BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Kenyamanan Thermal dan Insulasi
Kenyamanan Thermal Kenyamanan thermal merupakan suatu kondisi dari pikiran manusia yang menunjukkan kepuasan dengan lingkungan thermal (Nugroho, 2011). Menurut Karyono (2001), kenyamanan dalam kaitannya dengan bangunan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana dapat memberikan perasaan nyaman dan menyenangkan bagi penghuninya. Kenyamanan thermal merupakan suatu keadaan yang berhubungan dengan alam yang dapat mempengaruhi manusia dan dapat dikendalikan oleh arsitektur (Snyder, 1989). Sementara itu, menurut Mclntyre (1980), manusia dikatakan nyaman secara thermal ketika ia tidak merasa perlu untuk meningkatkan ataupun menurunkan
suhu dalam
ruangan.
Olgyay (1963)
mendefinisikan zona kenyamanan sebagai suatu zona dimana manusia dapat mereduksi tenaga yang harus dikeluarkan dari tubuh dalam mengadaptasikan dirinya terhadap lingkungan sekitarnya.
Insulasi Insulasi adalah penggunaan material dengan nilai konduktan rendah untuk mengurangi aliran energi melintas material tersebut. Untuk mereduksi aliran energi tersebut material harus mempunyai nilai resistan yang tinggi (nilainya kebalikan dari konduktan). Secara umum udara merupakan insulator yang bagus untuk menghambat panas, dengan syarat proses konveksi dapat ditekan. Sebagian besar material mempunyai sifat insulasi terdapat tiga bagian besar tipe insulation, yaitu : - Resistive insulation, merupakan menghambat aliran panas dengan mengandalkan nilai resistan pada proses konduksi. - Reflective insulation, adalah mereduksi aliran radiasi panas.kemampuan material untuk menyerap atau meradiasikan kembali infra-red sangat tergantung dari bentuk dan warnanya. Penyerap paling bagus adalah material dengan warna hitam dan sebaliknya warna putih merupakan paling bagus sifat reflektifnya. - Capasitive insulation, mempunyai karakteristik yang bermanfaat banyak jika fluktuasi temperatur diantara dua permukaan sangat besar. Sehingga insulasi jenis ini tidak bekerja dalam kondisi steady-state. Metode ini memanfaatkan penundaan aliran 5
6
panas yang tersimpan dalam material bangunan tersebut (time-lag). Sehingga dapat memindahkan kondisi puncak aliran panas pada waktu yang dibutuhkan. Meskipun insulasi dapat dibuat dengan menggabungkan beberapa jenis material bangunan, namun secara fisik dapat dibagi menjadi 5 jenis, yaitu : blankets, blown-in, loose-fill, rigid foam board, reflective films. Keuntungan Insulasi membantu untuk: • Mengurangi penggunaan sistem pemanas dan pendingin • Menghemat biaya • Meningkatkan kenyamanan penghuni • Mengurangi kebisingan. • Memperlambat dan mencegah kebocoran udara dan transmisi uap air. • Membantu meningkatkan ketahanan bangunan terhadap api (fireproof). Berdasarkan digunakan
adalah
ketiga macam tipe insulasi, maka tipe insulasi yang akan tipe
Resistive
insulation
insulasi reflektif membantu menjaga kesejukan
dan
Reflective
insulation
rumah di musim panas dengan
membelokkan radiasi panas. Biasanya diaplikasikan bersama aluminium foil yang dilaminasi ke kertas atau plastik dan tersedia dalam bentuk lembaran dan bantalan. Insulasi reflektif jauh lebih efektif dalam mengurangi perpindahan panas di bandingkan
insulasi
lainnya. Faktanya, insulasi reflektif dapat
memblokir
sebanyak 97% dari aliran radiasi panas. Insulasi biasa hanya memperlambat aliran panas turun, tapi tidak memblokirnya.
. Gambar 1. Simulasi Insulasi sumber: https://herusu71.wordpress.com/2012/05/21/insulasi-termal-thermal-insulation-2/, diakses tanggal April 2015
7
Perkembangan
teknologi
terkini
mendukung
penggunaan thermal
insulator pada rumah tinggal yang merupakan salah satu aplikasi untuk mengatasi masalah panas dalam rumah tinggal, terutama pada bangunan tropis yang memiliki intensitas pencahayaan matahari yang cukup tinggi. Penggunaan thermal insulator pada umumnya dipasang pada bagian atap rumah yang berperan sebagai penghambat laju perpindahan kalor dari luar masuk ke dalam bangunan dan sebaliknya, sehingga panas matahari yang sampai kepada kulit bangunan dapat diminimalisir dan dikurangi sehingga suhu ruang di dalam bangunan tetap dapat terjaga. Dalam menciptakan suatu insulator thermal, sistem perpindahan panas yang dipakai adalah dengan mengeliminasi sistem konveksi dan radiasi yang terjadi, sehingga menyisakan komponen kecil dari konduksi panas yang terjadi. Dalam hal ini jelas, bahwa komponen insulator itu sendiri akan memberikan kontribusi terhadap proses konduksi panas. Perkembangan teknologi insulasi ini memunculkan banyak jenis material polyester insulation dan bahan yang mampu menghambat laju perpindahan panas tersebut. Insulator termal ini akan menjadi sangat berperan pada rumah tinggal, terutama pada rumah-rumah yang memiliki ruangan yang langsung berhubungan dengan bagian atap bangunan, misalnya lantai atas, maupun loteng yang dijadikan ruangan. Insulasi atap akan sangat membantu dalam mempertahankan suhu udara di dalam ruangan dalam loteng, terutama apabila cuaca di luar sangat panas atau dingin.
2.1.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kenyamanan Termal Menurut Auliciems dan Szokolay (2007), kenyamanan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni temperatur udara, pergerakan angin, kelembaban udara, radiasi, faktor subyektif, seperti metabolisme, pakaian, makanan dan minuman, bentuk tubuh, serta usia dan jenis kelamin. Faktor–faktor yang mempengaruhi kenyamanan termal yaitu, temperatur udara, temperatur radiant, kelembaban udara, kecepatan angin, insulasi pakaian, serta aktivitas. a.
Temperatur Udara Temperatur udara merupakan salah satu faktor yang paling dominan dalam
menentukan kenyamanan termal. Satuan yang digunakan untuk temperatur udara adalah Celcius, Fahrenheit, Reamur, dan Celvin. Manusia dikatakan nyaman apabila suhu tubuhnya sekitar 37%. Temperatur udara antara suatu daerah dengan daerah
8
lainnya sangat berbeda. Hal ini disebabkan adanya beberapa faktor, seperti sudut datang sinar matahari, ketinggian suatu tempat, arah angin, arus laut, awan, dan lamanya penyinaran. b.
Temperatur Radiant Temperatur radiant adalah panas yang berasal dari radiasi objek yang
mengeluarkan panas, salah satunya yaitu radiasi matahari. c.
Kelembaban Udara Kelembaban udara merupakan kandungan uap air yang ada di dalam udara,
sedangkan kelembaban relatif adalah rasio antara jumlah uap air di udara dengan jumlah maksimum uap air dapat ditampung di udara pada temperatur tertentu. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kelembaban udara, yakni radiasi matahari, tekanan udara, ketinggian tempat, angin, kerapatan udara, serta suhu. d.
Kecepatan Angin Kecepatan angin adalah kecepatan aliran udara yang bergerak secara
mendatar atau horizontal pada ketinggian dua meter di atas tanah. Kecepatan angin dipengaruhi oleh karakteristik permukaan yang dilaluinya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan angin (Resmi, 2010), antara lain berupa gradien barometris, lokasi, tinggi lokasi, dan waktu.
2.1.2
Standar Kenyamanan Termal Lippsmeier (1997) menyatakan bahwa batas kenyamanan untuk kondisi
khatulistiwa berkisar antara 19°C TE-26°C TE dengan pembagian berikut: Suhu 26°C TE : Umumnya penghuni sudah mulai berkeringat. Suhu 26°C TE–30°C TE : Daya tahan dan kemampuan kerja penghuni mulai menurun. Suhu 30,5°C TE–35,5 °C TE : Kondisi lingkungan mulai sukar. Suhu 35°C TE–36°C TE Temperatur
dalam
: Kondisi lingkungan tidak memungkinkan lagi. ruangan
yang
sehat
berdasarkan
MENKES
NO.261/MENKES/SK/II/1998 adalah temperatur ruangan yang berkisar antara 18°C-26°C. Selain itu, berdasarkan standar yang ditetapkan oleh SNI 03-6572- 2001, ada tingkatan temperatur yang nyaman untuk orang Indonesia atas tiga bagian yang dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.
9 Tabel 2. Batas Kenyamanan Termal Menurut SNI 03-6572-2001 Temperature Efektif (TE) Kelembaban / RH (%) Sejuk Nyaman 20,50C TE - 22,80C TE 50% Ambang Atas 240C TE 80% 70% Nyaman Optimal 22,80C TE - 25,80C TE Ambang Atas 280C TE Hangat Nyaman 25,80C TE - 27,10C TE 60% Ambang Atas 310C TE Sumber: Data BMKG
2.2
Container
Peti Kemas (Container) Peti Kemas adalah suatu reuseable unit transportasi dan penyimpanan produk untuk bergerak dan bahan baku antara lokasi atau negara, istilah wadah atau kotak dapat digunakan pada mereka sendiri dalam konteks pengiriman. Peti kemas barang yang memiliki modul yang sama dan presisi, mudah dirangkai, jumlahnya yang banyak dan harga yang murah dapat menjadi inovasi baru sebagai ruang hunian manusia dengan treathment yang benar dan penerapan yang benar sesuai ilmu kenyamanan thermal dalam bangunan. Keberadaannya yang melimpah dan mudah di bongkar pasang menjadikannya material berkelanjutan dan hemat energi sebagai material recycle. Perlu diketahui juga bahwa container bekas di Amerika Serikat ada lebih dari 17 juta unit yang tidak termanfaatkan. •
Jenis Container yang Digunakan Dan Ukuran Container Berdasarkan ukuran, container dibedakan menjadi container 20 ft, 40 ft, 40 HC ft dan 45 ft. sedangkan berdasarkan jenis cargo muatan dikenal dengan dry, reefer, dan special container. Berikut adalah penjelasan mengenai tipe dan ukuran container dari daftar equipment standar internasional. Di Indonesia yang sering di gunakan jenis Dry Container. Terdapat beberapa ukuran dan jenis Container dry: • 20′ dengan payload (bisa memuat) sampai 28.3 ton. Untuk di Indonesia, ratarata untuk pengiriman internasional hanya diperbolehkan sampai maksimum 20 ton. • 40′ – baik yang standard 8′6″ and maupun 9′6″ high cube – dengan payload sampai 30.4 ton. Batas muatan yang diperbolehkan biasanya sampai 27 – 28 ton. Kalau di wilayah Amerika Serikat malah hanya 25ton. • 45′ – dengan ukuran 9′6″ high cube – dengan total kapasitas 86 meter kubik. Container yang digunakan untuk unit hunian adalah container jenis Dry
10
container bekas kondisi 75-80%, ukuran 20 feet dan 40 feet. Dry container dipilih karena aman dari bahan kimia dari fungsi awal container sebagai alat pengiriman barang.
Gambar 2. Modul Container sumber: www.transportationinformationservice.com, diakses tanggal April 2015
Tabel 3. Spesifikasi Ukuran Container
sumber: container handbook.com, diakses tanggal April 2015
Kapasitas kontainer dinyatakan dalam satuan TEU (twenty-foot equivalent units), hitungan kapasitas ini pertama kali diperkenalkan oleh Richard F Gibney pada tahun 1696. Satu TEU adalah ukuran kapasitas kontainer dengan ukuran standar
11
Panjang 20ft x Lebar 8ft. Pada berbagai kasus yang terjadi, kontainer untuk arsitektur adalah yang berjenis collapsible ISO, yaitu kontainer yang paling umum digunakan. (Smith, J.D., 2006)
Gambar 3. Contoh Arsitektur Kontainer Sumber: Container_Architecture, diakses tanggal April 2015
Arsitektur kontainer adalah sebuah bentukan arsitektural yang menggunakan kontainer bekas sebagai elemen struktural, karena kontainer bekas memiliki kekuatan, ketersediaan yang cukupbanyak, dan biaya yang relatif murah. Kontainer bekas memiliki banyak alasan sebagai suatu struktur bangunan yang ideal karena kuat, tahan lama, dapat disusun-susun, mudah dipotong, mudah dipindahkan, modular, berlimpah dan relatif murah. Akan tetapi kontainer sebagai arsitektur memiliki beberapa kekurangan seperti temperatur, tenaga kerja, lokasi konstruksi, perizinan pembangunan, kontaminasi, dan sistem finishing. Kontainer yang akan diubah menjadi arsitektural, memerlukan treatment insulasi untuk mereduksi panas. Sistem insulasi dapat dilakukan pada sisi luar atau sisi dalam, maupun kombinasi dari keduanya. (Penland, William J., 2008)
2.3
Rumah Susun
2.3.1 Pengertian Rumah Susun Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 60/PRT/1992 tentang Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun, pengertian dan pembangunan Rumah Susun adalah : 1) Lingkungan Rumah Susun adalah sebidang tanah dengan batas-batas yang jelas, di atasnya dibangun Rumah Susun termasuk prasarana dan fasilitasnya secara keseluruhan merupakan tempat permukiman.
12
2) Satuan lingkungan Rumah Susun adalah kelompok susun yang terletak pada tanah bersama sebagai salah satu lingkungan yang merupakan satu kesatuan sistem pelayanan pengelolaan. 3) Prasarana lingkungan Rumah Susun adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan Rumah Susun dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Sehingga dapat disimpulkan, Rumah Susun dapat diartikan sebagai suatu bangunan gedung bertingkat yang memiliki sistem kepemilikan perseorangan dengan hak bersama, yang penggunaannya bersifat hunian, untuk mewadahi fungsi dan aktivitas keluarga yang dilaksanakan secara sederhana. Pembangunan Rumah Susun diarahkan untuk mempertahankan kesatuan komunitas kampung asalnya. Pembangunannya diprioritaskan pada lokasi di atas bekas kampung kumuh dan sasaran utamanya adalah penghuni kumuh itu sendiri yang mayoritas penduduknya berpenghasilan rendah. Mereka diprioritaskan untuk dapat membeli atau menyewa Rumah Susun tersebut secara kredit atau angsuran ringan (Peraturan Pemerintah RI No 4/1988).
2.3.2 Karakteristik Rumah Susun Berdasarkan peraturan pemerintah, karakteristik Rumah Susun di Indonesia memiliki ketetapan standar sebagi berikut (Teddy, 2010 : 11) : 1)
Satuan Rumah Susun • Mempunyai ukuran standar minimum 18 m2, lebar muka minimal 3 meter. • Dapat terdiri dari satu ruang utama (ruang tidur) dan ruang lain (ruang penunjang) di dalam dan atau diluar ruang utama. • Dilengkapi dengan sistem penghawaan dan pencahayaan buatan yang cukup, sistem evakuasi penghuni yang menjamin kelancaran dan kemudahan, serta penyediaan daya listrik yang cukup, serta sistem pemompaan air. • Batas pemilikan satuan Rumah Susun dapat berupa ruang tertutup dan atau sebagian terbuka dan atau ruang terbuka.
2)
Benda Bersama Benda bersama dapat berupa prasaran lingkungan dan fasilitas lingkungan.
3)
Bagian Bersama
13
Bagian bersama dapat berupa ruang untuk umum, struktur, dan kelengkapan Rumah Susun, prasarana lingkungan dan fasilitas lingkungan yang menyatu dengan bangunan Rumah Susun. 4)
Prasarana Lingkungan Prasarana lingkungan berupa jalan setapak, jalan kendaraan sebagai penghubung antar bangunan Rumah Susun atau keluar lingkungan Rumah Susun, tempat parkir, utilitas umum yang terdiri dari jaringan air limbah, sampah, pemadam kebakaran, listrik, gas, telepon, dan alat komunikasi lainnya.
5)
Fasilitas Lingkungan Lingkungan Rumah Susun harus dilengkapi fasilitas perniagaan dan perbelanjaan, lapangan tebuka, kesehatan, pendidikan, peribadatan, pelayanan umum, serta pertanaman. Menurut Yudohusodo dalam Audy (2008 : 9), Rumah Susun memiliki
karakteristik yang berbeda dengan hunian horizontal. Rumah Susun mengandung dualism sistem kepemilikan, yaitu kepemilikan seorangan dan bersama baik dalam bentuk ruang maupun benda. Sistem kepemilikan bersama yang terdiri dari bagianbagian yang masing-masing merupakan satuan yang dapat digunakan secara terpisah yang dikenal dengan istilah condominium. Sistem ini diwajibkan untuk mengadakan pemisahan hak dari masing-masing satuan yang dilaksanakan dengan pembuatan akta pemisahan yang mengandung nilai perbandingan proporsional yang akan digunakan sebagai penerbitan sertifikat hak milik atas satuan yang bersangkutan. Tipe unit Rumah Susun juga beragam. Kisaran luas unit Rumah Susun pada umumnya minimal 18m2 dan paling besar adalah 50 m2.
Tabel 4. Tipe Unit Rumah Susun Tipe Unit Fasilitas Tipe 18 m2 - 1 kamar tidur Tipe 21 m2 - ruang tamu/keluarga Tipe 24 m2 - kamar mandi Tipe ini biasanya untuk keluarga - dapur/pantry muda atau seseorang yang belum memiliki keluarga Tipe 30 m2 - 2 kamar tidur Tipe 36 m2 - ruang tamu / keluarga Tipe 42 m2 - kamar mandi / WC Tipe 50 m2 - dapur / pantry Tipe ini untuk keluarga yang sudah - ruang makan memiliki anak Sumber: Rosfian (2009)
14
Sesuai dengan ukuran modular container yaitu 29,5 m2, maka unit yang dapat dicapai adalah tipe 24m2 dan 50m2.
2.3.3 Fasilitas Rumah Susun Rumah Susun merupakan hunian vertikal yang menjadi tempat tinggal bagi sejumlah penduduk yang menjadi penghuninya, sehingga terdapat fasilitas-fasilitas tertentu yang disediakan guna menunjang kehidupan penghuni didalamnya. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI 03-7013-3004) mengenai Tata Cara Perencanaan Fasilitas Lingkungan Rumah Susun Sederhana, Rumah Susun haruslah memiliki fasilitas lingkungan, yaitu fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya, yang antara lain dapat berupa bangunan perniagaan atau perbelanjaan (aspek ekonomi), lapanagan terbuka, pendidikan, kesehatan, peribadatan, fasilitas pemerintahan dan pelayanan umum, pertamanan serta pemakaman (lokasi diluar lingkungan Rumah Susun atau sesuai rencana tata ruang kota). Fasilitas lingkungan Rumah Susun harus memenuhi persyaratan sebagai berikut menurut Standar Nasional Indonesia adalah : 1)
Memberi rasa aman, ketenangan hidup, kenyamanan dan sesuai dengan budaya setempat
2)
Menumbuhkan rasa memiliki dan merubah kebiasaan yang tidak sesuai dengan gaya hidup di Rumah Susun
3)
Mengurangi kecenderungan untuk memanfaatkan atau menggunakan fasilitas lingkungan bagi kepentingan pribadi atau kelompok tertentu
4)
Menunjang fungsi-fungsi aktivitas penghuni yang paling pokok dari segi besaran maupun jenis sesuai dengan keadaan lingkungan yang ada
5)
Menampung fungsi-fungsi yang berkaitan dengan penyelenggaraan dan pengembangan aspek-aspek ekonomi dan sosial budaya. Tentunya, pelayanan sarana dan prasarana harus memenuhi kebutuhan
penghuni. Dalam hal ini apabila fasilitas lingkungan masih dapat dilayani oleh fasilitas yang berada diluar lingkungan Rumah Susun, maka pemenuhan kebutuhan jenis dan jumlah fasilitas lingkungan dapat disesuaikan sesuai dengan kebutuhan.
15
Perancangan Fasilitas Lingkungan Dalam melakukan perancangan fasilitas lingkungan pada Rumah Susun sederhana, terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan guna memenuhi kebutuhan penghuni. Hal ini telah dijelaskan pula dalam Standar Nasional Indonesia, yaitu bahwa fasilitas lingkungan yang ditempatkan pada lantai bangunan Rumah Susun harus memenuhi kebutuhan sebagai berikut : 1) Maksimal 30% dari jumlah luas lantai bangunan 2) Tidak ditempatkan lebih dari lantai 3 (tiga) bangunan Rumah Susun. 3) Setiap bangunan rumah susun bertingkat tinggi diwajibkan menyediakan area parkir dengan rasio 1 lot parkir kendaraan untuk setiap 5 unit hunian. Atas ketentuan tersebut maka luasan lahan yang digunakan untuk fasilitas lingkungan Rumah Susun harus diperhatikan. Luas lahan yang diperuntukan sebagai fasilitas lingkungan harus memenuhi ketentuan : 1)
Luas lahan untuk fasilitas Rumah Susun seluas-luasnya 30% dari luas seluruhnya
2)
Luas lahan untuk fasilitas ruang terbuka, berupa taman sebagai penghijauan, tempat bermain anak, dan atau lapangan olah raga seluas-luasnya 20% dari luas lahan fasilitas lingkungan Rumah Susun
No 1 2 3 4
Tabel 5. Peruntukan Luas Lahan Rumah Susun Luas Lahan Jenis Peruntukan Maksimum (%) Minimum (%) Bangunan untuk hunian 50 Banguanan fasilitas 10 Ruang Terbuka 20 Prasarana Lingkungan 20 Sumber: Standar Nasional Indonesia (2003)
Jenis Fasilitas Lingkungan Lingkungan Rumah Susun harus dilengkapi dengan fasilitas lingkungan yang dapat berupa ruang atau bangunan. Jenis fasilitas lingkungan yang pokok berada di lingkungan Rumah Susun ada 6 (enam) jenis seperti yang tertera pada Tabel 6. Tabel 6. Fasilitas Lingkungan Rumah Susun
No. 1
Jenis Fasilitas Lingkungan Fasilitas niaga
Fasilitas Yang Tersedia Warung Toko-toko perusahaan dan dagang Pusat perbelanjaan
16
2
Fasilitas pendidikan
3
Fasilitas kesehatan
4
Fasilitas peribadatan
5
Fasilitas pelayanan umum
6
Ruang terbuka
Ruang belajar untuk pra belajar Ruang belajar untuk sekolah dasar Ruang belajar untuk sekolah lanjutan tingkat pertama Ruang belajar untuk sekolah menengah umum Posyandu Balai pengobatan BKIA dan ruamah bersalin Puskesmas Praktek dokter Apotek Musola Masjid kecil Kantor RT Kantor/balai RW Post hansip/siskamling Pos polisi Telepon umum Gedung serba guna Ruang duka Kotak Surat Taman Tempat bermain Lapangan olah raga Peralatan usaha Sirkulasi Parkir
Sumber: Standar Nasional Indonesia (2003)
2.4
Konstruksi Prefab Bangunan prefab dapat berupa : rumah tinggal, kantor sementara, kantor
permanen, camp proyek , pabrik, gudang, sekolah,
rumah sakit dan bangunan
lainnya. Komponen bangunan tersebut berupa lantai, dinding, kolom, rangka atap, atap penutup, pintu, jendela serta berbagai asesorinya. Sebagai contoh adalah komponen bangunan Panel Sandwich yaitu panel yang bagian kiri-kanannya dilapisi metal/baja ringan dengan ketebalan 0,45mm dan ditengahnya diberi isolator EPS ( Expanded Polystyrene) setebal minimum 5cm. Rumah prefab bukanlah ide baru. Rumah ini diketahui telah ada sejak beberapa dekade lalu. Kenyataannya, berbagai bentuk rumah prefab sudah ada sejak 1908. Adalah Sears yang memulai menjual rumah prefab dengan mengirim bahanbahannya menggunakan kereta api. Komponen rumahnya dibangun oleh pekerja lokal di lahan yang sudah ditentukan.
17
Terdapat dua tipe rumah prefab: datar dan modular. Rumah modular hampir seratus persen dibangun di pabrik dan dikirimkan lengkap dengan jendela, pintu dan interior ke lokasi pengembangan. Sementara pengepakan datar berarti rumah tersebut dipersiapkan dan dikirimkan sebelum dirakit, seperti barang-barang IKEA, tapi ini dalam bentuk rumah. Rumah prefab cepat dibangun, "Konstruksi prefab menghabiskan setengah dari lamanya waktu untuk membangun rumah tradisional," ujar Blair Porteous. Hal tersebut dimungkinkan karena rumah prefab dibangun di pabrik, yang artinya pekerjaan menjadi lebih siap ketika di lapangan. Membentuk fondasi misalnya, dapat dilakukan secara simultan sehingga memangkas waktu. Pembangunan rumah modular bahkan lebih cepat lagi. Karena saat dikirim, rumah tersebut telah jadi. Rumah prefab lebih murah dibanding rumah biasa, "Karena menghabiskan waktu lebih lama untuk membangun rumah biasa, biaya yang dikeluarkan untuk menggaji kontraktor akan lebih besar," kata Christine Stoffel dari Hive Modular. Berbeda dengan rumah prefab yang singkat pengerjaannya. Rumah prefab diyakini lebih ramah lingkungan dibandingkan rumah biasa, dalam beberapa poin. Hal tersebut disebabkan, rumah prefab dibuat di pabrik yang artinya mengurangi kerusakan lingkungan seperti saat membangun rumah biasa. Selain itu, pabrik rumah prefab pun menghasilkan lebih sedikit limbah dibandingkan saat konstruksi rumah biasa dilakukan. Jadwal pembangunan juga mudah diprediksi ,"Tidak ada efek cuaca dan efek pekerja tambahan, karena rumah dibangun dalam lingkungan yang terkontrol, dengan tenaga kerja yang stabil dan pasti," kata Porteous. Rumah prefab mudah dimodifikasi , Jika ingin membuat rumah yang lebih kecil, tetapi ingin juga menambahkan ruangan atau lantai tambahan, rumah prefab adalah pilihan yang tepat. Faktanya, jika Anda mendiskusikan ide dengan ahli rumah prefab sebelum menentukan desainnya, mereka akan memberikan rencana pembangunan yang fleksibel.
2.5
Studi Banding
2.5.1 Container City I Proyek Kontainer Kota asli dan pertama, terletak di Trinity Buoy Wharf, di jantung Docklands London. Selesai pada 5 bulan pada tahun 2001, Container City I awalnya 3 cerita tinggi menyediakan 12 studio kerja di 4.800 kaki persegi. Setelah
18
permintaan tinggi lantai ke empat ditambahkan TAHUN 2003 menyediakan tiga tambahan apartemen hidup / kerja. Serta menjadi sangat efektif biaya Container City I yang ramah lingkungan dengan lebih dari 80% dari bangunan yang dibuat dari bahan daur ulang.
Gambar 4. Fasade Dan Interior Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Container_City, diakses tanggal April 2015
2.5.2 Container City II Container City adalah sebuah sistem yang inovatif dan sangat fleksibel yang membuka jalan untuk akomodasi terjangkau dan bergaya dengan sedikit trendi dan arsitektur yang berwarna-warni. Bangunan ini dirancang oleh Urban Space Manajemen, sistem ini dibangun dengan menghubungkan kontainer pengiriman dan untuk memberikan kekuatan tinggi, menggunakan modul baja pre-fabrikasi. Boleh dibilang bangunan kontainer yang paling terkenal di dunia, Container City II mudah dikenali oleh Ziggurat bentuk yang funky dan warna-warna cerah yang dirancang untuk mencerminkan sifat kreatif yang menempati 22 studio nya.Sebagai tahap kedua proyek Kontainer Kota asli di Trinity Buoy Wharf, Container City II adalah baik perpanjangan dan evolusi bangunan pertama. Dibangun berdekatan dengan Kontainer City I, dengan jembatan antarmenghubungkan, lift baru dan akses penyandang cacat penuh, Container City II selesai pada tahun 2002 menyediakan lebih lima lantai ruang kerja dan titik fokus besar untuk kuartal seni yang menarik ini.
19
Gambar 5. Container City Sumber: http://www.containercity.com/projects/container-city-ii, diakses tanggal April 2015
2.5.3 Poligigi dan Taman Baca Amin, Batu Di Poligigi dan Taman Baca Amin,bangunan 2 lantai ini memiliki 2 fungsi berbeda, lantai 1 untuk poligigi dan lantai 2 untuk taman baca, dimana taman baca di lantai 2 terbuat dari 6 module container yang membentuk ruang baca. Dengan alat pengukur suhu dan merasakan ruang didalam taman baca terasa berbeda dengan material buatan Home Office Container, dimana ruangan terasa lebih nyaman secara thermal dan suhu yang berkisar antara 27-28° C, mungkin pengaruh suhu kota Batu yang berlokasi di pegunungan.
Gambar 6. Fasad Bangunan Sumber: http://www.containerhomes.net.au/shipping-containers-as-homes, diakses tanggal April 2015
Interior ruangan yang dilapisi gypsum memberi nuansa berbeda dan lantai dilapisi karpet membuat pengguna merasa nyaman dalam ruangan. Setelah observasi ke Poligigi dan Taman Baca Amin, penulis yakin modul container dapat diterapkan
20
untuk hunian perkotaan dengan pemilihan interior yang tepat dan solusi bukaan desain yang tepat. Sesuai dengan gagasan Khiso Kurokawa mengenai pemanfaatan teknologi pre-fabrikasi untuk container hunian manusia. Dalam hal ini container bekas sebagai ide dasar pada perancangan hunian secara tidak langsung merupakan prefabrikasi yang memiliki module yang sama dan presisi serta mudah dirangkai dan di bongkar. Bangunan poligigi dan taman baca ini memang unik. Dibangun diatas areal sekitar 1570 meter persegi. Bangunannya menggunakan 7 container dengan ukuran berbeda. Tiga container berukuran 20 feet dan 4 container berukuran 40 feet