BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Piramida Sistem Informasi
Gambar 2. 1 Piramida Sistem Informasi Sumber (Hall, 2007, p. 5) Disuatu organisasi pasti memiliki tingkatan dan jabatan yang berbeda, perbedaan itu pula yang membuat kebutuhan akan informasipun berbeda-beda, dari jabatan atau tingkatan tersebut memliki keterkaitan dengan sistem informasi yang digambarkan pada gambar 2.1. pada gambar tersebut memiliki tingkatan manajemen Puncak atau Top Level Management, Manajemen Menengah atau Middle Level Management, manajemen operasional atau Operational level, dan Manajemen personal atau personel level. Tujuan dari piramida sistem informasi ini adalah untuk memperjelas perbedaan kebutuhan informasi pada setiap level nya yang memiliki manfaat agar dapat memperjelas kebutuhan sistem informasi pada setiap level, dan
5
6
pendistribusian informasinya pun terorganisir dengan baik. Berikut adalah penjelasan dari level-level pada piramida sistem informasi ini : 1.
Manajemen Puncak: level strategi menetukan tujuan dan arah proses bisnis agar memiliki keuntungan yang berguna baik perusahaan dan organisasi.
2.
Manajemen Menengah: level manajemen mengontrol User agar tujuan perusahaan tercapai.
3.
Manajemen Operasional: level knowledge mengawasi User agar tidak keluar dari konteks kerja dan proses bisnis.
4.
Personel level : penggerak dari proses bisnis dan melakukan dari transaksi , disinilah proses bisnis akan berjalan agar tercapai nya tujuan dari strategic level
Beberapa Tipe SI: 1.
Executive Information Systems
2.
Business Performance Managements
3.
Transaction Processing Systems
4.
Management Information Systems
5.
Decision Support Systems Dari beberapa Tipe SI diatas dapat di mapping kan berdasarkan Piramida SI,
sebagai berikut: a.
Manajemen Puncak : Executive Information Systems dan Business Performance Managements
b.
Manajemen Menengah : Decision Support Systems
c.
Manajemen Operasional : Management Information Systems
d.
Personel Level : Transaction Processing Systems
Contoh Jenis informasi yang di hasil kan berdasarkan level dari piramida SI Sebagai berikut :
7
Gambar 2.2 Contoh Jenis Informasi berdasarkan Piramida SI (Amsyah, 2005, hal. 301)
2.2 EIS (Executive Information System) Executive Information System adalah suatu sistem yang dirancang sedemikian mudah untuk pemakai, sehingga para eksekutif yang awam terhadap penggunaan teknologi informasi pun bisa dengan mudah menggunakannya serta ditunjang dengan fasilitas grafik, laporan dalam bentuk khusus dan memiliki kemampuan “drill down”. Hal ini juga dikemukakan oleh Williams Steve & Williams Nancy(2007) bahwa “Sebagai salah satu business analytics tool, EIS akan mengkombinasikan informasi dan analisis bisnis untuk menyediakan solusi business intelligence yang dapat
8
dengan mudah dirancang sesuai dengan kebutuhan para eksekutif yang akan menggunakannya”.Tujuan dari EIS adalah untuk meningkatkan efektivitas dari segi fungsi, informasi dan waktu, sehingga para eksekutif dapat lebih memfokuskan pada faktor kesuksesan yang penting dan mengantisipasi indikasi – indikasi penting seperti tindakan dari kompetitor atau permintaan customer. EIS pun memiliki manfaat, yaitu sebagai alat standar para eksekutif untuk membuat keputusan sehingga strategic planning lebih terencana dan menghasilkan informasi yang lebih baik untuk memudahkan user untuk mengerti kondisi bisnis yang dihadapi. Cara penenerapannya pun dengan mengikuti lifecycle EIS, dan tetap berada dalam framework EIS. Beberapa karakteristik dari EIS dikemukakan oleh (Turban & Aronson, 2005) ada empat karakteristik, antara lain : a. Drill Down. EIS mampu memberikan informasi yang sangat terperinci. Kemampuan ini memungkinkan eksekutif untuk mengetahui segala sesuatu yang terjadi di perusahaan yang dipimpinnya, misalnya bisa mengetahui penurunan penjualan harian, mingguan, dan bulanan dengan cepat. b. Critical Success Factor (CSF). Definisi CSF dari Rockart dalam (Setyo H. Wiyanto) sebagai “Beberapa area kritis dimana segala sesuatunya harus benar agar supaya bisnis bisa berkembang”. Adapun CSF ini memiliki pengaruh terhadap eksekutif antara lain : 1.
Membantu eksekutif memfokuskan kepada aktivitas yang paling penting.
2.
Membantu eksekutif berfikir tentang kebutuhan informasi yang harus dipenuhi pada perusahaan yang dipimpinnya.
c. Status Access. Didalam mode ini data yang sudah lama atau laporan dalam suatu status dari variabel – variabel kunci dapat diakses untuk beberapa waktu dengan menggunakan telekomunikasi. Relefansi informasi sangat penting disini, dan titik berat pada penyimpanan data yang paling akhir. Disini dapat memerlukan tiap hari atau bahkan tiap jam untuk pengoperasian risalah dan laporan. d. Personalized Analysis. Kemahiran yang bersifat analitik dapat diperoleh didalam Executive Support System (ESS). Eksekutif bukan hanya dapat mengakses data melainkan dapat juga menggunakan ESS untuk menciptakan sendiri analisis perusahaan, karena analisis ini bersifat sangat pribadi. Eksekutif tinggal memilih
9
daftar isi yang ada pada database, seperangkat program yang digunakan seperti (Lotus, 1-2-3, Excel, IFPS), menghasilkan keluaran (kebutuhan informasi) dan menyediakan informasi yang diinginkan untuk presentasi. e. Exception Reporting. Exception reporting berdasarkan pada konsep dari management by exception. Sebagai tambahan dari konsep ini, perhatian dapat diberikan oleh eksekutif untuk membuat laporan khusus dari bentuk baku, jadi pada laporan khusus perhatian eksekutif bisa hanya memperhatikan pada kasus – kasus khusus untuk pekerjaan yang paling jelek atau yang paling bagus saja. Menurut Turban, Aronson, & Liang, (2005) karakteristik EIS dan manfaat dari penggunaan EIS adalah sebagai berikut : 1. Fleksibel. 2. Menghasilkan informasi yang akurat, benar, tepat waktu, relevan, lengkap dan cepat. 3. Memiliki tampilan GUI yang bagus dimana tampilan dari sebuah EIS bisa merupakan kombinasi antara teks dan grafik. 4. User friendly. 5. Mengijinkan akses informasi yang aman dan rahasia. 6. Bisa diakses dimanapun dan kapanpun. 7. Meminimalisir penggunaan keyboard karena lebih banyak menggunakan mouse. 8. Dapat menggunakan sumber data dari luar. 9. Dapat melakukan proses analisis secara ad hoc dan multidimensi. 10. Dapat menampilkan analisis trend, deviasi, dan forecasting. 11. Dapat melakukan proses drill down data sehingga data bisa dilihat hingga level yang lebih detail. 12. Data
telah
dirangkum
sehingga
memudahkan
eksekutif
untuk
membandingkan rincian data kemudian membuat keputusan.
2.3 Critical Success Factor (CSF) Dengan EIS memungkinkan eksekutif memantau seberapa baik perusahaan berjalan dalam hal tujuan dan faktor-faktor penentu keberhasilan. Faktor-faktor ini dalam setiap perusahaaan berbeda-beda tergantung dari kegiatan yang dilakukan CSF
10
dan masing-masing tema dan item ditemukan dalam analisis sebelumnya telah dikonseptualisasikan sebagai entitas yang saling terkait untuk membentuk kerangka pengembangan EIS untuk EM. CSF pun memiliki tujuan untuk menginterpretasikan objektif secara lebih jelas untuk menentukan aktivitas yang harus dilakukan dan informasi yang dibutuhkan. Manfaat CSF, yaitu untuk mengidentifikasi konsertasi utama manajemen, membantu perencanaan strategi plan, mengidentifikasi fokus area dalam tiap rincian project life cycle dan penyebab utama kegagalan proyek, mengevaluasi
kelayakan
sistem
informasi,
mengidentifikasi
ancaman
dan
kesempatan bisnis, dan juga untuk mengukur tingkat produktifitas sumber daya manusia. Cara penerapannya pun adalah melakukan analisis CSF yang diperuntukan untuk merumuskan faktor – faktor kritis apa saja yang harus diperhatikan oleh sebuah organisasi atau perusahaan. Sehingga dapat mengetahui tujuan organisasi lebih jelas untuk menentukan kebutuhan dan informasi yang dibutuhkan.
Gambar 2.3 Kerangka kerja Pengembangan EIS untuk Manajemen Edukasi Sumber : (Kamaruddin & Razali, 2011: 10001)
11
Keberhasilan pengembangan EIS untuk EM dipengaruhi oleh orang-orang manajerial dan teknis yang perlu berkolaborasi selama proses pengembangan untuk menghasilkan produk EIS terintegrasi. Faktor-faktor ini harus didukung oleh lingkungan organisasi juga. Faktor lingkungan melibatkan praktek manajemen bahwa pengembangan EIS koordinat sampai sistem sepenuhnya dapat digunakan. Manajemen perlu untuk memperoleh dan merencanakan alokasi untuk proyek EIS, melaksanakan program kesadaran dan mengidentifikasi sumber-sumber informasi, yang harus diintegrasikan dalam produk EIS. Kegiatan ini tidak dapat dicapai oleh manajemen semata-mata. Kerjasama antar tenaga kependidikan dalam hal informasi budaya berbagi dan sikap positif terhadap proyek dan sistem harus diperoleh. Pihakpihak yang terlibat dalam proyek ini harus mempertimbangkan rencana strategis pendidikan, Key Performance Indicator ( KPI ) dan Standar Operasional Prosedur ( SOP ) serta kebijakan manajemen proyek selama proses tersebut. Faktor orang termasuk manajemen organisasi atas atau eksekutif, tim pengembangan EIS dan tenaga kependidikan. Pihak-pihak perlu memahami tujuan dan pentingnya proyek EIS dalam meningkatkan perencanaan organisasi dan pengambilan keputusan. Sebuah proyek EIS tidak dapat berhasil tanpa dukungan yang kuat dan keterlibatan dari eksekutif, selain sumber daya keuangan dan lainnya yang nyata. Dukungan ini sangat diperlukan untuk menangani perlawanan politik dan user terhadap sistem. Tim pengembangan EIS disisi lain, harus memiliki keterampilan teknis dan interpersonal ketika membangun sistem. Keterampilan teknis yang diperlukan untuk bagian operasional, sedangkan keterampilan interpersonal yang diperlukan untuk mendapatkan persyaratan yang tepat dan mendapatkan penerimaan pengguna. Tim pengembangan bertanggung jawab untuk merencanakan, mengembangkan dan memelihara infrastruktur teknis dan mengelola sistem operasi. Para tenaga kependidikan bertindak sebagai sumber informasi dimana kontribusi utama mereka adalah untuk menyediakan data yang memadai dan benar kedalam sistem tepat waktu. Mereka perlu mengelola informasi dengan baik sehingga menjadi handal. Informasi yang dapat dipercaya menghasilkan analisis yang berarti dan dengan demikian meningkatkan kemudahan untuk pengambilan keputusan oleh eksekutif. Faktor proses meliputi kegiatan perencanaan dan pelaksanaan yang terjadi diseluruh pengembangan EIS. Proses perencanaan harus memperhitungkan siklus
12
pengembangan serta perangkat keras dan perangkat lunak infrastruktur. Proses eksekusi harus mensinkronisasikan data ekstraksi dan kegiatan pengelolaan data untuk berbagai sumber informasi. Produk adalah EIS yang dikembangkan yang berisi fitur yang terintegrasi dan fungsi terkait dengan bisnis pendidikan. Sistem tersebut harus terus berubah atau berkembang dari waktu ke waktu dalam menanggapi pengguna baru dan kebutuhan bisnis. (Kamaruddin & Razali, 2011). 2.4 Siklus Hidup EIS Ada beberapa perbedaan utama antara OLTP sistem siklus hidup tersebut dan siklus hidup EIS yang tergantung pada karakteristik sistem eksekutif, tetapi teknik tradisional yang sama dan tahapan yang digunakan untuk pembangunan, yaitu: justifikasi, perencanaan proyek, analisis, desain, konstruksi, penyebaran (gambar 2.6) Dalam tahap ini ada banyak langkah yang digunakan untuk memodelkan karakteristik EIS seperti: a.
EIS
yang
orientasinya
untuk
peluang
bisnis
daripada
kebutuhan
transaksional; b.
EIS harus melaksanakan keputusan strategis, tidak hanya departamental atau keputusan operasional;
c.
Analisis EIS difokuskan pada kebutuhan bisnis. Tahap ini adalah yang paling penting dari proses;
d.
Proses Pembangunan siklus, difokuskan pada evaluasi dan perbaikan versi, yang tidak hanya membangun dan memberikan hal yang penting dari sebuah versi final yang tunggal.
Berikut merupakan siklus atau alur hidup dari pembangunan serta pemgembangan EIS yang terdiri dari enam tahap, yaitu (LUNGU & BÂRA, 2005) :
13
Gambar 2.4 Siklus EIS Sumber (LUNGU & BÂRA, 2005) Stage 1 : Justification. Pada tahap ini akan mendefinisikan kebutuhan bisnis dan peluang bisnis dengan menganalisis faktor lingkungan internal menggunakan value shop analysis, kemudian kebutuhan dan peluang bisnis akan dinilai dalam bentuk solusi cost and benefit analysis. Proses justifikasi akan diidentifikasi dan dianalisis dalam format business case assessment yaitu kebutuhan bisnis dan oportunities diidentifikasi dan kemudian tim mengusulkan solusi awal yang diustifikasi oleh biaya dan manfaat. Sebuah laporan awal ini dibangun. Tahap 2: Perencanaan Pada tahap ini menjelaskan mengenai kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan EIS ini. Dalam tahap planning ini dilakukan terhadap perencanaan infrastruktur perusahaan, dan perencanaan penjadwalan terhadap pelaksanaan pembangunan EIS ini. Berikut penjelasan singkat mengenai hal-hal yang ada pada tahap ini :
14
a.
Evaluasi infrastruktur Perusahaan – perkiraan langkah ini dan untuk
mempertahankan nilai-nilai kemampuan organisasi dan mencapai proyek EIS dalam hal : infrastruktur, komponen, perangkat, jaringan dan kebutuhan masa depan peralatan tersebut. Dalam langkah ini dibangun infrastruktur dari organisasi tersebut. b.
Perencanaan proyek – EIS melibatkan perencanaan proyek yang dinamis
yang menyebabkan perubahan cepatnya akan kebutuhan teknologi, organisasi dan bisnis, sumber daya manusia dan tim pelaksana.Rencana proyek rinci, progresif, setiap tahap dan langkah telah diperiksa dan dokumen uji dan laporan. Stage 3 : Business Analysis Pada tahap ini akan diidentifikasi kebutuhan aktual perusahaan. Kebutuhan tersebut akan didapat dari analisis kebutuhan informasi dari sistem yang sedang berjalan, lalu kebutuhan akan digambarkan dalam bentuk use case, dan Usecase Description. Stage 4 : Design Pada tahap ini proyek EIS akan dirancang sesuai dengan kebutuhan actual perusahaan yang sudah didentifikasi. Perancangan yang akan dilakukan pada tahap ini adalah rancangan dashboard dalam bentuk penjelasan storyboard, perancangan metadata, datamart dengan menggunakan star schema, dan proses ETL yang dilakukan untuk menghasilkan suatu datawarehouse. Stage 5 : Construction Pada tahap ini adalah tahap realisasi rancangan sesuai dengan tahapan design sebelumnya. Setelah merancang maka proses konstruksi dan pembangunan dilakukan pada tahapan ini. Pada tahap ini akan membuat ETL development, application development yang didalamnya terdiri dari user interface dan navigation diagram. Stage 6 : Deployment Pada tahapan ini akan dilakukan implementasi dari semua rangkaian tahapan yang telah dilakukan sebelumnya, dengan cara memberikan pelatihan, membuat buku panduan pemakaian sistem, dan melakukan evaluasi terhadap implementasi sistem dalam bentuk laporan akhir atau release evaluation. 2.5
Valueshop Valueshop adalah kegiatan yang menganalisis kumpulan aktivitas bisnis yang
dilakukan untuk keperluan dan mendukung produk atau jasa. Hal ini juga didukung oleh menurut Porter (2002: 244) bahwa, “Valueshop adalah kegiatan menganalisis kumpulan aktivitas yang dilakukan untuk merancang, memproduksi, memasarkan,
15
mengantarkan, dan mendukung produk atau jasa”. Tujuan valueshop adalah untuk menganalisis aktivitas yang mempengaruhi produk dan jasa sehingga dapat mengidentifikasi dari nilai kegiatan tersebut. Manfaat valueshop adalah dapat mengurangi atau omenurunkan biaya sehingga dapat meningkatkan keefektifan dari sebuah aktivitas. Cara penerapannya adalah menganalisis proses – proses yang berhubungan dengan produk dan jasa yang bersangkutan, lalu mengidentifikasi nilai – nilainya sehingga dapat mengetahui nilai dari sebuah kegiatan. Sehingga dapat mencari penyelesaian masalah dan memilih solusi yang terbaik sehingga saat dijalankan solusi tersebut kita tetap dapat mengkontrol dan mengevaluasi kegiatan tersebut. 2.6 Business Drivers Business Drivers adalah trigger yang mendorong adanya perubahan yang memberikan fokus pada bisnis sehingga dapat mencapai tujuannya. Hal ini juga dikemukakan menurut Ward (2002: 69) bahwa, “Business Driver adalah beberapa faktor kritis pendorong perubahan yang dapat memberikan fokus sehingga
dapat
pada
bisnis
memenuhi sasarannya”. Tujuannya adalah untuk membantu
penerapan langkah – langkah demi tercapainya tujuan dari sebuah organisasi. Manfaat business drivers adalah untuk memberikan langkah – langkah terbaik untuk memenuhi tujuan dari sebuah organisasi. Cara penerapannya adalah dengan cara mengidentifikasi setiap proses – proses yang berjalan untuk menilai dari setiap kegiatan yang berjalan sehingga mengetahui kegiatan mana yang berguna dan untuk difokuskan terlebih dahulu. 2.7 Cost Benefit Analysis Cost Benefir Analysis adalah sebuah pendekatan dengan prosedur yang sistematis untuk membandingkan serangkaian biaya dan manfaat yang relevan, dengan sebuah aktivitas atau proyek. Hal ini juga dikemukakan menurut Dunn, (2003: 447) bahwa, “CBA (Cost Benefit Analysis) atau analisis biaya manfaat adalah pendekatan
untuk
rekomendasi
kebijakan
yang
memungkinkan
analis
membandingkan dan menganjurkan suatu kebijakan dengan cara menghitung total biaya dalam bentuk uang dan total keuntungan dalam bentuk uang”. CBA memiliki tujuan, yaitu untuk menentukan atau mengukur apakah kemanfaatan dari suatu
16
proyek atau kegiatan berdasarkan nilai investasinya. CBA mempunyai manfaat untuk memasukkan keuntungan dan biaya sosial, yang dimana sebagai dasar yang kuat untuk menentukan keputusan oleh para eksekutif. Cara penerapannya yaitu menetapkan tujuan dari suatu proyek lalu mengidentifikasi sumber yang terlibat dan mengidentifikasi biaya dan manfaat serta menghitungnya dari segi manfaat, waktu, dan keterbatasannya. 2.8 Risk Assessment Risk Assessment adalah tahapan awal yang digunakan untuk menilai resiko atau tingkat ancaman apa saja yang berpotensial didalam proses sistem informasi. Hal ini juga dikemukakan oleh G. Stoneburner (2003) bahwa, “Risk Assessment merupakan tahapan awal dalam pengendalian resiko”. Manager menggunakan risk assessment untuk mengetahui tingkat ancaman yang potensial dan resiko yang berhubungan dengan seluruh proses sistem informasi. Risk Assessment memiliki tujuan untuk mempertahankan keberlangsungan hidup, bisnis, dan proses / kegiatan operasional. Manfaat Risk Assessment adalah untuk mengukur resiko, sehingga kita dapat mengontrol resiko – resiko yang ada. Cara penerapannya adalah dengan cara mengidentifikasi masalah yang mungkin selama ini terjadi, lalu mengelompokan resiko – resiko yang ada berdasarkan dampaknya, dan yang terakhir adalah mencari solusi dari resiko tersebut. 2.9 Database Database merupakan tempat penyimpanan data yang sangat besar yang dapat digunakan secara bersamaan oleh lebih dari satu user, serta dibuat untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan oleh user. Database merupakan sekumpulan data beserta deskripsinya yang saling terintegrasi satu dengan yang lain untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi user. Hal ini juga dikemukakan oleh Connolly & Begg (2010: 65) bahwa, “Database adalah sekumpulan data beserta deskripsinya yang saling berhubungan secara logis, serta didesain untuk memenuhi kebutuhan informasi suatu perusahaan”. Tujuan database adalah untuk memudahkan user mendapatkan data, menyediakan tempat penyimpanan data yang berlebih, dan juga melindungi data dari kerusakan fisik. Manfaat database, yaitu menyediakan informasi yang berkualitas dan juga mengurangi duplikasi data sehingga hubungan
17
antar data bisa saling lebih ditingkatkan. Cara penerapannya yaitu menggunakan database oracle sebagai alat untuk mengolah data – data. 2.10
Datawarehouse Datawarehouse adalah kumpulan data – data yang berorientasi subjek, dan
berbeda – beda untuk membantu pengambilan keputusan, dan menganalisis data historis suatu organisasi seperti data pembelian, penjualan, penggajian, perhitungan bonus bulanan karyawan, dan aktivitas operasional harian lainnya. Hal ini juga dikemukakan oleh Connolly & Begg (2010: 1151) bahwa, “Datawarehouse adalah sebuah data – data yang berorientasi subjek, terpadu, varian waktu, dan pengumpulan data
yang non-volatile
untuk mendukung proses
pengambilan
keputusan
manajemen”. Adapun tujuan dari data warehouse yaitu menyediakan data yang terorganisasi dengan baik dan mudah diakses oleh pihak manajer, data yang ada di datawarehouse adalah data yang konsisten, akurat, dan dijamin keberannya, datawarehouse sebagai tempat ditampungnya data yang telah digunakan untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan informasi yang berguna dalam pengambilan kepurusan, dan data di datawarehouse dapat diandalkan. Selain itu data warehouse bermanfaat untuk membantu pelaku bisnis dalam memahami trend bisnis dengan lebih baik karena penyediaan informasi yang merupakan data historis dan rangkuman dari beberapa data sehingga mempermudah pula dalam membuat perkiraan keputusan dengan baik, dan untuk mengetahui dengan cepat kinerja perusahaan dalam waktu terakhir. Untuk penerapannya dalam pembuatan data warehouse maka pembuat data warehouse harus memperhatikan data operasional yang terjadi pada suatu perusahaan dengan membuat rancangan starscheme, analisis meta data dan serta melakukan proses ETL (Extract, Transform, Load) sesuai dengan yang akan dituliskan pada bab pembahasan pada penulisan skripsi ini. 2.10.1 Star Schema Star Schema adalah sebuah rancangan database yang sederhana dimana pemodelan yang memiliki tabel fakta yang berada ditengah, dan dikelilingi oleh tabel dimensi. Hal ini juga dikemukakan oleh Connolly & Begg (2010: 1183) bahwa, “Star Schema adalah Sebuah struktur logis yang memiliki tabel fakta yang berisi data faktual di tengah, dikelilingi oleh tabel dimensi yang berisi data referensi yang dapat
18
denormalized”. Tujuan dari star schema yaitu merancang database dengan waktu respon yang cepat, dan memberikan informasi pengelompokan data dalam bentuk skema, serta manfaat dari star schema adalah menghasilkan respon query yang cepat dan skema yang sederhana sehingga mudah dimengerti. Star Schema memiliki dua tipe tabel, yaitu tabel fakta / fact table dan tabel dimensi / dimension table. Tabel fakta berisikan data yang memiliki sifat kuantitatif tentang sebuah bisnis dimana lebih banyak menampilkan informasi hasil dari perhitungan, seperti data penjualan, pembelian, persediaan, dan informasi perhitungan lainnya. Sedangkan tabel dimensi adalah table yang menyimpan data yang bersifat deskriptif dari suatu subyek dari suatu bisnis berisikan sumber-sumber data yang digunakan pada table fakta nantinya, mengkategorikan, mengelompokan, dan mengklasifikasikan data didalam tabel operasional. Pada penerapan star scheme kita membuat tabel dimensi yang pada umumnya memiliki primary key yang sederhana, dan beberapa non-key atribut. Primary key dalam table dimensi menjadi foreign key dalam tabel fakta yang menunjukan hubungan antara tabel dimensi dan tabel fakta. Pada gambar 2.5 menunjukan contoh star schema yang menggunakan tabel fakta PropertySale. Pada tabel fakta PropertySale terdapat atribut-atribut yang merupakan primary key dari tabel dimensi yang terhubung seperti Time, Branch, Promotion, PropertyForSale, ClientBuyer, Staff, dan Owner. Selain berhubungan dengan beberapa tabel tersebut pada tabel fakta PropertySale ini juga memiliki atribut yang memberikan data dari hasil kalkulasi seperti OfferPrice, SellingPrice, saleCommission, dan saleRevenue.
19
Gambar 2.5 Contoh StarScheme Sumber : (Connolly & Begg, 2010, P. 1228)
2.10.2 Metadata Metadata
adalah informasi
yang terstruktur
yang mendeksripsikan,
menjelaskan data yang dimiliki dan dinterpretasikan menjadi informasi untuk menentukan sebuah keputusan, metadata ini juga mengandung informasi mengenai isi dari suatu data yang digunakan dalam keperluan menejemen berbentuk file atau data yang nantinya akan dimasukan kedalam basis data. Hal ini juga didukung oleh Devlin (1997) bahwa, “Metadata adalah data ilmu pengetahuan yang kita miliki yang diinterpretasikan sebagai informasi dalam kondisi untuk menentukan sebuah keputusan”. Contoh metadata adalah daftar table untuk menampilkan informasi dari suatu table penjualan guna dalam pengambilan keputusan dalam menentukan strategi penjualan dari suatu perusahaan. Tujuan dari metadata itu sendiri ialah membuat ringkasan informasi yang penting untuk mendukung dalam pembuatan keputusan bisnis, menjelaskan atribut atau struktur dari suatu data atau informasi. Serta manfaat
20
metadata mendokumentasikan data yang ada, sebagai alat pengolahan data, memberikan informasi kepada pengguna bagaimana data tersebut didapatkan dan diintrerpretasikan dengan benar. Metadata dibuat pada bab pembahasan pada penulisan ini adalah dengan membuat table yang menggambarkan penggabungan data dari berbagai tabel operasional untuk menghasilkan informasi yang diperlukan pelaku bisnis. Penerapannya dengan membuat tabel yang berisikan detail data dari sebuah tabel dan sumber data yang dirangkum menjadi satu tabel yang dapat memberikan informasi bisnis. 2.10.3 ETL ( Extract, Transform, Load) Proses ETL (Extraction, Transformation, Loading) adalah proses dasar dari sebuah pengembangan data warehouse bahwa sekumpulan data dari beberapa sumber dikumpulkan lalu ditambah kedalam penyimpanan data, data di extract, di transformasi dan dimasukan kembali kedalam penyimpanan data. Hal ini juga didukung oleh Kimball (2004) yang menyatakan bahwa “proses ETL merupakan proses yang harus dilalui dalam pembentukan data warehouse”. Tujuan dari proses ETL adalah mengektraksi data dari berbagai sumber yang ada. Manfaat dari proses ETL ini adalah sebagai proses perubahan data dari operasional menjadi data yang sesuai dengan desain data warehouse yang ingin dirancang. Dalam penerapannya pada bagian pembahasan pada penulisan ini adalah dengan menggunakan tools yang tersedia dari oracle untuk menjalankan proses ETL ini agar terbentuknya data warehouse yang diinginkan. Berikut adalah penjelasan dari tiap proses. a.
Ekstraksi Data (Extract) Ekstraksi data adalah proses dimana data diambil atau diekstrak dari berbagai
sistem operasional, baik menggunakan query, atau aplikasi ETL. Terdapat beberapa fungsi ekstraksi data, yaitu : 1.
Ekstraksi data secara otomatis dari aplikasi sumber.
2.
Penyaringan atau seleksi data hasil ekstraksi.
3.
Pengiriman data dari berbagai platform aplikasi ke sumber data.
4.
Perubahan format layout data dari format aslinya.
5.
Penyimpanan dalam file sementara untuk penggabungan dengan hasil ekstraksi dari sumber lain.
21
b.
Transformasi Data (Transformation) Transformasi adalah proses dimana data mentah (raw data) hasil ekstraksi
disaring dan diubah sesuai dengan kaidah bisnis yang berlaku. Langkah-langkah dalam transformasi data adalah sebagai berikut : 1.Memetakan data input dari skema data aslinya ke skema data warehouse. 2.Melakukan konversi tipe data atau format data. 3.Pembersihan serta pembuangan duplikasi dan kesalahan data. 4.Penghitungan nilai-nilai derivat atau mula-mula. 5.Penghitungan nilai-nilai agregat atau rangkuman. 6.Pemerikasaan integritas referensi data. 7.Pengisian nilai-nilai kosong dengan nilai default. 8.Penggabungan data. c.
Pengisian Data (Loading) Proses terakhir yang perlu dilakukan adalah proses pemuatan data yang
didapatkan dari hasil transformasi ke dalam data warehouse. Cara untuk memuat data adalah dengan menjalankan SQL script secara periodik. 2.11
Database Management System (DBMS) DBMS adalah suatu software yang mengatur semua akses ke basisdata, serta
dapat membuat user berinteraksi dengan program dan database. Seperti yang dikemukakan oleh Connolly dan Begg (2010: 66) bahwa, “DBMS adalah suatu sistem perangkat lunak yang memungkinkan user berinteraksi dengan program aplikasi dan database”. Tujuan dari DBMS ini adalah sebagai pengatur semua akses kebasis data, mengatur sistem pengamanan data dalam basis data, dan lainnya. DBMS pula memiliki manfaat salah satunya untuk menjaga keamanan data yang berada didalam database. Contoh DBMS adalah ORACLE, SQL, MySQL, dan lainnya. Untuk penerapannya pada penelitian ini menggunakan DBMS dari ORACLE yaitu Oracle Warehouse Builder. A. Fasilitas Database Menurut Connolly dan Begg (2010: 66), DBMS menyediakan berbagai fasilitas sebagai berikut : 1.
Fasilitas untuk mendefinisikan database, biasanya menggunakan Data Definition Language (DDL). DDL mengizinkan user untuk menspesifikasikan
22
tipe dan struktur data, serta batasan aturan mengenai data yang bisa disimpan ke dalam database tersebut. 2.
Fasilitas untuk mengizinkan user untuk menambah, mengubah, menghapus, serta mendapatkan kembali data dari database, biasanya menggunakan Data Manipulation Language (DML).
3. Fasilitas untuk mengontrol akses ke database. Contohnya : a.
Sistem keamanan, yang mencegah user yang tidak memiliki autoritas untuk mengakses data. Sehingga user akan ditentukan terlebih dahulu grant access nya.
b.
Sistem integrasi, yang memelihara konsistensi penyimpanan data, sehingga database menjadi terintegrasi, data pun menjadi konsisten.
c.
Sistem kontrol pengembalian data, yang dapat mengembalikan data ke keadaan sebelumnya apabila terjadi kegagalan perangkat keras atau perangkat lunak.
d.
Katalog yang dapat diakses oleh pengguna, yang berisi deskripsi atau penjelasan dari data di dalam database.
B. Komponen – Komponen DBMS Komponen-komponen dari DBMS akan diidentifikasi menurut (Connoly & Begg, 2010) terdapat lima komponen DBMS yaitu :
Gambar 2.6 Komponen - komponen utama DBMS Sumber : (Connoly & Begg, 2010,p.66) Gambar 2.6 diatas menjelaskan komponen-komponen utama yang terdapat pada DBMS, yaitu sebagai berikut : 1.
Hardware Hardware atau perangkat keras ini dibutuhkan untuk menjalankan DBMS dan aplikasi, hardware dari computer tunggal ke mainframe tunggal dari komputer-komputer. Bagian dari hardware tergantung pada kebutuhan organisasi dan DBMS yang digunakan.
23
2.
Software Software berupa DBMS itu sendiri, program aplikasi, sistem operasi, serta jaringan perangkat lunak jika DBMS digunakan melalui suatu jaringan.
3.
Data Data adalah komponen mendasar yang paling penting, yang akan diolah di DBMS. Data merupakan jembatan penghubung antara komponen mesin (hardware dan software) dan manusia (user). Databaseterdiri atas data operasional dan metadata.
4.
Prosedur Prosedur merupakan petunjuk dan aturan yang digunakan untuk merancang database, userdari sistem dan staff yang mengatur database membutuhkan prosedur yang terdokumentasi untuk tahu bagaimana cara menggunakan atau menjalankan sistem.
5.
People People merupakan orang yang terlibat didalam sistem, yang terdiri dari :
a.
Database Administrator (DBA) Database dan DBMS merupakan satu kesatuan sumber yang harus di atur seperti sumber lainnya, sehingga memerlukan peranan manusia untuk mengaturnya. DBA bertanggung jawab untuk realisasi fisikal dari database, termasuk
desain
fisikal
databasedan
implementasi,
keamanan,
dan
mengontrol integritas dan merawat sistem operasional. b.
Database Designers Database designer berfokus dengan mengidentifikasi data (entitas, attributes), hubungan antar data, constraints dari data yang disimpan di dalam database, memutuskan bagaimana desain logikal database menjadi realisasi fisikal.
c.
Application Developers Tugas dari application developers adalah ketika database telah diimplementasi, program aplikasi yang menyediakan fungsi yang dibutuhkan oleh end-user harus diimplementasikan.
24
d.
End User End user merupakan “client” dari database, yang di desain, diimplementasikan dan di maintenance untuk melayani kebutuhan informasi dari end user.
C. Kelebihan Database Management System Terdapat beberapa kelebihan dengan menggunakan DBMS, menurut Connolly dan Begg(2010: 77-80), yaitu sebagai berikut : 1.
Mengontrol data yang berulang Pendekatan
database
mengeleminasi
pengulangan
data
dengan
mengintegrasikan dokumen sehingga data sebelumnya tidak disimpan lagi untuk mengurangi terjadinya pengulangan data. 2.
Konsistensi data Dengan mengontrol eleminasi dan mengontrol pengulangan data, DBMS akan mengurangi resiko adanya data yang tidak konsisten.
3.
Mendapatkan beberapa informasi dari data yang sama Dengan mengintegrasi data operasional, memungkinkan organisasi untuk memperoleh informasi turunan yang berbeda-beda dari data yang sama. Informasi turunan yang dimaksud adalah informasi yang dihasilkan dari sumber yang sama, namun informasi dihasilkan dapat berbeda-beda, sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh user.
4.
Dapat berbagi data Normalnya files hanya dimiliki oleh orang atau department yang digunakan, namun di sisi lain databaseyang ada pada suatu organisasi dapat di bagi ke user yang telah diberi hak akses. Biasanya jika aplikasi baru dibuat, maka akan membutuhkan data yang sudah ada pada database, dan hanya menambah data yang tidak disimpan, kemudian aplikasi baru juga dapat menggunakan fungsi yang disediakan oleh DBMS, untuk mendefinisikan dan memanipulasi, concurrency dan kontrol recovery.
5.
Meningkatkan integritas data Database integrity menujuk pada validitas dan konsistensi data yang disimpan. Integrity biasanya ditunjukan dengan constraints.
25
6.
Meningkatkan keamanan Database security adalah perlindungan dari database untuk melindungi data dari user yang tidak memiliki hak akses.
7.
Meningkatkan standarisasi Memperbolehkan DBA mendefinisikan DBMS untuk kebutuhan standar. Termasuk didalamnya departemen, organisasi, nasional, standar internasional seperti format data untuk memfasilitasi peruktan daya antar sistem, penamaan, dokumentasi standar, prosedur yang upate, dan access rule.
8.
Skala ekonomi Menggabungkan semua data operasional organisasi kedalan satu database dan menciptakan sekumpulan aplikasi yang akan beroperasi didalam satu sumber data yang akan mengurangi pengeluaran.
9.
Menyeimbangkan kebutuhan berdasarkan masalah Setiap user atau department membutuhkan apa yang menjadi konflik kebutuhan dengan user yang lain, dikarenakan databasedibawah kontrol dari DBA, DBA dapat membuat keputusan tentang desain dan operasional menggunakan database, yang akan menyediakan sumber terbaik untuk digunakan keseluruhan perusahaan.
10.
Meningkatkan akses data. Sebagai hasil dari integrasi, data yang melewati batasan department akan langsung di akses di end user. Hal ini menyediakan sistem dengan fungsi yang potensial.
11.
Meningkatkan produktivitas DBMS menyediakan banyak fungsi standar yang programmer akan ditulis di file based application. DBMS menyediakan low-level file-handling yang menjadi typical didalam aplikasi program dan berfungsi supaya programmer lebih fokus kepada fungsi yang spesifik dan dibutuhkan tanpa khawatir mengenai detil low-level implementasi.
12.
Meningkatkan pemeliharaan data Di sistem file-based, setiap program aplikasi mengakses data yang dibuat untuk masing-masing program aplikasi, sehingga membuat program aplikasi sangat bergantung pada data. deskripsi data dan cara untuk mengakses data di buat kedalam setiap program aplikasi, membuat program bergantung pada
26
data. DBMS memisahkan deskripsi data dari aplikasi, sehingga ketika terjadi update dari deskripsi data, maka terupdate di aplikasi. 13.
Meningkatkan concurrency Beberapa sistem file-based, jika dua atau lebih user yang mengakses data yang sama diwaktu yang bersamaan, memungkinkan informasi menjaditidak valid dan integritas menurun . DBMS dapat mengatur akses concurrent database sehingga masalah seperti diatas tidak terjadi.
14.
Meningkatkan proses backup dan recovery Jika terjadi kerusakan sistem atau media, maka sistem file-based dapat menyediakan, banyak tempat sistem file-based bertanggung jawab kepada user untuk menyediakan sebuah ukuran untuk melindungi data dari kegagalan sistem komputer atau program aplikasi.
e. Kekurangan DBMS Selain terdapat kelebihan, DBMS juga mempunyai kelemahan, yaitu sebagai berikut : 1. Kompleksitas Provisi dari fungsi yang diharapkan dari DBMS yang baik dapat membuat DBMS menjadi lebih kompleks. DBA, developers, database designer dan end-users harus mengerti fungsi dan mengambil keuntungan. Kegagalan mengerti sistem akan membuat keputusan desain yang buruk, yang mana akan memiliki konsekuensi yang serius untuk organisasi. 2. Ukuran Kompleksitas dari fungsimembuat DBMS menjadi perangkat lunak yang besar, sehingga memakan banyak memori. 3. Biaya Biaya dari DBMS bervariasi, dan tergantung dari lingkungan dan fungsi yang disediakan, biaya tergantung dari seberapa banyak user. 4. Penambahan biaya perangkat keras Kebutuhan dari penyimpanan disk DBMS dan database memungkinkan untuk membeli tambahan penyimpanan data. 5. Biaya konversi Dengan adanya DBMS dan hardware yang baru, maka diperlukan biaya untuk training staff untuk menggunakan sistem ini, biaya ini yang mungkin
27
menjadi alasan utama mengapa beberapa organisasi lebih memilih menggunakan program yang lama. 6. Performa Sistem file-based hanya digunakan untuk aplikasi yang spesifik saja, maka hasil performanya baik. Namun DBMS digunakan untuk umum, jadi aplikasi bisa lebih dari satu, hasil akhirnya, beberapa aplikasi tidak berjalan cepat sesuai yang mereka gunakan, dikarenakan DBMS digunakan oleh beberapa aplikasi yang lainnya. 7. Kemungkinan kegagalan yang lebih besar Dikarenakan DBMS digunakan secara central, maka jika suatu saat terdapat kegagalan dalam DBMS, maka aplikasi program dan user yang mengakses DBMS tidak dapat menjalankan operasional. f. Fungsi DBMS Menurut Connolly dan Begg (2010: 99), DBMS memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai berikut : 1. Datastorage, retrieval dan update. Sebuah DBMS harus
menyediakan user dengan kemampuan untuk
menyimpan, mendapatkan, dan mengupdate data didalam database. 2. A user-accessible catalog Sebuah DBMS harus menyediakan catalog yang dimana catalog tersebut berisi deskripsi dari data yang disimpan dan di akses oleh user. 3. Transaction support Sebuah DBMS harus menyediakan mekanisme yang akan memastikan semua update sesuai dengan transaksi yang dibuat. 4. Concurrency control service Sebuah DBMS harus menyediakan mekanisme untuk memastikan database di perbaharui dengan benar ketika banyak user mengupdate database secara bersamaan. 5. Recovery services Sebuah DBMS harus menyediakan mekanisme untuk recovering database jika database mengalami kerusakan. Kerusakan database berpengaruh terhadap operasional, sehingga proses perbaikan database dibutuhkan. Salah satunya yaitu recovery database.
28
6. Authorization services Sebuah DBMS meyediakan mekanisme untuk memastikan hanya user yang resmi saja yang bisa mengakses database. Sehingga user yang tidak didaftarkan terlebih dahulu tidak bisa mengakses database, ini akan meningkatkan keamanan data. 7. Support for datacommunication Sebuah DBMS harus mampu mengintegrasikan komunikasi antara software. Ketika user mengakses database dari remote locations¸ maka DBMS akan menerima request communications messages yang dibuat oleh Data Communications Messages (DCM)
maka DBMS mampu
berintegrasi
dengan bermacam-macam DCM. 8. Integrity services Sebuah DBMS harus memastikan perubahan yang ada di dalam database sudah melihat dari rules yang dipakai. Integritas biasanya ditampilkansebagai constraint. 9. Services to promote data independence Sebuah DBMS harus ada fasilitas-fasilitas yang mendukung program independence dari struktur actual dari database. 10. Utility services Sebuah DBMS harus menyediakan kumpulan dari utility services.Program utility membantu DBA mengelola database menjadi efektif. Beberpa utilities beroperasi pada external level, dan secara konsekuen diproduksi oleh DBA. 2.11.1 Client Server Architecture Client Server Architecture merupakan software yang saling terhubung, antara client dan server. Server sebagai pusat atau sumber yang akan memberikan informasi ke clients, maka sebaliknya clients akan menerima informasi dari server. Pernyataan ini juga diperkuat oleh Satzinger, Jackson, dan Burd (2010: 342), yang menyatakan bahwa Client Server Architecture dibagi menjadi dua jenis, yaitu client dan server. Server akan mengatur satu atau lebih sumber sistem informasi atau menyediakan layanan, sedangkan Client akan berkomunikasi dengan server untuk meminta sumber atau layanan dan server bertanggung jawab atas permintaan client tersebut. Client Server Architecture mimiliki manfaat yaitu dapat membagi resource pada setiap
29
client, berbagi beban kerja, tidak membedakan platform, dan lainnya. Serta memiliki tujuan untuk menghubungkan komputer-komputer dan mendistribusikan informasi secara merata sesuai dengan bidangnya. Contoh nya adalah pada suatu perusahaan memiliki server dan memiliki komputer client yang banyak maka informasi akan terdistribusi melalui jaringan yang ada sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.
Gambar 2.7 Client dan Server Sumber (Satzinger, Jackson, & Burd, 2010) Pada gambar 2.7 menjelaskan bahwa client berhubungan dengan database server pada saat client melakukan permintaan untuk mengakses database tersebut misalkan membutuhkan suatu informasi maka akan di respon server dengan memberikan informasi yang diinginkan sesuai dengan kebutuhan apabila telah terhubung dengan suatu jaringan. 2.11.2 Data Definition Language(DDL) DDL adalah bahasa query yang digunakan untuk mendefinisikan data, dan tidak bisa digunakan untuk memanipulasi data. Hal ini dikemukakan oleh Connolly dan Begg (2010: 92), yang mengatakan bahwa “DDL adalah bahasa query yang memberikan izin kepada DBA atau user untuk menjelaskan entitas-entitas, atributatribut dan relasi yang dibutuhkan untuk aplikasi, dan digunakan bersama constraints”.
Tujuan
dari
DDL
adalah
untuk
mendefinisikan
ataupun
mendeklarasikan data yang akan dimasukan kedalam database, serta mempunyai manfaat sebagai deklarator ataupun bahasa dalam mendefinisikan sebuah data yang akan masuk ke database. Contohnya Create Database, Create Table, Drop Tabel, Create Index, Drop Index, dan lainnya. Dalam penerapannya DDL akan digunakan pada saat pembuatan database dan pada saat pembuatan tabel.
30
2.11.3 Data Manipulation Lamguage (DML) DML adalah bahasa query yang digunakan untuk memanipulasi data. Seperti yang disampaikan Connolly dan Begg(2010: 93), bahwa “DML adalah bahasa yang menyediakan kumpulan operasi-operasi yang mendukung operasi manipulasi data dasar, yang ada di dalam database”. Operasi manipulasi data biasanya melingkupi beberapa hal, yaitu ; a.
Insertion Operasi ini merupakan proses memasukan data baru ke dalam database,
proses memasukan data bisa disertakan kondisi tertentu,berikut adalah contoh operasinya : INSERT INTO Customers VALUES (001, ‘Maya Fitri’, ‘Jl. Kebon Angsa No.99’);
b.
Modification Operasi ini merupakan operasi untuk melakukan perubahan data yang ada
dalam di database, perubahan data bisa dengan kondisi tertentu, berikut adalah contoh operasinya : UPDATE Customers SET Salary=Salary*1.03);
c.
Retrieval Operasi ini merupakan operasi untuk menampilkan data dari dalam database,
data yang ditampilkan bisa keseluruhan, atau hanya dalam kondisi tertentu saja, berikut adalah contoh operasinya : SELECT * FROM Customers WHERE ID=001;
d.
Deletion Operasi ini merupakan operasi untuk menghapus data atau record di dalam
database, proses menghapus data ini bisa dengan kondisi yang ditentukan, berikut adalah contoh operasinya : DELETE FROM Customers WHERE ID=002;
31
Bagian dari DML yang melibatkan pengambilan data disebut dengan bahasa query. Bahasa query dapat didefinisikan sebagai bahasa high level dengan tujuan khusus untuk memenuhi berbagai macam pengambilan data dari database. 2.12
Dashboard Dashboard adalah antarmuka komputer yang kaya dengan grafik, laporan,
indikator visual, dan mekanisme peringatan yang dikonsolidasikan menjadi platform informasi dinamis dan relevan. Hal ini juga dikemukakan oleh Malik, (2005: 12) mengemukakan bahwa “Dashboard adalah sebuah aplikasi yang dipenuhi dengan koleksi metrik, benchmark, tujuan, hasil, dan peringatan disajikan dalam visual secara efektif”. Tujuan dari dashboard adalah untuk memberikan informasi ringkasan dari keadaan perusahaan, untuk menganalisis tren bisnis, untuk membantu menganalisis dalam pengambilan keputusan, dan lainnya. Dashboard juga memiliki manfaat yaitu agar kegiatan operasional dalam perusahaan dapat tetap terjaga dengan pemberian informasi dari dashboard. Penerapannya dengan menganalisis kebutuhan informasi pada suatu perusahaan maka akan didapatkan apasaja informasi yang dibutuhkan untuk suatu proses pengambilan keputusan maka dari itu pada pembahasan nantinya akan dibangun dashboard yang dapat memenuhi kebutuhankebutuhan tersebut.
Gambar 2.8 Contoh Dasboard (Rasmussen, Bansal, & Chen, 2009, p. 81)
32
Pada gambar 2.8 menjelaskan tampilan dashboard yang menampilkan informasi mengenai kegiatan pada perusahaan, pengukuran pada kegiatan yang sedang berlangsung serta informasi grafik mengenai komputer client yang sebagai pembicara teraktif. 2.13 Universitas Universitas merupakan lembaga pendidikan yang merupakan lanjutan dari sekolah menengah atas yang dimana menyelanggarakan ilmu pengetahuan dan memiliki cabang ilmu pengetahuan tertentu. Pengertian universitas ini didukung oleh kamus besar Bahasa Indonesia departemen pendidikan nasional yaitu universitas adalah perguruan tinggi yang terdiri atas sejumlah fakultas yang menyelenggarakan pendidikan ilmiah dan/atau profesional dalam sejumlah disiplin ilmu tertentu. Tujuan dari Universitas sendiri yaitu menghasilkan penelitian yang tepat guna bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan Menghasilkan lulusan yang berkualitas dibidangnya. Dengan tujuan Universitas ini didukung oleh Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 Pasal 5 tentang dihasilkannya lulusan yang menguasai cabang Ilmu Pengetahuan dan/atau Teknologi untuk memenuhi kepentingan nasional dan peningkatan daya saing bangsa. Dihasilkannya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi melalui Penelitian yang memperhatikan dan menerapkan nilai Humaniora agar bermanfaat bagi kemajuan bangsa, serta kemajuan peradaban dan kesejahteraan umat manusia. terwujudnya Pengabdian kepada Masyarakat berbasis penalaran dan karya Penelitian yang bermanfaat dalam memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.