BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1
Teori-Teori Dasar/Umum
2.1.1
Konsep Dasar Sistem Informasi
2.1.1.1 Pengertian Sistem Informasi Menurut Jogiyanto (2005:1), terdapat dua kelompok pendekatan di dalam mendefinisikan sistem, yaitu yang menekankan pada prosedurnya dan yang menekankan pada komponen atau elemennya. Pendekatan sistem yang lebih menekankan pada prosedur mendefinisikan sistem sebagai suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran tertentu. Sedangkan, pendekatan sistem yang lebih menekankan pada elemen atau komponennya mendefinisikan sistem sebagai kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Menurut Jogiyanto (2005:3), suatu sistem mempunyai karakterisitik yaitu mempunyai komponen-komponen (components), batas sistem (boundary), lingkungan luar sistem (environments), penghubung (interface), masukan (input), keluaran (output), pengolah (process), dan sasaran (objectives) atau tujuan (goal). a. Komponen Sistem Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi, yang artinya saling bekerja sama membentuk satu kesatuan. Komponen-komponen sistem atau elemen-elemen sistem dapat berupa suatu subsistem atau bagian-bagian dari sistem. Setiap sistem tidak peduli betapapun kecilnya, selalu mengandung 7
8
komponen-komponen atau subsistem-subsistem. Setiap subsistem mempunyai sifatsifat dari sistem untuk menjalankan suatu fungsi tertentu dan mempengaruhi proses sistem secara keseluruhan. Suatu sistem dapat mempunyai suatu sistem yang lebih besar yang disebut dengan supra system. Kalau dipandang industri sebagai suatu sistem, maka perusahaan dapat disebut sebagai subsistem. b. Batas Sistem Batas sistem (boundary) merupakan daerah yang membatasi antara suatu sistem dengan sistem yang lainnya atau dengan lingkungan luarnya. c. Lingkungan Luar Sistem Lingkungan luar (environment) dari suatu sistem adalah apapun di luar batas dari sistem yang mempengaruhi operasi sistem. Lingkungan luar sistem dapat bersifat menguntungkan dan dapat juga bersifat merugikan sistem tersebut. d. Penghubung Sistem Penghubung (interface) merupakan media penghubung antara satu subsistem dengan subsistem yang lainnya. Melalui penghubung ini memungkinkan sumbersumber daya mengalir dari satu subistem ke subsistem yang lainnya. Keluaran (output) dari satu subsistem akan menjadi masukan (input) untuk subsistem yang lainnya dengan melalui penghubung. Dengan penghubung satu subsistem dapat berintegrasi dengan subsistem yang lainnya membentuk satu kesatuan. e. Masukan Sistem Masukan (input) adalah energi yang dimaksudkan ke dalam sistem. Masukan dapat berupa masukan perawatan (maintenance input) dan masukan sinyal (signal
9
input). Maintenance Input adalah energi yang dimasukkan sistem tersebut dapat beroperasi. Signal Input adalah energi yang diproses untuk didapatkan keluaran. f. Keluaran Sistem Keluaran (output) adalah hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran yang berguna dan sisa pembuangan. Keluaran dapat merupakan masukan untuk subsistem yang lain atau kepada supra system. g. Pengolah Sistem Suatu sistem dapat mempunyai suatu bagian pengolah yang akan merubah masukan menjadi keluaran. Suatu sistem produksi akan mengelola masukan berupa bahan baku dan bahan-bahan yang lain menjadi keluaran berupa barang jadi. h. Sasaran Sistem Suatu sistem pasti mempunyai tujuan (goal) atau sasaran (objective). Kalau suatu sistem tidak mempunyai sasaran, maka operasi sistem tidak akan ada gunanya. Sasaran dari sistem sangat menentukan sekali masukan yang dibutuhkan sistem dan keluaran yang akan dihasilkan sistem. Suatu sistem dikatakan berhasil bila mengenai sasaran atau tujuannya (perbedaan tujuan dan sasaran). Berdasarkan pengertian sistem di atas, sistem dapat diartikan sebagai komponen yang saling berinteraksi dengan menerima input untuk menghasilkan ouput dalam proses transformasi yang teratur untuk melakukan suatu pekerjaan dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Jogiyanto (2005:8)
mengatakan bahwa informasi adalah data yang diolah
menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya . Sumber
10
dari informasi adalah data. Data merupakan bentuk jamak dari bentuk tunggal datum atau data-item. Data adalah kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata. Kejadian-kejadian (event) adalah sesuatu yang terjadi pada saat yang tertentu. Kesatuan nyata (fact dan entity) adalah berupa suatu obyek nyata seperti tempat, benda dan orang yang betul-betul ada dan terjadi. Jogiyanto (2005:11) menyatakan nilai dari informasi ditentukan dari 2 (dua) hal yaitu manfaat dan biaya mendapatkannya. Suatu informasi dikatakan bernilai bila manfaatnya lebih efektif dibandingkan dengan biaya mendapatkannya. Akan tetapi, informasi yang digunakan dalam suatu sistem informasi umumnya digunakan untuk beberapa kegunaan. Sehingga tidak memungkinkan dan sulit untuk menghubungkan suatu bagian informasi pada suatu masalah yang tertentu dengan biaya untuk memperolehnya, karena sebagian besar informasi dinikmati tidak hanya oleh satu pihak didalam perusahaan. Jogiyanto (2005:10) menyatakan bahwa kualitas dari suatu informasi tergantung dari 3 (tiga) hal , sebagai berikut : a. Akurat (Accurate) Berarti informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak menyesatkan. Akurat juga berarti informasi harus jelas mencerminkan maksudnya. Informasi harus akurat karena dari sumber informasi sampai ke penerima informasi kemungkinan banyak terjadi gangguan (noise) yang dapat merubah atau merusak informasi tersebut.
11
b. Tepat Pada Waktunya (Timeliness) Informasi yang datang pada penerima tidak boleh terlambat. Informasi yang sudah tidak akan mempunyai nilai lagi. Karena informasi merupakan landasan di dalam pengambilan keputusan. Bila pengambilan keputusan terlambat, maka dapat berakibat fatal untuk organisasi. c. Relevan (Relevance) Berarti informasi tersebut mempunyai manfaat untuk pemakainya. Relevansi informasi untuk tiap-tiap orang satu dengan yang lainnya berbeda. Berdasarkan pengertian informasi yang dijabarkan di atas, dapat disimpulkan bahwa informasi adalah data yang telah diproses sehingga memiliki arti yang dapat digunakan oleh pemakai akhir tertentu yang digunakan untuk suatu tujuan. Data merupakan bentuk yang masih mentah yang belum dapat berceritera banyak, sehingga perlu diolah lebih lanjut. Data diolah melalui suatu model untuk dihasilkan informasi. Data yang diolah untuk menghasilkan informasi menggunakan suatu model proses yang tertentu. Data yang diolah melalui suatu model menjadi informasi, penerima kemudian menerima informasi tersebut, membuat suatu keputusan dan melakukan tindakan, yang berarti menghasilkan suatu tindakan yang lain yang akan membuat sejumlah data kembali. Data tersebut akan ditangkap sebagai input, diproses kembali lewat suatu model dan seterusnya membentuk suatu siklus. Menurut Leitch dan Davis yang diterjemahkan oleh Jogiyanto (2005:11) menyatakan bahwa sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat
12
manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan. 2.1.1.2 Komponen Sistem Informasi Menurut Stair yang diterjemahkan oleh Al Fatta, Hanif (2007:9) menjelaskan bahwa sistem informasi berbasis komputer dalam suatu organisasi terdiri dari komponen-komponen berikut : a.
Perangkat Keras, yaitu perangkat keras komponen untuk melengkapi kegiatan memasukan data, memproses data, dan keluaran data.
b.
Perangkat Lunak, yaitu program dan instruksi yang diberikan ke komputer.
c.
Database, yaitu kumpulan data dan informasi yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga mudah diakses pengguna sistem informasi.
d.
Telekomunikasi, yaitu komunikasi yang menghubungkan antara pengguna sistem dengan sistem computer secara bersama-sama ke dalam suatu jaringan kerja yang efektif.
e.
Manusia, yaitu personel dari sistem informasi , meliputi manajer, analis, programmer, dan operator, serta bertanggung jawab terhadap perawatan sistem. Menurut Burch dan Grudnitski yang diterjemahkan oleh Jogiyanto (2005:12)
menjelaskan komponen sistem informasi yang disebut dengan istilah blok bangunan (buliding block) terdiri dari : a.
Blok Masukan (Input Block) Input mewakili data yang masuk ke dalam sistem informasi. Input di sini termasuk metode-metode dan media untuk menangkap data yang akan dimasukkan, yang dapat berupa dokumen-dokumen dasar.
13
b.
Blok Model (Model Block) Blok ini terdiri dari kombinasi prosedur, logika dan model matematik yang akan memanipulasi data input dan data yang tersimpan di basis data dengan cara yang sudah tertentu untuk menghasilkan keluaran yang diinginkan.
c.
Blok Keluaran (Output Block) Produk dari sistem informasi adalah keluaran yang merupakan informasi yang berkualitas dan dokumentasi yang berguna untuk semua tingkatan manajemen serta semua pemakai sistem.
d.
Blok Teknologi (Technology Block) Teknologi merupakan “kotak alat” (toolbox) dalam sistem informasi. Teknologi
digunakan
untuk
menerima
masukan,
menjalankan
model,
menyimpan dan mengakses data, menghasilkan dan mengirimkan keluaran dan membantu pengendalian dari sistem secara keseluruhan. Teknologi terdiri dari tiga bagian utama, yaitu teknisi (humanware atau brainware), perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware). e.
Blok Basis Data (Database Block) Basis data (database) merupakan kumpulan dari data yang saling berhubungan satu dengan lainnya, tersimpan di perangkat keras komputer dan digunakan perangkat lunak untuk memanipulasinya. Data perlu disimpan di dalam basis data untuk keperluan penyediaan informasi lebih lanjut. Data di dalam basis data perlu diorganisasikan sedemikian rupa, supaya informasi yang dihasilkan berkualitas. Organisasi basis data yang baik juga berguna untuk
14
efisiensi kapasitas penyimpanannya. Basis data diakses atau dimanipulasi dengan menggunakan perangkat lunak paket yang disebut dengan DBMS (Database Management Systems). f.
Blok Kendali (Controls Block) Banyak hal yang dapat merusak sistem informasi, seperti misalnya bencana alam, api, temperatur, air, debu, kecurangan-kecurangan, kegagalankegagalan sistem itu sendiri, kesalahan-kesalahan, ketidak efisienan, sabotase dan lain sebagainya. Beberapa pengendalian perlu dirancang dan diterapkan untuk meyakinkan bahwa hal-hal yang dapat merusak sistem dapat dicegah ataupun bila terlanjur terjadi kesalahan-kesalahan dapat langsung cepat diatasi.
2.1.1.3
Jenis-jenis Sistem Informasi Al Fatta (2007:12) menyatakan bahwa terdapat beberapa tipe sistem informasi
diantaranya : a.
Transaction Processing System (TPS) Transaction Processing System atau Sistem Pemrosesan Transaksi adalah sistem informasi terkomputerisasi yang dikembangkan untuk memproses sejumlah besar data untuk transaksi bisnis rutin. Adapun hal-hal yang bisa dilakukan dalam sistem ini meliputi: a.
Mengotomatisasi penanganan data-data aktifitas bisnis dan transaksi, yang bisa dianggap sebagai kejadian diskrit dalam kehidupan organisasi.
b.
Menangkap data dari setiap traksaksi.
c.
Memverifikasi transaksi untuk diterima dan ditolak
15
d.
Menyimpan transaksi yang telah divalidasi untuk pengumpulandata berikutnya.
e.
Menghasilkan laporan untuk menyediakan rangkuman data berikutnya.
f.
Memungkinkan memindah transaksi dari satu proses ke proses yang
lainnya untuk menagani seluruh aspek bisnis. b.
Management Information System (MIS) Sistem Informasi Manajemen (SIM) adalah sebuah sistem informasi pada level manajemen yang berfungsi untuk membantu perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan dengan menyediakan resume rutin dan laporanlaporan tertentu. SIM mengambil data mentah dari TPS dan mengubahnya menjadi kumpulan data yang lebih berarti yang dibutuhkan manajer untuk menjalankan tanggung jawabnya.
c.
Decision Support System (DSS) Decision Support System merupakan sistem informasi pada level manajemen dari suatu organisasi yang mengkombinasikan data dan model analisis canggih atau peralatan data analisis untuk mendukung pengambilan yang semi terstruktur dan tidak terstruktur. DSS dirancang untuk membantu pengambilan keputusan organisas. DSS biasanya disusun dari: a.
Database (bisa diekstraksi dari TPS/MIS)
b.
Model grafis atau matematis, yang digunakan untuk proses bisnis.
c.
Antarmuka
pengguna,
yang
digunakan
berkomunikasi dengan DSS. d.
Expert System and Artificial Intelligence (ES & AI)
oleh
pengguna
untuk
16
Expert
System
(ES)
merupakan
representasi
pengetahuan
yang
menggambarkan cara seorang ahli dalam mendekati suatu masalah. ES lebih berpusat pada bagaimana mengodekan dan memanipulasi pengetahuan dari informasi. Adapun cara kerja ES sebagai berikut: a.
Pengguna berkomunikasi dengan sistem menggunakan dialog interaktif.
b.
ES menanyakan pertanyaan dan pengguna memberikan jawaban.
c.
Jawaban digunakan untuk menentukan aturan mana yang dipakai dan ES sistem menyediakan rekomendasi berdasarkan atuaran yang disimpan.
d.
Seorang knowledge
engineer
bertanggung jawab pada bagaimana
melakukan akuisisi pengetahuan, sama seperti seorang analis tetapi dilatih untuk menggunakan teknik yang berbeda.
2.1.2
Konsep Sistem Terintegrasi Menurut
Prihanto
(http://rizky.prihanto.web.id/2009/05/konsep-sistem-
terintegrasi.html), dalam konteks sistem informasi, sistem terintegrasi (integrated system)
merupakan sebuah rangkaian proses untuk menghubungkan beberapa sistem - sistem komputerisasi dan software aplikasi baik secara fisik maupun secara fungsional. Sistem terintegrasi akan menggabungkan komponen sub - sub sistem ke dalam satu sistem dan menjamin fungsi - fungsi dari sub sistem tersebut sebagai satu kesatuan sistem. Sistem terintegrasi merupakan tantangan menarik dalam software development karena pengembangannya harus terus mengacu pada konsistensi sistem, agar sub - sub sistem yang sudah ada dan tetap dimanfaatkan secara operasional masih tetap berfungsi sebagaimana mestinya baik ketika proses mengintegrasikan sistem maupun setelah terintegrasi.
Tantangannya
adalah
bagaimana
merancang
sebuah
mekanisme
17
mengintegrasikan sistem-sistem tersebut dengan effort paling minimal – bahkan jika diperlukan, tidak harus melakukan refactoring atau re-developing lagi sistem - sistem yang sudah ada. Ada beberapa metode yang dapat dipergunakan dalam membangun sistem terintegrasi: a.
Vertical Integration, merupakan proses mengintegrasikan sub - sub sistem berdasarkan fungsionalitas dengan menghubungkan sub - sub sistem yang sudah ada tersebut supaya bisa berinteraksi dengan sistem terpusat dengan tetap berpijak pada arsitektur sub sistem yang lama. Metode ini memiliki keuntungan yaitu dapat dilakukan dengan cepat dan hanya melibatkan beberapa entitas development yang terkait dalam proses pembuatan sistem lama. Kelemahannya, metode ini tidak memungkinkan untuk mengimplementasikan fungsi - fungsi baru atau proses bisnis baru ke dalam sub-sistem yang sudah ada – karena effort lebih tinggi ada di proses “mempelajari” arsitektur sistem lama dan menjadikannya acuan untuk membuat sistem terintegrasi. Untuk menghadirkan ekspansi fungsionalitas atau proses bisnis baru adalah harus membuat sub – sistem baru.
b.
Star Integration, atau lebih dikenal sebagai spaghetti integration, adalah proses mengintegrasikan sistem dengan cara menghubungkan satu sub sistem ke semua sub - sub sistem lainnya. Sebuah fungsi bisnis yang diimplementasikan dalam sebuah sub sistem akan di-broadcast ke semua sub - sub sistem lain yang dependen terhadap fungsi bisnis tersebut supaya dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Untuk integrasi sistem dengan ruang lingkup kecil atau menengah dan dengan pemisahan fungsi bisnis yang jelas dan spesifik, metode
18
integrasi ini layak untuk dipertimbangkan. Namun jika fungsi bisnis banyak terlibat di beberapa sub sistem secara dependen, pada akhir proses integrasi sistem akan terlihat sedikit “kekacauan” dalam diagram – proses interkoneksi antar sub sistem akan tampak seperti spaghetti. Efeknya, biaya perawatan dan ekspansi sistem di masa yang akan datang akan memerlukan effort yang sangat berat untuk mempelajari skema integrasi sistem berikut dependency-nya. c.
Horizontal Integration, atau ada yang mengistilahkan dengan Enterprise Service Bus (ESB), merupakan sebuah metode yang mengintegrasikan sistem dengan cara membuat suatu layer khusus yang berfungsi sebagai interpreter, dimana semua sub - sub sistem yang sudah ada akan berkomunikasi ke layer tersebut. Model ini lebih menawarkan fleksibilitas dan menghemat biaya integrasi, karena yang perlu difokuskan dalam implementasi proses pengintegrasian hanya layer interpreter tersebut. Untuk menangani ekspansi proses bisnis juga hanya perlu diimplementasikan di layer interpreter itu juga, dan sub sistem baru yang akan menangani interface dari proses bisnis ekstensi tersebut akan berkomunikasi langsung ke layer dan layer akan menyediakan keperluan - keperluan data/interface untuk sub sistem lain yang memerlukannya.
2.1.3
Pengertian Proses Bisnis Menurut Brady, Monk dan Wagner (2001),
proses bisnis adalah kumpulan
aktivitas yang menggunakan satu atau berbagai jenis input dan menciptakan suatu output yang mempunyai nilai bagi pelanggan.
19
Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004:2), business process adalah kerja, prosedur, dan aturan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas bisnis, independen terhadap sembarang teknologi yang digunakan untuk mengotomasi atau mendukung mereka. Sedangkan menurut Rama, Dasaratha, Jones, dan Frederick (2006), proses bisnis adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh sebuah bisnis dalam rangka penyediaan, produksi dan penjualan barang dan jasa. Proses bisnis adalah
kumpulan aktivitas yang membawa satu atau lebih
bermacam-macam dari input dan membuat output yang memberi nilai pada pelanggan. Dapat dilihat dari dari ilustrasi : Input Æ Proses Æ Output Perbedaan fungsi bisnis dengan proses bisnis : a.
Fungsi bisnis merupakan kegiatan masing-masing divisi dalam perusahaan yang bertugas sesuai dengan fungsinya. Contoh : customer service bertugas untuk melayani pendaftaran pelanggan atau menerima barang yang rusak.
b.
Proses bisnis melibatkan beberapa area fungsional dan berbagai fungsi dengan berbagai area. Manajer bisnis selalu berusaha untuk memandang operasi bisnis dari perspektif kepuasan pelanggan. Berbagai data secara efektif dan efisien antar area fungsional akan membuat
proses bisnis lebih efisien. Sistem informasi dapat didesain sehingga data yang disalurkan akurat dan tepat waktu di antara area fungional. Bisnis menggunakan berbagai input dalam bentuk material, orang dan peralatan, kemudian mengubah input ini menjadi barang dan jasa untuk pelanggan. Informasi sangat dibutuhkan untuk
20
mengatur input dan proses bisnis, sehingga pelanggan menerima barang dan jasa sesuai dengan permintaan. Berdasarkan pengertian proses bisnis di atas, dapat disimpulkan bahwa proses bisnis adalah serangkaian aktivitas yang terdiri dari berbagai macam input untuk memberikan output yang dapat memberikan nilai dalam rangka menyediakan barang maupun jasa kepada pelanggan.
2.1.4
Analisis Sistem Jogiyanto (2005:129) menjelaskan bahwa analisis sistem merupakan penguraian
dari suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasikan dan mengevaluasikan permasalahan-permasalahan, kesempatan–kesempatan, hambatan-hambatan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikan–perbaikan. Menurut O’Brien yang diterjemahkan oleh Fitriasari dkk (2005:518), analisa sistem merupakan studi mendalam mengenai informasi yang dibutuhkan oleh pemakai akhir yang mebghasilkan persyaratan fungsional (functional requirement) yang digunakan sebagai dasar untuk merancang sistem informasi baru. Dalma menganalis sistem dibutuhkan langkah-langkah sebagai berikut: a.
Analisis organisasional (organizational analysis) merupakan analisis tentang organisasi perusahaan, struktur manajemen, orang-orang, aktivitas bisnis, sistem lingkungan yang terkait, dan sistem informasi terbaru.
b.
Analisis sistem yang ada, menganalisis sistem dalam menggunakan hardware, software, jaringan dan sumber daya manusia untuk mengubah sumber data seperti data transaksi ke produk informasi, seperti laporan dan tampilan.
21
c.
Analisis persyaratan fungsional adalah analisis dalam menentukan kebutuhan informasi bisnis khusus. Berdasarkan pengertian analisis sistem diatas, dapat disimpulkan bahwa analisis
sistem adalah sebuah teknik pemecahan masalah yang menguraikan sebuah sistem menjadi bagian-bagian komponen dengan tujuan mempelajari seberapa bagus bagianbagian komponen tersebut bekerja dan berinteraksi untuk meraih tujuan mereka.
2.1.5
Konsep Object – Oriented Analysis and Design (OOAD)
2.1.5.1 Pengertian OOAD Mathiassen (2000:12) menyatakan bahwa Object-Oriented Analysis & Design (OOA&D) adalah kumpulan pedoman umum untuk menjalankan analisis dan perancangan sistem informasi. Oleh karena itu, harus disesuaikan dengan organisasi dan proyek. Karakteristik utama dari Object-Oriented adalah : a.
Data Abstraction Merupakan suatu ide untuk mengelompokan berbagai hal di dalam suatu class, sehingga dapat mengurangi kompleksitas dari sistem.
b.
Encapsulation and Information Hiding Encapsulation berarti pemaketan data dan behaviour ke dalam suatu objek. Information hiding berarti pemisahan aspek-aspek eksternal dari objek, yang dapat diakses oleh objek lainnya. Aspek-aspek internal dari suatu objek, tidak dapat diakses (tersembunyi) dari aspek lainnya.
c.
Polymorphism and Inheritance
22
Polymorphism adalah kemampuan menyembunyikan implementasi yang berbeda di balik interface yang sama. Inheritance adalah mekanisme untuk mendefinisikan suatu class yang didefinisikan dari class yang sudah ada . Keuntungan dari Object-Oriented adalah : a.
Merupakan konsep yang umum yang dapat digunakan untuk memodel hampir semua phenomena dan dapat dinyatakan dalam bahasa umum (natural language).
b.
Menyediakan informasi yang jelas mengenai konteks sistem.
c.
Mengurangi biaya maintenance karena memudahkan untuk mencari hal yang akan diubah dan membuat perubahan menjadi lokal, tidak berpengaruh pada modul yang lainnya. Berdasarkan pengertian Object-Oriented Analysis & Design (OOA&D), dapat
disimpulkan bahwa Object-Oriented Analysis & Design (OOA&D) adalah metode analisis yang memeriksa requirement dari sudut pandang kelas dan objek yang ditemukan dalam ruang lingkup permasalahan. 2.1.5.2 Pengertian Rich Picture Rich picture adalah sebuah gambaran mengenai orang, object, process, structure, dan masalah yang ada dalam problem domain dan application domain sistem. Rich picture tidak memiliki notasi khusus, namun harus dapat menggambarkan aspek-aspek yang ada dalam sistem.
2.1.6
Pemodelan Data Menurut Whitten (2004:280), pemodelan data merupakan teknik untuk
mendefinisikan persyaratan bisnis untuk sebuah database. Pemodelan data kadang
23
disebut pemodelan database karena model data kadang-kadang diimplementasikan sebagai sebuah database. Entity Relationship Diagram (ERD) merupakan model data yang menggunakan beberapa notasi untuk menggambarkan data dalam konteks entitas dan hubungan yang dideskripsikan oleh data tersebut. Menurut Al Fatta, ERD juga menggunakan simbol-simbol khusus untuk menggambarkan elemen-elemen ERD. Berikut ini simbol-simbol yang digunakan dalam ERD: Tabel 2.1 Simbol-simbol ERD Simbol Entity-name identifier
Entitas: Orang, tempat, atau benda. Memiliki nama tunggal. Ditulis dengan huruf besar.
Entitas
Entity-name Attribute name
Berisi lebih dari 1 instance.
Attribute: Properti dari entitas. Harus digunakan oleh minimal 1 proses bisnis.
Attribute
Dipecah dalam detail.
24
Relationship: Relation-name Relationship
Menunjukkan hubungan antar 2 entitas. Dideskripsikan dengan kata kerja. Memiliki modalitas (null/ not null) Memiliki kardinalitas (1:1, 1:N atau M:N)
a.
Entitas Entitas bisa berupa orang, kejadian, atau benda dimana data akan dikumpulkan.
Untuk menjadi sebuah entitas, suatu objek harus menampilkan beberapa kali event. Sebagai contoh, jika sebuah firma hanya memiliki satu gudang, maka gudang tersebut bukan entitas. Tetapi jika perusahaan memiliki banyak gudang, maka gudang bisa menjadi instance suatu entitas jika perusahaan ingin menyimpan data untuk setiap anggota dari gudang. b.
c.
Attribute a.
Informasi yang diambil tentang sebuah entitas.
b.
Hanya yang digunakan oleh organisasi yang dimasukkan dalam model.
c.
Nama attribute harus merupakan kata benda.
d.
Kadang nama entitas diletakkan di depan nama attribute untuk ketelitian.
Relationships a.
Hubungan antar entitas.
b.
Entitas pertama dalam relationship disebut entitas induk, entitas kedua disebut sebagai entitas anak.
25
d.
c.
Relationship harus memiliki nama yang berupa kata kerja.
d.
Relationship berjalan dua arah.
Kardinalitas a.
Kardinalitas mengacu pada berapa kali instance dari sutau entitas dapat berelasi dengan instance lain di entitas yang berbeda.
b.
Satu instance dalam suatu entitas mengacu pada satu dan hanya satu instance pada entitas lainnya (1:1).
c.
Satu instance dalam suatu entitas mengacu ke satu atau lebih instance yang berelasi (1:N).
d.
Satu atau lebih instance dalam suatu entitas mengacu pada satu atau lebih instance pada entitas yang berelasi (M:N).
2.1.7
Flowchart Menurut Romney dan Steinbart,
flowchart
adalah
teknik analisis yang
digunakan untuk menggambarkan beberapa aspek dari sistem informasi secara jelas, ringkas, dan secara logis. Flowchart menggunakan kumpulan symbol-simbol standar untuk menggambarkan prosedur pemrosesan transaksi yang digunakan oleh perusahaan dan arus data melalui sebuah sistem. 2.1.7.1 Simbol Flowchart Simbol untuk membuat flowchart dapat dibedakan ke dalam empat kategori berikut: a.
Input/output symbols, merepresentasikan alat atau media yang menyediakan input atau record output dari operasi pemrosesan.
26
b.
Processing symbols, menunjukkan jenis alat yang digunakan untuk memproses data atau mengindikasikan kapan pemrosesan dilakukan secara manual.
c.
Storage symbols, merepresentasikan alat yang digunakan untuk menyimpan data yang sedang tidak digunakan oleh sistem.
d.
Flow and miscellaneous symbols, mengindikasikan arus data dan barang. Simbol ini juga merepresentasikan operasi ketika flowchart dimulai atau berakhir, dimana keputusan dibuat, dan kapan untuk menambahkan penjelasan untuk flowchart. Tabel di bawah ini menjelaskan simbol-simbol flowchart beserta keterangan
masing-masing simbol. Tabel 2.2 Simbol Flowchart Simbol
Nama Dokumen
Penjelasan Sebuah dokumen atau laporan: dokumen mungkin dipersiapkan dengan tulis tangan ataupun di-print melalui komputer.
1
Beberapa rangkap
Diilustrasikan dengan menumpuk beberapa
dokumen
simbol dokumen dan mencetak nomor dokumen
2 3
di halaman dokumen pada sudut kanan atas. Input/output;
Setiapfungsi input atau output pada sebuah
Journal/Ledger
flowchart program. Juga digunakan untuk menunjukkan jurnal akuntansi dan buku besar pada sebuah flowchart dokumen.
27
Display
Informasi yang ditampilkan oleh alat output online seperti sebuah terminal, monitor, atau layar.
Online Keying
Data yang dimasukan melalui alat online seperti terminal atau komputer personal.
Terminal atau
Simbol display dan online keying digunakan
komputer personal
bersama-sama untuk menunjukkan terminal dan komputer personal.
Transmittal tape
Total control yang disiapkan secara manual, digunakan untuk tujuan control untuk membandingkan dengan total yang dihitung oleh komputer.
Pemrosesan komputer
Fungsi pemrosesan yang dilakukan oleh sebuah komputer, biasanya menghasilkan perubahan pada data atau informasi.
Pemrosesan manual
Sebuah operasi pemrosesan yang dilakukan secara manual.
Operasi auxiliary
Sebuah fungsi pemrosesan yang dilakukan oleh sebuah alat bukan komputer.
Operasi off-line keying
Sebuah operasi yang menggunakan alat off-line keying (contoh: key to disk, cash register)
Magnetic disk
Data yang disimpan secara permanen pada sebuah magnetic disk, digunakan untuk master
28
file dan database. Magnetic tape
Data yang disimpan pada sebuah magnetic tape.
Diskette
Data yang disimpan pada sebuah diskette.
On-line storage
Data yang disimpan pada online file sementara dalam medium direct-access seperti sebuah disk.
File
File dokumen yang disimpan dan didapatkan kembali secara menual, huruf yang ditulis mengindikasikan urutan file-ordering(N=secara numerik, A=secara alphabet, D=dengan tanggal).
Arus pemrosesan atau
Arah pemrosesan atau arus dokumen, arus
dokumen
normal ke bawah dan ke kanan.
Arus data/informasi
Arah arus data/informasi, sering digunakan untuk menunjukkan data yang digandakan dari satu dokumen ke dokumen lain.
Communication link
Perpindahan data dari satu lokasi ke lokasi lain melalui communication line.
On-page connector
Menghubungkan arus pemrosesan pada halaman yang sama, kegunaannya untuk menghindari garis yang saling melintasi pada sebuah halaman.
29
Off-page connector
Digunakan pada saat memasuki atau keluar ke halaman lain.
Terminal
Sebuah awal , akhir, atau titik interupsi program atau prses, juga digunakan untuk mengindikaiskan pihak eksternal.
Decision/Keputusan
Sebuah langkah pembuata keputusan, digunakan pada flowchart program, juga digunakan untuk mengindikasikan pihak eksternal.
Annotation
Tambahan tanggapan deskriptif atau catatan penjelasan sebagai klarifikasi.
2.1.7.2 System Flowchart System flowchart menggambarkan hubungan antara input, pemrosesan, dan output sebuah AIS. Sebuah system flowchart dimulai dengan mengidentifikasikan baik input yang dimasukan ke sistem dan asal-usulnya. Input dapat berupa data baru yang dimasukan ke dalam sistem, data yang disimpan untuk digunakan kemudian, atau pun keduanya. Input diikuti dengan bagian pemrosesan dari flowchart. Logika komputer digunakan untuk melaksasnakan tugas pemrosesan ditunjukkan dalam flowchart program. Hasil berupa informasi baru adalah komponen output, yang dapat disimpan untuk digunakan di masa depan, ditampilkan pada layar, atau dicetak pada kertas. Dalam banyak kasus, output dari suatu proses adalah input untuk proses lain. System flowchart adalah alat analisis, desain, dan evaluasi sistem yang penting. Flowchart ini digunakan secara luas dalam kerja sistem dan menyediakan bentuk
30
komunikasi yang cepat antara karyawan. System flowchart adalah alat yang sangat baik untuk menggambarkan arus informasi dan prosedur dalam sebuah AIS.
2.1.8
Teknik Pengumpulan Data Sugiyono (2008:193) menjelaskan bahwa teknik pengumpulan data dapat
dilakukan dengan interview (wawancara), kuisioner (angket), observasi (pengamatan), dan gabungan ketiganya . 2.1.8.1 Interview (wawancara) Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan pemasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil. Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan telepon. a.
Wawancara Terstruktur Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bagi peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Dengan wawancara terstruktur ini, setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya
b.
Wawancara Tidak Terstruktur Wawancara tidak terstruktur, adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara
31
sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan dinyatakan. 2.1.8.2 Observasi Sugiyono (2008:193) mengatakan bahwa observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner secara berkomunikasi dengan narasumber secara langsung, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga objek-objek alam yang lain. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar . Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dibedakan menjadi participant observation (observasi berperan serta) dan non participant observation . a.
Observasi Berperan Serta (Participant Observation) Dalam observasi ini, penelitian terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian .
b.
Observasi Non-Partisipan Kalau dalam observasi partisipan peneliti terlibat langsung dengan aktivitas orang-orang yang sedang diamati, maka dalam observasi non-partisipan peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen . Dari segi instrumentasi yang digunakan, observasi dapat dibedakan menjadi
observasi terstruktur dan tidak terstruktur . a.
Observasi terstruktur Observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan diamati,dimana tempatnya. Jadi observasi
32
terstruktur dilakukan apabila peneliti telah tahu dengan pasti tentang variable apa yang akan diamati. Pedoman wawancara terstruktur atau angket tertutup dapat juga digunakan sebagai pedoman untuk melakukan observasi . b.
Observasi tidak terstruktur Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati.
2.2
Teori-Teori Khusus
2.2.1
Enterprise Resource Planning (ERP)
2.2.1.1 Definisi ERP Menurut McLeod, dan Schell (2007), Enterprise Resource Planning (ERP) system adalah sistem berbasis komputer yang memungkinkan manajemen dari sumber daya organisasi pada semua perusahaan yang berbasis luas. Menurut O’Brien (2005), Enterprise Resource Planning adalah software lintas fungsi terpadu yang merekayasa ulang proses manufaktur, distribusi, keuangan, sumber daya manusia, dan proses bisnis dasar lainnya dari suatu perusahaan untuk memperbaiki efisiensi, kelincahan, dan profitabilitasnya. Sedangkan menurut Hossain, Patrick dan Rashid (2002), definisi Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sistem software unutk manajemen bisnis, mencakup modul-modul untuk mendukung area fungsional seperti perencanaan, produksi, penjualan, pemasaran, distribusi, keuangan, financial, manajemen sumber daya manusia, manajemen proyek, manajemen persediaan, layanan dan pemeliharaan transportasi dan e-business.
33
Berdasarkan pengertian Enterprise Resource Planning (ERP) , dapat disimpulkan bahwa Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sistem informasi yang diperuntukkan bagi perusahan manufaktur maupun jasa yang berperan mengintegrasikan dan mengotomasikan proses bisnis yang berhubungan dengan aspek operasi, produksi maupun distribusi di perusahaan bersangkutan. 2.2.1.2 Sejarah ERP Sistem ERP telah ada sejak tahun 1960an, dimana awalnya hanya berfokus pada sistem fabrikasi untuk pengendalian persediaan. Dan seiring berkembangnya waktu dan teknologi sistem ERP telah mengalami evolusi pergeseran dari pengendalian menjadi pengelolaaan sumber daya.
Tabel 2.3 Sejarah ERP Tahun 1960an
Peristiwa Sistem
fabrikasi
fokus
kepada
pengendalian
inventory (inventory control). 1970an
Fokus bergeser pada MRP (Material Requirement Planning), yang menerjemahkan jadwal utama suatu produk menjadi kebutuhan berbasis timephased net, untuk perencanaan dan pengawasan barang sebagian jadi, komponen maupun bahan baku.
1980an
MRP-II
(Manufacturing
berkembang
mencakup
Resource pengelolaan
Planning) operasi
34
produksi (shop floor) dan aktivitas pengelolaan distribusi. 1990an
MRP-II dikembangkan lagi mencakup aktivitas rekayasa,
keuangan,
sumber
daya
manusia,
pengelolaan proyek yang melingkupi hampir semua aktivitas
sistem
organisasi
usaha
(business
enterprise), yang kemudian dikenal dengan istilah Enterprise Resource Planning. 2000an-
Entended ERP menjadi ERP II
sekarang
2.2.1.3 Kelebihan-kelebihan ERP Meng-install sistem ERP mempunyai banyak kelebihan secara langsung dan tidak langsung. Kelebihan secara langsungnya seperti peningkatan efisiensi, pengintegrasian informasi untuk pembuatan keputusan yang lebih baik, waktu respon yang lebih cepat terhadap pelanggan dan lain-lain. Kelebihan secara tidak langsungnya seperti image perusahaan yang lebih baik, loyalitas pelanggan yang meningkat, kepuasan pelanggan dan lain-lain. Adanya juga kelebihan lainnya sebagai berikut : a.
Integrasi Bisnis Kelebihan utama yang paling penting pada ERP adalah integrasi. Ini disebabkan karena adanya pengupdatean data secara otomatis terhadap komponenkomponen bisnis yang saling terkait, pada saat suatu transaksi terjadi.
35
b.
Penggunaan teknologi terbaru Penggunaan teknologi terbaru seperti open systems, teknologi client/server, Intranet/Internet, CALS (Komputer-Aided Acquisition and Logistics Support), ecommerce dan lain lain serta adanya fleksibilitas yang tinggi pada sebuah sistem ERP, hal tersebut membuat sebuah sistem ERP lebih cepat untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi.
c.
Pengurangan lead-time Waktu antar membuat suatu pemesanan dan menerima pesanan disebut sebagai lead-time. Hal tersebut sangat berperan penting pada bagian pengontrolan gudang dan pembelian perusahaan. Dengan adanya sistem ERP, maka sistem dapat mendeteksi secara otomatis kapan adanya lead-time sehingga dapat membuat inventory management bekerja lebih efisien dan efektif.
d.
Pengiriman yang tepat waktu Sistem ERP menyediakan kebebasan untuk mengubah metode manufaktur dan perencanaan seperlunya, tanpa mengubah atau mengkonfigurasi ulang struktur layout workplace atau struktur plant perusahaan. Dengan adanya sistem ERP, perusahaan tidak lagi terbatas dengan satu metode manufaktur seperti make-tostock atau make-to-order. Tetapi dengan adanya banyak metode manufaktur dan perencanaan yang tersedia, kedua metode tersebut dapat dikombinasikan dengan metode operasi yang sama, serta juga adanya fleksibilitas untuk memilih metode yang terbaik untuk setiap produk pada setiap life cycle pemrosesannya.
36
e.
Pengurangan terhadap Cycle Time Cycle time merupakan waktu antar pembuatan faktur pemesanan dan pengiriman dari produk yang dipesan. Sistem ERP dapat mengurangi kedua cycle time ; sistem make-to-order dan make-to-stock, tetapi pengurangan cycle-time tersebut lebih terlihat signifikan terhadap sistem make-to-order karena sebuah sistem ERP dapat mengupdate data pada sebuah database yang tersentralisasi dan prosedur tersebut semua terotomatisasi sehingga dapat dilakukan tanpa adanya ikut campur manusia (user).
f.
Peningkatan terhadap Penggunaan Sumber Daya Sistem ERP menyediakan fitur perencanaan kapasitas yang dimana sistem ERP tersebut menempatkan setiap sumber daya terbaik yang terkait dengan production
requirements
dari
master
production
scheduling,
material
requirements planning dan shop floor control. g.
Kepuasan Pelanggan yang lebih baik Kepuasan pelanggan berarti dapat memberikan atau melebihi keperluan yang diharapkan pelanggan terhadap sebuah produk atau jasa. Penilaian terhadap tingkat kepuasaan pelanggan biasanya diukur kurang lebih oleh tiga hal berikut : a.
Produk atau jasa yang ditawarkan terdiri dari fitur-fitur yang penting untuk pelanggan.
b.
Perusahaan dapat respon terhadap permintaan pelanggan dengan waktu yang tepat, yang dimana hal tersebut merupakan salah satu kriteria yang sangat penting terhadap produk dan jasa yang terkustomisasi.
c.
Produk atau jasa bebas dari kecacatan dan berfungsi seusai yang diharapkan.
37
h.
Peningkatan terhadap Performance Pemasok Sistem ERP menyediakan vendor management dan alat pendukung procurement lainnya yang di rancang untuk mengkoordinasikan semua aspek dari proses procurement. Kedua hal tersebut mendukung organisasi untuk secara efektif melakukan negosisasi, pemantauan, mengontrol biaya dan skedul dari bagian procurement dengan sekaligus juga memastikan kualitas produk yang superior. Supplier management dan control process terdiri dari fitur yang juga dapat membantu organisasi dalam mengelola hubungan terhadap pemasok, memantau kegiatan pemasok dan juga sekaligus mengelola kualitas pemasok.
i.
Peningkatan fleksibilitas Sistem ERP tidak hanya meningkatan fleksibilitas dari operasi manufaktur perusahaan, tetapi fleksibilitas organisasi secara keseluruhan dengan teknik configure-to-order (CTO). Dengan teknik tersebut organisasi manufaktur dapat menyederhanakan proses memasukkan pemesanan serta tetap mempunyai fleksibilitas engineer-to-order (ETO) dengan tanpa harus melakukan maintain terhadap bill of material untuk setiap kombinasi produk.
j.
Pengurangan Biaya Kualitas. Quality Management Systems pada sebuah package ERP mendukung benchmarking dan penggunaan desain produk yang optimal, engineering proses, serta pemastian terhadap data yang berkualitas yang dihasilkan oleh setiap bagian fungsional pada perusahaan manufaktur.
k.
Peningkatan terhadap Keakuratan Informasi dan Kemampuan Pembuatan Keputusan.
38
Salah satu kekuatan utama ERP adalah menggambarkan sebuah organisasi sebagai satu entitas dan menyediakan keperluan informasi secara akurat, tepat waktu dan relevan yang diperlukan oleh organisasi tersebut. Dengan adanya hal tersebut maka pengimplementasian sistem ERP pada perusahaan dapat membantu untuk meningkatkan keakuratan informasi dan sekaligus membantu untuk pembuatan keputusan yang lebih baik. 2.2.1.4 Modul-Modul Dalam Sistem ERP Menurut Wibisono (2005:151),
sedikitnya ada 3 sumber daya di dalam
perusahaan yang perlu dikelola secara benar. Inilah mengapa perangkat lunak ERP kebanyakan mempunyai 3 modul utama sebagai berikut: a.
Financial a.
FI-Financial Accounting Digunakan sebagai parameter untuk perhitungan keuntungan, mengukur kinerja keuangan dengan berbasis pada data transaksi. Modul FI juga menyediakan data yang dapat digunakan sebagai alat audit dalam laporan keuangan.
b.
CO-Controlling Fungsi dari modul CO adalah untuk mendukung empat kegiatan pokok : a.
Pengendalian investasi
b.
Pengendalian kegiatan keuangan, memantau dan merencanakan kegiatan pembayaran sesuai dengan jadwal
c.
Pengendalian kegiatan pembelian, pengadaan dan penggunaan dana dalam unit-unit kerja
d.
Pengendalian biaya dan keuntungan perusahaan
berdasarkan semua aktivitas
39
c.
IM-Investment Management Modul IM berkaitan dengan fungsi modul TR, dengan modul IM lebih ditujukan untuk analisis investasi jangka panjang dan asset tetap dari perusahaan untuk membuat keputusan.
d.
EC-Enterprise Controlling Modul EC adalah untuk memberikan akses mengenai : a.
Kondisi keuangan perusahaan
b.
Hasil dari perencanaan dan pengendalian perusahaan
c.
Pengembangan investasi
d.
Pemeliharaan asset-aset yang dimiliki
e.
Pengembangan SDM perusahaan
f.
Kondisi pasar yang berkaitan dengan pengambilan keputusan
g.
Factor-faktor structural dari proses bisnis, seperti struktur produksi, struktur biaya, neraca dan laporan rugi laba.
e.
TR-Treasury Modul TR berfungsi untuk mengintegrasikan antara cash management dan cash forecasting dengan aktivitas logistik dan transaksi keuangan.
b. a.
Distribution dan Manufacturing LE-Logistics Execution Modul LO merupakan modul yang terkait dengan modul lain, seperti modul PP, EC, SD, MM, PM, dan QM. Modul ini focus pada pengaturan logistik dari pembelian hingga distribusi.
40
b.
SD-Sales Distribution Modul SD ditekankan pada penggunaan strategi penjualan yang mampu mengantisipasi perubahan pasar. Prioritas utama dari penggunaan modul ini adalah untuk membuat struktur data yang mampu merekam, menganalisis, dan mengontrol aktivitas untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan dan menghasilkan keuntungan yang layak dalam periode akuntansi yang akan datang.
c.
MM-Materials Management Fungsi utama dari modul MM adalah untuk membantu manajemen dalam aktivitas sehari-hari dalam tipe bisnis apapun yang memerlukan konsumsi material, termasuk energi dan pelayanan.
d.
PP-Production Planning Modul PP ini brfungsi dalam merencanakan dan mengendalikan jalannya material sampai kepada proses pengiriman produk.
e.
PM-Plant Maintanance Modul PM berfungsi untuk mendukung dan mengontrol pemeliharaan peralatan, mengatur data perawatan, dan mengintegrasikan data komponen peralatan dengan aktivitas operasional yang sedang berjalan.
f.
QM-Quality Management Modul QM terintegrasi dengan modul PP-PI Production. Salah satu fungsi dari modul QM adalah untuk menyediakan master data yang dibutuhkan berdasarkan rekomendasi dari ISO-9000 series.
g.
PS-Project System Modul PS dikonsentarsikan untuk mendukung kegiatan berikut ini : a.
Perencanaan terhadap waktu dan nilai
41
b.
Perencanaan detail dengan menggunakan perencanaan cost element atau unit cost dan menetapkan waktu kritis, pendeskripsian aktivitas dan penjadwalan
c.
Koordinasi dari sumber daya melalui otomasi permintaan material, manajemen dan kapasitas material , serta sumber daya manusia
c.
d.
Pemantauan terhadap material, kapasitas dan dana selama proyek berjalan
e.
Penutupan proyek dengan analisa hasil dan perbaikan.
Human Resources Berfungsi untuk: a.
Memudahkan melaksanakan manajemen yang efektif dan tepat waktu terhadap gaji, benefit, dan biaya yang berkaitan dengan SDM perusahaan
b.
Melindungi data personalia dari pihak luar
c.
Membangun sistem perekrutan dan pembangunan SDM yang efesien melalui manajemen karir.
2.2.2 Financial Accounting 2.2.2.1 Pengertian Financial Accounting Menurut Warren (2004:15), Akuntansi keuangan (Financial Accounting) adalah bagian dari akuntansi yang berkaitan dengan pencatatan dan pelaporan data serta kegiatan perusahaan. Walaupun laporan tersebut menghasilkan informasi yang berguna bagi manajer, namun hal itu merupakan laporan utama bagi pemiliki, kreditor , lembaga pemerintah dan masyarakat. Prinsip utama yang dipakai dalam akuntansi keuangan adalah persamaan
akuntansi
(Aset = Liabilitas + Equity).
Akuntansi
keuangan
42
berhubungan
dengan
masalah
pencatatan transaksi untuk
suatu perusahaan atau organisasi dan penyusunan berbagai laporan berkala dari hasil pencatatan tersebut. Laporan ini yang disusun untuk kepentingan umum dan biasanya digunakan pemilik perusahaan untuk menilai prestasi manajer atau dipakai manajer sebagai pertanggungjawaban keuangan terhadap para pemegang saham. Hal penting dari akuntansi keuangan adalah adanya Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang merupakan
aturan-aturan
yang
harus
digunakan
di
dalam
pengukuran
dan
penyajian laporan keuangan untuk kepentingan eksternal. Dengan demikian, diharapkan pemakai dan penyusun laporan keuangan dapat berkomunikasi melalui laporan keuangan ini, sebab mereka menggunakan acuan yang sama yaitu SAK. SAK ini mulai diterapkan di Indonesia pada 1994, menggantikan Prinsip-prinsi Akuntansi Indonesia tahun 1984. 2.2.2.2 Laporan Keuangan Tujuan laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat
bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi nonkeuangan. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship), pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan
43
kepadanya.
Pemakai
yang
ingin
menilai
apa
yang
telah
dilakukan
atau
pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi; keputusan ini mungkin mencakup, misalnya, keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen. 2.2.2.2.1
Elemen Laporan Keuangan
Menurut
Standar
Akuntansi
menggambarkan
dampak
keuangan
Keuangan dari
(2004:12),
transaksi
dan
laporan
peristiwa
keuangan lain
yang
diklasifikasikam dalam beberapa kelompok dasar menurut karakteristik ekonominya. Kelompok besar ini merupakan unsure laporan keuangan. Unsure yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aktiva, kewajiban, dan ekuitas. Sedang unsur yang berkaitan dengan kinerja dalam laporan laba rugi adalah penghasilan dan beban. Laporan perubahan posisi keuangan biasanya mencerminkan berbagai unsure laporan laba rugi dan perubahan dalam berbagai unsure neraca; dengan demikian, kerangkan dasar ini tidak mengidentifikasikan unsur laporan perubahan posisi keuangan secara khusus. Penyajian berbagai unsur ini dalam neraca dan laporan laba rugi memerlukan proses sub-klasifikasi. Misalnya, aktiva dan kewajiban dapat diklasifikasikan menurut hakekat atau fungsinya dalam bisnis perusahaan dengan maksud untuk menyajikan informasi dengan cara yang paling berguna bagi pemakai untuk tujuan pengambilan keputusan ekonomi. Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah:
44
a.
Aktiva adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan.
b.
Kewajiban merupakan hutang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi.
c.
Ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban. Penghasilan bersih (laba) seringkali digunakan sebagai ukuran kinerja atau
sebagai dasar bagi ukuran yang lain seperti imbalan investasi (return on investment) atau penghasilan per saham (earnings per share). Unsur yang langsung berkaitan dengan pengukuran penghasilan bersih (laba) adalah penghasilan dan beban. Pengakuan dan pengukuran penghasilan dan beban, dan karenanya juga penghasilan bersih (laba), tergantung sebagian pada konsep modal dan pemeliharaan modal yang digunakan perusahaan dalam penyusunan laporan keuangannya. Unsur penghasilan dan beban didefinisikan sebagai berikut: a.
Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.
b.
Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya
45
kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal. 2.2.2.2.2
Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Karakteristik kualitatif merupakan merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu : dapat dipahami, relevan, keandalan, dan dapat diperbandingkan. a.
Dapat Dipahami Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah
kemudahannya untuk segera dpat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini, pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk memperlajari informasi dengan ketekunan yang wajar. Namun demikian, informasi kompleks yang seharusnya dimasukan dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh pemakai tertentu. b.
Relevan Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai
dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan, menegaskan atau mengkoreksi, hasil evaluasi mereka di masa lalu. c.
Materialitas Informasi dipandang material kalau kelalaian untuk mencantumkan atau
kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi
46
pemakai yang diambil atas dasar laporan keuangan. Materialiats tergantung pada besarnya pos atau kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi khusus dari kelalaian dalam mencantumkan (omission) atau kesalahan dalam mencatat (misstatement). Karenanya, materialitas lebih merupakan suatu ambang batas atau titik pemisah dari pada suatu karakteristik kualitatif pokok yang harus dimiliki agar informasi dipandang berguna. d.
Keandalan Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki
kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. e.
Penyajian Jujur Agar dapat diandalkan, informasi harus menggambarkan dengan jujur transaksi
serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan. Jadi, misalnya, neraca seharusnya menggabarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya dalam bentuk aktiva, kewajiban dan ekuitas perusahaan pada tanggal pelaporan yang memenuhi kriteria pengakuan. 2.2.2.2.3
Proses Penyesuaian Laporan Keuangan
2.2.2.2.3.1
Buku Besar
Menurut Libby (1998), setelah pencatatan jurnal, jumlah transaksi dipindahkan ke tiap akun yang bersangkutan untuk menentukan balance akun. Sebagai sebuah kelompok, akun-akun ini disebut ledger (buku besar). Buku besar merupakan dasar
47
pembuatan laporan neraca dan laporan laba/rugi. Buku besar dapat memberikan informasi saldo ataupun nilai transaksi untuk setiap kode perkiraan dalam suatu periode akuntansi tertentu. Buku besar ada 2 jenis yaitu buku besar 4 kotak dan 2 kotak masing - masing punya cara yang berbeda. 2.2.2.2.3.2
Neraca Saldo
Menurut Warren, Reeve, dan Fess (2006), neraca saldo adalah salah satu cara untuk menentukan kesamaan jumlah antara jumlha kredit dan debit dalam buku besar. Kesamaan ini harus tebukti pada setiap akhir periode akuntansi. Pembuktian ini yang disebut sebagai neraca saldo (trial balance). Langkah pertama dalam menyiapkan neraca saldo adalah menentukan saldo setiap akun ke dalam buku besar. Jika menggunakan akun standar, maka saldo setiap akun akan terlihat dalam kolom saldo pada baris posting terakhir. Nerada saldo tidak memberikan bukti yang lengkap tentang keakuratan buku besar. Neraca saldo hanya mengindikasikan bahwa jumlah debit dan kredit adalah sama. Namun indikasi tersebut cukup berharga karena kesalahan seringkali mengakibatkan jumlah debit dan kredit yang tidak sama. 2.2.2.2.4
Komponen Laporan Keuangan
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2004:12),
laporan keuangan yang
lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut ini : a.
Neraca Neraca perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsure
posisi keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar. Neraca minimal mencakup pos-pos berikut:
48
a.
Aktiva berwujud
b.
Aktiva tidak berwujud
c.
Aktiva keuangan
d.
Investasi yang diperlukan menggunakan metode ekuitas
e.
Persediaan
f.
Piutang usaha dan piutang lainnya
g.
Kas dan setara kas
h.
Hutang usaha dan utang lainnya
i.
Kewajiban yang diestimasi
j.
Kewajiban berbunga jangka panjang
k.
Hak minoritas
l.
Modal saham dan pos ekuitas lainnya
b.
Laporan laba-rugi Laporan laba rugi perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan
berbagai unsure kinerja keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar. Laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos berikut: a.
Pendapatan
b.
Laba rugi usaha
c.
Beban pinjaman
d.
Bagian dari laba atau rugi perusahaan afiliasi dan asosiasi yang diperlukan menggunakan metode ekuitas
e.
Beban pajak
f.
Laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan
g.
Pos luar biasa
49
h.
Hak minoritas
i.
Laba atau rugi bersih untuk periode berjalan
c.
Laporan perubahan ekuitas Perusahaan harus menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai komponen
utama laporan keuangan, yang menunjukkan: a.
Laba atau rugi bersih periode yang bersangkutan
b.
Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta jumlahnya yang berdasarkan PSAK terkait diakui secara langsung dalam ekuitas
c.
Pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan terkait
d.
Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik
e.
Saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta perubahannya, dan
f.
Rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing-masing jenis modal saham, agio, dan cadangan pada awal dan akkhir periode yang mengungkapkan secara terpisah setiap perubahan.
d.
Laporan arus kas Laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama periode tertentu dan
diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. Klasifikasi menurut aktivitas memberikan informasi yang memungkinkan para pengguna laporan untuk menilai pengaruh aktivitas tersebut terhadap posisi keuangan perusahaan serta terhadap jumlah kas dan setara kas. Informasi tersebut dapat juga digunakan untuk mengevaluasi hubungan di antara ketiga aktivitas tersebut.
50
e.
Catatan atas laporan keuangan Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos
dalam neraca, laporan laba rugi, dan laporan arus kas harus berkaitan dengan informasi yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan : a.
Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting
b.
Informasi yang diwajibkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan tetapi disajikan dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas.
c.
Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam rnagka penyajian secara wajar.
2.2.3
Analisis Fit/Gap
2.2.3.1 Pengertian Analisis Fit/Gap Menurut Hoffman dan Bateson (2006:334), Gap Analysis adalah suatu alat yang digunakan untuk mengetahui kondisi actual yang sedang berjalan diperusahaan tersebut. Hal tersebut dilakukan agar dapat mengetahui apakah suatu perusahaan sudah bergerak dip roses bisnisnya secara optimal untuk memaksimalkan kinerja perusahaan tersebut.Analisis Fit/Gap akan menghasilkan gap (kesenjangan) antara bagaimana operasi bisnis diperlukan untuk melawan yang package tidak bisa penuhi.
51
Menurut Williams (2007:27), Fit/Gap analysis terdapat langkah-langkah praktis yang dapat digunakan dalam situasi kerja sekarang atau sebagai pedoman dalam menaksir bagaimana faktor Fit beroperasi, dan dampak potensial yang akan didapat. Sedangkan menurut www.ehow.com, Fit/gap analysis digunakan untuk mengevaluasi setiap area fungsional di dalam sebuah proyek bisnis atau proses bisnis untuk mencapai sebuah tujuan yang spesifik. Analisis ini mencakup kegiatan mengidentifikasikan data kunci atau komponen-kompinen yang sesuai (fit) didalam sistem bisnis dan gap yang membutuhkan solusi-solusi. Teknik ini berpusat pada beberapa objektif, yang seluruhnya berfokus pada pengukuran komponen-komponen kunci yang dibutuhkan untuk mencapai hasil yang terbaik (best practice) di dalam sebuah organisasi. Dokumen fit/gap analysis mengevaluasi kebutuhan pengguna untuk proyekproyek dan mengidentifikasi berbagai kesenjangan dalam fungsionalitas yang disediakan software. Alternatif akan disediakan ketika kesenjangan dalam fungsi ditemukan. Setiap gap akan ditangani dengan adanya perubahan pada proses bisnis, laporan yang disesuaikan
atau
melakukan
penyesuaian
pada
perangkat
lunak
(software)
(http://www.uofaweb.ualberta.ca/vpfinanceais/pdf/proj_fit_gap.pdf). Berdasarkan pengertian fit/gap analysis diatas, dapat disimpulkan bahwa fit/gap analysis adalah suatu metode yang digunakan untuk mengidentifiikasikan dan memberi penilaian apakah fungsi-fungsi yang tercakup dalam area suatu perusahaan telah sesuai dengan requirement . 2.2.3.2 Tujuan Analisis Fit/Gap
52
Tujuan utama Fit/Gap Analysis pada setiap proyek adalah untuk memastikan bahw setiap proyek dieksekusi/dilaksanakan berdasarkan metode yang efektif dan efisien. Analisis ini juga merekomendasikan perintah-perintah, seperti key issues dan tampilan yang membutuhkan penyesuaian kebijakan pada setiap proses bisnis untuk menjamin hasil sesuai dengan target (http://www.ehow.com/about_6311789_fit-gapanalysis.html). 2.2.3.3 Peringkat kebutuhan pada Fit/Gap Analysis Kebutuhan harus diidentifikasi untuk menentukan tingkat prioritas. Hal ini memungkinkan tim proyek dan sponsor proyek untuk memastikan bahwa semua proses bisnis yang penting dapat ditampung selama implementasi sistem yang baru. Selain itu juga memungkinkan tim proyek untuk fokus pada bidang-bidang yang paling penting untuk organisasi dan menyoroti dimana fungsi yang baru dapat menambah nilai pada bisnis saat ini untuk meningkatkan proses-proses bisnis, menyadari efisiensi atau meningkatkan pelaporan. Legenda berikut mengidentifikasikan kode yang digunakan dalam kolom peringkat Fit/Gap Analysis Report.
53 Tabel 2.4 Peringkat Fit/Gap Analysis Report Peringkat H
Penjelasan HIGH/Mission Critical Requirement- adalah kebutuhan-kebutuhan yang sangat penting dalam misi, dibutuhkan untuk operasi dan tanpa kebutuhan-kebutuhan tersebut organisasi tidak dapat berfungsi ; juga termasuk kebutuhan pelaporan penting untuk internal dan eksternal.
M
MEDIUM/Value Add Requirement – adalah kebutuhan-kebutuhan yang jika bertemu dapat secara signifikan memperbaiki proses-proses bisnis
perusahaan;
kebutuhan-kebutuhan
ini
adalah proses-proses sistem bisnis saat ini yang bukan merupakan misi penting untuk bisnis perusahaan,
tetapi
jika
bertemu
dapat
menyediakan biaya dan mafaat yang signifikan kepada perusahaan. L
LOW/
Desirable
Requirement
–
adalah
kebutuhan-kebutuhan yang baik untuk dimiliki dan dapat menambahkan sedikit nilai kepada proses-proses bisnis perusahaan dan mungkin bertemu melalui workarounds atau merubah proses-proses bisnis.
2.2.3.4 Degree of Fit
54
Langkah berikut dalam tahap analisis untuk menentukan tingkat Fit antara kebutuhan pengguna dan software. Legenda berikut menguraikan kode yang digunakan dalam menentukan tingkat Fit/Gap Analysis Report. Tabel 2.5 Degree of Fit/Gap Analysis Rank
Penjelasan
F
Fit – kebutuhan sepenuhnya dipenuhi oleh software.
G
Gap – software tidak dapat memenuhi kebutuhan.
Komentar
disediakan
dan
alternatif yang disarankan dan rekomendasi yang
dibuat;
dapat
menghasilkan
rekomendasi untuk melakukan customization terhadap software. P
Partial Fit – software memiliki fungsi yang memuaskan
kebutuhan.
Workarounds,
custom report atau customization akan dan diidentifikasi
ketika
dipelrukan
sepenuhnya memenuhi kebutuhan.
untuk
55
2.2.3.5 Gap Resolution Ketika gap diidentifikasi dalam analisis ini, maka akan menyediakan alternatif dan solusi yang direkomendasikan untuk memecahkan gap. Ada beberapa cara untuk memecahkan gap, seperti mengubah proses bisnis, merancang work-around, mengkostumasi perangkat lunak, atau interfacing dengan sistem yang lama. Titik kunci untuk mengerti adalah kostumasi ke funsionalitas perangkat lunak yang dihasilkan akan meningkatkan biaya implementasi proyek seimbang dampak negatif pada kemampuan untuk upgrade ke new release. Hasilnya, tim proyek seharusnya mengambil pendekatan berikut ketika mencari resolusi gap potensial. Berikut adalah penjelasan berbagai pilihan untuk resolusi gap: a.
Package work-Around – pertama tim akan mengidentifikasi cara alternatif pencapaian kebutuhan dalam proses yang dihasilkan.
b.
Membuat bisnis menyesuaikan package – jika package work-around tidak mungkin, tim seharusnya merekomendasikan perubahan potensial proses bisnis untuk menyesuaikan proses dan mengeliminasi gap.
c.
Costumization
sebagai usaha terakhir – seharusnya kostumisasi diperlukan,
strategi yang dipilih untuk membangun fungsionalitas eksternal baru perangkat lunak dan menampilkan package daripada kostumisasi package-nya sendiri. Definisi kostumisasi perangkat lunak adalah sebagai berikut: Kostumisasi paket perangkat lunak dipertimbangkan menjadi beberapa perubahan aplikasi yang memerlukan intervensi oleh staf pengembangan atau beberapa perubahan yang dapat berlawanan mempengaruhi kemampuan untuk upgrade ke release perangkat lunak masa depan. Sebagai contoh : a.
Kreasi atau modifikasi menus, records, fields, atau peta proses bisnis.
56
b.
Kreasi atau modifikasi proses perangkat lunak, application engines atau proses bahasa computer.
c.
Kreasi laporan baru atau modifikasi ke laporan yang dihasilkan atau perubahan untuk mengimplementasikan field tingkat keamanan.
2.2.4
Identifikasi dan Analisa Resiko Kualitatif
2.2.4.1 Pengertian Resiko Proyek Menurut Marchewka (2010), Schwalbe (2010) dan Fuller et. al. (2008), resiko proyek adalah suatu kejadian atau kondisi yang tidak tentu yang jika terjadi memiliki efek positif atau negatif terhadap tujuan proyek. 2.2.4.2 Identifikasi Resiko Menurut Marchewka (2010), identifikasi resiko pada tahap proses manajemen resiko adalah menentukan resiko mana yang mempengaruhi proyek. Identifikasi resiko biasanya termasuk project stakeholder dan membutuhkan sebuah pemahaman dari tujuan proyek juga lingkup, jadwal, anggaran, dan tujuan kualitas proyek. Menurut Schwalbe (2010), identifikasi resiko adalah sebuah proses pemahaman kejadian potensial mana yang dapat merugikan atau meningkatkan sebuah objek tertentu. Sangat penting untuk menentukan resiko potensial lebih cepat, tetapi juga harus berlanjut untuk mengidentifikasi resiko yang berdasarkan perubahan lingkungan proyek. Didalam identifikasi resiko terdapat penentuan resiko mana yang mungkin mempengaruhi sebuah proyek dan mendokumentasi karakteristik dari masing-masing resiko.
57
Berdasarkan pengertian identifikasi resiko diatas, dapat disimpulkan bahwa identifikasi resiko adalah suatu usaha sistematis untuk menentukan ancaman terhadap lingkungan proyek 2.2.4.2.1
Teknik Brainstorming untuk Identifikasi Resiko
Menurut
Warmke
(2003),
brainstorming
adalah
hal
egotistikal
yang
membutuhkan kita untuk menemukan keseimbangan antara kepercayaan diri untuk mendorong ide-ide dan kemampuan kerjasama untuk membuat ide-ide tersebut bekerja dalam konteks kebutuhan orang lain. Teknik brainstorming adalah teknik untuk menghasilkan gagasan yang mencoba mengatasi segala hambatan dan kritik. Kegiatan ini mendorong munculnya banyak gagasan. Brainstorming sering digunakan dalam diskusi kelompok untuk memecahkan masalah bersama. Brainstorming juga dapat digunakan secara individual.
2.2.4.3 Analisa dan Penilaian Resiko Menurut Marchewka (2010), analisis dan penilaian resiko menyediakan sebuah pendekatan sistematis untuk mengevaluasi resiko-resiko yang telah diidentifikasi oleh stakeholders. Tujuan dari analisis resiko adalah untuk menentukan kemungkinan dan dampak dari masing-masing resiko pada proyek. Penilaian resiko, pada sisi lain, fokus pada memprioritaskan berbagai resiko sehingga sebuah strategi resiko yang efektif dapat diformulasikan. Secara ringkas, risiko mana yang harus direspon terlebih dahulu. Untuk derajat yang tinggi, ini akan ditentukan oleh toleransi project stakeholders terhadap resiko. Terdapat dua dasar pendekatan untuk menganalisis dan menilai resiko proyek. Pendekatan pertama lebih kualitatif sifatnya karena terdiri atas penilaian subjektif yang
58
didasarkan pada pengalaman atau intuisi. Analisis kuantitatif, berdasarkan pada teknik matematika dan statistik. Masing-masing pendekatan memiliki kekuatan dan kelemahan ketika dihadapkan pada ketidakpastian, maka kombinasi dari metode kualitatif dan kuantitatif menyediakan wawasan yang bernilai ketika melakukan penilaian dan analisis resiko, yaitu pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. 2.2.4.3.1
Pendekatan Kualitatif (Qualitative Approach) Menurut Marchewka (2010), analisis resiko kuantitatif pada tahap proses
manajemen resiko difokuskan pada analisis kualitas yang berkenaan dengan dampak dan kemungkinana dari resiko-resiko yang telah diidentifikasikan. Analisis resiko kuantitatif fokus pada analisis resiko subjektif berdasarkan pengalaman dan penilaian dari project stakeholder. Walaupun teknik-teknik untuk menganalisis resiko proyek secara kualitatif dapat dilakukan oleh masing-masing stakeholder, tetapi dapat menjadi lebih efektif
jika secara kelompok. Proses
berkelompok ini memperkenalkan masing-masing stakeholder mendengar pandangan yang lain dan mendukung komunikasi yang terbuka diantara berbagai stakeholder. Sebagai hasilnya, padangan yang luas dari ancaman, kesempatan, isu-isu dan sudut pandang dapat didiskusikan dan dimengerti. Menurut Scwalbe (2010), analisis resiko kualitatif menilai kemungkinan dan dampak atas resiko-resiko yang diidentifkasikan utnuk menentukan tingkat dan prioritas. 2.2.4.4 Matriks Peluang/Dampak (Probability/Impact Matrixes) Menurut Schwalbe (2010), seorang manajer proyek dapat menuangkan dalam grafik peluang dan dampak resiko pada Matriks Peluang/Dampak. Sebuah Matriks Peluang/Dampak mendaftarkan peluang dari sebuah resiko yang muncul pada satu sisi
59
dari matriks dan dampak yang berhubungan dengan resiko pada sisi lainnya. Banyak tim proyek memperoleh keuntungan denagn menggunakan teknik sederhana ini untuk membantu mereka
mengidentifikasi resiko yang perlu mereka perhatikan. Untuk
menggunakan pendekatan ini, project stakeholders mendaftarkan resiko-resiko yang mereka perkirakan mungkin muncul atas proyek yang dilaksanakan. Mereka kemudian menentukan apakah resiko tersebut dalam kategori High (Tinggi), Medium (Sedang), atau Low (Rendah) atas peluang timbulnya dan dampaknya jika resiko tersebut muncul. Manajer proyek kemudian membuat ringkasan atas hasil dalam Probability /Impact
Matrix.
Tim
proyek
dapat
memposisikan
resiko
pada
matriks,
mengkombinasikan semua resiko umum dan memutuskan dimana resiko-resiko tersebut diletakkan pada matriks. Tim proyek harus fokus pada setiap resiko yang termasuk pada kategori High dalam matriks. Tim proyek harus mendiskusikan bagaimana mereka merencanakan untuk merespons resiko-resiko tersebut jika terjadi. P R O B
High
A B
Medium
I L
Low
I T
Low
Medium
IMPACT
High
Gambar 2.1 Probability /Impact Matrix
60
Mungkin akan berguna jika dibuat Probablity/Impact Matrix yang terpisah untuk resiko negatif dan resiko positif untuk meyakinkan bahwa kedua tipe resiko telah ditempatkan secara tepat. Beberapa tim proyek juga mengumpulkan data berdasrkan peluang dan dampak resiko yang mempengaruhi secara negatif atau positif terhadap lingkup, waktu, dan tujuan biaya. Analisis resiko kuantitatif normalnya dapat diselesaikan dengan cepat sehingga harus memutuskan tipe pendekatan apa yang paling cocok dengan proyek mereka. 2.3
Kerangka Berfikir Berikut ini merupakan bagan yang menggambarkan kerangka pemikiran dalam
Prosedur Bisnis
Kebutuhan Informasi Prosedur Sistem
Sistem Informasi Perusahaan
A N A L Y Z I N G
I N P U T
menyusun skripsi ini :
GAP
E V A L U A T I N G
P R O C E S S
GAP and Risk Analysis
Rekomendasi Usulan Perbaikan Gambar 2.2 Kerangka Berfikir
D E V E L O P I N G
O U T P U T
RISK