7
BAB 2
Landasan Teori
2.1.
Teori Himpunan Fuzzy
Definisi : Andaikan X titik-titik ruang (objek), dengan elemen umum dari X yang dinotasikan dengan x, X = { x } [16].
Himpunan fuzzy adalah himpunan yang unsur-unsurnya memiliki derajat keanggotaan. Himpunan fuzzy diperkenalkan oleh Lutfih A. Zadeh (1965) sebagai perluasan dari pengertian himpunan klasik. Pada teori himpunan klasik, keanggotaan dari unsur-unsur dalam himpunan dinilai dalam hal biner menurut kondisi bivalenelemen baik termasuk atau tidak termasuk dalam himpunan. Sebaliknya, teori himpunan fuzzy memungkinkan penilaian bertahap dari keanggotaan elemen dalam himpunan, ini digambarkan dengan bantuan sebuah fungsi keanggotaan yang dinilai dalam unit nyata interval [0,1].
Dalam teori himpunan fuzzy, himpunan A dikatakan crisp jika sebarang anggota-anggota yang ada pada himpunan A tersebut dikenakan fungsi yang akan bernilai 1 yakni jika ๐ โ ๐ด maka fungsi ๐ = 1. Namun jika ๐ โ ๐ด, maka nilai fungsi
Universitas Sumatera Utara
8
yang dikenakan pada ๐ adalah 0. Nilai fungsi yang dikenakan pada sebarang anggota himpunan A dikatakan sebagai nilai keanggotaan. Jadi pada himpunan crisp, hanya mempunyai 2 nilai keanggotaan yaitu 0 atau 1. Tetapi pada himpunan fuzzy, nilai keanggotaan dari anggota-anggotanya tidak hanya 0 dan 1 saja. Tapi berada pada interval tertutup [0,1]. Dengan kata lain himpunan A dikatakan fuzzy selama fungsi ๐ โถ ๐ด โ 0,1 .
Himpunan Fuzzy didasarkan pada gagasan untuk memperluas jangkauan fungsi karakteristik sedemikian hingga fungsi tersebut akan mencakup bilangan real pada interval [0,1]. Nilai keanggotaannya menunjukkan bahwa suatu item dalam semesta pembicaraan tidak hanya berada pada 0 atau 1, namun juga nilai yang terletak diantaranya. Dengan kata lain, nilai kebenaran suatu item tidak hanya bernilai benar atau salah. Nilai 0 menunjukkan salah, nilai 1 menunjukkan benar, dan masih ada nilai-nilai yang terletak antara benar dan salah [8]. Misalkan diketahui klasifikasi sebagai berikut : MUDA
umur < 35 tahun
SETENGAH BAYA
35
TUA
umur > 55 tahun
umur
55 tahun
Dengan menggunakan pendekatan crisp, amatlah tidak adil untuk menetapkan nilai SETENGAH BAYA. Pendekatan ini bisa saja dilakukan untuk hal-hal yang bersifat diskontinu. Misalkan klasifikasi untuk umur 55 dan 56 sangat jauh berbeda, umur 55 tahun termasuk SETENGAH BAYA, sedangkan umur 56 tahun sudah tidak termasuk tua. Demikian pula kategori MUDA dan TUA. Orang yang berumur 34 tahun dikatakan MUDA, sedangkan orang yang berumur 35 tahun sudah TIDAK MUDA lagi. Orang yang berumur 55 tahun termasuk SETENGAH BAYA, orang yang berumur 55 tahun lebih 1 hari sudah TIDAK SETENGAH BAYA lagi. Dengan
Universitas Sumatera Utara
9
demikian pendekatan crisp ini sangat tidak cocok untuk diterapkan pada hal-hal yang bersifat kontinu, seperti umur.
Selain itu, untuk menunjukkan suatu umur pasti termasuk SETENGAH BAYA, atau tidak termasuk SETENGAH BAYA, dan menunjukkan suatu nilai kebenaran 0 atau 1, dapat digunakan nilai pecahan dan menunjuk 1 atau nilai yang dekat dengan 1 untuk umur 45 tahun, kemudian perlahan menurun menuju ke 0 untuk umur dibawah 35 tahun dan diatas 55 tahun.
Pusat dari fungsi keanggotaan untuk beberapa himpunan fuzzy A didefinisikan sebagai daerah dari universe yang dicirikan oleh keanggotaan lengkap dan penuh dalam himpunan A yaitu pusat terdiri dari elemen-elemen x dari universe sehingga ๐๐ด ๐ฅ = 1.
Penyokong dari fungsi tujuan untuk beberapa himpunan fuzzy A didefinisikan sebagai daerah dari universe yang dicirikan oleh keanggotaan tak nol dalam himpunan A yaitu penyokong terdiri dari elemen-elemen x dari universe sehingga ๐๐ด ๐ฅ > 0. Suatu himpunan fuzzy yang pendukungnya merupakan satu titik di dalam universe disebut fuzzy singleton.
Batas dari fungsi tujuan untuk beberapa himpunan fuzzy A didefinisikan sebagai daerah dari universe berisi elemen-elemen yang memiliki keanggotaan tak nol tetapi juga keanggotaan tidak lengkap yaitu batas terdiri dari elemenelemen x dari universe sehingga 0 < ๐๐ด ๐ฅ < 1.
Universitas Sumatera Utara
10
Himpunan fuzzy convex dilukiskan oleh fungsi keanggotaan yang nilai keanggotaan merupakan penambahan tepat secara monoton atau nilai keanggotaan merupakan pengurangan tepat secara monoton atau nilai keanggotaan merupakan penambahan tepat secara monoton kemudian nilai keanggotaan
merupakan
pengurangan
tepat
secara
monoton
dengan
menambahkan nilai untuk elemen dalam universe. Dengan kata lain, jika untuk beberapa nilai elemen x, y, z dalam himpunan fuzzy A, relasi ๐ฅ < ๐ฆ < ๐ง yang mengandung arti bahwa ๐๐ด ๐ฆ โฅ min [๐๐ด ๐ฅ , ๐๐ด ๐ง ]
(2.1)
2.1.1. Fungsi Keanggotaan
Fungsi keanggotaan (membership function) adalah suatu kurva yang menunjukkan pemetaan titik-titik input data ke dalam nilai keanggotaannya (sering juga disebut dengan derajat keanggotaan) yang memiliki interval antara 0 sampai 1 [8]. Sebuah himpunan fuzzy A dari bilangan riil ๏ didefinisikan oleh fungsi keanggotaannya (dinotasikan oleh A) ๐๐ด โถ ๏ โ 0,1 Jika ๐ฅ โ ๏
maka ๐๐ด ๐ฅ
Himpunan fuzzy dalam
(2.2)
dikatakan sebagai derajat keanggotaan x dalam A.
disebut normal jika terdapat ๐ฅ โ ๏ sehingga ๐๐ด ๐ฅ = 1 .
Universitas Sumatera Utara
11
2.1.2. Bilangan Fuzzy Triangular
Sebuah himpunan fuzzy A disebut bilangan fuzzy triangular dengan nilai tengah a, sebelah kiri ๐ผ > 0 , dalam
disebut convex jika A adalah unimodal (sebagai sebuah
fungsi). Bilangan fuzzy dan sebelah kanan ๐ฝ > 0. Fungsi keanggotaannya adalah sebagai berikut : 1โ ๐๐ด ๐ฅ =
1โ
๐ โ๐ฅ ๐ผ ๐ฅโ๐
๐โ ๐ผ โค๐ฅ โค๐
๐ฝ
0
๐ โค๐ฅ โค๐+๐ฝ
(2.3)
๐๐๐๐๐๐ฆ๐
Penyokong A adalah (๐ โ ๐ผ, ๐ + ๐ฝ). Bilangan fuzzy triangular dengan nilai tengah a dilihat sebagai nilai kwantitas fuzzy. โ x dekat terhadap a โatauโ x hampir sama dengan aโ. ๐ ๐ฅ 1
๐โ๐ผ
๐
๐+๐ฝ
x
Gambar 2.1 Bilangan Fuzzy Triangular
2.1.3. Bilangan Fuzzy Trapezoidal
Sebuah himpunan fuzzy A disebut bilangan fuzzy trapezoidal
dengan interval
toleransi [a,b], sebelah kiri ๐ผ dan kanan ๐ฝ. Fungsi keanggotaannya adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
12
1โ ๐๐ด ๐ฅ =
๐ โ๐ฅ ๐ผ
1 ๐ฅโ๐ 1โ ๐ฝ
๐โ ๐ผ โค๐ฅ โค๐ ๐ โค๐ฅ โค๐ ๐ โค ๐ฅ โค๐+๐ฝ
0
(2.4)
๐๐๐๐๐๐ฆ๐
Penyokong A adalah (๐ โ ๐ผ, ๐ + ๐ฝ). Bilangan fuzzy trapezoidal dapat dilihat sebagai nilai kwantitas fuzzy. โ x mendekati pada interval [a,b] โ. ๐ ๐ฅ 1
x ๐โ ๐ผ
a
๐+๐ฝ
b
Gambar 2.2 Bilangan Fuzzy Trapezoidal
2.2
Goal Programming
2.2.1 Konsep Dasar dari Goal Programming
Dalam bukunya [9], Linier goal programming (LGP) merupakan pengembangan Linier Programming (LP). LGP diperkenalkan oleh Charnes dan Cooper pada awal tahun 60-an. Perbedaan utama dari LGP dan LP terletak pada struktur dan penggunaan fungsi tujuan. Dalam LP fungsi tujuannya hanya mengandung satu tujuan, sementara dalam LGP semua tujuan apakah satu atau beberapa digabungkan dalam sebuah fungsi tujuan. Ini dapat dilakukan dengan mengekspresikan tujuan itu dalam bentuk kendala (goal constraint), memasukkan suatu variabel simpangan (deviational variable) dalam kendala itu untuk mencerminkan seberapa jauh tujuan itu dicapai, dan menggabungkan variabel simpangan dalam fungsi tujuan. Dalam LP tujuannya bisa
Universitas Sumatera Utara
13
maksimasi atau minimisasi, sementara dalam LGP tujuannya adalah meminimumkan penyimpangan-penyimpangan dari tujuan-tujuan tertentu. Ini berarti semua masalah LGP adalah masalah minimisasi. a. Berikut ini adalah definisi dari beberapa istilah dan lambang yang biasa digunakan dalam LGP. ๏ท
Decision variable (Variabel keputusan) : seperangkat variabel yang tidak diketahui (dalam model LGP dilambangkan dengan x j , dimana j = 1,2,โฆ,n) yang akan dicari nilainya
๏ท
Right hand side values (RHS) : nilai โ nilai yang biasanya menunjukkan ketersediaan sumber daya (dilambangkan dengan bi ) yang akan ditentukan kekurangan atau kelebihan penggunaannya.
๏ท
Goal (Tujuan) : keinginan untuk meminimumkan angka penyimpangan dari suatu nilai RHS pada suatu goal constraint / kendala tujuan tertentu.
๏ท
Goal Constraint (Kendala Tujuan) : sinonim dari istilah goal equation, yaitu suatu tujuan yang diekspresikan dalam
persamaan matematik dengan memasukkan
variabel simpangan. ๏ท
Preemptive priority factor : suatu system urutan (yang dilambangkan dengan Pk , dimana k = 1,2,โฆ,K dan K menunjukkan banyaknya tujuan dalam model) yang memungkinkan tujuan-tujuan disusun secara ordinal dalam model LGP. Sistem urutan itu menempatkan tujuan-tujuan dalam susunan dengan hubungan seperti berikut : ๐1 > ๐2 > โฏ > ๐๐
P1 merupakan tujuan yang paling penting P2 merupakan tujuan yang kurang penting dan seterusnya. ๏ท
Deviational vearible (Variabel simpangan) : variabel-variabel yang menunjukkan kemungkinan penyimpangan negatif dari suatu nilai RHS kendala tujuan (dalam
Universitas Sumatera Utara
14
๏ญ
model LGP dilambangkan dengan d i , dimana i = 1,2,โฆ,m dan m adalah banyaknya kendala tujuan dalam model) atau penyimpangan positif dari suatu ๏ซ
nilai RHS (dilambangkan dengan d i ). Variabel-variabel ini serupa dengan slack variabel dalam LP. ๏ท
Differential weight (bobot) : timbangan matematik yang diekspresikan dengan angka kardinal (dilambangkan dengan wki dimana k =1,2,โฆ, K: i =1,2,โฆm) dan digunakan untuk membedakan variabel simpangan i di dalam suatu tingkatan prioritas k.
๏ท
Technological coeffient (koefisien teknologi) : nilai-nilai numerik (dilambangkan dengan a ij ) yang menunjukkan penggunaan nilai bi per unit untuk menciptakan xj .
b. Unsur-unsur Linear Goal Programming (LGP) Setiap model LGP paling sedikit terdiri dari tiga komponen yaitu, sebuah fungsi tujuan, kendala tujuan dan kendala non-negatif. ๏ง
Fungsi Tujuan
Ada tiga jenis fungsi tujuan dalam LGP, yaitu : m
Minimumkan Z =
๏ฅd i ๏ฝ1
๏ญ i
๏ซ di
๏ซ
Fungsi tujuan diatas digunakan jika variabel simpangan dalam suatu masalah tidak dibedakan menurut prioritas atau bobot. m
Minimumkan Z =
๏ฅ P (d i ๏ฝ1
k
๏ญ i
๏ซ
๏ซ d i ) untuk k = 1,2,โฆ,K
Fungsi tujuan diatas digunakan dalam suatu masalah dimana urutan tujuan-tujuan diperlukan, tetapi variabel simpangan di dalam setiap tingkat prioritas memiliki kepentingan yang sama.
Universitas Sumatera Utara
15
m
Minimumkan Z =
๏ฅw i ๏ฝ1
ki
๏ญ
๏ซ
Pk (d i ๏ซ d i ) untuk k = 1,2,โฆ,K
Fungsi tujuan diatas digunakan dalam suatu masalah dimana tujuan-tujuan diurutkan dan variabel simpangan pada setiap tingkat prioritas dibedakan dengan menggunakan bobot yang berlainan wki [8]. Fi (x) merupakan bentuk matematika yang mewakili tujuan dan bi adalah nilai sisi
kanan/ level aspirasi. Ada tiga kemungkinan tujuan yaitu: f i ( x) ๏ณ bi f i ( x) ๏ฃ bi f i ( x) ๏ฝ bi
๏ง
Kendala Tujuan Ada enam jenis kendala tujuan yang berlainan yang maksud setiap jenis kendala
itu ditentukan oleh hubungannya dengan fungsi tujuan.pada tabel berikut:
Kendala Tujuan
๏ญ
aij x j ๏ซ d i ๏ฝ bi ๏ซ
aij x j ๏ญ d i ๏ฝ bi ๏ญ
di di
๏ซ
aij x j ๏ซ d i ๏ญ d i ๏ฝ bi
๏ญ
Variabel simpangan dalam fungsi tujuan
di
๏ซ
aij x j ๏ซ d i ๏ญ d i ๏ฝ bi
di
๏ญ
๏ซ
๏ญ
๏ญ
Kemungkinan Simpangan
Penggunaan Nilai RHS yang diinginkan
Negatif
= bi
Positif
= bi
Negatif dan positif
bi atau lebih
Negatif dan positif
bi atau kurang
Universitas Sumatera Utara
16
Kendala Tujuan
๏ญ
๏ซ
aij x j ๏ซ d i ๏ญ d i ๏ฝ bi
๏ซ
aij x j ๏ญ d i ๏ฝ bi
Variabel simpangan dalam fungsi tujuan ๏ญ
d i dan d i ๏ซ
๏ซ
d i (artf.)
Kemungkinan Simpangan
Penggunaan Nilai RHS yang diinginkan
Negatif dan positif
= bi
Tidak ada
pas = bi
Setiap jenis kendala tujuan harus punya satu atau dua variabel simpangan yang ditempatkan pada fungsi tujuan. Dimungkinkan adanya kendala-kendala persamaan linier. Persamaan pertama maknanya serupa dengan kendala pertidaksamaan ๏ฃ dalam masalah program linier maksimisasi. Persamaan kedua maknanya serupa dengan kendala pertidaksamaan ๏ณ pada masalah program linier minimisasi. Persamaan ketiga, keempat dan kelima semuanya memperbolehkan penyimpangan dua arah, tetapi persamaan kelima mencari penggunaan sumber daya yang diingginkan sama dengan bi . Ini serupa dengan kendala persamaan dalam linier programming, tetapi tidak menempel pada solusi karena dimungkinkan adanya penyimpangan negatif dan positif. Jika kendala persamaan dianggap perlu dalam perumusan model linear goal programming (LGP), ia dapat dimasukkan dengan menempatkan sebuah variabel ๏ซ
artifial d i , seperti pada persamaan keenam. Persamaan ketiga dan keempat memperbolehkan adanya penyimpangan positif dan negatif dari nilai RHSnya.
๏ง
Kendala Non-Negatif
Seperti dalam liear programming, variabel-variabel model LGP biasanya bernilai lebih besar atau sama dengan nol. Semua model LGP terdiri dari variabel simpangan dan variabel keputusan, sehingga pernyataan non-negatif dilambangkan sebagai : ๏ญ
๏ซ
x j , di , di ๏ณ 0
Universitas Sumatera Utara
17
๏ง
Kendala Struktural
Disamping ketiga komponen yang telah disebutkan itu, dalam model LGP kadangkadang terdapat komponen yang lain, yaitu kendala struktural artinya kendala-kendala lingkungan yang tidak berhubungan langsung dengan tujuan-tujuan masalah yang dipelajari. Variabel simpangan tidak dimasukkan dalam kendala ini, karena itu, kendala ini tidak diikutsertakan dalam fungsi tujuan.
2.3.
Model Fuzzy Goal Programming
Pemaparan teori himpunan fuzzy untuk masalah goal programming pertama kali dikemukakan oleh Hannan(1981) juga Ignizio (1982). Secara komprehensif berbagai aspek teori keputusan dengan menggunakan pendekatan fuzzy goal programming didiskusikan oleh Rubin dan Narasimhan (1984) juga Tiwarki dkk (1986). Aplikasinya untuk pemodelan keputusan untuk berbagai aspek yang luas, misalnya untuk persoalan manajemen lingkungan diungkapkan oleh Tiwari dkk (1985).
Ada sedikit
perbedaan
antara Goal Programming dan Fuzzy Goal
Programming yaitu goal programming membutuhkan pengambil keputusan untuk menetapkan dengan pasti nilai-nilai aspirasi untuk setiap tujuan yang ingin dia capai, sedangkan kemudian ditetapkan dalam cara yang tidak teliti. Tujuan fuzzy di sini dianggap sebagai tujuan dengan tingkat aspirasi tidak tepat. Pertimbangan kepentingan relatif berbeda dan tujuan prioritas dalam tujuan fuzzy layak daripada yang lain. Narasimhan telah menggunakan linguistik variabel, seperti "sangat penting", "kurang penting" dan "agak penting", untuk menggambarkan bobot fuzzy tujuan, dan didefinisikan keanggotaan sesuai fungsi dengan menentukan interval derajat keanggotaan yang diinginkan untuk mencerminkan pentingnya.
Model formulasi fuzzy goal programming adalah sbb: Cari nilai
Universitas Sumatera Utara
18
๐ ๐ฅ1 , ๐ฅ2 , โฆ , ๐ฅ๐ โ ๐
๐ โฒ Sehingga memenuhi ๐๐ ๐ โ
๐๐ , ๐ = 1,2, โฆ , ๐พ โณ โฒ S.t ๐ด๐ โ
๐๐ , ๐ โฅ 0, ๐๐ โ ๐
๐ โณ
(2.5)
(2.6)
Dimana X adalah vektor variabel-variabel keputusan, ๐๐ adalah ketidakjelasan level aspirasi ke- k tujuan ๐๐ ๐ (๐ = 1,2, โฆ , ๐พ), A adalah koefisien matriks, b adalah vektor nilai kanan (sumber)
๐ด๐ dari
โฒ โ
๐๐ mewakili kendala fuzzy, dimana โณ dan โฒ menunjukkan pada versi fuzzy โณ dan .
Sekarang dalam situasi pengambilan keputusan fuzzy, fuzzy goal dicirikan oleh fungsi keanggotaannya secara beturut-turut.
2.4
Bilevel programming
Masalah pemrograman bilevel merupakan masalah optimisasi hirarki dimana himpunan bagian dari variabel kendala menjadi sebuah solusi dari masalah optimisasi parameter yang diberikan melalui variabel sisa. Masalah pemrograman bilevel merupakan masalah pemrograman multilevel dengan dua level. Pemrograman bilevel termasuk dua masalah optimisasi dimana daerah kendala dari masalah level pertama secara implicit merupakan penentuan oleh masalah optimisasi yang lain. Struktur optimisasi hirarki muncul secara natural dalam banyak aplikasi ketika aksi level kedua tergantung keputusan level pertama. Aplikasi dari pemrograman bilevel dan multilevel temasuk transportasi (pemungutan pajak, perencanaan jaringan, perkiraan permintaaan perjalanan), manajemen (distribusi piutang, lokasi jaringan fasilitas), dll. Masalah pemrograman bilevel diformulasikan untuk masalah dimana dua pengambil keputusan membuat keputusan secara sukses. Sebagai contoh dalam perusahaan desentralisasi manajemen atasan membuat keputusan sebagai budget dari perusahaan dan kemudian
Universitas Sumatera Utara
19
setiap divisi menentukan perencanaan produksi dalam pengetahuan yang baik dari budget. Penelitian dalam pemrograman matematika multi-level yang menyelesaikan rencana organisasi dan masalah mengambil keputusan telah tersebar secara luas. Penelitian dan aplikasi telah dipusatkan secara utama dalam pemrograman bilevel. Dalam masalah Bilevel Programming (BLP), setiap pengambil keputusan mencoba mengoptimalkan fungsi tujuannya sendiri tanpa mengikuti tujuan-tujuan dari bagian lain, tetapi keputusan dari setiap bagian mempengaruhi nilai-nilai tujuan dari bagian lain. Pengambil keputusan tingkat pertama atau disebut leader bergerak pertama dengan memilih sebuah x dalam usaha meminimumkan fungsi tujuannya ๐น (๐ฅ, ๐ฆ) dengan syarat ikatan kendala pasti. Kemudian pengambil keputusan tingkat kedua atau disebut follower mengamati aksi leader dan bereaksi dengan memilih y untuk meminimumkan fungsi tujuannya ๐ (๐ฅ, ๐ฆ) dibawah beberapa kendala. Masalah bilevel dapat diformulasikan sebagai berikut: min๐ฅ ๐น (๐ฅ, ๐ฆ) s.t ๐บ ๐ฅ, ๐ฆ โค 0
(2.7)
min๐ฆ ๐ ๐ฅ, ๐ฆ s.t ๐ ๐ฅ, ๐ฆ โค 0 dimana
๐น โถ ๐
๐ 1 ๐ฅ ๐
๐ 2 โ ๐
, ๐บ โถ ๐
๐ 1 ๐ฅ ๐
๐ 2 โ ๐
๐ 1 , ๐ โถ ๐
๐ 1 ๐ฅ ๐
๐ 2 โ ๐
, ๐ โถ
๐
๐ 1 ๐ฅ ๐
๐ 2 โ ๐
๐ 2
2.5
Sesuai
Optimisasi Multi-Objektif
dengan
namanya,
Multi-Objective
Optimization
Problem
(MOOP)
berhubungan dengan lebih dari satu fungsi tujuan. Masalah mengambil keputusan dalam praktik kebanyakan , multiple objektive atau multiple criteria adalah jelas. Oleh
Universitas Sumatera Utara
20
karena kekurangan metode penyelesaian yang sesuai, MOOP telah banyak dikelompokkan dan diselesaikan sebagai masalah optimasi single-objective di masa yang lalu. Akan tetapi, ada sejumlah perbedaan pokok antara prinsip-prinsip pengerjaaan dari algoritma optimasi single dan multi-objective. Dalam masalah optimasi single-objective, tugasnya adalah mencari satu solusi yang mengoptimalkan fungsi tujuan tunggal. Kemudian ide tersebut diperluas pada optimasi multi-objective yaitu menemukan satu solusi optimal yang berkorespondensi pada setiap fungsi tujuan.
2.5.1. Masalah Optimasi Multi-Objective
Masalah optimasi multi-objective memiliki sejumlah fungsi tujuan yang akan diminimumkan atau dimaksimumkan. Sebagaimana di dalam masalah optimasi singleobjective, biasanya masalah juga memiliki sejumlah kendala di mana solusi fisibel (termasuk solusi optimal) harus terpenuhi. Berikut ini, menyatakan masalah optimasi multi-objective (MOOP) dalam bentuk umumnya: Min/Maks ๐๐ (๐),
๐ = 1, 2, โฆ , ๐
Kendala ๐๐ ๐ โฅ 0,
๐ = 1, 2, โฆ , ๐ฝ
๐๐ ๐ = 0,
๐ = 1, 2, โฆ , ๐พ
(๐ฟ)
๐ฅ๐
(2.8)
(๐)
โค ๐ฅ๐ โค ๐ฅ๐ , ๐ = 1, 2, โฆ , ๐
Solusi ๐ฅ adalah sebuah vektor ๐ variabel keputusan :
๐ฅ1 , ๐ฅ2 , โฆ , ๐ฅ๐
๐
.
Himpunan akhir kendala disebut batas variabel, membatasi setiap variabel keputusan (๐ฟ)
๐ฅ๐ untuk mengambil sebuah nilai dengan batas bawah ๐ฅ๐
(๐)
dan batas atas ๐ฅ๐ . Batas-
batas ini merupakan sebuah ruang variabel keputusan ๐, atau menyatakan ruang keputusan. Berhubungan dengan masalah tersebut, terdapat persamaan kendala. Istilah
๐๐ ๐
dan
๐๐ ๐
๐ฝ persamaan dan ๐พ
disebut fungsi kendala.
Universitas Sumatera Utara
21
Ketidaksamaan kendala dinyatakan sebagai jenis โ โฅ, =โ, walaupun jenis persamaan kendala โ โค. =โ juga dinyatakan dalam formula di atas. Sebuah solusi ๐ฅ yang tidak memenuhi semua kendala ๐ฝ + ๐พ dan semua batas variabel 2๐ yang dinyatakan di atas disebut solusi infisibel. Dengan kata lain, jika beberapa solusi ๐ฅ memenuhi semua kendala dan batas variabel, disebut sebagai solusi fisibel. Dengan demikian, disadari bahwa dalam kehadiran kendala, keseluruhan ruang variabel keputusan ๐ tidak harus fisibel. Himpunan semua solusi fisibel disebut daerah fisibel atau ๐ฎ.
Walaupun ada perbedaan yang signifikan dalam cara bahwa sebuah fungsi kriteria dan sebuah fungsi tujuan didefinisikan, dalam pandangan yang luas dinyatakan identik. Salah satu perbedaan menonjol antara single-objective dengan multi-objective adalah bahwa dalam optimasi multi-objective fungsi tujuan merupakan sebuah ruang multi-dimensional, dalam tambahan pada ruang variabel keputusan biasa. Ruang tambahan ini disebut ruang tujuan, ๐ต. Untuk setiap solusi ๐ฅ dalam ruang variabel keputusan, ada sebuah titik di dalam ruang tujuan dinyatakan dengan ๐ ๐ฅ = ๐ง = ๐ง1 , ๐ง2 , โฆ , ๐ง๐
๐
. Pemetaan terjadi antara ๐ โ dimensi vektor
solusi dan sebuah ๐ โ dimensi vektor tujuan.
Optimasi multi-objektive kadang-kadang mengacu pada optimasi vektor, karena sebuah vektor tujuan, sebagai ganti tujuan tunggal, dioptimalkan.
2.5.1.1
Masalah Optimasi Multi-Objective Linier dan Nonlinier
Jika semua fungsi tujuan dan fungsi kendala linier, hasil MOOP disebut program linier multi-objective. Seperti masalah pemrograman linier, program linier multiobjective juga memiliki banyak sifat. Akan tetapi, jika beberapa fungsi tujuan atau fungsi kendala adalah nonlinier, hasil masalah itu disebut masalah nonlinier multi-
Universitas Sumatera Utara
22
objective. Sayangnya, untuk teknik penyelesaian masalah nonlinier sering tidak memiliki bukti yang konvergen. Karena kebanyakan kenyataanya masalah optimasi multi-objective merupakan nonlinier pada dasarnya, tidak diasumsikan beberapa struktur khusus tujuan dan fungsi kendala di sini. ๐ฅ3
๐2 ๐ฅ2
๐1 ๐ฅ1 Gambar 2.3 Perwakilan hubungan dari ruang variabel keputusan dan ruang tujuan
2.5.1.2
Masalah Optimasi Konvex dan Nonkonvex
Definisi 2.1 Sebuah fungsi ๐ โถ โ๐ โถ โ merupakan fungsi konveks jika ada dua pasangan solusi ๐ฅ (1) , ๐ฅ (2) ๐ โ๐ , maka kondisi berikut adalah benar: ๐ ๐๐ฅ (1) + 1 โ ๐ ๐ฅ (2) โค ๐ ๐ ๐ฅ (1) + 1 โ ๐ ๐ ๐ฅ (2)
(2.9)
untuk semua 0 โค ๐ โค 1. Definisi di atas menimbulkan sifat fungsi konveks sebagai berikut: 1. Aproksimasi linier ๐ ๐ฅ pada suatu titik dalam interval ๐ฅ (1) , ๐ฅ (2) selalu menaksir terlalu rendah nilai fungsi sebenarnya. 2. Matriks hessian ๐ ๐ฅ adalah definit positif untuk semua ๐ฅ. 3. Untuk sebuah fungsi konveks, minimum lokal selalu merupakan minimum global. Gambar 2.3 mengilustrasikan sebuah fungsi konveks. Sebuah fungsi yang menyatakan persamaan yang ditunjukkan dalam persamaan (2.2) dengan tanda โ
โ
sebagai ganti tanda โ โ disebut sebuah fungsi nonkonveks. Untuk menguji jika sebuah
Universitas Sumatera Utara
23
fungsi adalah konveks dengan suatu interval, matriks hessian โ2 ๐ dihitung dan diperiksa kedefinitan positif pada semua titik di dalam interval tersebut. Salah satu cara memeriksa kedefinitan positif suatu matriks adalah menghitung nilai eigen matriks dan diperiksa untuk melihat apakah semua nilai eigen positif untuk menguji apakah sebuah fungsi ๐ adalah nonkonveks dalam sebuah interval, matriks hessian โโ2 ๐ diperiksa untuk mengetahui kedefinitan positif-nya. Jika matriks tersebut definit positif, fungsi ๐ adalah non-konveks. Adalah sangat menyenangkan menyadari bahwa jika sebuah fungsi ๐ ๐ฅ adalah nonkonveks, himpunan solusi memenuhi ๐ ๐ฅ โฅ 0 mewakili himpunan konveks. Jadi, ruang pencarian fisibel yang dibentuk dengan fungsi kendala nonkonveks akan melampirkan daerah konveks. โ๏ฌ ๐ ๐ฅ 1 + 1 โ ๏ฌ ๐(๐ฅ 2 )
๐(๐ฅ)
๐(๐ฅ 2 )
๐(๐ฅ 1 )
๐ฅ (1)
๏ฌ ๐ฅ (1) + 1 โ ๏ฌ ๐ฅ (2)
๐ฅ (2)
๐ฅ
Gambar 2.4 Ilustrasi fungsi convex Definisi 2.1.2 Sebuah masalah optimasi multi-objective adalah konveks jika semua fungsi tujuan konveks dan daerah fisibel konveks (atau semua persamaan kendala adalah nonkonveks dan kesamaan kendala adalah linier). Berdasarkan definisi ini, sebuah pemrograman linier multi-objective adalah masalah konveks.
2.6
Linear Fractional Programming
Universitas Sumatera Utara
24
Bidang dari Linear Fractional Programming (LFP), secara luas dikembangkan oleh seorang matematisi Hungaria B.Martos dan asosiasinya di tahun 1960an dengan memusatkan pada masalah optimisasi. Beberapa metode penyelesaian masalah ini disarankan tahun (1962), Charnes dan Cooper telah menyarankan metode mereka dengan bergantung pada transformasi ini (LFP) kepada ekivalen program linier. Metode yang lain disebut metode fungsi tujuan yang diperoleh dari Bitran dan Novaes (1973) digunakan menyelesaikan LFP dengan menyelesaikan barisan program linier dengan hanya menghitung kembali gradien lokal dari fungsi tujuan. Bentuk umum dari masalah LFP dapat dibuat sbb : Optimalkan ๐ ๐ฅ =
๐ ๐ ๐ฅ+ ๐ผ
(2.10)
๐ ๐ ๐ฅ+ ๐ฝ
Kendala ๐ด๐ฅ = ๐ ๐ฅ โฅ 0, dimana ๐ฅ, ๐ ๐ , ๐ ๐ , โ ๐
๐ , ๐ โ ๐
๐ , ๐ผ, ๐ฝ โ ๐
. Untuk beberapa nilai dari x, ๐ ๐ ๐ฅ + ๐ฝ mungkin akan sama pada nol tetapi disini kita mengambil hanya kasus ๐ ๐ ๐ฅ + ๐ฝ > 0. Jika mengambil lebih dari satu tujuan dalam masalah linear fractional programming yang umum, maka masalah dikenal sebagai masalah linear fractional programming multiobjektif. Secara matematika itu dapat ditulis sebagai Optimalkan ๐น ๐ฅ = ๐น1 ๐ฅ , ๐น2 ๐ฅ , ๐น3 ๐ฅ , โฆ , ๐น๐ ๐ฅ , Dimana ๐น๐ ๐ฅ =
๐๐ ๐ฅ ๐๐ ๐ฅ
=
๐๐๐ ๐ฅ+ ๐ผ ๐ ๐ ๐๐ ๐ฅ+ ๐ฝ๐
(2.11)
.
Juga, ๐๐ ๐ฅ = ๐๐๐ ๐ฅ + ๐ผ๐ , ๐๐ ๐ฅ = ๐๐๐ ๐ฅ + ๐ฝ๐ adalah nilai fungsi real dalam X, dimana
๐ = {๐ฅ โถ ๐ด๐ฅ โค, =, โฅ ๐, ๐ฅ โฅ 0, ๐ฅ โ ๐
๐ , ๐ โ ๐
๐ , ๐ด = ๐๐๐
๐๐ฅ๐
, ๐ผ๐ , ๐ฝ๐ โ
๐
} diasumsikan merupakan himpunan tak kosong-konvex terbatas dalam ๐
๐ , dan ๐๐๐ ๐ฅ + ๐ฝ๐ > 0 ๐ = 1,2, โฆ , ๐ , โ ๐ฅ โ ๐. 2.7
Pemrograman Bi-level Linear Multiobjektive Fraksional Linear
Universitas Sumatera Utara
25
Masalah Pemrograman bi-level dimana setiap pengambil keputusan mempunyai fungsi multiobjektif yang dapat memaximumkan dan dua pengambil keputusan dapat menentukan keputusan mereka secara bekerja sama. Sehingga masalah pemrograman bi-level linear multi-objektif diformulasikan sebagai berikut:
1 1 max๐๐๐ฃ๐๐ ๐๐ก๐๐ ๐11 ๐ฅ1 ๐ฅ2 = ๐11 ๐ฅ1 + ๐21 ๐ฅ2 โฆ 1 1 1 max๐๐๐ฃ๐๐ ๐๐ก๐๐ ๐๐ ๐ฅ1 ๐ฅ2 = ๐1๐ ๐ฅ1 + ๐2๐ ๐ฅ2
max๐๐๐ฃ๐๐ ๐๐๐ค๐ ๐ ๐12 max๐๐๐ฃ๐๐ ๐๐๐ค๐ ๐ ๐๐2
๐ฅ1 ๐ฅ2 = ๐ฅ1 ๐ฅ2 =
2 ๐11 ๐ฅ1 2 ๐1๐ ๐ฅ1
+ +
(2.11)
2 ๐21 ๐ฅ2 โฆ 2 ๐2๐ ๐ฅ2
Subject to ๐ด1 ๐ฅ1 + ๐ด2 ๐ฅ2 โค ๐, ๐ฅ1 , ๐ฅ2 โฅ 0 Dimana ๐ฅ1 ๐๐๐ ๐ฅ2 adalah dimensi ๐1 dan ๐2 , dimensi variabel vektor keputusan dari pengambil keputusan pada level atas dan level bawah secara berurutan, ๐๐1 ๐ฅ1 ๐ฅ2 , ๐ = 1,2, โฆ ๐1 dan ๐๐2 ๐ฅ1 ๐ฅ2 , ๐ = 1,2, โฆ ๐2 adalah fungsi tujuan ke-i dari pengambil keputusan pada level atas dan level bawah berturut-turut. ๐๐๐1 dan ๐๐๐2 merupakan dimensi ๐๐ konstanta baris vektor.
Diasumsikan bahwa ada dua tingkatan dalam struktur hirarki dengan pengambil keputusan tingkat pertama (FLDM) dan pengambil keputusan tingkat kedua (SLDM). Andaikan vektor variabel keputusan ๐ฅ = ๐ฅ1 , ๐ฅ2 โ ๐
๐ dipartisi antar kedua perencana. Pengambil keputusan tingkat pertama memiliki kontrol atas vektor ๐ฅ1 โ ๐
๐ 1 dan pengambil keputusan tingkat kedua ๐ฅ2 โ ๐
๐ 2 , dimana ๐ = ๐1 + ๐2 . Selanjutnya, asumsikan bahwa ๐น๐ ๐ฅ1 , ๐ฅ2 โถ ๐
๐ 1 ๐ฅ ๐
๐ 2 โ ๐
๐ 1 , ๐ = 1,2
(1.1)
adalah masing-masing vektor fungsi tujuan tingkat pertama dan tingkat kedua. Jadi masalah BL- MOLFP tipe minimisasi dapat dirumuskan sebagai berikut : Tingkat1 min๐ฅ 1 ๐น1 ๐ฅ1 , ๐ฅ2 = min๐ฅ 1 (๐11 ๐ฅ1 , ๐ฅ2 , ๐12 ๐ฅ1 , ๐ฅ2 , โฆ , ๐1๐ 1 (๐ฅ1 , ๐ฅ2 )), (1.2) dimana ๐ฅ2 menyelesaikan Tingkat 2
Universitas Sumatera Utara
26
min๐ฅ 2 ๐น2 ๐ฅ1 , ๐ฅ2 = min๐ฅ 2 (๐21 ๐ฅ1 , ๐ฅ2 , ๐22 ๐ฅ1 , ๐ฅ2 , โฆ , ๐2๐ 1 (๐ฅ1 , ๐ฅ2 )) (1.3) subject to ๐ฅ โ ๐บ = ๐ฅ = ๐ฅ1 , ๐ฅ2 โ ๐
๐ ๐ด1 ๐ฅ1 + ๐ด2 ๐ฅ2
โค = ๐, ๐ฅ โฅ 0, ๐ โ ๐
๐ โฅ
โ โ
(1.4)
dimana ๐๐๐ ๐ฅ1 ๐ฅ2 =
๐ ๐๐ ๐ฅ+ ๐ผ ๐๐
(1.5)
๐ ๐๐ ๐ฅ+๐ฝ๐๐
๐ = 1,2, โฆ , ๐1 , ๐ = 1 untuk fungsi tujuan pengambil keputusan tingkat pertama ๐ = 1,2, โฆ , ๐2 , ๐ = 2 untuk fungsi tujuan pengambil keputusan tingkat kedua Dan dimana ๐
๐
i.
๐ฅ1 = ๐ฅ11 , ๐ฅ12 , ๐ฅ13 , โฆ , ๐ฅ1 1 , ๐ฅ2 = ๐ฅ21 , ๐ฅ22 , ๐ฅ23 , โฆ , ๐ฅ2 2
ii.
G adalah serangkaian pilihan kendala layak convex bilevel
iii.
๐1 adalah jumlah fungsi tujuan tingkat pertama,
iv.
๐2 adalah jumlah fungsi tujuan tingkat kedua,
v.
m adalah jumlah kendala,
vi.
๐ด๐ โถ ๐ ร ๐1 matriks, i = 1, 2,
vii.
๐๐๐ , ๐๐๐ โ ๐
๐ , ๐๐๐ ๐ฅ + ๐ฝ๐๐ โฅ 0 untuk semua ๐ฅ โ ๐บ
viii.
๐ฝ๐๐ , ๐ผ๐๐ adalah konstanta
Universitas Sumatera Utara