BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Manajemen Manajemen melibatkan aktivitas-aktivitas koordinasi dan pengawasan terhadap pekerjaan orang lain, sehingga pekerjaan tersebut dapat diselesaikan secara efisien dan efektif. (Robbins & Coulter. 2010:7) Sedangkan menurut Terry & Rue (2010:67), manajemen adalah suatu proses yang membedakan atas perencanaan pengorganisasian , penggerakan pelaksanaan dan
pengawasan, dengan memanfaatkan baik ilmu maupun seni, agar dapat
menyelesaikan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya Jadi dari pendapat-pendapat di atas dapat kita simpulkan bahwa menejemen adalah proses yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengaruh, dan pengendalian yang pada akhir nya bertujuan untuk menyelesaikan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
2.1.2 Pengertian Manajemen Operasi Menurut Tampubolon (2014:6-7) Ada tiga pengertian yang penting mendukung pelaksanaan kegiatan manajemen operasional yaitu: fungsi manajemen operasional, sistem manajemen operasional dan keputusan didalam manajemen operasional. Pertama; manajemen operasioal yang dapat dinyatakan, bahwa manajer operasional bertanggung jawab untuk mengelola bagian atau fungsi di dalam organisasi yang menghasilkan barang dan jasa. Kedua; mengenai sistem yang berkaitan dengan perumusan sistem transformasi (konversi) yang menghasilkan barang dan jasa. Terakhir; merupakan unsur terpenting di dalam manajemen operasional yaitu pengambilan keputusan, khususnya keputusan yang tidak terprogram dan beresiko.
11
12 Selanjutnya ada empat fungsi penting dalam manajemen operasional yaitu: 1. Proses pengolahan, yang menyangkut metode dan teknik yang digunakan untuk pengolahan faktor masukan (input factor). 2. Jasa-jasa penunjang, yang merupakan sarana pengorganisasian yang perlu dijalankan, sehingga proses pengolahan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. 3. Perencanaan, yang merupakan penetapan ketertatikan dan pengorganisasian dari kegiatan operasional yang akan dilakukan dalam suatu kurun waktu atau periode tertentu. 4. Pengendalian dan pengawasan, yang merupakan fungsi untuk menjamin terlaksananya kegiatan sesuai dengan apa yang telah direncanakan sehingga maksud dan tujuan penggunaan dan pengolahan masukan (input) yang secara nyata dapat dilaksanakan. Manajemen Operasional didefinisikan sebagai manajemen proses konversi, dengan bantuan fasilitas seperti; tanah, tenaga kerja, modal, dan manajemen masukan (input) yang diubah menjadi keluaran yang diinginkan berupa barang jasa/layanan. Dimana manajer dapat melakukannya dengan pendekatan classical, behavioral, dan model-model yang dianalisis dengan ilmu manajemen. Menurut Heizer dan Render (2015:3), Manajemen operasi adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output. Kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa, berlangsung di semua organisasi. Dalam perusahaan manufaktur, dapat terlihat dengan jelas aktivitas produksi yang menghasilkan barang. Dalam sebuah organisasi yang tidak menciptakan sebuah barang atau produk yang berwujud, fungsi produksinya mungkin menjadi kurang jelas. Hal ini mungkin sering disebut sebagai aktivitas jasa. Jasa mungkin “tersembunyi” dari publik dan bahkan dari pelanggan. Produk mungkin akan berbentuk, seperti transfer dana dari rekening tabungan ke sebuah rekening untuk cek, transplanstasi hati, pengisian kursi yang kosong dalam sebuah maskapai penerbangan, atau pendidikan dari seorang pelajar. Terlepas dari apakah produk akhir itu merupakan sebuah barang atau jasa, aktivitas produksi yang berlangsung dalam organisasi sering kali merujuk sebagai operasi, atau manajemen operasi.
13 2.1.3
Pengertian efisiensi Menurut Tampubolon (2014:24-25) Efisiensi merupakan cara yang mungkin
untuk memutuskan harga lebih rendah, merupakan kriteria utama untuk sukses. Biaya yang rendah, produktivitas operasional yang tinggi memungkinkan terjadinya efisiensi. Menggunakan sumber daya yang efektif, tenaga kerja manajemen, bahan baku, peralatan dan fasilitas, dan bahan bakar dan selanjutnya meningkatkan keluaran (output) merupakan kunci dan produktivitas. Menurut Robbins & Coulter (2010:7), Efisiensi merujuk pada maksud mendapatkan sebesar-besarnya output dari sekecil-kecilnya input. Karena manajer berhadapan dengan kelangkaan input termasuk sumber-sumber daya seperti manusia, uang, dan peralatan, maka mereka berkepentingan untuk menggunakan sumbersumber daya ini secara efisien. Menurut Heizer dan Render (2015:349). Kapasitas efisiensi adalah presentase dari kapasitas yang efektif yang benar-benar dicapai. Bergantung pada bagaimana tempat fasilitas dipergunakan dan dikelola, mungkin akan menjadi sulit atau tidak mungkin untuk mencapai 100% efisiensi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), efisiensi adalah: 1.
Ketepatan cara (usaha, kerja, dan sebagainya) dalam menjalankan sesuatu dengan tidak membuang waktu, tenaga dan biaya yang bertujuan untuk mencapai kedayagunaan dan ketepatgunaan yang maksimal.
2.
Kemampuan menjalankan tugas dengan baik dan tepat dengan tidak membuang waktu, tenaga dan biaya.
3.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa efisiensi adalah ketepatan cara dan kemampuan menjalankan tugas dengan baik, tepat, dan mendapatkan hasil yang maksimum tanpa mengganggu keseimbangan antara faktor – faktor tujuan, alat, tenaga dan waktu.
2.1.4 Pengertian efektifitas Menurut Tampubolon (2014:25), Efektivitas adalah bagaimana dengan cara terbaik perusahaan dapat menyatukan kriteria spesifik dalam skedul pengiriman dan kemampuan teknis. Kualitas adalah merupakan usaha pemenuhan hasil terbaik atas produk atau layanan yang diterima pelanggan dan sesuai pengharapan organisasi. Kualitas merupakan refleksi paling baik dari produk atau layanan yang diberikan
14 pada pelanggan. Fleksibilitas adalah adaptasi, dari kemampuan untuk usaha atau bisnis sesuai dengan kondisi perubahan yang terjadi. Menurut Robbins & Coulter (2010:8), Efektivitas seringkali diidiomkan sebagai “mengerjakan hal yang tepat”. Yaitu, menjalankan aktivitas-aktivitas yang secara langsung membantu organisasi mencapai berbagai sasarannya. Sedangkan menurut Heizer dan Render (2015:349), Kapasitas efektif adalah kapasitas yang mana suatu perusahaan mengharapkan untuk mencapai hambatan operasional yang tersedia saat ini. Kapasitas yang efektif sering kali lebih rendah daripada design kapasitas kerena tempat fasilitas mungkin telah dirancang untuk versi produk yang terdahulu atau campuran produk yang berbeda daripada yang saat ini sedang diproduksi.
2.1.5 Perbedaan antara produk dan jasa Menurut Heizer dan Render (2005:12), perbedaan produk dan jasa adalah antara lain: •
Jasa biasanya tidak nyata (contoh: pembelian sebuah perjalanan antara dua kota terhadap bangku kosong pesawat) sebagai lawan dari barang yang nyata
•
Jasa biasanya diproduksi dan dikonsumsi secara langsung, tidak ada persediaan. Sebagai contoh, salon kecantikan memproduksi pemotongan rambut yang langsung dikonsumsi, atau dokter yang melaksanakan operasi (yang merupakan aktivitas produksi), yang langsung dikonsumsi (oleh pasien). Kita belum pernah tahu bagaimana cara menyimpan jasa pemotongan rambut atau proses operasi usus buntu.
•
Jasa bersifat khas. Contohnya perpaduan dalam perlindungan keuangan anda, seperti ketentuan aturan investasi dan polis asuransi, mungkin tidak sama dengan milik orang lain sebagaimana prosedur kesehatan atau potongan rambut anda yang tidak persis sama dengan orang lain.
•
Jasa memiliki interaksi yang tinggi dengan pelanggan. Jasa sulit untuk distandarisasi, dibuat otomatis, dan dibuat seefisien seperti yang kita inginkan, karena interaksi pelanggan membutuhkan kekhasan. Kenyataannya, pada banyak kasus kekhasan inilah yang bersedia dibayar oleh pelanggan; karenanya manajer operasi harus memastikan bahwa produk didesign
15 sedemikian rupa, sehingga dapat diberikan dalam kekhasan tertentu sesuai dengan yang diinginkan pelanggan. •
Jasa mempunyai definisi produk yang tidak konsisten. Definisi produk mungkin bisa tepat sebagaimana polis asuransi mobil, tetapi tidak konsisten, karena jasa bagi tiap pemegang polis asuransi mobil akan beragam bagi setiap pelanggan, dilihat dari jenis mobil dan jangka waktu pertanggungannya.
•
Jasa sering berdasarkan pada pengetahuan, seperti pada jasa pendidikan, kesehatan, dan hukum, dan karenanya sulit untuk dibuat otomatis.
•
Jasa sering kali tersebar. Penyebaran ini terjadi karena jasa biasanya diberikan kepada klien atau pelanggan melalui kantor setempat, toko pengecer atau bahkan panggilan ke rumah.
2.1.6 Pengiriman Menurut Yunarto (2006:163), Pengiriman adalah bagian penting dalam suatu rantai persediaan yang berfungsi untuk menyiapkan dan mengirimkan barang ke customer. Transportation berhubungan dengan mode transportasi apa yang dipakai agar efektif dan efisien, baik dari sisi biaya, kecepatan waktu pengiriman dan ketepatan waktu.
2.1.7 Saluran Distribusi Menurut Yunarto (2006:39), Saluran distribusi (distribution channel) adalah sekmpulan organisasi yang saling berhubungan untuk membuat suatu produk atau jasa tersedia bagi konsumen atau pemakai dan kemudian dapat dikonsumsi oleh konsumen tersebut. Jadi di sini salauran distribusi berfungsi sebagai jembatan antara produser (pembuat barang) dan konsumen, atau dengan kata lain saluran distribusi bertanggung jawab untuk memindahkan barang dari pembuat barang ke konsumen.
Tiga komponen utama saluran distribusi menurut Yunarto (2006:42), antara lain: 1. Intermediary
(perantara)
adalah
pihak-pihak
seperti
wholesaler
(grosis/pedagang besar) dan retailer (pengecer) yang membeli barang, memilikinya, dan menjual kembali barang tersebut. Wholesaler dan retailer sering disebut juga dengan istilah merchant (pedagang). 2. Agent (agen/wakil) adalah pihak-pihak seperti broker (pedagang perantara yang biasanya dibayar dengan imbalan komisi) dan sales agent (agen
16 penjualan). Broker dan agent akan mencari pembeli, bertindak di pihak penjual, negosiasi dengan pembeli, tetapi tidak memiliki barang yang diperantarakan atau di perdagangkan. 3. Facilitator (fasilitator) adalah pihak-pihak lain yang memfasilitasi atau membantu proses distribusi dalam hal pengiriman barang secara fisik, pengiriman informasi, ataupun proses pembayaran. Fasilitator adalah pihak ketiga yang tidak terlibat proses jual-beli barang dan tidak memiliki barang yang dikirim atau diperdagangkan tersebut. Jadi di sini tugas fasilitator hanyalah untuk membantu dan kemudian dia bayar atas bantuan yang diberikannya
ini.
Contoh
dari
fasilitator
adalah
perusahaan
transportasi/ekspedisi, bank, provider internet (untuk pertukaran informasi, biro iklan, independent warehouse (gudang milik perusahaan lain), dan lainlain.
2.1.7.1 Tingkat saluran distribusi Saluran distribusi digambarkan oleh jumlah tingkat saluran yang terlibat. Tingkatan saluran menurut Kotler dan Amstrong (2008:7) adalah Merupakan setiap lapisan perantara pemasaran yang melaksanakan semacam tugas dalam mebawa produk dan kepemilikan lebih dekat kepada pembeli akhir. Ada dua macam tingkatan saluran yaitu : •
Saluran pemasaran langsung Yakni tidak mempunyai perantara. Saluran ini terdiri dari perusahaan yang menjual langsung kepada konsumen.
•
Saluran pemasaran tidak langsung Yakni terdiri dari satu tingkat perantara. Saluran ini terdiri dari perusahaan yang menjual melalui perantara kepada konsumen.
Menurut Kotler (2008:8) tingkat saluran distribusi terdiri dari: •
Saluran nol tingkat Saluran ini disebut juga saluran pemasaran langsung, dimana pabrik secara langsung menjual kepada konsumen.
•
Saluran satu tingkat Saluran ini menunjukkan bahwa pemasaran hanya menggunakan satu tipe perantara. Dalam pasar konsumsi, mereka ini adalah pengecer.
17 •
Saluran dua tingkat Saluran ini mencakup dua perantara. Dalam pasar konsumsi, mereka ini adalah grosir dan pengecer. Dalam pasar industrial, perantara tersebut adalah distributor dan dealer industrial.
•
Saluran tiga tingkat Saluran ini mencakup tiga perantara. Segala pendistribisiannya adalah kepada pedagang besar, penyalur dan pengecer yang kemudian menyalurkan kepada pelanggan. Produsen - Pedagang besar - Penyalur – Pengecer – Pelanggan
2.1.8 Biaya 2.1.8.1 Pengertian Biaya Menurut Heizer dan Render (2015:385-386), Biaya lokasi dapat dibagi menjadi dua kategori: biaya nyata (yang dapat dihitung) dan tidak nyata (yang tidak dapat dihitung). •
Biaya nyata (tangible costs) adalah biaya-biaya yang langsung dapat dikenali dan dapat dihitung secara tepat. Biaya nyata meliputi biaya layanan umum (seperti listrik dan air), tenaga kerja, bahan mentah, pajak, penyusutan, dan biaya lain yang dapat dikenali oleh departemen keuangan dan pihak manajemen. Sebagai tambahan, biaya-biaya seperti biaya pengiriman bahan mentah, pengantaran bahan jadi, dan pembangunan pabrik, kesemuanya merupakan factor dari biaya lokasi secara keseluruhan.
•
Biaya tidak nyata (intangible costs) lebih sulit untuk ditentukan. Biaya tidak nyata meliputi kualitas pendidikan, fasilitas transportasi umum, sikap masyarakat terhadap industri dan perusahaan, juga kualitas sikap calon karyawan. Biaya tidak nyata juga meliputi variabel standar hidup, seperti iklim dan kelompok olahraga, yang dapat mempengaruhi proses rekrutmen karyawan. Menurut Yunarto (2006:223), Biaya adalah salah satu senjata untuk
menembut quota penjualan, namun tentu saja harus diramu dengan strategi pemasaran yang lain guna memenangkan pasar dan persaingan. Dahulu harga hanya ditentukan atas dasar negosiasi antara penjual dan pembeli saja, namun dengan kemajuan zaman, strategi harga berkembang dengan pesat dan semakin kompleks.
18 Kondisi pasar dan persaingan yang cepat berubah menuntut bahwa suatu perusahaan harus memiliki struktur harga yang fleksibel terhadap perusahaan. Menurut Kotler & Armstrong (2008:345), Harga adalah jumlah yang ditagihkan atas suatu produk atau jasa. Lebih luas lagi, harga adalah jumlah semua nilai yang diberikan oleh pelanggan untuk mendapatkan keuntungan dari memiliki atau menggunakan suatu produk atau jasa. Menurut Mulyadi (2005:8), Dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Dalam arti sempit biaya dapat diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva.
2.1.8.2 Jenis-Jenis Biaya Menurut Kotler & Armstrong (2008:349), Biaya terdiri dari dua bentuk, tetap dan variabel. Biaya tetap (fixed cost) merupakan biaya yang tidak bervariasi sesuai dengan produksi atau tingkat penjualan. Sebagai contoh, perusahaan harus membayar biaya sewa, pemanas, bunga dan gaji eksekutifnya setiap bulan, berapapun jumlah yang dihasilkan perusahaan. Biaya variabel (variabel cost) berubah sesuai dengan tingkat produksi. Masing-masing computer pribadi yang diproduksi meliputi biaya chip komputer, kabel, plastic, kemasan, dan input lainnya. Biaya-biaya ini cendrung sama untuk setiap unit yang diproduksi. Biaya ini disebut variabel karena nilai totalnya bervariaso sesuai dengan jumlah unit yang diproduksi. Biaya total (total cost) adalah jumlah dari biaya tetap dan biaya variabel untuk tingkat produksi yang dihasilkan.
2.1.9 Transportasi 2.1.9.1 Pengertian Transportasi Menurut Yunarto (2006:176), Transportasi adalah elemen supply chain (rantai persediaan) yang berfungsi untuk memindahkan barang dari suatu tempat ke tempat lain. Dalam manajemen penjualan, transportasi adalah memindahkan barang dari penjual ke pembeli. Biaya transportasi terkadang menyumbangkan biaya yang cukup signifikan sehingga sangat penting untuk dipertimbangkan dari sisi manajemen penjualan. Biaya transportasi dapat menjadi beban perusahaan sehingga
19 dalam mendefinisikan harga barang perusahaan perlu memasukan komponen freight cost (ongkos angkut) ke dalam harga barang. Dalam manajemen transportasi dikenal dua istilah yang sangat umum, yaitu rate (tarif) dan route (rute). Tarif adalah biaya pengiriman barang ke berbagai lokasi. Biaya tersebut didefinisikan atas dasar tertentu seperti berat, volume, jumlah barang, jarak, nilai uang/barang yang dikirim, jumlah container, lebar barang, dan dasar yang lain. Tarif juga biasanya ditentukan dengan dua dasar, misalnya berat dan kota, berat dan jarak, berat dan kode pos, berat dan Negara, volume dan Negara, jumlah barang dan wilayah geografis, dan lain lain. Menurut Siswanto (2006:265), Transportasi berkaitan dengan masalah pendistribusian barang-barang dari pusat-pusat pengiriman atau sumber ke pusatpusat penerimaan atau tujuaan. Menurut Mulyono (2007:111), Transportasi diartikan sebagai distribusi suatu produk tunggal dari beberapa sumber, dengan penawaran terbatas, menuju beberapa tujuaan, dengan permintaan tertentu, pada biaya transpor minimum.
2.1.9.2 Model Transportasi Menurut Heizer dan Render (2005:424), Permodelan transportasi adalah suatu prosedur berulang untuk memecahkan masalah serta meminimalisasi biaya pengiriman produk dari beberapa sumber ke beberapa tujuan. Jadi pengertian transportasi adalah pemindahan barang dan jasa dari beberapa tempat asal (sumber) ke beberapa tempat tujuan dengan memecahkan permasalahan biaya transportasi agar biaya tersebut optimum. Tujuan model transportasi (transportation model) adalah menetapkan pola pengiriman terbaik dari beberapa titik penawaran (sumber daya) ke beberapa titik permintaan (tujuan) dengan demikian dapat meminimalkan total produksi dan biaya transportasi. Setiap perusahaan dengan suatu jaringan titik penawaran dan permintaan menghadapi permasalahan yang sama. Persoalan transportasi terdapat pada pemilihan rute dalam jaringan distribusi produk antara pusat industri dan distribusi gudang atau antara distribusi regional dan distribusi pengeluaran lokal.dalam menggunakan metode transportasi, pihak manajemen mencari rute distribusi yang akan mengoptimumkan tujuan tertentu, misalnya
tujuan
meminimumkan
total biaya
memaksimalkan laba, atau meminimumkan waktu yang digunakan.
transportasi,
20 Sasaran transportasi adalah mengalokasikan produk yang ada pada sumber asal sedemikian rupa hingga terpenuhi semua kebutuhan pada tempat tujuan, sedangkan tujuan utama dari persoalan transportasi adalah untuk mencapai biaya yang serendah- rendah nya (minimum) atau mencapai jumlah laba yang sebesarbesar nya(maximum). Meskipun teknik pemrogaman linear (LP) dapat digunakan untuk memecahkan tipe permasalahan ini, dengan lebih efisien, algoritme yang memiliki tujuan khusus telah dikembangkan untuk penerapan transportasi. Model transportasi menemukan solusi yang awalnya layak dan kemudian melakukan perkembangan setahap demi setahap hingga solusi yang optimal dicapai. Menurut Jay Heizer (2006:630-631), Karena lokasi suatu pabrik, gudang, atau pusat distribusi yang baru merupakan suatu isu strategis dengan implikasi biaya yang substansial, hampir semua perusahaan benar-benar mempertimbangkan dan mengevaluasi lokasi yang ada. Dengan adanya beragam faktor objektif dan subjektif yang harus dipertimbangkan, maka untuk mengambil sebuah keputusan rasional diperlukan sejumlah teknik untuk membantu pengambilan keputusan. Salah satu teknik itu adalah pemodelan transportasi. Beberapa model transportasi terbukti bermanfaat untuk mempertimbangkan alternatif fasilitas lokasi yang masih terdapat dalam kerangka sistem distributif yang ada. Setiap pabrik, gudang, atau pusat distribusi baru yang potensial akan memerlukan alokasi pengiriman yang berbeda, tergantung kepada biaya produksi, pengiriman, dan biaya yang ada pada tiap fasilitas. Pilihan sebuah lokasi yang baru bergantung kepada seberapa besar lokasi tersebut menghasilkan biaya yang paling rendah bagi sistem secara keseluruhan. Permodelan transportasi (transportation modeling) mencari cara yang termurah untuk mengirimkan barang dari beberapa sumber ke beberapa tujuan. Titik asal (atau sumber) dapat berupa pabrik, gudang, agen penyewaan, atau titik lain dari mana barang-barang dikirimkan. Tujuan adalah titik-titik yang menerima barang. Untuk menggunakan model transportasi, kita harus mengetahui hal-hal berikut: 1. Titik asal dan kapasitas atau pasokan pada setiap periode 2. Titik tujuan dan permintaan pada setiap periode 3. Biaya pengiriman satu unit dari setiap titik asal ke setiap titik tujuan
21 Model transportasi sebenarnya merupakan satu jenis model pemrograman linear. Oleh sebab itu, sebagaimana halnya pada pemrograman linear, software atau program untuk memecahkan permasalahan transportasi juga tersedia. Walaupun demikian, untuk dapat menggunakan program tersebut, asumsi yang mendasari model tersebut harus dipahami. Untuk menggambarkan sebuah masalah transportasi, dilihat sebuah perusahaan yaitu FOODTAXI, perusahaan jasa yang mengambil dan mengirimkan barang. Menurut Tampubolon, (2014:177), Tujuan dari model transportasi adalah untuk membandingkan beberapa aspek biaya transportasi dari sumber bahan baku (resource) ke pusat produksi (manufacture) dan dari manufaktur ke pasar pelanggan (customer’s market). Yang menjadi dasar pertimbangan adalah lokasi strategis yang menciptakan biaya transportasi yang paling minim (efficient).
2.1.9.3 Macam macam metode transpotasi Model
transportasi
memiliki
banyak
model
dalam
memecahkan
persoalan manajemen yang bertujuan untuk meminimumkan biaya transportasi. Metode-Metode tersebut adalah : •
Metode Northwest Corner (NWC)
•
Metode Least Cost (Biaya terendah intuitif)
•
Model Vogel Approximations Method (VAM)
•
Model Stepping –Stone
•
Model Modification Distribution (MODI)
Sedangkan analisa transportasi dilakukan dengan mengola data yang telah diolah menjadi tabel transportasi. Setelah data disusun dalam bentuk tabel, suatu solusi awal yang layak bagi permasalahan tersebut harus ditetapkan. Tabel transportasi tersebut dianalisa dengan menggunakan
metode-metode
sebagai
berikut: Metode Northwest Corner (NWC), Metode Least Cost, Metode Vogel Approximations Method (VAM). Analisa tersebut dilakukan dengan menggunakan software QM for Windows, dimana software tersebut adalah suatu program untuk mengolah data yang berbentuk linear programming.
22 Metode Northwest Corner (NWC) Menurut Heizer dan Render (2005:633), Metode ini merupakan salah satu prosedur dalam transportasi model yang memulai perhitungan dibagian kiri atas tabel dan secara sistematis mengalokasikan unit pengiriman. Kelemahan dari metode NWC adalah setiap alokasi tidak memperhatikan besar nya biaya per unit. Kriteria yang di tuntut adalah sudut kiri atas dan sudut kanan bawah merupakan sel basis. oleh karena tidak memeperhatikan biaya per unit, Metode NWC kurang efisien dan merupakan metode terpanjang dalam mencari tabel optimum. Metode northwest-corner mengharuskan perhitungan dimulai pada bagian kiri atas table dan mengalokasikan unit pada rute pengiriman sebagai berikut: 1.
Habiskan pasokan (kapasitas pabrik) pada setiap baris sebelum pindah ke baris ke bawah yang berikutnya.
2.
Habiskan kebutuhan (permintaan gudang) dari setiap kolom sebelum pindah ke kolom berikutnya di sisi kanan.
3.
Pastikan bahwa semua permintaan dan pasokan telah terpenuhi.
Kelemahan metode ini adalah setiap alokasi tidak memperhatikan besarnya biaya per unit. Kriteria yang dituntut adalah sudut kiri atas dan sudut kanan bawah merupakan sel basis. Oleh karena tidak memperhatikan biaya per unit, metode northwest-corner kurang efisien dan merupakan metode terpanjang dalam mencari tabel optimum. Menurut Siswanto (2006:274), “Metode Sudut Barat Laut (North West Corner Method) adalah sebuah metode untuk menyusun tabel awal dengan cara mengalokasikan distribusi mulai dari sel yang terletak pada sudut kiri atas. Itulah sebabnya dinamakan metode Barat Laut”.
Metode Least Cost (Biaya terendah intuitif) Menurut Heizer dan Render (2005:634), Metode intuitif merupakan salah satu pendekatan berdasar kan biaya untuk menemukan satu solusi awal untuk permasalahan transportasi. Metode intuitif membuat alokasi berdasarkan kepada biaya terendah. Metode ini merupakan sebuah pendekatan sederhana yang menggunakan langkah-langkah berikut: 1. Identifikasi sel dengan biaya yang paling rendah.Pilih salah satu jika terdapat biaya yang sama. 2. Alokasikan unit sebanyak mungkin untuk sel tersebut tanpa melebihi
23 pasokan atau permintaan.kemudian coret baris atau kolom yang sudah terisi penuh. 3. Dapatkan sel dengan biaya yang paling rendah dari sesa sel (yang belum trecoret). 4. Ulangi langkah ke 2 dan ke 3 sampai semua unit habis dialokasikan. Karena kecenderungan solusi biaya minimal meningkat dengan menggunakan metode ini, maka sangat beruntung jika solusi dari metode intuitif menghasilkan biaya yang minimal. Dalam hal ini, seperti pada solusi yang didapatkan dengan menggunakan metode NWC, metode intuitif tidak menghasilkan biaya minimal. Oleh karena itu aturan NWC dan biaya pendekatan intuitif dimaksudkan hanya untuk menyediakan satu titik awal yang layak, maka sebuah prosedur tambahan untuk mencapai solusi optimal harus dilakukan. Namun metode least cost memiliki hasil biaya yang lebih kecil dibandingkan metode Northwest-Corner. Oleh karena itu, metode least cost lebh efisien jika dibandingkan dengan metode NorthwestCorner. Menurut Siswanto (2006:271), “Metode biaya terkecil (Least cost Method) adalah sebuah metode untuk menyusun tabel awal dengan cara pengalokasian distribusi barang dari sumber ke tujuan mulai dari sel yang memiliki biaya distribusi terkecil.”
Metode Vogel Approximations Method (VAM) Metode VAM lebih sederhana penggunaan nya, karena tidak memerlukan jalur tertutup. Metode ini dilakukan dengan cara mencari selisih biaya terkecil dengan biaya terkecil berikut nya untuk setiap kolom maupun baris. kemudian pilih selisih biaya terbesar dan alokasikan produk sebanayak mungkin ke sel yang memiliki biaya terkecil. Cara ini dilakukan secara berulang hingga semua produk sudah dialokasikan. Metode ini berdasarkan pada biaya penalti. jika mengambil keputusan salah memilih tindakan dan beberapa alternatif tindakan yang ada, maka pengambil keputusan akan menyesali keputusan yang diambil. Penggunaan metode VAM tidak menjamin ditemukan nya total biaya minimum, oleh karena itu setelah semua poduk dialokasikan sebaik nya sel bukan basis diuji apakah memiliki nilai ≥
0.Hal
minimum.
ini dilakukan untuk menjamin bahwa total biaya benar-benar
24 Metode Stepping–Stone Menurut Heizer dan Render (2005:635), Metode ini merupakan suatu teknik yang berulang untuk berpindah dari suatu solusi awal yang layak ke solusi yang optimal dalam metode transportasi. Metode Stepping- Stone akan membantu untuk perpindahan suatu solusi awal yang layak ke sebuah solusi optimal. Metode ini digunakan untuk mengevaluasi biaya pengiriman barang-barang melalui rute transportasi yang saat ini bukan merupakan rute yang ada dalam solusi.
Metode Modification Distribution (MODI) Metode MODI ini sangat mirip dengan metode stepping-stone, kecuali bahwa ia menyajikan cara yang lebih efisien untuk menghitung tanda-tanda peningkatan dari sel- sel yang kosong. Perbedaan utama antara dua metode ini menyangkut langkah dalam penyelesaian masalah, dimana diperlukan adanya suatu lintasan tertutup. Untuk menghitung penunjuk peningkatan suatu solusi khusus, maka dalam metode stepping- stone perlu digambar suatu lintasan tertutup untuk setiap sel kosong. Ditentukan sel kosong dengan biaya kesempatan tertinggi, kemudian dipilih untuk ikut dalam program perbaikan berikutnya. Dalam metode MODI penunjuk peningkatan dapat dihitung tanpa menggambar lintasan tertutup. Dalam kenyataannya metode MODI memerlukan hanya satu lintasan tertutup. Lintasan ini digambar setelah sel kosong yang memiliki biaya kesempatan tertinggi positif ditemukan. Seperti dalam metode batu loncatan, kegunaan lintasan ini ialah untuk menentukan jumlah unit maksimum yang dapat dipindahkan ke sel kosong dalam program perbaikan berikutnya. Maka, prosedur untuk menghitung biaya kesempatan dari sel kosong dalam MODI tidak tergantung pada lintasan loop tersebut.
2.1.9.4 Langkah-langkah Metode Transportasi Menurut Siswanto (2006:268), ”Model transportasi pada saat dikenali pertama kali diselesaikan secara manual dengan menggunakan algoritma yang dikenal sebagai alogaritma transportasi. Alogaritma ini cukup dikenal dan masih sering diajarkan hingga tahun 90-an” Flow chart alogaritma transportasi ini bisa dilihat pada Gambar 2.1 •
Pertama, diagnosis masalah dimulai dengan pengenalan sumber, tujuan, parameter, dan variabel.
25 •
Kedua, seluruh informasi tersebut kemudian dituangkan ke dalam matriks transportasi. Dalam hal ini, 1) Bila kapasitas seluruh sumber lebih besar dari permintaan seluruh tujuan maka sebuah kolom semu (dummy) perlu ditambahkan untuk menampung kelebihan kapasitas itu. 2) Bila kapasitas seluruh sumber lebih kecil dari seluruh permintaan tujuan
maka sebuah baris semu perlu ditambahkan untuk
menyediakan kapasitas semu yang akan memenuhi kelebihan permintaan itu. Jelas sekali bahwa kelebihan permintaan itu tidak bisa dipenuhi. •
Ketiga, setelah matriks transportasi terbentuk kemudian dimulai menyusun tabel awal. Alogaritma transportasi mengenal tiga macam metode untuk menyusun tabel awal, yaitu: 1) Metode biaya terkecil atau Least Cost Method 2) Metode Sudut Barat Laut atau North West Corner Method 3) VAM atau Vogell’s Approximation Method Ketiga metode diatas masing-masing berfungsi untuk menentukan alokasi distribusi awal yang akan membuat seluruh kapasitas sumber teralokasi ke seluruh tujuan.
•
Keempat, setelah penyusunan tabel awal selesai maka sebagai langkah
selanjutnya
adalah
pengujian
optimalitas
tabel
untuk
mengetahui apakah biaya distribusi total telah minimum. Secara matematis, pengujian ini dilakukan untuk menjamin bahwa nilai fungsi tujuan minimum telah tercapai. Tetapi pengujian menggunakan kedua metode ini tidak harus digunakan karena dengan tiga metode awal sudah cukup untuk mengetahui lokasi distribusi terbaik untuk mendapatkan biaya yang paling minimum. Ada dua macam pengujian optimalitas alogaritma transportasi: 1) Stepping Stone Method 2) MODI atau Modified Distribution Method •
Kelima, atau langkah yang terakhir adalah revisi tabel bila dalam langkah keempat terbukti bahwa tabel belum optimal atau biaya
26 distribusi total masih mungkin diturunkan lagi. Dengan demikian, jelas sekali bahwa langkah kelima ini tidak akan dilakukan apabila pada langkah keempat telah membuktikan bahwa tabel telah optimal.
2.1.9.5 Masalah dalam model transportasi Dalam transportasi, terdapat beberapa masalah yang dihadapi apabila terdapat kesalahan dalam pengalokasian maupun dalam jumlah kapasitas pemasok dan kapasitas permintaan. Masalah khusus yang dihadapi dalam transportasi adalah sebagai berikut: 1.
Penawaran lebih besar dari permintaan Apabila terjadi penawaran lebih besar dari permintaan atau unbalance, maka diperlukan
tambahan
tempat
tujuan
semu
atau
sering
disebut Dummy. Tambahan tempat tujuan diperlukan agar penawaran sama dengan permintaan, sehingga tabel awal yang feasible dapat dibentuk. Biaya transportasi untuk setiap sel dummy sama dengan nol. 2.
Permintaan lebih besar dari penawaran Seperti halnya pada masalah pertama, apabila terjadi permintaan lebih besar dari penawaran, maka diperlukan tambahan tempat asal semu dengan biaya transportasi sama dengan nol. Tambahan tempat asal semu diperlukan agar tabel awal yang feasible dapat dibentuk.
3.
Masalah degeneracy Dalam setiap tabel transportasi, jumlah sel basis harus sama dengan m+n1. Apabila sel basis memiliki jumlah kurang dari ketentuan tersebut, berarti masalah kemungkinan
degeneracy terjadi.
Jika
hal
ini
dibiarkan
ada
terjadi kesulitan dalam membuat closed path, dengan
kata lain teputusnya hubungan setiap sel. Untuk mengatasi masalah ini diperlukan sel Dummy dengan nilai nol. Dummy dilakukan dengan memilih salah satu sel bukan basis untuk dijadikan sel basis. Meskipun pemilihan dummy dapat sembarangan, usahakan agar jalur tertutup setiap sel bukan basis yang dapat dibentuk. 4.
Maksimisasi keuntungan Sasaran pokok yang hendak dicapai dari model transportasi adalah mengalokasikan produk yang tersedia di tempat asal ke tempat tujuan agar diperoleh total biaya minimum. Namun apabila orientasinya berubah
27 menjadi mencari keuntungan maksimum maka diperlukan konversi terhadap tujuan dari minimisasi biaya ke maksimisasi keuntungan. 5.
Masalah prioritas Tujuan
yang
hendak
dicapai
dalam
permasalahan
transportasi
adalah mencari alokasi dengan total biaya minimum. Oleh karena itu biaya per satuan barang terkecil merupakan dasar pengalokasi. 6.
Masalah pemblokiran Sebagai lawan dari prioritas adalah pemblokiran, dimana perusahaan menetapkan untuk tidak mengalokasikan produk ke daerah pemaaran tertentu. Keinginan tersebut dapat dituangkan ke dalam tabel transportasi dengan cara memberikan biaya satun yang tinggi dengan simbol (M). Semakin biaya satuan, semakin besar daerah pemasaran tidak menerima alokasi, karena semakin tidak ekonomis.
7.
Masalah multi commodity Masalah lainnya adalah produk yang dialokasikan terdiri dari berbagai jenis produk (multi commodity). Persoalannya bagaimana mengatur alokasi produk dari beberapa pabrik ke daerah pemasaran agar total biaya transportasi minimum. Ada dua cara yang dapat dilakukan, pertama adalah membuat tabel transportasi secara terpisah untuk masing masing jenis produk. Atau yang kedua adalah dengan cara menggabungkan seluruh jenis produk tersebut ke dalam satu tabel transportasi. Penyelesaian secara terpisah maupun dalam satu tabel, menghasilkan alokasi optimum yang sama untuk kedua cara tersebut.
8.
Masalah transipmen Masalah
transipmen muncul
karena
pengiriman
barang
tidak
semuanya dapat dilakukan secara langsung dari tempat asal ke tempat tujuan. Sebagian pengiriman harus melalui perantara dalam hal ini disebut transipmen. Dalam model transipmen, setiap tempat asal maupun tempat tujuan dapat menerima dan mengirimkan arus barang dari tempat asali ke tempat tujuan j, selain jalur secara langsung.
28 2.1.10 Pohon Keputusan (Decision Tree) Dalam penelitian operasional, teori pohon keputusan merupakan bagian dari pembahasan teori keputusan dan permainan. Pohon keputusan disajikan untuk mengevaluasi hal yang dapat disebut sebagai alternatif tahap tunggal. Dalam arti bahwa, keputusan di masa mendatang tidak tergantung pada keputusan yang diambil sekarang. Proses keputusan (decision process) adalah proses yang memerlukan satu atau sederetan keputusan untuk menyelesaikannya. Tiap
keputusan
yang
diambil
mempunyai
suatu
keuntungan
atau
kerugian yang berkaitan dengannya yang ditentukan pula oleh berbagai keadaan luar (external) yang mengelilingi proses itu (suatu segi membedakannya dari proses yang lain). (Siswanto, 2006:56) Jika terdapat dua atau lebih keputusan yang berurutan, dan keputusan yang terakhir didasarkan pada hasil keputusan yang sebelumnya, maka pendekatan dengan menggunakan pohon keputusan sangat tepat untuk digunakan.
2.1.10.1 Definisi Pohon Keputusan Berdasarkan Siswanto (2006:55), Pohon Keputusan atau Decision Tree adalah model visual untuk menyederhanakan proses pembuatan keputusan secara rasional. Visualisasi ini memungkinkan kita untuk memahami proses pembuatan keputusan yang terstruktur, bertahap, dan rasional. Pembuatan keputusan berarti memilih alternatif-alternatif keputusan yang tersedia. Karena unsur ketidakpastian maka berbagai kemungkinan keadaan akan dihadapi oleh masing-masing alternatif keputusan itu. Oleh karena itu, diagram keputusan mempunyai noda keputusan dan noda cabang. Berdasarkan Heizer dan Render (2005:326), Pohon Keputusan (decision tree) merupakan sebuah tampilan grafis proses keputusan yang mengindikasikan alternatif keputusan yang ada, kondisi alamiah dan peluangnya, dan juga imbalannya bagi setiap kombinasi alternatif keputusan dan kondisi alamiah. Decision Tree adalah sebuah struktur pohon, dimana setiap noda pohon merepresentasikan atribut yang telah diuji, setiap cabang merupakan suatu pembagian hasil uji, dan noda daun (leaf) merepresentasikan kelompok kelas tertentu. Level noda teratas dari sebuah Decision Tree adalah noda akar (root) yang biasanya berupa atribut yang paling memiliki pengaruh terbesar pada suatu kelas tertentu. Pada umumnya Decision Tree melakukan strategi pencarian secara top-down untuk solusinya.
29 Pada proses mengklarifikasi data yang tidak diketahui, nilai atribut akan diuji dengan cara melacak jalur dari node akar (root) sampai node akhir (daun) dan kemudian akan diprediksi kelas yang dimiliki oleh suatu data baru tertentu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pohon keputusan (decision tree) adalah salah satu alat yang digunakan dalam pengambilan keputusan dari berbagai alternatif yang ada, yang mana dilakukan secara terstruktur, bertahap, dan rasional.
2.1.10.2 Analisis Pohon Keputusan (Decision Tree) Terlepas dari kerumitan sebuah keputusan atau kecanggihan teknik yang digunakan untuk menganalisis keputusan tersebut, semua pengambil keputusan dihadapkan dengan berbagai alternatif dan “kondisi alami”. Pada saat membuat sebuah pohon keputusan, harus dipastikan bahwa semua alternatif dan kondisi alami berada di tempat yang benar dan logis serta semua alternatif yang mungkin serta kondisi alami telah disertakan. Notasi yang digunakan adalah : 1.
Istilah : a) Alternatif – sebuah tindakan atau strategi yang dapat dipilih oleh seorang pengambil keputusan. b) Kondisi alami – sebuah kejadian atau situasi dimana pengambil keputusan hanya memiliki sedikit kendali atau tidak sama sekali.
2.
Simbol yang digunakan dalam sebuah pohon keputusan: a)
– sebuah titik keputusan dimana terdapat satu alternatif atau lebih yang dapat dipilih.
b)
– sebuah titik kondisi alami dimana kondisi alami mungkin akan terjadi. Diagram
pohon
menyelesaikan
sering persoalan
kali
membantu
probabilitas.
dalam
Diagram
memahami pohon
dan
biasanya
digambarkan dengan lambang yang baku. Dimulai dengan suatu nokhta kemudian dibuat cabang-cabang sebanyak peristiwa yang mungkin dapat dihasilkan dari percobaan. Pada masing-masing cabang dituliskan probabilitas terjadinya peristiwa yang bersangkutan. Jika percobaan dilakukan lagi, maka langkah- langkah itu diulang. Setiap cabang berakhir pada nokhta yang kemudian diisi dengan probabilitas peristiwa bersama. Pada nokhta yang paling awal dituliskan angka 1 yang artinya jumlah probabilitas dari seluruh peristiwa yang mungkin. (Mulyono, 2007:223)
30 Menganalisis masalah dengan menggunakan pohon keputusan mencakup lima langkah : 1. Mendefinisikan masalah. 2. Menggambarkan pohon keputusan. 3. Menentukan peluang bagi kondisi alamiah. 4. Memperkirakan imbalan bagi setiap kombinasi alternatif keputusan dan kondisi alamiah yang mungkin. 5. Menyelesaikan masalah dengan menghitung EMV bagi setiap titik kondisi alamiah. Hal ini dilakukan dengan mengerjakannya dari belakang ke depan (backward) – yaitu memulai dari sisi kanan pohon, terus menuju ke titik keputusan di sebelah kirinya.
Gambar 2.1 Diagram Pohon Sumber Tabel : (Mulyono, 2007:56)
EMV merupakan kriteria yang paling sering digunakan untuk menganalisis pohon keputusan. Satu dari langkah awal analisis ini adalah untuk menggambar pohon keputusan dan menetapkan konsekuensi finansial dari semua hasil masalah tertentu. Nilai harapan moneter (Expected Monetary Value – EMV) adalah nilai harapan moneter yang diharapkan dari sebuah variabel yang memiliki beberapa kemungkinan kondisi alamiah yang berbeda, masing-masing dengan peluang tersendiri. Saat peluang diketahui, nilai maximax dan maximin menyatakan
31 skenario perencanaan kasus terbaik – kasus terburuk. Nilai ini mewakili nilai yang diharapkan atau rata-rata tingkat pengembalian modal jika keputusan ini dapat diulangi berkali-kali. (Heizer dan Render, 2005:324) EMV sebuah alternatif merupakan jumlah semua keuntungan alternatif, yang masing- masing diberikan bobot kemungkinan terjadinya. EMV (Alternatif i) = (Hasil kondisi alamiah 1) x (Kemungkinan terjadi kondisi alamiah 1) + (Hasil kondisi alamiah 2) x (Kemungkinan terjadi kondisi alamiah 2) + . . . + (Hasil kondisi alamiah terakhir) x (Kemungkinan terjadikondisi alamiah terakhir) Atau dengan rumus : (Siswanto, 2006:56)
Di mana: NHi =
Nilai harapan cabang keputusan ke-i. pj= Probabilitas kemunculan keadaan ke-j.
hij
=
Nilai hasil keputusan jika alternatif keputusan ke-i diambil dan keadaan ke-j terjadi
32 2.2
Kerangka Pemikiran
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Sumber: Peneliti (2015)
Berdasarkan kerangka pemikiran teoritis sebelumnya, untuk menghasilkan biaya transportasi produk harus diawali dengan kesepakatan antara perusahaan dengan para pelanggan. Agar perusahaan dapat mengirimkan produk mereka ke tempat pelanggan tesebut. Dari pendistribusian yang dilakukan oleh perusahaan tersebut diperlukan untuk analisa transportasi pendistribusian agar memperoleh biaya pengiriman yang minimal bagi perusahaan.