BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Pendukung Keputusan
2.1.1 Pengertian Sistem Pendukung Keputusan
Keputusan merupakan hasil pemecahan masalah yang harus didasari logika dan pertimbangan, penetapan alternatif terbaik, harus mendekati tujuan yang telah ditetapkan dan memperhatikan hal-hal seperti logika, realitas, rasional, dan pragmatis. Keputusan-keputusan selalu saling berhubungan, dan keputusan spesifik dapat mempengaruhi banyak individu dan kelompok dalam sistem organisasi. Dasar-dasar keputusan (Terry, 2003), adalah : 1. Intuisi, yaitu keputusan diambil berdasarkan perasaan dan pemikiran si pengambil keputusan. 2. Pengalaman, yaitu keputusan diambil berdasarkan kejadian-kejadian yang pernah dialami sebelumnya oleh si pengambil keputusan. 3. Fakta, yaitu keputusan diambil berdasarkan data dan informasi yang telah dikumpulkan. 4. Wewenang, yaitu keputusan diambil oleh pihak yang memiliki kekuasaan dan wewenang yang lebih tinggi. 5. Rasional, yaitu keputusan yang diambil harus logis atau dapat diterima akal sehat. Pengambilan keputusan adalah proses memilih tindakan (di antara berbagai alternatif) untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Pengambilan keputusan melibatkan suatu proses berfikir mengenai masalah sesuai kebutuhan data dan pemodelan masalah yang mengarah pada interpretasi dan aplikasi pengetahuan. Perubahan pada lingkungan pengambilan keputusan dapat terjadi sehingga mempengaruhi kualitas keputusan (Turban, 2005).
Universitas Sumatera Utara
Pengambilan keputusan merupakan hasil suatu proses pemilihan dari berbagai alternatif tindakan yang mungkin dipilih dengan mekanisme tertentu, dengan tujuan untuk menghasilkan keputusan yang terbaik. Dimana proses keputusan secara bertahap, sistematik, konsisten, dan dalam setiap langkah sejak awal telah mengikutsertakan semua pihak, akan memberikan hasil yang baik (Suryadi, 1998).
Unsur-unsur pengambilan keputusan adalah : 1. Tujuan pengambilan keputusan. 2. Identifikasi alternatif-alternatif keputusan untuk pemecahan masalah. 3. Perkiraan mengenai faktor-faktor yang tidak dapat diketahui. 4. Sarana dan alat untuk mengukur dan mengevaluasi hasil.
Konsep Sistem Pendukung Keputusan (SPK) pertama kali diperkenalkan pada awal tahun 1970-an oleh Michael S.Scott Morton dengan istilah Decisión System. Konsep SPK ditandai dengan sistem interaktif berbasis komputer yang membantu pengambil keputusan memanfaatkan data dan model umtuk menyelesaikan masalahmasalah yang tidak terstuktur. Pada dasarnya SPK dirancang untuk mendukung seluruh tahap pengambilan keputusan mulai dari mengidentifikasi masalah, memilih data yang relevan, menentukan pendekatan yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan. Sampai mengevaluasi pemilihan alternatif (Suryadi, 1998).
Sistem Pendukung Keputusan (SPK) adalah suatu sistem informasi bebasis komputer yang melakukan pendekatan untuk menghasilkan berbagai alternatif keputusan untuk membantu pihak tertentu dalam menangani permasalahan dengan menggunakan data dan model. Suatu SPK hanya menyediakan alternatif keputusan, sedangkan keputusan akhir yang diambil tetap ditentukan oleh si pengambil keputusan. Sistem pendukung keputusan memadukan sumber daya intelektual dari individu dengan kapabilitas komputer untuk meningkatkan kualitas keputusan. (Daihani, 2001).
Universitas Sumatera Utara
Sistem Pendukung Keputusan biasa dibangun untuk mendukung solusi atas suatu masalah atau untuk mengevaluasi suatu peluang. SPK lebih ditujukan untuk mendukung manajemen dalam melakukan pekerjaan yang bersifat analitis dalam situasi yang kurang terstruktur dan dengan kriteria yang kurang jelas (Kusrini, 2007).
2.1.2 Arsitektur Sistem Pendukung Keputusan
2.1.2.1 Komponen Sistem Pendukung Keputusan
Sistem Pendukung Keputusan terdiri dari tiga komponen komponen utama (subsistem), yaitu :
Basis Data
Basis Model
Manajemen Basis Data
Manajemen Basis Model
Manajemen Penyelenggaraan Dialog
Tugas
Lingkungan
Pemakai Gambar 2.1 Komponen Utama Sistem Pendukung Keputusan (Daihani, 2001)
1. Subsistem data (database), merupakan tempat untuk menyimpan data yang relevan bagi sistem dan diorganisasikan oleh suatu sistem dengan manajemen database (Database Management System/DBMS) sehingga data dapat diekstrasi dengan cepat. Data berasal dari sumber internal (dari dalam
Universitas Sumatera Utara
perusahaan) dan eksternal (dari luar perusahaan). Kemampuan yang dibutuhkan dari suatu manajemen database (Suryadi, 1998), yaitu : -
Kemampuan untuk mengkombinasikan berbagai variasi data melalui pengambilan dan ekstraksi data.
-
Kemampuan untuk menambahkan sumber data secara cepat dan mudah.
-
Kemampuan untuk menggambarkan struktur data logikal sesuai dengan pengertian pemakai, sehingga pemakai mengetahui apa yang tersedia dan dapat menestukan kebutuhan penambahan dan pengurangan.
-
Kemampuan untuk menangani data secara personil, sehingga pemakai dapat mencoba berbagai alternatif pertimbangan personil.
-
Kemampuan untuk mangelola berbagai variasi data.
Sumber Data Eksternal (Data Ekonomis) Keuangan Pemasaran Personalia Manufaktur
Sumber Data Internal Lainnya
Data : - Ekstraksi - MengambIl - Menambah
Basis Data SPK
(Faktor Biaya)
Fungsi Manajemen Basis Data : - Menggambarkan Struktur Data Manajemen - Update - Pengurangan dan Penambahan Data
Basis Model
Manajemen Penyelenggaraan Dialog
Gambar 2.2 Subsistem Manajemen Basis Data (Suryadi, 1998)
Universitas Sumatera Utara
2. Subsistem model (modelbase), digunakan untuk menggambarkan data dalam suatu model untuk memudahkan pemrosesan data tersebut. Salah satu keunggulan SPK adalah memiliki kemampuan untuk mengintegrasikan akses data dan model-model keputusan. Yaitu dengan menambahkan model-model keputusan kedalam sistem informasi yang menggunakan database sebagai mekanisme integrasi dan komunikasi di antara model-model. Model merupakan peniruan dari permasalahn yang sebenarnya. Namun dalam prosesnya, sering kali model yang dirancang tidak mampu mencerminkan seluruh variabel dari permasalahn sebenarnya, sehingga keputusan yang diambil berdasarkan model menhadi tidak akurat dan tidak sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu, model yang dirancang menggunakan koleksi berbagai model yang terpisah, dimana setiap model digunakan untuk menangani bagian berbeda dari masalah yang sedang dihadapi. Selain itu, model juga harus fleksibel, yaitu harus ada fasilitas yang mampu membantu pengguana untuk memodifikasi dan menyempurnakan model sesuai dengan perkembangan zaman. Kemampuan yang dimiliki subsistem basis model (Suryadi, 1998), yaitu : -
Kemampuan utnuk menciptakan model-model baru secara cepat dan mudah.
-
Kemampuan untuk mengakses dan mengintegrasikan model-model keputusan.
-
Kemampuan untuk mengelola basis model dengan fungsi manajemen yang analog dan manajemen database, seperti mekanisme untuk menyimpan, membuat dialog, menghubungkan, dan mengakses model.
Universitas Sumatera Utara
Model-model Strategis Basis Data SPK
Model-model Teknis Model-model Operasional Bangunan model dan Subrutin
Fungsi Manajemen Basis Data : - Menciptakan model - Update (Pemeliharaan) - Mnaipulasi (use)
Manajemen Basis Data
Manajemen Penyelenggaraan Dialog
Gambar 2.3 Subsistem Manajemen Basis Model (Suryadi, 1998) 3. Subsistem dialog (user system interface), berfungsi sebagai perantara antara sistem dengan user. Inilah keunikan lain pada SPK, yaitu mampu mengintegrasikan sistem terpasang dengan pengguna secara interaktif. Subsistem dialog menengartikulasikan dan mengimplementasikan sistem sehingga pengguna dapat berkomunikasi dengan sistem yang dirancang. Subsistem ini dibagi menjadi tiga komponen (Daihani, 2001), yaitu : -
Bahasa aktif (Action Language), perangkat yang digunakan untuk berkomunikasi dengan sistem, seperti keyboard, joystick, panel-panel sentuh lain, perintah suara atau key function lainnya.
-
Bahasa tampilan (Presentation Language), perangkat yang digunakan sebagai sarana untuk menampilkan sesuatu, seperti printer, grafik display, plotter, dan lainnya.
Universitas Sumatera Utara
-
Bahasa pengetahuan (Knowladge Language), perangkat yang harus diketahui pengguna agar pemakaian sistem bisa efektif. Basis pengetahuan dapat diperoleh dari buku, artikel, petunjuk ahli, ataupun pemikiran dari pengguna sendiri.
SPK
Bahasa Aksi
Bahasa Presentasi
Komputer
USER Pengetahuan Base Gambar 2.4 Subsistem Penyelenggara Dialog (Suryadi, 1998)
Kombinasi dan kemampuan di atas terdiri dari apa yang disebut gaya dialog, misalnya meliputi pendekatan tanya jawab, bahasa perintah, menu-menu, dan mengisi tempat yang kosong. Kemampuan yang harus dimiliki SPK untuk mendukung dialog sistem (Suryadi, 1998), yaitu : -
Kemampuan untuk menangani berbagai variasi gaya dialog. Bahkan jika mungkin untuk mengkombinasikan berbagai gaya dialog sesuai dengan pilihan pemakai.
-
Kemampuan untuk mengakomodasi tindakan pemakai dengan berbagai peralatan masukan.
-
Kemampuan untuk menampilkan data dengan berbagai variasi format dan peralatan keluaran.
-
Kemampuan untuk memberikan dukungan yang fleksibel untuk mengetahui basis pengetahuan pemakai.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2.2 Fase-fase dalam Pengambilan Keputusan
Terdapat tiga fase yang harus dilakukan dalam proses pengambilan keputusan (Simon, 2002), yaitu : 1. Fase Penalaran (Intelligence Phase). Inteligensi mencakup berbagai aktifitas yang menekankan identifikasi situasi atau peluang-peluang masalah. Dalam fase ini kita mulai mengenali permasalahan, situasi dan peluang untuk mencari solusi terhadap masalah tersebut. Tahapan yang harus dilakukan pada fase ini adalah : a. Identifikasi masalah Dimulai dengan identifikasi terhadap tujuan dan sasaran yang berkaitan dengan masalah yang diteliti dan determinasi apakah tujuan tersebut telah terpenuhi. Si pengambil keputusan berusaha menentukan apakah ada suatu masalah, mengidentifikasi gejala-gejalanya, menentukan ruang lingkupnya, dan
mendefenisikannya
secara terperinci.
Intinya,
apakah sistem
melaporkan masalah atau hanya memberikan gejala-gejala dari sebuah masalah. b. Klasifikasi masalah Fase ini merupakan konseptualitas terhadap suatu masalah, dalam rangka menempatkannya dalam suatu klasifikasi sesuai tingkat strukturisasi pada masalah tersebut. c. Dekomposisi masalah Pada fase ini, masalah dibagi lagi menjadi sub-sub masalah.Masalah yang kompleks dan rumit
dapat
disederhanakan
lagi, sehingga dapat
memudahkan proses pemecahan masalah. d. Kepemilikan masalah Menentukan apakah masalah tersebut dimiliki oleh suatu organisasi atau individu. Sebuah masalah ada dalam sebuah organisasi jika seseorang atau beberapa kelompok mengambil tanggung jawab untuk mengatasinya. Ketika kepemilikan masalah tidak ditentukan, maka masalah akan diidentifikasi sebagai masalah orang lain. Oleh karena itu, kepemilikan masalah harus ditentukan sehingga model yang dibangun bias relevan dengan kebutuhan si pemilik masalah.
Universitas Sumatera Utara
2. Fase Perancangan (Design Phase). Fase desain meliputi pengembangan dan penganalisisan tindakan yang mungkin untuk dilakukan. Dalam fase ini akan dihasilkan analisis dari kemungkinan-kemungkinan solusi, alternatif solusi dan memprediksi dampak yang akan terjadi dari setiap alternatif solusi dari permasalahan tersebut. Penentuan alternatif solusi dispesifikasi lagi, yaitu dilakukan setelah penentuan evaluasi alternatif solusi agar mengurangi waktu dan tenaga dalam mencari alternatif solusi. Aktivitas dalam fase ini adalah ; a. Membangun model dari permasalahan yang diteliti. b. Menentukan kriteria pemilihan. c. Mencari alternatif solusi. d. Memprediksi dampak yang akan timbul.
Proses desain merupakan kombinasi antara ilmu dan seni. Sebagai ilmu, ada banyak kelas model standar, seorang analis dapat menentukan model mana yang dapat diaplikasikan pada situasi yang dihadapi. Sebagai seni, diperlukan kreatifitas dan keterampilan yang tinggi ketika menentukan asumsi apa yang dapat bekerja, bagaimana menggabungkan fitur yang tepat dari kelaskelas
model,
dan
bagaimana
mengintegrasikan
model-model
untuk
mendapatkan solusi yang tepat.
Model merupakan komponen
yang
kritis di dalam proses
pengambilan keputusan. Pada prosesnya, kadang analis dapat membuat sejumlah kesalahan dalam pengembangan dan penggunaan model. Maka, harus dilakukan pengumpulan sejumlah informasi yang benar dengan tingkat akurasi yang tepat, sehingga model yang dibangun dapat memenuhi kebutuhan dari masalah yang diteliti.
Universitas Sumatera Utara
3. Fase Pemilihan (Selection Phase). Dalam fase ini dilakukan pencarian alternatif solusi yang sesuai dan dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Dimana dibuat suatu keputusan yang nyata untuk mengikuti suatu tindakan tertentu. Batas antara fase desain dan pemilihan kurang jelas, karena aktivitas tertentu dapat dilakukan selama kedua fase tersebut, yaitu analis bias saja kembali dari aktivitas pilihan ke aktivitas desain.
2.1.3 Konsep Sistem Pendukung Keputusan
2.1.3.1 Tingkatan Teknologi
Dalam merancang dan menggunakan Sistem Pendukung keputusan, dikenal 3 tingkatan teknologi yang berupa perangkat keras (hardware) atau perangkat lunak (software). Ketiga tingkatan tersebut (Daihani, 2001) adalah : 1. Sistem Pendukung Keputusan Spesifik (Specifik Decision Support System/SDSS) Sistem yang ditujukan untuk membantu pemecahan serangkaian masalah yang memiliki karakteristik tertentu. Pada hakikatnya sistem ini juga dapat digunakan untuk menjelaskan, memperkuat, atau memberikan landasan terhadap suatu keputusan yang diambil. 2. Pembangkit
Sisitem
Pendukung
Keputusan
(Decision
Support
System
Generator/DSSG) Merupakan perangkat lunak untuk pengembangan SPK yang berfungsi untuk menghubungkan perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan dalam merancang dan membangun SPK, serta dilengkapi berbagai fasilitas yang memudahkan perancang dalam membangun SDSS. 3. Perlengkapan
Sistem
Pendukung
Keputusan
(Decision
Support
System
Tools/DSST) Sistem ini merupakan teknologi paling dasar dalam merancang dan membangun SPK. DSST terdiri dari elemen perangkat keras dan lunak yang mempermudah proses perancangan SPK, terutama untuk mengembangkan SDSS dan DSSG. DSST mempunyai fungsi utilitas untuk :
Universitas Sumatera Utara
-
Pengembangan bahasa bagi keperluan tertentu.
-
Meningkatkan sistem operasi untuk mendukung perancangan subsistem dialog.
-
Perancangan grafik berwarna.
-
Perancangan subsistem lainnya.
Dalam kasus perancangan Sistem Pendukung Keputusan kredit kepemilikan rumah, digunakan tingkatan teknologi Specifik Decision Support System (SDSS), dengan mempertimbangkan bahwa sistem pendukung keputusan yang dibuat memiliki masalah yang spesifik, yaitu berhubungan dengan KPR.
2.1.3.2 Teknik Perancangan Sistem Pendukung Keputusan
Teknik pendekatan yang digunakan dalam perancangan SPK sangat tergantung pada kondisi dan waktu yang tersedia. Ada tiga jenis teknik perancangan sistem pendukung keputusan (Titoyo, 2008), yaitu : 1. Perancangan dengan Cara Cepat (Quick Hit) Cara ini dilakukan bila dibutuhkan Sistem pendukung Keputusan yang mempunyai kemampuan khusus dan dapat memberikan hasil yang cukup dalam waktu perancangan yang singkat. SPK yang dikembangkan yaitu Sistem Pendukung Keputusan Spesifik (SDSS) yang dibuat secara langsung dengan menggunakan peralatan yang tepat, sehingga diperoleh manfaat
dalam
penggunaannya. 2. Perancangan dengan Sistem Bertahap Cara ini dilakukan dengan membuat statu sistem pendukung keputusan spesifik. Pembuatannya disesuaikan dengan perencanaan masa yang akan datang, sehingga bagian yang telah dikembangkan dalam sistem awal dapat digunakan lagi untuk pengembangan selanjutnya. 3. Perancangan dengan Sistem Pendukung Keputusan Lengkap Sebelum sistem pendukung keputusan spesifik dibuat, terlebih dahulu perlu dikembangkan pembangkt sistem pendukung keputusan yang lengkap serta stuktur organisasi pengololanya.
Universitas Sumatera Utara
Dalam perancangan SPK ini, digunakan perancangan dengan cara cepat (quick hit), karena waktu pembuatannya yang singkat dan manfaat yang diperoleh yaitu cepat memberikan hasil, prosedur pengembangan dan pemanfaatan teknologi lebih mudah.
2.1.3.3 Teknik Pendekatan Sistem Pendukung Keputusan
Dalam mengembangkan sistem pendukung keputusan sikenal dua cara perancangan (Daihani, 2001), yaitu : 1. Perancangan Iteratif Suatu sistem pendukung keputusan harus mempunya kemungkinan untuk diubah secara mudah dan cepat. Dalam perancangan iteratif, tahap umum pengembangan sistem seperti analisis, desain, construction, implementasi yang dikombinasikan menjadi satu langkah tunggal yang dilaksanakan secara berulang. Rincian dari perancangan iteratif adalah : -
Identifikasi masalah utama, pengambil keputusan bersama-sama dengan perencana merumuskan persoalan yang dianggap paling penting untuk dipecahkan.
-
Pengembangan sistem inti, berdasarkan hasil perumusan tahap satu, maka dikembangkanlah sistem inti yang bertujuan untuk memecahkan prsoalan yang dimaksud.
-
Peeliharan secara berkala.
-
Evaluasi sistem secara terus menerus, yang harus dititikberatkan pada nilai guna sistem terhadap kebutuhan pengambil keputusan.
2. Perancangan dengan Pendekatan Analisis Sistem Pendekatan ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan pengambil keputusan dan menyesuaikan kebutuhan tersebut dengan kemampuan tiga tingkatan SPK yang ada. Pendekatan ini dikenal dengan singkatan ROMC (Representations, Operations, Nenory Aids, Control Mechanism).
Universitas Sumatera Utara
Salah satu ciri utama dari sistem pendukung keputusan adalah fleksibilitas, yaitu dapat menampilkan kemampuan pemahaman, perancangan, pemilihan, serta kemampuan dalam menggali berbagai alternatif, sesuai dengan masalah yang dihadapi. Alasan utama Sistem Pendukung Keputusan harus fleksibel (Daihani, 2001), adalah : -
Sistem Pendukung Keputusan harus tumbuh dan berkembang hingga mencapai suatu rancangan akhir, sebab tidak seorang pun yang dapat mengantisipasi kebutuhan yang akan datang.
-
Suatu sistem tidak mempunyai bentuk final dan harus sering berubah, agar dapat mengikuti perubahan kebutuhan pengguna dan perubahan kondisi lingkungan sistem.
Ada empat tingkatan fleksibilitas (Daihani, 2001), yaitu : -
Fleksibilitas tingkat pertama (F1), memberikan kemampuan kepada pemakai untuk menghadapi suatu masalah yang disesuaikan dengan caranya sendiri.
-
Fleksibilitas tingkat kedua (F2), memiliki kemampuan untuk memodifikasi sebuah SDSS sehingga dapat digunakan untuk menangani sekumpulan masalah yang berbeda atau masalah yang diperluas.
-
Fleksibilitas tingkat ketiga (F3), memiliki kemampuan untuk melakukan adaptasi terhadap perubahan yang cukup luas, sehingga membutuhkan SDSS yang sama sekali berbeda.
-
Fleksibilitas tingkat keempat (F4), kemampuan sistem untuk menjawab perubahan yang terjadi secara alamiah dari teknologi yang mendasari SPK.
2.1.4 Analisa Teknik Pengambilan Keputusan dengan Pohon Keputusan (DecisionTtree)
Pohon Keputusan (decision tree) adalah suatu model grafik yang menggambarkan urutan proses pembuatan suatu keputusan dengan memperhitungkan scoring dari setiap alternatif yang ada, serta peristiwa-peristiwa (event) yang terdiri dari situasi keputusan yang berangkai (sequential decision situation). Hasil dari cabang-cabang hasil pohon keputusan merupakan kesuksesan (payoff) dari keputusan yang diambil.
Universitas Sumatera Utara
Tahapan dalam analisis keputusan, yaitu harus mempelajari kemungkinan alternatif keputusan KPR untuk mencapai tujuan pemecahan masalah yang dihadapi.
Bentuk-bentuk aliran diagram dari pohon keputusan (Titoyo, 2008) adalah : 1. Lingkaran (circle) dan kotak (rectangle) yang dinamakan sebagai node. Lingkaran berfungsi sebagai pangkal dari cabang pohon keputusan (state of nature branches) yang menggambarkan kemungkinan-kemungkinan situasi. Tiap ujung pohon mewakili hasil (payoff) dari alternatif yang dipilih, berdasarkan situasi. Kotak berisi suatu titik keputusan (decision node). 2. Garis (arcs), yang menghubungkan antar nodes sebagai arah diagram yang dituju.
Untuk mendapatkan hasil dari suatu keputusan, maka harus melaksanakan langkah-langkah berikut, yaitu : 1. Membentuk pohon keputusan dengan menggambarkan cabang-cabangnya, langkah-langkahnya adalah : -
Gambarkan alternatif-alternatif sebagai cabang dari titik pilihan.
-
Pada akhir dari cabang-cabang alternatif, buat hasil yang mungkin dari titik hasil (seandainya seluruh hasil-hasil ini langsung mengarah kepada payoff, bukannya alternatif, langsung menuju tahap 2).
-
Pada akhir tiap-tiap cabang hasil, buat alternatif-alternatif sebagai cabang dari sebuah titik pilihan.
-
Ulangi langkah diatas sampai diakhir cabang titik hasil mengarah pada payoff bukan titik pilihan.
2. Membentuk pohon keputusan dengan menyisipkan daun (nilai informasi), langkah-langkahnya adalah : -
Untuk masing-masing alternatif, tentukan nilai tiap-tiap alternatif.
-
Untuk masing-masing hasil, tentukan jumlah nilai dari peristiwanya.
3. Memotong cabang keputusan dan mengumpulkan daun (nilai informasi), Langkah-langkahnya adalah : -
Hitung nilai bersih yang diharapkan pada tiap-tiap titik hasil.
-
Ubah masing-masing titik hasil dengan nilai bersih yang diharapkan pada cabang tersebut.
Universitas Sumatera Utara
-
Pada tiap pilihan, buang masing-masing cabang alternatif, kecuali cabang dengan nilai bersih yang telah dihitung pada langkah sebelumnya dan ambil titik hasil sebagai payoff untuk cabang hasil mendahului titik pilihan.
-
Ulangi langkah diatas sampai nilai bersih yang diharapkan pada masingmasing cabang alternatif dari titik pilihan telah dihitung.
Metode decision tree dapat membangun Knowledge Base yang merupakan bagian dari expert system yang berisi informasi data, rule, serta relasi antara data dan rule dalam pengambilan kesimpulan yang berhubungan dengan spesifikasi bidang tertentu. Tujuan utama dari Knowledge Base adalah menyimpan sebanyak mungkin pengetahuan dan pengalaman dari pakar. Diagram decision tree yang telah dibuat sesuai dengan alternatif permasalahannya dapat dibuat Knowledge Base yang meliputi rule IF-THEN. Rule IF-THEN terdiri dari dua bagian, yaitu : -
Bagian IF, meliputi kondisi yang dinamakan klausal, yang dihubungkan dengan klausal lainnya melalui pernyataan kata sebagai logical operator AND, OR, dan NOT.
-
Bagian THEN, merupakan evaluasi dan menentukan nilai jika kondisi IF bernilai benar.
Keuntungan penggunaan decision tree untuk menganalisis suatu masalah keputusan (Titoyo, 2008), yaitu : -
Menggambarkan banyak informasi secara luas daripada penggunaan susunan bagan,
-
Menggambarkan informasi secara detail, nyata dan jelas.
-
Merupakan struktur grafik yang akurat dan mudah dipahami.
-
Lebih cepat mencari alternatif masalah penyelesaian yang sesuai dengan keputusan yang ditentukan.
-
Konsepsinya didasarkan pada alternatif masalah yang dihadapi.
-
Dapat juga digunakan untuk menganalisa masalah keputusan dan situasi masa depan yang lebih banyak kemungkinannya.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4.1 Pohon Keputusan Data Pribadi (Decision Tree)
Sub parameter dari parameter Data Pribadi meliputi usia, pendidikan, status pemohon, dan Surat Persetujuan Suami/Istri/Penjamin, yaitu : Fotokopi KTP Pemohon
Fotokopi Kartu Keluarga
Fotokopi KTP Penjamin
Usia
20-55 tahun
> 55 tahun
Pendidikan
SD
SMP
SMA
D3
S1
S2
S3
Status
Belum Menikah
Menikah
Tanggungan
Tidak Ada
1 Orang
>= 2 Orang
Gambar 2.5 Pohon Keputusan Data Pribadi
Universitas Sumatera Utara
2.1.4.2 Pohon Keputusan Data Penghasilan
Sub parameter dari Data penghasilan, terdiri dari pekerjaan, penghasilan, pengeluaran perbulan dan angsuran lain. Decision tree dari parameter Data Penghasilan adalah :
Pekerjaan
Pegawai Negeri
Pegawai/ Staff Perusahaan Swasta
Manajer/Direktur/ Presdir Perusahaan Swasta
Wiraswasta
Profesional
Fotokopi SK Pegawai Tetap Perusahaan
Fotokopi SK Perusahaan
Surat Izin Usaha
Surat Izin Praktek
Pensiunan
Fotokopi SK Pengangkatan
Slip/Bukti Penghasilan
Penghasilan
1-2 kali Angsuran
2-3 kali Angsuran
3-4 kali Angsuran
> 4 kali Angsuran
Pengeluaran Perbulan
< 20% dari Penghasilan
20%-30% dari Penghasilan
30%-50% dari Penghasilan
Angsuran Lain
Tidak Ada
1 Orang
>= 2 Orang
Gambar 2.6 Pohon Keputusan Data Penghasilan
Universitas Sumatera Utara
2.1.4.3 Pohon Keputusan Data Jaminan
Data jaminan merupakan kekayaan nasabah yang bisa dijadikan jaminan bank dapat mengabulkan permohonan KPR yang diajukan. Data jaminan terdiri dari tabungan dan deposito. Decision tree dari parameter Data Jaminan adalah :
Rekening Tabungan Terakhir
< 2 kali Angsuran
2-5 kali Angsuran
> 5 kali Angsuran
Rekening Deposito Terakhir
< 30 juta
30-100 juta
> 100 juta
Gambar 2.7 Pohon Keputusan Data Jaminan
Jaminan yang diajukan oleh nasabah juga dapat berupa kekayaan lain, baik yang bergerak ataupun non-bergerak, seperti sertifikat rumah yang dimiliki, mobil, saham, gedung dan lainnya. Tapi hal tersebut hanya bisa digunakan apabila pihak bank memintanya. Namun, pada perancangan perangkat lunak ini dibatasi hanya berupa tabungan dan deposito.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4.4 Pohon Keputusan Struktur KPR
Struktur KPR terdiri dari besarnya jumlah KPR pada bank, masa kredit sesuai besar DP, dan tujuan pembelian rumah. Berikut ini adalah decision tree dari Struktur KPR adalah :
Besarnya Jumlah KPR
50-200 juta
200-500 juta
> 500 juta
Masa Kredit
DP = 10%-30%
DP >=30%
3-15 tahun
> 15 tahun
Tujuan KPR
Investasi
Tempat tinggal pribadi
Gambar 2.8 Pohon Keputusan Struktur KPR
Dalam aplikasi ini, tidak mencantumkan bunga, karena pada bank syari’ah tidak membebankan nasabah dengan bunga. Bank syari’ah menjalankan proses operasional dan produknya berlandaskan syaria’ah-syari’ah Islam dengan tidak mangandalkan pada bunga. Dalam tata cara bermuamalat, dijauhi praktek-praktek yang dikhawatirkan mengandung unsur-unsur riba untuk diisi dengan kegiatankegiatan atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Kredit Pada Perbankan
2.2.1 Pengertian Kredit
Kredit berasal dari bahasa Yunani, “credere”, yang berarti kepercayaan, karena dengan adanya kepercayaan, seseorang untuk dapat melakukan transaksi pinjam meminjam. Dalam perbankan, kredit adalah suatu bahan usaha yang memberikan pinjaman dana berdasarkan persetujuan pinjam meminjam antara bank denhan nasabah yang mewajibkan nasabah sebagai pihak meminjam untuk melunasi hutangnya pada jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga (Tjoekam, 1999).
Dalam Undang Undang No.7 Tahun 1992 Pasal 1 butir 12, pengertian kredit adalah penyediaan uang atau tgihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan dan kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Dari rumusan ini deketahui bahwa dalm perjanjian tersebut, pihak bank (sebagai kreditur) memberikan kepercayaan kepada nasabah (sebagai debitur) untuk diberikan kredit dan dalam jangka waktu yang telah disepakati akan dikembalikan (dibayar) lunas yang dapat berjalan dalam beberapa bulan atau bahkan beberapa tahun. Karena pada prakteknya, banyak nasabah tidak menepati waktu yang telah disepakati dalam mengembalikan pinjaman dengan berbagai alasan. Sehingga dalam rumusan pengertian kredit ditegaskan mengenai kewajiban nasabah untuk melunasi utangnya sesuai jangka waktunya dan disertai dengan bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan (Supramono, 1995).
Menurut M. Tjoekam (1999), ada beberapa faktor yang mempengaruhi dalam pemberian kredit, yaitu : 1. Kepercayaan, yaitu adanya unsur keyakinan (kepercayaan) dari kreditur kepada debitur dalam hal memberikan pinjaman dana kepada nasabahnya. 2. Waktu, yaitu Pinjaman kepada nasabah yang berupa kredit dipengaruhi oleh faktor waktu, baik jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang.
Universitas Sumatera Utara
3. Risk (resiko) adalah peluang terjadinya kerugian keuangan dalam kemampuan untuk mengembalikan pinjaman beserta bunga yang dilakukan bank kepada nasabah. 4. Return (tingkat pengembalian) adalah total kerugian atau keuntungan dari nasabah pada bank dalam jangka waktu tertentu. 5. Persetujuan (Perjanjian), yaitu bukti yang menyatakan bahwa antara pihak bank dan calon nasabah mempunyai suatu persetujuan yang dibuat dalam suatu perjanjian.
2.2.2 Peranan Kredit dalam Kegiatan Usaha Bank Syari’ah
2.2.2.1 Mengenal Bank Syari’ah
Bank Syari’ah adalah lembaga keuangan (perbankan) yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan syaria’ah-syari’ah Islam dengan tidak mangandalkan pada bunga. Dalam tata cara bermuamalat, dijauhi praktek-praktek yang dikhawatirkan mengandung unsur-unsur riba untuk diisi dengan kegiatan-kegiatan atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan (Muhammad, 2004).
Hal mendasar yang membedakan antara lembaga keuangan Islam dan non Islam terletak pada pengembalian dan pembagian keuntungan ayang diberikan oleh nasabah kepada lembaga keunagan dan/atau yang diberikan oleh lembaga keuangan kepada nasabah. Persoalan bunga bank yang disebut sebagai riba telah menjadi bahan perdebatan di kalangan pemikir dan fiqh Islam. Oleh karena itu, umat Islam mencoba mengembangkan paradigma perekonomian lama, dengan realisasinya adalah berupa operasinya bank-bank Islam dengan tidak mendasarkan pada bunga, namun dengan sistem bagi hasil. Teori perbankan Islam menyatakan bahwa cirri utama dalam hubungan antara bank dengan nasabah adalah hubungan kemitraan, sehingga dapat menghapuskan sifat debitur dan kreditur seperti pada bank-bank konvensional.
Universitas Sumatera Utara
Konsep dasar bagi hasil adalah penggabungan kerja dan modal. Ketika penggabungan kedua komponen tersebut tidak mengasilkan laba, resiko nasabah adalah kehilangan sebagian atau seluruh modal, sedangkan bank tidak mendapatkan upah atas kerja dan usahanya. Suku laba yang ditetapkan tidak boleh melebihi modal yang diberikan oleh nasabah (Saeed, 2004).
Landasan hukum bank Syari’ah di Indonesia cukup kuat setelah adanyaa deregulasi sektor perbankan pada tahun 1983. Karena sejak saat itu diberikan keleluasaan penentuan tingkat suku bunga, termasuk peniadaan bunga sekaligus. Kemudian posisi perbankan syari’ah semakin pasti setelah disahkan UU Perbankan No. 7 Tahun 1992, dimana bank diberikan kebebasan untuk menentukan jenis imbalan yang akan diambil dari nasabahnya baik bunga ataupun keuntungan bagi hasil. Dengan terbitnya PP No. 72 Tahun 1992 detegaskan bahwa bank bagi hasil kegiatan usahanya harus berdasarkan prinsip bagi hasil, dan sebaliknya. Puncaknya setelah disahkan UU No.10 Tahun 1998 tentang perbankan, yang membuka kesempatan bagi siapa saja yang akan mendirikan bank syari’ah. Kemudian dikeluarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia tentang Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat Tahun 1999, dilengkapi dengan prinsip-prinsip syaria’ah yang diatur dalam Surat Keputusan DireksiBank Indonesia No. 32/32/KEP/GIR tanggal 12 Mei 1999 (Muhammad, 2004).
2.2.2.2 Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada Bank Syari’ah
Selain sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, bank juga menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Kredit merupakan sumber pendapatan dan keuntungan bank, akan tetapi juga kegiatan penanaman dana yang menjadikan penyebab utama bank menhadapi masalah. Kegiatan usaha bank yang berhasil mengelola kreditnya akan berkembang, sedangkan usaha bank yanf tidak dapat mengelola kreditnya akan mundur.
Universitas Sumatera Utara
Suatu kredit yang diberikan dikatakan bermutu apabila nasabah melunasi kredit tepat waktu. Namun, jika bank tidak dapat memperoleh kembali cicilan pokok dari pinjaman yang diberikan maka akan muncul resiko kredit. Hal ini terjadi karena terlalu mudahnya bank memberikan pinjaman untuk memanfaatkan kelebihan likuiditas, sehingga penilaian kredit kurang cermat dalam mengantisipasiberbagai kemungkinan resiko usaha yang dibiayainya.
Pembelian rumah memang belum tentu dikategorikan sebagai investasi, tapi paling tidak bisa menambah jumlah aset. Ingat tujuan investasi, yaitu mengumpulkan dan menambah aset. Walaupun tidak secara produktif memberikan hasil langsung kepada pemilik, naiknya harga tanah dan bangunan bisa membuat nilai aset bertambah. Apalagi jika sarana dan prasarana di sekitar perumahan bertambah lengkap, nilai rumah dan bangunan pasti akan cepat tinggi. Membeli rumah sama susahnya dengan mencari jodoh. Kesulitan pertama yang kita temui adalah mencari rumah yang sesuai dengan keinginan dan terjangkau kemampuan. Namun sering kali kita harus memilih. Rumah idaman dengan harganya yang mahal atau rumah sederhana sesuai kemampuan finansial. Pilihan yang tak mudah walaupun tetap ada solusinya, yaitu dengan menggunakan program KPR.
Kredit Pemilikan Rumah adalah program pinjaman kredit bank untuk nasabah yang ingin memiliki rumah. Biasanya jangka waktunya panjang, bisa 10 tahun bahkan 20 tahun. Setelah rumah idaman ditemukan, kita harus menghubungi pihak bank yang menyediakan program KPR. Lazimnya, pihak pembangun / developer memiliki kerja sama dengan beberapa bank, jadi kita bisa langsung mengajukan permohonan pinjaman KPR ke bank - bank tersebut atau memilih sendiri bank yang kita inginkan.
Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih bank pemberi KPR, yaitu : Pertama, jangan mudah tergiur dengan penawaran bunga rendah, sebab biasanya bank memang selalu memberikan penawaran menarik untuk kemudian mengikat dengan cara lain yang membebani. Perhatikan tingkat bunga yang ditawarkan pada awal akad kredit. Banyak bank-bank yang memberikan bunga
Universitas Sumatera Utara
menarik tetapi hanya berupa fix rate untuk 1 tahun atau 6 bulan pertama saja, selebihnya mengikuti naik turunnya BI rate. Untuk itu pilih bank yang menawarkan bunga paling rendah dan jangka waktu fix rate paling panjang. Selanjutnya perhatikan jangka waktu evaluasi bunga, ada yang setiap 6 bulan dan 1 tahun. Bila anda konservatif dan menghindari ketidakpastian lebih baik pilih yang jangka waktu evaluasinya panjang, tapi jika anda cukup optimis dengan kondisi ekonomi negara maka pilih yang jangka waktu evaluasinya 6 bulanan. Jangan lupa perhatikan pula bunga berjalan yang saat ini berlaku di bank tersebut, bandingkan dengan bank lain apakah lebih rendah atau lebih tinggi. Walaupun belum tentu bank tersebut akan mengenakan bunga yang sama, tetapi besar kemungkinan.
Kedua, fleksibilitas bank dalam menerima pembayaran angsuran. Tentu kita semua tak ingin penghasilan tiap bulan habis hanya untuk membayar bunga sampai puluhan tahun. Namun untuk melunasi hutang KPR juga memerlukan dana yang tak sedikit. Jangan bingung karena kini ada jalan keluarnya. Biasanya ada bank – bank tertentu yang memberikan fasilitas pembayaran sebagian atas pokok pinjaman, sehingga jumlah hutang di bank bisa kita kurangi sedikit demi sedikit. Hanya memang ada persyaratan dan masing-masing bank memiliki kekhasan sendiri-sendiri. Persyaratan tersebut berupa minimal waktu angsuran yang telah dilakukan, jumlah minimal pembayaran serta pembebanan biaya administrasi ataupun pinalti. Pilih yang kira-kira paling ringan dan sesuai dengan kemampuan kita.
Ketiga adalah cara pelunasan. Jika suatu saat kita memiliki dana yang cukup untuk melunasi hutang tentu kita ingin membayarnya. Nah coba perhatikan Surat Penawaran Pemberian Kredit ( SPPK ) bank yang diberikan pada kita sebagai hasil dari proses analisa kredit atas pengajuan pinjaman KPR yang diajukan. Dalam surat tersebut dicantumkan pula mengenai pembayaran dipercepat, persyaratan dan tata cara pembayarannya.
Biasanya, bank-bank konvensional memberikan beban bunga bagi pemohon KPR. Namun, bank Syariah menawarkan pemberian KPR tanpa bunga, tetapi dengan pembagian kenutungan yang biasa disebut sistem bagi hasil. Pembagian keuntungan
Universitas Sumatera Utara
antara pihak bank dan nasabah yang diperoleh dari KPR dengan besar sesuai dengan perjanjian antara kedua belah pihak.
2.2.2.3 Metode Analisa Kredit
Analisis kredit mempunyai pengaruh bagi pihak bank, ynag bertujuan untuk menilai mutu permintaan kredit baru yang diajukan oleh calon nasabah. Apabila nantinya pihak bank akan meluluskan permintaan kredit, maka resiko kredit yang diberikan itu dapat berubah menjadi kredit bermasalah. Untuk dapat memperkecil resiko kredit bermasalah, dapat ditinjau mutu permintaan kredit yang diajukan. Mutu permintaan kredit dapat diukur dari prospek kemampuan dan kesediaan calon nasabah dalam melunasi kredit sesuai dengan isi perjanjian kredit. Untuk melaksanakan evaluasi pengaruh berbagai faktor terhadap kemampuan dan kesediaan debitur dalam menerima kredit bank harus dilakukan analisa kredit terlebih dahulu dengan Lima-C (The Five C’s of Credit) (Titiyo, 2008), yaitu : 1. Character, yaitu matak dari calon nasabah, apakah dapat benar-benar dipercaya atau tidak, yang bisa dilihat dari latar belakang nasabah, baik pekerjaan ataupun kehidupan pribadinya. 2. Capacity, yaitu kemampuan calon nasabah dalam bisnis, dihubungkan dengan pendidikan kemampuan memahami aturan-aturan pemerintah, kemampuan menjalankan usaha selama ini berkolerasi langsung dengan kemampuan membayar kreditnya. 3. Capital, yaitu penggunaan modal dalam usaha efektif, dilihat dari laporan keuangan dengan
melakukan pengukuran,
deprti likuiditas,
solvabilitas,
rentabilitas dan sumber dana modal dari mana saja. 4. Collateral, yaitu jaminan yang diberikan oleh calon nasabah bersifat fisik maupun non fisik yang harus melebihi jumlah kredit dan diteliti keabsahannya. 5. Conditions, yaitu melihat kondisi ekonomi dan politik saat ini dan masa yang akan datang,
sesuai
dengan
sektor
usaha
calon
nasabah,
sehingga
dapat
dipertimbangkan kemungkinan kredit tersebut barmasalah atau tidak.
Universitas Sumatera Utara
Untuk memperoleh hasil analisa evaluasi kredit yang optimal, digunakan dua macam metode (Titiyo, 2008), yaitu : 1. Metode Pertimbangan (Judgemental Credit Analysis) Metode ini lebih menitikberatkan keberhasilan evaluasi kredit pada keahlian dan pengalaman par analis kredit (Account Officer) dalam manilai kemampuan dan kesediaan calon debitur untuk membayar kembali kredit yang mereka pinjam. 2. Metode Empiris (Empirical Credit Analysis) Pada metode ini, bank menyusun standart jumlah nialai evaluasi (standart credit scoring) yang dibuat sebagai dasar pertimbangan dalam menerima atau menolak permintaan kredit yang diajukan.
Dalam perancangan ini, standart credit scoring yang digunakan adalah nilai standar 200 poin. Standar nilai disusun dari gabungan hasil evaluasi berbagai kriteria, setelah diteliti maka permintaan kredit yang jumlahnya sama atau lebih besar dari jumlah minimal standart credit scoring, maka permintaan KPR-nya akan diterima. Namun jika kurang dari standard credit scoring tersebut, maka permintaan kredit tersebut akan ditolak.
Universitas Sumatera Utara