BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan Laporan keuangan menyediakan informasi mengenai sumber daya yang tersedia untuk manajemen, bagaimana sumber dana diperoleh, dan bagaimana sumber daya tersebut digunakan (Reilly, 2003). Laporan keuangan menjadi informasi yang berguna, seperti melalui analisis laporan keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan dapat memberikan informasi tentang posisi keuangan perusahaan, perubahan posisi keuangan, dan kinerja perusahaan. Laporan keuangan yang diperlukan investor terdiri atas neraca, laporan rugi-laba, dan laporan arus kas. Tujuan dari penyajian laporan keuangan (Kieso, 2006): a. Untuk membantu investor, kreditor, dan pengguna lain yang telah ada sekarang maupun yang potensial dalam membuat keputusan rasional tentang investasi, kredit, dan lain lain. b. Untuk membantu investor, kreditor, dan pengguna lain yang telah ada sekarang maupun yang potensial dalam menilai jumlah, waktu, dan ketidakpastian mengenai penerimaan kas di masa mendatang dalam bentuk dividen atau bunga, serta hasil dari penjualan, redemption, ataupun jatuh tempo dari sekuritas dan pinjaman. c. Memberi gambaran tentang sumber daya ekonomi dari perusahaan, klaim atas sumber daya tersebut serta pengaruh dari transaksi dan kejadiankejadian yang dapat mengubah sumber daya dan klaim tersebut. Informasi dari laporan keuangan dapat digunakan untuk menghitung rasio dan analisis aktivitas bisnis, perencanaan, pembiayaan, investasi, dan operasi pusahaan untuk menentukan faktor yang mempengaruhi pendapatan perusahaan, serta arus kas.
9 Universitas Indonesia Analisis pengaruh..., Winda Kusumajati, FE UI, 2009
10
2.1.2 Analisis Rasio Keuangan Analisis menggunakan rasio keuangan untuk melihat hubungan antara nilai individu dalam laporan keuangan. Rasio keuangan ini bukan hanya untuk satu perusahaan saja, melainkan dibandingkan dengan faktor lain seperti makroekonomi, kondisi industri, pesaing diantara industri, dan kinerja masa lalu. Analisis rasio keuangan dibagi dalam 5 kategori yang akan membantu analis dalam memahami karakteristik ekonomi yang penting dalam perusahaan (Reilly, 2003): 1. Common size analysis Menganalisis laporan keuangan seperti neraca dan laporan rugi-laba dengan melakukan presentase setiap elemen terhadap total aset dan total penjualan pada tahun tertentu sehingga analis dapat mengetahui bagaimana struktur dari pembiayaan perusahaan. 2. Internal liquidity (solvency) Rasio likuiditas mengindikasikan kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendeknya. Semakin likuid semakin kecil risikonya. Perhitungan dapat dilakukan dengan rumus: current ratio, quick aset ratio, working capital, atau analisis cash flow. 3. Evaluating operating performance Rasio
ini
mengidentifikasikan
seberapa
baik
manajemen
mengoperasikan bisnisnya. Rasio ini terbagi atas operating efficiency & operating profitability. 4. Risk analysis Total risiko perusahaan terdiri dari dua komponen internal, yaitu risiko bisnis dan risiko finansial. Risiko bisnis merupakan ketidakpastian pendapatan yang disebabkan karena fluktuasi penjualan dan laba operasi perusahaan,
Universitas Indonesia Analisis pengaruh..., Winda Kusumajati, FE UI, 2009
11
sedangkan risiko finansial berupa ketidakpastian ROE karena perusahaan menggunakan hutang dalam pembiayaannya. Risiko lain yang ditanggung perusahaan yaitu external liquidity risk, yaitu risiko perusahaan untuk dapat membeli/menjual aset dengan cepat dan sedikit terjadinya perubahan harga. Dipengaruhi oleh price earning ratio dan price to book value. Rasio itu semakin rendah semakin kecil risiko yang dihadapi, karena adanya undervalue valuasi harga saham. 5. Growth analysis Nilai suatu perusahaan tergantung dari pertumbuhan pendapatan, arus kas, dan dividen di masa yang akan datang. Ada dua faktor yang mempengaruhi, antara lain besarnya sumber daya yang ditahan kembali untuk investasi dan besarnya ROE. Berdasarkan Reilly (2003) pula, dinyatakan bahwa dalam pasar yang efisien seharusnya terdapat hubungan antara variabel risiko internal perusahaan dengan ukuran risiko pasar seperti beta. Jadi, analisis laporan keuangan berupa rasio-rasio keuangan dapat digunakan untuk memperkirakan risiko sistematis suatu aset. 2.2 Risiko 2.2.1 Pengertian Risiko Capital Market Theory menjelaskan perilaku investor dalam melakukan pengambilan keputusan berinvestasi. Investor akan mempertimbangkan dua faktor penting dalam mengambil keputusan berinvestasi, yaitu besarnya imbal hasil yang diharapkan (expected return) dan risiko. Oleh karena itu konsep risiko tidak terlepas kaitannya dengan imbal hasil (return). Pengertian imbal hasil itu sendiri merupakan tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor di masa depan atas investasinya di masa sekarang.
Universitas Indonesia Analisis pengaruh..., Winda Kusumajati, FE UI, 2009
12
Berdasarkan pengertian imbal hasil (return), bahwa imbal hasil (return) suatu saham adalah hasil yang diperoleh dari investasi dengan cara menghitung selisih harga saham periode berjalan dengan periode sebelumnya dengan mengabaikan dividen, maka dapat ditulis rumus (Ross et al., 2003) :
Rt
p t pt 1 pt 1
(2.1)
Perhitungan di atas menurut Brooks, merupakan jenis metode perhitungan imbal hasil (return) sebagai simple returns. Metode selanjutnya yaitu continuosly compounded returns. Adapun formula perhitungannya adalah sebagai berikut: p rt ln t pt 1
(2.2)
Dimana: rt = Continuosly compounded returns pada periode t pt = Harga saham pada periode t pt-1 = Harga saham pada periode t-1 Seperti telah dijelaskan sebelumnya, investor selalu mengharapkan tingkat imbal hasil yang sesuai atas setiap risiko investasi yang dihadapinya. Risiko adalah ketidakpastian mengenai tingkat pengembalian di masa yang akan datang (Bodie et al., 2007). Menurut Reilly et al. (2003) risiko dapat diartikan bahwa risiko merupakan ketidakpastian atas investasi yang akan diperoleh terhadap imbal hasil yang diharapkan. Sedangkan Sharpe (1999) menyatakan “Risk is the think for measuring of actual return deviation to expected return”. Jones (2000) mendefinisikan “Risk is defined as the change that actual return on an investment will be different from the expected return” . Jadi, risiko merupakan perubahan dimana imbal hasil yang terjadi dari investasi akan berbeda-beda terhadap imbal hasil yang diharapkan.
Universitas Indonesia Analisis pengaruh..., Winda Kusumajati, FE UI, 2009
13
Menurut Scott et al. (2000), risiko adalah penyimpangan yang terjadi antara actual return dengan imbal hasil yang diharapkan sebelumnya (expected return). Keown et al. (2002) mendefinisikan risiko adalah munculnya variabilitas yang berhubungan dengan penerimaan atau arus pendapatan yang diharapkan. Jadi, risiko dari sudut pandang investasi merupakan trade off untuk imbal hasil yang diharapkan (expected return). Jika ingin memperoleh tingkat pengembalian yang lebih tinggi maka risiko yang diterima akan juga lebih besar. Pengukuran risiko dibutuhkan sebagai tolak ukur untuk memahami signifikansi dari kerugian yang akan ditimbulkan oleh terealisirnya suatu risiko, baik secara individual maupun portfolio. Menurut Ross et al (2005) : “ The variance and its square root, the standard deviation, are the most commonly used measure of volatility”. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk menghitung besarnya risiko digunakan perhitungan varians dan standar deviasi. Varians merupakan rata-rata kuadrat selisih antara actual return dengan imbal hasil (return) rata-rata. Sedangkan standar deviasi merupakan akar dari varians. Risiko dinyatakan dalam standar deviasi yang dapat dihitung dengan cara sebagai berikut: n
(r
i
r ) 2 P ( ri )
i 1
(2.3)
Dimana: σ = standar deviasi (simpangan) ri = kemungkinan imbal hasil pada saat i
r = imbal hasil yang diharapkan P(ri) = kemungkinan imbal hasil i akan terjadi
Universitas Indonesia Analisis pengaruh..., Winda Kusumajati, FE UI, 2009
14
2.2.2 Jenis-jenis Risiko Berdasarkan sifat dapat didiversifikasikan atau tidak dapat didiversifikasi, risiko investasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu (1) risiko sistematis (systematic risk), yang tidak dapat didiversifikasikan, dan (2) risiko tidak sistematis (unsystematic risk, yang dapat didiversifikasikan). 1. Risiko Sistematis (Beta) Risiko sistematis atau risiko yang tidak dapat didiversifikasi disebut juga dengan risiko pasar. Risiko ini berkaitan dengan kondisi yang terjadi di pasar secara umum, misalnya perubahan dalam perekonomian secara makro, risiko tingkat bunga, risiko politik, risiko inflasi, risiko nilai tukar dan risiko pasar. Risiko ini mempengaruhi semua perusahaan dan karenanya tidak bisa dihilangkan dengan diversifikasi. Parameter yang digunakan dalam mengukur risiko ini adalah beta. Pengertian beta menurut Jones (2000) yaitu suatu ukuran volatilitas, atau suatu risiko sistematis relatif, dimana pengertian volatilitas adalah sebagai fluktuasi dari imbal hasil (return) suatu sekuritas dalam suatu periode tertentu. Jika fluktuasi imbal hasil (return) sekuritas secara statistik mengikuti fluktuasi imbal hasil (return) pasar, maka beta dari sekuritas tersebut bernilai 1. Misalnya apabila return pasar naik sebesar 5%, maka investor akan mengharapkan kenaikan return sekuritasnya sebesar 5% pula. Berdasarkan pengertian menurut Scott et al. (2000) serta Ross et al. (2003), dapat disimpulkan bahwa beta adalah pengukur volatilitas suatu risiko sistematis pada sekuritas. Beta suatu sekuritas dapat dihitung dengan titik estimasi yang menggunakan data historis maupun estimasi secara subjektif. Beta historis dapat dihitung dengan menggunakan data historis berupa data pasar (imbal hasil (return) sekuritas dan imbal hasil (return) pasar). Secara matematis menurut Bodie et al.(2007), beta dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Universitas Indonesia Analisis pengaruh..., Winda Kusumajati, FE UI, 2009
15
β=
N XY X Y N X 2 X
2
(2.4)
Dimana: X = Imbal hasil (return) pasar (Rm) Y = Imbal hasil (return) saham (Ri) N = Jumlah data β = Beta saham Atau dapat dinyatakan dengan rumus (Ross et al.; 2005)
i
Covi , m
m
2
(2.5)
Dimana: β = Beta saham Covi,m = Covarian antara saham i dengan pasar σ2= Varians pasar 2. Risiko Tidak Sistematis Risiko tidak sistematik merupakan risiko yang berpengaruh khusus pada sebuah aset tunggal atau sebuah aset kelompok kecil. Risiko tidak sistematis dipengaruhi oleh faktor mikro yang terdapat pada perusahaan atau industri tertentu, sehingga risiko ini hanya mempengaruhi perusahaan itu saja. Risiko tidak sistematis ini bisa diminimumkan dengan melakukan diversifikasi.
Universitas Indonesia Analisis pengaruh..., Winda Kusumajati, FE UI, 2009
16
Sementara itu, berdasarkan Reilly (2003), investor dihadapkan kepada lima jenis sumber risiko fundamental sebagai berikut: 1. Risiko bisnis Risiko bisnis merupakan ketidakpastian arus pendapatan yang muncul karena kondisi bisnis perusahaan. Semakin fluktuatif pendapatan yang masuk ke perusahaan berarti semakin fluktuatif pula arus pendapatan yang diterima investor. 2. Risiko keuangan Risiko keuangan merupakan ketidakpastian yang muncul dari cara perusahaan mendanai kegiatannya. Pendanaan perusahaan bisa berasal dari penerbitan ekuitas atau penerbitan utang. Jika perusahaan menggunakan utang sebagai salah satu sumber pendanaan, maka perusahaan harus mendahulukan pembayaran bunga kepada kreditor daripada menghasilkan pendapatan untuk pemegang saham, dan akhirnya ketidakpastian imbal hasil pemegang saham akan meningkat. 3. Risiko likuiditas Risiko likuiditas merupakan ketidakpastian yang muncul saat investor merubah sekuritasnya menjadi kas, yang akan digunakan untuk konsumsi saat ini atau investasi lainnya. Semakin cepat dan mudah suatu asset diubah menjadi kas, berarti aset itu semakin likuid. Penilaian likuiditas tersebut terdiri atas berapa lama waktu yang diperlukan untuk merubah aset menjadi kas serta seberapa besar kepastian akan harga yang diperoleh. 4. Risiko nilai tukar Risiko nilai tukar merupakan ketidakpastian yang muncul ketika investor memiliki aset yang didominasi dengan mata uang yang berbeda dengan mata uang investor. Fluktuasi nilai tukar akan menimbulkan ketidakpastian pada pendapatan yang akan diperoleh investor.
Universitas Indonesia Analisis pengaruh..., Winda Kusumajati, FE UI, 2009
17
5. Risiko negara (keadaan politik) Risiko negara (keadaan politik) merupakan ketidakpastian yang muncul karena terjadinya perubahan besar pada kondisi ekonomi dan politik suatu negara. Selanjutnya, penelitian ini fokus pada risiko yang tidak dapat didiversifikasi (systematic risk). Seperti dikutip pada Reilly (2003), banyak studi yang meneliti hubungan antara risiko sistematis dan variabel akuntansi. Penulis studi tersebut, terutama Thompson (1976), secara umum menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara ukuran risiko pasar dengan ukuran risiko fundamental yang berasal dari data akuntansi. Selain itu, berdasarkan Subramanyam (2004), elemen-elemen dari risiko sistematis antara lain: a. Risiko ekonomi (Economic risk) Risiko yang disebabkan dari lingkungan operasional pusahaan, seperti: fluktuasi dalam aktivitas bisnis, capital market risk dan purchasing power risk. Risiko bisnis merupakan risiko yang terjadi karena ketidakpastian kemampuan pusahaan memperoleh tingkat pengembalian investasinya, terjadi karena adanya perubahan faktor biaya dan pendapatan perusahaan. Faktor tersebut berubah karena persaingan, product mix, dan kemampuan manajemen. b. Risiko keuangan (Financial risk) Risiko
ini
terjadi
karena
struktur
finanasial
perusahaan
dalam
mengkombinasikan hutang dan ekuitas. c. Risiko akuntansi (Accounting risk) Merupakan risiko yang terjadi karena penggunaan metode akuntansi, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi hasil akhir perhitungan pendapatan (laba) perusahaan. Penggunaan metode akuntansi yang berbeda (dalam
Universitas Indonesia Analisis pengaruh..., Winda Kusumajati, FE UI, 2009
18
lingkup SAK)
juga tidak memberikan jaminan konsistensi dan
komparibilitas bila dibandingkan dengan perusahaan lain. Sementara itu, menurut Rosenberg dan Guy (dikutip dari Bodie, et al 2007), untuk memperkirakan pengukuran beta perlu memperhatikan beberapa variabel sebagai berikut: a.
Variance of earnings
b.
Variance of Cash Flow
c.
Growth in EPS
d.
Market capitalization
e.
Debt to Total asset ratio
f.
Dividend yearly
2.3 Studi Literatur Mengenai Risiko Pasar 2.3.1 Teori Portofolio (Portofolio Theory) oleh Markowitz Markowitz (1952) menerbitkan artikel tentang teori portofolio. Esensi alokasi portofolio yang rasional tercakup dalam frase “don’t put all your eggs in one basket”. Markowitz menunjukkan bahwa
variance portofolio akan turun
secara asimtotik mendekati covariance-nya. Dengan kata lain, variance sekuritas individunya
dapat
didiversifikasikan.
didiversifikasikan, Dengan demikian
tetapi covariance-nya setiap
tidak
penambahan sekuritas
dapat akan
mengurangi risiko portofolio tersebut. Berikut ini merupakan gambar dari penurunan risiko portofolio.
Universitas Indonesia Analisis pengaruh..., Winda Kusumajati, FE UI, 2009
19
Variance of portofolio’s return Diversifiable risk, unique risk, or unsystematic risk
Covariance Portofolio risk, market risk, or systematic risk Number of securities
Gambar 2.1 Penurunan Risiko Portofolio Secara Asymtotic Sumber : Ross, Westerfield, dan Jaffe (2005)
Gambar di atas dapat dituliskan dalam persamaan matematis sebagai berikut: Total individual risk (var)=portfolio risk (cov) + unsystematic risk (var-cov) (2.6) Variance merupakan ukuran variabilitas imbal hasil saham individu. Namun, karena satu saham tidak bisa dilepaskan dari hubungannya dengan saham lainnya, maka muncul konsep covariance dan correlation yang melihat hubungan antar saham-saham tersebut. Variance portofolio dapat ditulis dalam persamaan matematis sebagai berikut (untuk kasus portofolio yang terdiri dari dua jenis aset): Var = XA2 σA2 + 2 XA XB ρA,B σA σB + XB2 σB2
(2.7)
Dimana: XA = proporsi aset A pada portofolio σA = standar deviasi aset A XB = proporsi asset B pada portofolio σB = standar deviasi aset B ρA,B = korelasi antara aset A dan aset B
Universitas Indonesia Analisis pengaruh..., Winda Kusumajati, FE UI, 2009
20
Korelasi antara satu aset dangan aset lainnya berkisar dari angka +1 sampai -1. Jika korelasi antar aset tersebut +1 atau korelasi positif sempurna (perfect positive correlation), maka imbal hasil aset-aset tersebut lebih tinggi dari pada imbal hasil rata-rata pada saat yang bersamaan, dan akan lebih rendah dari imbal hasil rata-rata pada saat yang sama pula. Tanda positif menunjukkan pergerakan imbal hasil aset-aset tersebut yang searah. Jika korelasi antar aset-aset tersebut -1 atau korelasi negatif sempurna (perfect negative correlation), maka imbal hasil suatu aset akan lebih tinggi dari pada imbal hasil rata-rata sedangkan aset lainnya akan lebih rendah dari imbal hasil rata-rata. Tanda negatif menunjukkan arah pergerakan imbal hasil aset-aset tersebut yang berlawanan arah. Sedangkan jika korelasi antar aset-aset tersebut nol, berarti pergerakan imbal hasil suatu asset tidak memiliki keeratan hubungan pada pergerakan imbal hasil aset lainnya. Dalam menyusun sebuah portofolio, korelasi antar aset harus diperhatikan. Selama korelasi antar aset tersebut kecil dari 1, maka standar deviasi (risiko) portofolionya akan lebih kecil dari rata-rata tertimbang standar deviasi (risiko) individual asetnya. Melalui diversifikasi portofolio ini diharapkan investor dapat mendiversifikasikan risiko tidak sistematisnya dan hanya menghadapi risiko sistematis saja. Sehingga diversifikasi portofolio dapat dijadikan strategi bagi investor untuk memperkecil risiko yang dihadapi. 2.3.2 CAPM (Capital Asset Pricing Model ) Teori harga pasar aset (Capital Asset Pricing Model) dikembangkan pertama kali pada tahun 1960 oleh William F Sharpe, Lintner dan Mossin. CAPM merupakan suatu model yang menghubungkan tingkat pengembalian yang diharapkan dari suatu aset yang berisiko dengan risiko sistematis dari aset tersebut pada kondisi pasar yang seimbang. Penjelasan CAPM oleh Sharpe dan Lintner mengasumsikan adanya lending dan borrowing pada tingkat bunga risk free rate. Berdasarkan hal tersebut, maka imbal hasil yang diharapkan (expected return) dari aset i akan diperoleh sebagai berikut:
Universitas Indonesia Analisis pengaruh..., Winda Kusumajati, FE UI, 2009
21
E(Ri) = Rf + βi, (E[Rm] - Rf )
(2.7)
Dimana: E(Ri) = Tingkat pengembalian yang diharapkan dari sekuritas i yang mengandung risiko Rf = Tingkat pengembalian bebas risiko E[Rm] = Tingkat pengembalian yang diharapkan dari portofolio pasar. βi = Risiko sistematis yang tidak bisa terdiversifikasi dari sekuritas i Berdasarkan CAPM, tingkat pengembalian dari aset memiliki hubungan yang linier terhadap covariance imbal hasil (returns)-nya pada return pasar (market returns). CAPM mengasumsikan bahwa aset dengan risiko sistematis (systematic risk) yang lebih besar akan menghasilkan imbal hasil (return) yang lebih besar pula, dibandingkan dengan aset yang risiko sistematis-nya lebih kecil. Oleh karena itu, apabila investor memiliki saham dengan risiko sistematis (systematic risk) sama dengan pasar, maka koefisien beta adalah 1, lalu imbal hasil yang diharapkan (expected return) adalah sama dengan imbal hasil pasar (market return). Jika koefisien beta adalah 0, maka imbal hasil yang diharapkan (expected return) akan sama dengan imbal hasil bebas risiko (risk free rate return). Dalam CAPM dinyatakan bahwa semakin tinggi risiko beta saham yang ditolerir investor maka semakin tinggi tingkat pengembalian saham yang diinginkannya. Bila beta tersebut dikaitkan dengan pengelompokkan saham bahwa saham yang memiliki beta diatas satu adalah saham yang berisiko tinggi dan saham yang memiliki beta dibawah satu disebut saham berisiko rendah, maka investor sebaiknya membeli saham yang memiliki beta di atas satu ketika pasar sedang mengalami kenaikan dan membeli saham beta dibawah satu ketika pasar sedang mengalami penurunan.
Universitas Indonesia Analisis pengaruh..., Winda Kusumajati, FE UI, 2009
22
2.3.3 Model Indeks Tunggal (Single Indeks Model) atau Market Model Untuk mengiplementasikan CAPM, digunakanlah bentuk index model dengan mengunakan realized return. Single index model, yang juga dinamakan market model dikembangkan oleh Sharpe, yang merupakan pengembangan model yang dikemukakan oleh Markowitz. Model Markowitz dan single-index model, keduanya adalah model portofolio untuk meminimumkan varian. Perbedaan kedua model pada rumus yang digunakan untuk menentukan varian portofolio. Model Markowitz rumusnya diasumsikan untuk kondisi sangat sempurna, sedangkan single-index model diasumsikan terdapat sisa saham yang tidak berkorelasi sempurna. Sebagai salah satu alternatif, single-index model dapat digunakan untuk perkiraan imbal hasil (return) berbagai sekuritas individual maupun portofolio. Model ini didasarkan atas asumsi bahwa hasil pengembalian suatu sekuritas maupun portofolio dapat ditunjukkan sebagai suatu fungsi linier dari imbal hasil indeks pasar. Model ini berdasarkan pada asumsi bahwa imbal hasil (return) beberapa sekuritas atau portofolio dapat ditunjukkan sebagai fungsi linier dari indeks imbal hasil (return) pasar. Contohnya Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta ; S&P Index. Secara aljabar, model single-index ditunjukkan sebagai berikut
rit i i rM ,t i ,t
(2.8)
Dimana: rit = return sekuritas i pada periode waktu rM,t = return pasar pada periode waktu t αi = konstanta yang diukur dari return Sekuritas i yang tidak dihubungkan atau dipengaruhi oleh return pasar.
Universitas Indonesia Analisis pengaruh..., Winda Kusumajati, FE UI, 2009
23
βi
= beta, ukuran sensitifitas dari return sekuritas terhadap
perubahan return pasar. εi,t
= tingkat kesalahan (error) merupakan bagian dari return
sekuritas yang diabaikan αi dan βi. Jadi, model indeks tunggal didasarkan pengamatan bahwa harga dari suatu sekuritas berfluktuasi searah dengan indeks harga pasar. Secara khusus, dapat diamati bahwa kebanyakan saham cenderung mengalami kenaikan harga jika indeks harga saham naik. Hal tersebut menyarankan bahwa return dari sekuritas mungkin berkorelasi karena adanya reaksi umum terhadap perubahan nilai pasar. Model indeks tunggal pun membagi dua sumber risiko dari return sekuritas menjadi risiko sistematis, yaitu risiko yang timbul secara makroekonomi dan risiko yang unik dari sekuritas. 2.4 Penelitian Sebelumnya Mengenai Pengaruh Ukuran Risiko Berdasarkan Akuntansi terhadap Risiko Sistematis Beaver, Kettler dan Scholes (1970) dan Beaver dan Manengold (1975) menyimpulkan bahwa terdapat beberapa indikator atau ukuran risiko berdasarkan akuntansi yang memiliki pengaruh terhadap beta sebagai risiko pasar. Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh Abdelghany (2005) menyimpulkan bahwa ukuran risiko berdasarkan akuntansi memiliki pengaruh terhadap risiko pasar pada perusahaan yang terdaftar di NYSE. Hasil-hasil penelitian sebelumnya, yang akan dijelaskan lebih lanjut, akan membantu memahami faktor atau variabel apakah yang dapat mempengaruhi risiko sistematis (beta). BKS (1970) melakukan pengujian empiris tentang penggunaaan laporan keuangan dalam membantu investor menilai risiko sistematis. Variabel yang diuji adalah dividend payout, yang diharapkan memiliki hubungan negatif dengan beta, pertumbuhan aset yang diharapkan mempunyai hubungan positif, leverage yang diprediksikan mempunyai hubungan positif, serta likuiditas dan ukuran perusahaan yang diharapkan memiliki hubungan negatif dengan beta. Sedangkan variabilitas laba dan beta akuntansi diprediksi mempunyai hubungan positif
Universitas Indonesia Analisis pengaruh..., Winda Kusumajati, FE UI, 2009
24
dengan beta. Sampel penelitian adalah perusahaan yang terdaftar di NYSE periode 1947-1965 sebanyak 307 perusahaan, dan pengolahan regresi berganda dilakukan dengan metode cross-sectional. Perhitungan beta menggunakan data saham perusahaan individual dan juga membentuk portfolio saham. Hasil penelitian menunjukan model akhir yang terbentuk dalam menunjukkan hubungan antara variabel akuntansi dan beta terdiri atas tiga variabel, yang secara statistik signifikan , yaitu dividend payout, leverage, dan variabilitas laba. Farrelly, Ferris dan Reichenstein (1985) menginvestigasi apakah informasi laporan keuangan dapat merefleksikan mengenai risiko pasar dari perusahaan yang bersangkutan, dengan menggunakan tujuh variabel akuntansi yang sama seperti penelitian BKS. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 25 saham yang widely-held dan widely-recognized di Amerika pada tahun 1981. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa laporan keuangan setidaknya secara implisit mampu memberikan informasi mengenai risiko pasar saham perusahaan. Current ratio, variabilitas laba, dan dividend payout menghasilkan pengaruh statistik yang signifikan dengan beta. Namun, tidak seperti penelitian sebelumnya, current ratio menunjukkan hubungan yang positif. Begitu pula dengan total aset menunjukkan hubungan positif dengan beta, yaitu tidak sesuai dengan perkiraan awal, serta beta akuntansi juga menunjukkan hubungan negatif dengan beta. Sementara itu, Abdelghany (2005) juga melakukan replikasi penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh BKS (1970), dengan menggunakan ketujuh variabel akuntansi yang sama. Sampel penelitian adalah 323 perusahaan yang terdaftar di NYSE, dengan tujuan memeriksa hubungan antara risiko pasar dan indikator risiko berdasarkan akuntansi untuk menentukan variabel akuntansi mana yang dapat diumumkan sebagai pengganti dari risiko pasar, apabila tidak terdapat data pasar, untuk memenuhi persyaratan SEC. Penelitian tersebut menunjukkan hasil yang agak berbeda dengan yang dilakukan oleh BKS (1970), di mana terdapat 4 variabel yang secara statistik signifikan mempengaruhi beta sebagai risiko pasar, yaitu total aset, current ratio sebagai ukuran likuiditas, dividend payout, dan variabel pertumbuhan. Sedangkan leverage dan variabilitas laba yang
Universitas Indonesia Analisis pengaruh..., Winda Kusumajati, FE UI, 2009
25
dalam penelitian BKS (1975) signifikan ternyata tidak menunjukkan hasil yang serupa pada penelitian Abdelghany (2005). Young et al (1991) juga melakukan perluasan studi yang telah dilakukan BKS (1970) mengenai hubungan pengukuran ukuran risiko berdasarkan akuntansi dengan risiko sistematis. Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa variabel ukuran risiko akuntansi dapat menjadi alat yang berguna bagi investor dalam menilai risiko saham serta memiliki kemampuan memprediksi beta di masa depan. Faff, Brooks, dan Kee (1997) melakukan pengujian empiris tentang hubungan financial leverage dengan risiko sistematis, pengujian dilakukan menggunakan 348 perusahaan dari berbagai industri yang diperoleh dari CRSP database dengan pendekatan time series. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa leverage mempunyai hubungan signifikan terhadap beta saham. Di Indonesia, Tandelilin (1997) berusaha mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi beta dengan menggunakan variabel fundamental dan makroekonomi. Sampel penelitian adalah perusahaan yang tidak tergolong perusahaan finansial di BEJ dari periode 1990-1994. Jumlah observasi adalah 60 perusahaan. Variabel fundamental yang digunakan adalah 20 rasio keuangan yang dikelompokkan menjadi rasio likuiditas, leverage, aktivitas, profitabilitas, dan rasio pasar modal. Variabel fundamental secara bersama-sama signifikan berpengaruh terhadap beta saham. Variabel Quick ratio, CL/TA, LD/TA, Sales/net worth turnover, GPM, NPM, dan total aset memiliki pengaruh signifikan terhadap beta saham. Raharjo, Rodioni, dan Heryanto (2004) meneliti rasio keuangan yang mempengaruhi beta saham dengan menggunakan 33 saham perusahaan manufaktur di BEJ periode 2001-2003. Rasio keuangan yang digunakan adalah likuiditas, financial leverage, operating leverage, dan pertumbuhan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya financial leverage dan operating leverage yang secara statistik signifikan berpengaruh terhadap beta saham Penelitian mengenai beta saham di Indonesia juga dilakukan oleh Gudono dan Nurhayati (2001) yang melakukan pengujian terhadap hubungan faktor
Universitas Indonesia Analisis pengaruh..., Winda Kusumajati, FE UI, 2009
26
fundamental dengan beta. Penelitian mereka menggunakan variabel yang sama dengan BKS. Sampel penelitian adalah 55 perusahaan teraktif pada tahun 1995. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang memiliki pengaruh signifikan dengan beta hanyalah variabel pertumbuhan. Berdasarkan penelitian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa data akuntansi memiliki hubungan dan pengaruh pada beta saham. Untuk itu, penelitian ini berusaha menganalisis kembali mengenai pengaruh variabel berdasarkan indikator atau ukuran risiko berdasarkan akuntansi terhadap risiko pasar, yang direfleksikan oleh beta sebagai risiko sistematis saham.
Universitas Indonesia Analisis pengaruh..., Winda Kusumajati, FE UI, 2009