BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Umum
2.1.1 Sumber Data
Data dan informasi yang digunakan untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, diantaranya : ∗ Buku/ Literatur ∗ Internet ∗ Kuisioner ∗ Wawancara Psikolog Anak ∗ Penelitian yang Relevan 2.1.2 Gambaran Umum
Kekerasan terhadap anak adalah tindak kekerasan secara fisik, seksual, penganiyaan emosional, atau pengabaian terhadap anak. Di Amerika Serikat, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mendefinisikan penganiayaan anak sebagai setiap tindakan atau serangkaian tindakan wali atau kelalaian oleh orang tua atau pengasuh lainnya yang dihasilkan dapat membahayakan, atau berpotensi bahaya, atau memberikan ancaman yang berbahaya kepada anak. Sebagian besar terjadi kekerasan terhadap anak di rumah anak itu sendiri dengan jumlah yang lebih kecil terjadi di sekolah, di lingkungan atau organisasi tempat anak berinteraksi. Ada empat kategori utama tindak kekerasan terhadap anak: Pengabaian, Kekerasan Fisik, Pelecehan Seksual Terhadap Anak, Kekerasan Emosional/Psikologi. Arias. (2008). Child Maltreatment Surveillance. Di akses 20 Oktober 2008 dari http://www.cdc.gov.
5
6 Yurisdiksi yang berbeda telah mengembangkan definisi mereka sendiri tentang apa yang merupakan pelecehan anak untuk tujuan melepaskan anak dari keluarganya dan/atau penuntutan terhadap suatu tuntutan pidana. Menurut Journal of Child Abuse and Neglect, penganiayaan terhadap anak adalah "setiap tindakan terbaru atau kegagalan untuk bertindak pada bagian dari orang tua atau pengasuh yang menyebabkan kematian, kerusakan fisik serius atau emosional yang membahayakan, pelecehan seksual atau eksploitasi, tindakan atau kegagalan tindakan yang menyajikan risiko besar akan bahaya yang serius". Seseorang yang merasa perlu untuk melakukan kekerasan terhadap anak atau mengabaikan anak sekarang mungkin dapat digambarkan sebagai "pedopath". (Herrenkohl, 2005: 413-24).
Empat kategori utama Kekerasan terhadap anak:
a. Pengabaian atau Penelantaran Penelantaran anak adalah di mana orang dewasa yang bertanggung jawab gagal untuk menyediakan kebutuhan memadai untuk berbagai keperluan, termasuk fisik (kegagalan untuk menyediakan makanan yang cukup, pakaian, atau kebersihan), emosional (kegagalan untuk memberikan pengasuhan
atau
kasih
sayang),
pendidikan
(kegagalan
untuk
mendaftarkan anak di sekolah) , atau medis (kegagalan untuk mengobati anak atau membawa anak ke dokter).
b. Kekerasan Fisik Kekerasan fisik adalah agresi fisik diarahkan pada seorang anak oleh orang dewasa. Hal ini dapat melibatkan meninju, memukul, menendang, mendorong, menampar, membakar, membuat memar, menarik telinga atau rambut, menusuk, membuat tersedak atau menguncang seorang anak.
c. Pelecehan Seksual Terhadap Anak Pelecehan seksual terhadap anak adalah suatu bentuk penyiksaan anak di mana orang dewasa atau pelanggaran yang dilakukan oleh remaja yang lebih tua terhadap seorang anak untuk mendapatkan stimulasi seksual.
7 Bentuk pelecehan seksual anak termasuk meminta atau menekan seorang anak untuk melakukan aktivitas seksual (terlepas dari hasilnya), paparan senonoh dari alat kelamin kepada anak, menampilkan pornografi kepada anak, kontak seksual yang sebenarnya terhadap anak, kontak fisik dengan alat kelamin anak, melihat alat kelamin anak tanpa kontak fisik, atau menggunakan anak untuk memproduksi pornografi anak.
d. Kekerasan emosional/Psikologi Dari semua kemungkinan bentuk pelecehan, pelecehan emosional adalah yang paling sulit untuk didefinisikan. Itu bisa termasuk nama panggilan, ejekan, degradasi, perusakan harta benda, penyiksaan atau perusakan terhadap hewan peliharaan, kritik yang berlebihan, tuntutan yang tidak pantas atau berlebihan, pemutusan komunikasi, dan pelabelan sehari-hari atau penghinaan. Korban kekerasan emosional dapat bereaksi dengan menjauhkan diri dari pelaku, internalisasi kata-kata kasar atau dengan menghina kembali pelaku penghinaan. Kekerasan emosional dapat mengakibatkan gangguan kasih sayang yang abnormal atau terganggu, kecenderungan korban menyalahkan diri sendiri (menyalahkan diri sendiri) untuk pelecehan tersebut, belajar untuk tak berdaya, dan terlalu bersikap pasif. Melinda. (2014). Child Abuse and Neglect. Di akses Februari 2014 dari http://helpguide.org.
2.1.3 Pengertian kekerasan Orangtua terhadap Anak
Kasus kekerasan anak di Indonesia setiap tahun meningkat sebesar 50%. Hal itu membuat Indonesia menempati peringkat tertinggi di Asia Pasifik dalam hal kekerasan terhadap anak. Sopuan. (2010). Kasus Kekerasan Anak Meningkat. Dari http://www.ykai.net.
Tahun 2011 dilaporkan dari bulan Januari hingga April, jumlah korban kekerasan anaksudah mencapai 435 jiwa. Data ini diperoleh dari Komnas Perlindungan Anak Indonesia. Kekerasan merupakan tindakan yang disengaja yang mengakibatkan cidera fisik atau tekanan mental.
8 Anak ibarat kanvas putih yang polos yang siap disapu dengan beraneka ragam warna, maka dari itu cara mendidik dan membesarkan anak dalam sebuah keluarga sangat penting. Kondisi yang ideal ini jarang terjadi, justrukekerasan verbal yang kerap terlihat. Contoh yang paling mudah, panggilan seperti “si hitam”, “si ndut”, “anak malas”, disadari atau tidak dapat menimbulkan efek negatif pada anak seperti yang dikisahkan pada cerita di atas. Proses. Annora. (2012). Persepsi Orangtua Tentang Kekerasan Verbal pada Anak. Jurnal Nursing Studies, Jilid 1, No. 1, diakses pada tahun 2012 dari http://www.academia.edu.
labeling tersebut bisa berdasarkan karakter fisik, pribadi, maupun kebiasaannya, padahal maksud orang tua memberi sebutan tersebut kadang hanya sebagai “panggilan kesayangan” atau memicu anak agar lebih rajin Anoni. (2009). Hindari kekerasan verbal pada anak, di akses 19 September 2011 dari http://www.binatalentagraha.sch.id.
2.1.4 Bentuk-Bentuk Kekerasan Orangtua Terhadap Anak
Komisi Nasional Perlindungan Anak mencatat, dalam kurun waktu Januari hingga Oktober terdapat 2.792 kasus pelanggaran hak anak. Dari jumlah itu, 1.424 adalah kasus kekerasan, termasuk 730 kekerasan seksual. Arie. (2013). Kaleidoskop 2013: Kekerasan terhadap anak semakin mengerikan, diakses 27 Desember 2013 dari http://nasional.news.viva.co.id.
Kekerasan fisik yang sering menimpa anak dalam keluarga A-B: ∗ Pemukulan dengan benda-benda tumpul. ∗ Menyubit hingga biru. ∗ Menampar sang anak. Kekerasan mental yang sering menimpa anak dalam keluarga A-B: ∗ Diomeli oleh orangtua dengan kata-kata kotor dan kasar ∗ Dipelototi bila tindakan dianggap salah oleh orangtua ∗ Disekap dalam kamar mandi
9 ∗ Menelantarkan anak dengan babysitter ∗ Kurangnya gizi yang diberikan(seperti: fastfood) Rahmat (2011,7-155), penulis buku “Hentikan Kebiasaan Berbahaya bagi Anak!” beliau menjabarkan 15 kebiasaan orangtua yang bisa membahayakan tentang perkembangan anak. Kebiasaan apa saja yang sering dilakukan oleh para orang tua tetapi tidak di sukai oleh anak-anak dan sudah seperti “penyakit” yang dapat membahayakan anak, kebiasaan orang tua yang bersangkutan dengan kasus yang terjadi di kalangan A-B itu adalah :
a. Asma (Asal Marah) Suatu kebiasaan orangtua yang mungkin secara tidak disadari banyak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari terhadap anak-anaknya.
b. TBC (Terlalu Bawel dan Cerewet) Jenis TBC inilah yang paling banyak di derita oleh para orangtua tetapi banyak yang tidak menyadarinya terutama ibu-ibu. Karena sebagai orang tua merasa dirinya memang pantas untuk berbuat seperti itu dengan alas an demi kebaikan sang anak. Disadari atau tidak dalam pola komunikasi dan interaksi kita dengan anak banyak yang berupa instruksi, perintah, aturan, larangan, perbandingan, dan penilaian.
c. Kusta (Kurang Sentuhan Cinta) Semua keinginan anak-anak terpenuhi dengan baik, semua keperluan sekolah dibelikan dan disediakan dengan baik pula. Pokoknya semua sudah diberikan. Sebagaian besar orang tua merasa bahwa tugas dan kewajiban sebagai orang tua mengurus anak-anaknya sudah ditunaikan dengan memberikan apa-apa yang dibutuhkan oleh mereka.
d. Pikun (Pikiran Kuno) Masih banyak orang tua yang masih menerapkan cara-cara dan pola-pola lama dalam mendidik anaknya, bukan berarti cara-cara dan pola-pola lama tidak baik, hanya saja kebanyakan orang tua mendidik anaknya atas
10 dasar turun-temurun. Apa yang diterapkan oleh kedua orang tuanya dulu, diterapkan pula kepada anak-anaknya.
e. Aids (Asal Itu Duit Sikat) Begitu pentingnya nilai uang bagi kehidupan sehingga banyak orang yang menghabiskan hampir seluruh hidup dan waktuny untuk mencari uang. Karena itu, apa yang ada di benaknya adalah bagaimana bisa memperoleh dan mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya. Walaupun harus mengorbankan kebersamaanya dengan keluarga, walaupun harus mengorbankan perhatiannya terhadap anak-anaknya.
f. Bisulan (Bapak Ibu Sibuk Urusan Keluarga Terlantar) Dimana kedua orang tua bekerja mencari nafkah untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan hidup sehari-hari. Kesibukan orang tua terutama di kota besar, terkadang membuat anak menjadi kurang mendapat perhatian.
g. Batuk (Bicara Asal Nyeletuk) Banyak kasus orang tua karena mungkin sudah menjadi kebiasaan, ketika memanggil anaknya bukan dengan nama sebenarnya yang ia berikan, tetapi dengan panggilan-panggilan yang justru cenderung merendahkan atau melecehkan sang anak, seperti misalnya ketika sang ayah sedang marah memanggil anaknya dengan sebutan monyet, jelek, badung, dan sebagainya. Bagaimana kalau kata-kata tersebut diucapkan berulangulang terus, maka jangan marah kalau teman-temannya juga memanggil anaknya dengan sebutan seperti itu.
h. Mimisan (Mikir-Mikir dan Cari-Cari Alasan) Banyak orang tua yang karena ketidaktahuannya lantas menjawab dengan kalimat familiar sekali di telinga kita, yaitu : “waktu mama sekolah dulu ga ada pelajaran kaya gini! Mana mama tahu?” lantas membungkan san anak agar jangan bertanya lagi, atau disuruhnya sang anak menelepon temannya untuk menanyakan jawabannya.
11 i. Manja (Menjaga Jarak) Terkadang kita melupan hak anak untuk merasa nyaman dalam melakukan sesuatu. Kita terlalu memaksakan kehendak kepada anak untuk menjadi ini atau itu harus begini atau begitu. Mungkin karena merasa sebagai orang yang lebih tua, orang yang harus dituruti dan dihormati sehingga ego terkadang lebih dominan dalam hal ini. Tak terkecuali dalam hal interaksi antara orang tua yang justru menjaga jarak dengan anak-anaknya. Hal ini dilakukan agar anak tetap patuh dan hormat kepada orang tua, dan tentu agar wibawa orang tua tetap terjaga.
2.1.5 Faktor-faktor penyebab kekerasan terhadap Anak
Gelles (1982) mengemukakan bahwa kekerasan terhadap anak (child abuse) terjadi akibat kombinasi dari berbagai faktor, yaitu:
a. Pewarisan Kekerasan Antar Generasi (intergenerational transmission of violance) Banyak anak belajar perilaku kekerasan dari orangtuanya dan ketika tumbuh menjadi dewasa mereka melakuakan tindakan kekerasan kepada anaknya. Dengan demikian, perilaku kekerasan diwarisi (transmitted) dari generasi ke generasi. Studi-studi menunjukkan bahwa lebih kurang 30% anak-anak yang diperlakukan dengan kekerasan menjadi orangtua yang bertindak keras kepada anak-anaknya. Sementara itu, hanya 2 sampai 3 persen dari semua individu menjadi orangtua yang memperlakukan kekerasan kepada anak-anaknya. Anak anak
yang
mengalami perlakuan salah dan kekerasan mungkin menerima perilaku ini sebagai model perilaku mereka sendiri sebagai orangtua. Tetapi, sebagian besar anak-anak yang diperlakukan dengan kekerasan tidak menjadi orang dewasa yang memperlakukan kekerasan kepada anakanaknya.
b. Stres Sosial (social stress) Stres yang ditimbulkan oleh berbagai kondisi sosial meningkatkan risiko kekerasan terhadap anak dalam keluarga. Kondisi-kondisi sosial ini
12 mencakup:
pengangguran (unemployment),
penyakit (illness),kondisi
perumahan buruk (poor housing conditions), ukuran keluarga besar dari rata-rata (a larger than average family size), kelahiran bayibaru (the presence of a new baby), orang cacat (disabled person) di rumah, dan kematian (the death) seorang anggota keluarga. Sebagian besar kasus dilaporkan tentang tindakan kekerasan terhadap anak berasal dari keluarga yang hidup dalam kemiskinan. Tindakankekerasan terhadap anak juga terjadi dalam keluarga kelas menengah dan kaya, tetapi tindakan yang dilaporkan lebih banyak di antara keluarga miskin karena beberapa alasan.
c. Isolasi Sosial dan Keterlibatan Masyarakat Bawah Orangtua dan pengganti orangtua yang melakukan tindakan kekerasan terhadap anak cenderung terisolasi secara sosial. Sedikit sekali orangtua yang bertindak keras ikut serta dalam suatu organisasi masyarakat dan kebanyakan mempunyai hubungan yang sedikit dengan teman atau kerabat. d. Struktur Keluarga Tipe-tipe keluarga tertentu memiliki risiko yang meningkat untuk melakukan tindakan kekerasan dan pengabaian kepada anak. Misalnya, orangtua tunggal lebih memungkinkan melakukan tindakan kekerasan terhadap anak dibandingkan dengan orangtua utuh. Selainitu, keluargakeluarga di mana baik suami atau istri mendominasi di dalam membuat keputusan penting, seperti: di mana bertempat tinggal, pekerjaan apa yang mau diambil, bilamana mempunyai anak, dan beberapa keputusan lainnya, mempunyai tingkat kekerasan terhadap anak yang lebih tinggi dibandingkan dengan keluarga-keluarga yang suamiistri sama-sama bertanggung jawab atas keputusan-keputusan tersebut.
2.1.6 Mengurangi emosi melalui bercerita
Sebuah studi baru dari University of Southern California's Marshall School of Business di Los Angeles mengungkap, stres bukanlah rasa yang
13 harus disimpan sendiri, membaginya dengan orang lain dapat mengurangi ketakutan.
Studi yang dipublikasi dalam jurnal Social Psychological and Personality Science menunjukkan, membagi stres dengan seseorang yang memiliki reaksi emosional mirip dapat menurunkan kadar stres.
Bahkan kadar stres bisa lebih menurun daripada membagikannya pada orang lain yang tidak pernah merasakan pengalaman yang sama. Dalam studi ini, para peneliti mengukur kondisi emosi, kadar hormon stres kortisol, dan rasa terancam dalam diri 52 relawan wanita. Caranya yaitu dengan mengharuskan relawan untuk menyiapkan dan memberikan pidato yang direkam.
Relawan kemudian dibagi berpasang-pasangan untuk mendiskusikan perasaan mereka terhadap situasi stres yang mereka alami. Khususnya, perasaan stres menghadapi pidato yang mereka harus jalani.
Para peneliti menemukan, ketika pasangan memiliki kondisi emosi yang mirip, itu akan membantu setiap individu untuk melawan kadar stres yang tinggi. Mereka mengatakan, temuan ini dapat bermanfaat bagi mereka yang stres karena pekerjaan.
Ketua studi Sarah Townsend, asisten profesor manajemen dan organisasi di USC Marshall School of Business, mengatakan, misalnya ketika Anda harus mengerjakan presentasi pekerjaan yang penting untuk projek besar, sedikit banyak Anda akan merasa terancam dan mengalami stres tingkat tinggi. Ade. (2014). Curhat ampuh turunkan stress, diakses 1 Februari 2014 dari http://intisari-online.com.
2.1.7 Partner
2.1.7.1 Tentang Komisi Nasional Perlindungan Anak
14 Sejarah mencatat dan membuktikan bahwa anak adalah pewaris dan pembentuk masa depan bangsa. Oleh karena itu, pemajuan, pemenuhan dan penjaminan perlindungan hak anak, serta memegang teguh prinsip-prinsip non- diskriminasi, kepentingan terbaik bagi anak, melindungi kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak, serta menghormati pandangan/pendapat anak dalam setiap hal yang menyangkut dirinya, merupakan prasyarat mutlak dalam upaya perlindungan anak yang efektif guna pembentukan watak serta karakter bangsa.
Pencanangan Gerakan Nasional Perlindungan Anak 23 Juli 1987 merupakan kebijakan negara untuk menjadikan upaya perlindungan terhadap anak sebagai sebuah gerakan bersama, dimana keluarga dan masyarakat menjadi basis utama dan terdepan demi terjaminnya kualitas perlindungan dan kesejahteraan anak anak-anak Indonesia. Hal ini ditindaklanjuti dengan kebijakan pemerintah melalui Surat Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 81/HUK/1997 tentang Pembentukan Lembaga Perlindungan Anak Pusat yang tidak lain menjadi cikal bakal lahirnya sebuah Komisi khusus yang mengurus upaya perlindungan dan peningkatan kesejahteraan anak secara independen.
Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa serta prakarsa Departemen Sosial RI, Tokoh Masyarakat, Perguruan Tinggi, Organisasi Non-Pemerintah dan Pemerintah, Media Massa dan kalangan Profesi serta dukungan Badan Dunia urusan anak-anak (UNICEF) melalui Forum Nasional Perlindungan Anak yang Pertama (I) tanggal 26 Oktober 1998, dibentuklah Komisi Nasional Perlindungan Anak yang selanjutnya disebut KOMNAS ANAK sebagai wahana masyarakat yang independen guna ikut memperkuat mekanisme nasional dan internasional dalam mewujudkan situasi dan kondisi yang kondusif bagi pemantauan, pemajuan dan perlindungan hak anak dan solusi bagi permasalahan anak yang timbul. Komnaspa.
15 (2014). Tentang Komisi Nasional Perlindungan Anak, diakses tahun 2014 dari http://www.peluk.komnaspa.or.id.
2.1.7.2 Tentang Yayasan Praktek Psikolog Indonesia
YPPI didirikan pada tanggal 10 Februari 2012 dihadapan notaris Pratiwi
Handayani
SH
Nomor
04 dengan
Nomor
NPWP
31.473.698.4-013.000 pada 23 Februari 2012. Selanjutnya SK Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: AHU – 2098.AH.01.04.Tahun 2012 pada 4 Mei 2012. Tim kami terdiri dari psikolog yang siap memberikan bantuan dalam penanganan masalah dan pengembangan sumber daya manusia atas dasar latar belakang pemikiran berikut ini :
Pada anak-anak kadang terjadi gangguan perkembangan seperti autisme, ADHD, kesulitan belajar atau anak menampilkan perilaku yang tidak tepat, sehingga mereka tidak bisa bertumbuh kembang secara optimal. Pada masa remaja sering kali terjadi kasus tawuran, narkoba, kekerasan, pergaulan bebas, dan lain-lain yang berdampak negatif buruk pada masa depannya. Kondisi diatas tidak lepas dari peran dunia pendidikan dan juga peran orang tua. Sebagai manusia dewasa, orang tua juga kerap memiliki permasalahannya sendiri. Konflik dengan pasangan, kurangnya kompetensi dalam mengurus anak atau stres dalam pekerjaan.
Bila tidak ditangani, masalah tersebut bisa berkembang menjadi masalah yang lebih besar yang akan berdampak buruk pada seluruh anggota keluarga, bahkan mungkin juga pada masyarakat sekitar. Untuk menanganinya dengan baik, acapkali diperlukan intervensi pihak ketiga yang profesional dibidangnya. YPPI. (2014). Profil Yayasan Praktek Psikolog Indonesia, diakses tahun 2014 dari http://www.praktekpsikolog.com.
16 2.1.8 Pencarian Data
Tanya jawab dengan berbagai pihak yang berhubungan dengan topik dan dapat memberikan informasi yang lebih mendalam guna membantu dalam penentuan strategi komunikasi. Pencarian data dengan metode ini tidak bersifat ilmiah, namun berdasarkan pengalaman dan opini pribadi perorangan yang diwawancarai. Pencarian data dilakukan dengan beberapa variasi cara, diantaranya :
2.1.8.1 Metode Kuisioner
Dengan merangkai beberapa pertanyaan guna mengetahui dan mengumpulkan data yang valid untuk dijadikan pedoman mencari solusi dari masalah yang ada, serta sebagai acuan untuk menentukan target audience yang akan dituju nantinya. Menurut Kamu Besar Bahasa Indonesia, kuisioner adalah alat riset / survei yang terdiri atas serangkaian pertanyaan tertulis, bertujuan mendapatkan tanggapan dari kelompok orang terpilih melalui wawancara. Sedangkan angket merupakan daftar pertanyaan tertulis mengenai masalah tertentu dengan ruang untuk jawaban bagi setiap pertanyaan.Kuisioner / angket merupakan salah satu metode pengumpulan data melalui pendekatan kuantitatif. Kuisioner disebarkan kepada beberapa koresponden, yaitu koresponden untuk target utama, dan koresponden untuk target sekunder.
Untuk mengetahu keadaan sebenarnya terhadap Kekerasan anak oleh orang tua itu sendiri, penulis membuat sebuah kuisioner untuk mencari tahu seberapa banyak orang yang mendapat kekerasan fisik maupun verbal saat mereka anak-anak, dan mencari tahu sebab orang tua memakai kekerasan fisik maupun verbal kepada mereka saat anakanak. Kuisioner diadakan dari pertengahan februari hingga awal maret dan melibatkan setidaknya 100 orang koresponden dari strata B-A yang sebagian besar perempuan dengan pekerjaan: mahasiswa, karyawan dan ibu rumah tangga. ibu rumah tangga merupakan target utama dari
17 Kampanye sosial ini, karena sebagian besar yang mempunyai anak adalah ibu rumah tangga, mahasiswa, dan karyawan.
Kesimpulan yang didapatkan dari kuisoner yang telah di bagikan kepada 100 koresponden adalah, rata-rata koresponden mendapat kekerasan verbal maupun fisik oleh orangtua mereka sendiri. Dari kekerasan verbal dan fisik, para koresponden lebih sering mendapatkan kekerasan verbal dari orangtua mereka.
Kekerasan yang didapatkan oleh koresponden dari orangtua mereka bermacam-macam, yaitu: ∗
Cubitan hingga biru
∗
Tamparan
∗
Ejekan
∗
Perbandingan
∗
Pukulan
∗
Peninggalan
∗
Kata-kata kasar
Dan para koresponden yang mendapat kekerasan rata-rata tidak akan melakukannya lagi jika mereka mempunyai anak, tetapi sebagian dari mereka menjawab akan melakukannya lagi seperti yang orangtua mereka lakukan kepada mereka.
Semua kekerasan yang terjadi kepada koresponden disebabkan oleh kenakalan, ketidak displinnya mereka kepada orangtua mereka, dan ada juga dengan emosi sang orangtua yang tidak bisa di tahan lagi hingga melakukan kekerasan kepada mereka. Bisa emosi yang dikarenakan kelakukan mereka atau emosi sang orangtua saat bekerja hingga bingung dikeluarkan dimana lagi.
Para koresponden menjawab bahwa penting untuk mengeluarkan emosi atau stress mereka melalui cerita karena bisa mengurangi gangguan
18 psikolog diri mereka, karena ingin dimengerti, agar tidak menjadi beban pikiran mereka, dan berbagi kesalahan. Tetapi di saat bercerita tentang hal-hal pribadi (yang dimaksudkan melakukan kekerasan)mereka tidak berani bercerita karena takut dianggap tidak baik ataupun mengumbar aib keluarga.
2.1.8.2 Metode Wawancara
Wawancara merupakan salah satu bentuk komunikasi interpersonal, wawancara merupakan istilah terjemahan dari bahasa inggris: interview. Kata ini sendiri berawal dari bahasa perancis: entrevoir. Entre berarti antara atau diantara, saling, bersama-sama. Voir berarti melihat, mengetahui, mengerti. Maka secara harafiah wawancara atau interview berarti saling melihat bersama, atau bertemu untuk melihat bersamasama. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang dampak dan bagaimana cara mengurangi kekerasan verbal dan fisik terhadap anak, penulis bertanya kepada psikolog anak yaitu ibu Agustin Handoko S.Psi, Psikolog.
Menurut Ibu Agustin child abuse atau kekerasan terhadap anak adalah adalah kekerasan pada anak yang dapat berupa kekerasan secara fisik dan juga kekerasan verbal dan dapat berdampak pada fisik ataupun psikologis anak. Sedangkan kekerasan terhadap anak dalam keluarga adalah kekerasan secara fisik atau verbal pada anak yang dilakukan oleh orang tua atau orang dewasa di lingkungannya.
Menurut Ibu Agustin, kekerasan verbal dalam keluarga bisa berupa : ∗ memanggil anak dengan tidak menggunakan namanya / memberikan julukan untuk si anak. (si kurus, si rakus, si gendut, si gembul) ∗ komunikasi antara orang tua dan anak yang berlangsung secara keras dan tegang.
19 ∗ Interaksi yang berlangsung hanya dari satu arah saja, (dari orang tua pada anak saja) misalnya: orang tua hanya menyuruh anak dan tidak mau mendengarkan keluhan anak.
Dan kekerasan fisik dalam keluarga bisa berupa : ∗
kekerasan fisik dapat berupa hukuman atau punishment secara fisik seperti dicubit, dikunci di kamar mandi, dipukul, dan sebagainnya.
Bagi Ibu Agustin, perilaku dan kepribadian anak bergantung pada lingkungan pertama yang ia peroleh. Dalam pola asuh anak yang kurang tepat (ada kekerasan pada anak) membuat anak menjadi kurang berkembang pada kepribadiannya, dan juga akan mempengaruhi perilaku anak tersebut. Dan itu semua akan menjadi pondasi bagi anak untuk berkembang selanjutnya dengan melalui fase-fase perkembangan yang nantinya akan ia hadapi. Misalnya fase perkembangan batita, balita, pra-sekolah, wajib sekolah, pra-remaja, remaja, dan dewasa.
Pada intinya kekerasan bisa berasal dari Ayah ataupun Ibu. Ayah atau Ibu yang melakukan kekerasan pada anak disebabkan oleh pribadi yang kurang matang, pengendalian diri yang kurang, kurang adanya wawasan atau pengetahuan mengenai pola asuh yang tepat bagi perkembangan anak selanjutnya. Orang tua yang melakukan kekerasan fisik dan verbal dapat disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya bisa dikarenakan orang tua yang belum siap menerima anak. Secara fisik orang tua siap dalam menerima anak, karena dari segi fisik sudah dapat memiliki anak. Namun orang tua yang secara psikologis belum siap menerima anak, dapat menjadi salah satu trigger / pemicu munculnya kekerasan pada anak. Orang tua yang secara psikologis belum siap atau belum matang, cenderung kurang sabar dalam menghadapi anaknya.
20 2.1.9 Kompetitor
Gambar 2.1.9 website kampanye ibu bercahaya (sumber: ibubercahaya.com)
Ibu bercahaya adalah komunitas para Ibu yang memberikan ragam pengetahuan sekaligus mengajak orang di sekitarnya untuk mulai merubah kebiasaan, melakukan tindakan nyata dan menggunakan produk yang tidak hanya membuat rumah menjadi lebih baik tetapi sekaligus membuat lingkungan tempat tinggal dan sekitarnya lebih sehat. Jadilah ibu yang tahu lebih agar bisa hemat lebih. Mereka adalah para ibu yang tidak hanya melakukan aktivitas rumah tangga dan menjaga agar rumah tetap dalam kondisi baik tapi juga mereka adalah orang-orang yang aktif di komunitasnya dan mau berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan masyarakat. Misi ibu bercahaya adalah memberikan tambahan pengetahuan kepada para Ibu dan mengajak mereka untuk menerapkan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari agar rumah dan lingkungan sekitar mereka menjadi lebih baik.
2.2 Tinjauan Khusus
2.2.1 Pengertian Kampanye
Pengertian Kampanye menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah : ∗
Gerakan atau tindakan serentak (untuk melawan, mengadakan aksi dan sebagainya).
∗
Berkampanye artinya mengadakan gerakan secara serentak (untuk melawan, mengadakan aksi dan sebagainya).
21 ∗
Kampanye promosi artinya kampanye yang diadakan dalam rangka promosi untuk meningkatkan atau mempertahankan penjualan. Ronna. (2007). Mengurangi hidrokarbon pada kualitas udara di kota bandung. Thesis Final Project, Bab 2, diakses 18 Juni 2007 dari http://elib.unikum.ac.id.
2.2.2 Pengertian Kampanye Sosial
Kampanye
Sosial
mengkomunikasikan
adalah
pesan-pesan
suatu yang
kegiatan berisi
berkampanye
tentang
masalah
yang sosial
kemasyarakatan, dan bersifal non kamersil. Tujuan dari kampanye sosial adalah untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat akan gejala-gejala sosial yang sedang terjadi. Kriteria penentuan kampanye pelayanan masyarakat adalah: ∗ Non komersil. ∗ Tidak bersifat keagamaan. ∗ Tidak bermuatan politik. ∗ Berwawasan nasional. ∗ Diperuntukkan bagi semua lapisan masyarakat. ∗ Diajukan oleh organisasi yang telah diakui dan diterima. ∗ Dapat di iklankan. ∗ Memiliki dampak dan kepentingan tinggi sehingga mendapat dukungan media lokal maupun nasional. Ronna. (2007). Mengurangi hidrokarbon pada kualitas udara di kota bandung. Thesis Final Project, Bab 2, diakses 18 Juni 2007 dari http://elib.unikum.ac.id.
2.2.3 Pengertian Website
Jason (2007: 4-6) mengemukakan di dalam buku Principles of Beautiful Web Design ada dua sudut pandang utama dari mana kebanyakan orang menentukan desain web desain yang "baik" atau "buruk." Ada sudut pandang kegunaan yang ketat, yang berfokus pada fungsionalitas, penyajian informasi yang efektif, dan efisiensi. Lalu ada perspektif murni estetika, yang biasa di sebut presentasi,
22 animasi panas, dan grafis seksi. Beberapa desainer terjebak dalam estetika dan grafis dan melupakan pengguna, dan beberapa orang tersesat dalam pengujian pengguna mereka dan melupakan daya tarik visual. Dalam rangka untuk mencapai orang-orang dan kesukaan mereka, itu keindahan yang sangat penting untuk keduanya.
Yang sangat penting untuk menjaga pikiran adalah komunikasi dalam desain. Jika kamu membuat website yang bekerja dan mempersentasikan dengan baik, tetapi terlihat jelek atau tidak sesuai dengan brand client, tidak seseorangpun yang akan memakainya. Hampir sama dengan, jika kamu membuat website yang bagus tetpai tidak mudah digunakan dan dicapai, orang-orang tak akan menggunakan itu. Ya benar sekali, elemen dan fungsional dari finishing desain website akan bekerja satu sama lain, yang bisa membuat : ∗ Pengguna merasa senang dari desain yang telah dibuat tetapi juga dengan content-nya. ∗ Pengguna bisa bergerak mudah dari intuitif navigasi ∗ Pengguna mengenal semua halaman di dalama website 2.2.4 Pengertian Website Interaktif
Website Interaktif adalah web yang saat ini memang sedang booming. Salah satu contoh website interaktif adalah blog dan forum. Di website ini user bisa berinteraksi dan beradu argument mengenai apa yang menjadi pemikiran mereka. Biasanya website seperti memiliki moderator untuk mengatur supaya topik yang diperbincangkan tidak keluar jalur.
Beberapa alasan mendasar atau utama mengapa perusahaan bahkan individu membuat atau ingin memiliki sebuah website atau situs internet, diantaranya adalah :
a.
Memperluas jangkauan promosi, dengan memiliki website maka produk kita lebih banyak dikenal masyarakat—bahkan sampai ke manca negera. Produk yang bisa ditawarkan melalui website bisa berupa produk barang maupun
23 jasa. Dengan luasnya promosi maka otomatis akan meningkatkan penjualan perusahaan kita. b.
Media tanpa batas, internet adalah media informasi yang tanpa batas. Dengan memiliki website berarti kita sama saja memiliki karyawan yang mempromosikan produk kita selama 24 jam sehari dan 7 hari seminggu. Artinya website kita akan memberikan informasi kepada calon pembeli selama 24 jam non stop.
c.
Internet bisa diakses oleh seluruh lapiran masyarakat di antero jagat (unlimited user access).
d.
Promosi terluas, internet adalah media promosi terluas jika dilihat dari kacamata jangkauan atau cakupan area (unlimited scopt of areas).
e.
Media pengenalan perusahaan. Jika kita baru saja mendirikan perusahaan atau baru saja meluncurkan sebuah produk, maka websitelah solusinya. Kenapa bisa demikian? Dengan adanya website kita lebih cepat mengenalkan perusahaan kita dan lebih mendekatkan perusahaan ke pelanggan. Hal ini disebabkan pelanggan internal maupuan eksternal bisa menggali lebih dalam tentang sejarah perusahaan, jasa atau produk yang di tawarkan, bahkan informasi lowongan kerja dan detail informasi perusahaan.
f.
Sebagai media promosi, Internet merupakan salah satu media promosi yang menarkan biaya yang relatif efisien dikaitkan dengan jangkauan area dengan optimalisasi manfaat terbesar. Herinoto.
(2009).
Manfaat
website,
diakses
25
Juli
2009
dari
http://www.herinoto.com.
2.2.5 Pengertian Anatomi Web
Jason (2007: 7-9) mengemukakan di dalam buku Principles of Beautiful Web Design, biarpun dari sisi pandang non-desainer, mendefinisikan desain yang memenuhi semua kebutuhan dari tugas yang mudah. Itu sama saja dengan membuat kata-kata di kulkas dengan menggunakan kata-kata puitis magnetic, hanya dengan beberapan pengaturan yang masuk akal. Kata puitis magnetik seperti kompone, atau blok, dari halaman web. Tetapi kadang nomor dari beberapa blok tergantung dari ukuran dan subjek dari website, hampir semua sites mempunyai pengikut komponen, seperti:
24 a. Containing Block Semua web mempunyai container. Ini bisa jadi di dalam format dari body tag halaman, dan semua cakupan div tag, atau table. b. Logo Ketika desainer bertuju ke identitas, mereka menuju ke logo dan warna yang ada di dalam company dengan semua format untuk marketing, seperti kartu nama, surat, brosur, dan yang lain. c. Navigasi keindahan dari navigasi website system adalah mudah untuk mencari dan digunakana. Pengguna ingin untuk melihat navigasi di kiri atas dalam halaman. d. Konten Konten adalah raja. Tipe pengunjung website akan masuk dan pergi dari website dalam sekejap. Jika pengunjung tidak bisa mencari apa yang mereka inginkan, mereka akan langsung menutup website dan mencari yang lain. e. Footer Berlokasi di bawah halaman, footer biasanya berisi copyright, kontak, dan informasi legal, dan beberapa link menuju section utama di site. f. Whitespace grafik desain bertuju whitespace(atau negatif space) secara harafiah bertuju kepada semua area di dalam halaman yang tidak ditutupi oleh tulisan atau gambar.
2.2.6 Pengertian Tipografi
Menurut Lia (2014: 52-72) Pada bukunya yang berjudul “Desain Komunikasi Visual – dasar-dasar komunikasi visual”, dikatakan dalam suatu karya desain, semua elemen yang ada saling berkaitan. Tipografi sebagai salah satu elemen desain yang mempengaruhi oleh elemen desain yang lain, serta dapat mempengaruhi keberhasilan suatu karya desain secara keseluruhan. Penggunaan tipografi dalam desain komunikasi visual disebut dengan “desain tipografi”. J.Ben Lierman pada buku Types of Typeface (1967), ia mengatakan ada dua hal yang menentukan kesuksesan desain dengan penggunaan tipografi, yaitu:
25 a. Legibility, adalah tingkat kemudahan mata mengenali suatu karakter/huruf tanpa harus bersusah payah. Misalnya bentuk huruf yang terlalu abstrak bisa membuat huruf tersebut tidak dikenali atau terbaca. Untuk menghindari hal ini, maka seorang desainer harus mengenal dan mengerti karate daripada bentuk suatu huruf dengan baik. Legability suatu kata/kalimat dapat dilihat dari kerumitan desain huruf dan penggunaan warna. b. Readibility, adalah penggunaan huruf dengan memperhatikan hubungan dengan huruf yang lain sehingga terlihat jelas. Dalam menggabungkan huruf, baik untuk membentuk suatu kata maupun kalimat, seoarang desainer harus memperhatikan hubungan antara huruf yang satu dengan yang lain. Khususnya spasi antara huruf. Jarak antarhuruf tersebut tidak dapat diukur secara matematika, tetapi harus dilihat dan di rasakan. font yang akan di pakai dalam pembuatan website “goodmom”: Menurut Lia (2014: 52-72) Sans serif, Diartikan tanpa sirip/serif, jadi huruf jenis ini tidak memiliki sirip pada ujung hurufnya dan memiliki ketebalan huruf yang sama atau hampir sama. Sans Serif melambangkan kesederhanaan, lugas, “masa kini”, dan futuristic. Oleh karena itu, saya memakai font Sans Serif
karena melambangkan
kesederhanaan yang saya mau tonjolkan dalam website ini, lugas, “masa kini” dan futurisitic yang mengartikan bahwa website ini untuk generasi sekarang dan untu kedepannya.
2.2.7 Pengertian Warna
Menurut Sutton(2004: 14-23) di buku “Complete Color Harmony” , Warna dibagi menjadi beberapa bagian untuk menunjukkan aspek warna dan kombinasi warna yang secara visual menjelaskan efek warna di dalam kehidupan kita. bagan konversi warna,
Color Wheel, dan Color Card semua bekerja sama untuk
mengembangkan warna yang unik.
26 Aspek, atau kualitas dari warna, mengacu dengan warna, dan warna kombinasi yang bisa membangkitkan respon emosional tertentu. Sutton and whelan banyak menggunakan kata-kata untuk menjelaskan warna-warna yang ada dan membandingkan contrast warna, tetapi light and dark adalah dasar dari perbedaannya. Tanpa cahaya matahari atau cahaya buatan, tidak akan adanya warna. Mereka tergantung dengan cahaya untuk warna, oleh Karena itu mereka menggunakan kombinasi tak terbatas untuk mengekspresikan ide dan emosi.
Warna adalah simple dan complex. Itu berarti hal yang berbeda untuk orang yang berbeda di budaya yang berbeda juga. Tidak ada warna yang terlihat sama di 2 orang. Warna adalah pribadi dan universal, memberikan pesan yang penuh dengan variasi yang tak berujung.
Warna yang akan di pakai dalam pembuatan website ini, yaitu: Menurut Sutton(2004: 14-23) warna yang
Warm, mengartikan kenyamanan,
spontanius, dan Welcoming. Seperti terbenamnya matahari di Arizona, kehangatan warna ini memancar keluar dan mengelilingi segala sesuatu dalam jangkauannya.
Oleh Karena itu saya menggunakan warna Warm untuk menonjolkan kehangatan seorang orang tua yang lain dan menyambut para ibu-ibu untuk menceritakan kisah-kisah mereka secara spontanius dengan ibu-ibu yang lain.
2.2.8 Pengertian Ilustrasi
Flat Design dimulai dari dengan Swiss Style(juga disebut gaya tipografi International), yang merupakan philisophy desain untuk cetak pada tahun 1950. Ini menekankan minimalis, kebersihan, dan organisasi konten di atas semua. Gaya yang mendasari sudah digunakan sejauh tahun 1920-an di negara-negara lain juga seperti Jerman, Belanda dan Rusia, tapi itu desainer Swiss yang membuatnya terkenal. Rob. (2013). A brief history of flat design. Diakses 31 Juli 2013 dari http://www.techsamurais.com.
Desainer-desainer Swiss Style tersebut adalah: a. Paul Rand
27 Seorang desainer grafis terkenal Amerika, paling dikenal untuk desain logo perusahaannya. Rand dididik di Pratt Institute (1929-1932), Parsons School of Design (1932-1933), dan Art Student League (1933-1934). Dia adalah salah satu pencetus Gaya Swiss desain grafis. Dari tahun 1956 sampai 1969, dan mulai lagi pada tahun 1974, Rand mengajar desain di Yale University di New Haven, Connecticut. Rand dilantik ke dalam New York Art Direksi Klub Hall of Fame pada tahun 1972. Dia merancang banyak poster dan identitas perusahaan, termasuk logo untuk IBM, UPS dan ABC. Bagi Paul Rand “Simplicity is not the goal. It is the by-product of a good idea and modest expectations.”. Daniel. (2007). Biography Paul Rand. Diakses pada tahun 2007 dari http://www.paul-rand.com.
b. Richard Paul Lohse Richard Paul Lohse bukan hanya seorang pelukis dan seniman grafis dari keketatan konstruktif radikal dan menakjubkan energi warna sensual. Dia juga seorang pemikir yang tercermin pada seni dan masyarakat, dan yang penuh semangat berkomitmen untuk keadilan sosial.
Pada abad kedua puluh "dua avant-garde" - artistik dan politik - yang begitu sering tetap tak terdamaikan, untuk sekali, di Lohse, bertepatan. Johanna. (2012). Biography Richard Paul Lohse. Diakses pada 30 April 2012 dari http://www.lohse.ch.
Seperti yang dapat Anda ketahui, Swiss Style mencakup kesederhanaan dan tipografi lebih dari apa pun. Beberapa fundamental itu adalah penggunaan sistem grid untuk menyelaraskan konten, dan tentu saja sans serif tipografi. Berbicara tentang sans serif, Helvetica font yang juga ditemukan di Swiss selama era yang sama (1957), dan "Helvetica" berarti Swiss dalam bahasa Latin.
Flat Design telah mendapatkan banyak traksi selama setahun terakhir. strip pergi semua "lonceng dan peluit" sehingga untuk berbicara, sehingga yang tersisa dengan warna, bentuk sederhana dan konten. Sama seperti untuk desain Swiss Stlye, desainer hati-hati menggunakan warna, keselarasan, dan font yang sederhana wajah untuk menciptakan Flat Design yang indah. Flat Design adalah
28 benar-benar adapatation digital desain Swiss Style. Diperdebatkan, Flat Design mulai mendapatkan popularitas dengan merilis Windows 7 Mobile, yang memperkenalkan live tiles, dan Flat Design melepaskan untuk konsumen ratarata. Rob. (2013). A brief history of flat design. Diakses 31 Juli 2013 dari http://www.techsamurais.com.
Gaya bahasa yang digunakan di dalam ilustrasi ini bersifat ringan dan sederhana namun sarat informasi tetap bersifat formal sehingga mudah ditangkap oleh target sekunder. Hal ini mengacu pada tingkat pendidikan target audience yang adalah orangtua/Ibu rumah tangga.
Penggunaan ilustrasi yang minimalis dan Flat Design agar taget audience merasa seperti kesederhanaan anak-anak yang polos bercerita apa adanya.
2.2.9 Analisa SWOT
Opportunity (kesempatan)
Gambar 2.2.9 website kampanye ibu bercahaya (sumber: ibubercahaya.com)
Strength (Kekuatan) ∗
Konten yang dapat membantu target audience
∗
Banyaknya pengguna yang berpartisipasi di kampanye sosial ini
∗
Kurangnya kampanye memakai media website
Weakness (Kelemahan) ∗
Konten yang terlalu banyak membuat membuat pengguna bingung
29 ∗
Navigasi website yang susah di mengerti
∗
Bentuk Template website yang sama dengan yang lain
∗
Terjadinya kesalahan dalam script yang tidak sesuai dengan keinginan
Opportunity (kesempatan) ∗
Target audience yang merupakan mahasiswa, karyawan, dan ibu rumah tangga yang mengerti pemakaian website
∗
Mudah di akses dimana saja karena melalui website
Threat (Ancaman) ∗
Pengguna merasa bosan dan cepat beralih ke situs lain
∗
Susah untuk di mengerti atau dibaca