10
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1
Definisi Konsep Kunci
2.1.1.1 Definisi Kualitas •
Kualitas adalah sebuah ukuran relatif dari kebaikan suatu produk atau jasa yang terdiri atas kualitas disain dan kualitas kesesuaian. Kualitas desain merupakan fungsi spesifik produk, sedangkan kualitas kesesuaian adalah merupakan ukuran tentang seberapa jauh suatu produk memenuhi spesifikasi yang ditetapkan. (Vincent Gaspersz. 1997.Manajemen Kualitas :Penerapan Konsep-Konsep Kualitas Dalam Manajemen Bisnis Total. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hlm 3)
•
kualitas produk dan jasa adalah keseluruhan gabungan karakteristik produk dan jasa dari pemasaran,rekayasa pembikinan, dan pemeliharaan yang membuat produk dan jasa yang digunakan untuk memenuhi harapan –harapan pelanggan. (A.V.Feigenbaum.1999. Kendali Mutu Terpadu Edisi Ke Tiga Jilid I. MS.Erlangga. Jakarta Hlm 6-7)
11
•
mutu atau kualitas adalah jumlah dari atribut atau sifat-sifat sebagaimana dideskripsikan dalam produk yang bersangkutan termasuk, daya tahan, kenyamanan pemakaian, daya guna, dan sebagainya. (Drs. Agus Ahyari. 1998.Manajemen Produksi. BPFE UGM.Yogyakarta.Hlm 235)
•
mutu atau kualitas adalah merupakan factor-faktor yang terdapat dalam suatu barang atau hasil yang menyebabkan barang/hasil tersebut sesuai dengan tujuan
apa
hasil
/
barang
yang
dimaksud.
(Drs.
Sofyan
Assauri.1998.Manajemen Produksi. FEUI.Jakarta.Hlm 221) •
kualitas adalah faktor –faktor yang terdapat dalam suatu produk yang menyebabkan produk tersebut bernilai sesuai dengan maksud untuk apa produk itu di produksi.( T.H.Handoko.1997.Dasar-Dasar Manajemen Operasi dan Produksi. BPFE UGM.Yogyakarta.Hlm 54)
2.1.1.2 Definisi Six Sigma •
six sigma adalah suatu visi peningkatan kualitas menuju target 3.4 kegagalan per sejuta kesempatan (DPMO) untuk setiap transaksi produk ( barang dan/ jasa ), upaya giat menuju kesempurnaan ( zero defect-kegagalan nol ). (Vincent Gaspersz. 2002.Pedoman Implementasi Program Six Sigma.PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.Hlm 8.)
12
•
six sigma adalah suatu system yang komperhensif dan fleksibel untuk mencapai dan memberi dukungan serta memaksimalkan proses usaha yang terfokus pada pemahaman akan kebutuhan pelanggan dan menggunakan faktor – faktor data analisis statistik serta memperhatikan pengaturan dan pengkajian ulang proses usaha. (Miranda ST dan Amir Wirja AK.MBA.2002.Pedoman Six Sigma. Harvindo. Hlm 1)
•
six sigma adalah suatu konsep statistik yang mengukur system proses yang berkaitan dengan tingkat cacat dan kegagalan. (Greeg Bruc.2002.Six Sigma. Canary. Hlm 2)
•
six sigma adalah suatu usaha terus menerus untuk mengurangi variasi proses ke minimum, sehingga proses secara konsisten memenuhi dan melebihi harapan dan persyaratan pelanggan.( Thomas Pyzdek ( Lusy Widjaja ).2002.The Six Sigma Hand Book. Jakarta.Hlm 17)
•
six sigma activity is concerned about the problem happened ( in the sector of manufacturing and non manufacturing ) they could be improved by focusing the sector which causes the problem. (PT.LG Electronik Disply Device Indonesia..2002.Modul Manufucturing Six Sigma.LGEDI.Hlm 6)
13
2.1.1.3 Definisi Pengendalian Kualitas ISO 8402 (quality vocabulary) adalah; merupakan serangkaian teknik-teknik dan aktivitas operasional yang digunakan untuk memenuhi persyaratan kualitas.( Vincent Gaspersz. 2002. Hal 8)
2.1.2
Teori Tentang Total Quality Management (TQM) •
Manajemen kualitas dapat didefinisikan dalam berbagai versi, namun pada dasarnya manajemen kualitas adalah semua aktivitas yang berfokus pada upaya perbaikan secara terus – menerus untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan .
•
Manajemen Kualitas Terpadu (TQM) adalah suatu cara untuk meningkatkan performansi secara terus – menerus pada setiap level operasi atau proses, dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi dengan menggunakan sumber daya manusia dan sumber modal yang tersedia. (Vincent Gaspersz. 2001. Total Quality Managemet. PT. Gramedia Pustaka Utama.Jakarta.Hlm 6)
14
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manajemen kualitas adalah segala aktivitas yang berorientasi pada peningkatan kemampuan proses yang mengintegrasikan semua sumber daya manusia, pemasok (supplier), dan pelanggan (customer) di dalam sebuah lingkungan perusahaan (corporate environment). Agar proses penerapan manajemen kualitas pada sebuah organisasi bisnis ( manufacturing and non manufacturing ) berjalan dengan baik maka, harus diterapkan juga beberapa prinsip manajemen kualitas berikut ini: (Vincent Gaspersz. 2001. Total Quality Managemet. PT. Gramedia Pustaka Utama.Jakarta.Hlm 232) o Orientasi pada proses bukan pada hasil. o Implementasi dari manajemen dengan melibatkan semua orang. o Komunikasi vertical dan horizontal yang efektif. o Perbaikan terus – menerus pada semua proses dan produk, internal dan eksternal. o Komitmen dari manajemen puncak. o Konsisten pada sasaran. o Prinsip pelanggan adalah raja. o Pengembangan sumber daya manusia o Manajemen kualitas berawal dan berakhir dengan pendidikan dan pelatihan. o Sistem balas jasa ( reward ) secara adil.
15
o Kerja sama ( team work ) o Penetapan sasaran melalui partisipasi ide – ide ( perencanaan partisipatif ). Selain itu, untuk mengembangkan manajemen kualitas dalam suatu organisasi kita juga perlu mengetahui elemen-elemen yang ada dalam manajemen kualitas. Adapun elemen – elemen tersebut, pada umumnya mengacu pada beberapa hal sebagai berikut:(Vincent Gaspersz. 2001. Total Quality Managemet. PT. Gramedia Pustaka Utama.Jakarta.Hlm 225) o Visi Organisasi o Menghilangkan hambatan yang ada. o Komunikasi o Evaluasi terus menerus o Perbaikan terus menerus o Hubungan pelanggan pemasok o Pemberdayaan karyawan o Pendidikan dan pelatihan
Untuk melancarkan aktivitas dalam upaya perbaikan kualitas secara terus – menerus
maka,
diperlukan
sebuah
wadah
/
lembaga
terstruktur
yang
mengkordinasikan rencana dan kerja-kerja secara kualitas agar sesuai dengan sasaran yang hendak dicapai. Untuk itu pada organisasi bisnis sebaiknya dibentuk team secara terstruktur untuk menangani sebuah proyek peningkatan kualitas yang dimotori oleh para manajemen puncak.
16
2.1.3
Teori Tentang Six Sigma Motorolla Seperti yang kita ketahui Six Sigma adalah suatu konsep atau cara statistik yang digunakan untuk mengukur sistem proses yang berkaitan dengan tingkat cacat dan kegagalan. Sisx Sigma ini berusaha terus menerus untuk mengurangi tingkat cacat pada saat proses produksi ke tingkat seminimum mungkin, sehingga nantinya proses produksi yang ada akan dapat berjalan dengan konsisten dan produk yang dihasilkan akan dapat memenuhi segala harapan pelanggan.
Six sigma Motorolla merupakan suatu metode atau teknik pengendalian dan peningkatan kualitas secara dramatik yang merupakan terobosan baru dalam bidang manajemen kualitas. Pengendalian proses six sigma dari Motorola (Motorola Company’s Six Sigma Process Control) yang mengijinkan adanya pergeseran sebesar ± 1.5 σ 91.5 x (standar deviasi maksimum ) sehingga akan menghasilkan tingkat ketidak sesuaianan sebesar 3.4 per sejuta kesempatan.( Vincent Gaspersz. 2001. Metode Analisis Untuk Peningkatan Kualitas.PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hlm 115,116)
17
Pada dasarnya pelanggan akan merasa puas apabila menerima nilai sesuai dengan yang diharapkan. Apabila ( produk / jasa ) di proses pada tingkat sigma, maka perusahaan akan berada pada tingkat 3.4 kegagalan persejuta kesempatan (DPMO). Dengan demikian six sigma dapat digunakan sebagai ukuran target kinerja system industri yang menunjukan tentang seberapa baik suatu proses dilakukan /dijalankan. Selain itu, six sigma juga dipandang sebagai pengendalian proses industri berorientasi atau berfokus pada pelanggan. Rumus untuk menghitung DPMO adalah DPMO = [(tingkat cacat/(tingkat produksi x CTQ potensial)] x 1000000 Selnjutunya untuk meng konversikan ke bentuk sigma dapat menggunakan tabel yang tersedia di lampiran atau dapat menggunakan program excel dengan formula = normsinv (1000000 – DPMO) / 1000000 ) + 1.5
18
2.1.3.1 Aspek –aspek Penerapan Six Sigma dalam Industri Manufacturing Dalam penerapan konsep kualitas six sigma dalam dunia industri ini banyak aspek-aspek yang perlu diperhatikan, Adapun beberapa aspek-aspek yang perlu diperhatikan antara lain: o Indentifikasi karakteristik produk yang akan memuaskan pelanggan. o Klasifikasi semua karakteristik kualitas sebagai CTQ (Critical to Quality) individual. o Menentukan apakah setiap CTQ (Critical to Quality) dapat dikendalikan melalui pengendalian material, mesin-mesin, proses kerja dan lain-lain. o Menentukan batas toleransi untuk setiap CTQ (Critical to Quality) sesuai yang diinginkan pelanggan. o Menentukan tingkat maksimum variasi proses untuk setiap CTQ ( Critical to Quality). o Mengubah desain produk atau proses sedemikian rupa agar mampu mencapai target six sigma.
19
2.1.3.2 Langkah-langkah Program Six Sigma. Dalam penggunaan program Six Sigma ini terdapat langkah-langkah yang harus diikuti agar program dapat berjalan lancar. Program peningkatan kualitas six sigma ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan DMAIC, yang meliputi: (Vincent Gaspersz.2002. Pedoman Implementasi Proyek Six Sigma. PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.Hlm 9)
2.1.3.2.1
Define ( Mendefenisi )
o Mendefinisikan criteria proyek o Definisikan peranan orang yang terlibat o Definisikan kebutuhan pelatihan dalam proyek six sigma o Definisikan proses kunci beserta pelanggan dari proyek six sigma
2.1.3.2.2
Measure ( Mengukur)
o Menetapkan CTQ kunci o Menetapkan rencana pengumpulan data o Melakukan pengukuran performance baseline
2.1.3.2.3
Analyze ( Menganalisa)
o Menentukan stabilitas dan kapabilitas proses
20
o Menetapkan target kinerja dari CTQ kunci o Identifikasi sumber dan akar penyebab masalah kualitas o Mengkonversikan banyaknya kegagalan kedalam biaya kegagalan kualitas ( COPQ).
2.1.3.2.4
Improve (Mengembangkan)
o Menetapkan suatu rencana tindakan untuk melaksanakan peningkatan kualitas six sigma. o Mengembangkan daftar periksa untuk memantau proses perbaikan.
2.1.3.2.5
Control (Mengendalikan)
o Standardize o Integrasi
2.2
Kerangka Pemikiran Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan maka dapat diketahui bahwa, yang menjadi kerangka berfikir dalam penelitian ini adalah; pertama, Tipe data yang terkumpul dan akan dianalisis dengan menggunakan metode six sigma motorola adalah berupa data atribut. Kedua, Analisis terhadap data atribut ini menggunakan Diagram Fish bone dan Diagram Pareto, sedangkan peta kendali hanya menunjukan tingkat
21
fluktuasi dalam proses produksi, dan tidak digunakan untuk mengukur sistem dan proses produksi berada pada daerah pengendalian atau tidak. Ketiga, Analisis terhadap proses produksi spring bed AIRLAND menggunakan metode six sigma motorola sekaligus upaya-upaya langlah peningkatan menuju 6 sigma dengan closed Lope DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improvement,and Control )