23
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Definisi mengenai Kualitas Saat kata “kualitas” digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard A3-1987, kualitas ialah keseluruhan ciri dan karakteristik dari suatu produk atau jasa yang memiliki kemampuan untuk memuaskan kebutuhan suatu pihak. Kebutuhan itu dapat berupa keamanan, ketersediaan, kemampuan perawatan, keawetan, kemudahan penggunaan, ekonomis (harga), dan lingkungan.
2.2
Quality control dan Statistical Process Control Pengendalian Kualitas atau Quality control dapat didefinisikan sebagai sebuah sistem yang digunakan untuk menjaga kualitas pada suatu produk atau jasa. Ini dapat diraih melalui perencanaan, desain, penggunaan peralatan dan prosedur yang benar, inspeksi, dan mengambil langkah yang tepat. Cabang dari Quality control ialah Statistical Quality Control (SQC) yang merupakan kumpulan, analisis, dan penjabaran data yang digunakan dalam aktivitas
24
Quality control. Salah satu bagian penting di dalamnya ialah Statistical Process Control. Statistical Process Control melibatkan perbandingan output dari suatu proses atau jasa dengan standar dan melakukan tindakan perbaikan. Selain itu juga untuk menentukan kemampuan suatu proses dalam menghasilkan suatu produk yang diinginkan. (Sumber : Fundamentals of Quality Control and Improvement, Amitava Mitra, Hal. 10). Beberapa alat yang umum digunakan dalam Statistical Process Control ialah Histogram, Check Sheet, Pareto diagram, Peta Kontrol (Control charts), dan Diagram Sebab-akibat (Fishbone diagram) 2.2.1
Histogram ialah diagram batang yang menunjukkan frekuensi yang terjadi dalam
suatu pengukuran. Histogram dapat menunjukkan
kapabilitas proses, dan hubungan antara suatu spesifikasi dengan nominal. Selain itu juga dapat menunjukkan bentuk populasi (sebaran normal).
Frequency
25
1
2
3
4
5
6
7
Number Nonconforming
Gambar 2.1 Histogram 2.2.2
Check Sheet ialah suatu form yang berisi data yang dikumpulkan secara akurat oleh operator dalam melakukan pemeriksaan terhadap suatu barang yang dapat berupa barang ½ jadi maupun barang jadi. Data tersebut terdiri dari karakteristik yang perlu diperiksa misalnya kategori cacat. Check Sheet harus mudah digunakan dan jika memungkinkan harus terdapat informasi mengenai waktu dan tempat dilakukannya pemeriksaan.
2.2.3
Diagram Pareto ialah suatu gambar grafik yang mengelompokkan data dari kiri ke kanan. Data yang dikelompokkan ialah kesalahan, cacat, masalah, penyebab, dan lain-lain. Skala vertikal (atau sumbu Y) biasanya berupa frekuensi atau persentase.
26
Diagram Pareto berfungsi untuk mengidentifikasi permasalahan utama. Terdapat 6 langkah dalam membuat diagram Pareto yakni : o Tentukan metode pengelompokan data : berupa masalah, sebab, cacat, atau lainnya o Tentukan dengan menggunakan frekuensi untuk mengukur data o Kumpulkan data sesuai dengan interval waktu o Ringkas data kemudian urutkan dari yang terbesar hingga yang terkecil o Hitung persentase kumulatifnya
Percentage
o Buat diagramnya dan temukan data yang penting (vital).
Problems
Gambar 2.2 Diagram Pareto 2.2.4
Peta Kontrol (Control Charts) ialah peta yang digunakan untuk mengidentifikasi suatu keadaan di luar kendali. Peta Kontrol terdiri dari Peta Kontrol Variabel untuk mengukur dan memetakan data
27
variabel dan Peta Kontrol Atribut untuk memetakan data atribut. Dalam Peta kontrol terdapat garis tengah (Mean) dan Batas Kontrol Atas (BKA) dan Batas Kontrol Bawah (BKB). Data yang semakin mendekati nilai tengah berarti semakin baik sedangkan data yang keluar dari Batas Kontrol Atas atau Batas Kontrol Bawah perlu dianalisa dan diperbaiki. Untuk menentukan nilai tengah, BKA dan BKB, diperlukan perhitungan statistik dari data mentah sesuai dengan
Value
jenis datanya apakah variabel atau atribut.
Gambar 2.3 Peta Kontrol
Peta kontrol p merupakan salah satu peta kontrol atribut. Peta tersebut berguna untuk menghitung proporsi produk yang cacat dalam suatu bagian atau unit. Langkah-langkah dalam membuat peta kontrol p ialah :
28
o Pilih karakteristik yang akan diukur misalnya satu produk, departemen, shift, tempat kerja, dan lain-lain o Tentukan jumlah subgroup, ukuran subgroup minimal 50 subgroup dan tentukan apakah subgroup yang diambil konstan atau berubahubah o Kumpulkan data dimana terdapat jumlah dilakukannya inspeksi, jumlah produk yang diinspeksi, jumlah produk yang cacat, dan proporsi cacat. o Hitung garis tengah, BKA dan BKB dengan rumus : p=
∑ np ∑n
Dimana :
…………....Persamaan (1)
n = Jumlah yang diinspeksi dalam satu subgrup np = Jumlah cacat dalam satu subgrup
(
)
(
)
BKA = p + 3
p 1− p ……...Persamaan (2) n
BKB = p − 3
p 1− p ……...Persamaan (3) n
o Lakukan perhitungan ulang untuk garis tengah, BKA dan BKB
jika terdapat data yang keluar dari BKA atau BKB dengan rumus : p new =
∑ np − np ∑n − n d
d
……….Persamaan (4)
29
Dimana :
np d = Jumlah produk cacat yang keluar dari BKA dan BKB nd = Jumlah subgroup yang keluar batas BKA dan BKB
BKA = p new + 3
p new (1 − p new ) ………..Persamaan (5) n
BKB = p new − 3
p new (1 − p new ) ……….Persamaan (6) n
2.2.5 Diagram Sebab-akibat / Ishikawa diagram / Fishbone diagram ialah suatu gambar yang terdiri dari garis dan simbol yang menggambarkan hubungan antara Akibat dan penyebabnya. Diagram ini dikembangkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa pada tahun 1943 sehingga sering disebut Diagram Ishikawa. Diagram ini digunakan untuk menyelidiki efek “buruk” dan berusaha memperbaiki penyebabnya. Tiap efek terdapat beberapa penyebabnya. Efek ialah karakteristik yang perlu diperbaiki sedangkan penyebabnya dapat dipecah menjadi metode kerja, material, pengukuran, manusia, lingkungan, dan terkadang perawatan dan manajemen. Tiap penyebab tersebut dapat dipecah lagi menjadi lebih spesifik misalnya pada metode kerja bisa dibagi menjadi pelatihan, pengetahuan, kemampuan, karakteristik fisik, dan lain-lain. Diagram Sebab-Akibat berguna untuk :
30
o Menganalisa kualitas aktual barang dan jasa o Menghilangkan penyebab yang buruk o Menstandarisasi proses operasi o Pembelajaran dan pelatihan personil dalam membuat keputusan
dan melakukan tindakan perbaikan.
Gambar 2.4 Diagram Fishbone
2.3
Prosedur Sistem Quality Control untuk Produk Barang 2.3.1 Management : Sistem kontrol dalam suatu perusahaan yang
menekankan pada kualitas barang harus memiliki koordinasi yang kuat dari suatu manajemen divisi fungsional. Tiap divisi dalam perusahaan yang berhubungan dengan kualitas harus di-manage oleh satu manajemen dalam hal ini manajemen Quality control. Manajemen QC harus memiliki struktur yang stabil dan tiap managernya harus menjaga keefektifan kontrol area kerjanya.
31
2.3.1.1 Manajer QC : Perusahaan harus memiliki anggota tim QC yang berpendidikan dan terlatih dalam tanggung jawabnya menjamin dan memelihara kualitas yang biasanya disebut Manajer Quality Control. Manajer QC harus melaporkan hal-hal yang diperlukan untuk mengkoordinir upaya menjaga kualitas dan mencari solusi untuk pemecahan masalah kualitas. Selain itu manajer QC juga harus membuat manual tertulis yang berisi prosedur dan metode untuk mengontrol kualitas. 2.3.1.2 Kebijakan kualitas : Harus terdapat sebuah dokumen mengenai kualitas produk dimana tercantum dengan jelas parameter kualitas dari produk termasuk keselamatan pemakai, kemampuan
dan
kekuatan produk, dan penggunaan produk yang benar. 2.3.1.3 Perencanaan kualitas : Perusahaan harus menjaga dua perencanaan aktivitas, yang pertama yaitu fokus pada jaminan tiap produknya memiliki kualitas, yang kedua yaitu fokus pada perbaikan dan peningkatan kualitas untuk tiap produk yang diproduksinya. Untuk meningkatkan kualitas, perusahaan dapat melakukan : 1. Mendokumentasikan kendali terhadap aktivitas manufaktur 2. Secara berkala mengidentifikasi dan menyaring kemampuan personil, benda-benda dan alat ukur untuk kebutuhan jangka panjang
32
3. Pembaruan metode pengukuran, termasuk pengembangan atau perolehan instrumen pengukuran yang baru atau skill jika memungkinkan. 4. Pembaruan metode kontrol proses dan produksi, termasuk pengembangan dan perolehan peralatan proses atau skill operator jika memungkinkan. 5. Persiapan untuk dokumentasi diperlukan untuk kontrol aktivitas
diperlukan
untuk
mendapatkan
kualitas
dan
reliabilitas produk. 2.3.1.4 Perencanaan untuk keamanan produk : Perlunya dilakukan identifikasi
dan
kontrol
terhadap
keamanan
produk
dan
karakteristiknya. Metode tersebut perlu dipikirkan saat desain produk, inspeksi proses, inspeksi produk jadi, analisis terhadap umpan-balik konsumen, dan sumber lainnya. Seluruh produk harus terjamin 100 % keamanan penggunaannya. 2.3.1.5 Manajer QC harus membuat suatu dokumen mengenai sistem kualitas yang digunakan oleh perusahaan. Didalamnya terdapat : struktur organisasi yang jelas, deskripsi mengenai sistem kualitas seperti prosedur untuk pengendalian kualitas, dan deskripsi perencanaan kualitas dengan detail yang lebih spesifik untuk tiap kategori produk jika terdapat lebih dari satu produk.
33
2.3.2
Kontrol terhadap perolehan material
Perusahaan perlu memastikan bahwa semua material yang dipakai memenuhi keinginan. Untuk itulah perusahaan perlu belajar bagaimana mengontrol komunikasi dengan supplier. 2.3.2.1 Pemilihan supplier : Perusahaan perlu memilih supplier yang memenuhi kriteria. Program yang dapat dilakukan yaitu survei terhadap supplier, kualifikasi supplier, dan menyusun daftar supplier. 2.3.2.2 Sistem kualitas supplier : Perusahaan perlu meyakinkan supplier agar barang yang dipasok dapat memenuhi keinginan perusahaan. Perusahaan dapat mengidentifikasi kemampuan supplier melalui pemantauan terhadap sistem kualitas supplier, inspeksi supply yang tiba di perusahaan atau melakukan keduanya. 2.3.2.3 Pengukuran terhadap material yang diterima : Perusahaan perlu mengontrol kualitas material yang diterimanya dari supplier dengan inspeksi sebagai berikut : •
Membuat catatan sejarah mengenai hasil inspeksi material dari supplier tersebut
•
Membuat
dan
menjalankan
prosedur dalam tata cara
penyimpanan, penanganan, perlindungan dan kontrol terhadap
34
material yang didapat. Material yang ditolak harus dipisahkan dengan material yang diterima. 2.3.3
Pengendalian stok material
Seluruh material harus diletakkan sesuai tipe, posisi penyimpanan dan tanggal penerimaan. Material perlu diidentifikasi dan diperiksa secara berkala untuk menjamin karakteristik kualitas tetap terjaga. Selain itu juga material tidak boleh diletakkan bersamaan dengan material lain yang dapat menyebabkan interaksi yang merugikan. 2.3.4
Quality control pada produksi
2.3.4.1 Kontrol terhadap operasi produksi Operasi produksi harus didokumentasikan ke dalam prosedur kerja secara detil. Prosedur kerja tersebut haruslah menggambarkan kriteria dalam mencapai kinerja yang memuaskan dalam usaha memenuhi standar kualitas. 2.3.4.2 Inspeksi produk in-process Pusat inspeksi harus berada pada proses produksi. Tipe inspeksi inprocess disesuaikan dengan jenis operasi produksi, sebagai contoh: o Jika proses otomatis, inspeksi dilakukan pada produk pertama
kemudian diawasi sepanjang proses.
35
o Inspeksi secara otomatis dengan alat uji otomatis digunakan
jika
peningkatan
produktivitas
dan
akurasi
akan
mengakibatkan pengeluaran. o Pusat inspeksi berada pada area yang tepat pada proses
manufaktur o Peta
kontrol
dipakai
pada
inspeksi
in-process
untuk
mendapatkan peringatan jika variasi data meningkat untuk mengendalikan proses. 2.3.4.3 Metode Statistik dalam Quality control Metode statistik haruslah dipakai oleh perusahaan sebagai kontrol dan pengetahuan dari aktivitas manufaktur. Metode tersebut dapat digunakan untuk : o Dalam desain eksperimen misalnya desain kerja, uji reliabilitas
dan uji lapangan o Dalam menentukan dan menjaga kapabilitas proses o Dalam menjaga dan penyesuaian terhadap biaya kualitas o Dalam penggunaan inspeksi secara sampling o Dalam penggunaan dan analisis peta kontrol o Dalam analisis data dari supplier dan subkontraktor dan dari
operasi perusahaan o Dalam analisis data dari pengguna produk-produk perusahaan.
36
Inspeksi ulang terhadap material yang ditolak dan dikerjakan ulang membutuhkan catatan sejarah material tersebut yang harus diketahui oleh pemeriksa. 2.3.4.4 Kontrol terhadap alat ukur Perusahaan haruslah merencanakan, mendesain, dan membentuk program yang efektif untuk alat-alat ukur, kalibrasi, dan penggunaan yang menjamin keakuratan alat tersebut. Kalibrasi alat ukur harus dilakukan oleh staf yang ahli. Kalibrasi juga harus memiliki standar baik itu standar nasional ataupun standar internasional. Alat yang telah dikalibrasi harus diberi label minimal terdapat tanggal dilakukannya kalibrasi, nama orang yang melakukan kalibrasi, dan tanggal harus dikalibrasi ulang. Data rekaman ini harus disimpan dan harus siap jika dilakukan audit. 2.3.4.5 Kontrol terhadap produk cacat Saat terdeteksi adanya produk yang cacat, maka harus menjadi tanggung jawab seluruh karyawan untuk diberitahukan kepada manajer QC agar dapat dilakukan langkah perbaikan. Produk yang cacat harus ditempatkan di tempat yang terpisah dengan produk yang baik, dan diberi tanda / label untuk diteruskan ke departemen QC.
37
Setelah terjadinya produk cacat, maka departemen QC perlu membuat Material Review Board (MRB) yang diputuskan langkah yang akan diambil terhadap produk yang cacat yaitu : •
Bisa dikerjakan ulang
•
Harus di buang
•
Dapat diperbaiki dengan metode tertentu
•
Akan dikembalikan ke supplier
Perusahaan perlu menyiapkan rekaman mengenai produk rusak / cacat yang terdiri dari : •
Orang yang mengajukan dokumen
•
Tanggal dokumen
•
Identifikasi yang penting untuk pelacakan
•
Nomor part barang yang cacat secara spesifik
•
Detil proses manufaktur yang menyebabkan terjadinya cacat
•
Deskripsi detil mengenai kecacatan
•
Penempatan produk yang cacat
•
Identifikasi
personil
yang
bertanggung
penempatan produk cacat •
Terdapat MRB barang cacat tersebut
•
Tanda tangan persetujuan pemrosesan ulang
•
Deskripsi penyebab terjadinya cacat
jawab
dalam
38
•
Langkah perbaikan yang diambil
•
Identifikasi bagian atau individu yang melakukan perbaikan.
2.3.4.6 Dokumen kontrol Seluruh dokumen yang dipakai dalam memproduksi produk harus berada pada kendali sistem kualitas perusahaan. Detil prosedur, instruksi kerja, gambar, spesifikasi, dan kompilasi data dan hasil dari analisis digunakan untuk membuat keputusan harus diakui sebagai bagian dari dokumen manufaktur. 2.3.4.7 Stock kontrol Stock dalam hal ini ialah barang dalam proses yang sementara disimpan untuk diproses lagi nantinya. Perusahaan perlu membuat area penyimpanan dengan sirkulasi udara yang cukup, punya batasan dinding, dan lainnya untuk melindungi kualitas barang tersebut dari kerusakan. Stock juga harus dijaga selama manufaktur agar tidak tercampur dengan barang lain yang dapat menyebabkan kerusakan pada kualitasnya. 2.3.4.8 Inspeksi produk jadi Perusahaan perlu melakukan inspeksi pada produk jadinya dengan menggunakan metode sampling atau melakukan inspeksi secara keseluruhan. Jika menyangkut masalah keamanan dan kemampuan produk, maka perlu dilakukan inspeksi 100 %.
39
Seluruh produk perlu di inspeksi untuk menentukan kualitas produk yang dihasilkan. 2.3.4.9 Rekaman kontrol mutu Perusahaan perlu memiliki informasi mengenai kualitas melalui rekaman mutu yang terbagi 2 yaitu : Rekaman mutu selama produksi, yang termasuk : o Informasi mengenai sumber material, termasuk supplier,
identitas material, dan data kualitas yang didapat pada inspeksi kedatangan barang o Inspeksi dan prosedur kualitas, standar, instruksi inspeksi, dan
instruksi kerja pada sistem kualitas o Prosedur produksi dan penyimpanan, metode dan latihan yang
terdokumentasi, dan identitas rekaman yang menyediakan keterangan material. o Rekaman identifikasi produk yang menunjukkan apa yang
telah dibuat, operasi apa yang telah dilakukan, material dan peralatan apa yang dipakai, dan oleh siapa dan kapan (tanggal) o Rekaman inspeksi yang menunjukkan inspeksi yang telah
dilakukan, jumlah barang yang diterima, jumlah barang yang ditolak, dan peletakkan barang reject
40
o Laporan mengenai scrap, dan sumber penyebab scrap o Laporan biaya kualitas yang menunjukkan optimasi dan
minimasi biaya kualitas melalui perubahan dalam produksi atau aktivitas kualitas o Laporan kualitas ke manajemen sebagai rangkuman yang
menunjukkan performa kualitas. Rekaman mutu pada penyimpanan, yang menunjukkan : o Spesifikasi material yang digunakan selama manufaktur o Susunan langkah-langkah dalam perawatan produk o Spesifikasi kontrol proses yang didapat dan dijaga selama
manufaktur o Inspeksi produk jadi yang termasuk diantaranya identifikasi
produk yang diinspeksi, jumlah obesrvasi yang dilakukan, jumlah produk yang cacat, jumlah produk yang diterima dan ditolak, dan tindakan perbaikan yang dilakukan. 2.3.4.10 Marking and Packing control Perusahaan perlu menjamin identitas dan informasi mengenai produk jadi mereka dijalankan saat pengepakan, penyimpanan, pemasangan dan penggunaan. Produk yang telah jadi, minimal harus diberi label informasi mengenai nomor part spesifikasi, dan kode tanggal manufaktur
41
yang menginformasikan periode garansi. Jika perlu, produk jadi tersebut diberi label permanen berisi nomor seri yang unik pada tiap produknya. Perusahaan juga perlu menjaga sistem untuk menjamin perlindungan kualitas barang dari inspeksi terakhir hingga tempat barang tersebut digunakan. Karton, kotak atau media lainnya perlu diberi label dan tanda untuk memberi petunjuk dalam penyimpanan yang aman dan benar. 2.3.4.11 Handling, storage, and shipping control Perusahaan
perlu
menjaga
sistem
dalam
penanganan,
penyimpanan, dan pengangkutan produk jadi agar terlindungi kualitasnya dari kerusakan. Sistem juga harus memberikan nomor seri, kode tanggal manufaktur, atau informasi penting lainnya sebagai garansi barang. 2.3.4.13 Audit sistem kualitas Perusahaan perlu melakukan audit terhadap sistem kualitas termasuk manual mutu. Audit juga dilakukan untuk mengawasi apakah sistem kualitas telah berjalan secara efektif dan sukses.
42
2.3.5
Quality control pada konsumen
2.3.5.1 Interaksi terhadap konsumen Seluruh keluhan dari pelanggan perlu ditanggapi secara serius oleh perusahaan dimana perusahaan harus : •
Analisis untuk mengetahui apa dan penyebab produk cacat
•
Sistem peringatan produk yang gagal, biasanya berhubungan dengan produk baru yang telah dirilis
•
Program keluhan pelanggan untuk mendapatkan informasi demi perbaikan kualitas.
2.3.5.2 Return produk Perusahaan perlu membuat layanan untuk return produk agar konsumen lebih diyakinkan bahwa barang mereka dapat diganti jika tidak sesuai dengan yang diinginkan. 2.3.6
Identifikasi masalah dan perbaikan
Perusahaan harus dapat mengidentifikasi masalah yang potensial sebelum terjadi dan membuat rencana untuk menghindari masalah. Juga
harus
dapat
menemukan
permasalahan
dalam
program
manufaktur dan menerapkan tindakan perbaikan. Tindakan perbaikan membuat perubahan dalam aktivitas manufaktur. Sistem kualitas haruslah terdapat rekaman mengenai seluruh kualitas yang tidak memuaskan, dengan perhatian serius
43
2.3.6.1 Deteksi masalah dan dokumentasi Sistem kualitas harus terdapat prosedur yang didesain untuk diperhatikan oleh manajer QC dan anggota manajemen yang lain terhadap berbagai masalah kualitas. Masalah kualitas, setelah teridentifikasi dan terbukti ada, harus didokumenkan dan salinan dokumennya harus diteruskan ke manajemen
QC.
Dokumentasi
mencakup
indikasi
utama
permasalahan dan informasi perkembangannya. Manajer QC bertanggung jawab dalam mengumpulkan data tambahan dan tanggung jawab terhadap masalah. 2.3.6.2 Tanggung jawab permasalahan Organisasi yang bertanggung jawab bertindak mengenai masalah kualitas (seperti kegagalan produk / sistem) harus menentukan tindakan perbaikan yang akan diambil. Setelah itu tindakan perbaikan harus langsung dijalankan dan didokumentasikan pada program kontrol perubahan. 2.3.6.3 Data dokumentasi Manajer QC harus membuat sistem rekaman yang melaporkan masalah kualitas dan tindakan yang diambil untuk digunakan nantinya
dalam
menghindari
masalah
kualitas
dan
44
membandingkannya dengan permasalahan yang terjadi di masa depan untuk mendapatkan solusinya. 2.3.7
Pemilihan karyawan dan pelatihan
Perusahaan perlu merekrut karyawan dimana syarat yang harus dipenuhi yaitu pekerjaan yang akan dilakukan, berpendidikan, berpengalaman, dan berkemampuan. Perusahaan juga perlu membuat program pelatihan yang dilakukan secara berkala untuk meningkatkan pengetahuan dan menyegarkan kembali pembelajaran yang telah dilalui.