10
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Teori-teori Dasar / Umum 2.1.1
Pengertian Sistem Informasi M enurut M cLeod (2004, p12), sistem informasi adalah susunan dari orang,
data, proses, penyajian informasi, dan teknologi informasi yang berinteraksi untuk mendukung dan mengembangkan pengoperasian sehingga dapat membantu dalam penyelesaian masalah dan pembuatan keputusan yang dibutuhkan oleh manajemen dan user. M enurut O’Brien (2005, p5), sistem informasi dapat merupakan kombinasi teratur apapun dari orang-orang, hardware, software, jaringan komunikasi, dan sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informas i dalam sebuah organisasi. M enurut Whitten (2004, p10), sistem informasi adalah pengaturan orang, data, proses dan teknologi informasi yang berinteraksi untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan menyediakan sebagai output informasi yang diperlukan untuk mendukung sebuah organisasi. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sistem informasi adalah gabungan dari orang-orang, hardware, software, dan jar ingan yang salin g berinteraksi untuk mengumpulkan sumber daya data dan mengubahnya menjadi suatu informasi untuk mendukung pembuatan keputusan yang dibutuhkan oleh manajemen dan user.
10
11 2.1.2
Jenis-Jenis Sistem Informasi Sistem informasi dari suatu organisasi dapat dikelompokkan menjadi
beberapa bagian sebagai berikut: a.
Office Automation System M erupakan sistem informasi yang dikaitkan dengan komputer guna mendukung pengolahan data atau dokumen, yang berfokus pada data. Contohnya spreadsheet, word processing dan sebagainya.
b. Transaction Processing System M erupakan sistem aplikasi program yang mengolah data transaksi harian secara rutin dan merupakan sumber informasi bagi sistem informasi lainnya, dan berfokus pada data. Contohnya aplikasi program modul invoicing, purchasing, account receivable, account payable, general ledger, inventory, production, cash management, dan lain sebagainya. c.
Management Information System M erupakan sistem informasi untuk mendukung perencanaan, pengendalian, pengambilan keputusan manajemen dan merupakan ringkasan informasi yang diperoleh dari Transaction Processing System. Management Information System berfokus pada informasi. Contohnya financial statement, cash flow statement, inventory position. Karakteristik dari Management Information System adalah mendukung keputusan yang terstruktur, berorientasi pada batch dan data, kurang mampu untuk dianalisis, dan kurang luwes.
12 d.
Decision Support System M erupakan
sistem informasi
yang
mendukung
pengambilan
keputusan manjemen dan berfokus pada keputusan. Contoh break even analysis report, sales volume analysis report. Karakteristik Decision Support System adalah luwes, mendukung keputusan yang semi terstruktur, mampu berorientasi dengan data profesional yang minimum, bersifat interaktif, berorientasi pada model dan dapat dijadikan sebagai alat untuk memberikan keputusan dan mempunyai kemampuan analisis. e.
Executive Information System / Expert System M erupakan sistem informasi untuk pengolahan data yang digunakan untuk pemecahan masalah yang spesifik dan berfokus pada strategi. Contoh : bisnis apa yang harus dikembangkan, unit mana yang harus ditutup atau dijual untuk mempertahankan kondisi arus kas perusahaan.
2.1.3
Sistem Informasi Rumah Sakit Sistem Informasi Rumah Sakit merupakan suatu sistem integrasi yang
menunjang kinerja rumah sakit dalam melayani pasien dalam sistem administrasi dan pelayanan kesehatan. (http://www.permata-solution.com/Product_03_RS.html)
13 2.1.4
Enterprise Resource Planning (ERP)
2.1.4.1 Pengertian ERP M enurut O’Brien (2004, p194), pengertian Enterprise Resource Planning (ERP) adalah tulang punggung perusahaan lintas fungsi yang mengintegrasi dan mengotomatisasi banyak proses bisnis internal dan sistem informasi dalam fungsi penjualan dan distribusi, produksi, logistik, akuntansi, dan sumber daya manusia sebuah perusahaan. M enurut Whitten (2004, p29), pengertian Enterprise Resource Planning (ERP) adalah aplikasi perangkat lunak yang mengintegrasikan secara penuh sistem informasi yang mencakup sebagian besar atau semua fungsi bisnis inti dan mendasar (termasuk pemrosesan transaksi dan informasi manajemen untuk fungsi-fungsi bisnis tersebut). M enurut
Wijaya (2009, p27), ERP
merupakan
konsep
untuk
merencanakan dan mengelola sumber daya perusahaan, yaitu berupa paket aplikasi program terintegrasi dan multi modul yang dirancang untuk melayani dan mendukung berbagai fungsi dalam perusahaan (to serve and support multiple business functions), sehingga pekerjaan menjadi lebih efisien dan dapat memberikan pelayanan lebih bagi konsumen, yang akhirnya dapat menghasilkan nilai tambah dan memberikan keuntungan maksimal bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholder) atas perusahaan. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Enterprise Resource Planning (ERP) adalah aspek perencanaan dalam organisasi/perusahaan berupa aplikasi program yang mengintegrasikan secara penuh sistem
14 informasi
untuk
mendukung
fungsi-fungsi
bisnis
dalam
organisasi/perusahaan.
2.1.4.2 Infrastruktur ERP Infrastruktur merupakan hal utama dalam perencanaan pemakaian sistem ERP, karena dengan adanya infrastruktur yang kuat maka dapat dikatakan bahwa perusahaan telah membangun fondasi yang kuat. Secara umum, infrastruktur ERP terdiri dari : a.
People Orang-orang yang terlibat
dalam penerapan
sistem ERP
merupakan faktor yang sangat penting terutama dalam komitmen waktu, dukungan top management, rasa memiliki, keterlibatan, semangat, dan rasa perlawanan yang minimum. b.
Process Berkaitan dengan proses bisnis yang berjalan dan proses bisnis dengan adanya penerapan sistem ERP.
c.
Technology Penerapan sistem ERP identik dengan investasi yang relatif besar, dimana teknologi meliputi dari infrastruktur jaringan, hardware, sofware, dan database. TECHNOLOGY
PEOPLE
OPERATION
PROCESS
15 Gambar 2.1 Komponen Infrastruktur ERP (Sumber : Santo F. Wijaya & Suparto Darudiato, 2009, p24)
2.1.4.3 Konsep dalam ERP Integrasi dalam konsep sistem ERP berhubungan dengan interpretasi berikut : •
M enghubungkan antara berbagai aliran proses bisnis.
•
M etode dan teknik berkomunikasi.
•
Keselarasan dan sinkronisasi operasi bisnis.
•
Koordinasi operasi bisnis.
Konsep dasar ERP adalah sebagai berikut : 1.
ERP terdiri dari paket software komersial yang menjamin integras i yang mulus atas semua aliran informasi di perusahaan, yang meliputi keuangan, akuntansi, sumber daya manusia, rantai pasok, dan informasi konsumen.
2.
Sistem ERP
adalah
paket
sistem informasi yang dapat
dikonfigurasi, yang mengintegrasikan informasi dan proses yang berbasis informasi di dalam dan melintas area fungsional dalam sebuah organisasi. 3.
ERP merupakan satu basis data, satu aplikasi, dan satu kesatuan antar muka di seluruh enterprise.
16 2.1.4.4 M anfaat ERP M enurut O’Brien (2005, p322), penerapan sistem ERP memiliki beberapa manfaaat, seperti sebagai berikut: •
Kualitas dan Efisiensi : ERP menciptakan kerangka kerja untuk mengintegrasikan
dan
meningkatkan
proses
bisnis
internal
perusahaan yang menghasilkan peningkatan signifikan dalam kualitas serta efisiensi layanan pelanggan, produksi, dan distribusi. •
Penurunan Biaya : Banyak perusahaan melaporkan penurunan signifikan dalam biaya pemrosesan transaksi dari hardware, software, serta karyawan pendukung TI, jika dibandingkan dengan sistem warisan yang tidak terintegrasi yang digantikan oleh sistem ERP baru mereka.
•
Pendukung Keputusan : ERP menyediakan informasi mengenai kinerja bisnis lintas fungsi yang sangat penting secara tepat untuk para
manajer
agar
dapat
secara
signifikan
meningkatkan
kemampuan mereka dalam mengambil keputusan secara tepat waktu di lintas bisnis keseluruhan perusahaan. •
Kelincahan Perusahaan : M engimplementasikan sistem ERP meruntuhkan banyak dinding departemen dan fungsi atau “benteng” berbagai proses bisnis, sistem informasi, dan sumber daya informasi. Hal ini menghasilkan struktur organisasi, tanggung jawab manajerial, dan peran kerja yang lebih fleksibel, dan karenanya menghasilkan organisasi serta tenaga kerja yang lebih
17 lincah dan adaptif, yang dapat dengan lebih mudah memanfaatkan berbagai peluang baru bisnis.
2.1.5
Implementasi M enurut McLeod (2004, p144), implementasi adalah kegiatan memperoleh
dan mengintegrasikan sumber daya fisik dan konseptual yang menghasilkan suatu sistem yang bekerja.
2.1.6
Pendekatan Implementasi Sistem M enurut McLeod (2004, p147), ada empat pendekatan dasar pada tahap
implementasi : •
Percontohan (pilot) adalah suatu sistem percobaan yang diterapkan dalam satu subset dari keseluruhan operasi seperti satu kantor atau daerah tertentu.
•
Serentak (immediate) adalah pendekatan yang paling sederhana, yaitu peralihan dari sistem lama ke sistem baru pada satu hari tertentu. Namun pendekatan ini hanya layak bagi perusahaan kecil atau sistem kecil, karena permasalahan waktu semakin besar saat skala operasi meningkat.
•
Bertahap (phased) adalah pendekatan di mana sistem yang baru digunakan bagian per bagian pada suatu waktu.
•
Paralel (parallel) adalah pendekatan di mana sistem lama harus dipertahankan sampai sistem baru diperiksa secara menyeluruh. Pendekatan ini memberikan pengamanan yang paling baik terhadap
18 kegagalan, tetapi merupakan yang paling mahal karena kedua sumber daya dipertahankan.
2.1.7
M etodologi Accelerated SAP (ASAP) ASAP adalah metode dan tools untuk mengimplementasi SAP R/3 yang
memberikan support terbaik dengan mengambil pertimbangan pengalaman dari banyak proyek implementasi R/3 yang telah sukses. Pengalaman-pengalaman tersebut didokumentasikan dalam Roadmap, yang digunakan untuk merencanakan implementasi R/3. (Brand, 1999, p5)
Gambar 2.2 ASAP Roadmap (Sumber : www.help.sap.com)
M etode implementasi ASAP ini memiliki lima tahap atau fase implementasi, yaitu Project Preparation, Business Blueprint, Realization, Final Preparation, dan Go Live and Support.
2.1.7.1 Project Preparation Pada tahap ini ditentukan strategi untuk implementasi, mengatur tim proyek, menentukan system landscape, menentukan permintaan teknikal dan memilih vendor hardware dan database. Proyek implementasi dimulai dengan
19 kick-off meeting. Pada pertemuan tersebut manajer proyek akan menjelaskan tujuan dan rencana kerja. Sebelum melanjutkan ke tahap implementasi berikutnya, manajer proyek harus mengecek kualitas hasil dan me-release tahap Project Preparation. (Brand, 1999, p5)
2.1.7.1.1 Strategi Implementasi Terdapat dua hal penting dalam menentukan strategi implementasi, antara lain : (Brand, 1999, p8) -
M enentukan pilihan mengenai kebutuhan jumlah sistem R/3 yang terhubung untuk struktur organisasi perusahaan.
-
Bagaimana R/3 akan menggantikan sistem yang berjalan saat ini dan melalui interface apa R/3 akan melakukan pertukaran data dengan sistem eksternal.
2.1.7.1.2 System Topology Sistem SAP R/3 memiliki sistem Threetier Client/Server. Seluruh data disimpan pada satu database dan data diproses pada application layer pada application server. SAP GUI fronted (presentation layer) adalah interface ke user. Ketiga layer tersebut terhubung satu sama lain melalui jaringan. (Brand, 1999, p8)
2.1.7.1.3 M igrasi Pada awalnya, kebanyakan perusahaan hanya mengganti sebagian infrastruktur teknologi informasi dengan R/3. Dalam mengimplementasi
20 modul R/3 yang beragam, dapat bergantung pada ukuran perusahaan atau batasan geografis. R/3 hampir selalu melakukan pertukaran data dengan sistem sebelumnya. Perusahaan yang memiliki mainframe sebagai sistem sebelumnya memiliki beberapa pilihan, diantaranya : (Brand, 1999, p9) •
Full Migration (Big Bang) R/3 mengganti seluruh aplikasi dari sistem sebelumnya dalam satu waktu. Interface permanen untuk sistem sebelumnya tidak diperlukan.
•
Step by Step Migration (Cooperative Operation) R/3 hanya mengganti sebagian dari sistem sebelumnya. Contoh pertama, hanya mengimplementasi Financial Accounting dan Controlling, lalu Sales and Distribution, Production Planning. Aplikasi-aplikasi ini membutuhkan interface permanen untuk sistem sebelumnya.
2.1.7.2 Business Blueprint M enurut Brand (1999, p6), Business Blueprint menyediakan strategi umum mengenai bagaimana proses bisnis dalam perusahaan dipetakan ke dalam satu atau lebih sistem SAP. Business Blueprint mendokumentasi secara rinci lingkup dari skenario bisnis, proses bisnis, tahapan bisnis, dan kebutuhan dalam implementasi solusi SAP. Business Blueprint terdiri dari elemen-elemen di bawah ini : •
Unit Organisasi (Organizational Unit)
21 •
Master Data
•
Business Scenarios
•
Business Processes
2.1.7.2.1 Unit Organisasi Unit Organisasi merupakan objek organisasi yang digunakan untuk membentuk dasar dari suatu rencana organisasi. Unit organisasi merupakan unit fungsional dalam perusahaan. Dengan menggambarkan unit organisasi dan hubungan hierarki dan matriks di antara unit organisasi, maka struktur bisa dibentuk. (www.help.sap.com)
2.1.7.2.2 Master Data Master Data berisi semua informasi yang penting pada SAP Material Management, disimpan dalam database untuk jangka waktu yang lama dan digunakan dalam berbagai transaksi.
2.1.7.2.3 Business Scenario Business Scenario merupakan suatu kumpulan proses bisnis yang mengidentifikasikan suatu kegiatan bisnis dalam metode komprehensif dan serba lengkap pada level makro. Business scenario berhubungan dengan unit bisnis, fungsi utama, atau pusat keuntungan (profit center) perusahaan, dan bisa juga melibatkan mitra bisnis dari perusahaan yang lain. Business scenario terdiri dari sejumlah varian, masing-masing varian menjelaskan
22 suatu arus bisnis end-to-end. Setiap arus bisnis end-to-end diwakilkan dengan
suatu
rangkaian
yang
tersusun
dari
proses
bisnis.
(www.help.sap.com)
2.1.7.2.4 Business Process Proses bisnis merupakan rangkaian aktivitas logikal atau kronologikal untuk
melakukan
suatu
kegiatan
yang
menghasilkan
informasi.
(www.help.sap.com)
2.1.7.3 Realization Pada tahap ini, dilakukan set-up sistem R/3 untuk menguji setting. Proses ini dinamakan Quality Assurance System. Seperti tahap-tahap sebelumnya, manajer proyek akan mengecek hasil dan me-release tahap Realization. (Brand, 1999, p6)
2.1.7.4 Final Preparation Pada tahap ini, dilakukan set-up operasi produksi sistem dan import data dari sistem yang berjalan. Untuk memulai produksi dengan R/3 tanpa masalah, harus dilakukan pengecekan setting sistem, menguji sistem melalui proses bisnis yang paling penting, dan membuat help desk. Pada akhir tahap ini, harus diputuskan kapan akan memulai produksi. (Brand, 1999, p6)
23 2.1.7.5 Go Live and Support Setelah memulai produksi, harus dipastikan availability produksi sistem. Pada tahap Final Preparation tidak bisa dilakukan pengecekan seluruh setting dan sistem secara rinci. M aka setelah sistem baru dijalankan, sistem akan dipantau apakah ada kesalahan atau tidak (support). Setelah tahap support selesai maka implementasi sistem R/3 selesai. (Brand, 1999, p7)
2.1.8
Unified Modeling Language (UML) M enurut Jones dan Rama (2008, hlm.111), UM L merupakan suatu bahasa
yang digunakan untuk menentukan, memvisualisasikan, membangun, dan mendokumentasikan suatu sistem informasi. UM L dikembangkan sebagai suatu alat untuk analisis berorientasi objek dan desain tetapi dapat juga digunakan untuk memahami dan mendokumentasikan berbagai sistem informasi.
2.1.9
UML Activity Diagram M enurut Jones dan Rama (2008, hlm.111), diagram aktivitas UM L
merupakan suatu diagram yang menunjukkan urutan aktivitas dalam suatu proses. M enurut Satzinger, (2005, p144), activity diagram adalah suatu diagram alur atau workflow diagram yang mendeskripsikan kegiatan user (atau sistem) dan dengan aktivitas yang berurutan. M enurut Jones dan Rama (2008, hlm.79), terdapat 2 tipe activity diagram, yaitu:
24 1.
Overview diagram menyajikan suatu pandangan tingkat tinggi dari proses bisnis dengan mendokumentasikan kejadian-kejadian penting, urutan kejadian-kejadian ini, dan aliran informasi antar kejadian.
2.
Detailed diagram sama dengan peta dari sebuah kota. Diagram ini menyediakan suatu penyajian yang lebih detail dari aktivitas yang berhubungan dengan satu atau dua kejadian yang ditunjukkan pada overview diagram.
2.1.9.1 Langkah-Langkah dalam M embuat Overview Activity Diagram Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam membuat overview activity diagram, yaitu: 1.
M embaca uraian narasi dan mengidentifikasikan kejadian penting.
2.
M embubuhi keterangan pada narasi agar lebih jelas menunjukkan batasan kejadian dan nama-nama kejadian.
3.
M enunjukkan agen yang terlibat di dalam proses bisnis dengan menggunakan swimlanes.
4.
M embuat diagram untuk masing-masing kejadian.
5.
M enggambar dokumen yang dibuat dan digunakan di dalam proses bisnis.
6.
M enggambar tabel (file) yang dibuat dan digunakan di dalam proses bisnis.
25 2.1.9.2 Langkah-langkah M embuat Detailed Activity Diagram Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam membuat detailed activity diagram, yaitu : 1.
Tambah penjelasan naratif untuk menunjukkan aktivitas.
2.
Buatlah tabel arus kerja.
3.
Identifikasilah diagram terperinci yang diperlukan.
4.
Buatlah swimlane untuk agen-agen yang terlibat pada satu atau beberapa kejadian yang ditunjukkan pada detailed diagram.
5.
Tambahkan segi empat panjang untuk setiap aktivitas di dalam kejadian yang didokumentasikan pada detailed diagram tersebut.
6.
Gunakan garis tanpa putus untuk menunjukkan urutan aktivitas.
7.
Atur dokumen yang dibuat atau digunakan oleh aktivitas-aktivitas di dalam diagram itu.
8.
Dokumentasikan setiap tabel yang dibuat, dimodifikasi, atau digunakan oleh aktivitas dalam diagram yang ada dalam kolom komputer.
9.
Gunakan garis putus-putus untuk menghubungkan aktivitas dan tabel.
2.1.9.3 Simbol-simbol Activity Diagram Notasi atau simbol yang digunakan dalam activity diagram : 1.
Lingkaran Penuh Simbol ini digunakan untuk menggambarkan dimulainya proses dalam suatu diagram aktivitas.
26
Gambar 2.3 Notasi untuk M enggambarkan Awal Kejadian
2. Segi Empat Panjang Simbol ini digunakan untuk menggambarkan suatu kejadian, aktivitas, atau pemicu.
Gambar 2.4 Notasi untuk M enggambarkan Suatu Kejadian
3.
Garis Tidak Terputus Simbol ini digunakan untuk menggambarkan urutan dari suatu kejadian atau aktivitas ke yang berikutnya.
Gambar 2.5 Notasi untuk M enggambarkan Urutan Kejadian
4.
Garis Putus-putus Simbol ini digunakan untuk menggambarkan alur informasi antarkejadian.
Gambar 2.6 Notasi untuk M enggambarkan Alur Informasi
27 5.
Dokumen Simbol ini digunakan untuk menunjukkan dokumen sumber atau laporan.
Gambar 2.7 Notasi untuk M enunjukkan Dokumen/Laporan
6.
Berlian Simbol ini digunakan untuk menggambarkan kondisi yang ada dalam proses bisnis.
Gambar 2.8 Notasi untuk M enggambarkan Suatu Kondisi
7.
Tabel Simbol ini digunakan untuk menggambarkan suatu file komputer dari mana data bisa dibaca atau direkam selama kejadian bisnis.
Gambar 2.9 Notasi untuk M enggambarkan File Komputer
28 8.
Catatan Simbol ini digunakan untuk memberikan acuan bagi pembaca pada diagram atau dokumen lain untuk per perinciannya.
Gambar 2.10 Notasi untuk M enggambarkan Catatan
9.
Swimlane Simbol ini merupakan kolom dalam satu diagram aktivitas yang digunakan untuk memisahkan kejadian atau aktivitas menurut orang atau departemen yang bertanggung jawab atas kejadian atau aktivitas tertentu.
Gambar 2.11 Notasi untuk M emisahkan Kejadian
10. M ata banteng Simbol ini digunakan untuk mengakhiri kejadian dari suatu proses.
Gambar 2.12 Notasi untuk M enggambarkan Akhir Kejadian
29 11. Synchronization Bar Simbol ini digunakan untuk simbol yang digunakan untuk mengontrol pemisahan atau penggabungan dari tahapan yang sekuensial. (Satzinger, 2005, p145)
Gambar 2.13 Notasi untuk M enggambarkan Pemisahan/Penggabungan Tahapan Sekuensial
2.2 Teori-teori Khusus 2.2.1 Proses Bisnis M enurut Jones dan Rama (2008, hlm.22), proses bisnis merupakan seperangkat aktivitas yang dilakukan oleh suatu bisnis untuk memperoleh, menghasilkan, serta menjual barang dan jasa. Satu cara penting untuk mempelajari proses bisnis adalah dengan berfokus pada siklus transaksi. Proses bisnis dapat disusun menjadi tiga siklus transaksi utama: •
Siklus perolehan atau pembelian (acquistion/purchasing cycle) mengacu pada proses pembelian barang dan jasa.
•
Siklus konversi (conversion cycle) mengacu pada proses mengubah sumber daya yang diperoleh menjadi barang-barang dan jasa.
•
Siklus pendapatan (revenue) mengacu pada proses menyediakan barang dan jasa untuk para pelanggan.
30 Proses bisnis merupakan kumpulan aktivitas yang menggunakan satu atau lebih jenis masukan dan menciptakan keluaran yang bernilai bagi pelanggan. Proses bisnis melibatkan beberapa area fungsional dan fungsi bisnis dalam area tersebut. (Brady et al, 2001,p3)
2.2.2
Pengertian Rumah Sakit Dalam Glosarium Data dan Informasi Kesehatan 2005 dari Pusat Data dan
Informasi DepKes RI, rumah sakit adalah suatu fasilitas yang menyediakan rawat inap dan rawat jalan yang memberikan pelayanan kesehatan jangka pendek dan jangka panjang yang terdiri dari observasi, diagnostik, terapeutik dan rehabilitatif untuk orang-orang yang menderita sakit, cidera dan melahirkan. Dalam Kepmenkes RI No 560/M ENKES/SK/IV/2003 disebutkan bahwa rumah sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, baik dalam bentuk promotif, kuratif maupun rehabilitatif secara paripurna yang mempunyai status sebagai Perusahaan Jawatan.
2.2.2.1 Tugas Rumah Sakit M enurut Siregar (2003, p10) mengatakan bahwa pada umumnya, tugas rumah sakit ialah menyediakan keperluan untuk pemeliharaan dan pemulihan kesehatan. M enurut Keputusan M enteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 983/M enkes/SK/XI/1992, tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya kesehatan
secara
berdaya
guna dan
berhasil
guna dengan
mengutamakan upaya penyembuhan dan pemeliharaan yang dilaksanakan
31 secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan rujukan.
2.2.2.2 Fungsi Rumah Sakit Guna melaksanakan tugasnya, rumah sakit mempunyai berbagai fungsi (Siregar (2003, p10), yaitu menyelenggarakan pelayanan medik, pelayanan penunjang medik dan nonmedik, pelayanan dan asuhan keperawatan, pelayanan rujukan, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan, serta administarai umum dan keuangan. Secara tradisional, maksud dasar keberadaan rumah sakit adalah mengobati dan perawatan penderita sakit dan terluka. Sehubungan dengan fungsi dasar ini, rumah sakit melakukan pendidikan terutama bagi mahasiswa kedokteran, perawat, dan personel lainnya. Penelitian telah juga merupakan fungsi penting. Dalam zaman modern ini fungsi keempat, yaitu pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan masyarakat juga telah menjadi fungsi rumah sakit. Jadi, empat fungsi dasar rumah sakit adalah pelayanan penderita, pendidikan, penelitian, dan kesehatan masyarakat.
2.2.2.3 Klasifikasi Rumah Sakit M enurut Siregar (2003, p13-16), suatu sistem klasifikasi rumah sakit yang seragam diperlukan untuk memberi kemudahan mengetahui identitas, organisasi, jenis pelayanan yang diberikan, pemilik, dan kapasitas tempat tidur. Di samping itu, agar dapat mengadakan evalusi yang lebih tepat untuk suatu golongan rumah sakit tertentu.
32 Rumah sakit dapat diklasifikasikan berdasarkan berbagai kriteria sebagai berikut : 1.
Kepemilikan.
2.
Jenis pelayanan.
3.
Lama tinggal.
4.
Kapasitas tempat tidur.
5.
Afiliasi pendidikan.
6.
Status akreditasi.
2.2.2.3.1 Klasifikasi Rumah Sakit Umum Pemerintah Rumah Sakit Umum Pemerintah Pusat dan Daerah diklasifikasikan menjadi Rumah Sakit Umum kelas A, B, C dan kelas D. Klasifikasi tersebut didasarkan pada unsur pelayanan, ketenagaan, fisik dan peralatan. 1.
Rumah Sakit Umum kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialitik luas dan subspesialistik luas.
2.
Rumah Sakit Umum kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurangkurangnya 11 spesialistik dan subspesialistik terbatas.
3.
Rumah Sakit Umum kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar.
4.
Rumah Sakit Umum kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar.
33 2.2.2.3.2 Klasifikasi Rumah Sakit Umum Swasta Beberapa ketentuan dalam Keputuan M enteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 806b/M enkes/SK/XII/1987, tentang Klasifikasi Rumah Sakit Umum Swasta, yaitu : 1.
Klasifikasi rumah sakit adalah pengelompokan rumah sakit berdasarkan
pembedaan
bertingkat
dari
kemampuan
pelayanannya. 2.
Rumah Sakit Umum Swasta adalah rumah sakit umum yang diselenggarakan oleh pihak swasta.
3.
Klasifikasi rumah sakit umum swasta adalah : •
Rumah Sakit Umum Swasta Pratama, yang memberikan pelayanan medik bersifat umum.
•
Rumah Sakit Umum Swasta M adya, yang memberikan pelayanan medik bersifat umum dan spesialistik dalam 4 (empat) cabang.
•
Rumah Sakit Umum Swasta Utama, yang memberikan pelayanan medik bersifat umum, spesialistik dan subspesialistik.
2.2.3
Pengertian Rawat Jalan
34 Dalam Kepmenkes RI No 560/M ENKES/SK/IV/2003, disebutkan bahwa rawat jalan adalah pelayanan pasien untuk observasi, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medik dan pelayanan kesehatan lainnya tanpa menginap di rumah sakit.
2.2.4 QPRO PT. QPRO SUKSES M ANDIRI telah didirikan pada tahun 1999, yang menjadi penyedia inovatif canggih yang komprehensif dengan mengintegrasikan healthcare IT solution. Pendiri dan ketua QPRO adalah Konsultan dan Business Process Reengineering Profesional, dengan berbagai pengalaman di pasar yang berbeda, baik di Indonesia dan luar negeri. Healthcare Profesional IT QPRO ini, masing-masing memiliki keahlian sendiri dalam pengembangan software engineering, manajemen proyek, konsultasi dan lain-lain dengan track record yang terbukti dalam banyak proyek di seluruh kepulauan Indonesia. Healthcare profesional IT ini membantu dalam membangun solusi yang memberikan nilai dan keuntungan untuk dapat bersaing dalam menghadapi pasar global. Ada berbagai produk QPRO, diantaranya adalah : 1.
PRO HM S - Solusi M anajemen Rumah Sakit PRO HM S merupakan produk pertama yang dikembangkan berdasarkan studi yang dilakukan di 25 rumah sakit swasta dan pemerintah. Tim QPRO menjadi pilihan USAID untuk merancan g dan mengimplementasikan Sistem Informasi M anajemen Rumah Sakit di lima rumah sakit swadana pemerintah. Proyek ini diawas i
35 oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan oleh Science Internasional dan Institut Teknologi (ISTI) dari negara-negara Amerika Serikat. Hospital solution tidak hanya menyediakan fungsi horisontal tetapi juga mencakup semua unit vertikal dari rumah sakit, seperti out patient, unit gawat darurat, farmasi, logistik dan akuntansi serta human resource. 2.
PRO CM S - Solusi M anajemen Klinik PRO CM S merupakan produk yang disediakan untuk mendukun g proses bisnis yang ada di klinik. PRO CM S ini diimplementasikan pada tahun 2002 dengan menggunakan teknologi berbasis web, dan pada tahun yang sama PRO CM S pertama kali di-install. Solusi manajemen klinik ini menyediakan fungsi horizontal, mencakup semua unit vertikal dari klinik seperti our patient, unit gawat darurat farmasi, logistik, akuntansi dan human resource.
3.
PRO LM S - Solusi M anajemen Laboratorium PRO LM S adalah suatu modul yang lengkap, terintegrasi dan merupakan suatu produk yang independen, yang mendukun g pengoperasian laboratorium secara online maupun offline. PRO LM S dapat
diintegrasikan
dengan
mudah
dengan
solus i
manajemen rumah sakit dan solusi manajemen klinik maupun dengan vendor lainnya. 4.
PRO PM S - Solusi M anajemen Perawatan Primer
5.
PRO TM S - Solusi M anajemen Telemedika
36 6.
2.2.5
PRO EDM S - Solusi M anajemen Dokumen Elektronik
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview (wawancara),
kuesioner (angket), observasi (pengamatan), dan gabungan ketiganya. (Sugiyono, 2004, p129). 2.2.5.1 Kuesioner (angket) Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Selain itu, kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa pertanyaan/pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos, atau internet. (Sugiyono, 2004, p135).
2.2.6
Skala Pengukuran Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian
37 indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain: 1. Sangat setuju
1. Baik sekali
2. Setuju
2. Cukup Baik
3. Ragu-ragu
3. Kurang Baik
4. Tidak Setuju
4. Sangat tidak baik
5. Sangat tidak setuju
Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor misalnya: 1.
Sangat setuju / sangat positif diberi skor
5
2.
Setuju / positif diberi skor
4
3.
Ragu-ragu / netral diberi skor
3
4.
Tidak setuju / negatif diberi skor
2
5.
Sangat tidak setuju / sangat negatif diberi skor
1
(Sugiyono, 2004, p86 - 87)
2.2.7
Analisis Fit/Gap M enurut Charles A., analisis Fit/Gap adalah suatu analysis tool yang melibatkan identifikasi kesenjangan antara kondisi sekarang dengan kondis i masa depan yang diharapkan. Analisis tersebut merupakan titik awal dalam proses implementasi untuk kegiatan perbaikan proses. Fit/Gap dapat digunakan untuk meyakinkan bahwa proses perbaikan tidak langsung berpindah dari
38 identifikasi area-area permasalahan ke solusi yang diusulkan tanpa memahami kondisi yang sedang berlangsung saat ini. 2.2.7.1 Langkah-Langkah dalam Analisis Fit/Gap Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam analisis Fit/Gap : 1.
Ranking Requirements Kebutuhan harus diidentifikasi sesuai dengan tingkat prioritas. Hal ini memungkinkan tim proyek dan sponsor proyek untuk memastikan bahwa semua proses bisnis dapat diakomodasikan selama pelaksanaan sistem baru. Selain itu, juga memungkinkan tim proyek untuk fokus pada area yang paling penting bagi organisasi dan juga menyoroti di mana fungsi yang baru dapat memberikan nilai tambah untuk meningkatkan proses bisnis.
Tabel 2.1 Ranking Requirements dalam Analisa Fit/Gap Rank
Keterangan
H
HIGH/mission critical requirements – adalah kebutuhan yang merupakan tugas penting, yang diperlukan untuk operasi dan tanpanya organisasi tidak dapat berfungsi dengan baik, yang di dalamnya mencakup kebutuhan akan laporan yang penting bagi internal dan eksternal.
M
MEDIUM/value add requirements – adalah kebutuhan yang
jika
ditemukan,
akan
secara
signifikan
meningkatkan proses bisnis di organisasi. Kebutuhan ini
39 seringkali bukan merupakan tugas penting bagi bisnis organisasi, tapi jika ditemukan akan memberikan cost benefit yang signifikan bagi suatu organisasi. L
LOW/desirable requirements – adalah kebutuhan yang bagus untuk dimiliki dan hanya akan menambahkan nilai yang tidak terlalu besar bagi proses bisnis organisasi dan mungkin ditemukan melalui perbaikan sementara atau perubahan pada proses bisnis.
2.
Degree of Fit Langkah berikutnya dalam tahap analisis adalah untuk menentukan degree of fit antara kebutuhan user dan software. Berikut ini akan diuraikan kategori yang digunakan dalam menentukan degree of fit untuk laporan analisa Fit/Gap yaitu: Fit, Gap, Partial Fit. Tabel 2.2 Degree of Fit dalam Analisa Fit/Gap Kode
Keterangan
F
FIT – kebutuhan sepenuhnya dipenuhi oleh software.
G
GAP – software tidak dapat memenuhi kebutuhan. Komentar, alternatif, saran dan rekomendasi yang dibuat, akan dapat menghasilkan rekomendasi untuk melakukan customization terhadap software.
P
Partial fit – software mempunyai fungsional yang memenuhi kebutuhan. Perubahan sementara, custom
40 reports
atau
customizations,
bagaimanapun
akan
dibutuhkan kemudian agar dapat memenuhi kebutuhan secara maksimal.
3.
Gap Resolution Pada saat Gap telah diidentifikasi maka tim tersebut akan membuat alternatif dan merekomendasikan solusi untuk mengatasi Gap tersebut. Ada beberapa cara untuk mengatasi Gap seperti melakukan perubahan proses bisnis, merancang lingkungan bisnis, melakukan software customizations. Hal yang harus diperhatikan adalah dengan adanya customization fungsi dari software akan meningkatkan biaya implementasi proyek. Sehingga, tim proyek akan melakukan beberapa pendekatan untuk mencari resolusi dari adanya Gap, yaitu : 1.
Package Work-around – Pertama kali, tim proyek akan mengidentifikasi berbagai cara alternatif untuk memenuhi kebutuhan dengan bisnis proses yang ada.
2.
M embuat bisnis sesuai dengan Package – Jika package work-around
tidak
mungkin,
maka
tim
akan
merekomendasikan untuk melakukan perubahan proses bisnis dan mengeliminasi Gap yang terjadi. 3.
Customization
sebagai
jalan
terakhir
–
Bila
Customization harus dilakukan, strategi yang dipilih adalah membangun fungsionalitas di luar teknologi yang
41 digunakan dan memisahkan package dibandingkan melakukan perubahan package. Definisi dari customization di dalam proyek adalah sebagai berikut : yang merupakan customization dari paket adalah perubahan pada aplikasi yang memerlukan campur tangan staf pengembangan, atau beberapa perubahan yang dapat berdampak kurang baik untuk kemampuan upgrade pada software yang akan datang.