BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Internet, Intranet , dan Ekstranet Menurut Dave Chafffey (2009, p.109), Internet merujuk kepada jaringan fisik yang terkoneksi ke komputer degan komputer lain secara globalyang terdiri dari jaringan infrastruktur jaringan server dan jalur komunikasi antara keduanya yang digunakan untuk mengirimkan informasi antara komputer klien atau pengguna dan web server. Menurut O’Brien (2010, p.221), Intranet merupakan suatu jaringan yang menyediakan portal informasi perusahaan untuk aplikasi dan kolaborasi, operasi bisnis dan manajemen, serta portal manajemen, sedangkan menurut Stairs dan Reynolds (2010, p.15), intranet merupakan suatu jaringan yang berada didalam internal perusahaan dimana teknologi yang berbasiskan web menyediakan tempat untuk bertukar informasi didalam internal perusahaan. MenurutStairdanReynolds(2010,
p.15),
extranetmerupakansuatujaringan
yang berbasis pada suatu website yang memungkinkan pihak external perusahaan seperti mitra bisnis untuk mengakses sumber yang berada dalam intranet perusahaan. Dari beberapa pengertian diatas dapat diketahui bahwa Internet merupakan suatu koneksi yang dapat menghubungkan setiap server dan kompter yang berada di seluruh dunia dengan menggunakan media elektronik yang memungkinkan pertukaran data.Intranet dapat diartikan bahwa suatu jaringan lokal yang hanya menghubungkan jaringan yang memiliki jangkauan terbatas, sedangkan Extranet merupakan jaringan yang dapat menghubungkan dua perusahaan dapat terhubung dan memasuki tiap domain.
2.2 Manajemen Dan Sistem Informasi 2.2.1 Manajemen Menurut Anton (2010, p. 13), Manajemen adalah ilmu dan seni yang mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia secara efektif, dengan
9
10 didukung oleh sumber-sumber lainnya dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan. Menurut Anton (2010, p. 28-19) fungsi-fungsi manajemen terdiri dari atas hal berikut : 1. Planing: Suatu usaha atau upaya untuk merencanakan kegiatan yang akan dilakasanakan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan ini dituangkan dalam bentuk konsep atau suatu progam kerja . 2. Organizing: Kegiatan yang meliputi penepatan struktur, tugas dan kewajiban fungsi pekerjaan, dan hubungan antarfungsi. 3. Staffing: Penempatan pekerjaan atau jabatan karyawan perusahaan, termasuk
perekrutan
karyawan,
pemenfaatan,
pelatihan,
pendidikan, dan pengembangan sumber daya alam karyawan tersebut dengan efektif. 4. Directing: Pengarahan, interinsik yang merupakan bagian dari aktivitas kepemimpinana seorang manajer. Directeringmerupakan bagian dari otoritas direktur dalam memberikan bimbingan, motifasi, dan teladan bagi karyawan sehingga semua kinerja perusahaan berjalan dengan baik sesuai target yang hendak dicapai. 5. Coordinating: Pengoordinasian semua unsur manajerial sehingga menjadi sebuah sistem yang terintegrasi. Sistem yang terintegrasi yang dimaksud adalah senantiasa mempertahankan hubungan sinkronitasseluruh kegiatan, keselarasan, sistematika, dan tidak berat sebelah atau adanya overlapping kegiatan di satu sisi, sedangkan di sisi lain hampa kegiatan. 6. Controling: Evaluasi terhadap seluruh sehingga selama perjalanan kegiatan, kelemahan akan diketahui dengan cepat dan sesegera mungkin dikoreksi. Dari beberapa pengertian mengenai manajemen, dapat disimpulkan jika manajemen merupakan ilmu yang mengatur dan menjalankan prinsip organisasi yang meliputi kegiatan pengoperasian karyawan serta kegiatan bisnis perusahaan.
11 2.2.1.1 Manajemen Operasional Menurut Deitiana (2011, p.1-2) Manajemen Operasi membahas bagaimana membangun dan mengelola operasi suatu organisasi mulai dari perencanaan sistem operasi, perancangan sistem operasi hingga pengendalian sistem operasinya.Menurut Deitiana (2011, p.2-3), fungsi operasi dalam organisasi 1.
Fungsi Pemasaran Fungsi ini membuat adanya permintaan atau paling tidak mendapatkan pesanan untuk pembuatan barang dan jasa.
2.
Fungsi Produksi Fungsi ini menghasilkan produk yang nantinyaakan dipasarkan oleh perusahaan.
3.
Keuangan Fungsi ini memantau apakah perusahaan berjalan dengan baik, membayar seluruh tagihan dan mencari sumber dana.
2.2.2 Sistem Informasi Menurut Turban dan Linda Volonino (2011, p.59), Data merupakan suatu bahan mentah yang berisikan deskripsi mengenai produk, konsumen, aktifitas, dan transaksi yang direkam, diklasifikasikan, serta disimpan oleh perusahaan dan dapat dijadikan aset . Menurut O’Brien (2010, p.26), Sistem didefinisikan sebagai suatu hubungan antara beberapa komponen, dengan jelas mendefinisikan batasan(boundary), dapat mencapai suatu tujuan dengan menggunakan input dan memproduksi output dalam proses transformasi perusahaan. Menurut O’Brien (2010, p.4), Informasi merupakan suatu data yang telah diproses, dikelola, ataupun telah diubah kedalam bentuk yang telah memiliki arti dan nilai untuk dapat diterima oleh orang lain. Menurut O’Brien (2010, p.4), Sistem Informasi merupakan kombinasi yang terorganisasi antara manusia, perangkat keras, perangkat lunak, jaringan komunikasi, sumber data, dan peraturan dalam prosedur yang menyimpan, mengambil, merubah, serta menyebarkan informasi ke dalam organisasi.
12 Menurut Stairs dan Reynolds (2010, p.15), Sistem Informasi memiliki empat fungsi dasar, yakni :
Sumber : Stairs dan Reynolds (2010, p.16) Gambar 2.1 Fungsi Sistem Informasi 1.
Input Merupakan pengambilan data mentah yang belum diolah, data dan informasi mengenai transaksi bisnis diambil dengan meggunakan metode Point-Of-Sale (POS) ataupun dengan website dan diterima dengan peralatan elektronik.
2.
Proccessing Data diubah dan ditransformasikan, dikonfersi, dan dianalisa untuk disimpan ataupun untuk di transfer ke peralatan lain.
3.
Output Data, informasi, dan laporandi distribusikan ke bentuk digital, ataupun berupa hardcopy, suara, atau berupa media lainnya.
4.
Feedback Umpan balik berupa suatu pengendalian dan pengawasan kegiatan operasional. Dalam feedbackini berisikan perubahan dalam data input dan data yang proses.
Tipe Sistem Informasi menurut O’Brien (2010, p.13-14) ada 2, yakni: 1.
Operation Support Systems Operation Support Systems digunakan dalam memproses data mengenai output untuk kegunaan internal maupun external perusahaan, seperti untuk keperluan transaksi, proses kontrol, ataupun kolaborasi yang digunakan untuk menambah kemampuan tiap grup perusahaan untuk berkomunikasi satu sama lain.
13 2.
Management Support Systems Management Support Systems menyediakan informasi berupa laporan dan ditampilkan untuk manajer dan para pebisnis professional.
Dari beberapa sumber, dapat diambil kesimpulan bahwa sistem informasi merupakan suatu kumpulan dari informasi dari setiap data yang dikumpulkan melalui media teknologi yang memiliki nilai dan arti yang nantinya dapat membantu jalannya proses bisnis organisasi.
2.3 LAN,MAN, dan WAN Menurut O’Brien (2010, p.229), Local Area Network merupakan suatu koneksi komputer dan informasi lainnya yang memproses alat dalam area fisik yang terbatas, seperti di kantor, ruangan kelas, gedung, area manufaktur ataupun tempat lainnya. MenurutStairdan
Reynolds(2010,
p.237),
Metropolitan
Area
Networkmerupakan suatu jaringan telekomunikasi yang dapat mengoneksikan setiap peralatan komunikasi dalam suatu geografi area yang dibatasi kota ataupun jaringan lain. Menurut O’Brien (2010, p.229), WAN (Wide Area Network) merupakan suatu jaringan yang mengkover dengan skala besar seperti kota, WAN biasa digunakan perusahaan untuk mengirim dan menerima informasi antar karyawan, pelanggan, supplier, dan organisasi lain antar kota, negara, bahkan dunia.
2.3.1 Router, Switch, dan Firewall Menurut Cisco (2011), Router merupakan peralatan jaringan yang digunakan untuk membagi jaringan dengan melanjutkan paket-paket dari satu jaringan ke jaringan yang lain.Didalam router berisi table-tabel informasi internal yang disebut label routering yang melakukan pencatatan terhadap semua alamat jaringan yang diketahui dan lintasan yang mungkin dilalui. Menurut Cisco (2011), Switch merupakan perngkat yang berfungsi untuk memperluas suatu segmen jaringan, selain itu juga berfungsi sebagai port forwarding yang meneruskan paket data.
14 Menurut Cisco (2011), Firewall merupakan perangkat keamanan yang dapat mmeblok adanya paket data yang tidak diperbolehkan lewat, selain itu juga dapat digunakan untuk membatasi akses pengguna suatu jaringan. 2.3.2IP address, HTTP, HTTPS Menurut Dokumentasi Cisco (2011), IP address merupakan pengalamatan yang digunakan ketika terkoneksi terhadap suatu jaringan, dan merupakan identitas dari tiap perangkat yang terkoneksi ke dalam suatu jaringan. Dalam pengamanan mengenai identitas tersebut dapat digunakan keamanan standar dengan menggukan Network Address Translation (NAT) yakni teknologi yang dapat menyembunyikan IP address yang terdapat didalam jaringan LAN. Hypertext Trasnfer Protocol (HTTP) merupakan protokol yang digunakan untuk mentransfer dokumen atau halaman dalam WWW (World Wide Web). HTTP mendefinisikan bagaimana suatu pesan dapat diformat dan dikirimkan dari client ke server atau sebaliknya. Hypertext Trasnfer Protocol Secure (HTTPS)menggunakan Secure Socket Layer (SSL) sebagai sublayer dibawah HTTP aplikasi layer yang biasa. HTTP di enkripsi dan deskripsi dari halaman yang di minta oleh pengguna dan halaman yang di kembalikan oleh web server.
2.4E-Business Menurut Dave Chaffey (2009, p.13), E-Business merupakan semua pertukaran informasi yang dimediasikan oleh elektronik, mensuport cakupan bisnis proses
yang
luas
sedangkanmenurut
antara
organisasi
Stevenson,
dan
dan Chee
stakeholder Chuong
pihak
(2014,
eksternal,
p.144),
E-
Businessmerupakan suatu penggunaan teknologi untuk memfasilitasi transaksi bisnis, dimana aplikasinya meliputi pembeliandan kegiatan bisnis lainnya melalui internet. Dari kedua pendapat mengenai e-Business, dapat disimpulkan bahwa eBusiness yakni semua kegiatan bisnis yang didukung oleh media elektronik, tidak hanya transaksi jual beli, tetapi mencakup semua kegiatan bisnis seperti pertukaran informasi yang difasilitasi internet.
15 Menurut Dave Chaffey (2009, p.9), E-Commerce merupakan transaksi pertukaran informasi yang dimediasikan oleh elektronik, antara organisasi dan stakeholder pihak eksternal.
2.4.1 Tipe Transaksi E-Business Menurut Turban dan Linda Volonino (2011, p.162-163), tipe transaksiE-Business ada 5, antara lain: 1.
Business-to-Business (B2B) Dalam
transaksi
B2B,
pelaku
penjualan
dan
pembelian
merupakan antar organisasi bisnis. 2.
Business-to-Consumer (B2C) Dalam transaksi B2C, pelaku penjualanmerupakan organsasi atau perusahaan,
dan
pembelian
merupakan
perorangan
atau
individual. 3.
Consumer-to-Business (C2B) Dalam transaksi C2C, konsumen menjadi penyediakebutuhan tertentuuntuksuatu produk atau jasa, dan kemudian bersaing dengan para pemasok lain untuk menyediakanproduk atau jasapada harga yang diminta.
4.
Government-to-citizens (G2C) Dalam G2C, pemerintah berperan menjadi agen dan menyediakan pelayanan ke masyarakat melalui teknologi e-commerce.
5.
Mobile Commerce Dalam
Mobile
menggunakan
Commerce, perangkat
transaksi
elektronik
dilakukan
dengan
dengan
menggunakan
jaringan tanpa kabel. 2.5 Peramalan Menurut Deitiana (2011, p.32) Peramalan merupakan kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa akan datang. Dalam hal peramalan ini dapat berdasarkan kegiatan ataupun kebutuhan perusahaan misalnya peramalan akan penjualan ataupun kebutuhan bahan baku
16 Peramalan dilihat dari sifat penyusunannya terbagi atas dua macam, yaitu: 1.
Peramalan Kualitatif Peramalan kualitatif merupakan peramalan yang bersifat subjektif dan didasarkan atas intuisi dari orang yang menyusunnya.Dalam peramalan ini pandangan dari orang yang menyusunnya sangat menentukan baik atau tidaknya hasil ramalan tersebut.
2.
Peramalan Kuantitatif Peramalan kuantitatif didasarkan atas objek data historis di masa lalu dan mengikuti pendekatan statistika formal dan pendekatan yang sistematis yang meminimumkan kesalahan (error) peramalan berdasarkan beberapa periode tertentu.
2.5.1 Tahapan Dalam Peramalan Menurut Stevenson, dan Chee Cuong (2014, p.79),Ada enam tahapan dalam proses peramalan, yaitu: 1. Menentukan tujuan ramalan. Bagaimana ramalan akan digunakan dan
kapan
akan
dibutuhkan
ramalan.
Tahapan
ini
mengindikasikan tingkat rincian yang diperlukan dalam ramalan, jumlah sumber daya (karyawan, waktu, komputer, dan biaya) yang dapat dibenarkan, serta tingkat keakuratan diperlukan. 2. Menetapkan rentang waktu. Ramalan harus mengindikasi rentang waktu, mengingat bahwa keakuratan menurun ketika rentang waktu meningkat. 3. Memilih teknik peramalan. 4. Memperoleh, membersihkan, dan menganalisis data yang tepat. Memperoleh data dapat meliputi usaha yang signifikan. Setelah memperoleh data, data mungkin perlu dipilih agar dapat menghilangkan objek asing dan data yang
jelas tidak benar
sebelum analisis. 5. Membuat ramalan. 6. Memantau ramalan. Ramalan harus dipantau untuk menentukan apakah ramalan ini dilakukan dengan cara yang memuaskan. Jika tidak memuaskan, periksa kembali metode peramalan, asumsi,
17 keabsahan data, dan lain-lain. Kemudian mengubahnya sesuai kebutuhan serta menyiapkan revisi ramalan.
2.5.2 Metode Peramalan Menurut Stevenson dan Chee Cuong (2014, p.82-100) Peramalan dapat dilakukan dengan bebrapa metode, yakni: 1.
Naïve Method Metode Naif memperkirakan jumlah peramalan saat ini merupakan perkiraan peramalan satu periode setelahnya.Salah satu kelemahan metode naif yakni ramalan hanya menelusuri data aktual dengan satu periode yang cenderung terlambat, metode naif tidak rata sama sekali.Hanya saja, dengan memperluas periode jumlah data historis didasarkan pada ramalan, kesulitan ini dapat diatasi.
2.
Moving Average Method Ramalan
rata-rata
bergerak
(Moving
average)menggunakan sejumlahnilai data aktual terbaru untuk menghasilkan ramalan berdasarkan jumlah rata-rata
yang
ditentukan . Ramalan rata-rata bergerak dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut .
keterangan : Ft = Ramalan ubtuk periode waktu t MA = Rata – rata bergerak periode n At-l = Nilai aktual pada periode t-l n
= Jumlah periode ( titik data ) dalam rata-rata bergerak
18 3. Weighted Moving Average Method Rata-Rata
Bergerak
tertimbang(WeightedMoving
Average) ini sama dengan rata-rata bergerak , hanya saja diberikan bobot lebih besar untuk nilai terbaru pada deret berkala. Misalnya , nilai terbaru dapat diberikan bobot 0,40 , nilai terbaru berikutnya diberikan bobot 0,30 nilai terbaru berikutnya setelah itu diberikan 0,20 dan nilai terbaru berikutnya setelah itu diberikan bobot 0,10 . Perhatikan bahwa jumlah bobot harus berjumlah 1 dan bobot yang paling besar diberikan pada nilai terbaru . 4. Exponential Smoothing Method Pemulusan
Eksponensial(Exponential
Smoothing)
adalah metode untuk menghitung rata-rata tertimbang canggih serta masih relatif mudah digunakan dan dipahami.Setiap ramalan baru didasarkan pada ramalan sebelumnya ditambah dengan persentase selisih antara ramalan dengan nilai aktual dari deret pada titik tersebut . Artinya Ramalan berikutnya = Ramalan sebelumnya + α ( Aktual-Ramalan sebelumnya) (Aktual –Ramalan sebelumnya ) mewakili kesalahan ramalan dan α adalah persentase dari kesalahan. Lebih ringkas nya :
Keterangan Ft = Ramalan untuk periode t Ft-l = Ramalan untuk periode sebelumnya ( misalnya, periode t-l ) α = Konstanta pemulus
19 At-l = Permintaan aktual atau penjualan untuk periode sebelumnya Konstanta pemulus α mewakili presentae kesalahan ramalan.Setiap
ramalan
baru
sama
dengan
ramalan
sebelumnya ditambah presentase kesalahan sebelumnya, untuk mendapatkan nilai a dapat melalui pengalaman perusahaan dalam kesalahan perkiraan sebelumnya. 5. Exponential Smoothing with Trend Method Analisis trend mencakup mengembangkan persamaan yang akan menguraikan trend secara pantas (mengasumsikan bahwa trend ada didalam data). Teknik peramalan yang melibatkan penggunaan persamaan trend, yakni perluasan dari permulaan dari eksponensial. Persamaan garis tren linear (linear trend equation) memilki bentuk sebagai berikut.
Keterangan : Ft = Ramalan untuk periode t a = Nilai Ft pada t = 0 b = Kemiringan garis t = Jumlah periode waktu yang ditentukan dari t = 0 Variasi pemulusan eksponensial sederhana dapat digunakan
saat
deret
berkala
mempelihatkan
trend
linier.Metode ini disebut juga pemulusan eksponensial dengan mempertimbangkan tren(trend-ajustedexponential smoothing) atau pemulusan ganda,yang membedakan dari pemulusan eksponensial sederhana yakni ketika data bervariasi di sekitar rata-rata atau memilki perubahan langkah atau perubahan
20 bertahap. Apabila deret memperlihatkan trend dan pemulusan sederhana digunakan pada deret tersebut, semua ramalannya akan ketinggalan dari trend.Jika data bertambah, setiap ramalan akan menjadi terlalu rendah, jika data berkurang, setiap ramalan akan menjadi terlalu tinggi . Peramalan dengan mempertimbangkan tren (Trend Ajusted Forecast) ini terdiri atas dua unsur, yaitu kesalahan yang diratakan dan faktor trend.
Keterangan St = Ramalan sebelumnya ditambah kesalahan yang diratakan Tt = Estimasi trend saat ini St = TAF t + α (At – TAFt) Tt = Tt-l + β ( TAFt – TAFt-l – Tt-l) Yang mana αdan βadalah konstanta pemulusan.Untuk menggunakan metode ini , seseorang harus memilih nilai α danβ
(biasanya melalui uji coba) serta mulai membuat
ramalan dan estimasi trend berdasarkan nilai β dimana nilainya lebih kecil dari nilai α yang sebelumnya telah ditanyakan ke perusahaan. 6. Linear Regression Method Bentuk regresi linear yang paling umum digunakan meliputi hubungan linier antara dua variabel.Metode linier adalah
untuk
mencapai
persamaan
garis
lurus
yang
memperkecil jumlah kuadrat penyimpangan vertikal titik data dari garis (misalnya, kriteria kuadrat kecil). Garis kuadrat terkecil ini memiliki persamaan sebagai berikut .
21
Keterangan y = Prediksi variabel ( terikat ) x = Prediksi variabe ( bebas ) b = kemiringan garis a = Nilai yc ketika x=0 (misalnya , ketinggian garis pada titik potong y) Koefisien a dan b dari garis tersebut didasarkan pada dua persamaan berikut .
keterangan n = jumlah observasi
2.5.3 Metode Perhitungan Kesalahan Menurut Stevenson dan Chee Cuong (2014, p.105-106) Perhitungan mengenai perhitungan kesalahan dapat dilakukan yakni dengan MSE dan MAD. Ramalan adalah selisih antara nilai yang terjadi dengan nilai yang diprediksikan untuk periode waktu tertentu. Dengan demikian, Kesalahan = Aktual – Ramalan. et = At – Ft
22 Keakuratan ramalan adalah faktor penting saat memutuskan diantara berbagai alternatif peramalan.Keakuratan didasarkan pada hasil kesalahan historis dari ramalan . Ukuran yang digunakan untuk merangkum kesalahan historis adalah Mean Absolute Deviation(MAD), Mean Squared Error (MSE). MAD adalah rata rata kesalahan absolut, sedangkan MSE merupakan rata-rata kesalahan kuadrat. Rumus yang digunakan untuk menghitung MAD, dan MSE adalah sebagai berikut .
2.6Persediaan Menurut Diana (2013,p.49),Persediaan merupakan stok yang dibutuhkan perusahaan untuk mengatasi adanya fluktuasi permintaan. Persediaan dalam proses produksi dapat diartikan sebagai sumber daya menganggur, hal ini dikarenakan sumber daya tersebut masih menunggu dan belum digunakan pada proses berikutnya. Persediaan dalam suatu sistem mempunyai suatu tujuan tertentu, dikarenakan adanya sumber daya tertentu yang tidak bisa didatangkan ketika sumber daya tersebut dibutuhkan.Sehingga, untuk menjamin tersedianya sumber daya maka perlu direncanakan adanya persediaan.Berdasarkan hal tersebut maka definisi persediaan adalah sejumlah sumber daya baik berbentuk bahan mentah ataupun barang jadi yang disediakan perusahaan untuk memenuhi permintaan dari konsumen. Menurut Stevenson, dan Chee Chuong (2014, p.179-180), Persediaan (inventory)merupakan stok atau simpanan barang, dimana biasasnya menyimpan sejumlah kebutuhan perusahaan baik untuk produksi atau barang penjualan dan berhubungan dengan bisnis yang dilakukan oleh perusahaan. Menurut Dave Chaffey (2009, p.345), Inbound Logistic merupakan manajemen dari sumber material dimana alurnya masuk ke dalam perusahaan dari para supplier dan dari partner lainnya
23 Menurut Dave Chaffey (2009, p.345), Outbound Logistic merupakan manajemen yang mensupplai sumber datya dimana alurnya berasal dari perusahaan ke konsumennya dan ke para intermediary seperti retailer ataupun distributor.
2.6.1 Tujuan adanya persediaan Menurut Diana (2013, p.49), Tujuan adanya persediaan ada7, yakni: 1.
Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahanbahan yang dibutuhkan perusahaan.
2.
Menghilangkan resiko kegagalan atau kerusakan material yang dipesan sehingga dikembalikan.
3.
Untuk menyimpan bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat digunakan bila bahan tersebut tidak ada di pasar.
4.
Menjamin kelancaran proses produksi perusahaan.
5.
Menjamin penggunaan mesin secara optimal.
6.
Memberikan jaminan akan ketersediaan produk jadi kepada konsumen.
7.
Dapat melaksanakan produksi sesuai keinginan tanpa menunggu adanya dampak atau resiko penjualan.
2.6.2 Jenis Persediaan Menurut Diana (2013, p.50), Berdasarkan jenisnya, secara umum persediaan dibagi atas 5 (lima) jenis yaitu : 1.
Persediaan bahan mentah(raw material stock), merupakan barang yang dibeli dari pemasok (supplier)dan akan digunakan atau di olah menjadi produk jadi yang akan di olah oleh perusahaan.
2.
Persediaan barang setengah jadi atau barang dalam proses (Work inprocess or progress stock)meupakan bahan baku yang sudah diolah atau dirakit jadi menjadi komponen namun masih barang tersebut masih membutuhkan langkah-langkah selanjutnya agar produk dapat selesai dan menjadi produk akhir.
3.
Persediaan bagian produk atau parts yang dibeli (component stock), merupakan persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen (parts) yang diterima dari perusahaan lain, yang dapat secara
24 langsung dirakit dengan parts lain, tanpa proses produksi sebelumnya. 4.
Persediaan barang jadi (finished goods), yaitu barang yang telah selesai diproses dan siap untuk disimpan di gudang, kemudian dijual atau didistribusikan ke lokasi pemasaran.
5.
Persediaan bahan pembantu atau barang-barang perlengkap (supplies stock), merupakan barang-barang yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan produksi, hanya saja tidak menjadi bagian produk akhir yang dihasilkan perusahaan tetapi menjadi bahan penopamg kegiatan produksi.
2.6.3 Metode Perhitungan Persediaan Menurut Murdifin dan Mahfud (2012, p. 8-9), Biaya persediaan meliputi: 1.
Biaya pemesenan (Oredering cost), merupakan biaya yang meliputi biaya permintaan pembelian, peyampaian pesanan pembelian, dan yang berhubungan dengan biaya penerimaan dan pemeriksaan pesanan. Sehubungan dengan itu, untuk meminimalkan biaya pemesanan.
2.
Biaya penyimpanan (Storage or holding Cost) merupakan biaya atas persediaan yang terjadi sehubungan dengan penyimpanan sejumlah persediaan dalam perusahaan. Biaya ini mencakup biaya pemesanan
ruangan,
pendingin
ruang
penyimpanan,
biaya
penerangan, keamanan, sewa gudang pemeliharaan sediaan, kerusakan sediaan, serta kerugian karena perubahan harga, premi asuransurasi, pajak adiministrasi persediaan, dan biaya penjagaan gudang.
2.6.3.1EOQ Menurut Stevenson, dan Chee Chuong (2014, p.191), model EOQ merupakan diigunakan untuk mengidentifikasikan ukuran pesanan tetap dimana akan meminimalkan jumlah biaya tahunan untuk penyimpanan persediaan serta pemesanan persediaan.
25 Biaya penyimpanan tahunan dihitung dengan mengalikan rata-rata jumlah persediaan di gudang dengan biaya untuk menyimpan satu unit selama satu tahun meskipun unit tersebut tidak selalu harus disimpan selama satu tahun.Rata-rata
persediaan
hanyalah
sekedar
setengah
dari
kuantitas
pesanan.Jumlah di tangan menurun secara konstan dari Q unit menjadi 0, untuk rata-rata sebesar (Q + 1)/2, atau Q/2. Dengan menggunakan simbol H untuk mewakili rata-rata biaya penyimpanan tahunan, total biaya penyimpanan tahunan adalah : Biaya penyimpanan tahunan =
Q H 2
Sumber:Stevenson dan Chee Chuong (2014, p.192) Gambar 2.2 Rata-rata tingkat persediaan Keterangan : Q=
Kuantitas pesanan dalam unit
H=
Biaya penyimpanan per unit
Biaya pemesanan tahunan
D S Q
26
Keterangan : d =
Permintaan, biasanya dalam unit per tahun
s =
Biaya pemesanan
Sumber :Stevenson dan Chee Chuong (2014, p.193) Gambar 2.3 Struktur biaya EOQ Frekuensi Pemesanan merupakan jumlah seberapa banyak peesanan dalam suatu periode perhitungan. Tujuan model ini dimulai dengan adanya komponen biaya ordering cost yang tergantung pada seberapa banyak jumlah pemesanan dalam 1 periode peritungan, dimana frekuensi pemesanan bergantung pada : 1. Jumlah kebutuhan selama 1 periode (D) 2. Jumlah kuantitas pemesanan (Q) Berdasarkan keterangan di atas, dapat dituliskan bahwa frekuensi pemesanan adalah :
27 F= Safety stock merupakan persediaan tambahan minimal yang harus diadakan untuk melindungi kehabisan bahan baku. Terjadinya stock out ini dipengaruhi oleh penggunaan bahan baku yang lebih besar dari perkiraan semula, ataupun adanya keterlambatan dalam pengiriman bahan baku yang dipesan Untuk perhitungansafety stockdapat menggunakan metode sebagai berikut:
a. Metode perbedaan pemakaian maksimum dan rata-rata. Metode ini dilakukan dengan menghitung selisih antara pemakaian maksimum dengan pemakaian rata-rata dalam jangka waktu tertentu, kemudian selisih tersebut
dikalikan dengan lead time.
Safety stock = (Pemakaian maksimum – Pemakaian rata-rata) Lead time b. Metode statistika yang berdistribusi normal. Safety stock = Z dimana:
Z = standar normal (diperoleh dari tabel distribusi normal. Misalnya, Z = 95%, ini berarti tingkat pelayanan sebesar 95% dari permintaan atau penjagaan terhadap kemungkinan terjadinya stock out hanya 5%) = standar deviasi L = lead time
Jumlah persediaan aman yang sesuai untuk situasi tergantung pada faktorfaktor berikut: 1. Rata-rata tingkat permintaan dan rata-rata waktu tunggu 2. Variabilitas permintaan dan waktu tunggu 3. Tingkat layanan yang diinginkan Tingkat
layanan
(service
level)
dapat
didefinisikan
sebagai
probabilitas bahwa permintaan tidak akan melampaui pasokan selama waktu tunggu. Contohnya adalah jika permintaan akan dipenuhi dalam 95 persen
28 kejadian tersebut, tidak berarti bahwa 95 persen dari permintaan akan dipenuhi. Risiko kehabisan persediaan adalah komplemen dari tingkat layanan, tingkat layanan pelanggan sebesar 95 persen mengimplikasikan risiko kehabisan persediaan sebesar 5 persen yaitu : Tingkat layanan = 100 persen – Risiko kehabisan Titik Pemesanan Kembali (ROP) Ketika kuantitas suatu barang di tangan jatuh hingga jumlah ini, barang tersebut akan dipesan kembali. Tujuan dalam pemesanan adalah membuat pesanan ketika jumlah persediaan di tangan cukup untuk memenuhi permintaan selama waktu yang dipakai untuk menerima pesanan tersebut (yaitu waktu tunggu).Terdapat empat determinan dari kuantitas titik pemesanan kembali. 1. Tingkat (biasanya berdasarkan pada ramalan). 2. Waktu tunggu. 3. Sejauh mana variabilitas permintaan dan/atau waktu tunggu. 4. Derajat resiko kehabisan persediaan yang dapat diterima oleh manajemen. Untuk perumusan teori dan metode perhitunganya yakni : ROP = d x LT + SS Keterangan : D
= jumlah total permintaan
LT
= waktu tunggu dalam hari atau minggu
SS
= Safety Stock atau persediaan minimal yang haru dimiliki perusahaan
2.6.3.2Single Period Inventory System Sistem Single Period Inventory Systemmenurut Stevenson , dan Chee Cuong (2014, p.215), umumnya digunakan untuk menangani pemesanan barang yang udah rusak, dan terjadi apabila barang yang dimaksudkan untuk didistribusikan kepada konsumen memiliki waktu penggunaan yang terbatas, tidak dipakai untuk jangka waktu yang lama atau secara terus menerus,
29 padaSingle Period Inventory Systemberguna untuk berbagai macam layanan dan aplikasi manufaktur. 2.6.3.3Multi Period System Menurut Jacobs, Chase, Aquilano (2009, p.364), Ada 2 tipe dalam system ini, fixed order period (juga disebut dengan EOQ atau Q Model) dan fixed-time period (P Model).Multi Period Inventory System dibuat untuk memastikan bahwa suatu barang harus ada dalam jangka waktu tertentu. Adapun syarat dan perbedaan dari kedua tipe ini adalah.
Tabel 2.1Perbedaan Q Model dan P Model Q Model Jumlah Pemesanan
Pemesanan
P Model dalam
jumlah yang sama Waktu Pemesanan
Pencatatan Persediaan
Ukuran Persediaan
Waktu Pemeliharaan
Saat
Pemesanan
dalam
jumlah yang bervariasi
persediaan
pada
Saat
tinjauan
waktu
titik ROP
sudah tiba
Setiap terjadi penarikan
Hanya
atau penambahan barang
waktu yang ditentukan
Lebih kecil dari fixed-
Lebih besar dari fixed
time period (P Model)
order period (Q Model)
pada
tinjauan
Tinggikarena pencatatan yang terus-menerus
Jenis Barang
Barang
yang
cukup
-
mahal atau yang sangat penting Sumber :Jacobs, Chase, Aquilano. (2009:364)
2.6.3.4 Q Model Model ini mengacu kepada jumlah pemesanan yang tetap untuk setiap kali pesan, dan waktu pemesanan dilakukan secara variasi. Untuk perhitungan jumlah pemesanan barang yang optimal dan ROP, rumus yang digunakan adalah :
30
Q*
=
SS
= zs
R
= dL + SS
keterangan z
= standar deviasi untuk service probability
D
= Permintaan selama periode tertentu
S
= Biaya Pemesanan
H
= Biaya Penyimpanan
SS
= Safety Stock
R
= Reorder Point
Q*
= Jumlah pemesanan optimal
2.6.3.5 P Model Metode P Model ini mengacu kepada dimana pemesanan dilakukan mengikuti suatu periode yang tetap, hanya saja kuantitas dari barang yang dipesan dapat berubah.Kelemahan dalam penerapan metode ini yakni permintaan kebutuhan bersih yang terus menerus, sehingga interval pemesanan yang telah ditentukan sebelumnya tidak berlaku lagi.Dalam metode P Model ini, perhitungannya adalah sebagai berikut. Q*
= d (T* + L) + SS – I
T*
=
SS
= Zs
I
= SS +
keterangan : I
= persediaan dalam stok
31 T*
= selang waktu pemesanan kembali
L
= waktu pengiriman
s
= standar deviasi
SS
= Safety Stock
d
= permintaan rata-rata
2.6.3.6 Metode Min-Max Menurut Sarjono (2013) Minimal-Maximal Inventory System memiliki cara kerja dengan melihat batasan-batasan yang telah ditentukan seperti batas titik minimum dan batas titik maksimum persediaan dimana apabila persediaan telah melewati batas minimum dan mendekati batas safety stock,
maka
pemesanan
ulang
harus
dilakukan.
Jadi,
batas
minimum(minimum stock) merupakan batas tingkat pemesanan ulang. Batas maksimum (maximum stock) adalah batas kesediaan perusahaan untuk menginvestasikan uangnya dalam bentuk persediaan bahan baku. Dalam perhitungan safety stock pada metode ini dibutuhkan rata-rata dari jumah permintaan per bulannya. Perhitungan dari konsep ini adalah sebagai berikut.
SS
=
Min. Stock = (DL) + SS Max. Stock= 2(DL) + SS f
=
T
=
Q
= Max. Stock - Min.Stock
2.6.3.7 Metode Fixed Order Interval system (EOI) Model interval pesanan tetap (fixed-order-interval-FOI model) digunakan ketika pesanan harus dibuat pada interval waktu yang tetap
32 (mingguan, dua kali sebulan, dan sebagainya) waktu pesanan lebih ditetapkan.Sistem persediaan yang berbasiskan waktu, melakukan suatu pesanan berdasarkan suatu jangka waktu tertentu.Jumlah pesanan bergantung kepada pemakaian permintaan selama periode waktu tersebut. Rumus dari atau cara perhitungan dari EOI ini yaitu :
1. EOI=
2 (Co ) Ch.D
2. Maximum Inventory Level (E) = SS+D(EOI+L) 3. Average Interval Level (I)= SS + ½D.EOI 4. Turn Over Ratio=
D I
5. Order Quantity = E-I 6. Total Inventory cost =
Co + I.Ch EOI
2.7E-Procurement Menurut Dave Chafffey (2009, p.381), E-Procurementmerupakan suatu sistem
integrasi elektronik yang dapat mengintegrasikan semua kegiatan dalam pengadaan barang seperti kegiatan pemesanan, pembelian, dan pembayaran antara pemasok dan pembeli, sedangkan menurut Turban dan Linda Volonino (2011, p.171) berkaitan dengan proses pengadaan berdasarkan teknologi e-bisnis dan strategi. Berikut adalah contoh procurementyang ada dalam internal organisasi dengan memanfaatkan intranet .
33
Sumber : Dave Chaffey(2009, p.382) Gambar 2.4 Kegiatan procurement Menurut Turban dan Linda Volonino (2011, p.172), Strategidan solusiterkait dengane-procurementmemiliki duatujuan dasar, antara lain: 1. Cost Control Tujuanpertama adalah untuk mengontrolpengeluaran perusahaan. Organisasidapat
memaksimalkan
jumlahpengeluaran
mereka,
yaitumemastikan bahwa uangyang digunakanuntuk pembelian barang nantinya mendapatkan hasilbarangdalam pengadaan produk yang dapat menambah nilai. 2. Simplify processes Tujuan kedua adalah untuk mengefektifkanproses pengadaanuntuk membuatnyaefisien dan menjadi lebih mudah diatur dan dikontrol oleh perusahaan sehingga dalam pengadaan barang akan lebih cepat .
2.8 Analisa Perancangan Sistem Informasi Menurut Satzinger (2012, p.5), Systems Analysismerupakan setiap aktivitas yang memungkinkan seseorang untuk dapat memahami dan mengerti mengenai bagaimana jalannya suatu sistem.Untuk Systems Design menurut Satzinger (2012, p.5), Systems Design merupakan beberapa aktivitas yang memungkinkan seseorang untuk dapat mendeskripsikan secara rinci mengenai kebutuhan perancangan sistem.
34 Menurut Satzinger (2012, p.46), Unified Modeling Language (UML) merupakan suatu standarisasi dalam bahasa pemodelan yang menjelaskan entitas data serta kegiatan yangdilakukan oleh tiap entitas data .
2.8.1 SDLC Menurut Satzinger (2012, p.40), System Development Life Cycle merupakan keseluruhan proses yang dilakukan dalam pembangunansuatu sistem informasi yang di rancang berdasarkan alur yang saling terkait. Menurut Satzinger (2012, p.228-231), Dalam melakukan pendekatan SDLC, terdapat dua pendekatan yakni secara Traditional Predictive dan pendekatan secara Adaptive. 1.
Traditional Predictive approach Dalam metode tradisional dapat diasumsikan bahwa dalam setiap perancangan sistem dapat dilakukan secara berurutan, dimana setiap fase memiliki hubungan dengan fase selanjutnya dan setiap fase yang ada merupakan kegiatan yang saling terkait, hal ini disebut dengan metode Waterfall .
Sumber : Satzinger (2012, p.229) Gambar 2.5 Pendekatan Tradisional SDLC Dalampraktek pendekatan secara tradisional, tidak adaakan kembali. Hal ini dikarenakan dalam fase waterfall, tiap kegiatan dapat dilakukan secara berurutan. 2. Newer adaptive approach Dalam pendekatan baru secara adaptif, setiap kegiatan dari tiap fase yang dilakukan akan dilakukan pengulangan hingga
35 projek perancangan selesai dibuat.Perancangan model baru secara adaptif ini disebut juga dengaan Spiral Method.
Sumber : Satzinger (2012, p.230) Gambar 2.6 Metode Spiral
2.8.2Pendekatan Dalam Perancangan program Dalam perancangan sistem menurut Satzinger (2012, p.237), pendekatan dapat dilakukan dengan 2 metode yakni Tradisional dan Berbasiskan Objek. 1.
Pendekatan secara Struktur Menurut
Satzinger
(2012,
p.23-238)dalam
pendekatan
tradisional yakni secara terstruktur menggunakan 3 teknik yakni dengan teknik structured analysis, structured design, dan structured merupakan
programming.Teknik
structured
pendekatanpemrogramandi
programming manamasing-
masingmodul memilikisatu titikawal dantitik akhirdanmemiliki urutan yang tetap. Structured design menyediakan pedoman dan petunjuk dalam pembuatan program, bagaimana alur program yang dibuat, serta mengorganisir sehingga program yang dibuaat menjadi
teratur,
sedangkan
structured
analysis
akan
mendefiniskan kebutuhan sistem berdasarkan struktur analisis model.
36
Sumber : Satzinger (2012, p.237) Gambar 2.7 Pendekatan Struktur
2.
Pendekatan berbasiskan Objek Menurut Satzinger (2012, p.241), Object merupakan suatu benda yang teredapat dalam komputer yang dapat merespon pesan.Model merepresentasikan aspek penting dalam kehidupan nyata.Object Oriented Analysis mendefinisikan semua objek yang bekerja didalam sistem dan menunjukkan use caseapa yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan. Object Oriented Design mendefinisikan semua tipe ojek yang berkomunikasi dengan pengguna dan device dalam sistem, menunjukkan bagaimana suatu objek berinteraksi dalam penyelesaian tugas, dan membenarkan pengertian dari objek menjadikan objek dapat diimplementasikan dalam suatu bahasa.
2.8.3Model Perancangan Sistem Menurut Satzinger (2012, p.242), Perancangan sistem merupakan fungsi yang perlu disediakan dalam merancang dan akan dijalankan sistem. Dalam bentuk perancangan yang dapat digunakan yakni Event Table, Use Case, Domain Class Diagram, Sequence Diagram, dan User Interface.
2.8.3.1Event Table Menurut Satzinger (2012, p.159), Event Table merupakan suatu katalog yang berisikan kejadian dari perancangan sistem. Dalam
37 Event Table tiap aktivitas dibuat secara berurutan berdasarkan setiap kegiatan yang ada.
Sumber : Satzinger (2012, p.161) Gambar 2.8 Event Table 2.8.3.2 Use Case Menurut Satzinger (2012, p.69), Use Case merupakan penggambaran sistem yang dibuat berdasarkan aktiviasnya dengan user yang bersangkutan. Dalam use case sistem akan merespon pesan dari user.
Sumber : Satzinger (2012, p.81) Gambar 2.9Use Case Menurut
Satzinger
(2012,
p.121)Use
CaseDescription
mendeskripsikan secara detail proses-proses yang terdapat dalam Use Case.
38
Sumber : Satzinger (2012, p.123) Gambar 2.10Use Case Description
Menurut Satzinger (2012, p.242), Use Case Model merupakan kumpulan dari pemodelan yang digunakan dalam menangkap perancangan sistem berdasarkan penggunaannya menggunakan pendekatan berdasarkan objek. Menurut Satzinger (2012, p.78) Use Case Diagram merupakan suatumodel yang menggambarkan aktivitas yang menunjukkan apa saja yang dilakukan oleh sistem, dimana aktivitas yang dilakukan berdasarkan apa yang diminta oleh pengguna. Simbol-simbol yang digunakan dalam use case diagramantara lain: actor, use case, connecting line, serta system boundary.
39
Sumber : Satzinger (2012, p.81) Gambar 2.11Use Case Diagram
2.8.3.3Activity Diagram Menurut
Satzinger
(2012,
p.125),
Activity
Diagram
menggambarkan aktivitas-aktivitas pengguna sistem yang ada secara sekuensial dan berurutan sesuai dengan alur yang berjalan. Dengan activity diagram suatu kegiatan yang kompleks akan dibuat menjadi lebih terarah dan dibuat menjadi flow.
40
Sumber : Satzinger (2012, p.125) Gambar 2.12 Activity Diagram
2.8.3.4Domain Model Class Diagram Menurut Satzinger (2012, p.101), Classmengkategorikan suatu objek, setiap objek akan mendeskripsikan class.Domain Class akan mendeskripsikan objek dari domain, dan Class Diagram digunakan untuk menunjukkan class dari objek yang berada pada sistem.
41
Sumber : Satzinger (2012, p.102) Gambar 2.13 Class Diagram Menurut Satzinger (2012, p.101), Class Diagram merupakan suatu penggambaran objek dengan berdasarkan atribut yang ada dalam objek tersebut dan dihubungkan antara satu dan yang lainnya.
2.8.3.5System Sequence Diagram Menurut Satzinger (2012, p.127)System Sequence Diagram merupakan penggambaran pemodelan perancangan sistem yang menggambarkan diagram alur antara aktor eksternal dengan sistem berdasarkan pada Use Case Diagram yang telah dibuat sebelumnya .
Sumber : Satzinger (2012, p.127) Gambar 2.14System Sequence Diagram
42 2.8.3.6User Interface Menurut Satzinger (2012, p.189), System Interface merupakan bagian dari sistem informasi yang melibatkan proses input dan output dimana proses tersebut membutuhkan interaksi dengan manusia. Menurut Satzinger (2012, p.189), User Interface merupakan bagian dari sistem informasi yang membutuhkan interaksi dengan pengguna sistem untuk membuat suatu proses input dan outputberupa tampilan grafis.
Sumber : Satzinger (2012, p.203) Gambar 2.15User Interface Dari kedua pengertian mengenai sistem interface dan danuser interface, dapat diambil kesimpulan bahwa user Interface merupakan taapilan luar yang dapat dilihat dan dilakukan interaksi sistem yang nantinya intergasi yang akan dilakukan akan dilakukan oleh interfacesistem.
2.9 Tandan Buah Segar, CPO, dan Palm Kernel Tandan Buah Segar (TBS) merupakan suatu bagian dari produksi kelapa sawit yangmerupakan bahan baku awal yang nantinya akan diolah menjadi minyak kasar CPO (Crude Palm Oil ) dan inti sawit (Palm Karnel).
43
Sumber : PT. RSI (2014) Gambar 2.16 Hubungan TBS, CPO, dan PK CPO (Crude Palm Oil) pada dasarnya merupakan minyak mentah dari hasil pengolahan buah pada TBS (Tandan Buah Segar), CPO (Crude Palm Oil) inilah yang menjadi komoditas berharga yang diincar oleh pengusaha sawit yang nantinya dapat diolah menjadi sabun ataupun minyak goreng . PK(Palm Kernel) atau inti sawit merupakan biji Endosperma (cangkang pelindung inti) dan Embrio dengan kandungan minyak inti berkualitas tinggi. Kernel ini dihasilkan dari pemisahan daging dan buah selama proses pengolahan di Pabrik Kelapa Sawit. 2.10 Kerangka Pemikiran Penulis mengerjakan penulisan ini dengan melakukan survey mengenai proses bisnis berjaan perusahaan, setelah itu dilakukan pengambilan data yang terbagi atas data primer dan data sekunder. Setelah diketahui proses bisnis dan letak permasalahan sistem berjalan barulah dilakukan pencarian data terkait dengan masala yang ada dilalam perusahaan. Dalam data primer, selain menggunakan wawancara dan studi lapangan, diambil pula data mengenai proses bisnis serta kegiatan dan data penjualan TBS berdasarkan rentan waktu 3 tahun terakhir , data setruktur biaya pengadaan TBS. Dalam data sekunder dilakukan penelitian mengenai analisa perusahaan dengan mengacu kepada teori teori yang diambil dari sumber buku 5 tahun terakhir dari skripsi ini dibuat. Pengumpulan data ini dilakukan agar dapat ditemukannya acuan dalam usulan pemecahan masalah. Lalu, dilakukan langkah perhitungan dengan
44 melakukananalisa
data
kebutuhan
TBS
perusahaan
dengan
melakukan
forecastingberdasarkan data 3 tahun sehingga mendapatkan hasil peramalan 1 tahun kedepan, dilanjutkan dengan perhitungan biaya total dalam penyediaan barang 1 tahun berikutnya, setelah mendapatkan jumlah perkiraan untuk periode berkutnya, selanjutnyadilakukan perhitungan mengenai persediaan, dimana nantinya hasil perhitungan persediaan akan dibandingkan dan dijadikan acuan dalam proses pemesanan bahan baku melalui sistem yang akan dirancang, laludilakukan tahap perancangan sistem dengan melakukan pendekatan objek menggunakan beberapa model perancangan sistem yakni Activity Diagram, Use Case, Class Diagram, dan System Sequence Diagram, serta User Interface.
45
PT. Rohul Sawit Indutri
Data Permintaan CPO dan Palm Kernel Periode Januari 2011- Maret 2014
Perhitungan Peramalan
Linear Regression
Moving Average
Weighted Moving Average
Naive Method
Exponential Smoothing
Exponential Smoothing with Trend
Perhitungan dan Perbandingan MAD dan MSE yang terkecil
Perhitungan persediaan dengan metode EOQ, P Model, Q Model, Min-Maxdan EOIsetahun kedepan
Pilih Efisiensi
Perancangan Sistem Activity Diagram
Use Case
Class Diagram SSD
User Interface
Hasil Penelitian
Sumber :Data Diolah Penulis (2014) Gambar 2.17Kerangka Pemikiran