6 BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Harga Menurut Pepadri (2002, P15), harga adalah sejumlah uang yang ditentukan perusahaan sebagai imbalan barang atau jasa yang diperdagangkan dan sesuatu yang lain yang diadakan perusahaan untuk memuaskan keinginan konsumen dan merupakan salah satu faktor penting dalam pengambilan keputusan pembelian. Sahid (2002, P41), Harga adalah yang mencerminkan biaya yang sebenarnya untuk suatu kegiatan atau produk tertentu. S Eddy (2002, P 32) Secara spesifik pasal 1457 BW memuat pengertian tentang jual beli sebagai suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan ,dan pihak lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan. Dari penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa harga adalah pengorbanan berupa sejumlah uang yang harus dibayarkan oleh konsumen terhadap barang atau jasa yang telah dihasilkan oleh perusahaan yang bisa mencerminkan pula biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk menghasilkan barang atau jasa tersebut.
2.1.1 Pengertian Inflasi Menurut Boediono (2001, P155) Definisi singkat dari inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus menerus. Perlu diingat, bahwa kenaikkan yang dimaksud di sini bukan berasal dari satu atau dua barang saja. Kenaikkan yang dimaksud adalah kenaikkan dari sebagian besar dari barang-barang yang lain. Berdasarkan pendapat McEachern (2001, P488) Inflasi adalah kenaikan terus menerus dalam tingkat harga rata-rata dalam perekonomian
7
Harsono (2000, P2) Inflasi adalah kenaikan harga barang-barang yang sama sekali tidak mempengaruhi pendapatan seseorang. Simpulan peneliti Inflasi adalah kecenderungan kenaikkan harga barang-barang dalam tingkat rata-rata secara umum dan terus menerus. Hal tersebut juga tidak mempengaruhi pendapatan seseorang.
2.1.2 Macam Inflasi Ada berbagai cara mengolongkan macam inflasi dan pengolongan yang kita pilih tergantung dengan pemakaian kita. Menurut Boediono (2001, P156) Penggolongan pertama didasarkan atas “parah” tidaknya inflasi tersebut. Di sini kita bedakan beberapa macam inflasi: 1.
Inflasi ringan (di bawah 10% setahun)
2.
Inflasi sedang ( antara 10% - 30 % setahun)
3.
Inflasi berat ( antara 30 – 100 % setahun)
4.
Hiperinflasi ( di atas 100 % setahun) Pendapat lain Boediono (2001, P156) Penggolongan kedua atas dasar sebab
musabab awal dari inflasi. Atas dasar ini kita membedakannya berdasarkan dua macam inflasi:
1.
Demand Inflation Inflasi yang disebabkan oleh masyarakat yang terlalu kuat melakukan permintaan
barang. Teori Inflasi tersebut dipertegas melalui hukum permintaan McEachern (2001, P42), semakin tinggi harganya, semakin kecil jumlah barang yang diminta; semakin rendah harganya, semakin besar jumlah barang yang diminta. Beranjak
dari
pernyataan
tersebut
dapat
disimpulkan,
naiknya
pendapatan
masyarakatlah yang akhirnya membuat mereka merasa memiliki kemampuan membeli
8 daripada sebelumnya. Barang yang tadinya mungkin di persepsi mahal, menjadi lebih murah. Dalam hal ini tidak terjadi penurunan harga, namun harga yang ada di pasar tersebut tampak seolah- olah turun akibat kenaikkan pendapatan tersebut.
2. Cost Inflation Istilah Cost Inflation ada yang menyebutnya pula sebagai Supply inflation. Cost Inflation, adalah inflasi yang disebabkan oleh naiknya ongkos produksi. Bagi Boediono (2001, P158) penggolongan yang ketiga adalah berdasarkan asal dari inflasi. Dibedakan menjadi: 1.
Domestic Inflation, inflasi yang berasal dari dalam negeri
2.
Imported Inflation, inflasi yang berasal dari luar negeri
2.1.3 Persepsi Harga Menurut Pepadri (2002: p16), pada saat konsumen melakukan evaluasi dan penilaian terhadap harga dari suatu produk sangat dipengaruhi oleh perilaku oleh konsumen sendiri. Sementara perilaku konsumen menurut Kotler (2000, p135), dipengaruhi 4 aspek utama yaitu budaya, sosial, personal (umur, pekerjaan, kondisi ekonomi) serta psikologi(motivasi, persepsi, percaya). Sedangkan kembali menurut Pepadri (2002, P17) yang mengutip dari Shiftman dan Kanuk, pengertian persepsi adalah suatu proses dari seorang individu dalam menyeleksi, mengorganisasikan dan menterjemahkannya stimulus-stimulus atau informasi yang datang menjadi suatu gambaran yang menyeluruh. Dengan demikian penilaian terhadap harga suatu produk dikatakan mahal, murah atau biasa saja dari setiap individu tidaklah sama, karena tergantung dari persepsi individu yang dilatar belakangi oleh lingkungan kehidupan dan kondisi individu.
9 Simpulan peneliti setiap konsumen memiliki persepsi sendiri terhadap Harga Barang maupun jasa yang asalnya dari informasi yang datang menjadi suatu gambaran secara menyeluruh.
2.1.4 Persepsi Harga Terhadap Nilai Pepadri (2002, P17), pengertian dari perceived value adalah evaluasi menyeluruh dari kegunaan suatu produk yang didasari oleh persepsi konsumen terhadap sejumlah manfaat yang akan diterima dibandingkan dengan pengorbanan yang dilakukan atau secara umum dipikirkan konsumen value (nilai).
2.1.5 Persepsi Harga terhadap nilai dalam pasar Oligopoli Dalam industri manufaktur, pengadaan bahan baku diharapkan perolehannya mudah dan cukup murah. Alasannya untuk mencapai profit yang banyak, perlu dicapainya efisiensi, sehingga bahan baku untuk produksi yang melibatkan variable cost selain perlunya menetapkan posisi kepemimpinan biaya, Porter (2000, P113) posisi biaya: Tingkat pengupayaan untuk memperoleh posisi biaya rendah dalam pabrik dan distribusi melalui investasi dalam fasilitas dan peralatan yang memperkecil biaya Namun, penetapan harga yang biasanya bertemu pada titik ekuilibrium, yang mana terjadi permintaan dan penawaran sampai tercapainya transaksi karena adanya kesepakatan harga tidak berlaku untuk jenis pasar yang selain persaingan sempurna. Dalam pasar monopoli, harga ditetapkan oleh produsen. Karena ia punya posisi yang sangat menguntungkan. Dimana konsumen tidak memiliki hak banyak dalam pasar tersebut. Dalam Pasar Oligopoli, pasar yang terdapat sedikit penjual dan banyak pembeli. Pada jenis pasar tersebut, besar kemungkinan terjadi persaingan untuk mendapatkan bahan baku. Dengan catatan, tersedianya bahan baku yang ada tidak mampu mencukupi seluruh kebutuhan industri yang membutuhkannya. Maka yang terjadi mirip dengan
10 sebuah pelelangan. Bagi industri yang dapat meminta dengan harga yang lebih tinggi, maka kemungkinan dialah yang akan mendapatkan bahan baku tersebut. Jadi, harga di sini bukan ditentukan oleh penjual lagi, melainkan pembeli. Dapat saja, karena kelangkaan tersebut, penjual menentukan harga. Namun, di Indonesia,
ada
undang-undang
yang
mengatur
bahwa
tidak
diperbolehkannya
persekongkolan antar penjual untuk menetapkan harga. Untuk penentuan harga yang dilakukan oleh pembeli, dalam hal ini industri, tidak ada faktor harga pasaran yang berlaku untuk penentuannya. Dalam pasar oligopoly, kita tidak tahu industri lain menentukan tingkat harga berapa untuk mendapatkan supplynya tersebut. Namun jelas kita akan tahu bahwa harga beli bahan baku tersebut seharusnya telah naik, apabila supply yang kita dapatkan telah berkurang dari penetapan harga beli pertama tadi. Melalui gambaran di atas, kita dapat simpulkan bahwa harga bukan menjadi faktor masalah utama, tentunya industri yang melakukan hal tersebut cukup modal untuk melakukannya. Yang menjadi nilai di sini adalah seberapa banyak supply yang bisa didapatkan melalui harga tersebut. Perlunya banyak supply terkait dengan terpenuhinya kebutuhan konsumen, setelah input supply tadi diproses menjadi output. Bila kita kaitkan dengan proses produksi, ketika bahan baku yang didapat kurang dari kapasitas yang terjadi per harinya, maka masalah yang bisa timbul adalah kemacetan produksi. Hal tersebut bisa jadi adalah pekerja yang menganggur dsb.
2.2 Pengertian Pengadaan Sesuai dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2000 Pasal 1, pengadaan barang/jasa adalah usaha atau kegiatan pengadaan barang atau jasa yang diperlukan
oleh
instansi
pemerintah
yang
Pemborongan, Jasa Konsultasi dan jasa lainnya.
meliputi:
pengadaan
barang,
Jasa
11 Pengertian Pengadaan juga diperjelas Dalam Keputusan Bersama Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Departemen Pertanian Republik Indonesia dan Kepala Bagian Urusan Logistik No: 01/SKB/BPPHP/TP.830/2003 Tanggal 16 Januari 2003 KEP 07/UP/01/2003 pasal 1 dalam hal pengadaan gabah, pengadaan dalam negeri adalah gabah yang dibeli oleh pemerintah berupa Gabah Kering Giling produksi dalam negeri yang telah memenuhi persyaratan sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 2 ayat 1 Pengertian Pengadaan juga diperjelas Dalam Keputusan Bersama Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Departemen Pertanian Republik Indonesia dan Kepala Bagian Urusan Logistik No: 01/SKB/BPPHP/TP.830/2003 Tanggal 16 Januari 2003 KEP 07/UP/01/2003 pasal 1 dalam hal pengadaan beras, pengadaan dalam negeri adalah beras yang dibeli oleh pemerintah, berupa beras giling produksi dalam negeri yang telah memenuhi persyaratan sebagaimana yang ditentukan dalam pasal 2 ayat 2 Pengertian pengadaan namun oleh pemerintah, pengertiannya tertuang dalam Keputusan Presiden Tahun 2003 tentang pedoman pelaksanaan pengadaan Barang/Jasa Bab 1 pasal 1, pengadaan barang/jasa pemerintah adalah kegiatan pengadaan barang/jasa yang dibiayai dengan APBN/APBD, baik yang dilaksanakan swakelola maupun oleh penyedia barang/jasa. Dari Penjelasan di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa pengadaan adalah Barang atau Jasa yang dibeli oleh Pemerintah/Badan/Perusahaan. Untuk Barang yang dapat dilihat secara fisik, batasan pengadaan tersebut biasanya digambarkan berupa Kuantitas jumlah Barang. Untuk membeli barang atau jasa, maka Pemerintah/Badan/Perusahaan melakukan pengorbanan berupa membayar harga pengadaan dengan sejumlah uang.
12 2.2.1 Sistem Pull dan Sistem Push Hitt (2005, P 95), Pengadaan dilakukan untuk membeli input yang dibutuhkan untuk memproduksi produk perusahaan. Input yang dibeli meliputi barang-barang yang dikonsumsi penuh sepanjang produksi produk (misalnya, bahan baku dan perlengkapan) juga aktiva tetap – mesin, peralatan laboratorium, peralatan kantor dan bangunan. Kembali Hitt (2005, P 123) menerangkan, bahwa pengadaan mencangkup sistem dan prosedur. Maka Dalam perkembangan sistem persediaan, yang istilahnya sebenarnya hampir dapat kita samakan dengan pengadaan, terdapat 2 sistem yang ada. Sistem itu dinamakan Sistem Pull (Sistem Tarik) dan Sistem Push (Sistem dorong). Bagi Render (2001, P392), Konsep di belakang JIT adalah sistem “tarik”. JIT merupakan sebuah sistem tarik yang memproduksi satu unit lalu ditarik ke tempat yang memerlukannya saat diperlukan. Pada sistem dorong, pesanan ditumpuk di departemen pemrosesan agar dapat dikerjakan pada satu kesempatan.
2.3 Pengertian Kapasitas Berdasarkan pendapat Stevenson (2000,P 712) Kapasitas adalah beban maksimal yang dapat ditangani oleh sebuah unit produksi dapat berubah pabrik, departemen, mesin atau pekerja sedangkan beban dapat diartikan sebagai masukkan atau keluaran. (http://www.thefreedictionary.com/capacity) menulis, 1. Capacity is The ability to receive,
hold, or absorb. 2. The maximum amount that can be contain . Artinya kapasitas adalah kemampuan untuk menerima atau menyerap. Maksimal dari sejumlah yang bisa ditampung. Wikipedia (2000, P3) Capacity is a legal term that refers to the ability of persons to enter into contracts. Beberapa dari definisi di atas menggambarkan bahwa kapasitas dari suatu media entah itu berupa mesin, gedung atau apa saja selalu memiliki kemampuan menampung maksimal. Namun, tidak demikian yang selalu terjadi. Ada saat-saat di mana kapasitas itu tidak mampu
13 menampung maksimal, yaitu saat dimana terjadi gangguan-gangguan yang menyebabkan kapasitas tidak dapat menampung maksimal.
2.3.1 Tingkat kapasitas mesin Dalam akuntansi manajemen, sebuah mesin produksi yang beroperasi memiliki tingkat kapasitas. Berdasarkan pendapat Horngren (2000,p 314) ada 4 tingkat kapasitas mesin: 1.
Kapasitas Teoritis atau ideal
Adalah kapasitas untuk memproduksi pada kecepatan penuh tanpa gangguan. 2.
Kapasitas Praktis atau kapasitas realistis
Adalah kapasitas teoritis, dikurangi kendala-kendala yang akan timbul dalam prakteknya seperti adanya kemacetan (breakdown) yang diperkirakan pemogokkan, keterlambatan dan kekurangan bahan baku 3.
Kapasitas Normal
Adalah Aktivitas Rata-rata selama satu periode waktu yang cukup lama untuk membuat rata-rata tinggi rendah tingkat produksi 4.
Kapasitas Aktual atau Kapasitas yang Diharapkan
Adalah tingkat kapasitas yang didasarkan dari kapasitas untuk periode berikutnya.
2.3.2 Perlunya Keputusan akan Kapasitas Schroeder (2000, P 16) Capacity Decision are aimed at providing the right amount of
capacity at the right place at the right time. Seperti yang diungkapkan Porter (2000, P113) posisi biaya: Tingkat pengupayaan untuk memperoleh posisi biaya rendah dalam pabrik dan distribusi melalui investasi dalam fasilitas dan peralatan yang memperkecil biaya. Schroeder (2000, P16) Capacity Planing, however, determines not only the sizes of
facilities but also the proper number of people in operation.
14 Dari tiga teori di atas peneliti bermaksud menyimpulkan bahwa Kapasitas yang terjadi dalam kaitannya untuk memperoleh biaya rendah sangat dipengaruhi perencanaan yang baik oleh perusahaan melalui analisa terhadap banyak faktor 2.4 Pengertian Optimasi Gunawan (2002, P57) nilai optimum (nilai maksimum atau minimum) (http://www.optimize, maximize_ The Columbia Guide to Standard American English
Optimize,10 September 2005) is infrequent as an intransitive verb, meaning “to take an optimistic view,” but it has very frequent use as a transitive verb, meaning “to make the most of,” “to get the optimum value or use from,” as in Her hard work optimized the scanty
resources available Simpulan peneliti, optimasi adalah usaha untuk menggunakan sumber daya yang ada se efisien mungkin, dengan biaya yang sekecilnya. Untuk mencapai hasil yang maksimal.
2.5 Analisis Porter Menurut
David
(2001,
P60)
Salah
seorang
ilmuwan
ekonomi
Michael
Porter
mengungkapkan bahwa perlunya memperhatikan 5 kekuatan persaingan untuk mengetahui jelas posisi kekuatan perusahaan. Hal tersebut berguna terutama untuk kepentingan jangka panjang dari perusahaan. Semakin kuat forces (kekuatan) dari kelima Kekuatan yang dikatakan Forces, maka perusahaan akan semakin terbatas dalam kemampuannya memperoleh profit lebih. Masing-masing dari kelima kekuatan tersebut yang berupa Potential
entrants (Pemasuk Potensial), Suppliers (Pemasok), Substitute (Barang Pengganti/ substitusi), Buyers (Pembeli), Industry Competitors (Pesaing Industri) memiliki kekuatan yang kita sebut Threat (Ancaman) maupun Bargaining Power (Daya tawar) serta persaingan antar perusahaan dalam satu industri yang telah exist. Berdasarkan pendapat David (2001, P61) beberapa persyaratan masuk yang dapat pula menjadi halangan masuknya pendatang baru adalah sebagai berikut : •
Economics Of Scale
15 •
Product Differentiation
•
Capital Requirements
•
Switching Cost
•
Access to Distribution Channel
•
Cost Disadvantages Independent of Size
•
Government Policy
David (2001, P62) menuliskan tentang pendapat Porter akan faktor- faktor yang memepengaruhi intensitas persaingan: •
Number of Competitor
•
Rate of Industry Growth
•
Product or Service Characteristics
•
Amount of Fixed cost
•
Capacity
•
Height of Exit Barriers
•
Diversity of Rivals
David (2001, P63) Pembeli sebenarnya mempengaruhi pula Industri melalui banyak hal, yang bisa membuat perusahaan menentukan kebijakan harga yang lebih murah dengan kualitas yang lebih baik. Pembeli atau kelompok dari pembeli akan menjadi kuat dalam
Bargaining Power (Daya tawar) bila: •
Pembeli membeli proporsi besar dari produk atau jasa penjual
•
Pembeli punya potensial untuk memproduksi produk yang ditawarkan
•
Pembeli memiliki alternatif penjual lainnya karena produk yang ditawarkan adalah produk yang standar (tidak terdifferensiasi)
•
Biaya mengganti Penjual sangatlah kecil atau mungkin tidak ada
•
Pembeli merasakan keuntungan yang sangat sedikit dan sangat sensitif terhadap biaya yang dikeluarkan.
16 •
Pembelian akan produk tidak penting pengaruhnya terhadap kualitas akhir atau harga dari produk bisa dengan mudah tersubstitusi.
David (2001, P64) Pemasok bisa mempengaruhi sebuah industri melalui kemampuan mereka untuk menaikkan harga atau mengurangi kualitas dari barang dan jasa yang dibeli. Pemasok atau kelompok pemasok akan kuat apabila terdapat beberapa faktor berikut : •
Industri pemasok didominasi beberapa perusahaan,
tetapi penjualannya
terhadap banyak pembeli •
Barang atau jasa yang ditawarkan sifatnya unik dan telah menimbulkan switcing
cost •
Substitusi belum mungkin untuk terjadi
•
Pemasok memiliki kemampuan untuk berintegrasi masuk dan berkompetisi langsung merebut pangsa pasar konsumen akhir
•
Pembelian terhadap Pemasok hanya sebagian kecil sehingga tampak tidak penting bagi pemasok
Mengutip pendapat Hitt (2005, P58) Secara umum, ancaman produk pengganti adalah besar apabila sejumlah pelanggan menghadapi sedikit, bila ada, biaya peralihan dan apabila harga produk pengganti tersebut lebih rendah dan atau mutu dan kemampuan kinerjanya sama atau lebih besar daripada produk yang ada.
17
Pendatang Baru Potensial Ancaman Kekuatan Tawar
Pemasok
Pembeli Pesaing Kekuatan Tawar
Ancaman
Substitusi
Sumber : http://www.brs-inc.com/porter.asp
Gambar 2.1 Analisis 5 Kekuatan Porter
2.6 Pasar dan Jenis Pasar Sukirno (2002, P227) Pasar persaingan sempurna dapat disefinisikan sebagai struktur pasar atau industri di mana terdapat banyak penjual dan pembeli, dan setiap penjual ataupun pembeli tidak dapat mempengaruhi keadaan di pasar Menurutnya pula ada berbagai macam pasar selain persaingan sempurnah, yaitu pasar monopoli, monopolistis, oligopoli.
18 Sukirno (2002, P228) Monopoli adalah suatu bentuk pasar di mana hanya terdapat satu perusahaan saja. Dan perusahaan ini menghasilkan barang yang tidak mempunyai barang pengganti yang sangat dekat. Ciri-ciri Pasar Monopoli : 1. Pasar Monopoli adalah Industri satu perusahaan 2. Tidak mempunyai Barang Pengganti yang mirip 3. Tidak terdapat Kemungkinan Untuk Masuk Ke dalam Industri 4. Dapat Mempengaruhi Penentuan Harga 5. Promosi Iklan Kurang diperlukan Sukirno (2002, 240) Pasar Monopolistis pada dasarnya adalah pasar yang berada diantara dua jenis pasar yang ekstrem, yaitu persaingan sempurna dan monopoli. Oleh karena itu sifat-sifatnya mengandung unsur-unsur sifat pasar Monopoli, dan unsur-unsur sifat pasar persaingan sempurna Ciri-cirinya adalah sebagai berikut : 1.
Terdapat Banyak Penjual
2.
Barangnya Bersifat Berbeda Corak
3.
Perusahaan Mempunyai Sedikit Kekuasaan Mempengaruhi Harga
4.
Kemasukkan dalam Industri Relatif Mudah
5.
Persaingan mempromosi industri Sangat Ketat
Menurut Sukirno (2002, P263) Ciri Pasar Oligopoli : 1.
Menghasilkan barang standar maupun barang berbeda corak
2.
Kekuasaan menentukan harga adakalanya lemah adakalanya kuat
3.
Pada umumnya perusahaan oligopoli tidak perlu melakukan promosi secara iklan
19 2.7 Metodologi Penelitian Metode adalah cara kerja pikiran dalam memahami suatu obyek, didalamnya terkandung cara teknis bagaimana mengisi atau melakukan hasil dari pemahaman itu. Maka daripadanya dituntut suatu keabsahan dan keterandalan dari cara dan data, dimana dan kapan hal itu dilakukan. Oleh karena itu di dalam tahap ini dijelaskan tentang :
2.7.1 Jenis dan Metode Penelelitian Metode penelitian yang dipergunakan oleh penulis untuk melaksanakan penelitian ini adalah metode deskriptif dengan jenis penelitian studi kasus pada PT.Serayu Makmur Kayuindo.
2.7.2 Teknik Pengumpulan Data Indriantoro (2002, P 145), data penelitian pada dasarnya dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu: Data subjek, Data fisik dan data dokumenter. Data subjek adalah jenis data penelitian berupa opini, sikap, pengalaman atau karakteristik dari seseorang atau sekelompok orang yang menjadi subjek penelitian (responden). Data Fisik merupakan jenis data penelitian yang berupa objek atau benda-benda fisik, antara lain dalam bentuk bangunan atau bagian dari banguanan, pakaian, buku dan senjata. Data Dokumenter adalah jenis data penelitian antara lain berupa faktur, jurnal, surat-surat, notulen hasil rapat, memo atau dalam bentuk laporan program. Sumber data penelitian sendiri, terdiri atas dua. Yaitu sumber data primer dan data sekunder. Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara), sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung yaitu para perantara. Perantara tersebut adalah para akuntan yang bekerja di PT Serayu Makmur Kayuindo. Jenis data yang digunakan adalah data dokumenter. Adapun data tersebut dibagi lagi menurut Tipe dari data sekunder yaitu data internal dan data eksternal. Data internal
20 penelitian berupa catatan masuknya jumlah kayu serta harga pembelian kayu perbualannya. Sedangkan untuk data berupa angka inflasi, harga BBM industri yang berlaku didapat dari data eksternal. Data tersebut tidak tercatat dalam perusahaan, melainkan pada situs BPS (Biro Pusat Statistik) dan situs Pertamina. Waktu yang dipakai di sini adalah time series, yang diambil dari tahun 2002-2005. Periodenya adalah per bulan selama tahun tersebut. Data Subjek Data Primer Data Fisik Sumber Data
Data Sekunder
Data Dokumenter
Sumber : Indriantoro (2002, P148)
Gambar 2.2 Hubungan Sumber dan Jenis Penelitian
Data Internal
Tipe Data Sekunder Data Eksternal Sumber : Indriantoro (2002, P 149)
Gambar 2.3 Tipe Data Sekunder
21 2.7.3 Definisi Operasional dan Instrumen Pengukuran Indrianto (2000, P 69), Definisi operasional adalah penentuan construct sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Pengukuran construct merupakan masalah yang kompleks, karena berkaitan dengan fungsi variabel untuk memberi gambaran yang lebih konkret mengenai abstraksi construct yang diwakilinya. Variabel-variabel yang dapat diukur secara fisik (misal luas tanah atau berat kendaraan), relatif mudah dilakukan dengan bantuan alat ukur (instrumen). Demikian pula terhadap data demografi (misal : pengalaman kerja, status, jabatan) dan data keuangan suatu perusahaan (misal : pendapatan, biaya, aktiva, harga saham). Berdasarkan judul penelitian, maka ada 3 variabel yang akan dibahas, peneliti lalu meng construct Variablel tersebut agar lebih konkrit dan jelas: 1. Kapasitas mesin, adalah beban maksimal yang mampu ditampung oleh mesin per jam pengoperasiannya.
Instrumen pengukuran kapasitas mesin ada 4, yaitu Kapasitas
Teoritis atau ideal, Kapasitas Praktis atau kapasitas realistis, Kapasitas Normal, Kapasitas Aktual atau Kapasitas yang Diharapkan. Kapasitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kapasitas normal. Dimana kapasitas normal sebuah mesin rotary (pengupas kulit kayu gelondongan) tercatat 1,5 m³/jam.
22
Kapasitas Mesin
Kapasitas Maksimum
Kapasitas Praktis
Kapasitas Normal
Kapasitas Aktual
Sumber : Horgren (2000,P314)
Gambar 2.4
Construct Variabel Kapasitas 2. Pengadaan, adalah jumlah kuantitas bahan baku log yang didapat oleh perusahaan. Istilah pengadaan digunakan untuk menggambarkan perbedaan cara pembelian bahan baku tersebut. Dalam pengadaan, tidak ada pemesanan bahan baku log tersebut. Para penjual bahan baku akan datang ke perusahaan menanyakan harga beli, setelah itu membawa bahan baku datang ke perusahaan dan terjadi jual beli. Instrumen pengukuran untuk pengadaan adalah kuantitas dan satuan ukurnya adalah m³.
23
Pengadaan
Push System
Pull system
Sumber : Render (2001, 392)
Gambar 2.5
Construct Variabel Pengadaan 3. Harga, adalah harga beli bahan baku yang berlaku pada PT Serayu Makmur Kayuindo. Satuannya dalam Rp(Rupiah), satuan mata uang RI. Namun, instrument pengukuran di sini dipecah lagi menjadi 2 hal yang mempengaruhi harga. Dimana 2 hal tersebut adalah hal dalam makro ekonomi. Maka instrument untuk harga di sini adalah Inflasi dan harga BBM industri . Diluar dari kedua hal tersebut tidak digunakan untuk penelitian di sini.
Harga
Inflasi
Harga BBM Sumber : Boediono (2001, P155)
Gambar 2.6
Construct Variabel Harga
24 Dari Construct di atas, dapat dibuat operasionalisasi Variabel berdasarkan tipe Variabel. Operasional Variabel adalah sebagai berikut :
Harga (Variabel Independent)
Inflasi (Variabel Moderating)
Pengadaan (Variabel Intervening)
Kapasitas Mesin (Variabel Dependent)
Harga BBM (Variabel Moderating)
Sumber: Hasil Olahan Peneliti
Gambar 2.7 Tipe Variabel 2.7.4 Teknik Analisis Data Suharyadi (2004, P 470) persamaan regresi adalah suatu persamaan matematika yang mendefinisikan hubungan antara dua variabel. Analisis regresi digunakan untuk membangun suatu persamaan yang menghubungkan antara variabel tidak bebas (Y) dengan variabel bebas (x) dan sekaligus untuk menentukan nilai ramalan atau dugaannya. Bentuk persamaan regresi adalah Y=a+bX. Dalam persamaan regresi, ada kemungkinan untuk terjadinya kesalahan(error). Maka muncul suatu metode yang dinamakan metode kuadrat terkecil (least squre). Suharyadi (2004,P472) metode kuadrat terkecil adalah suatu metode untuk menentukan persamaan regresi dengan meminimumkan jumlah kuadrat jarak vertikal antara nilai aktual Y dan nilai dugaan atau ramalan Ŷ. Ŷ=a + bX Di mana: Ŷ
: Nilai dugaan atau ramalan dari variabel Y berdasarkan nilai variabel X yang
diketahui biasa disebut dengan Y “cap” atau Y topi
25 a
: Intersep yaitu titik potong garis dengan sumbu Y atau nilai perkiraan bagi Y
pada saat nilai X sama dengan nol b
: Slope atau kemiringan garis yaitu perubahan rata-rata pada Ŷ untuk setiap unit
perubahan pada variabel X X
: Sembarangan nilai bebas yang dipilih dari variabel bebas X
Metode kuadrat terkecil pada dasarnya digunakan untuk menghitung nilai stastistik a dan b sebagai perkiraan dari parameter A dan B sedemikian rupa, sehingga jumlah kuadrat kesalahan (∑ei ²) memiliki nilai terkecil. Karena jumlah kuadrat kesalahan merupakan fungsi dari a dan b {∑ei²= f(a,b)}, maka dengan membuat turunan parsial (partial differential) dari ∑ei² terhadap a dan b dihasilkan penduga koefisien regresi a dan b sebagai berikut.
b= n(∑XY) – (∑X)(∑Y) n(∑X²) – (∑X)²
a= (∑Y) _ b(∑X) n n
Di mana: Y: Nilai variabel bebas Y a: intersep yaitu titik potong garis dengan sumbu Y b: slope atau kemiringan garis yaitu perubahan rata-rata pada Ŷ untuk setiap unit perubahan X: Nilai variabel bebas X n : Jumlah sample Setelah kita menemukan koefisien regresi b, maka dapat kita kembangkan lebih lanjut ke konsep elastisitas. Yaitu : E= b (X rata-rata/Y rata-rata). Sebagai contoh, apabila kita mendapatkan nilai E adalah 0.55, untuk hasil regresi b positif, dapat diartikan apabila X naik 1%, maka Y akan meningkat sebesar 0.55%.
26 Suharyadi (2004, P518) Standard Error atau kesalahan baku pendugaan adalah suatu ukuran
yang
mengukur
ketidak
akuratan
pencaran
atau persebaran nilai-nilai
pengamatan (Y) terhadap garis regresi (Ŷ).
Syx = √(∑Y² - a∑Y - b∑XY)/ n-2 Di mana : Syx
: Standar error variabel Y berdasarkan variabel X yang diketahui
Y
: Nilai variabel bebas Y
A
: intersep yaitu titik potong garis dengan sumbu Y
b
: slope atau kemiringan garis yaitu perubahan rata-rata pada Ŷ untuk setiap unit
perubahan X
: Nilai variabel bebas X
n
: Jumlah sampel, derajat bebas n – 2 karena terdapat dua parameter yang akan
yaitu a dan b Pendugaan interval dimaksudkan untuk menggambarkan nilai tengah untuk setiap X tertentu. Pada kondisi nyata di mana terjadi fluktuasi maka nilai dugaan Ŷ, a dan b bisa berbeda dengan nilai sesungguhnya, maka mungkin lebih baik digunakan pendugaan interval. Pendugaan interval nilai tengah Y dimaksudkan untuk mengetahui nilai dugaan bagi Y untuk seluruh nilai X yang diketahui. Rumus interval untuk nilai tengah Y adalah sebagi berikut: Ŷ±t(Syx)√(1/n)+[(X – X rata-rata)/∑X² - (∑X)²/n] Di mana: Ŷ
: nilai dugaan dari Y untuk nilai X tertentu
t
: Nilai t-tabel untuk taraf nyata tertentu
Syx
: standard error variabel Y berdasarkan variabel X yang diketahui
X
: Nilai data pengamatan variabel bebas
27 X rata-rata
: Nilai rata-rata data pengamatan variabel bebas
n
: Jumlah sampel Untuk penelitian dengan variabel independen(X) lebih dari satu, maka regresi yang
digunakan adalah regresi berganda. Berbeda dengan regresi linear sederhana di atas, yang memiliki satu variabel independen(X) dan satu variabel dependen(Y).
Bentuk regresi untuk 2 variabel adalah sebagai berikut: Y= a + b1X1 + b2X2 Sedangkan bentuk persamaan regresi dengan 3 variabel independen adalah : Y= a + b1X1 + b2X2 + b3X3
Sehingga bentuk umum persamaan regresi untuk k variabel dapat dirumuskan sebagai berikut: Y= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + … +BkXk
Untuk persamaan regresi dengan dua variabel independen nilai koefisien regresi yaitu b1 dan b2 serta nilai intersep a masih dapat dicari dengan mempergunakan alat hitung sederhana atau manual. Namun, untuk lebih dari dua variabel, akan lebih mudah menggunakan SPSS. Koefisien Determinasi menunjukkan suatu proporsi dari varian yang dapat diterangkan oleh persamaan regresi (regression of sum squares, RSS) (Ŷ – Y rata-rata)² terhadap varian total (total sum of squares,TSS) (Ŷ – Y rata-rata)². Besarnya koefisien determinasi dirumuskan sebagai berikut: R² = Varian yang diterangkan persamaan regresi (RSS) Varian Total(TSS) R² = ∑(Ŷ – Y rata-rata)² = ESS ∑(Y – Y rata-rata)² TSS Dan untuk menghitung R² digunakan rumus sebagai berikut :
28
R² = n(a.∑Y + b1.∑YX1 +b2.∑YX2) – (∑Y)² n. ∑Y² - (∑Y)² Nilai R² akan berkisar dari 0 sampai 1. Apabila nilai R²= 1 menunjukkan bahwa 100% total variasi diterangkan oleh varian persamaan regresi, atau variabel bebas baik X1 maupun X2 mampu menerangkan variabel Y sebesar 100 %. Sebaliknya apabila nilai R² = 0 menunjukkan bahwa tidak ada total varians yang diterangkan oleh varian bebas dari persamaan regresi baik X1 maupun X2. Kesalahan baku dalam regresi berganda adalah suatu ukuran untuk melihat ketepatan antara nilai dugaan(Y) dengan nilai sebenarnya (Ŷ), sebagaimana juga berlaku untuk regresi sederhana. Apabila nilai dugaan semakin mendekati nilai sebenarnya, maka persamaan yang kita peroleh semakin baik, dan apabila nilai-nilai dugaan semakin jauh dari nilai sebenarnya, maka persamaan yang kita gunakan juga tidak baik.
Rumus Kesalahan baku: Sy.x1.x2 = √[∑(Ŷ – Y)²/ n – (k + 1)] Di mana: Sy.x1.x2
: Kesalahan baku atau standard error pendugaan Variabel Y berdasarkan
variabel X1 dan X2 Ŷ
: nilai dugaan dari Y dimana X1 dan X2 diketahui
Y
: nilai pengamatan dari Y
n
: Jumlah sample atau data
k
: Jumlah variabel bebas
Irianto (2004, P212) menulis, Beberapa syarat yang harus di penuhi dalam regresi ganda adalah :
29 a. Sampel harus di ambil secara acak (random) dari populasi yang berdistribusi normal b. Oleh karena sample di ambil dari populasi yang berdistribusi normal, maka sample juga harus berdistribusi normal. Normalitas dapat di atasi dengan mengambil sample banyak. Di samping itu, normalitas dapat di uji dengan normalitas (misalnya, dengan Lilliefors) c.
Data variabel terikat harus berskala interval atau skala ratio, sedangkan skala untuk variabel bebas tidak harus interval atau ratio tetapi bisa juga untuk data yang berskala rendah.
d. Antara variabel bebas dengan variabel terikat mempunyai hubungan secara teoritis, dan melalui perhitungan korelasi sederhana dapat di uji signifikansi hubungan tersebut. Jika ternyata antara variabel bebas dengan variabel terikat tidak mempunyai hubungan sederhana yang signifikan maka korelasi ganda pun tidak akan signifikan. e. Persamaan regresinya harus linier. Mengingat pengujian linieritas untuk regresi ganda sukar di lakukan maka sejauh ini linieritas untuk regresi ganda hanya di asumsikan. Oleh karena itu, perlu tindakan hati-hati dalam melakukan deskripsi atas hasil analisisnya karena semua perhitungan didasarkan pada asumsi, dan tidak di lakukan pengujian tentang linieritas.
Suharyadi (2004, P528) Heteroskedastisitas untuk menunjukkan nilai varians ( Y – Ŷ ) antar nilai Y tidaklah sama atau hetero. Hal demikian sering terjadi pada data yang bersifat cross section, yaitu data yang dihasilkan pada suatu waktu dengan responden yang banyak. Cara mendeteksi Heteroskedastisitas :
30 a. Metode grafik yaitu menghubungkan antara Y dan e², di mana e² = ( Y – Ŷ ). Apabila hubungan Y dan e² tidak sistematis seperti makin membesar atau mengecil seiring bertambahnya Y maka terjadi Heteroskedastisitas. b. Uji Korelasi Spearman, uji ini digunakan untuk menguji heteroskedastisitas apabila nilai korelasi rank Spearman lebih besar dari t-tabel Cara mengatasi Heteroskedastisitas : a. Melakukan metode kuadrat terkecil tertimbang, nilai tertimbang dapat dilakukan berdasarkan apriori atau observasi. b. Melakukan transformasi log yaitu data diubah ke bentuk lainnya seperti 1/X atau lainnya. Suharyadi (2004 , P528) Multikolinearitas dikemukakan pertama kali oleh Radner Frish dalam bukunya “statistical Confluence Analysis by Means of Complete Regression
System”. Frish menyatakan bahwa multikolinear adalah adanya lebih dari satu hubungan linear yang sempurna. Menurut Frish, apabila terjadi multikolinear apalagi kolinear yang sempurna (koefisien korelasi antar variabel bebas = 1) maka koefisien regresi dari variabel bebas tidak dapat ditentukan dan standar errornya tidak terhingga. Beberapa teknik untuk mengenali multikolinearitas: 1.
Variabel bebas secara bersama-sama pengaruhnya nyata, atau uji F-nya nyata, namun ternyata setiap variabel bebasnya secara parsial pengaruhnya tidak nyata,(uji t-nya tidak nyata)
2.
Nilai koefisien determinasi R² sangat besar, namun ternyata variabel bebasnya berpengaruh tidak nyata, (uji t tidak nyata)
3.
Nilai koefisien korelasi parsial yaitu r yx1.x2, r yx2.x1, r x1 x1 y ada yang lebih besar dari koefisien determinasinya
Kalau terjadi multikolinear beberapa cara dapat dilakukan dengan membuang variabel bebas yang menyebabkan multikolinear atau menambah data atau observasi lagi.
31 2.7.5 SPSS (Statistikal Packet for Social Science)
SPSS (Statistikal Packet for Social Science) merupakan program yang sangat popular digunakan dalam bidang ilmu sosial. Kepopuleran ini salah satunya disebabkan karena ketepatan SPSS dalam proses analisis. Perbedaan Output SPSS dengan perhitungan statistik manual hampir tidak ada. Setiap Output hasil analisis SPSS dapat dicocokkan dengan hasil perhitungan manual. Tim Penelitian dan Pengembangan Wahana Komputer (2005, P33), analisis regresi merupakan alat analisis statistik parametrik. Sebagai alat statistik parametric analisis regresi membutuhkan asumsi yang perlu dipenuhi sebelum dilakukannya analisis. Analisis ini dinamakan uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik mencangkup: Uji Normalitas Sebaran, yaitu pengujian apakah data sample yang diambil telah mengikuti sebaran distribusi normal. Sebaran ini dapat dilihat pada tabel Histogram atau plot datanya. Uji Linearitas, yang akan memastikan apakah data sample sesuai dengan garis linear atau tidak. Jika sebaran data tidak sesuai dengan garis linear maka dapat digunakan analisis regresi non linear. Lenearitas dapat dilihat pada plot data. Uji Heteroskedastisitas, atau sering disebut juga homogenitas. Uji ini dapat dilihat pada plot datanya. Uji Multikolinearitas, sering
juga
disebut
dengan
uji
independensi. Uji
Multikolinear akan menguji antara sesame prediktor mempunyai hubungan yang besar atau tidak. Jika sesame prediktor mempunyai hubungan yang kuat berarti antar prediktor tidak independent (Hal ini dapat mengakibatkan korelasi prediktor dengan kriterium kecil serta tidak signifikan) Uji Autokorelasi, beranggapan bahwa nilai residual pada pengamatan satu tidak berkorelasi terhadap residual pengamatan lainnya. Autokorelasi yang positif akan mengganggu modek karena memperkecil nilai pengaruhnya.
32 2.7.6 Kerangka Pemikiran
PT Serayu Makmur Kayuindo
Inflasi
Harga Bahan Baku
BBM
Pengadaan
Pull System
Push System Kapasitas Mesin
Kapasitas Maksimum
Kapasitas Praktis
Kapasitas Normal
Kapasitas Aktual
Analisa Optimasi Kapasitas Mesin
2.7.7 Kelemahan Teknik Analisis Data Kelemahan teknik analisis data adalah dalam regresi berganda tidak diperbolehkan adanya multikolineritas sehingga apabila terjadi hal demikian maka penelitian bisa jadi harus mencari data observasi lagi sehingga hal tersebut akan menyulitkan dan membutuhkan waktu yang lebih panjang.