BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Auditing
2.1.1 Pengertian Audit Pengertian auditing menurut Agoes (2012:4) : “Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut”. Pengertian auditing menurut Arens et al,”Auditing and Assurance Service An Integrated Approach” (2015:24) adalah “Auditing is accumulation and evaluation of evidence about information to determine on report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person.” “Audit adalah akumulasi dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan laporan pada tingkat korespondensi antara informasi dan kriteria yang telah ditetapkan. Audit harus dilakukan oleh seorang yang kompeten, dan orang independen. " Dari beberapa definisi tersebut, dapat penulis simpulkan bahwa audit adalah suatu proses yang bertujuan dalam menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi yang terkait dalam suatu entitas yang telah dikumpulkan dan dievaluasikan oleh pihak yang independen dengan kriteria yang telah dibuat oleh entitas dan menyampaikan hasilnya kepada pihak yang berkepentingan dalam entitas tersebut. 2.1.2 Jenis-jenis Audit Jenis audit pada umumnya dibagi menjadi 3 (tiga) golongan menurut Rahayu dan Ely (2010:4), yaitu: 1. Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit) Suatu pemeriksaan yang bertujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan telah disajikan dengan wajar, sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu. 9
10 2. Audit Kepatuhan (Compliance Audit) Pemeriksaan yang berupa penentuan apakah pelaksanaan akuntansi telah mengikuti prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan, peninjauan upah untuk menentukan kesesuaian peraturan UMR, pemeriksaan surat perjanjian dengan kreditur dan memastikan bahwa perusahaan memenuhi ketentuan hukum yang berlaku. 3. Audit Operasional (Operational Audit) Pemeriksaan audit yang bertujuan untuk membantu manajemen dalam pengendalian operasional perusahaan. Jenis-jenis pemeriksaan audit dibagi menjadi 4 jenis yaitu : 1. Management Audit (Operasional Audit) Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen, untuk mengetahui apakah operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien dan ekonomis. 2. Compliance Audit (Pemeriksaan Ketaatan) Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan sudah mentaati peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang berlaku, baik yang ditetapkan oleh pihak intern perusahaan (manajemen, dewan komisaris) maupun pihak ekstern (Pemerintah Bapepam, Bank Indonesia, Direktorat Jenderal Pajak, dan lain-lain). 3. Internal Auditing (Pemeriksaan Intern) Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, terhadap kebijakan manajemen yang telah ditentukan. Pemeriksaan yang dilakukan internal auditor biasanya lebih rinci dibandingkan dengan pemeriksaan umum yang dilakukan oleh KAP (Kantor Akuntan Publik). Internal auditor biasanya tidak memberikan opini terhadap kewajaran laporan
keuangan,
karena
pihak-pihak
diluar
perusahaan
tidak
independen. 4. Computer Audit Pemeriksaan oleh KAP terhadap perusahaan yang memproses data akuntansinya dengan menggunakan EDP (Electronic Data Processing) sistem.
11 2.1.3 Standar Audit Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (2011:150) terdiri atas sepuluh standar yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu: Standar Umum, Standar Pekerjaan Lapangan, dan Standar Pelaporan. Berikut ini adalah rincian Standar Auditing yang berlaku umum: 1. Standar Umum 1) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. 2) Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. 3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. 2.
Standar Pekerjaan Lapangan 1) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. 2) Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan. 3) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
3.
Standar Pelaporan 1) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. 2) Laporan Auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada ketidakkonsistenan penerapan standar akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan standar akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya. 3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan dalam laporan auditor.
12 4) Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan.
2.2
Pengendalian Internal
2.2.1 Pengertian dan Tujuan Pengendalian Internal Menurut Committee of Sponsoring Organizations (COSO) of Treadway Commission, berupa Internal Control Integrated Framework (2013) yang mendefinisikan pengendalian internal sebagai : Internal Control : a process, effected by an entity’s board of directors, management, and other personnel, designed to provide reasonable assurance regarding the achievement of objectives objective in the following categories: 1. Effectiveness and efficiency of operations 2. Reliability of financial reporting 3. Complience with external laws and regulations
“Pengendalian internal adalah suatu proses yang dijalankan oleh Dewan Komisaris, manajemen, dan personil lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang pencapaian 3 golongan tujuan berikut ini: 1. Keandalan Laporan Keuangan 2. Efektifitas dan efisiensi operasi 3. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.” Menurut Beasley, Alvin, Elder dan Jusuf (2011:137) “Pengendalian Intern adalah suatu proses-yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personal entitas lain yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini : (a) keandalan pelaporan keuangan, (b) efektifitas dan efisiensi operasi, dan (c) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Berikut penjelasan atas tujuan pengendalian internal : a) Keandalan pelaporan keuangan manajemen bertanggung jawab untuk menyusun laporan keuangan kreditor dan para pengguna lainnya. Manajemen memiliki tanggung jawab hukum maupun profesionalisme untuk meyakinkan bahwa informasi disajikan dengan wajar sesuai dengan
13 ketentuan dalam pelaporan. Tujuan pengendalian yang efektif terhadap laporan keuangan adalah untuk memenuhi tanggung jawab pelaporan keuangan ini. b) Efektivitas dan efisiensi operasi pengendalian dalam suatu perusahaan akan mendorong penggunaan sumber daya perusahaan secara efisien dan efektif untuk mengoptimalkan sasaran yang dituju perusahaan. c) Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku pada perusahaan publik, non-publik maupun organisasi nirlaba diharuskan untuk memenuhi beragam ketentuan hukum dan peraturan. Beberapa peraturan ada yang terkait dengan akuntansi secara tidak langsung, misalnya perlindungan terhadap lingkungan dan hukum hak-hak sipil, sedangkan yang terkait erat dengan akuntansi, misalnya peraturan pajak penghasilan dan kecurangan.
Dari beberapa definisi tersebut, dapat penulis simpulkan bahwa pengendalian internal adalah suatu proses perencanaan yang dilakukan oleh organisasi dalam mendorong efektifitas dan efisiensi operasional perusahaan, memberikan informasi yang akurat untuk keandalan pada laporan keuangan, dan mendorong kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang sudah ditetapkan.
2.2.2 Komponen Pengendalian Internal Menurut Committee of Sponsoring Organizations of the Tradeway atau COSO yang dikutip oleh Tunggal (2013:8) yang meliputi unsur-unsur serta komponen-komponen pokok pengendalian intern adalah: 1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment) Lingkungan pengendalian terdiri dari tindakan, kebijakan dan prosedur yang menggambarkan sikap manajemen puncak, direksi,dan pemilih suatu entitas tentang pengendalian intern dan pentingnya bagi entitas. Berbagai faktor yang membentuk lingkungan pengendalian dalam suatu entitas, yaitu: a. Integritas dan Nilai Etis Efektivitas pengendalian intern suatu entitas merupakan fungsi dari intergritas
dan
nilai
etis
dari
individual
yang
menciptakan,
mengadministrasikan dan memonitor pengendalian. Suatu entitas perlu
14 menetapkan standar etis dan perilaku yang dikomunikasikan kepada karyawan dan diperkuat dengan praktik dari hari ke hari. b. Komitmen terhadap Kompetensi Kompetensi merupakan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk
menyelesaikan
tugas-tugas
individual.
Secara
konseptual,
manajemen harus menspesifikasikan tingkat kompetensi untuk pekerjaan tertentu dan menjabarkan kompetensi kedalam tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan. c. Partisipasi dari Dewan Komisaris dan Panitia Audit Dewan komisaris dan panitia audit adalah orang-orang terpercaya dan secara aktif mengawasi akuntansi entitas, kebijakan dan prosedur pelaporan. Dewan komisaris dan panitia audit secara signifikan mempengaruhi kesadaran pengendalian suatu entitas. d. Filosofi Manjamen dan Gaya Operasi Filosofi
manajemen
dan
gaya
operasi
dapat
secara
signifikan
mempengaruhi mutu pengendalian intern. Pendekatan manajemen dalam mengambil dan memonitor resiko bisnis, sikap dari tindakan manajemen terhadap pelaporan keuangan serta sikap manajemen
terhadap
pengolahan informasi, fungsi dan personil akuntansi dapat mencerminkan tentang filosofi manajemen dan gaya operasi suatu perusahaan. e. Struktur Organisasi Struktur organisasi mendefinisikan bagaimana wewenang dan tanggung jawab didelegasikan dan dimonitor. Struktur organisasi memberikan suatu kerangka kerja untuk merencanakan, melaksanakan, mengendalikan dan memonitor operasi. f. Pemberian Wewenang dan Tanggung Jawab Dengan pembagian wewenang yang jelas, organisasi akan dapat mengalokasikan berbagai sumber daya yang dimilikinya untuk mencapai tujuan organisasi, sekaligus memudahkan pertanggung jawaban konsumsi sumber daya organisasi dalam pencapaian tujuan organisasi. g. Kebijakan dan Praktik Sumber Daya Manusia Karena pentingnya perusahaan memiliki karyawan yang kompeten dan jujur agar tercipta lingkungan pengendalian yang baik, maka perusahaan perlu memiliki metode yang baik dalam menerima
karyawan,
15 mengembangkan kompetensi mereka, menilai prestasi dan memberikan kompensasi atas prestasi mereka. 2. Penilaian Resiko (Risk Assessment) Penilaian resiko merupakan proses mengidentifikasi dan menilai risikorisiko yang dihadapi dalam mencapai tujuan. Setelah teridentifikasi, manajemen
harus
menentukan
bagaimana
mengelola
dan
mengendalikannya. 3. Aktivitas Pengendalian (Control Activities) Aktivitas pengendalian merupakan kebijakan dan prosedur yang membantu meyakinkan bahwa tindakan yang diperlukan diambil untuk menghadapi resiko-resiko yang bersangkutan dalam mencapai tujuan entitas. Aktivitas pengendalian yang relevan terhadap audit mencakup : a. Penelaahan Kinerja Sistem akuntansi yang baik harus mempunyai pengendalian yang secara independen memeriksa kinerja individual atau proses dalam sistem. Beberapa contoh mencakup membandingkan kinerja aktual dengan anggaran, forecast dan kinerja periode sebelumnya. b. Pengolahan Informasi Terdapat dua kategori luas dari aktivitas pengendalian sistem informasi, yaitu : 1. Pengendalian Umum Berkaitan dengan lingkungan pengolahan informasi secara keseluruhan dan meliputi pengendalian terhadap operasi pusat data, akuisisi dan pemeliharaan perangkat sistem lunak, access security, pengembangan dan pemeliharaan pengembangan sistem. 2. Pengendalian Aplikasi Pengendalian aplikasi berlaku pada pengolahan aplikasi individual dan membantu untuk menyakinkan kelengkapan dan akurasi pengolahan transaksi, otorisasi dan validitas. c. Pengendalian Fisik Pengendalian ini mencakup pengamanan fisik aktiva. Pengendalian fisik meliputi pengamanan yang memadai, seperti fasilitas yang
16 diamankan, otorisasi untuk akses ke program komputer, arsip data dan perhitungan aktiva berkala. d. Pemisahan Fungsi Penting bagi suatu entitas untuk memisahkan otorisasi transaksi, pencatatan transaksi dan penyimpanan aktiva yang berkaitan. Kinerja independen dari setiap fungsi tersebut mengurangi kesempatan bagi setiap orang dalam posisi baik melakukan dan menyembunyikan kesalahan atau kecurangan dalam tugas normalnya. 4. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication) Informasi merupakan sistem informasi yang relevan terhadap tujuan pelaporan keuangan, yang meliputi sistem akuntansi, terdiri dari metode dan catatan yang ditetapkan untuk mencatat, mengolah, mengikhtisarkan dan melaporkan transaksi suatu entitas dan mempertahankan akuntabilitas atau pertanggungjawaban untuk aktiva dan utang yang berkaitan. Komunikasi mencakup memberikan pemahaman peranan individual dan tanggung jawab yang berkaitan dengan pengendalian internal atas pelaporan keuangan. 5. Pemantauan (Monitoring) Pemantauan dilakukan untuk memberikan kepastian yang memadai bahwa tujuan suatu entitas dapat tercapai, manajemen harus memonitor pengendalian internal untuk menentukan apakah pengendalian internal beroperasi seperti yang diinginkan dan pengendalian internal dimodifikasi agar sesuai dengan perubahan dalam kondisi. Pemantauan mencakup penentuan desain dan operasi pengendalian tepat waktu dan tindakan perbaikan yang dilakukan.
2.2.3 Keterbatasan Pengendalian Internal Menurut Tunggal (2013:26-27), keterbatasan Pengendalian Internal dapat disebabkan karena : 1. Manajemen mengesampingkan pengendalian internal Pengendalian internal suatu entitas mungkin dikesampingkan oleh manajemen. Contoh, seorang manajer tingkat senior dapat meminta seorang karyawan dengan tingkat lebih rendah untuk mencatat ayat-ayat
17 jurnal dalam catatan akuntansi yang tidak konsisten dengan substansi transaksi dan melanggar pengendalian entitas. Karyawan tingkat lebih rendah tersebut dapat mencatat transaksi meskipun ia mengetahui bahwa hal tersebut melanggar pengendalian entitas, dengan tanpa ketakutan kehilangan pekerjaannya. Auditor khususnya harus memberi perhatian apabila manajemen senior terlibat dalam aktivitas –aktivitas seperti ini karena aktivitas tersebut menimbulkan pertanyaan serius tentang integritas manajemen. 2. Kesalahan yang tidak disengaja oleh personil Sistem pengendalian internal hanya efektif apabila personil yang menerapkan dan melaksanakan pengendalian juga efektif. Sebagai contoh karyawan mungkin salah memahami instruksi atau membuat kesalahan pertimbangan, karyawan juga mungkin melakukan kesalahan karena ketidaktelitian pribadi, kebingungan, atau kelelahan. Auditor harus berhati-hati mempertimbangkan mutu dari personil entitas ketika menilai pengendalian internal. 3. Kolusi Efektivitas pemisahan fungsi terletak pada pelaksanaan individual sendiri atas tugas-tugas yang diberikan kepada mereka atau pelaksanaan pekerjaan seseorang diperiksa oleh orang lain. Seringkali terdapat suatu resiko bahwa kolusi antara individual akan merusak efektivitas pemisahan fungsi. Contohnya, seorang karyawan yang menerima kas berkolusi dengan karyawan lain yang mencatat penerimaan dalam catatan pelanggan agar mencuri kas dari entitas.
2.2.4 Prinsip – Prinsip Pengendalian Internal Menurut Hery (2014 : 191 – 198), terdapat 5 prinsip pengendalian internal, yaitu: 1. Penetapan Tanggung Jawab Penetapan tanggung jawab disini meliputi pemberian otorisasi untuk menyetujui sebuah transaksi. Pengendalian atas pekerjaan tertentu akan menjadi
lebih
efektif
jika
hanya
ada
satu
orang
bertanggungjawab atas sebuah tugas atau pekerjaan tersebut
saja
yang
18 2. Pemisahan Tugas Pemisahan tugas disini maksudnya adalah pemisahan fungsi atau pembagian kerja. Ada 2 (dua) bentuk yang paling umum dari penerapan prinsip pemisahan tugas ini, yaitu : a. Pekerjaan yang berbeda seharusnya dikerjakan oleh karyawan yang berbeda pula. b. Terdapat pemisahan tugas antara karyawan yang menangani pekerjaan pencatatan aset dengan karyawan yang menangani langsung secara fisik (operasional). 3. Dokumentasi a. Dokumentasi memberikan bukti bahwa transaksi bisnis atau peristiwa ekonomi telah terjadi. Dengan memberikan tanda tangan (atau inisial) dalam dokumen, orang yang bertanggung jawab atas terjadinya sebuah transaksi dapat diidentifikasi. b. Dokumen sebagai sumber bukti (pendukung) transaksi seharusnya dapat segera diteruskan ke departemen akuntansi untuk menjamin pencatatan transaksi secara tepat waktu, akurat, dan memenuhi kriteria catatan akuntansi. c. Dokumen juga berfungsi sebagai penghantar informasi ke seluruh bagian organisasi, dokumen haruslah dapat memberikan keyakinan yang memadai bahwa seluruh aset telah dikendalikan dengan baik dan bahwa seluruh transaksi telah dicatat dengan benar. 4. Pengendalian Fisik, Mekanik, dan Elektronik Pengendalian fisik, mekanik dan elektronik sangatlah penting karena terkait dengan pengamanan aset, seperti pengunaan kamera cctv, sistem pemadam kebakaran yang memadai dan pengunaan password system. 5. Pengecekan Independen atau Verifikasi Internal Prinsip ini meliputi peninjauan ulang perbandingan, dan pencocokan data yang telah disiapkan oleh karyawan lainnya yang berbeda. Untuk memperoleh manfaat yang maksimum dan pengecekan independen atau verifikasi internal, maka : 1. Verifikasi seharusnya dilakukan secara periodik atau berkala atau bisa dilakukan atas dasar dadakan 2. Verifikasi sebaiknya dilakukan oleh orang yang independen
19 3. Ketidakcocokan atau ketidaksesuaian dilaporkan kepada manajemen agar dapat mngambil tindakan korektif secara tepat.
2.2.5 Dokumen – dokumen yang Digunakan dalam Memperoleh Pemahaman atas Pengendalian Internal Menurut Tunggal (2013:25), ada 3 jenis dokumen yang digunakan untuk memperoleh
dan
mendokumentasikan
pemahamannya
atas
perancangan
pengendalian internal, yaitu : 1. Naratif Merupakan uraian tertulis tentang pengendalian internal suatu entitas. kelebihannya yaitu baik untuk menggambarkan pengendalian yang sederhana namun memiliki kelemahan sulit menguraikan detil dari sistem yang cukup rumit. 2. Bagan Arus (Flowchart) Bagan arus yang disiapkan dengan baik sangat bermanfaaat karena memberikan gambaran menyeluruh, ringkas dan jelas mengenai sistem klien, yang membantu mengidentifikasi pengendalian dan efisiensi sistem entitas.memiliki kelemahan yaitu lebih sulit dimutakhirkan jika dibandingkan dengan Questionnaire. 3. Questionnaire Mengajukan serangkaian pertanyaan tentang pengendalian dalam tiap area
audit
sebagai
sarana
untuk
mengidentifikasikan
efisiensi
pengendalian internal. Dapat memberikan pemahaman secara lebih cepat mengenai pengendalian internal, namun tidak memberikan pandangan secara keseluruhan secara terintegrasi.
2.2.6 Pengendalian Internal atas Pengelolaan Persediaan Menurut Hery (2014:93-95) pengendalian internal atas persediaan seharusnya dimulai pada saat barang diterima (yang dibeli dari pemasok). Laporan penerimaan barang yang bernomor urut tercetak seharusnya disiapkan oleh bagian penerimaan untuk menetapkan tanggung jawab awal atas persediaan. Untuk memastikan bahwa barang yang diterima sesuai dengan barang dipesan, maka setiap laporan penerimaan barang harus dicocokan dengan formulir pesanan pembelian yang asli. Harga barang
20 yang dipesan seperti yang tertera dalam formulir pesanan pembelian, seharusnya dicocokkan dengan harga yang tercantum dalam faktur tagihan (invoice). Setelah laporan penerimaan barang, formulir pesanan pembelian dan faktur tagihan dicocokkan, perusahaan akan mencatat persediaan dalam catatan akuntansi Pengendalian internal atas persediaan juga seringkali melibatkan bantuan alat pengaman, seperti kaca dua arah, kamera, sensor magnetik, kartu akses gudang, pengatur suhu ruangan serta petugas keamanan.
2.3
Persediaan
2.3.1 Pengertian Persediaan Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang telah disahkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (2012:146) : “Persediaan adalah asset yang terdiri dari : a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa b. Dalam proses produksi utuk penjualan tersebut;atau c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa” Menurut Samryn (2012:268) mengenai definisi persediaan : “Persediaan meliputi barang yang dibeli dengan tujuan untuk dijual kembali, sebagai bahan pembantu, atau sebagai bahan baku yang digunakan sebagai bahan mentah dalam proses produksi barang yang dihasilkan perusahaan. Termasuk juga dalam kategori persediaan adalah barang-barang yang ada di gudang, dalam perjalanan, atau sedang dititipkan kepada pihak lain”. Dari beberapa definisi tersebut, dapat peneliti simpulkan bahwa persediaan adalah sebuah asset perusahaan yang terdiri atas bahan baku, barang setengah jadi dan barang jadi dalam kegiatan produksi perusahaan atau barang dagang yang didapat dari supplier dan dijual kembali kepada pelanggan yang merupakan sumber pendapatan atau penghasilan pada perusahaan.
2.3.2 Jenis-Jenis Persediaan Jenis Persediaan menurut Rudianto (2013:16) : 1. Persediaan Bahan baku Merupakan bahan dasar yang akan menjadi komponen utama dari suatu produk. Sebagai contoh kain adalah bahan baku dari pakaian, kayu adalah bahan baku dari meja
21 2. Persediaan Barang dalam Proses Barang dalam proses terdiri atas bahan-bahan baku yang telah diproses, namun masih membutuhkan pengerjaan lebih lanjut sebelum dapat dijual Persediaan ini terdiri atas tiga komponen biaya : a. Bahan baku langsung yaitu biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku yang telah digunakan untuk menghasilkan suatu produk tertentu b. Tenaga kerja langsung yaitu baiaya yang dikeluarkan untuk membayar pekerja yang terlibat secara langsung dalam proses produksi c. Overhead pabrik yaitu biaya-biaya selain biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung tetapi tetap dibutuhkan dalam proses produksi. Contohnya biaya bahan penolong, yaitu bahan tambahan yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk tertentu. Sebagai contoh kain dan kancing dibutuhkan untuk menghasilkan pakaian, paku dan cat dibutuhkan untuk menghasilkan meja tulis. 3. Persediaan Barang Jadi Bahan baku yang telah diproses menjadi produk jadi yang siap dipakai dan siap dipasarkan seperti pakaian jadi dan meja tulis.
2.3.3 Fungsi Persediaan Menurut Sobandi dan Kosasih (2014:19), Fungsi Persediaan adalah : 1. Untuk mempertahankan kelancaran proses produksi. Bila kedatangan bahan dari supplier tidak tepat waktu, persediaan diperlukan sebagai cadangan yang akan digunakan pada saat bahan yang dipesan belum tiba. 2. Untuk mengantisipasi permintaan konsumen yang berfluktuasi. Biasanya permintaan barang bersifat musiman. Musim panen, hari-hari besar keagamaan, musim haji, musim perkawinan, awal kegiatan sekolah, saat ulang tahun, atau peristiwa lainnya yang mendorong permintaan barang tertentu meningkat dibanding pada hari-hari biasa. Untuk mengantisipasi permintaan seperti itu persediaan harus dipersiapkan dan diperhitungkan jauh-jauh hari.
22 3. Untuk memanfaatkan potongan harga karena pembeliaan dalam jumlah besar. Dalam waktu-waktu tertentu supplier sering kelebihan persediaan.Barangbarang menumpuk digudang, dan ruangan gudang yang tersedia tidak mencukupi lagi. Untuk mengatasinya, seringkali supplier menawarkan potongan harga untuk setiap pembelian dalam jumlah tertentu.ini kesempatan bagi pembeli untuk mendapatkan barang yang murah. 4. Untuk menjaga kemungkinan terjadinya kenaikan harga. Dalam kondisi yang tidak stabil,seringkali harga berfluktuasi. Tapi seringkali terjadi lebih banyak kenaikan harga bahan daripada penurunan harganya. Persediaan bahan dalam jumlah banyak sangat diperlukan untuk mengantisipasi kondisi seperti itu.
2.3.4 Pergerakan Persediaan Menurut Puspitawati dan Anggadini (2011:98) mengenai hal yang dilakukan oleh perusahaan dalam memperhatikan pergerakan persediaan barang, seperti: 1. Barang yang masuk Pada saat penerimaan barang, bagian gudang barang jadi menerima barang disertai surat jalan dari supplier dan bagian gudang barang jadi mengecek barang tersebut sesuai dengan surat jalan dan surat pembelian barang ( purchase order ), bila barang tersebut sesuai dengan surat jalan dan
surat
pembelian
order,
maka
pihak
gudang
barang
jadi
menandatangani surat jalan tersebut dan menerima barang tersebut, bila tidak sesuai dengan surat jalan yang diterima atau ada barang yang rusak maka barang tersebut dikembalikan ke pihak supplier. Bagian gudang barang jadi melakukan pendataan terhadap barang yang di terima dan memasukkannya dengan mencatat pada kartu stock. 2. Barang yang keluar Pihak gudang barang melakukan pengecekan terhadap stock barang, apabila stock barang mencukupi sesuai dengan keinginan atau kebutuhan maka pihak gudang menandatangani surat persediaan dan mengeluarkan barang tersebut dari gudang. Bagian gudang barang jadi melakukan
23 pendataan terhadap barang yang dikeluarkan dengan mencatat pada kartu stok 3. Penyimpanan barang Bagian penyimpanan persediaan yang bertugas pada tahap peyimpanan adalah bagian gudang, prosesnya: menerima laporan penerimaan barang, memeriksa dan menghitung barang, menandatangani laporan penerimaan barang, dan meneruskan laporan ke bagian akuntansi. 4. Barang retur Barang dagang yang diterima kembali oleh pihak pemasok atas pengembalian barang dari pihak pembeli karena suatu alasan atau sebab yang terjadi dalam barang dagang. Hal-hal yang menyebabkan adanya barang retur,antara lain: 1. Barang rusak atau cacat 2. Barang tidak sesuai pesanan 3. Barang tidak laku. 5. Bufferstock Stok persediaan sebagai tambahan untung mengakomodasi perbedaan antara kapasitas produksi dan maksimum permintaan penjualan.
2.3.5 Metode Penilaian Persediaan Menurut Kieso et al (2011:202), terdapat tiga metode penilaian, yaitu: 1. FIFO (First in First Out), masuk pertama keluar pertama Metode ini menyatakan bahwa persediaan dengan nilai perolehan awal (pertama) akan dijual terlebih dahulu, sehingga persediaan akhir dinilai dengan nilai perolehan persediaan yang terakhir masuk (dibeli). Metode ini cenderung menghasilkan persediaan yang nilainya tinggi dan berdampak pada nilai aktiva perusahaan yang dibeli. 2. LIFO (Last In First Out), masuk terakhir keluar pertama Metode ini menyatakan bahwa persediaan dengan nilai perolehan terakhir masuk akan dijual terlebih dahulu, sehingga persediaan akhir dinilai dan dilaporkan berdasarkan nilai perolehan persediaan yang awal (pertama) masuk atau dibeli. Metode ini cenderung menghasilkan nilai persediaan
24 akhir yang rendah dan berdampak pada nilai aktiva perusahaan yang rendah. 3. Metode Rata-rata (Average Method) Dengan menggunakan metode ini nilai persediaan akhir akan menghasilkan nilai antara nilai persediaan metode FIFO dan nilai persediaan LIFO. Metode ini juga akan berdampak pada nilai harga pokok penjualan dan laba kotor.
2.3.6 Stock Opname Menurut Sobandi dan Kosasih (2014 : 24-25), Stock Opname adalah kegiatan pemeriksaan untuk mencocokkan antara kondisi fisik (secara nyata) dengan yang tertera dalam pencatatan. Semua aset perusahaan terutama yang tangible seperti kendaraan, alat-alat kantor, alat-alat tulis, sparepart, bahan baku, utang-piutang, uang kas, dan sebagainya. Semuanya harus tercatat rapi dan tersimpan dalam file data. Semuanya mencerminkan kekayaan perusahaan didalam catatan,tetapi semua yang tertulis itu hanya cermin atau gambaran saja. Apakah tulisan itu sesuai dalam kenyataannya,harus diakurkan atau dicocokkan dengan keadaan yang sebenarnya secara fisik, kagiatan pencocokan inilah yang disebut dengan stock opname. Manfaat Stock Opname bagi perusahaan : 1. Untuk mencocokan besarnya aset perusahaan yang tertulis dengan kenyataan yang sebenarnya 2. Untuk mengetahui ada tidaknya perubahan yang terjadi pada kegiatan operasi perusahaan 3. Untuk mendeteksi sedini mungkin terjadinya penyimpangan pada kegiatan operasional 4. Untuk mengetahui siapa yang harus bertanggung jawab jika terjadi penyimpangan 5. Untuk melakukan perbaikan dengan segera dalam hal kebijakan kalau terdapat perbedaan antara pencatatan dengan faktanya 6. Sebagai alat pengawasan yang sangat efektif untuk menghindari dari penyelewengan
2.4 Flowchart Simbol flowchart, dibagi ke dalam empat kategori berikut (Romney, 2015):
25 1. Input/output symbols, merupakan perangkat atau media yang menyediakan input atau mencatat output dari proses operasi. 2. Processing symbols, menunjukkan tipe perangkat apa yang digunakan untuk memproses data atau mengindikasi kapan sebuah proses dilakukan secara manual. 3. Storage
symbols,
menunjukkan
perangkat
yang
digunakan
untuk
menyimpan data yang tidak sedang digunakan oleh sistem. 4. Flow and miscellaneous symbols, mengindikasikan aliran data dan barang, serta mewakili operasi dimana flowchart diawali atau diakhiri, dimana keputusan dibuat dan kapan memberikan penjelasan tambahan pada flowchart.
Simbol
Nama
Keterangan Fungsi pemrosesan yang dilakukan
Computer processing
komputer; biasanya menghasilkan perubahan pada data atau informasi
Pelaksanaan pemrosesan yang Manual operation
dilaksanakan secara manual.
Fungsi pemrosesan yang dilakukan Auxiliary
oleh perangkat selain computer.
operation
Sebuah operasi yang menggunakan Off-line keying
perangkat off-line keying (seperti cash register)
Gambar 2.1 Processing Symbols Sumber: (Romney, 2015)
26 Simbol
Nama
Keterangan Sebuah dokumen atau laporan:
Document
dokumen dapat dipersiapakan secara manual atau dicetak dengan menggunakan komputer. Digambarkan dengan cara
3 2 1
Multiple copies of
menumpuk simbol dokumen dan
one document
mencetak nomor dokumen di bagian depan sudut kanan atas. Setiap fungsi input atau output pada
Input/output; Journal/ledger
flowchart program flowchart. Digunakan untuk menggambarkan accounting journals dan ledger pada document flowchart. Informasi ditampilkan oleh
Display
peralatan output on-line seperti terminal, monitor atau layar Memasukkan (entry) data melalui
On-line keying
peralatan on-line seperti terminal atau personal computer Simbol tampilan dan on-line
Terminal or
digunakan bersama mewakili
personal computer
terminal dan personal computer Control totals yang dipersiapkan
Transmital tape
secara manual. Digunakan untuk membandingkan dengan computer generated totals.
Gambar 2.2 Input/Output Symbols Sumber: (Romney, 2015)
27 Simbol
Nama
Keterangan Data disimpan secara permanen pada sebuah disk magnetis;
Magnetic disk
dipergunakan untuk file utama (master file) dan database
Data disimpan pada sebuah pita Magnetic tape
magnetis
Data disimpan dalam file on-line On-line storage
temporer melalui media yang dapat diakses secara langsung seperti disk File dokumen secara manual disimpan dan dibuka kembali,
F
huruf yang ditulis di dalam symbol
File
menunjukkan urutan pengaturan file secara N = numeris, A = Alfabetis, D = berdasar tanggal
Gambar 2.3 Storage Symbols Sumber: (Romney, 2015)
Simbol
Nama Document or processing flow
Keterangan Arah dari pengolahan atau aliran dokumen; aliran yang normal adalah ke bawah dan ke kanan Arah dari aliran data atau informasi; sering kali digunakan
Data/information
untuk menunjukkan salinan data
flow
dari satu dokumen ke dokumen lain
28 Pengiriman data dari satu lokasi ke Communication
lokasi lain melalui jalur
link
komunikasi
Menghubungkan aliran pemrosesan yang terdapat pada halaman yang sama; digunakan On-page connector
untuk menghindari garis-garis yang saling bersilangan di satu halaman
Sebuah masuk dari, atau keluar Off-line connector
untuk, halaman yang lain
Awal, akhir atau titik pemberhentian dalam proses atau Terminal
program, juga dipergunakan untuk menunjukkan adanya pihak eksternal Sebuah langkah pengambilan keputusan; digunakan dalam
Decision
sebuah flowchart program untuk menunjukkan percabangan jalan alternative Komentar deskripsitf tambahan
Annotation
atau catatan penjelasan untuk klarifikasi
Gambar 2.4 Flow and Miscellaneous Symbols Sumber: (Romney, 2015)
29 2.5 Peneliti Terdahulu 1. Jurnal ilmiah Wang Mei Ying (2014). Dari jurnal tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa setelah mewajibkan
perusahaan
mengungkapkan
SOX, regulator Jepang dan Cina mulai yang
evaluasi
diri
terdaftar dan
audit
dalam
negeri
laporan
mereka
untuk pada
pengendalian internal, bagaimanapun, di negara-negara lain persyaratan non-wajib diadopsi dan perusahaan didorong untuk mengungkapkan laporan pengendalian internal. Pengaruh laporan pengendalian internal sukarela menjadi masalah yang perlu diverifikasi secara empiris. Berdasarkan pengungkapan sukarela perusahaan yang terdaftar di pasar modal Cina sebelum pelaksanaan audit pengendalian internal wajib, kita menemukan
bahwa
audit
pengendalian
internal
sukarela
tidak
meningkatkan kualitas informasi akuntansi, perusahaan yang terdaftar memilih untuk mengungkapkan laporan untuk mengirim sinyal kepada investor untuk menunjukkan bahwa mereka memiliki kualitas laba yang lebih tinggi. 2. Jurnal ilmiah akuntansi Unesa Volume 2 No 3, Andi Firmansyah (2014). Dari jurnal tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa makalah ini membahas pelaksanaan Ujian Nasional (UN) dalam hal pengendalian internal. Mereview pelaksanaan UN 2013 dari pencapaian tujuan penerapan sistem kontrol karena PBB pada tahun 2013 telah mendapat citra buruk pada pelaksanaannya. Juga meneliti upaya pemerintah dalam membuat perubahan dalam pelaksanaan Model PBB 2014, upaya untuk meningkatkan
kualitas
pendidikan
nasional.
Tulisan
ini
ditulis
berdasarkan hasil penelaahan dokumen dan literatur yang berhubungan dengan mengontrol sistem dan prosedur pelaksanaan UN. 3. Jurnal ilmiah Lee Eun Su dan Kambiz Farahmand (2010). Dari jurnal tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa sebuah sistem manajemen jaringan logistik yang mengendalikan seluruh rantai pasokan dirancang untuk mengurangi biaya total dan untuk mencapai sistem yang efisien. Interaksi antara persediaan dan strategi transportasi dalam jaringan logistik disajikan dalam makalah ini. Volume permintaan dan ukuran pengiriman disimulasikan sebagai bagian dari model konseptual baru
30 dengan menggunakan simulasi kejadian diskrit untuk meminimalkan total biaya dalam rantai pasokan. Percobaan menunjukkan bahwa skenario “Truk Penuh” menyebabkan efisiensi biaya dan hasil ukuran permintaan lebih besar dalam biaya per unit yang lebih kecil berdasarkan skala ekonomi. Mengingat efek interaksi, ukuran permintaan memiliki dampak yang lebih besar pada pengurangan biaya dari ukuran pengiriman. 4. Jurnal ilmiah Zhang Yao and Guo Xue Meng (2012). Dari jurnal tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan Internal Pedoman Pengendalian Usaha yang dikeluarkan oleh pemerintah China, penilaian pengendalian internal perusahaan menjadi fokus. Makalah ini memilih 471 perusahaan diperlakukan khusus sebagai sampel kasus untuk analisis dan membuat kerangka penilaian pengendalian internal perusahaan yang berisi 4 indeks utama, 18 indeks sekunder dan 75 indeks tertentu. Berdasarkan kerangka penilaian pengendalian internal, makalah ini juga menggunakan metode analisis fuzzy untuk mengevaluasi situasi operasi pengendalian internal 233 manufaktur perusahaan dan membuat beberapa kesimpulan yang berguna. 5. Jurnal ilmiah EMBA Vol. 1 No. 3, Nabila Habibie (2013). Dari jurnal tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan harus melakukan pengendalian. Pengendalian yang diterapkan harus memberi manfaat, dalam hal ini mampu meningkatkan efektivitas serta efisiensi operasi. Pengendalian juga bertujuan agar segala sesuatunya berjalan sesuai dengan perencanaan. Pengendalian dimaksud adalah pengendalian intern terhadap piutang usaha. PT Adira Finance adalah Badan Usaha Milik Swasta yang bergerak dibidang pembiayaan kendaraan bermotor. Sehingga memiliki piutang usaha yang sangat besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pengendalian intern piutang usaha pada PT. Adira Finance Manado. Penelitian ini menggunakan uji kualitatif terhadap pengendalian intern piutang usaha yang mengacu pada kerangka kerja COSO pada unsur-unsur pengendalian intern. Sampel diambil 5 orang. Hasil pengujian menunjukkan bahwa secara keseluruhan pengendalian intern piutang usaha efektif, dimana manajemen perusahaan sudah menerapkan konsep dan prinsip-prinsip pengendalian intern.
31