BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Tinjauan Umum
2.1.1 Tinjauan Umum Sustainable Sustainable atau Berkelanjutan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah berlangsung terus-menerus.Di dalam Arsitektur, berkelanjutan juga di gunakan istilah
umum
untuk
menjelaskan
teknologi
material,
ecologically,
danenvironmentallystable building design. Dalam kata sustainable architecture, stabilitas didirikan melalui tiga aspek besaryaitu : 1.
Teknologi dan Material berkelanjutan (elements)
2.
Sumber Daya Berkelanjutan
3.
Lingkungan Berkelanjutan
2.1.2 Galeri Nur Mizrati (2013) mejelaskan, Galeri pada umumnya merupakan ruanguntuk memamerkan benda.Gedung galeri seni merupakan suatu ruang dimanasekelompok orang ataupun secara individu dapat mengumpulkan karya seni danmemperlihatkannya
kepada
masyarakat
atau
kelompok
penikmat
seni
lainnyasebagai bentuk apresiasi diri. Ghirarado (1996) membagi tipe pokok galeri menjadi dua, yaituShrine dan Warehouse. Seiring dengan perkembangan ruang publik padatingkat urban, ditandai dengan maraknya fasilitas berupa mall di suatu kutubdan fasilitas kultural berupa museum atau galeri di kutub lain, makamemunculkan fungsi baru di tengah kedua fungsi tersebut. Kondisi tersebutmelahirkan galeri yang memiliki nilai entertainment dan komersial yangkuat. Tumbuhnya galeri baru membuat bangunan galeri itu sendiri menjadiobjek pengamatan.Jadi tidak hanya koleksi didalamnya saja yang menjadiobjek pengamatan. •
Tipe Shrine Berarti tempat suci atau terawat. Menempatkan seni diatas banyak
hal lain. Koleksinya sangat terpilih, ditata pada ruang yang memungkinkan pengunjung melakukan kentemplasi (memandang dengan penuh perhatian). Nilai kolektif dan penghargaan terhadap seni pada galeri sangat tinggi sehingga pemilihan koleksi relatif sangat selektif. 9
10 •
Tipe Warehouse Galeri mewadahi berbagai koleksi yang bernilai; sedemikian beragamnya
koleksi yang ditampung sehingga wadahnya pun memiliki fleksibilitas yang sangat tinggi untuk menanggapi perubahan dan perkembangan di dalamnya yang dinamis. Tipe Warehouse sangat populer dalam berbagai bentuk dan strategi perancangan. •
Tipe Cultural Shopping Mall Strategi pemasaran galeri telah membaurkan persoalan antara seni dan
komersial, antara lain melalui maraknya aktivitas komersial dalam galeri. Strategi pemasaran tidak terbatas pada display, melainkan juga memberi tekanan pada penjualan cinderamata yang lebih beragam (ketimbang sekedar poster, kartu pos, dan katalog) seperti halnya shopping mall memperkuat layanannya melalui fasilitas gedung bioskop, pameran seni, ataupun konser-konser. Tipe baru galeri “Cultural Shopping Mall” bisa mencakup fasilitasrestoran toko, auditorium, sampai gedung teater. Dalam hal ini galeri dan mall mempunyai satu kesamaan, yakni aktivitas utamanya mendorong pemasaran melalui konsumsi. •
Tipe galeri Spectacle Tipe galeri yang tidak lazim yang diidentifikasi oleh Kurt Poster dimana
mendorong pengunjung untuk menikmati pengalaman estetika justru karena arsitektur bangunan galeri itu sendiri. Berdasarkan Ernst Neufert (Neufert, 1999), ruang untuk memperagakan hasil karya seni, benda-benda budaya dan ilmu pengetahuan harus memenuhi persyaratan berikut: •
Benar-benar terlindung dari pengrusakan, pencurian, kebakaran, kelembaban, kekeringan, cahaya matahari langsung dan debu.
•
Setiap peragaan harus mendapat pencahayaan yang baik.
•
Biasanya ruang pamer hasil karya dibagi berdasarkan dengan koleksi yang ada.
•
Peragaan benda-benda hendaknya dapat dilihat tanpa kesulitan Sudut pandang manusia biasanya 54o atau 27o dari ketinggian mata sehingga dapat disesuaikan dengan hasil karya yang diberi cahaya pada jarak 10 m. Menurut (Ernst Neufert , 2000)penataan objek koleksi mempertimbangkan
beberapa hal, diantaranya :
11 •
Jenis-jenis objek koleksi dan tema pameran.
•
Kenyamanan Visual, Kenyamanan pandangan tersebut meliputi :
•
Kenyamanan pola pengamatan
•
Kenyamanan pandang Menurut (Dean, 1996) ada tiga alternatif pendekatan dalam mengatur
sirkulasi alur pengunjung dalam penataan ruang pamer sebuah museum : •
Alur yang disarankan (suggested) Keberhasilan pendekatan ini bergantung pada kemampuan elemen ruang
dalam mengarahkan pengunjung untuk melalui jalur yang sudah disiapkan karena pengunjung masih diberi kesempatan untuk memilih jalur sesuai keinginannya.
Gambar 3.Denah Pendekatan Alur Pengunjung Dalam Pameran (Alur yang Disarankan) Sumber : Dean, David. 1996. Museum Exhibition: Theory and Practice. New York: Routledge
•
Alur yang tidak berstruktur (unstructured) Dalam pendekatan ini, pengunjung tidak diberikan batasan gerak dalam
ruang, mereka bebas bergerak tanpa adanya alur yang harus diikuti. Biasanya pendekatan ini digunakan dalam sebuah galeri seni.
Gambar 4.Denah Pendekatan Alur Pengunjung Dalam Pameran (Alur yang Tidak Berstruktur) Sumber : Dean, David. 1996. Museum Exhibition: Theory and Practice. New York: Routledge
12 •
Alur yang diarahkan (directed) Pendekatan seperti ini bersifat kaku karena mengarahkan pengunjung untuk
bergerak dalam satu arah sesuai alur yang sudah direncanakan.
Gambar 5. Denah pendekatan alur pengunjung dalam pameran (alur yang tidak berstruktur) Sumber : Dean, David. 1996. Museum Exhibition: Theory and Practice. New York: Routledge
Menurut Pickard (2002), sebuah pameran museum atau gallery terdiri dari ruang pamer permanen dan ruang pamer temporer dalam bentuk dan ukuran yang berbeda. Ruang pamer temporer dapat memperkuat dan memperluas ruang pamer permanen dan memberikan kesempatan benda pamer yang biasanya tersimpan di dalam ruang penyimpanan. Pedoman dasar merancang ruang pamer : •
Dinding : permukaan dinding harus padat dan dilindungin oleh bahan yang mudah untuk diperbaiki secara langsung. Material harus berpori sehingga dapat membantu mengontrol kelembaban ruang pamer dengan menyerap dan melepaskan kelembaban.
•
Lantai : tenang, nyaman, menarik, awet, dapat merefleksi cahaya, dan mampu menahan beban berat. Biasanya kayu, batu, dan karpet merupakan material yang cocok untuk lantai pada ruang pamer.
•
Objek pamer : yang terpenting, setiap benda harus ditempatkan di tempat yang memiliki sudut pandang yang tepat dengan pencahayaan yang cukup. Setiap objek harus diberikan konteks visual. Penyajian informasi tentang masing-masing objek harus di buat dalam konteks strategi informasi keseluruhan seperti surat, penjelasan, nama, dll. Galeri pada awalnya merupakan bagian dari museum yang berfungsi sebagai ruang pameran. Menurut Robillard (1982), ruang publik padamuseum dibagi menjadi 4 bagian :
13 • Entrance hall. • Jalur sirkulasi. • Galeri. • Lounge (ruang duduk). 2.1.3
Roof Garden
Taman atap (Roof Garden) adalah taman yang dibuat di atap sebuah bangunan (bisa berupa rumah atau gedung). Perkembangan kawasan perkotaan yang padat dengan lahan terbatas dan makin munculnya kesadaran akan lingkungan sehat dan hijau, roof gardenmenjadi salah satu pilihan. Ada beberapa manfaat roof garden, yaitu: •
Dekoratif,
•
Tersedianya
tanaman
yang
dapat
dimakanan
(sayuran,buah-buahan),
dinamakan juga rooftop farming. •
Sebagai kontrol suhu (roof garden berfungsi sebagai insolasi dan menyerap radiasi matahari sehingga dapat menurunkan suhu lingkungan yang akhirnya menurunkan konsumsi energi)
•
Manfaat hidrologis (roof garden membatasi air hujan yang terbuang, karena ditampung pada tanah/media tanam dan tanaman yang tumbuh pada atap bangunan), selain itu dapat berfungsi sebagai pengontrol kecepatan dan banyaknya aliran air melewati atap).
•
Keindahan arsitektur
•
Rekreasi
•
Bahkan dapat pula sebagai habitat satwa liar. Pemasangan roof garden perlu dirancang sejak awal dengan baik terutama
kekuatan struktur atap karena tanaman, media tanam, air yang teretensi akan berakibat beban pada atap. Walaupun demikian pemasangan bisa juga dilakukan pada bangunan yang sudah jadi dengan memperhitungkan kekuatan atap dan pilihan jenis tanaman. Atap rumah bisa menggunakan rumput, pada bangunan besar dapat ditanam tanaman yang besar (pohon-pohonan). Metode pembuatan roof garden bisa bermacam-macam, misal menggunakan teknik
cor
dengan
lantai
yang
dimiringkan
diperkuat
dengan
sistem waterproofing yang baik. Atau dapat pula menggunakan metode baru yang menggunakan bahan dari plastik yang menjadi pengatur aliran air dan penahan media tanam. (http://smartgardenindonesia.com/, 2015)
14
Gambar 6. Contoh Roof Garden Sumber : https://ruangterbukahijaudepok.files.wordpress.com
2.2
Tinjauan Khusus
2.2.1 Sustainable Elements Elemen
utama
pada
sebuah
bangunan
adalah
teknologi
dan
materialnya.Elemen ini berberan penting sebagai Sustainable Building.Sifat berkelanjutan tertanam dan nilai-nilai intrinsik membentuk unsur berkelanjutan. (Osman Attman, 2009) Poin yang mencakup Sustainable Elements : •
Daya Tahan Material
dan
Teknologi
harus
kuat,
elastis,
stabil
dan
bertahan
lama.kebebasan dari gangguan konstan, dan kehausan dan penggantian membantu bangunan yang berkelanjutan. Bangunan hijau harus menggunakan bahan tahan lama yang menolak kerusakan, kehausan dan cetakan dengan tingkat tinggi toleransi dan teknologi yang dapat digunakan selama jangka waktu yang relatif lama tanpa dihapus atau diubah. •
Ekonomis Elemen harus dengan harga yang efektif dan ekonomis.unsur lokal berlimpah
dengan biaya transportasi sedikit atau tidak digunakan jika memungkinkan. Pertimbangkan efisiensi yang lebih tinggi, tingkat daya tahan dan catatan perawatan yang rendah ketika membuat pilihan.Ekonomi teknologi harus dihitung berdasarkan kinerja dan ouput rasio mereka, bukan pada nilai pembelian nominal.Sebagai
15 contoh, panel surya biaya lebih di awal tapi sangat ekonomis, dalam hal biaya energi di seluruh siklus hidup bangunan. •
Rendah Perawatan Elemen yang berkelanjutan harus dipilih dari bahan dan teknologi yang tidak
memerlukan servis yang konstan dan penggantian karena kehausan, kerusakan atau penurunan kinerja.Bahan harus mandiri dan perawatan gratis. Misalnya, pra bahan berpihak terisolasi, yang terdiri dari berpihak dianut lapisan papan busa terisolasi dengan perekat fleksibel khusus, membuat bahan padat, kaku, dampak tahan dan cukup efisien, dengan jauh lebih sedikit perawatan karena sifat komposit yang ringkas.teknologi pemeliharaan yang rendah harus ramah lingkungan terbarukan dan mandiri. Kemajuan dalam teknologi energi panen, seperti termoelektrik, piezoelektrik dan lain-lain dapat menggantikan sistem baterai yang dapat diisi ulang sebagai perangkat mandiri.dengan mengganti baterai teknologi ini menghilangkan limbah beracun dari baterai sekali pakai, mengurangi konsumsi daya dan limbah lingkungan, dan memerlukan banyak perawatan yang kurang dengan dampak yang sangat rendah. •
Dapat di daur ulang Elemen harus mampu menjadi mudah dibongkar, digunakan kembali dan
didaur ulang.Pertimbangkan apakah mereka bisa diselamatkan, diperbaharui atau didaur ulang, termasuk teknologi hemat dari pembuangan dengan merenovasi, memperbaiki, atau memulihkan.Elemen untuk produk diselamatkan dengan produk yang dibuat dari limbah pertanian pra dan pasca konsumen konten daur ulang dan harus dipilih. 2.2.2 Seni Rupa 2D dan 3D a.
Seni Lukis Seni lukis dapat dikatakan sebagai suatu ungkapan pengalaman estetik
seseorang yang dituangkan dalam bidang 2 dimensi (2 matra), dengan menggunakan medium rupa, yaitu garis, warna, tekstur, shape, dan sebagainya. Pada mulanya seni gambar merupakan karya ilustrasi, yaitu untuk menerangkan atau memberi keterangan terhadap orang lain atau lebih tepat sebagai gambar keterangan. Di sisi lain menggambar merupakan medium untuk mencapai simbol figuratif dalam pencapaian bentuk seni lukis.
16 Beberapa aliran seni lukis yang menjadi dasar perkembangan seni lukis yaitu Surrealisme, Kubisme dan Romantisme.Beberapa aliran yang pernah berkembang di dunia seni lukis antara lain Ekspresionisme, Impresionisme, Fauvisme, NeoImpresionisme, Realisme, Naturalisme dan De Stijl. Walaupun dalam praktek karya seni lukis kontemporer saat ini banyak menggunakan metode yang non-konvensional, metode yang digunakan dalam memamerkan karya seni lukis kontemporer dapat digolongkan sebagai berikut: •
Hanging Object, benda-benda koleksi dipamerkan dengan cara digantung.
•
Karya lukis dipajang dengan meletakkan/menggantungkannya pada dinding galeri.
•
Menggunakan
panel
tambahan
yang
berfungsi
dalam
membantu
mempresentasikan karya seni lukis. Selain itu panel-panel ini juga dapat digunakan sebagai pembentuk dan pengarah sirkulasi sesuai keinginan sang seniman dalam mempresentasikan karyanya. •
Teknik Audiovisual yaitu metode pameran dengan menggunakan bantuan teknologi maju,yaitu dengan menggunakan editing komputer dan proyektor. Termasuk dalam teknik ini antara lain slide, film dan planetarium, videotape, videodisc, project dioramas.
•
Melalui Live Demonstration/demonstrasi langsung dari sang seniman, hal ini termasuk ke dalam performance Art.
b.
Seni Grafis Seni 2 dimensional ini pada dasarnya menitikberatkan pada teknik cetak
mencetak, sebagai usaha untuk dapat memperbanyak atau melipatgandakan sesuatu, baik gambar atau tulisan dengan cara tertentu pula. Seni grafis terapan sangat berkepentingan dengan fungsi guna. Metode presentasi pameran seni grafis hamper sama dengan metode presentasi karya seni lukis. c.
Seni Instalasi Seni instalasi yaitu (installation = pemasangan) seni yang memasang,
menyatukan, dan mengkontruksi sejumlah benda yang dianggap bisa merujuk pada suatu konteks kesadaran makna tertentu. Biasanya makna dalam persoalan-persoalan sosial-politik dan hal lain yang bersifat kontemporer diangkat dalam konsep seni instalasi ini. Seni instalasi dalam konteks visual merupakan perupaan yang menyajikan visual 3 dimensional yang memperhitungkan elemen-elemen ruang,
17 waktu, suara, cahaya, gerak dan interaksi spektator (pengunjung pameran) sebagai konsepsi akhir dari olah rupa. (sumber : Wikipedia, ensiklopedia bebas) Hal penting lain yang cukup signifikan dalam Karya Seni Rupa Instalasi adalah dimana proses berkarya merupakan kesatuan unit penilaian yang turut menentukan ukuran dan nilai seni. Unsur “peristiwa” atau tepatnya proses kejadian suatu peristiwa telah dianggap sebagai representasi sehingga di sini secara otomatis akan terjadi kontak antara objek dan penonton. Secara kebentukan Seni Rupa Instalasi masih merupakan sebuah seni yang mengalami banyak perkembangan, mulai dari ekspresi yang dilahirkan hingga pada tingkat praktisnya. Seperti penggunaan efek teknologi multimedia, gerakan-gerakan (kinetik), mesin, lampu (laser), musik (bunyi), tari (gerak) dan video sampai pada respon terhadap alam yang dibentuk dalam efek sebuah perakitan atau penginstalan. Berikut medium seni rupa instalasi yang sedang berkembang: a.
Site specific Art (Site Work) Dalam tulisan Agung Hujatmikajenong yang dimuat dalam harian Kompas
(Minggu, 25 Juli 2004) menyebutkan bahwa “Site specific Art (Site Work) adalah seni rupa instalasi yang di tampilkan secara khusus melalui pemanfaatan dan penggunaan suatu tempat atau ruang dengan berbagai karakter yang spesifik”.Karya Seni Rupa Instalasi ini berkembang di Amerika sekitar tahun 1977 dengan tokohnya Richard Serra. b.
Video Installation Video Installation adalah Seni Rupa Instalasi yang memanfaatkan televisi
yang disusun menjadi sebuah patung dengan monitor yang banyak dengan berbagai bahasa tayang televisi yang spontan, tak ada sambungannya, menghibur. Dalam buku Style, School and Movements disebutkan bahwa Seni Rupa Instalasi semacam ini muncul pada tahun 1965 disaat negara Amerika dilanda “kegilaan” terhadap televisi. Dengan tokohnya seorang seniman dan musisi kebangsaan Korea yang lahir di Amerika yaitu Nam June Paik. (Dempsey, 2000 : 257) c.
Indigenouse Art Indigenouse Art adalah Seni Rupa Instalasi yang mempergunakan potensi
lingkungan alam semesta yang tumbuh disuatu tempat, baik dalam keadaan yang alamiah maupun berupa material mentah yang dapat diproses menjadi karya
18 seni.Menurut Moelyono karya Seni Rupa jenis ini berkembang pertama kali di Asia khususnya di Filipina, yang melahirkan seniman seperti Junyee,dan Hermisanto. Berikut masih membicarakan medium seni rupa instalasi yang sedang berkembang baik di barat maupun di negara ketiga (selain barat) antara lain: •
Assemblage, yaitu sebuah gambar tiga-dimensi yang dibuat dari berbagai material, terutama yang digunakan sehari-hari.
•
Conceptual Art, muncul pada tahun 1960-an. Keutamaannya terletak pada ide mendasar dari sebuah karya. Hal ini sering diwujudkan semata-mata lewat bahasa (misalnya teks atau catatan). Eksekusi karya dilihat sebagai hal sekunder, bahkan kadang-kadang kurang berarti. (Lihat definisi mengenai seni konseptual oleh Sol Le Witt: “In conceptual art the idea or concept is the most important aspect of the work. When an artist uses a conceptual form of art, it means that all of the planning and decisions are made beforehand and the execution is a perfunctory affair. The idea becomes a machine that makes the art”.
•
Minimalis Art, yaitu sebuah tren seni 1960-an yang membawa lukisan atau patung kembali pada bentuk-bentuk dasar geometrik dan menempatkannya dalam sebuah relasi yang kuat dengan ruang dan pengamat.
•
Internet Art, yaitu sebuah bentuk seni yang menggunakan media digital seperti komputer dan internet.
•
Environmental Art, yaitu ruang interior maupun eksterior yang secara keseluruhan dipadukan oleh seniman yang pada akhirnya menyatukan pengamat seni dalam sebuah pengalaman estetik.
•
Sound Art
•
Land Art
•
Earth Art Metode presentasi karya seni instalasi kontemporer saat ini banyak
menggunakan metode yang non-konvensional dan cenderung unik. Metode yang digunakan dapat melibatkan pengunjung galeri aktif dalam mengapresiasi karya seni yang ada. Metode yang digunakan tersebut dalam memamerkan karya seni instalasi kontemporer yaitu sebagai berikut: •
Metode pengunjung aktif. Misalnya dengan menekan tombol atau menggerakkan sesuatu.
19 •
Pengunjung museum dapat memanfaatkan permainan yang merangsang intelektual dan keingintahuan.
•
Pengunjung diajak aktif secara fisik, misalnya melihat benda-benda kecil dengan menggunakan mikroskop atau melihat objek melalui lensa tertentu.
•
Metode demonstrasi langsung dari seniman lewat performance art dengan atau tanpa melibatkan pengunjung.
•
Pengunjung diajak untuk ikut aktif secara intelektual. Sedangkan dari wujud presentasi karyanya sendiri dapat digolongkan sebagai berikut:
•
Unsecured Object, cara ini diterapkan untuk benda-benda yang tidak membutuhkan penanganan dan pengamanan khusus.
•
Fastened Object, pada cara ini benda dipertahankan pada suatu posisi tertentu agar tidak berpindah tempat.
•
Enclose Object, benda-benda yang dipamerkan dilindungi dengan pagar atau kaca.Animed Object, benda-benda pamer digerakkan sehingga memunculkan atraksi yang menarik bagi pengunjung.
•
Diorama, yaitu benda-benda yang dipamerkan meniru bentuk benda asli melalui miniaturnya atau seukuran benda aslinya dengan menampilkan suatu sekuen tertentu.
•
Teknik Simulasi yaitu dengan mengajak pengunjung untuk berpetualang atau mengalami suatu kondisi atau mengalami pengalamanvisual tertentu dalam pameran. (Wijaya Martokusumo, 2013)
2.3
Fly Ash dan Bottom Ash Fly Ashdan bottom ash merupakan limbah padat yang dihasilkandari
pembakaran batubara pada pembangkit tenaga listrik. Ada tiga type pembakaran batubara pada industri listrik yaitu dry bottomboilers, wet-bottom boilers dan cyclon furnace. Apabila batubara dibakar dengan typedry bottom boiler, maka kurang lebih 80% dari abu meninggalkan pembakaran sebagai Fly Ashdan masuk dalam corong gas. Apabila batubara dibakar dengan wet-bottom boiler sebanyak 50% dari abu tertinggal di pembakaran dan 50% lainnya masuk dalam corong gas. Pada cyclon furnace, di mana potongan batubara digunakan sebagai bahan bakar, 70-80 % dari abu tertahan sebagai boiler slag dan hanya 20-30% meninggalkan pembakaran
20 sebagai dry ash pada corong gas.Typeyang paling umum untuk pembakaran batubara adalah pembakaran dry bottom.
Gambar 7.Dry Bottom Boiler Sumber : http://www.fhwa.dot.gov/di akses pada 1 May 2014
Dahulu Fly Ashdiperoleh dari produksi pembakaran batubara secara sederhana, dengan corong gas dan menyebar ke atmosfer. Hal ini yang menimbulkan masalah lingkungan dan kesehatan, karena Fly Ashhasil dari tempat pembakaran batubara dibuang sebagai timbunan. Fly Ashdan bottom ash ini terdapat dalam jumlah yang cukup besar, sehingga memerlukan pengelolaan agar tidak menimbulkan masalah lingkungan, seperti pencemaran udara, atau perairan, dan penurunan kualitas ekosistem. Salah
satu
penanganan
lingkungan
yang
dapat
diterapkan
adalah
memanfaatkan limbah Fly Ashuntuk keperluan bahan bangunan teknik sipil, namun hasil pemanfaatan tersebut belum dapat dimasyarakatkan secara optimal, karena berdasarkan PP. No.85 tahun 1999 tentang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), Fly Ashdan bottom ash dikategorikan sebagai limbah B3 karena terdapat kandungan oksida logam berat yang akan mengalami pelindihan secara alami dan mencemari lingkungan. Yang dimaksud dengan bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusakkan lingkungan hidup, dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.
21 Pasal 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun menyebutkan bahwa pengelolaan limbah B3 bertujuan untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah B3 serta melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang dapat tercemar sehingga sesuai fungsinya kembali. Pasal 3 menyebutkan bahwa setiap orang yang melakukan usaha dan atau kegiatan yang menghasilkan limbah B3, dilarang membuang limbah B3 yang dihasilkannya itu secara langsungkedalam media lingkungan hidup, tanpa pengolahan terlebih dahulu. Sedangkan Pasal 7 Ayat 2 menyebutkan bahwa daftar limbah dengan kode limbah D220, D221, D222 dan D223 dapat dinyatakan sebagai limbah B3 setelah dilakukan uji Toxicity Characteristic Leaching Procedure (TCLP) dan atau uji karakteristik. Di mana dalam daftar limbah B3 dari sumber yang spesifik Fly Ashdengan kode limbah D223 adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Daftar Limbah B3 dengan Kode Limbah D223 Kode limbah
D223
Jenis Industrri / kegiatan PLTU yang menggu nakan bahan bakar batubara
Kode Kegiatan
4010
Sumber Pencemaran
Asal / Uraian Limbah
* Pembakaran Batubara yang digunakan untuk Pembangkit Listrik
*Fly Ash *BottomAsh (yang memiliki kontaminan di atas standar dan memiliki karakteristik limbahB3) *Limbah
Pencemaran Utama
*Logamberat *Bahan Organik (PNAPolynuclear aromatics)
Sumber : Pemanfaatan Limbah Batu Bara (Fly Ash) Untuk Stabilisasi Tanah maupun Keperluan Teknik Sipil Lainnya Dalam Mengurangi Pencemaran Lingkungan
Setelah
melalui
tahapan-tahapan
dalam
penelitian
tersebut
didapat
kesimpulan bahwa keseluruhan uji hayati contoh abu batubara tersebut terhadap kutu air, ikan mas dan mencit memberikan hasil bahwa bahan-bahan uji tersebut relatif tidak berbahaya bagi mahluk hidup. Fly Ashmerupakan material yang memiliki ukuran butiran yang halus, berwarna keabu-abuan dan diperoleh dari hasil pembakaran batubara.
22
Gambar 8.Fly Ash Sumber : http://media.hamptonroads.comdi akses pada 1 May 2014
Menurut ASTM C618 Fly Ash dibagi menjadi dua kelas yaitu Fly Ash kelas F dan kelas C. Perbedaan utama dari kedua ashtersebut adalah banyaknya calsium, silika, aluminium dan kadar besi di ash tersebut. Fly Ash kelas F: merupakan Fly Ash yang diproduksi dari pembakaran batubara anthracite atau bituminous, mempunyai sifat pozzolanic dan untuk mendapatkan sifat cementitious harus diberi penambahan quick lime, hydrated lime, atau semen. Fly Ash kelas F ini kadar kapurnya rendah (CaO < 10%). Fly Ash kelas C: diproduksi dari pembakaran batubara lignite atau subbituminous selain mempunyai sifat pozolanic juga mempunyai sifat self-cementing (kemampuan untuk mengeras dan menambah strength apabila bereaksi dengan air) dan sifat initimbul tanpa penambahan kapur. Biasanya mengandung kapur(CaO) > 20%. Menurut the U.S. Environmental Protection Agency (EPA) – Fly Ash diklasifikasikan sebagai limbah “non-hazardous.” dan Fly Ashtidak menyebabkan pencemaran pada air. Fly Ash telah banyak digunakan di banyak Negara dan tidak menyebabkan problem kesehatan pada masyarakat. Adapun salah satu pencemaran yang sering terjadi dan dapat mengganggu kesehatan adalah pencemaran udara. Pencemaran udara dapat menyebabkan saluran udara besar yang masuk ke paru-paru (bronkus) mengalami penyempitan, terjadi pembentukan jaringan parut, pembengkakan lapisan, serta penyumbatan parsial oleh lendir.
23 Walaupun Fly Ashdapat digunakan dalam bentuk kering atau basah, Fly Ashbiasanya di simpan dalam kondisi kering. Kira-kira 15 sampai 30 % air dapat ditambahkan pada Fly Ash. Berikut dibahas kontribusi Fly Ashpada pemakaian portland cement, batu bata, beton ringan, material konstruksi jalan, material pekerjaan tanah, campuran grouting, stabilisasi tanah untuk konstruksi jalan maupun stabilisasi tanah untuk tanah-tanah yang bermasalah di Indonesia. 2.3.1 Penggunaan Fly Ash Penggunaan Fly Ash dapat di olah menjadi : A.
Portland Cement
Fly Ashdigunakan untuk pengganti portland cement pada beton karena mempunyai sifat pozzolanic. Sebagai pozzoland sangat besar meningkatkan strength, durabilitas dari beton. Penggunaan Fly Ashdapat dikatakan sebagai faktor kunci pada pemeliharaan beton tersebut. Fly Ashtersebut dapatmenggantikan semen sampai 30% berat semen yang dipergunakan dan dapat menambah daya tahan dan ketahanan terhadap bahan kimia. Baru baru ini telah dikembangkan penggunaan penggantian portland cement dengan prosentase volume Fly Ashyang tinggi (50%) pada perencanaan campuran beton, bahkan untuk ”penggantian tersebut mencapai 70 % telah dicapai dengan Pozzocrete (Fly Ashyang diproses) pada ”The Ghatghar Dam Project” di Maharashtra India.Fly Ashjuga dapat meningkatkan workability dari semen dengan berkurangnya pemakaian air. Produksi semen dunia pada tahun 2010 diperkirakan mencapai 2 milyard ton, di mana penggantian dengan Fly Ashdapat mengurangi emisi gas carbon secara dramatis.
Gambar 9 & 10. Portland Cement Sumber : http://i01.i.aliimg.com/, http://aseancement.com/
B.
Batu Bata Batu
bata
dari
ash
telah
digunakan
untuk
konstruksi
rumah
diWindhoek,Nambia sejak tahun 1970, akan tetapi batu bata tersebutakan cenderung
24 untuk gagal atau menghasilkan bentuk yang tidakteratur. Hal ini terjadi ketika batu bata tersebut kontak dengan airdan reaksi kimia yang terjadi menyebabkan batu bata tersebutmemuai.Pada Mei 2007, Henry Liu pensiunan Insinyur Sipil dari Amerika mengumumkan bahwa dia menemukan sesuatu yang baru terdiri dari Fly Ashdan air. Metodepembuatan batu bata ini dapat dikatakan menghemat energi, mengurangi polusi mercuri dan biayanya 20% lebih hemat dari pembuatan batu bata tradisional dari lempung.Batu bata dari Fly Ash di press dengan mesin Baldwin Hydraulic.
Gambar 11. Batu Bata Fly Ash Sumber :http://www.anecotech.com
Gambar 12. Mesin Cetak Bata Sumber : http://img.tradeindia.com
25
Gambar 13. Proses Cetak Bata Sumber : http://www.meccompany.com
C.
Beton Ringan Beton ringan dapat diproduksi langsung di tempat proyek,menggunakan peralatan
dan modul seperti beton konvensional.Density yang direkomendasikan 1.000 kg /m³ (kering oven).Tipikal campuran untuk menghasilkan 1 m3 dengan density 1.000kg/m³ adalah sebagaiberikut: - Cement (Portland): 190 kg = 61 liters - Sand (0 - 2 mm or finer): 430 kg = 164 liters - Fly-Ash: 309 kg = 100 liters (approx) - Air: 250 kg = 250 liters - Foam (neopor-600): 423 liters - Wet density 1.179 kg/m3
Gambar 14. Beton Ringan Sumber : https://sanggapramana.files.wordpress.com
26
Gambar 15. Beton Ringan sebagai Wall Panel Sumber : https://sanggapramana.files.wordpress.com
Gambar 16. Beton Ringan Sumber : http://1.bp.blogspot.com
D.
Material Konstruksi Jalan Fly Ashkelas F dan kelas C keduanya dapat digunakan sebagaimineral filler
untuk pengisi void dan memberikan kontak point antara partikel agregat yang lebih besar pada campuran aspaltconcrete. Aplikasi ini digunakan sebagai pengganti portlandcement atau hydrated lime. Untuk penggunaan perkerasan aspal, Fly Ashharus memenuhi spesifikasi filler mineral yang ada di ASTM. Sifat hydrophobic dari Fly Ashmemberikan daya tahan yang lebihbaik untuk perkerasan dan tahan
27 terhadap stripping. Fly Ashjugadapat meningkatkan stiffness dari matrix aspalt, meningkatkan daya tahan terhadap rutting dan meningkatkan durabilitycampuran. E.
Material Pekerjaan Tanah
Fly Ashdapat efektif digunakan untuk bahan timbunan (embankment) atau bahan perkuatan. Fly Ashmempunyai koefisien keseragaman yang besar, terdiri dari partikel ukuran lanau. Sifat-sifat teknik yang akan mempengaruhi penggunaan Fly Ashpada embankment adalah termasuk distribusi butiran, karakteristik pemadatan, shear strength, compressibility dan permeability. Hampir semua Fly Ashyang digunakan untuk embankment adalah Fly Ashkelas F. F.
Grouting Fly Ashditambahkan pada grouting dengan semen untuk meningkatkan kemudahan
pencampuran, mengurangi biaya, dan meningkatkan daya tahan terhadap sulfat. G.
Stabilisasi Tanah Hasil penelitian dengan simulasi rainfall runoff yang dilakukan oleh Paul Bloom dan
Hero Gollany yang bertujuan untuk mengevaluasi potensi pelepasan bahan inorganik termasuk mercury dan arsenic di lingkungan daerah stabilisasi tanah dengan Fly Ash, menunjukkan bahwa runoff untuk stabilisasi tanah dengan Fly Ashmemberikan jumlah endapan yang paling sedikit dibandingkan dengan stabilisasi tanah dengan kapur dan tanah tanpa distabilisasi.
Stabilisasi tanah dengan penambahan Fly Ashbiasanyadigunakan untuk tanah lunak, subgrade tanah kelempungan dibawah jalan yang mengalami beban pengulangan (repeatedloading). Perbaikan tanah ini bisa menggunakan Fly Ashkelas C maupun kelas F. Jika menggunakan Fly Ashkelas F diperlukan bahan tambahan kapur atau semen, sedangkan jika menggunakan Fly Ashkelas C tidak diperlukan bahan tambahan semen atau kapur karena Fly Ashkelas C mempunyai sifat self cementing. Kebutuhan batubara untuklistrik pada tahun 2010 sebesar 47,7 juta ton dan untuk kebutuhan energi campur sebesar 58,5 juta ton, sehingga akan dihasilkan Fly Ashdan bottom ash sebesar 5% x 58,5 juta ton per tahun, tidak termasuk Fly Ashdan bottom ash hasil dari PLTU baru seperti di Rembang, Cilacap dll, serta dari industri yang baru. Berarti penghasilan Fly Ashsekitar 15.000 ton per hari. Pemanfaatan limbah batubara (Fly Ash) akan sangat membantu program pemerintah dalam mengatasi pencemaran lingkungan sekaligus sebagai bahan stabilisasi tanah untuk konstruksi jalan, pada tanah-tanah yang secara teknis bermasalah maupun keperluan lain dibidang teknik sipil.
28
2.4
Studi Banding Material Dinding
2.4.1 Bata Merah Penggunaan bata merah sebagai bahan pengisi dinding bangunan sudah umum kita lihat diberbagai bangunan dari dulu hingga kini. Bahan material ini, hingga sekarang sepertinya masih menjadi pilihan utama masyarakat kendati sudah banyak penemuan dalam bidang teknologi bahan seperti bata ringan, batako press, dsb. Bata merah yang dimaksud adalah bata yang dibuat dari tanah yang dicetak kemudian dibakar dengan suhu tinggi sehingga menjadi benar-benar kering, mengeras dan berwarna kemerah-merahan. Tanah yang digunakan pun bukanlah sembarang tanah, tapi tanah yang agak liat sehingga bisa menyatu saat proses pencetakan. Karena itulah, rumah yang dindingnya dibangun dari material bata merah akan terasa lebih nyaman dan adem. Selain lebih kuat dan kokoh serta tahan lama, sehingga jarang sekali terjadi keretakan dinding yang dibangun dari material bata merah. Material ini sangat tahan terhadap panas sehingga dapat menjadi perlindungan tersendiri bagi bangunan Anda dari bahaya api. Tidak semua tanah liat bisa digunakan, hanya yang terdiri dari kandungan pasir tertentu. Bata merah umumnya memiliki ukuran panjang 17-23 cm, lebar 7-11 cm, tebal 3-5 cm. Ukurannya yang kecil memberikan kemudahan dalam hal pengangkutan,sangat bisa digunakan
untuk
membentuk
bidang
kecil,murah
harganya,mudah
pula
mendapatkannya. Untuk dinding seluas 1 m2, bila mengguanakan bata berukuran 23 cm x 17 cm x 5 cm, kira-kira membutuhkan 70 buah bata merah. Bahan baku yang dibutuhkan untuk memasang dinding bata merah adalah semen dan pasir ayakan. Saat pemasangan tidak memerlukan perekat khusus, untuk dinding kedap air diperlukan campuran 1:2 atau 1:3 (artinya 1 takaran semen dipadu dengan 3 takaran pasir yang sudah diayak). Sedangkan untuk dinding yang tidak harus kedap air dapat menggunakan perbandingan 1:4 hingga 1:6. Spesifikasi Bata Merah: •
Berat jenis kering : 1500 kg/m3
•
Berat jenis normal : 2000 kg/m3
•
Kuat tekan : 2,5 – 25 N/mm² (SII-0021,1978)
29 •
Konduktifitas termis : 0,380 W/mK
•
Tebal spesi : 20 – 30 mm
•
Ketahanan terhadap api : 2 jam
•
Jumlah (kebutuhan) bata merah per 1 m2 : 30 – 44 buah tanpa construction waste
Kelebihan Bata Merah: -
Tidak memerlukan keahlian khusus untuk memasang.
-
kurannya yang kecil memudahkan untuk pengangkutan.
-
Mudah untuk membentuk bidang kecil
-
Murah harganya
-
Mudah mendapatkannya
-
Perekatnya tidak perlu yang khusus.
-
Tahan Panas, sehingga dapat menjadi perlindungan terhadap api.
Kekurangan Bata Merah: -
Sulit untuk membuat pasangan bata yang rapi
-
Menyerap panas pada musim panas dan menyerap dingin pada musim dingin, sehingga suhu ruangan tidak dapat dikondisikan atau tidak stabil.
-
Cenderung lebih boros dalam penggunaan material perekatnya.
-
Kualitas yang kurang beragam dan juga ukuran yang jarang sama membuat waste-nya dapat lebih banyak.
-
Karena sulit mendapatkan pasangan yang cukup rapi, maka dibutuhkan pelsteran yang cukup tebal untuk menghasilkan dinding yang cukup rata.
-
Waktu pemasangan lebih lama dibandingkan bahan dinding lainnya.
-
Berat, sehingga membebani struktur yang menopangnya.
-
Bata merah menimbulkan beban yang cukup besar pada struktur bangunan.
2.4.2 Batako Semen PC/ Batako Press Material dinding dari batako ini umumnya dibuat dari campuran semen dan pasir kasar yang dicetak padat atau dipress. Selain itu ada juga yang membuatnya dari campuran batu tras, kapur dan air. Bahkan kini juga beredar batako dari campuran semen, pasir dan batubara. Dengan bahan pembuatan seperti yang telah disebutkan, batako memiliki kelemahan yaitu kekuatannya lebih rendah dari bata merah, sehingga cenderung terjadi keretakan dinding, terutama jika bagian kosong-
30 nya tidak diisi dengan adukan spesi. Pemakaian material batako untuk dinding juga membuat bangunan lebih hangat bahkan cenderung pengap dan panas, tidak seperti bata merah yang terbuat dari material tanah. Batako atau Bata press dalam 1 m2 biasanya cenderung lebih ringan daripada bata merah. Teksturnya pun terlihat lebih halus, dan ukurannya lebih presisi jika dibandingkan bata merah. Ukuran batako press pada umumnya adalah panjang 36-40 cm, tebal 8-10 cm, dan tinggi 18-20 cm. Untuk dinding seluas 1 m2, kira-kira membutuhkan 15 buah batako press. Biasanya batako press dipilih untuk memperingan beban struktur sebuah bangunan, mempercepat pelaksanaan, dan meminimalisasi sisa material yang terjadi pada saat proses pemasangan dinding. Bahan baku yang digunakan untuk pemasangan batako press adalah mortar yang komposisinya adalah semen (PC) dan pasir ayak. Spesifikasi Batako Press: •
Berat jenis kering : 950 kg/m3
•
Berat jenis normal : 1000 kg/m3
•
Kuat tekan : 5,5 N/mm²
•
Konduktifitas termis : 0,339 W/mK
•
Tebal spesi : 20 – 30 mm
•
Ketahanan terhadap api : 4 jam
•
Jumlah (kebutuhan) batako press per 1 m2 : 20 – 25 buah tanpa construction waste
Kelebihan Dinding Batako Press: -
Tiap m2 pasangan tembok, membutuhkan lebih sedikit batako jika dibandingkan dengan menggunakan batu bata, berarti secara kuantitatif terdapat suatu pengurangan.
-
Pembuatan mudah dan ukuran dapat dibuat sama.
-
Ukurannya besar, sehingga waktu dan ongkos pemasangan juga lebih hemat.
-
Khusus jenis yang berlubang, dapat berfungsi sebagai isolasi udara.
-
Apabila pekerjaan rapi, tidak perlu diplester.
-
Lebih mudah dipotong untuk sambungan tertentu yang membutuhkan potongan.
-
Sebelum pemakaian tidak perlu direndam air.
31 -
Kedap air sehingga sangat kecil kemungkinan terjadinya rembesan air.
-
Pemasangan lebih cepat.
-
Penggunaan rangka beton pengakunya lebih luas, antara 9 – 12 m2. Kekurangan Dinding Batako Press:
-
Mudah terjadi retak rambut pada dinding.
-
Mudah dilubangi dan mudah pecah karena terdapat lubang pada bagian sisi dalamnya.
-
Kurang baik untuk insulasi panas dan suara.
2.4.3 Bata Ringan (Hebel/Celcon) Bata ringan atau sering disebut hebel atau celcon dibuat dengan menggunakan mesin pabrik. Bata ini cukup ringan, halus dan memilki tingkat kerataan yang baik. Bata ringan ini diciptakan agar dapat memperingan beban struktur dari sebuah bangunan konstruksi, mempercepat pelaksanaan, serta meminimalisasi sisa material yang terjadi pada saat proses pemasangan dinding berlangsung. Kemudian pertanyaan yang beredar dimasyarakat tentunya adalah apakah bata ringan sudah bisa menggantikan bata merah baik tinjauan dari harga, kekuatan, kemudahan mendapatkannya, motode pemasangan dan lain-lain. Ukuran pada umumnya adalah: panjang 60 cm, tinggi 20 cm dengan ketebalan antara 8 cm -10 cm. Campuran atau komposisi bahannya terdiri dari pasir kwarsa, semen, kapur, sedikit gypsum, air, dan alumunium pasta sebagai bahan pengembang (pengisi udara secara kimiawi). Setelah adonan tercampur sempurna, nantinya akan mengembang selama 7-8 jam. Untuk pemasangan pada dinding seluas 1 m2, kira-kira membutuhkan 8 buah bata ringan. Pemasangan bata ringan ini cukup mudah, bisa langsung diberi acian tanpa harus diplester terlebih dahulu dengan menggunakan semen khusus. Semen khusus hanya perlu diberi campuran air. Namun pemasangan bata ringan juga dapat menggunakan pasir dan semen seperti pemasangan pada batako, bata press dan bata merah. Spesifikasi Bata Ringan: •
Berat jenis kering : 520 kg/m3
•
Berat jenis normal : 650 kg/m3
•
Kuat tekan : > 4,0 N/mm2
32 •
Konduktifitas termis : 0,14 W/mK
•
Tebal spesi : 3 mm
•
Ketahanan terhadap api : 4 jam
•
Jumlah (kebutuhan) bata ringan per 1 m2: 8 – 9 buah tanpa construction waste.
Kelebihan Bata Ringan: -
Memiliki ukuran dan kualitas yang seragam sehingga dapat menghasilkan dinding yang rapi.
-
Tidak memerlukan siar yang tebal sehingga menghemat penggunaan perekat.
-
Lebih ringan dari pada bata biasa sehingga memperkecil beban struktur.
-
Pengangkutannya lebih mudah dilakukan.
-
Pelaksanaannya lebih cepat daripada pemakaian bata biasa.
-
Tidak diperlukan plesteran yang tebal, umumnya ditentukan hanya 2,5 cm saja.
-
Kedap air, sehingga kecil kemungkinan terjadinya rembesan air.
-
Mempunyai kekedapan suara yang baik.
-
Kuat tekan yang tinggi.
-
Mempunyai ketahanan yang baik terhadap gempa bumi.
Kekurangan Bata Ringan: -
Karena ukurannya yang besar, untuk ukuran tanggung, membuang sisa cukup banyak.
-
Perekatnya khusus. Umumnya adalah semen instan, yang saat ini sudah tersedia di lapangan.
-
Diperlukan keahlian khusus untuk memasangnya, karena jika tidak dampaknya sangat kelihatan.
-
Jika terkena air, maka untuk menjadi benar-benar kering dibutuhkan waktu yang lebih lama dari bata biasa.
-
Harga relatif lebih mahal daripada bata merah.
-
Agak susah mendapatkannya, hanya toko material besar yang menjual bata ringan ini.
-
Penjualannya pun dalam volume (m3) yang besar. (Birdyant Goritman, 2012) Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa masing-masing bahan memiliki
kelebihan dan kekurangan. Batako press adalah jenis material penutup dinding yang
33 paling ringan dan ekonomis berdasarkan tinjauan biaya, namun memiliki kekurangan seperti tidak terlalu baik meredam suara. Sementara batu bata konvensional cukup berat sehingga secara tidak langsung mempengaruhi faktor beban dari struktur bangunan. Sementara bata ringan memiliki keuntungan diantaranya pekerjaan lebih rapih dan presisi, tidak memerlukan banyak mortar untuk spesinya namun harganya relatif lebih mahal dibandingkan batako dan batu bata biasa. Namun contoh material di atas cara pembuatan dan bahan yang di gunakan masih banyak menggunakan dan proses pembuatanya bila di produksi secara besar akan terjadi pengrusakan di lingkungan. Maka diperlukan material berkelanjutan yang dapat dicari, diolah, dan digunakan secara terus menerus yaitu Fly Ash. 2.5
Lokasi Lahan pada Pasar Minggu, Jakarta Selatan ini memiliki luas ±5.500 m², yang
akan di gunakan sebagai galeri pada daerah Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Peruntukan Lahan ini adalah S.4. Pada lokasi ini bangunan existing yang telah terbangun adalah pasar ikan hias.
Gambar 17. Peta Lokasi Projek Galeri Sumber : http://www.Google Earth.com di akses pada 11 Februari 2014
34
Gambar 18. RDTR Sumber : RDTR Jakarta Selatan
Lokasi : Jl. Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Indonesia Luas kawasan : ±5.500 m² Peruntukan kawasan : S.4 Batas wilayah : o
Utara : Gedung Pemadam Kebakaran
o
Selatan : Koperasi Sejati Mulia
o
Barat : SMU Balai Rakyat
o
Timur : Petokoan Kecil Lokasi ini berdekatan dengan galeri salihara dimana galeri ini menjadi galeri
yang sangat populer di jadikan sebagai tempat pameran seni. Dengan seringnya pameran seni di galeri salihara banyak acara yang tidak dapat di adakan di salihara karena banyaknya pengajuan penyewaan galeri dan menumpuk. Mendirikan Pameran ini diharapkan dapat memberikan fasilitas bagi para seniman maupun penikmat seni yang akan mengadakan pameran seni di daerah ini. 2.5.1 Peruntukan S.4 Sub zona dengan peruntukan sebagai tempat sosial budaya beserta fasilitasnya seperti museum, gedung kesenian, balai warga, karang taruna dan lainlain.