BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1. Ekonomi Kreatif John Howkins dalam bukunya The Creative Economy: How People Make Money pertama kali memperkenalkan istilah ekonomi kreatif.
Howkins
menyadari lahirnya gelombang ekonomi baru berbasis kreativitas setelah melihat pada tahun 1997, Howkins menjelaskan ekonomi kreatif sebagai "kegiatan ekonomi dalam masyarakat yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menghasilkan ide, tidak hanya melakukan hal-hal yang rutin dan berulang. Karena bagi masyarakat ini, menghasilkan ide merupakan hal yang harus dilakukan untuk kemajuan. Karakteristik ekonomi kreatif diantaranya: •
Diperlukan kolaborasi antara berbagai aktor yang berperan dalam industri kreatif, yaitu cendekiawan (kaum intelektual), dunia usaha, dan pemerintah yang merupakan prasyarat mendasar
•
Berbasis pada ide atau gagasan . • Pengembangan tidak terbatas dalam berbagai bidang usaha . •
Konsep yang dibangun bersifat relatif. Departemen Perdagangan Republik Indonesia (2008) merumuskan ekonomi kreatif sebagai upaya pembangunan ekonomi secara berkelanjutan melalui kreativitas dengan iklim perekonomian yang berdaya saing dan memiliki cadangan sumber daya yang terbarukan.Definisi yang lebih jelas disampaikan oleh UNDP (2008) yang merumuskan bahwa ekonomi kreatif merupakan bagian integratif dari pengetahuan yang bersifat inovatif, pemanfaatan teknologi secara kreatif, dan budaya.Indonesia merupakan Negara dengan banyak suku dan budaya, maka setiap daerah yang memiliki sebuah kebudayaan dapat mempresentasikan budayanya dengan cara-cara yang unik.
2.2. Variabel Perkembangan Ekonomi Menurut Smith (Abdul Hakim, 2000;64) mengatakan bahwa variabel penentu proses produksi suatu negara dalam menghasilkan output total ada tiga, yaitu : 1) sumber daya alam yang tersedia (masih diujudkan sebagai faktor produksi ‘tanah’) 2) sumber daya manusia (jumlah penduduk), dan 3) stok barang kapital yang ada. Menurutnya sumber daya alam yang tersedia merupakan bahan baku utama dari kegiatan produksi suatu perekonomian dan jumlahnya terbatas. Proses
perkembangan
bukunya Business
ekonomi
Cycles (1939),
menurut
faktor
utama
Schumpeter yang
dalam
menyebabkan
perkembangan ekonomi adalah proses inovasi dan pelakunya adalah para innovator atau entrepreneur (wiraswasta). Kemajuan ekonomi suatu masyarakat hanya bisa diterapkan dengan adanya inovasi oleh para entrepreneur. Dan kemajuan ekonomi tersebut diartikan sebagai peningkatan output total masyarakat.Dalam
membahas
perkembangan
ekonomi,
Schumpeter
membedakan pengertian pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi walaupun keduanya merupakan sumber peningkatan output masyarakat. Menurut Schumpeter pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan output masyarakat yang disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah faktor produksi. Hal ini terkait dengan tersedianya sumber daya manusia yang handal dan juga tersedianya jaringan pemasaran yang lebih baik dibanding kota-kota kecil.Namun hal itu tidak menutup kemungkinan kota-kota kecil di Indonesia untuk mengembangkan ekonomi kreatif. Bagi kota-kota kecil, strategi pengembangan ekonomi kreatif dapat dilakukan dengan memanfaatkan landmarkkota atau kegiatan sosial seperti festival sebagai venue untuk mengenalkan produk khas daerah (Susan, 2004).
2.3. Industri Kreatif Menurut jurnal Analisis Kebijakan Pengembangan Industri Kreatif di Kota Bandung Industri kreatif didefinisikan sebagai industri yang berfokus pada kreasi dan eksploitasi karya kepemilikan intelektual seperti seni, film,
permainan, desain atau fashion, dan termasuk layanan kreatif antar perusahaan seperti iklan. 1. produk industri kreatif sering juga merupakan barang-barang simbolis, yang mengandung nilai-nilai budaya 2. perbedaan dari setiap konsumen dalam menilai produk industri kreatif sulit di prediksi 3. industri kreatif sering kali ditandai dengan adanya diversifikasi produk yang tinggi 4. sebagian produk industri kreatif bertahan lama dan dapat dipakai berulang kali menurut UNESCO industri kreatif adalah kegiatan produksi maupun pelayanan yang melingkupi elemen substansi dari segi artistik atau usaha untuk menciptakan dan mencakup aktifitas arsitektur dan periklanan.
Gambar 2.1Lingkup Industri Kreatif Sumber: academia.com, Diakses Tanggal 12 September 2014
2.4. Aspek-Aspek Seni Dalam artikel Pengembangan Potensi Seni Tradisi Di Jawa Barat Melalui
Pembinaan
Sentra-Sentra
Budaya
Industri
Seni
Dan
Pariwisata.Apabila fungsi primer dari seni pertunjukan, adalah seni pertunjukan
berfungsi untuk dinikmati baik sebagai ritual, hiburan, atau tontonan, berbeda dengan fungsi sekunder. Fungsi seni pertunjukan lebih kepada kepentingan yang lain. Ini berarti fungsi pertunjukan menjadi multifungsi, tergantung dari perkembangan masyarakat pendukungnya.Multifungsi itu antara lain sebagai pengikat kebersamaan, media komunikasi, interaksi, ajang gengsi, bisnis, dan mata pencaharian, termasuk juga untuk kepentingan pariwisata. Dengan perkembangan kondisi seperti masa kini, seni tidak bisa lagi hanya mementingkan ekspresi diri, dengan nilai-nilai yang diframe sendiri, tetapi harus lebih luas lagi memikirkan kepentingan orang banyak, termasuk juga promosi daerah yang kaitannya juga ekonomi, baik bagi para pelaku seni, maupun bagi perkembangan seni itu sendiri. Ini berarti seni harus bersinerji dengan aspek atau kegiatan lain, termasuk kegiatan Pariwisata sebagai sektor ekonomi.
2.5. Pengertian Pariwisata Berkelanjutan Pariwisata merupakan industri non migas yang dijadikan sebagai sektor andalan dalam menghasilkan devisa di beberapa Negara didunia, pariwisata merupakan salah satu jenis dari industry yang mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang cepat, menyediakan lapangan kerja, meningkatkan penghasilan dan standar hidup, serta menstimulasi sektor industry lainya seperti: industry kerajinan tangan dan cindramata Pendit (1994;4) Lane
(dalam
Sharpley,
2000:8)
menyatakan
bahwa
pariwisata
berkelanjutan adalah hubungan triangulasi yang seimbang antara daerah tujuan wisata (host areas) dengan habitat dan manusianya, pembuatan paket liburan (wisata), dan industri pariwisata, dimana tidak ada satupun stakehorder dapat merusak keseimbangan. Pendapat yang hampir sama disampaikan Muller yang mengusulkan
suatu
istilah,
yaitu
‘magic
pentagon’ yang
merupakan
keseimbangan antara elemen-elemen pariwisata, dimana tidak ada satu faktor atau stakeholder yang mendominasi.
2.6. Prinsip Pariwisata Berkelanjutan
Prinsip dasar pembangunan pariwisata berkelanjutan menurut Sharpley (2000:9-11) yang mengacu pada prinsip dasar pembangunan berkelanjutan. Pendekatan yang holistik sangat penting. Untuk diterapkan secara umum, pada sistem pariwisata itu sendiri dan khusus pada individu di daerah tujuan wisata atau sektor industri. Selama ini meskipun pariwisata diterima dan terintegrasi dalam strategi pembangunan nasional
dan lokal, namun fokus utama
pembangunan pariwisata berkelanjutan masih ke arah produk center. Tidak heran jika pada tingkat operasional sulit mengatur penerimaan yang komplek, fragmentasi, pembagian multisektor dari keuntungan pariwisata secara alamiah. Oleh karenanya pariwisata berkelanjutan dalam prakteknya cenderung terfokus eksklusif setempat, proyek pembangunan relatif berskala kecil, jangkauanya jarang melebihi wilayah/lingkungan lokal atau regional, atau sebagai sektor industri yang spesifik/khusus. Pada saat yang bersamaan, sektor yang berbeda dari industri pariwisata mengalami perkembangan dalam berbagai tingkat, mengadopsi kebijakan lingkungan dan meski kecil telah menunjukkan filosofi bisnis dan pembangunan yang mengarah pada prinsip-prinsip keberlanjutan antar industri. Menurut Sharpley peningkatan kebijakan pembangunan pariwisata berkelanjutan sangat tergantung pada variasi faktor politik ekonomi yang dapat menghalangi diterapkannya pembangunan pariwisata berkelanjutan. Menurut UU No.10/2009 tentang Kepariwisataan, yang dimaksud dengan pariwisataadalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. Seseorang atau lebih yang melakukan perjalanan wisata serta melakukan kegiatan yang terkait dengan wisata disebut Wisatawan. Wisatawan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara. Wisatawan nusantara adalah wisatawan warga negara Indonesiayang melakukan perjalanan wisata sementara wisatawan mancanegara ditujukan bagi wisatawan warga negara asing yang melakukan perjalanan wisata.
2.7. Hubungan Ruang Ekonomi Kreatif DanPengembangan Wisata
Ekonomi dan kreatif dan sektor pariwisata merupakan hal yang saling berpengaruh dan saling bersinergi jika dikelola dengan baik (Ooi, 2006)Konsep kegiatan wisata dapat didefinisikan dengan tiga faktor, yaitu harus ada something to see, something to do, dan something to buy (Yoeti, 1985). Model pengembangan ekonomi kreatif sebagai penggerak sektor wisata dapat diadaptasi dari model-model kota kreatif. Kota kreatif bertumpu pada kualitas sumber daya manusia untuk membentuk (bisa dalam bentuk design atau redesign) ruang-ruang kreatif (UNDP, 2008). Dalam konteks kepariwisataan, diperlukan ruang-ruang kreatif bagi para pengrajin untuk dapat menghasilkan produk khas daerah wisata yang tidak dapat ditemui di daerah lain. Salah satu tempat yang paling penting bagi seorang pengrajin untuk bisa menghasilkan karya adalah bengkel kerja atau studio.Bengkel kerja atau studio sebagai ruang kreatif harus dihubungkan dengan daerah wisata sehingga tercipta linkage atau konektivitas.Konektivitas tersebut diperlukan untuk mempermudah rantai produksi (Evans, 2009). Pembentukan ruang kreatif diperlukan untuk dapat merangsang munculnya ide-ide kreatif, karena manusia yang ditempatkan dalam lingkungan yang kondusif akan mampu menghasilkan produk-produk kreatif bernilai ekonomi. Festival budaya, merupakan salah satu bentuk penciptaan ruang kreatif yang sukses mendatangkan wisatawan.Dari segi ekonomi kreatif, produk kerajinan dapat terjualsementara dari sektor wisata, wisatawan memperoleh suatu memorabilia mengenai daerah wisata tersebut.Konektivitas atau linkage antara ekonomi kreatif dan wisata dapat berbentuk outlet penjualan yang terletak di daerah wisata. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam implementasi model linkage tersebut adalah penetapan lokasi outlet yang harus diusahakan berada di tempat strategis dan dekat dengan tempat wisata.
2.8. Hubungan Ekonomi Kreatif Dan Kebudayaan daerah
Penerapan ekonomi kreatif yang berkaitan dengan kebudayaan daerah telah diterapkan di beberapa daerah diantaranya adalah di antaranya adalah Kanazawa (Jepang) yang menawarkan paket wisata ke tempat pembuatan kerajinan (handicraft) warga setempat seperti keramik dan sutra yang merupakan warisan budaya budaya daerah tersebut, Para pengrajin bekerja sekaligus menjual serta memamerkan hasil produksinya(Kanazawa City Tourism Association, 2010). Lalu New Zealand yang mengadakan paket wisata berikut pelatihan kerajinan tanah liat, pelatihan membuat kerajinan perak, dan pembuatan anggur (wine).Dalam paket wisata tersebut, wisatawan dapat berpartisipasi aktif dan membawa pulang hasil kerajinannya sebagai memorabilia pribadi.
2.9. Studi Banding 2.9.1. Kanazawa Craft Tourism Kanazawa telah berkembang menjadi sebuah kota yang unik serta mebuat harmoni yang menarik antaramasa lalu tradisional dan kontemporer sekarang Banyak karya kerajinan , studio dan toko-toko suvenir yangtersebar di seluruh zona budaya yang indah di kanazawa .Seni pertunjukan tradisional yang mewah dan menyenangkan. Masakan Kanazawa juga memiliki kekuatan untuk memikat pengunjung . Kesenian tradisional Kanazawa telah memainkan peran pentingdalam membuat kota ini menjadi tujuan wisata yang menarik .Pada bulan Juni 2009 , Kanazawa terdaftar sebagai UNESCOCreative City. Pengakuan ini telah mendorong seniman dan pengrajin untuk membuat Kanazawakarya-karya baru dan inovatif dengan merangkul teknik tradisional . Kanawaza pun memiliki beberapa pengembangan ekonomi kreatif yang memiliki pendekatan sesuai dengan teori Abdul Hakim, (2000), seperti tabel dibawah ini.
Tabel 2.1pengembangan sumberdaya sebagai kawasan wisata kanazawa Sumberdaya Sumberdaya manusia
Pengelolaan -
Pengembangan kerajinan tangan tradisional daerah
-
Pengembangan kesenian tari dan teater tradisional
Sumber daya alam
-
Pengembangan kuliner tradisional
-
Pengembangan kawasan wisata sebagai landmark kota
-
Pengembangan bahan untuk kerajinan tangan
Stok barang kapital yang ada
-
Pengembangan warisan budaya seperti kerajinan tangan yang sudah turun temurun
2.9.2. Selasar SunaryoArt Space
Gambar2.2gambar Selasar Sunaryo Art space Sumber: google.com, Diakses Tanggal 28 Septeber 2014 Selasar Sunaryo berada di propinsi Jawa Barat, di kecamatan Lembang, letaknya di awasan perbukitan alami yang beralamat di bukit Pakar Timur no.100, Dago Bandung.Berletak di kawasan perbukitan sangat menentukan pola peletakan fungsi, berikut pengelompokan masa Selasar Sunaryo berdasarkan fungsinya. Dalam konteks kepariwisataan, diperlukan ruang-ruang kreatif bagi para pengrajin untuk dapat menghasilkan produk khas daerah wisata yang tidak dapat ditemui di daerah lain. Salah satu tempat yang paling penting bagi seorang pengrajin untuk bisa menghasilkan karya adalah bengkel kerja atau studio.Bengkel kerja atau studio sebagai ruang kreatif harus dihubungkan dengan daerah wisata sehingga tercipta linkage atau konektivitas.Konektivitas tersebut diperlukan untuk mempermudah rantai produksi (Evans, 2009).
Gambar2.3Denah lantai dasar Sumber http://fariable.blogspot.com/Sumber: google.com Diakses Tanggal 28 Septeber 2014
Gambar2.4Denah lantai atas Sumber: http://fariable.blogspot.com/ Diakses Tanggal 28 Septeber 2014 a. Fungsi bangunan utama yang memilik dimensi 8,4x22m2 yang terdiri atas tiga lantai b. Fungsi bangunan penunjang yang terdiri atas dua lantai c. Ruang ampitheatre terbuka berbentuk setengah lingkaran dengan diameter 20m
Gambar2.5Zoning Sumber: http://fariable.blogspot.com/ Diakses Tanggal 28 Septeber 2014
Gambar2.6 Zoning Sumber: http://fariable.blogspot.com/ Diakses Tanggal 28 Septeber 2014 Dibawah ini merupakan pengelompokan fungsi-fungsi dari diagram program ruang dari gambar diatas a. Ruang A
: galleri yang digunakan untuk pameran karya karya
sunaryo b. Ruang B
: Ruang terbuka yang digunakan untuk memamerkan
kesenian yang dibuat dari batu, hasil karya sunaryo
c. Ruang C
: digunakan untuk memamerkan karya seni anak muda
Indonesia. d. Ruang D
: Kopi selasar,
merupakan kafe outdor untuk
menikmati kopi dan makanan kecil e. Ruang E
: Central space
f. Ruang F
: Toko dimana pengunjung dapat membeli oleh oleh
g. Ruang G
: Audio visual space
h. Ruang H
: Ruang terbuka yang membentuk ¾ lingkaran
digunakan untuk pertunjukan kesenian. i. Ruang I
: Ruang serbaguna yang digunakan untuk diskusi.
j. Ruang J
: Bangunan yang terbuat dari bamboo yang digunakan
untuk seniman yang sedang mengikuti program atau menyambut tamu penting.
Pada bangunan Selasar Sunaryo Art Centre terlihat bahwa kawasan ini mendekati implementasi model linkagedimana dari segi ekonomi kreatif produk kerajinan dapat terjual, hal ini diperlukan untuk mempermudah rantai produksi.
2.10. Analisa Bangunan Arsitektur Betawi 2.10.1.Arsitektur Tradisional Betawi Arsitektur Tradisional rumah Betawi merupakan suatu fenomena yang tumbuh dari percampuran pengaruh berbagai kebudayaan, hal ini dikarenakan masyarakat betawi sendiri sebagai masyarakat yang merupakan hasil percampuran dari berbagai latar belakang budaya yang berbeda.kemudian melahirkan arsitektur rumah tinggal yang beragam, baik dilihat dari jenis rumahnya maupun dari unsur-unsur arsitekturnya seperti sruktur, tata ruang, ragam hias, dan detailnya.Ada 4 tipe rumah betawi saat ini yaitu, rumah gudang, rumah kebaya, rumah joglo, dan rumah panggung. karena sedang dilakukan studi Sentra Kesenian Betawi maka yang akan diterapkan adalah bangunanan-bangunan asli betawi yang juga mempunyai unsur asli betawi karena kawasan yang merupakan Pusat Perkampungan Budaya Betawi, sehingga budaya betawi tetap hidup didalam Sentra Kesenian Betawi
Gambar2.7Contoh rumah Gudang Sumber: http://radar-subekti.blogspot.com Diakses Tanggal 12 Oktober 2014
Gambar 2.8Contoh Rumah Kebaya Sumber: http://radar-subekti.blogspot.com Diakses Tanggal 12 Oktober 2014
Gambar2.9Contoh Rumah Joglo Sumber: http://radar-subekti.blogspot.com Diakses Tanggal 12 Oktober 2014
Gambar2.10Contoh Rumah Panggung Sumber: http://radar-subekti.blogspot.com Diakses Tanggal 12 Oktober 2014 2.10.2. Elemen Betawi Pada Bangunan Dari Survei rumah betawi ada beberapa elemen yang menjadi ciri khas Betawi yang sering terlihat pada bangunan adat asli betawi maupun bangunan modern yang mengambil unsur betawi, diantaranya adalah: a. Sisir gantung
: semacam lisplang yang berbentuk seperti
gerigi yang berada di ujung genteng berfungsi sebagai lisplang dan hampir setiap bangunan Tradisional Betawi memiliki elemen Sisir Gantung.
Gambar2.11 Contoh Gambar Sisir Gantung Sumber: http://radar-subekti.blogspot.com Diakses Tanggal 12 Oktober 2014 b. Langkan
: Terdapat pada teras depan rumah yang bahan
dasarnya berupa kayu denganukuran tinggi kira-kira 80 cm dan tebal antara 3-5 cm serta befungsi sebagai pembatasantara teras depan dengan halaman.
Gambar2.12Contoh gambar Langkan. Sumber: http://radar-subekti.blogspot.com Diakses Tanggal 12 Oktober 2014
c. Ventilasi
: merupakan sebuah lubang cahaya dan angin
yang bentuknya bervariasi ventilasi ini sering terlihat di Rumah Adat Betawi
Gambar2.13 Contoh gambar ventilasi Rumah Betawi Sumber: http://radar-subekti.blogspot.com Diakses Tanggal 12 Oktober 2014 d. Jendela
: Bentuk jendela pada rumah Adat Betawi pada
jaman dahulu tidak memiliki kaca karena berfungsi untuk melihat pemandangan diluar saja, bentuknya cukup umum dan banyak diterapkan pada bangunan jaman sekarang
Gambar 2.14 Contoh gambar jendela Rumah Betawi. Sumber: http://radar-subekti.blogspot.com Diakses Tanggal 12 Oktober 2014
2.10.3. Konstruksi Bangunan Tradisional Betawi Pola penataan konstruksi pada rumah Tradisional Betawi tidak terlalu rumit dilihat dari beberapa segi Rumah Adat Betawi seperti dibawah ini: a. Pondasi
:Pondasi pada rumah rumah betawi kebanyakan
menggunakan pondasi setempat batu kali pada setiap kolom kolom
utamanya. Namun pada rumah betawi yang sudah dimodifikasi pada bagian lantainya maka digunakan pondasi batu kali menerus.
Gambar 2.15 Gambar detail Kolom Rumah Adat Betawi Sumber: http://radar-subekti.blogspot.com Diakses Tanggal 12 Oktober 2014 b. Kolom
: Kolom pada rumah betawi terbuat dari kayu
kelapa atau nangka yang lebih bayak digunakan.
Gambar 2.16Gambar Kolom Konstruksi Rumah adat betawi Sumber: http://radar-subekti.blogspot.com Diakses Tanggal 12 Oktober 2014
c. Dinding
: Rumah Betawi memiliki struktur rangka. Baik
sebagai bahan maupun sebagai pengisi penggunaan dinding. Kayu dari pohon nangka cukup dominan pada pengerjaan dari dinding pada rumah Betawi. Namun, pada daerah pesisir ada yang menggunakan bambu sebagai bahan pengisi dinding. Pada daerah tengah sudah terdapat penggunaan dinding setengah tembok yang sedikit banyak merupakan pengaruh dari arsitektur Belanda.
Gambar 2.17Gambar konstruksi dinding pada Rumah Adat Betawi Sumber:http://radar-subekti.blogspot.com Diakses Tanggal 12 Oktober 2014
2.11. Sistem Sirkulasi Manusia Tabel 2.2 Tabel Sirkulasi
Sumber: FDK Ching(1999) 2.12. Skala Ruang Ching (1996) menyebutkan pada bentuk tiga dimensi sebuah ruang, tinggi mempunyai pengaruh terkuat pada skala ruang daripada
lebar atau
panjangnya. Jikadinding-dinding sebuah ruang memberikan batasan, maka tinggi langit-langitmenentukankualitas perlindungan dan kekerabatan. A. Ruang interior White (1987) pada ruang interior membagi pengaruh skala ruang terhadappsikologis manusia di dalamnya menjadi empat bagian,yaitu : 1. Intim Skala ruang dengan dimensi atap yang sangat dekat dengan ukuran tubuh manusia sehingga menghasilkan efek keakraban dan suasana yang intim. 2. normal Perbandingan dimensi ruang yang seimbang, tidak memberi kesan secara mendalam. 3. monumental Skala dengan ketinggian plafond yang memberikan kesan agung pada pengunjung dalam sebuah ruang. 4. kejutan
Perbandingan ketinggian ruang yang sangat ekstrem.Memberi kesan yang menjauh bagi pengunjung di dalamnya.Tidak digunakan dalam desain ruang. B. Ruang Eksterior Pada ruang eksterior efek psikologis bagi pengunjung melalui elemen skala dilihat dari perbandingan antara lebar (D) bangunan dan tinggi (H) bangunan. D / H = 1, adalah titik genting dimana kualitas ruang eksterior berubah secara radikal. Artinya jika : 1. D / H < 1, interaksi bersama mulai menguat, suatu perasaan tertutup di dalam bangunan itu sampai ke suatu jenis claustrophobia sebagaimana perbandingan antara D / H menjadi lebih kecil lagi. 2. D / H = 1, keseimbangan diantara tinggi bangunan dan ruang diantara bangunan-bangunan. 3. D / H > 1, jarak-jarak diantara bangunan menjadi agak lebih besar
2.13. Bentuk Dan Ruang 2.13.1. Wujud Dasar Wujud dasar yang diterapkan pada Sentra Kesenian Tradisional Betawi adalah bentuk Bujur Sangkar yang memiliki cirri khas bentuk yang statis, tampak stabil jika berdiri pada salah satunya dan dinamus pada salah satu sudut FDK Ching(1999).
2.13.2. Hubungan Ruang Ada dua tipe yang akan diterapkan pada bangunan Sentra Kesenian Tradisional Betawi 1. Ruang yang bersebelahan Merupakan jenis ruang yang paling umum, dan menciptakan definisi yang kelas pada masing masing fungsi.Dan muncul sebagai suatu bidang yang berdiri sendiri dalam volume tunggal.FDK Ching(1999).
Gambar 2.18 gambar ruang yang berdekatan Sumber :FDK Ching(1999).
2. Ruang yang dihubungkan oleh ruang bersama Dua buah ruang yang terpisah dan dihubungkan atau dikaitkan satu sama lain oleh ruang ketiga yaitu ruang perantara. Hubungan visualdan hubungan keruangan antara kedua ruangan tergantung ruang ketiga , ruang perantara dapat berbentuk linier untuk menghubungkan dua ruang yang berjarak
Gambar 2.19 gambar ruang yang dihubungkan Sumber :FDK Ching(1999).
2.13.3. Organisasi Cluster Dalam Kawasan Ruang ruang kelompok atau cluster dapat diorganisir terhadap suatu titik tempat masuk ke dalam bangunan atau sepanjang jalur gerak yang melaluinya.karena tidak adanya tempat utama didalam pola organisai berbentuk kelompok, maka tingkat kepentingan sebuah ruang harus ditentukan dari ukuran, bentuk atau orientasi didalam polanya.
Gambar 2.20 contoh organisasi ruang cluster Sumber :FDK Ching(1999)
2.14. Sirkulasi Manusia Aspek manusia sangat penting dalam menjalankan kegiatan Ekonomi Kreatif
maka
perlu
adanya
analisa
pola
bangunan.Dibawah ini adalah tabel sistem sirkulasi.
sirkulasi
manusia
pada
2.14. Dimensi Kendaraan dan Satuan Parkir Satuan ruang parkir (SRP) adalah ukuran luas efektif untuk meletakkan kendaraan, termasuk ruang bebas dan lebar bukaan pintu.Dapat pula dikatakan bahwa SRP merupakan ukuran kebutuhan ruang untuk parkir suatu kendaraan dengan nyaman dan aman dengan besaran ruang yang seefisien mungkin (Munawar, 2006).
Gambar 2.21 Dimensi Mobil Penumpang Dirjen Perhubungan Darat (1998)
Tabel 2.3 Lebar Bukaan Pintu Kendaraan (Dirjen Perhubungan Darat, 1998). Jenis bukaan pintu
Pengguna
Golongan
Pintu
-
Karyawan/pekerja
depan/belakang
-
Tamu/pengunjung
terbuka 55cm
1
perkantoran, -
perdagangan, pemerintahan,
Pintu
-
universitas
-
Pengunjung
depan/belakang terbuka 75cm
tampat
olah raga -
pusat hiburan/rekreasi, hotel,
-
swalayan, rumah sakit
bioskop,
2
Pintu depan
Orang cacat
3
terbuka + manuver kursi roda
2.15. Pola Parkir dan Sirkulasi Parkir Secara garis besar ada tiga macam pola parkir, yaitu paralel (sudut 0o), menyudut (30o, 45 o, 60 o, 75 o), dan tegak lurus (right-angleatau 90 o).Pola parkir paralel lebih sesuai untuk ruang bebas yang terbatas (sempit) namun kurang nyamanbagi pengemudi padasaat melakukan manuver parkir.Pola parkir menyudut unggul dalam hal kemudahan melakukan manuver parkir, namun kurang efisien dalam hal pemanfaatan lahan. Sedangkan untuk pola parkir tegak lurus paling efisien dalam hal pemanfaatan lahan yang tersedia, namun harus tersedia aisle yang lebih lebar agar pengemudi tidak mengalami kesulitan pada saatmelakukan manuver parkir(Setiawan, 2008). Gambar 3 dan 4 memperlihatkan dimensi SRP untuk berdasarkan Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir (Dirjen Perhubungan Darat, 1998) dan Guide For The Design Of Park And Ride Facilities(Setiawan, 2008). Sebagai perbandingan dimensi stall kondisi eksisting di Universitas Kristen Petra adalah sekitar 2,25m x 5,00m baik untuk sudut parkir 45 omaupun 90 o.
Gambar2.22 Gambar Sistem Parkir Sumber: (Dirjen Perhubungan Darat, 1998).
Gambar2.23 Gambar Sistem Parkir Sumber: (Dirjen Perhubungan Darat, 1998).
. 2.16. Kesimpulan Sehubungan
dengan
pesatnya
perkembangan
kota
jakarta,
pola
pembangunan ekonomi kreatif dan wisata berkelanjutan tersebut di atas sangat cocok diterapkan dalam pengembangan Sentra Kesenian Tradisional. Ini bertujuan untuk melestarikan keberadaan pariwisata yang ada sekarang ini kepada generasi yang akan datang. Secara singkat dapat dijelaskan bahwa pariwisata berkelanjutan merupakan sebuah proses dan sistem pengembangan pariwisata yang bisa menjamin keberlangsungan atau keberadaan sumberdaya alam, kehidupan sosial dan ekonomi, dan budaya ke generasi yang akandatang. Salah satu upaya penerapan pola pengembangan pariwisata berkelanjutan adalah
dengan
pemilihan
percontohan
Kampung
Betawi
di
Jakarta
Selatan.Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dampak pengembangan pariwisata terhadap lingkungan, kehidupan sosial-budaya dan ekonomi masyarakat lokal dengan menggunakan pendekatan pembangunan pariwisata berkelanjutan. Dengan adanya Kebudayaan Betawi yang sudah ada secara turun temurun dan dengan mengembangkan sumber daya manusia dan sumber daya alam yang ada ini merupakan langkah awal dalam memulai roda putar ekonomi daerah. Oleh karena itu fasilitas yang ada dapat ditempatkan ke dalam satu kawasan untuk menciptakan linkage (Evans, 2009), Dengan menggunakan konsep linkage dapat mempermudahrantai produksi ,Dan berdasarkan variabel
something to see, something to do, dan something to buy(Yoeti, 1985).Maka dengan menciptakan outlet produk-produk kreatif dilokasi berupa counter atau Sentra kesenian, Sehingga kawasan wisata dapat menjadi venue bagi ekonomi kreatif untuk proses produksi, didtribusi, sekaligus pemasaran.