BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian Sistem Jogiyanto (1991, p2) menjelaskan pengertian sistem sebagai kumpulan elemen-
elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Elemen-elemen itu tidak dapat berdiri lepas sendiri-sendiri, tetapi saling berhubungan dan membentuk satu kesatuan, sehingga tujuan atau sasaran sistem itu dapat tercapai. McLeod (1998, p12) mengemukakan pendapatnya bahwa suatu sistem terdiri atas sekumpulan elemen yang disatukan untuk melakukan tugas tertentu atau mencapai suatu tujuan. Sedangkan O’Brien (1997, p18) mendefinisikan sistem sebagai kumpulan komponen yang saling berelasi dan bekerjasama untuk mencapai tujuan, dengan menerima masukan dan menghasilkan keluaran melalui suatu proses transformasi yang terorganisasi. Kamus besar bahasa Indonesia (2001) mendefinisikan sistem sebagai perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Dari pengertian sistem tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sistem terdiri dari komponen-komponen yang saling berinteraksi satu sama lain, dalam menerima masukan, memprosesnya, serta menampilkan keluaran yang dimaksud untuk mencapai tujuan sistem itu.
7
8 Menurut Jogiyanto (1991, pp 4 – 5) karakteristik sistem adalah sebagai berikut : 1. Komponen Sistem terdiri dari sejumlah komponen berupa subsistem yang melaksanakan suatu fungsi/tugas tertentu, dapat saling berinteraksi, dan bekerja sama dalam satu kesatuan untuk mencapai tujuan sistem keseluruhan. 2. Batas Sistem Batasan sistem adalah daerah yang membatasi suatu sistem dengan sistem lainnya atau dengan lingkungan luarnya. Batas sistem ini menunjukkan ruang lingkup sistem itu sendiri. 3. Lingkungan Luar Sistem Lingkungan luar sistem adalah segala sesuatu yang berada di luar sistem yang turut mempengaruhi kerja sistem. 4. Penghubung Sistem Penghubung sistem merupakan media yang menghubungkan antar elemen/sub sistem. Melalui penghubung ini dimungkinkan pengiriman masukan atau keluaran dari satu sub sistem ke sub sistem lainnya. 5. Masukan ke Sistem Masukan ke sistem adalah segala sesuatu yang diperlakukan oleh suatu sistem untuk diproses, sehingga sistem dapat beroperasi atau mendapatkan hasil yang diharapkan. 6. Keluaran Sistem Keluaran sistem adalah hasil yang diharapkan, yang berasal dari masukan yang telah diproses. Hasil itu dapat berupa hasil akhir yang diinginkan ataupun menjadi masukan bagi sub sistem lain untuk diproses.
9 7. Pengolah Sistem Pengolah sistem adalah suatu unit yang mengubah suatu masukan ke sistem menjadi suatu keluaran melalui suatu proses tertentu. 8. Sasaran Sistem Sasaran sistem adalah sesuatu yang menentukan masukan, alur, dan keluaran dari suatu sistem. Suatu sistem dikatakan mencapai tujuannya apabila hasil keluarannya telah sesuai dengan apa yang diharapkan. Untuk itu perlu masukan dan proses yang tepat agar keluaran yang dihasilkan dapat mengenai sasaran.
2.2
Pengertian Informasi Davis (1993, p28), mendefinisikan informasi sebagai data yang telah diolah
menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam mengambil keputusan pada saat ini atau mendatang. McLeod (1998, p16), mendefinisikan informasi sebagai data yang telah diproses atau data yang sudah memiliki arti. O’Brien (1997, p24), informasi berarti data yang telah diubah menjadi suatu bentuk yang berarti dan berguna dalam konteks tertentu bagi para pemakainya. Dari pendapat beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa informasi merupakan hasil dari pengolahan data dalam suatu sistem, yang bermanfaat bagi penerimanya, sehingga dapat digunakan untuk bertindak atau mengambil keputusan sesuai dengan konteks informasi yang diterima dan tujuan sistem. Menurut Davis (1993, p29), informasi dalam lingkup sistem informasi memiliki beberapa ciri, diantaranya :
10 1. Benar/salah, ini dapat berhubungan dengan realitas atau tidak bila penerima informasi yang salah mempercayainya, akibatnya sama seperti yang benar. 2. Baru, informasi dapat sama sekali baru dan segar bagi penerimanya. 3. Tambahan, informasi dapat memperbaharui/memberikan tambahan baru pada informasi yang telah ada. 4. Korektif, informasi dapat menjadi suatu koreksi atas informasi salah/palsu sebelumnya. Menurut McLeod(1998, p148), kualitas informasi ditentukan oleh beberapa hal sebagai berikut : • Relevansi Informasi harus bermanfaat bagi pemakainya dan berkaitan langsung dengan permasalahan yang ada. • Keakuratan Informasi harus bebas dari kesalahan yang menyesatkan dan harus mencerminkan maksud yang dikandungnya. • Ketepatan Waktu Informasi yang didapatkan harus sesuai dengan saat kebutuhannya. Informasi tidak boleh terlambat diterima, bahkan informasi harus tersedia bagi pemecahan masalah sebelum situasi yang kritis menjadi tidak terkendali. • Kelengkapan Informasi yang disampaikan pada penerima atau pengguna harus menyajikan gambaran lengkap dari suatu permasalahan atau penyelesaian.
11 2.3
Pengertian Sistem informasi O’Brien (1997, p4) mendefinisikan sistem informasi sebagai suatu kombinasi
yang terdiri dari orang, perangkat keras, perangkat lunak, jaringan komputer, dan sumber data, yang dapat mengumpulkan, mengubah, dan mendistribusikan informasi. Lucas (1982, p8) mengemukakan pendapatnya mengenai sistem informasi sebagai kumpulan prosedur-prosedur yang diatur untuk dilaksanakan, sehingga dapat menghasilkan informasi yang berguna untuk proses pengambilan keputusan dan pengontrolan bagi suatu organisasi. Laudon (1998, p7) mendefinisikan sistem informasi sebagai gabungan komponen-komponen yang berelasi dan bekerja sama untuk mengumpulkan, memproses dan menyimpan, serta mendistribusikan informasi untuk mendukung perencanaan, pengendalian, pengkoordinasian, dan pengambilan keputusan. Dari pendapat beberapa pakar tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sistem informasi adalah sistem yang berguna untuk menghasilkan informasi dari data yang tersedia, dan digunakan untuk mendukung tindakan dan mengambil keputusan.
2.4
Sistem Informasi Geografi (SIG) 2.4.1
Pengertian SIG Burrough (1987, p6) berpendapat bahwa SIG merupakan sistem
informasi mengenai suatu daerah geografis yang melibatkan data geografis pada daerah tersbut. Data geografis itu menggambarkan objek-objek mengenai suatu daerah dalam hubungannya dengan posisi objek itu pada sistem koordinat, atribut objek, hubungan antar objek, serta pengolahan data geografisnya menurut informasi yang bermanfaat.
12 Bernhardsen (1992, p3) berpendapat bahwa SIG adalah merupakan sistem yang memanfaatkan perangkat keras dan lunak komputer untuk memperoleh, menyeleksi, merangkum, menyimpan, mengubah, mengatur, memanipulasi, menampilkan, menganalisa data geografi. Data geografi tersebut harus berbasiskan posisi bumi dan dapat mempunyai keterkaitan antar objek data sesuai posisi bumi itu. 2.4.2
Komponen SIG
SIG memiliki komponen sebagai berikut : 1. Perangkat keras Perangkat keras dalam SIG digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data melalui proses dijitasi peta, menyimpan, memproses data dan peta, serta menampilkan hasil analisa atau masukan. Perangkat keras terdiri dari : a) Perangkat untuk mengumpulkan data berguna untuk mengkonversi data analog dalam peta menjadi data dijital yang digunakan dalam SIG. Macam perangkat tersebut antara lain : •
Digitizer : alat yang mengkombinasikan cara pemosisian manual dengan penginderaan secara elektromagnetik pada permukaan bidang datar, yang berisi kabel-kabel tipis bermuatan arus listrik. Pengkonversian koordinat pada peta analog menjadi peta dijital dapat dilakukan digitizer melalui sebuah sensor kecil yang mendeteksi medan elektromagnetik pada permukaan bidang datar.
•
Scanner : sistem elektomekanis yang dapat mengubah suatu gambar ke bentuk titik-titik raster (piksel).
13 •
Pendeteksi garis otomatis : digitizer otomatis, yang bekerja dengan menggunakan sensor pintar otomatis untuk mengikuti garis pada peta/layar.
b) Perangkat penyimpanan berguna untuk menyimpan data peta dan atribut, program, hasil masukan atau proses, dan lain-lain. Perangkat ini ada yang sifat penyimpanannya permanen dan tidak permanen. Contoh perangkat penyimpan yang tidak permanen adalah memori komputer, cache memory, dan register. Sedangkan contoh perangkat penyimpan yang permanen adalah disket, hard disk, pita magnetik, dan disk optikal. c) Perangkat pemroses bertugas untuk mengartikan dan mengeksekusi instruksi program, manipulasi data dan peta, dan mengontrol peralatan keluaran dan masukan. d) Perangkat untuk menampilkan hasil masukan atau pemrosesan dalam bentuk visual atau cetakan dapat berupa layar/monitor, plotter dan printer. 2. Perangkat lunak Perangkat
lunak
membantu
perangkat
keras
untuk
memasukkan,
memanipulasi, menyimpan serta mengatur data geografi. Menurut Burrough (1987, p8), terdapat lima modul utama dalam perangkat lunak SIG, yang terdiri dari : a) Masukan dan pengecekan data, meliputi pengubahan data konvensional dalam bentuk peta analog hasil pengamatan lapangan, sensor satelit, dan foto udara menjadi data dijital.
14 b) Menyimpan dan mengatur data, berhubungan dengan struktur dan pengaturan data posisi/topologi dan atribut elemen geografi, dapat berupa titik, garis, dan area yang menggambarkan objek-objek di dunia nyata. c) Menampilkan data, untuk mengatur cara menampilkan data dan pelaporan hasil analisa ke pengguna dalam bentuk peta, tabel, laporan, dan sebagainya. d) Memproses data, mencakup kegiatan mengurangi kesalahan akibat pemasukkan data atau hasil proses yang kurang baik, menganalisa data, dan mengatur data, misalnya perubahan skala peta, menghubungkan data geometris dengan data atribut, melaksanakan logika untuk memproses data geometri dengan data atribut, melaksanakan logika untuk memproses data, menampilkannya, dan lain-lain. e) Melakukan interaksi dengan pengguna, untuk menentukan apakah perangkat lunak SIG itu dapat diterima atau tidak. Dapat dilakukan melalui penggunaan menu, format perintah, window, query, dan lain-lain.
Modul-modul tersebut dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut ini : Masukkan data
Query masukkan
Menampilkan data
Gambar 2.1
Basis data geografi
Proses
Komponen Perangkat Lunak Dalam SIG
15 3. Sumber daya manusia Sumber daya manusia berguna untuk mendefinisikan proses produksi, menentukan sistem berkas/file, mendeskripsikan data, menentukan aliran data, komunikasi antar proses, otorisasi pengguna, menentukan cara menentukan pemrosesan dan pemeliharaan data. 4. Data Data merupakan salah satu komponen yang penting dalam SIG. Data ini diperoleh dengan mengintegrasikan data spasial dengan sumber-sumber data lainnya (data non spasial) 2.4.3
Sumber Data Sumber data yang menjadi salah satu komponen penting dalam SIG
terdiri dari : 1) Data Lapangan adalah data yang diperoleh melalui pengukuran langsung di lapangan. Untuk memperoleh data ini, dilakukan survei, pengambilan sampel, wawancara, dan sebagainya. 2) Data peta adalah data dari peta analog yang sudah dikonversi/diubah dan direkam dalam bentuk peta dijital. 3) Data peta citra penginderaan jarak jauh adalah data yang diperoleh dari citra penginderaan jarak jauh berupa foto udara atau satelit.
16 2.4.4
Manajemen Data Manajemen data/peta adalah suatu teknik yang digunakan untuk
memasukkan, menyimpan, memanggil, memanipulasi, dan menganalisa data. Adapun kegiataan yang dilakukan dalam manajemen data adalah : 1. Menyediakan data/peta Untuk membuat SIG, peta yang disediakan berupa peta dasar yang berisi area wilayah dan batas-batasnya, sungai ,jalan, dan sebagainya ataupun peta tematik yang sudah ada, misal peta batas kelurahan, dan lain-lain. Setelah itu kita menentukan hal apa yang akan ditampilkan dalam SIG tersebut serta menentukan klasifikasi penentuan area dalam peta yang akan digunakan, sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan data yang mendukungnya. 2. Membuat data/peta dijital Peta tematik atau peta dasar yang sudah berbentuk dijital tidak perlu dikonversi, tetapi yang masih dalam bentuk analog, perlu dikonversi ke dalam format vektor atau raster. Untuk melakukannya dapat digunakan salah satu dari beberapa perangkat keras pendukung SIG, yang telah dijelaskan sebelumnya. 3. Menentukan struktur data Setelah data geometri berupa vektor/piksel direkam ke dalam suatu sistem koordinat tertentu, maka kita akan menyimpan atribut data yang dikandung data geometri tersebut ke dalam basis data SIG. 4. Manipulasi data Data yang telah disimpan sebagai berkas/file dalam basis data, dapat digunakan untuk memanipulasi dan analisa. Manipulasi dapat dilakukan pada peta atau data atribut. Metode untuk memanipulasi peta biasanya dilakukan
17 dengan teknik “tumpang susun”(overlay), sedangkan untuk memanipulasi data dengan menggunakan operasi aritmetika atau logika, yang mana keduanya dapat dilakukan dengan bantuan perangkat lunak komputer. 5. Menampilkan data/peta Data dan peta yang telah dimanipulasi atau disimpan dapat ditampilkan ke bentuk visual dengan peralatan keluaran dan bantuan perangkat lunak komputer.
2.4.5
Jenis Data Data yang digunakan dalam SIG dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu
data spasial/peta/geometri dan data atribut/keterangan/non-spasial. Perbedaan diantara kedua jenis data tersebut adalah sebagai berikut : 1. Data Atribut Data atribut merupakan data yang menjelaskan karakteristik atau fenomena yang dikandung pada satu objek data dalam peta dan tidak mempunyai hubungan dengan posisi geografinya. Data atribut dapat dijelaskan secara kualitatif dan kuantitatif. Pada penjelasan secara kualitatif, kita menjelaskan tipe, klasifikasi, label suatu objek agar dapat dikenal dan dibedakan dengan objek yang lain, misal rumah sakit, puskesmas, dan sebagainya. Bila dilakukan secara kuantitatif, data objek dapat diukur/dinilai berdasarkan skala tingkatan, interval dan ratio dari suatu titik tertentu. Misalnya, jumlah penduduk dalam satu kelurahan ada 1000 jiwa.
18 2. Data Spasial Data spasial merupakan data sistem informasi yang terpaut pada dimensi ruang. Data spasial memiliki komponen-komponen sebagai berikut : a) Titik Titik merupakan penggambaran grafis yang sederhana dari sebuah objek. Titik tidak mempunyai dimensi, tetapi dapat dikenali di layar atau tampilan dengan bentuk simbol. Titik dapat mewakili objek tertentu berdasarkan skala yang ditentukan, misal rumah sakit pada peta yang berskala besar. b) Garis Garis menghubungkan sedikitnya dua titik dan digunakan untuk menggambarkan objek yang dapat ditampilkan pada satu dimensi. Contohnya jalan, sungai, pada peta berskala besar. c) Poligon Poligon digunakan untuk menggambarkan objek yang mempunyai dua dimensi. Suatu area dinyatakan sedikitnya dengan tiga buah garis yang dihubungkan dan membentuk kurva tertutup. Objek di muka bumi kadangkadang digambarkan sebagai kumpulan bujursangkar atau persegi panjang kecil-kecil yang membentuk suatu area tertentu. Penggambaran itu dinamakan grid atau sel. Contohnya : populasi penduduk, wilayah kelurahan, dan lain-lain.
19 Komponen-komponen data spasial dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut : titik garis poligon/area sel raster/piksel
Gambar 2.2 2.4.6
Komponen data spasial
Model Data Spasial / Keruangan Model data spasial terdiri dari dua jenis, yaitu :
1. Model raster Model raster menggunakan jenis sel grid untuk menetapkan data lokasional. Dalam struktur ini data dikodekan, dipetakan ke dalam sel-sel grid tertentu untuk menyatakan lokasi keruangannya. Setiap sel menunjukkan baris dan kolom dari suatu matriks penunjuk lokasi, serta kode dari atribut yang dipetakan kedalamnya. Berikut adalah contoh model raster :
Gambar 2.3
Model Data Raster
20 Tabel 2.1 Tabel sel, posisi sel pada data raster dan arti nilai sel
2. Model vektor Pada data vektor, suatu titik dinyatakan dengan koordinat tunggal (x,y), garis dengan deretan koordinat bersambung (x1,y1;x2,y2;…;xn,yn), dan poligon dengan deretan tertutup (x1,y1;x2,y2;…;xn,yn;x1,y1). Data model vektor dapat dilihat pada gambar 2.4 berikut.
Gambar 2.4
Model Data Vektor
21 2.4.7
Metode Analisa Peta Metode analisa peta yang sering digunakan dalam SIG dikenal dengan
metode tumpang susun (overlay Method). Metode ini menggunakan prinsipprinsip aljabar Boolean dengan menggunakan operator hubungan AND, OR, NOT, dan XOR, yang dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut ini : Tabel 2.2 Tabel Logika Boolean A
B
NOT A
A AND B
A OR B
A XOR B
1
1
0
1
1
0
1
0
0
0
1
1
0
1
1
0
1
1
0
0
1
0
0
0
Gambar 2.5 berikut adalah hasil yang diperoleh jika digambarkan dengan menggunakan diagram Venn.
Analisa A AND B
Analisa A NOT B
Analisa A OR B
Analisa A XOR B
Gambar 2.5
Diagram Venn hasil overlay
22 2.4.8
Teknik Tumpang Susun (Overlay) Teknik tumpang susun (overlay) sering digunakan pada SIG untuk
menganalisa peta. Definisi overlay adalah suatu proses pada data spasial, yang terjadi pada suatu layer yang berisi peta tematik tertentu lalu ditumpangkan dan disusun dengan berbagai peta tematik lain dan akhirnya membentuk layer peta tematik baru dengan poligon yang baru dari hasil perpotongan bidang-bidang pada proses penumpukkan dan penyusunan tersebut. Seluruh titik dan garis yang berada di peta-peta lama, kini ditampilkan bersama-sama dengan titik dan garis lain dengan perpotongan, dan topologi serta tabel atribut baru disesuaikan dengan hasil overlay poligon. P1
P2
P3
Gambar 2.6 Hasil overlay dua buah peta yang menghasilkan satu peta baru
2.4.9
Perangkat Lunak Pendukung SIG Pada masa sekarang ini, sudah banyak perangkat lunak pendukung SIG
yang beredar dipasaran seperti Map Info, Map Basic, Arc View, Arc Info, dan masih banyak lagi.
23 2.5
Rekayasa Piranti Lunak Menurut Pressman (1997), dalam pembuatan piranti lunak diusulkan beberapa
paradigma, salah satu paradigma dari rekayasa piranti lunak adalah model air terjun (waterfall model), atau siklus hidup klasik (Classic life cycle). Gambar 2.7 berikut adalah tahapan yang terdapat pada model waterfall :
System Engineering
Analysis Design Coding Testing Maintenance
Gambar 2.7 Model Waterfall
1. System engineering Perancangan sistem sangat diperlukan karena piranti lunak selalu menjadi bagian dari sebuah sistem yang lebih besar. Oleh karena itu segala sesuatunya dimulai dengan menetapkan kebutuhan-kebutuhan semua elemen sistem. 2. Analysis Merupakan proses pengumpulan kebutuhan yang dikhususkan pada piranti lunak, fungsi-fungsi, unjuk kerja dan interface dari piranti lunak.
24 3. Design Pada tahap ini, kebutuhan diterjemahkan dalam gambaran piranti lunak yang dapat diperkirakan untuk kualitas sebelum pengkodean dilakukan, meliputi : perancangan DFD, modul, STD, menu layar, basis data, kamus data, ERD, dan spesifikasi program. 4. Coding Pada tahap ini, rancangan yang telah dibuat akan diterjemahkan ke dalam bentuk yang dapat dipahami oleh sistem komputer. 5. Testing Tahap ini dilakukan untuk menemukan kesalahan dan meyakinkan bahwa keluaran yang diperoleh sudah sesuai dengan apa yang diharapkan. Pengujian ini meliputi seluruh perintah yang ada. 6. Maintenace Tahap ini dilakukan untuk melihat dan menemukan perubahan-perubahan yang mungkin terjadi, kesalahan yang timbul dan memerlukan perbaikan fungsional atau unjuk kerja.
2.6
Penyakit Demam Berdarah Dengue 2.6.1
Pengertian Penyakit Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (2001), Penyakit didefinisikan
sebagai sesuatu yang menyebabkan terjadinya gangguan pada mahluk hidup, yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus, maupun kuman yang menyebabkan kelainan sistem/jaringan pada tubuh mahluk hidup.
25 2.6.2
Pengertian Demam Demam diartikan sebagai suhu badan lebih tinggi dari pada yang
biasanya (kamus besar bahasa Indonesia, 2001). 2.6.3
Pengertian Dengue Dengue diartikan sebagai penyakit yang datangnya mendadak dan cepat
menular, disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh gigitan nyamuk jenis Aedes aegypti (kamus besar bahasa Indonesia, 2001). 2.6.4
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Menurut Sudradjat (www.geocities.com/mitra_sejati_2000/dbd.html),
Penyakit Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk jenis Aedes aegypti sehingga menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah, yang mengakibatkan terjadinya perdarahan-perdarahan Penyakit DBD umumnya menyebar di negara-negara Tropis. Di Indonesia Penyakit DBD pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dan sekarang telah menyebar hampir keseluruh propinsi di Indonesia. (www.pusdiklatkes.com/hoti-isue/awass-SARS.htm). Menurut Sudradjat, (www.geocities.com/mitra_sejati_2000/dbd.html). Gejala penyakit Demam berdarah dengue adalah sebagai berikut : Setelah masa tunas /inkubasi selama 3 – 15 hari, orang yang tertular dapat mengalami / menderita penyakit ini dalam salah satu dari 4 bentuk berikut : •
Bentuk abortif, penderita tidak merasakan suatu gejala apapun.
26 •
Dengue klasik, penderita mengalami demam tinggi (39–40 derajat Celcius) selama 4 – 7 hari, nyeri-nyeri pada tulang, diikuti dengan munculnya bintikbintik atau bercak-bercak perdarahan di bawah kulit.
•
Dengue Haemorrhagic Fever (Demam berdarah dengue/DBD), gejalanya sama dengan dengue klasik ditambah dengan perdarahan dari hidung, mulut, dubur, dan sebagainya.
•
Dengue Syok Sindrom, gejalanya sama dengan DBD ditambah dengan syok, yang mana pada bentuk ini sering terjadi kematian.
Vektor Virus Dengue ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti (Ae.) yang merupakan vektor epidemi yang paling utama, namun spesies lain seperti Ae. albopictus, Ae. polynesiensis, anggota dari Ae. Scutellaris complex, dan Ae. (Finlaya) niveus juga dianggap sebagai vektor sekunder (www.pusdiklatkes.com/hoti-isue/awass-SARS.htm).
27 Ciri-ciri nyamuk Aedes Aegypti :
Gambar 2.8 Nyamuk Aedes Aegypti 1. Badan kecil, warna hitam dengan bintik-bintik putih 2. Hidup di dalam dan di sekitar rumah 3. Menggigit/menghisap darah pada siang hari 4. Senang hinggap pada pakaian yang bergantungan dalam kamar 5. Bersarang dan bertelur di genangan air jernih di dalam dan di sekitar rumah bukan di got/comberan. Di dalam rumah: bak mandi, tampayan, vas bunga, tempat minum burung, dan lain-lain. (www.dinkesdki.go.id/db.html) Siklus hidup nyamuk Aedes Aegypti adalah dari telur menjadi jentik, jentik menjadi kepompong, kepompong menjadi nyamuk, dan nyamuk kemudian bertelur kembali
28
Nyamuk
Telur
Jentik
Kepompong
Gambar 2.9 Siklus Hidup Nyamuk Aedes Aegypti Cara penularan demam berdarah : Anak yang sakit demam berdarah di dalam darahnya mengandung virus. Bila anak ini digigit nyamuk Aedes Aegypti maka bibit penyakit ikut terhisap masuk ke dalam tubuh nyamuk. Dan bila nyamuk tersebut menggigit anak lain (anak sehat), maka anak itu akan dapat ketularan penyakit ini. (www.dinkes-dki.go.id/db.html) Tindakan yang harus dilakukan bila ada penderita demam berdarah : 1.
Pertolongan pertama yang penting memberi minum sebanyak mungkin
2.
Kompres dengan air es
3.
Beri obat turun panas
4.
Selanjutnya penderita segera dibawa ke dokter/Puskesmas yang terdekat untuk diperiksa. Bila diduga terserang Demam Berdarah akan dikirim ke Rumah Sakit untuk dirawat.
5.
Lapor segera ke Puskesmas / Suku Dinas Kesehatan setempat. (www.dinkes-dki.go.id/db.html)
29 Cara pencegahan penyakit demam berdarah: Demam berdarah dapat dicegah dengan memberantas jentik-jentik nyamuk Aedes Aegypti dengan cara melakukan PSN (Pembersihan Sarang Nyamuk). Upaya ini merupakan cara yang terbaik, ampuh, murah, mudah dan dapat dilakukan oleh masyarakat, dengan cara sebagai berikut: 1. Bersihkan (kuras) tempat penyimpanan air (seperti : bak mandi / WC, drum, dan lain-lain) sekurang-kurangnya seminggu sekali. Gantilah air di vas bunga, tempat minum burung, perangkap semut dan lain-lain sekurang-kurangnya seminggu sekali. 2. Tutuplah rapat-rapat tempat penampungan air, seperti tampayan, drum, dan lain-lain agar nyamuk tidak dapat masuk dan berkembang biak di tempat itu. 3. Kubur atau buanglah pada tempatnya barang-barang bekas, seperti kaleng bekas, ban bekas, botol-botol pecah, dan lain-lain yang dapat menampung air hujan, agar tidak menjadi tempat berkembang biak nyamuk. Potongan bambu, tempurung kelapa, dan lain-lain agar dibakar bersama sampah lainnya. 4. Lipatlah pakaian/kain yang bergantungan dalam kamar agar nyamuk tidak hinggap disitu. 5. Untuk tempat-tempat air yang tidak mungkin atau sulit dikuras, taburkan bubuk ABATE ke dalam genangan air tersebut untuk membunuh jentik-jentik nyamuk Aedes Aegypti. Ulangi hal ini setiap 2-3 bulan sekali. Takaran penggunaan bubuk ABATE adalah sebagai berikut : Untuk 10 liter air cukup dengan 1 gram bubuk ABATE. (www.dinkes-dki.go.id/db.html)