BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Manajemen Operasi Manajemen atau pengelolaan dari sistem atau proses penciptaan barang dan/atau menyediakan jasa (Stevenson, 2009). Menurut Krajewski, Ritzman dan Maholtra mengemukakan bahwa manajemen operasi adalah “The systematic design, direction and control of processes that transform inputs into services and products for internal, as well as external, customers.” (2007,p.4). Bila digambarkan proses yang dijalankan perusahaan adalah mengubah input menjadi output, dan untuk dapat berjalan dengan baik perlu dikelola. Menurut Richard L. Daft (2006:216) Manajemen operasi adalah ”Bidang manajemen yang mengkhususkan pada produksi barang, serta menggunakan alat-alat dan tekhnik-tekhnik khusus untuk memecahkan masalah-masalah produksi.”Operasional berasal dari kata operasi yang mempunyai arti menurut Subagyo (2000:1) ialah “kegiatan untuk mengubah bentuk untuk menambah manfaat atau menciptakan manfaat baru dari suatu barang atau jasa. Berikut sepuluh keputusan manajemen operasional yang mendukung misi dan menerapkan strategi: a. Perancangan barang dan jasa. Perancangan barang dan jasa menetapkan sebagian besar proses transformasi yang akan dilakukan. Keputusan biaya, kualitas dan sumber daya manusia bergantung pada keputusan perancangan. b. Kualitas Ekspektasi pelanggan terhadap kualitas harus ditetapkan, peraturan dan prosedur dibakukan untuk mengidentifikasi serta mencapai standar kualitas tersebut. c. Perancangan proses dan kapasitas. Keputusan proses yang diambil membuat manajemen mengambil komitmen dalam hal teknologi, kualitas, penggunaan sumber daya manusia dan pemeliharaan yang spesifik. 13
14
d. Komitmen pengeluaran dan modal ini akan menentukan struktur biaya dasar suatu perusahaan. e. Pemilihan lokasi. Keputusan lokasi organisasi manufaktur dan jasa menentukan kesuksesan perusahaan. f. Perancangan tata letak. Aliran bahan baku, kapasitas yang dibutuhkan, tingkat karyawan, keputusan teknologi dan kebutuhan persediaan mempengaruhi tata letak. g. Sumber daya manusia dan rancangan pekerjaan. Manusia merupakan bagian
yang
integral
dan
mahal
dari
keseluruhan
rancang
sistem.Karenanya, kualitas lingkungan kerja diberikan, bakat dan keahlian yang dibutuhan, dan upah yang harus ditentukan dengan jelas. h. Manajemen rantai pasokan. Keputusan ini menjelaskan apa yang harus dibuat dan apa yang harus dibeli. i. Persediaan Keputusan persediaan dapat dioptimalkan hanya jika kepuasan pelanggan, pemasok, perencanaan produksi dan sumber daya manusia dipertimbangkan. j. Penjadwalan.Jadwal produksi yang dapat dikerjakan dan efisien harus dikembangkan. k. Pemeliharaan.Keputusan harus dibuat pada tingkat kehandalan dan stabilitas yang diinginkan. Jadi, manajemen operasi adalah suatu bentuk dari pengelolaan yang optimal dan menyeluruh serta melingkupi beberapa masalah antara lain adalah tenaga kerja, produk yang dapat dijadikan sebagai produk dalam bentuk jasa atau barang yang dapat memberikan keuntungan, dan juga barang barang di antaranya adalah peralatan, mesin dan juga barang barang mentah.
15
2.2. Manajemen Persediaan Manajemen persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya digunakan dalam proses produksi
atau perakitan,
untuk dijual kembali, atau untuk
suku
cadang dari suatu peralatan atau mesin. Persediaan dapat berupa bahan mentah, bahan baku, barang dalam proses, barang jadi ataupun suku cadang. Bisa dikatakan tidak ada perusahaan yang beroperasi tanpa persediaan, meskipun persediaan hanyalah suatu sumber dana yang menganggur, karena sebelum persediaan digunakan berarti dana yang terikat didalamnya tidak dapat digunakan untuk keperluan yang lain. Begitu
pentingnya
persediaan
ini
sehingga
para
akuntan
memasukannya dalam neraca sebagai salah satu bagian dari aktiva lancar. Sebagai salah satu asset penting dalam perusahaan, karena biasanyamemiliki nilai yang cukup besar serta mempunyai pengaruh terhadap besar kecilnya biaya operasi perencanaan dan pengendalian persediaan merupakan suatu kegiatan penting yang mendapat perhatian khusus dari manajemen perusahaan. Setiap bagian dalam perusahaan dapat memandang persediaan dari berbagai sisi yang berbeda. Bagian pemasaran misalnya, menghendaki tingkat persediaan yang tinggi agar dapat melayani permintaan pelanggan sebaik mungkin. Bagian pembelian cenderung untuk membeli barang dalam jumlah yang besar dengan tujuan untuk memperoleh diskon sehingga harga per unit menjadi lebih rendah. Demikian juga bagian produksi, menghendaki tingkat persediaan yang besar untuk mencegah terhentinya produksi karena kekurangan bahan. Di pihak lain, bagian keuangan memilih untuk memiliki persediaan ya ng serendah mungkin agar dapat memperkecil investasi dalam persediaan dan biaya pergudangan.
16
Sistem
pengendalian
persediaan
dapat
didefinisikan
sebagai
serangkaian kebijakan pengendalian untuk menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan pesanan untuk menambah persediaan harus dilakukan dan berapa pesanan harus diadakan.Sistem ini menentukan dan menjamin tersedianya persediaan yang tepat dalam kuantitas dan waktu yang tepat. Mengendalikan persediaan yang tepat bukan hal yang mudah. Apabila jumlah persediaan terlalu besar mengakibatkan timbulnya dana menganggur yang besar
(yang tertanam
dalam
persediaan),
meningkatkan
biaya
penyimpanan dan risiko kerusakan barang yang lebih besar. Namun, jika persediaan terlalu sedikit mengakibatkan risikoterjadinya kekurangan persediaan (stockout) karena seringkali bahan/ barang tidakdapat didatangkan secara mendadak dan sebesar yang dibutuhkan, yang menyebabkan terhentinya proses produksi, tertundanya penjualan, bahkan hilangnya pelanggan.
Sebagaimana
keputusan
manajemen
operasi
lainnya,
kebijaksanaan yang paling efektif adalah dengan mencapai keseimbangan diantara berbagai kepentingan dalam perusahaan. Pengendalian persediaan harus dilakukan sedemikian rupa agar dapat melayani kebutuhan bahan/barang dengan tepat dan biaya yang rendah.
2.2.1. Pengelompokkan Bahan Menurut (Koesmawan dan Sobarsa, 2014, hal.20) untuk keperluan analisis dan pengawasan, bahan-bahan dibagi ke dalam empat kelompok, yaitu: 1. Kelompok bahan baku (raw material) Bahan-bahan yang belum diolah . bahan ini berhubungan langsung dengan produk akhir yang akan dihasilkan. Misalnya bahan baku kulit untuk membuat sepatu kulit, tas kulit, atau jaket kulit. Kayu untuk membuat meja, lemari, rumah dan sebagainya. Selain berhubungan dengan produk akhir, penggunaanya bisa diukur, seperti 10m2 kulitdigunakan untuk membuat 100 buah sepatu, 10 m2 kain satin untuk membuat pakaianpengantin, untuk membuat sebuah celana panjang laki-
17
diproses menjadi barang jadi. Jumlah bahan baku yang harus dikelola perusahaanakan tergantung kepada : a. Jumlah pemakaian. b. Jumlah investasi dalam (nilai) persediaan. c. Karakteristik fisik bahan baku. d. Lead time (tenggang waktu antara saat pemesanan dengan penerimaan barang). 2. Barang setengah jadi (work in process) Bahan-bahan yang telah melakukan pengolahan tapi masih memerlukan pengolahan lanjutan untuk menjadi produk akhir. Bahan setengah jadi juga timbul karena waktu pengolahan yang belum terpenuhi, seperti memasak produk yang baru satu jam padahal seharusnya dua jam, sehingga kalau diangkat masih berupa produk setengah jadi. Karakteristik dari barang dalam proses adalah : a. Suatu bentuk “peningkatan nilai” b. Nilainya tergantung kepada nilai bahan baku, biaya tenaga kerja, lamanyadan tingkat kerumitan proses produksi. c. Merupakan komponen jenis persediaan yang paling tidak likuid 3. Supplies Bahan-bahan yang tidak berhubungan langsung dengan produk yang dihasilkan, tapi memperlancar proses produksi. Misalnya di dalamnya adalah alat-alat tulis kantor (ATK). Bahan-bahan ini tidak proses produksi, karena kalau tidak ada bahan bakar, mesin tidak akan jalan. Demikian juga kalau tidak ada kertas tulis, pulpen, pensil, tinta dan lainnya untuk membuat laporan produksi atau untuk mengajukan penawaran, perusahaan tidak akan jalan walaupun bahan lain tersedia. Dengan demikian ATK, bahan bakar minyak, pelumas dan lain sebagainya disebut sebagai bahan yang tidak langsung. 4. Bahan jadi (finished good) Bahan-bahan yang telah melalui tahapan akhir dari pengolahan. Bahan ini disebut juga sebagai produk jadi. Produk ini siap dikirim ke konsumen untuk dipakai langsung atau diolah lagi menjadi bentuk lain. Jadi, bahan jadi merupakan persediaan barang yang telah selesai diproses
18
perusahaan tetapi masih belum terjual. Keberadaan dari barang jadi dipengaruhi oleh : a. Sales Forecast. b. Likuiditasnya. c. Karakteristik fisiknya
2.3.
Analisis A B C (Always Better Control) Menurut (Johannes Supranto, 2013 : 391-395) Salah satu langkah
terpenting dalam inventory ialah melakukan suatu pendekatan secara selektif di dalam
menentukan
tingkat
inventori
sekaligus
perluasan
pelaksanaan
pengawasan atau control. Dengan ratusan atau bahkan ribuan jenis bahan mentah dan suku cadang yang diperlukan untuk mempertahankan produksi, inventory control mengecil berubah menjadi suatu persoalan analisis. Pemecahan praktis dan yang sangat berguna adalah analisi ABC atau proportionate analysis (ABC merupakan singkatan dari Always Better Control). Analisis ABC untuk pertama kali diintroduksikan oleh General Electric Company di Amerika Serikat, beberapa tahun yang lampau. Telah diketemukan bahwa sebagian besar inventori, lebih kurang 10% merupakan 70% sampai dengan 80% dari nilai inventori yang dipergunakan secara tahunan (annual inventory usage) sedangkan relatif kecil, katakan 5% merupakan 70% dari nilai inventori. tipe penggunaan inventori semacam ini ditunjukkan dalam Gambar 2.1. Gambar 2.1 di bawah menunjukkan bahwa: 1. Tipe barang kategori A, hanya sekitar 10% banyaknya, merupakan 15% dari seluruh nilai penggunaan tahunan 2. Tipe barang kategori B, hanya sekitar 20% banyaknya merupakan 15% dari seluruh nilai penggunaan tahunan 3. Tipe barang kategori C, meliputi sekitar 70% banyaknya merupakan sekitar 10% dari seluruh nilai pengguna tahunan
19
Berikut ini adalah 6 langkah yang harus diperhatikan di dalam analisis ABC : 1. Cari biaya per unit untuk setiap barang yang diproduksi atau dibeli untuk keperluan persediaan (inventory). 2. Cari penggunaan dalam unit untuk setiap barang (selama satu bulan, triwulan atau satu tahun) atau ramalkan penggunaan untuk waktu yang akan datang. 3. Kalikan biaya per unit dengan penggunaan untuk memperoleh nilai penggunaan neto selama waktu tertentu. 4. Urutkan barang-barang tersebut mulai nilai yang terbesar hingga yang terkecil (lihat table 2.1), untuk periode tertentu. 5. Banyaknya barang dan nilainya diakumulasikan dalam persentase (lihat table 2.1). 6. Secara kasar, bagi daftar nilai tersebut menjadi 3 kelompok. Kelompok A terdiri dari barang-barang yang persentase penggunaannya tinggi, kelompok B terdiri dari barang-barang yang persentase penggunaanya medium, dan kelompok C terdiri dari barang-barang yang persentase penggunaanya rendah. Apa yang sebenarnya yang dimaksud dengan penggunaan tinggi, medium dan rendah.
Gambar 2.1 Analisis ABC
20
Nilai penggunaan tinggi : barang-barang dari kelompok A meliputi 70% sampai dengan 75% dari nilai penggunaan inventori. Nilai penggunaan medium : barang-barang dari kelompok B meliputi 15 sampai dengan 20% dari nilai pengguna inventori. Nilai penggunaan rendah : barang-barang dari kelompok C merupakan sisanya (10%). Manfaat dari analisis ABC terletak pada kemampuannya untuk mengontrol secara selektif terhadap barang-barang dan sangat membantu dalam usaha mengonsentrasikan perhatian pada barang-barang yang memang paling tinggi nilai penggunaanya. Analisis ABC sangat membantu di dalam mempelajari dan mengisolasi high density areas untuk produk, tenaga kerja, mesin guna mengakses kontribusinya terhadap biaya, laba/keuntungan dan kemacetan (bottle-necks). Menurut jurnal Taufiq Aji, Niezar Moch. Evannaza (2011:12-13) melakukan klasifikasi perencanaan persediaan menggunakan dua kriteria yaitu kriteria biaya dan tingkat pemakaian tanpa memperhatikan bobot prioritas
masing-masing
kriteria.
Pendekatan
multikriteria
yang
mempertimbangkan bobot masing-masing kriteria, dimana klasifikasi dilakukan dengan menentukan prioritas berdasarkan rasio kekritisan sparepart. Penentuan rasio kekritisan dilakukan dengan menghitung mengalikan skor masing-masing sparepart pada tiap-tiap kriteria dengan nilai bobot kriteria, dimana kriteria dimaksud merupakan aspek-aspek yang mempengaruhi tingkat kepentingan sparepart pemeliharaan tersebut. Selain tingkat kekritisan, pengelompokan sparepart dapat dilakukan dengan pendekatan Pareto menggunakan pendekatan Analisis ABC. Sparepart paling penting (biasanya berjumlah sedikit) yang paling mempengaruhi proses diberikan derajat klasifikasi tertinggi (A), diikuti oleh part-part lainnya. Salah satu alasan penggunaan Analisis ABC untuk pengelompokan adalah kemudahan dalam penerapan serta berguna bagi perusahaan dalam menentukan kebijakan-kebijakan terkait pengendalian persediaan pemeliharaan. Penelitian ini membahas model klasifikasi persediaan sparepart menggunakan analisis ABC dengan pendekatan multikriteria. Pendekatan ini digunakan untuk mendapatkan hasil klasifikasi yang akurat dan memenuhi kebijakan perusahaan.
21
2.4.
Pengendalian Input-Output Menurut (Soemarno,2011) tujuan umum pengendalian input-output
ialah menjelaskan besaran aliran antar industri dalam hubungannya dengan tingkat produksi dalam setiap sektor. Satu aspek yang sangat penting dalam perekonomian yaitu hubungan antar industri. Hubungan ini bersifat saling ketergantungan satu dengan yang lain. Hasil produksi satu macam produksi berarti bahan dasar bagi industri lain, atau dengan kata lain, keluaran industri ini merupakan masukan bagi industri k. Oleh karena itu perubahan pada suatu industri akan berpengaruh pada industri yang lainnya. Perubahan input akan menyebabkan perubahan output, yang berarti perubahan masukan bagi industri lain, dan dengan demikian secara berantai pengaruh ini akan dirasakan oleh industri yang saling berkaitan tadi. Dari hubungan seperti ini jelas terlihat adanya pengaruh timbal balik. Hubungan inilah yang disebut sebagai hubungan Input- Output. Pengaruh perubahan dalam satu industri pada industri lain akan bergerak secara berantai. Hubungan ini dapat dikalsifikasikan menjadi tiga macam, yaitu : 1.
Hubungan Langsung, adalah pengaruh yang secara langsung dirasakan oleh sektor yang menggunakan input dari output sektor yang bersangkutan. Misalnya, Kalau industri konveksi menaikkan produksinya menjadi dua kali lipat maka permintaan akan benang, tekstil, dan kancing juga akan naik lebih kurang dua kali lipat. Kenaikan industri tekstil pasti akan berpengaruh terhadap industri lainnya, seperti pengangkutan.
2.
Hubungan tidak langsung, adalah pengaruh terhadap industri yang outputnya tidak digunakan sebagai input
bagi keluaran industri yang
bersangkutan. Misalnya, pengaruh industri konveksi terhadap industri jasa pengangkutan. 3.
Hubungan Sampingan, adalah pengaruh tidak langsung yang lebih panjang lagi jangkauannya daripada pengaruh langsung tersebut di atas. Misalnya,
Peningkatan
rproduksi
sektor
industri
tertentu
akan
meningkatkan pendapatan buruh industri, atau peningkatan jumlah buruh yang berarti pula peningkatan sejumlah buruh tersebut. Dengan
21
epeningkatan ependapatan ini maka permintaan atau kebutuhan beras dapat
naik.
Banyak perusahaan mengalami kesulitan dalam penjadwalan (yaitu: mencapai volume yang efektif) karena mereka membebani proses produksi secara berlebihan. Hal ini sering terjadi karena perusahaan tidak mengetahui kinerja pusat kerja sesungguhnya. Penjadwalan yang efektif bergantung pada penyesuaian jadwal dengan kinerja. Ketiadaan pengetahuan akan kapasitas dan kinerja menyebabkan volume produksi yang berkurang. Pengendalian unput-output (input-output control) adalah sebuah teknik yang membuat karyawan operasi dapat mengelola aliran fasilitas kerja. Jika pekerjaan tiba lebih cepat daripada sedang diproses, maka fasilitas tersebut dibebani secara berlebihan dan terjadi backlog. Pembebanan yang berlebihan menyebabkan kepadatan dalam fasilitas yang mengakibatkan timbulnya masalah inefiseinsi dan kualitas. Jika pekerjaan tiba lebih lambat dibandingkan dengan pekerjaan yang sedang diproses, maka fasilitas kurang terbebani dan pusat kerja bisa kekurangan pekerjaan. Fasilitas yang kurang terbebani menghasilkan kapasitas yang kosong dan pemborosan sumber daya. Pengendalian input-output adalah sebuah sistem yang menjadikan karyawan operasi dapat mengelola aliran fasilitas kerja dengan menambahkan pekerjaan pada sebuah pusat kerja dan pekerjaan tersebut terselesaikan. Dalam
pengendalian
input-output
ada
hubungannya
dengan
pengelompokkan bahan dimana hal ini penting untuk biaya perusahaan. Untuk keperluan penentuan biaya produksi (production cost), bahan-bahan dikelompokkan menjadi : 1. Bahan baku 2. Bahan setengah jadi (termasuk spare part) 3. Bahan jadi
Input
CONVERTION PROCESS
Output
22
Gambar 2.2 Model Persediaan
23
2.4.1.
Titik Rawan Persediaan Nilai persediaan dalam perusahaan bisa mencapai 50% dari seluruh modal yang diinvestasikan. Karena nilainya begitu besa, beralasan sekali kalau persediaan harus dikendalikan. Persediaan yang besar akan menimbulkan resiko seperti biaya sewa gudang, asuransi, kadaluarsa, kehilangan atau resiko lainnya. Persediaan yang kecil juga menimbulkan resiko, misalnya proses produksi terhenti karena bahan baku habis (tidak mencukupi). Kalau tidak berproduksi konsumen akan kecewa. Kalau hal ini sampai terjadi, konsumen akan lari kepada pesaing, dan perusahaan akan kehilangan pelanggan. Padahal kelangsungan hidup perusahaan tergantung kepada pelanggannya. Dalam kaitannya dengan pengendalian, beberapa kegiatan kritis harus diperhatikan antara lain pada: 1. Saat proses pembelian bahan (purchasing process) 2. Saat pesanan tiba di gudang (incoming transportation) 3. Saat penyimpanan dalam proses produksi 4. Saat pemindahan dalam pengolahan 5. Saat pencatatan dan perhitungan 6. Saat penggudangan dan pendistribusian 7. Saat pengiriman ke pelanggan Titik-titik itu harus diperhatikan karena kemungkinan terjadinya madalah persediaan adalah besar sekali. Masalah itu terjadi misalnya karena ada kebocoran. Untuk memperkecil kebocoran tersebut adalah dengan melalui pencatatan yang akurat. Keakuratan pencatatan ini sangat penting, karena ada kaitannya dengan kegiatan stock opname yang akan dibabarkan kemudian.
23
2.4.2.
Pembelian Bahan Pembelian merupakan faktor yang kritis dalam kegiatan pengadaan
bahan-bahan
karena
diperoleh
dengan
cara
menukarkannya dengan uang. Secara ekstrim ada dua jenis barang yang dibeli yaitu bahan yang bernilaitinggi (high value items) dan yang bernilai rendah (low value item). Bagian pembelian harus akan dilakukan secara terus menerus. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah jaminan kualitasnya, kuantitas, ketepatan waktu kedatangan, spesifikasi teknisnya, kontrak kerja, cara-cara pengiriman, dan hal-hal lainnya. Secara garis besar tanggung jawab bagian pembelian adalah: a. Mengidentifikasi dan mencari sumber-sumber pasokan b. Memilih supplier dan melakukan negosiasi c. Memelihara hubungan dengan pedagang d. Mengevaluasi supply demand secara makro e. Mempelajari biaya antara membeli dan membuat f. Memlihara data base yang berkaitan dengan pembelian bahanbahan Dalam pembelian bahan-bahan yang beraneka ragam, perusahaan tidak cukup mengandalkan hanya beberapa supplier, tapi bisa mencapai ratusan bahkan ribuan. General Motor misalnya memiliki 3,500 supplier untuk mendukung operasionalny, demikian juga dengan Toyota yang memiliki 250 supplier. Dalam perkembangan selanjutnya
sedikit
supplier
lebih
diminati
karena
dianggap
memudahkan koordinasi dan komunikasi, dan lebih konsisten dalam jumlah, kualitas dan waktu. Sehingga menekan jumlah barang direject, dan menekan jumlah persediaan. Secara keseluruhan variable-variabel yang dianggap penting dalam mempertimbangkan rekanan (supplier) adalah: 1. Harga bahan 2. Ketepatan waktu penyerahan
24
3. Ketepatan jumlah yang dipesan. 4. Ketepatan kualitas dengan standard yang diminta 5. Pelayanan 6. Pemeliharaan setelah barang diterima 7. Dukungan teknisi 8. Dukungan financial 9. Persyaratan jual-beli Dalam lembaga-lembaga pemerintah seperti BUMN, departemen, angkatan bersenjata atau TNI, kepolisian, pembelian bahan ini ditangani oleh unit pengadaan tersendiri disebut sebagai unit layanan pengadaan (ULP). Bukan hanya pengadaan barang saja tetapi juga pengadaan jasa, seperti jasa konstruksi, atau jasa konsultan. Jumlah kegiatan pembelian ini sangat besar karena mencakup seluruh wilayah Indonesia. 2.4.3.
Stock Opname Stock-oponame
adalah
kegiatan
pemeriksaan
untuk
mencocokan antara kondisi fisik (secara nyata) dengan yang tertera dalam pencatatan. Semua asset perusahaan terutama yang tangible sperti kendaraan, alat-alat kantor, alat-alat tulis, sparepart, bhan baku, utang-piutang, uang kas, dan sebagainya semuanya harus tercatat rapih dan tersimpan dalam file data. Semuanya mencerminkan kekayaan perusahaan didalam catatan, tetapi semua yang tertulis itu hanya cermin atau gambaran saja. Apakah tulisan itu sesuai dalam kenyataannya, harus diakurkan atau dicocokan dengan keadaan yang sebenarnya, secara fisik. Kegiatan pencocokan inilah yang disebut dengan stock-opname. Manfaat stock-opname ini sangat berguna bagi perusahaan karena: 1. Untuk mencocokan besarnya asset perusahaan yang tertulis dengan kenyataan yang sebenarnya. 2. Untuk mengetahui ada tidaknya perubahan terjadi pada kegiatan operasi perusahaan.
25
3. Untuk mendeteksi sedini mungkin terjadinya penyimpangan pada kegiatan operasional. 4. Untuk mengetahui siapa yang harus bertanggung jawab kalau terjadi penyimpangan. 5. Untuk melakukan perbaikan dengan segera dalam hal kebijakan kalau terdapat perbedaan antara pencatatan dan faktanya. 6. Sebagai alat pengawasan yang sangan efektif untuk menghindari penyelewengan. Kegiatan stock-opnamesangat penting, tetapi justru diabaikan oleh para pengusaha di Indonesia. Dalam perusahaan Jepang kegiatan stock-opname dilakukan setiap akhir bulan yaitu setiap tanggal 1 (satu) jam 8 (delapan) pagi. Kegiatan ini dilakukan secara serempak diseluruh bagian oleh seluruh pimpinan dari mulai presiden direktur hingga manajer paling bawah. Sebelum stock-opname, persiapan dilakukan sehari sebelum tanggal 1, yaitu pada tanggal 30 atau tanggal 31 atau tanggal 27 untuk bulan Februari. Persiapan ini sangat sibuk karena setiap bagian harus mempersiapkannya dengan baik. Tepat jam 8, semua pimpinan turun ke lapangan, mulai dari presiden direktur hingga manajer paling bawah. Mereka mengawasi pelaksanaan stock-opname. Karena persiapan dilakukan secara rapih sehari sebelumnya dan dilakukan secara serempak di seluruh bagian, kegiatan stock-opname hanya berlangsung kurang dari satu jam. Atas dasar stock-opname ini, asset perusahaan yang sebenarnya bisa diketahui tepat jam 8 tanggal 1 tersebut. Berapa jumlah persediaan, berapa jumlah tagihan, berapa jmlah uang kas, dan sebagainya. Kalau ada ketidakcocokan dengan catatan sehari-hari dicari penyebabnya kenapa ada penyimpangan. Dengan cara seperti ini penyimpangan yang sangat fatal bisa dihindari.
28
28
2.5.
Kerangka Pemikiran
Data PT Fukumeru Indonesia
Analisis ABC
Pengendalian Input Output
(Always Better Control)
(Input Output Control)
Klasifikasi yang akurat dan memenuhi kebijakan
Ketersediaan komponen serta seluruh transaksi persediaan
perusahaan.
Penetapan persediaan secara optimal dari sudut klasifikasi dan jumlah persediaan
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran
28