan penangan kesalahan yang sederhana) Sedapat mungkin sistem dirancang sehingga pengguna tidak dapat melakukan kesalahan fatal. Jika kesalahan terjadi, sistem dapat mendeteksi kesalahan dengan cepat dan memberikan mekanisme yang sederhana dan mudah dipahami untuk penanganan kesalahan. 6. Permit easy reversal of actions (mudah kembali ke tindakan sebelumnya) Hal ini dapat mengurangi kekhawatiran pengguna karena pengguna mengetahui kesalahan yang dilakukan dapat dibatalkan;
sehingga
pengguna
tidak
takut
untuk
mengeksplorasi pilihan-pilihan lain yang belum biasa digunakan. 7. Support internal locus of control (mendukung tempat pengendali internal) Pengguna ingin menjadi pengontrol sistem dan sistem akan merespon tindakan yang dilakukan pengguna daripada pengguna merasa bahwa sistem mengontrol pengguna.
51
Sebaiknya sistem dirancang sedemikan rupa sehingga pengguna menjadi inisiator daripada responden. 8. Reduce short-term memory load (mengurangi beban ingatan jangka pendek) Keterbatasan ingatan manusia membutuhkan tampilan yang sederhana atau banyak tampilan halaman yang sebaiknya disatukan, serta diberikan cukup waktu pelatihan untuk kode, mnemonic, dan urutan tindakan.
2.8
Internet 2.8.1
Pengertian Internet Menurut Turban dalam bukunya yang diterjemahkan ke dalam bahasa
indonesia (2004, h.647), Internet (“the Net”) adalah jaringan yang menghubungkan sekitar satu juta jaringan komputer organisasional internasional di lebih dari 200 negara di semua benua. Sebagai satu atau beberapa jaringan, internet memungkinkan orang untuk mengakses data di organisasi lainnyadan untuk berkomunikasi, bekerja sama, dan bertukar informasi hampir di seluruh dunia. Menurut Mcleod (2004,p.63), Internet adalah nama yang diberikan oleh koneksi jaringan komputer terbesar di dunia, dimana setiap jaringan tersebut terdiri dari kumpulan-kumpulan jaringan yang lebih kecil.
52
Jadi, dapat disimpulkan bahwa internet merupakan suatu jaringan penghubung yang menghubungkan konesi komputer di seluruh dunia. 2.8.2
Pengertian WWW Menurut Turban (2004, h.680), Web (World Wide Web) adalah sistem
dengan standar yang diterima secara universal untuk menyimpan, menelusuri, memformat, dan menampilkan informasi melalui arsitektur klien/server. Sedangkan Mcleod berpendapat (2004, p.64) world wide web atau yang biasa disebut web dan WWW adalah pengaksesan informasi melalui internet dimana dokumen-dokumen hypermedia (data-data komputer) disimpan dan didapatkan dengan arti-arti baru skema yang unik. Dapat disimpulkan bahwa web/WWW/world wide web adalah suatu sistem yang memiliki standar yang diterima secara universal untuk pengaksesan informasi melalui internet. 2.8.3
Pengertian Intranet Turban berpendapat (2004, h. 683) Intranet adalah jaringan privat yang
menggunakan peranti lunak internet dan protokol TCP/IP. Aplikasi yang paling umum pada intranet perusahaan adalah untuk kebijakan, prosedur dan bentuk sumber daya manusia serta terkadang digunakan oleh perusahaan sebagai alat dalam pengambilan keputusan.
2.9
Kerangka PIECES Dalam buku Whitten dan Bentley (2007, p.77), menerangkan bahwa James
Wetherbe
mengembangkan
kerangka
yang
berguna
untuk
mengidentifikasi
53
permasalahan yang harus diselesaikan, dan urgensinya. Berikut ini adalah penjelasan mengenai komponen-komponen dalam kerangka tersebut: P (Performance)
: Kebutuhan untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja;
I (Information)
: Kebutuhan untuk memperbaiki atau meningkatkan (data dan informasi);
E (Economics)
: Kebutuhan untuk memperbaiki atau meningkatkan ekonomi,
mengendalikan
biaya,
atau
meningkatkan
keuntungan; C (Control)
: Kebutuhan untuk memperbaiki atau meningkatkan kontrol atau keamanan;
E (Efficiency)
: Kebutuhan untuk memperbaiki atau meningkatkan efisiensi dari orang-orang dan proses;
S (Service)
: Kebutuhan untuk memperbaiki atau meningkatkan pelayanan kepada pelanggan, pemasok, mitra, karyawan, dan sebagainya;
54
2.10
Kerangka Pikir
Gambar 2.6 Kerangka Pikir Pembangunan Sistem Informasi Koperasi Simpan Pinjam