BAB 2 Landasan Teori Pada bagian ini akan dibahas tentang gereja, sekolah minggu dan guru sekolah minggu, metode dan media pengajaran. 2.1
Gereja dan Sekolah Minggu
2.1.1 Pengertian dan Hakekat Gereja Kata ‘Gereja’ berasal dari bahasa Portugis Igreya dan dalam bahasa Yunani ekklesia yang berarti Jemaat yang dipanggil keluar dari dunia menjadi milik Tuhan. Dapat pula dikatakan bahwa gereja berasal dari Tuhan dan manusia hanyalah penyelenggara ataupun utusan yang menjalankan gereja di dunia. Gereja adalah institusi yang ada di dunia tetapi bukan dari dunia. Gereja adalah kumpulan orang-orang percaya yang ditebus oleh darah Yesus Kristus dan menjadi milik Allah demi kemuliaan-Nya. Gereja dimaksudkan untuk menjadi "rumah doa bagi segala bangsa" dan membangun jembatan untuk memberkati dunia ini dan bukannya tembok pemisah yang membuat diri sendiri terkurung serta membuat kasih Allah tidak tampak bagi dunia ini. Manusia adalah utusan yang mewartakan kasih Allah tersebut. Gereja harus bisa menyuarakan firman Allah agar nama-Nya disembah di seluruh bumi. Kebenaran-Nya harus diberitakan di antara segala bangsa dan suku-suku bangsa. Gereja harus mewujudnyatakan kesaksiannya itu kepada dunia.1 Gereja haruslah mempersiapkan para saksi yang dapat mewartakan kasih Allah tersebut. Gereja (sebagai sebuah lembaga) harus mempersiapkan para saksi ini dengan memperlengkapi mereka dengan berbagai ajaran-ajaran seperti yang telah Yesus ajarkan. Misi bagi gereja adalah “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu
1
Bagus Surjantoro, “Hakekat Gereja” Obor Mitra Indonesia (2003): 27 - 33
1
senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:19-20). Jadikanlah semua bangsa muridKu berarti tidak memandang suku bangsa, ras, warna kulit bahkan usia. Ajaran-ajaran Tuhan Yesus wajiblah juga disampaikan kepada anak-anak karena mereka juga berhak menjadi saksi yang mewartakan kasih Allah bagi dunia. Kata ajarlah mereka berarti bahwa gereja mempunyai tugas untuk mengajar para orang percaya yang telah dibaptis, yang harus diajarkan kepada mereka adalah tentang Yesus sendiri yaitu tentang apa yang telah Dia lakukan. GBKP sebagai gereja yang ada di tengah-tengah dunia juga memiliki pengertian serta pemahaman tentang gereja yang dapat dilihat melalui konfesi GBKP tentang gereja. Berdasarkan konfesi GBKP, gereja adalah persekutuan manusia baru yang harus terus menerus diperbaharui oleh Roh Kudus agar mampu dan bertahan menjadi garam dan terang di konteks dimana ia berada. Sehingga gereja haruslah menyaksikan pola hidup Yesus, agar Kerajaan Allah terwujud di dunia ini. Inilah arti gereja sebagai tubuh Kristus dan Kristus sebagai kepalaNya. Gereja tidak mengadopsi nilai-nilai dunia, tapi memproklamasikan nilainilai Allah yang nampak dari kehidupan Yesus yaitu cinta kasih, keberpihakan pada yang miskin, tidak berdaya, dan yang tersingkirkan untuk menegakkan kebenaran dan keadilan (diakonia).
Inilah
panggilan
gereja,
menyelamatkan
dunia;
mengubah
dan
mentransformasinya. Gereja juga harus mampu melakukan dialog dengan pemerintah dimana ia berada. Semua anggota persekutuan yang adalah manusia baru berperan dan mendapat bagian dalam kesaksian (marturia), persekutuan (koinonia) dan pelayanan (diakonia) gereja, sebagai wujud dari jemaat yang misioner di bawah koordinasi dan arahan dari para pelayan khusus: pendeta, penatua dan diaken.2
2
Tata Gereja GBKP Edisi Sinode, Pengakuan Dasar (Konfesi) GBKP; Pasal 5:Gereja, 2010
2
2.1.2 Tugas dan Panggilan Gereja Gereja bukan tujuan pada dirinya sendiri, melainkan alat untuk menyatakan kemulian Allah di dunia ini (Kerajaan Allah). Ada tiga aspek dari gereja yang harus mendapatkan perhatian penting oleh gereja sendiri. Ketiga aspek tersebut adalah koinonia (persekutuan), marturia (kesaksian), dan diakonia (pelayanan). Pelayanan gereja berjalan dengan baik dan sesuai dengan maksud Tuhan yang empunya gereja bila memperhatikan ketiga aspek tersebut (segi institusional, segi ritual dan segi etis).3 Karena gereja ada di dunia tetapi bukan dari dunia. Gereja harus memperhatikan hal-hal yang terjadi di dunia tempat dimana ia berada tetapi gereja juga tidak dapat melupakan hubungan yang harus dijalin dengan Kepala gereja yang adalah Kristus. Miller sebagaimana yang dikutip oleh Boehlke (hlm.692) menyatakan bahwa gereja memiliki 6 fungsi, yaitu:4 Gereja sebagai persekutuan yang beribadah. Orang belajar beribadah dengan mengambil bagian dalam kebaktian. Gereja adalah persekutuan yang menebus. Artinya, kebutuhan dasar para anggotanya terpenuhi dan hubungan yang terputus dapat dipersatukan serta disembuhkan kembali. Gereja sebagai persekutuan belajar mengajar. Gereja menyediakan kesempatan belajar bagi orang dari segala usia. Dalam gereja, orang mencari jawaban dari Injil terhadap pertanyaan yang ditimbulkan oleh pengalaman hidup. Gereja adalah persekutuan yang peduli akan kebutuhan orang lain terutama yang sakit, miskin, lemah, dan kesepian. Gereja berusaha melayani siapapun, khususnya yang paling hina dan lemah.
3 4
Emanuel Gerrit Singgih, Reformasi dan Transformasi Pelayanan Gereja (Yogyakarta:Kanisius, 2002),25-27 Dien Sumiyatiningsih, Mengajar dengan Kreatif dan Menarik (Yogyakarta:Andi,2009), 28-29
3
Gereja adalah persekutuan yang ingin membagikan iman kepada orang yang belum menerima kabar baik. Dengan mendukung usaha ini, warga gereja mengaminkan amanat Tuhan yang bersifat am. Gereja adalah persekutuan yang bekerja sama dengan kelompok lain. Kerjasama ini dapat dilakukan dengan sesama orang Kristen atau berbeda agama demi pendidikan, untuk tujuan hak asasi manusia, keadilan sosial, perdamaian dengan masyarakat setempat, dan perdamaian antar bangsa. Secara mendalam akan dibahas mengenai fungsi gereja adalah belajar dan mengajar. Gereja haruslah mengajar, setidaknya berkhotbah, atau itu bukanlah sebuah gereja. Mengajar adalah esensi dari sebuah gereja dan gereja yang menolak fungsi ini telah kehilangan sesuatu yang harus dia lakukan sebagai sebuah gereja.5 Tuhan Yesus juga mengingatkan tentang tugas mengajar ini. Tuhan Yesus dalam amanat Agung (Mat 28:19-20) menyebutkan tentang memanggil
murid-muridNya tetapi
juga Ia
menyebutkan tentang
mendidik
dan
mempersiapkan mereka untuk menjadi pendidik di kemudian hari. Tugas yang ingin disampaikan oleh Yesus melalui amanat Agung bukan hanya sebatas menjadikan segala bangsa muridKu tetapi juga berisi tugas mengajar mereka mengenai segala sesuatu yang telah dipesankanNya. Jadi tugas pendidikan atau mengajar adalah mandat dari Tuhan Yesus sendiri.6 2.1.3 Sekolah Minggu sebagai Tempat Kebaktian bagi Anak-Anak Sekolah minggu sering dimengerti sebagai suatu kegiatan yang dilakukan setiap hari minggu di sebuah gereja dan diadakan khusus untuk anak-anak. Harus disadari bahwa kegiatan sekolah minggu adalah suatu usaha pembinaan jemaat, yang juga dapat dilakukan melalui kebaktian terhadap anak. Di dalam sebuah kebaktian Kristen kita saling membagibagikan pengalaman kita kepada orang lain. Kita saling membantu. Kita memuji Allah 5 6
James D. Smart, The Teaching Ministry of the Church (Philadelphia: The Westminster Press), 11 Daniel Nuhamara, Pembimbing PAK (Bandung: Jurnal Info Media, 2007), 68-69
4
bersama. Kita mengungkapkan iman kita di dalam kesetiaan kepada titah Kristus sebagaimana terdapat dalam Alkitab.7 Namun, dalam kebaktian tersebut digunakan kata-kata dari mulut kita yang juga sama dengan kata-kata yang dipakai oleh orang lain. Nyanyian-nyanyian yang kita gunakan juga adalah seperti yang dipahami oleh orang lain. Adalah perlu untuk memanfaatkan media dan bentuk-bentuk yang ada pada kita. Dengan demikian kita memakai cangkir-cangkir yang dibentuk oleh kebudayaan kita. Kata-kata dalam kebaktian, perbendaharaan kata-kata, bentuk-bentuk seni, tindakan-tindakan, arsitektur, dan jubah-jubah kita datang dari kebudayaan kita. Hal-hal tersebut berubah dalam setiap kebudayaan, yang tidak berubah adalah Injil Kristus.8\ Hal tersebut juga harus dipraktekkan dalam kebaktian terhadap anak-anak. Dalam mempersiapkan kebaktian bagi anak-anak harus dilihat hal-hal yang sesuai dengan dunia anak-anak. Guru sekolah minggu serta badan-badan yang menangani pelayanan kepada anak harus peka untuk dapat melihat kebutuhan anak. Kebutuhan anak dapat dilihat melalui tahap perkembangan mereka dan juga melalui ketertarikan mereka (inteligensi mereka yang berbeda-beda). Hal ini dilakukan agar anak-anak dapat memaknai setiap unsur-unsur dalam kebaktian sesuai dengan pemahaman mereka. Pemaknaan sesuai dengan pemahaman mereka penting agar mereka mengenal Tuhan dan pada suatu ketika secara mandiri mereka akan mengikrarkan pengakuan imannya (angkat sidi).9 2.1.4 Gereja dan Sekolah Minggu Sekolah Minggu dapat dikatakan sebagai “tabungan untuk masa depan”10 karena Sekolah Minggu juga merupakan suatu jenis pendidikan non formal yang diberikan kepada
7
Arlo D. Duba dan W. B Sidjabat, Azas-Azas Kebaktian Alkitabiah dan Protestan, 9 Ibid, 9 9 Seperti yang dikutip melalui website GBKP dalam http://www.gbkp.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=8&Itemid=57&lang=en, diunduh pada 11 Juni 2012 10 Ayub Yahya,Menjadi Guru Sekolah Minggu Yang Efektif (Yogyakarta:FootPrints,2011),19 8
5
anak-anak yang berguna untuk pengembangan spiritual dan karakter anak. Pelayanan Sekolah Minggu ini sangat berguna bagi gereja karena anak-anak inilah yang akan melanjutkan kepemimpinan gereja pada masa yang akan datang. Itulah sebabnya pendidikan kepada anakanak sangat penting (band. Yoh 21:15-19 dan Ul 6:6-7). Gambaran gereja di masa depan dapat dilihat dari pelayanan terhadap Sekolah Minggu yang ada di gereja tersebut. Sulit sekali mengharapkan sebuah gereja akan bertumbuh dan berkembang dengan baik dan sehat, kalau pelayanan sekolah minggunya carut marut, terabaikan, atau bahkan tidak terurus. 11 Menurut sebuah survei di Inggris, orang dewasa yang ketika masih kanak-kanak rajin ke Sekolah Minggu, umumnya lebih bertanggungjawab, jujur, mampu bersosialisasi dengan lebih tekun dan lebih dapat diandalkan dibandingkan mereka yang tidak pernah mengenal Sekolah Minggu.12 Melihat hal ini kita harus menyadari bahwa pendidikan kepada anak-anak adalah suatu hal yang wajib dilakukan. Hal ini bukan saja karena kita menginginkan agar ada generasi penerus untuk masa yang akan datang tetapi karena pelayanan terhadap anak-anak juga berharga bagi anak-anak itu sendiri. Sekolah minggu dapat dijadikan tempat bagi anakanak untuk mengekspresikan diri, bersosialisasi, membentuk kepribadian kristiani, menyenangi dan memahami firman Tuhan, serta mengenal, mengasihi Tuhan dan gerejaNya sejak usia dini.13 Yesus yang adalah Kepala gereja juga memiliki perhatian besar terhadap anak-anak. Di tengah kesibukannya mengajar, Dia menyempatkan diri untuk melayani anakanak, memeluk dan memberkati mereka. Dia bahkan menegur para murid yang menghalangi anak-anak datang kepadaNya (Markus 10:13-16).14 Mengingat pentingnya pembinaan kepada anak-anak yang adalah masa depan gereja maka gereja seharusnya memberikan perhatian yang layak bagi Sekolah Minggu. Gereja harus membentuk sebuah komisi atau badan pengurus kategorial yang menangani tentang 11
Ibid, 19-20 Ibid, 20-21 13 Ibid, 20 14 Ibid, 21 12
6
sekolah minggu tersebut agar sekolah minggu (lebih tepatnya pelayanan kepada anak) dapat berjalan dengan lancar dan tepat arah. Setelah membentuk komisi atau badan pengurus kategorial tersebut, gereja bukan hanya tinggal diam membiarkan komisi bekerja sendiri tetapi mendukung pula program yang ditawarkan oleh komisi atau badan pengurus kategorial anak tersebut. Dukungan yang dapat diberikan oleh gereja adalah dengan menyediakan dana dan juga sarana prasarana (menyediakan ruang-ruang khusus untuk Sekolah Minggu dengan dekorasi yang kreatif sesuai dengan usia anak). Gereja (majelis jemaat) harus pula mendampingi guru-guru dalam persiapan dan pelayanannya agar mereka dapat mengevaluasi dan mengawasi pengajaran yang diberikan kepada anak-anak serta memberikan pelatihan bagi guru-guru sekolah minggu ini agar mampu mengajar dengan kreatif. Oleh karena itu perlu dipikirkan pendamping dari guru-guru sekolah minggu tersebut yang memahami dunia pelayanan kepada anak-anak. Gereja juga membantu untuk menyerukan kepada jemaat pentingnya pelayanan kepada anak sehingga jemaat juga mampu mendukung perjalanan pelayanan kepada anak tersebut terlebih orangtua anak.15 2.2
Guru Sekolah Minggu
2.2.1 Menjadi Guru Sekolah Minggu Dalam sebuah sekolah minggu yang biasanya menjadi guru sekolah minggu adalah anggota jemaat yang ada dalam sebuah gereja yang memiliki ketertarikan dalam pelayanan kepada anak. Bahkan ada yang menjadi guru sekolah minggu karena keterpaksaan. Oleh karena di gereja tersebut tidak ada yang bersedia untuk menjadi guru sekolah minggu maka ia mengajukan diri atau ditunjuk untuk melayani di sekolah minggu. Ada juga yang menjadi guru sekolah minggu karena suatu tuntutan seperti Pendidikan Praktek bagi mahasiswa teologi atau juga karena pengaruh dari teman dekat.
15
Paulus Lie,Mereformasi Sekolah Minggu: 8 Kiat Praktis Menjadikan Sekolah Minggu Berpusat Pada Anak (Yogyakarta:Andi,2009), 128-129
7
Menjadi guru sekolah minggu harus disadari sebagai sebuah panggilan. Seperti yang terdapat dalam Yohanes 15:16 “bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu”.16 Menyadari bahwa peran sebagai guru sekolah minggu adalah sebuah panggilan dari Tuhan maka hal yang harus dilakukan oleh Guru Sekolah Minggu adalah merespon panggilan Tuhan tersebut dengan penuh tanggungjawab dan komitmen. Bertanggungjawab dan berkomitmen berarti mampu menyediakan waktu, tenaga, dana, pikiran, juga perasaan untuk melayani anak-anak yang telah dipercayakan bagi guru sekolah minggu. Memberikan prioritas yang selayaknya bagi sekolah minggu.17 Pekerjaan sebagai guru sekolah minggu adalah pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh pihak yang merasa terpanggil tetapi itu bukan berarti guru sekolah minggu dapat bertindak sesuka hatinya ketika mengajar di sekolah minggu. Melayani sebagai guru sekolah minggu juga adalah suatu anugerah dari Tuhan karena tidak setiap orang mendapatkan kesempatan untuk menjadi guru sekolah minggu.18 Menjadi guru sekolah minggu bukan hanya mengenai beban dan pengorbanan yang harus dilakukan oleh guru sekolah minggu. Menjadi guru sekolah minggu dapat juga memberikan pembinaan iman bagi guru sekolah minggu itu sendiri, pengalaman dalam melayani, pertumbuhan rohani, mendapatkan kesempatan untuk membantu orang lain mempersiapkan diri untuk masa depan (dalam hal ini anak-anak yang akan tumbuh menjadi dewasa).19 2.2.2 Fungsi, Peranan dan Tugas Guru Sekolah Minggu Guru harus mengerti tujuan pembinaan anak tersebut yaitu untuk membina anak-anak. Tanpa mengerti tujuan tersebut maka pembinaan tersebut tidak akan pernah berhasil. Selain tujuan, hal yang juga harus mendapat perhatian adalah anak-anak sebagai subjek yang akan memperoleh pembinaan tersebut. Tanpa mengerti kebutuhan, situasi dan kondisi anak-anak 16
Ayub Yahya,Menjadi Guru . . . ., 26 Ibid, 27 18 Ibid, 30 19 Ibid, 31 17
8
maka pembinaan itu hanyalah pembinaan yang sia-sia. Pembinaan kepada anak bukanlah sekedar ada guru, ada pembelajaran, ada kelas, ada prasarana, ada alat musik, ada pujian, ada kegiatan untuk anak, ada cerita, ada puji-pujian dan sebagianya. Pembinaan anak adalah pembinaan yang berpusat kepada anak, sekolah minggu yang berpusat kepada anak. Sekolah minggu yang berpusat kepada anak berarti pembinaan anak dimulai dari pemahaman yang mendalam tentang siapa anak yang diajar dan apa kebutuhannya, kemudian didesain model pembinaan yang secara khusus tepat untuk sekelompok anak di sebuah kelas tertentu. Setiap anak memiliki pergumulannya masingmasing, pergumulan mereka tidak dapat disamakan begitu saja. Sekolah minggu yang berpusat kepada anak adalah pembinaan yang mendesain pengajaran untuk membangun setiap anak di kelompok tersebut sesuai dengan kebutuhannya.20 Guru sekolah minggu harus menyadari kedudukan dan peranannya dalam sekolah minggu. Adapun beberapa peran dari guru sekolah minggu, adalah : 1. Pemandu Alkitab dapat diibaratkan sebagai tempat untuk berwisata maka tokoh-tokoh Alkitab dan cerita-cerita Alkitab adalah “tempat-tempat” yang akan ditunjukkan bagi anak-anak sekolah minggu. Maka sebagai pemandu maka guru sekolah minggu mempunyai tugas untuk mengajak anak-anak mengunjungi tempat-tempat tersebut, guru membantu anak-anak untuk melihat-mengenal-mengalami kemudian merasakan kasih Allah. Sebagai pemandu maka guru harus mengenal lebih dalam “tempat-tempat” tersebut atau dapat dikatakan guru harus memperlajari Alkitab. Sebagai pemandu juga harus mengenal dan mengerti keadaan dari anak-anak yang dipandu, minimal guru sekolah minggu harus mengetahui tentang psikologi
20
Ibid, 3-5
9
anak secara umum. Yang tidak dapat dilupakan adalah seorang pemandu harus mengetahui cara mengkomunikasikan pengetahuannya dengan baik dan juga menarik.21 2. Gembala Guru sekolah minggu adalah gembala dan teladannya adalah Yesus sendiri. Sebagai seorang gembala maka tentu ia akan dikenal dan mengenal domba-dombanya.22 Untuk itu seorang guru perlu memanfaatkan waktu sebelum atau sesudah sekolah minggu untuk berbincang dengan anak-anak sekolah minggunya. Mampu menjaga anak-anak sekolah minggunya dari ancaman-ancaman pengaruh buruk dari lingkungan serta menolong mereka ketika mereka berada di dalam masalah, mencari mereka ketika mereka tidak hadir dalam sekolah minggu.23 3. Pendidik Guru sekolah minggu adalah juga sekaligus seorang pendidik bagi anak-anak sekolah minggunya. Guru harus mampu membangun relasi dengan anak-anak sekolah minggunya. Mendidik bukan sekedar menjadikan anak-anak tahu tentang suatu hal tetapi mendidik juga menuntut adanya perubahan sikap dari anak-anak yang dididik. Mendidik juga bukan hanya tentang apa yang diajarkan tetapi tentang apa yang ditunjukkan dan diteladankan oleh guru.24 4. Sahabat Antara guru dengan anak-anak sekolah minggunya terjalin hubungan pribadi yang mengasihi, memelihara, menolong, dan mengembangkan, sehingga keduanya dapat bertumbuh bersama.25 5. Penerjemah Guru sekolah minggu bukanlah sekedar transmitter (pemberi pesan satu arah yaitu hanya dari guru) tetapi guru sekolah minggu adalah translator (penerjemah). Menjadi 21
Ayub Yahya,Menjadi Guru . . . .,34-35 Ibid, 35 23 Ibid, 36 24 Ibid, 37 25 Dien Sumiyatiningsih, Mengajar dengan Kreatif dan Menarik (Yogyakarta: Andi, 2009), 40 22
10
penerjemah berarti guru mampu berperan sebagai penolong untuk memfasilitasi agar para pribadi dapat menjalin komunikasi. Sebagai penerjemah seorang guru juga menjadi pendengar yang baik agar dapat lebih peka terhadap apa yang ingin anak-anak sampaikan.26 6. Penulis Kurikulum Seringkali kurikulum ditulis atau disusun bersifat sangat umum. Dapat dikatakan kemungkinan kurikulum yang ditulis oleh denominasi gereja atau penerbit buku seringkali hanya memenuhi setengah dari seluruh kebutuhan kelas yang diampu dan terkadang kurang relevan dengan keadaan yang sebenarnya terjadi di lapangan. Hanyalah guru sekolah minggu yang mengajar dalam kelas tertentu yang dapat mengadopsi, mengolah atau bahkan menulis ulang kurikulum agar dapat relevan dengan kelas dan peserta didik yang ada di dalam kelas.27 Guru-guru sekolah minggu juga perlu untuk menulis rencana pengajaran sehingga cocok untuk disampaikan secara khusus kepada peserta didik (anak-anak sekolah minggu).28 7. Pembelajar/Murid Seorang guru sekolah minggu seharusnya tidak berhenti belajar. Dia harus terus berusaha mencari dan mendalami hal-hal yang berkaitan dengan anak-anak sekolah minggu, mengenai cara atau model pengajaran yang menarik dan relevan. Tanpa belajar maka guruguru sekolah minggu akan mengalami stagnasi atau bahkan kemunduran karena harus disadari bahwa ilmu pengetahuan berkembang terus-menerus.29 2.3
Metode dan Media Pengajaran dalam Sekolah Minggu
2.3.1 Pengertian Metode dan Media Pengajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, media adalah alat atau sarana, perantara, penghubung. Sedangkan metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud (tujuan), cara kerja bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu 26
Ibid, 41 Ibid, 42 28 Ibid, 43 29 Ibid, 43 27
11
kegiatan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Dapat disimpulkan bahwa media pengajaran adalah alat atau sarana yang mendukung pendidik atau guru untuk menyampaikan pengajarannya, sedangkan metode pengajaran adalah suatu cara kerja yang teratur yang memudahkan pendidik atau guru untuk melakukan pengajaran dan metode tersebut disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai. Metode senantiasa adalah jalan dan alat saja bukan tujuan. Dalam PAK, metode adalah suatu pelayanan, suatu pekerjaan yang aktif yang dilakukan bagi Firman Tuhan dan bagi sesama manusia supaya kedua pihak itu bertemu satu sama lain. Ada dua teori mengenai metode ini. Pertama, metode orotiter yaitu metode yang memakai kuasa (otoritas) dari pihak yang di atas (pendidik sendiri). Kedua, metode kreatif ialah metode yang hendak menciptakan sesuatu.30 2.3.2 Berbagai Metode dan Media Pengajaran dalam Sekolah Minggu 1.
Bercerita
Bercerita adalah metode mengajar yang cocok digunakan untuk semua usia. Cerita dapat disampaikan dengan cara yang menarik, dramatis, penuh aksi dan sesuai dengan kehidupan.31 Dalam bercerita, guru dapat menyampaikan dongeng maupun kisah nyata. Bercerita dapat memberi kesempatan bagi anak untuk ikut merasakan pengalamanpengalaman orang-orang zaman dulu termasuk juga kisah-kisah yang ada di dalam Alkitab. Bercerita memang adalah cara yang terlihat mudah tetapi sangat sulit menjadi seorang pencerita yang mampu menarik perhatian pendengarnya. Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan agar dapat menjadi pencerita yang baik. Memilih dengan seksama, mempelajari cerita itu sendiri dan latar belakangnya, membuat uraian ringkas dalam pikiran atau tulisan tentang tokoh-tokoh cerita dan urutan kejadian-kejadian, menghafal ungkapan atau alinea yang penting, melatih bercerita, menceritakannya dengan senang dan santai. Dalam setiap 30 31
E.G Homrighausen dan I.H Enklaar, Pendidikan Agama . . . ., 90-91 Clerence H. Benson, Teknik Mengajar, ed. Gandum Mas (Malang:Gandum Mas, 2007), 23
12
cerita haruslah memiliki susunan cerita yang jelas. Susunan tersebut adalah pembukaan, aksi yang bertambah seru, klimaks, penutup. Pada bagian pembukaan haruslah mampu menarik perhatian dari pendengarnya dan pada bagian penutup haruslah disampaikan dengan singkat dan tepat.32 2.
Diskusi
Diskusi menghasilkan keterlibatan dari peserta didik karena melalui diskusi guru dapat meminta mereka untuk menafsirkan pelajaran33 yang diberikan dan melalui diksusi dapat melatih peserta didik untuk saling bekerja sama dan juga mengeluarkan pendapat mereka. Agar suasana diskusi dapat produktif maka harus ada keterbukaan dan keramahan. Dalam diskusi peserta didik maupun guru dapat belajar untuk menghormati pendapat orang lain. Dalam sebuah diskusi, guru bertindak sebagai moderator yang mengatur jalannya diskusi. Guru harus mampu untuk membatasi mereka yang terlalu banyak bicara dan mendorong mereka yang ragu-ragu mengambil bagian. Guru juga harus membantu peserta didik untuk menemukan jawaban bukan menjawab setiap pertanyaan yang ada.34 3.
Proyek
Metode proyek memberi kesempatan kepada peserta didik untuk belajar sambil melaksanakannya. Peserta didik diberikan tugas untuk menyelidiki sesuatu dan peserta didik diberikan kesempatan untuk mengumpulkan keterangan mengenai tugas yang diberikan serta mengerjakan proyek tersebut hingga selesai, biasanya proyek dimulai di kelas tetapi kemudian dapat diselesaikan di rumah dalam waktu tertentu.35 4.
Sandiwara/Drama
Metode ini memungkinkan peserta didik untuk dapat menghayati peristiwa ataupun pelajaran yang disajikan melalui lakon dari para pemain dengan penuh perasaan dan 32
Ibid, 24 Ibid, 26 34 Ibid, 27 35 Ibid, 28 33
13
pengertian. Metode ini menuntut adanya persiapan yang serius dari para pemain karena keberlangsungan dari pembelajaran ini tergantung kepada para pemain yang dari padanya diharapkan dapat menciptakan suasana persekutuan maupun suasana belajar. 5.
Bertanya
Melalui metode bertanya yang diatur dengan sedemikian rupa dapat membantu guru untuk dapat membimbing pengertian mereka kepada sebuah pengertian dan juga pengetahuan tentang banyak hal. Melalui metode bertanya dapat melatih peserta didik untuk berpikir dan juga mencari jawaban dengan cara mereka. Tugas dari seorang guru adalah mengarahkan mereka untuk dapat menemukan jawaban dengan cara mereka sendiri. Guru bukanlah pemberi pertanyaan sekaligus penjawab dari pertanyaan yang diberikannya.36 6.
Inquiry
Metode ini pertama kali dikembangkan oleh Richard Schuhman yang berpendapat bahwa pada dasarnya setiap orang mempunyai keinginan untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan penelitian. Tujuan umum dari inquiry ini adalah menolong peserta didik melatih diri untuk mengembangkan disiplin intelektual mereka dan keterampilan yang dibutuhkan dengan cara memberikan pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar ingin tahu mereka. Model ini memiliki beberapa tujuan, yaitu: 1) melatih keterampilan berpikir, 2) memaksimalkan proses berpikir, 3) peserta didik secara aktif diarahkan untuk memperoleh pengetahuan secara mandiri, 4) peserta didik juga perlu untuk menemukan sendiri siapa, di mana, bagaimana Tuhan, sifat-sifat dan kehendakNya. 37 Secara sederhana dapat dikatakan bahwa metode ini seperti permainan klu kata. Guru memberikan petunjuk tentang hal yang akan diberikan kepada peserta didik lalu peserta didik berusaha untuk menganalisa klu yang telah diberikan oleh guru dan berusaha untuk menemukan hal apa yang ingin disampaikan oleh gurunya. Hubungan guru dengan peserta 36 37
E.G Homrighausen dan I.H Enklaar, Pendidikan Agama . . . ., 98-99 Dien Sumiyatingsih, Mengajar . . . .,78-79
14
didik dalam metode ini sejajar, berimbang. Kedua pihak berhak untuk memberikan gagasannya. 7.
Synectic
Model ini dikembangkan oleh William J.J Gordon dkk, menurut Gordon kreativitas merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari, berlangsung seumur hidup, dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas hidup.38 Oleh karena itu perlu diciptakan suasana sedemikian rupa agar peserta didik dapat belajar secara aktif dan kreatif. Tujuan dari model ini adalah 1) kreativitas adalah kegiatan sehari-hari dan berlangsung seumur hidup, 2) proses menjadi kreatif penting untuk melatih individu atau kelompok untuk meningkatkan kepribadian mereka, 3) kreativitas diterapkan di semua bidang atau aspek kehidupan, 4) pengembangan diri dan penemuan-penemuan kreatif dihasilkan bukan saja oleh pribadi tetapi juga kelompok. Starategi yang digunakan dalam model ini adalah melalui analogi. Metode ini melatih peserta didik menjadi seseorang yang peka terhadap lingkungannya dan keadaan yang terjadi di sekitarnya.39 8.
Pertemuan Kelas
Metode ini terbentuk atas asumsi bahwa manusia memiliki suatu kebutuhan dasar yaitu kebutuhan cinta dan harga diri. Kebutuhan ini berakar dalam hubungan manusia itu sendiri dengan manusia yang lainnya. Glasser yang mengembangkan metode ini berpendapat bahwa sejak manusia lahir sampai ia dewasa memiliki kebutuhan untuk mencintai dan dicintai. Dalam kegiatan kelas, cinta ini berwujud dalam bentuk tanggungjawab sosial untuk membantu dan memelihara perkembangan siswa. Perasaan mencintai dan dicintai akan menumbuhkan perasaan keberadaan yang berharga pada diri individu. 40
38
Ibid, 95 Ibid, 96-97 40 A. E. Zainsyah et.al., Model-Model Mengajar, ed. M. D. Dahlan (Bandung: Diponegoro, 1984), 105-106 39
15
Metode pertemuan kelas ini adalah untuk mengembangkan kelompok yang dapat menumbuhkan suasana memelihara, disiplin diri sendiri, dan kesepakatan berperilaku. Ada tiga tipe pertemuan dari metode pertemuan kelas ini. 1) Pertemuan pemecahan masalah sosial. Dalam tipe pertemuan ini, peserta didik berupaya mengembangkan tanggungjawab untuk belajar dan berperilaku dengan jalan memechakan masalah mereka di dalam kelas. 2) Pertemuan terbuka. Dalam pertemuan ini peserta didik memikirkan dan mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan kehidupan mereka. 3) Pertemuan terarah terbuka. Pertemuan ini terbuka seperti tipe kedua tetapi terarah pada apa yang sedang dipelajari di kelas.41 Tahap-tahap yang dapat dilakukan untuk melakukan model ini: 1) Memantapkan suasana yang mengundang keterlibatan, 2) Menyajikan masalah yang akan didiskusikan, 3) Mengembangkan pertimbangan nilai pribadi, 4) Mengindentifikasi alternatif tindakan, 5) Merumuskan kesepakatan, 6) Tindak lanjut.42 Metode pertemuan kelas ini menuntut guru harus memiliki kehangatan pribadi dan keterampilan di dalam melakukan hubungan antar pribadi. Guru juga harus menciptakan suasana yang terbuka dan tidak defensif serta mengendalikan kelompok untuk menilai perilaku.43 9.
Film atau Gambar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, film adalah lakon (cerita) gambar hidup. Ada beberapa jenis film yaitu dokumenter, kartun, serial dll. Dokumenter adalah sebuah dokumentasi dalam bentuk film mengenai suatu peristiwa bersejarah atau suatu aspek seni budaya yang mempunyai makna khusus agar dapat menjadi alat penerangan dan alat pendidikan. Kartun adalah film hiburan dalam bentuk gambar lucu yang mengisahkan tentang binatang namun dalam perkembangannya kemudian kartun bukan hanya menceritakan
41
Ibid, 109 Ibid, 110 43 Ibid, 113 42
16
tentang binatang tetapi juga suatu cerita tentang seorang tokoh atau kejadian dapat dibuat dalam film kartun (animasi). Film serial adalah film dengan tokoh-tokoh utama yang sama cerita yang beruntun.44 Film dapat digunakan oleh guru untuk dapat menjelaskan pokokpokok pelajaran yang ingin disampaikan kepada peserta didik. Selain film, gambar juga dapat dijadikan alat untuk menyampaikan pelajaran. Melalui gambar peserta didik dapat melihat misalnya contoh situasi, tokoh yang sedang mereka pelajari. Untuk mencapai sesuatu ada berbagai metode maupun media yang harus dipahami agar dapat mencapai tujuan tersebut. Metode dan media merupakan hal yang praktis yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan. Khusus dalam proses belajar dan mengajar, metode dan media pengajaran sangat penting untuk diterapkan karena ada hubungan yang sangat dekat antara apa yang diajarkan dan bagaimana mengajarkan hal tersebut. Ternyata Tuhan Yesus di dalam pengajaranNya selalu menggunakan berbagai macam cara atau metode agar pengajaranNya dapat dimengerti. Pengajaran yang dilakukan oleh Yesus ternyata berhasil, bahkan Ia seorang Guru yang berhasil dan handal. Hal ini dapat terjadi karena isi pengajaranNya yang menarik ditambah cara penyampaianNya yang menggunakan berbagai metode tersebut. Bahan ajar yang baik belum menjamin berkualitasnya suatu pengajaran tetapi jika bahan yang baik disampaikan dengan cara yang cocok dan tepat maka pengajaran tersebut akan memperoleh keberhasilannya. Gereja yang menjadikan sekolah minggu sebagai wadah pembinaan jemaat terkhusus bagi anak-anak harus mampu menyampaikan pembinaan tersebut dengan cara yang kreatif dan berpusat kepada peserta didik sebagai subjek dari pembinaan tersebut. Pembinaan yang kreatif dapat tercapai dengan cara menerapkan metode dan media pengajaran dalam menyampaikan pengajaran kepada jemaatnya terkhusus pengajaran bagi anak-anak. Melalui metode dan media maka pengajaran akan berpusat
44
http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php diunduh pada 11 Juni 2012
17
kepada subjek dari pengajaran tersebut. Metode dan media tersebut adalah alat yang menghubungkan antara guru dan peserta didik sehingga ada pengertian dari guru maupun peserta didik. Pengertian ini pada akhirnya akan mendatangkan kerjasama yang baik antara keduanya. Metode dan media ini haruslah dikembangkan sesuai dengan kebutuhan anak atau peserta didik. Perhatian kepada kebutuhan anak akan menjadikan metode dan media pengajaran tersebut tepat sasaran dan dapat dirasakan manfaatnya. Kebutuhan anak dapat kita lihat dari psikologi perkembangan manusia dan juga kaitannya dengan kecerdasan majemuk yang dimiliki oleh setiap manusia. 2.3.2.1 Perkembangan Anak dan Multiple Intelligences (Kecerdasan Majemuk) Perkembangan adalah rangkaian perubahan kepada kemajuan yang tersusun secara rapi, tipe yang padu menuju akhirnya yaitu kedewasaan. Kemajuan yang dimaksudkan berarti bahwa perubahan tersebut bergerak maju bukan mundur. Rapi dan padu berarti bahwa perkembangan tersebut bukanlah suatu hal yang sembrono dan kebetulan tetapi ada hubungan yang sangat jelas dan terbatas antara setiap jenjang perkembangan dalam setiap urutan perkembangan. Ada tiga keuntungan penting yang dapat diperoleh dengan mengetahui perkembangan normal dari anak-anak, yaitu: 1. Memungkinkan kita untuk mengetahui apa yang diharapkan oleh anak dalam setiap usia dan secara umum dapat mengetahui perbedaan dari bentuk-bentuk tingkah laku yang akan muncul dalam bentuk dewasa. 2. Karena pola perkembangan dari setiap anak hampir sama sehingga dapat membantu kita untuk melihat kesesuaian tingkah laku seorang anak menurut usianya.
18
3. Pengetahuan tentang perkembangan anak memungkinkan pendidik untuk membimbing perkembangan mereka ke arah yang diinginkan. 45 Karakteristik dari perkembangan tersebut adalah: 46
Perkembangan mengikuti sebuah pola. Perkembangan bukan sesuatu yang
kebetulan dan tidak teratur tetapi sesuatu yang padu dan terpola. Khususnya kepada manusia dimulai dari perkembangan dalam kandungan, bayi, masa anak-anak, dan seterusnya. Setiap tahap adalah hasil dari tahap sebelumnya dan tahap yang sekarang adalah prasyarat untuk tahap selanjutnya.
Perkembangan berproses dari yang umum kepada yang khusus.
Perkembangan itu berkelanjutan, tidak berhenti.
Perbedaan-perbedaan individu dalam perkembangan yang konstan
Perkembangan terjadi dalam porsi yang berbeda untuk setiap bagian dari tubuh
manusia.
Kebanyakan ciri dalam perkembangan saling berhubungan.
Perkembangan dapat diprediksi.
Setiap fase perkembangan mempunyai cirinya tersendiri
Kebanyakan bentuk yang sering disebut sebagai “masalah dalam tingkah laku”
akan terlihat normal pada usia dimana hal tersebut nampak.
Setiap individu secara normal pasti akan melewati setiap tahap perkembangan.
Pengetahuan tentang prinsip-prinsip perkembangan sangatlah penting karena dapat membantu kita untuk dapat mengharapkan sesuatu terhadap individu serta waktu yang tepat untuk mengharapkan hal tersebut. Keuntungan lain adalah memberikan informasi bagi orang
45 46
Elizabeth B. Hurlock, Child Development, edisi 2 (York: The Maple Press Company, 1950),23 Ibid, 41,43,44,45,47,48,49
19
dewasa untuk dapat memberikan rangsangan bagi pertumbuhan anak pada waktu yang tepat.47 Secara umum dapat dilihat 5 tahap perkembangan dengan berbagai karakteristik perkembangan, yaitu: 1. Masa sebelum dilahirkan.48 2. Masa kanak-kanak atau baru dilahirkan. Pada tahap ini terjadi pengenalan dengan lingkungan baru dan bayi tersebut belajar tentang pertahanan diri. 3. Masa bayi (pada usia 2 minggu sampai sekitar 2 tahun). Ini adalah usia dimana seorang individu berada pada ketidakberdayaan karena bayi sangat bergantung kepada orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. 4. Masa Anak-Anak (dari usia 2 tahun sampai pada masa puber, seluruh masa sebelum dewasa). Perkembangan pada tahap ini pertama ditandai dengan berkembanganya kemampuan mereka untuk mengontrol lingkungannya dan menjadikannya sebagai bagian dari dirinya. Ketika ia tidak mampu melakukan sesuatu maka ia akan bertanya untuk menemukan informasi agar dapat mengatasi masalahnya. Sehingga pada masa ini, kita akan menemui anak yang sering bertanya (mereka berperan sebagai “tanda tanya yang hidup”). Pada masa ini juga akan ditemui anak-anak yang membentuk grup-grup karena aktivitas berkelompok sangat penting bagi kehidupan anak-anak. 5. Masa remaja (pada usia 11 atau 13 tahun sampai 21 tahun). Masa remaja ini terbagi menjadi tiga yaitu masa sebelum remaja (11-13 tahun pada perempuan dan pada laki-laki satu tahun lebih lambat), masa remaja awal (16-17 tahun), dan masa remaja akhir (pada usia kuliah). 49
47
Ibid, 49 Ibid, 53 49 Ibid, 54 48
20
Selama ini diyakini bahwa kognisi manusia bersifat satu kesatuan dan setiap individu dapat dijelaskan sebagai makhluk yang memiliki kecerdasan yang dapat dinilai dan diukur secara tunggal50 (misalnya melalui tes-tes untuk melihat tingkat IQ). Howard Gardner mengatakan bahwa inteligensi adalah kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu seting yang bermacam-macam dan dalam situasi yang nyata.51 Seseorang baru sungguh beriteligensi tinggi jika ia mampu memecahkan dan menyelesaikan persoalan dalam hidup yang nyata dan situasi yang bermacam-macam, situasi hidup yang kompleks.52 Hal ini berarti bahwa inteligensi itu bukan sesuatu yang dapat dikembangkan secara signifikan lewat pendidikan dan inteligensi itu banyak jumlahnya.53 IQ bukanlah jaminan bagi seseorang untuk sukses dalam kehidupannya, meskipun mempunyai kedudukan yang penting dalam pengembangan pengetahuan. Beberapa orang yang IQ nya tidak tinggi tetapi mempunyai kestabilan emosi dan ketekunan, akhirnya dia dapat sukses dalam belajar maupun bekerja.54 Sekarang ini disadari oleh banyak orang bahwa selain IQ, orang juga perlu mengembangkan EQ (kecerdasan emosi) dan SQ (kecerdasan spiritual).55 Salah satu tempat yang dipercaya untuk mengembangkan EQ dan SQ adalah sekolah minggu. Gardner menerima bahwa ada tujuh inteligensi yang dimiliki oleh manusia dan pada bukunya Intelligence Reframed ia menambahkan adanya dua inteligensi. Kesembilan inteligensi tersebut adalah: 1.
Inteligensi Linguistik
Kemampuan untuk mengembangkan dan mengolah kata-kata secara efektif baik secara oral maupun tertulis seperti yang dimiliki para pencipta puisi, editor, jurnalis,
50
Dien Sumiyatiningsih, Mengajar ..., 139 Paul Suparno, Teori Inteligensi....,17 52 Ibid, 18 53 Ibid, 19 54 Paul Suparno, Teori Inteligensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah (Yogyakarta:Kanisius,2008),11 55 Ibid, 12 51
21
dramawan, sastrawan, pemain sandiwara maupun orator. Mudah belajar berbagai bahasa. Mudah menjelaskan, mengajarkan dan menceritakan pemikirannya kepada orang lain.56 2.
Inteligensi Matematis-Logis
Kemampuan yang lebih berkaitan dengan penggunaan bilangan dan logika secara efektif seperti yang dimiliki matematikus, saintis, programer, dan logikus. Orang yang mempunyai inteligensi ini sangat mudah untuk membuat klasifikasi dan kategorisasi dalam pemikiran serta mereka bekerja57. 3.
Inteligensi Ruang-Visual
Kemampuan untuk menangkap dunia ruang-visual secara tepat seperti yang dimiliki oleh pemburu, arsitek, navigator dan dekorator. Mampu mengenal benda dan bentuk secara tepat, melakukan perubahan suatu benda dalam pikirannya dan mengenal perubahan tersebut, menggambarkan benda dalam pikirannya dan mengubahnya dalam bentuk nyata, serta mengungkapakan data dalam bentuk grafik.58 Anak yang mempunyai inteligensi ini akan suka untuk menggambar, suka akan warna-warna, dan suka membangun balok-balok menjadi bangunan yang indah dan bemakna.59 4.
Inteligensi Kinestik-Badani
Kemampuan menggunakan tubuh atau gerak tubuh untuk mengekpresikan gagasan dan perasaannya seperti yang dimiliki oleh aktor, atlet, penari, pemahat dan ahli bedah. Mereka dapat menyalurkan apa yang mereka hidupi dengan gerakan tubuhnya. Anak yang memiliki kemampuan ini biasanya tidak suka diam, ingin selalu menggerakkan tubuhnya.60 5.
Inteligensi Musikal
Kemampuan untuk mengembangkan, mengekspresikan, dan bentuk-bentuk musik dan suara. Di dalamnya termasuk kepekaan akan ritme, melodi, dan intonasi; kemampuan 56
Ibid, 26 Ibid, 29 58 Ibid, 31 59 Ibid, 33 60 Ibid, 34-35 57
22
memainkan alat musik; kemampuan menyanyi; kemampuan untuk mencipta lagu; kemampuan untuk menikmati lagu, musik dan nyanyian. Mengungkapkan perasaan dan pemikiran dalam bentuk musik. Mereka mudah mempelajari sesuatu jika dikaitkan dengan musik atau dalam lagu61. 6.
Inteligensi Interpersonal
Kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak dan temperamen orang lain. Pekaan terhadap ekspresi wajah, suara, isyarat dari orang lain. Berkaitan dengan kemampun menjalin komunikasi dan relasi dengan berbagai orang. Mudah bekerjasama. Mudah berempati. Suka memberikan masukan kepada teman supaya maju.62 7.
Inteligensi Intrapersonal
Kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan akan diri sendiri dan kemampuan untuk bertindak secara adaptif berdasar pengenalan diri itu. Kemampuan untuk berefleksi dan keseimbangan diri. Orang ini mempunyai kesadaran tinggi akan gagasan-gagasannya, dan mempunyai kemampuan untuk mengambil keputusan pribadi. Ia sadar akan tujuan hidupnya. Ia dapat mengatur perasaan dan emosinya sehingga kelihatan sangat tenang. Orangnya kebanyakan refleksif dan suka bekerja sendiri.63 8.
Inteligensi Lingkungan/Naturalis
Kemampuan manusiawi untuk mengenal tanaman, binatang, dan bagian-bagian lain dari alam seperti awan atau batu-batuan. Orang yang punya inteligensi lingkungan tinggi biasanya mampu tinggal di luar rumah, dapat berkawan dan berhubungan baik dengan alam, mudah mengidentifikasikan dan mengklasifikasikan tanaman dan binatang. Biasanya mereka mencintai lingkungan dan tidak suka merusak lingkungan hidup.64 61
Ibid, 36-37 Ibid, 39 63 Ibid, 41 64 Ibid, 42 62
23
9.
Inteligensi Eksistensial
Kepekaan dan kemampuan seseorang untuk menjawab persoalan-persoalan terdalam eksistensi atau keberadaan manusia. Orang tidak puas hanya menerima keadaan keberadaannya secara otomatis, tetapi mencoba mencari jawaban yang terdalam.65 Berkaitan dengan hal ini, dapat diciptakan suatu sistem pendidikan yang lebih terbuka untuk mendesain berbagai kemungkinan bagi pikiran manusia66, termasuk pendidikan yang diperoleh melalui gereja dalam sekolah minggu. Dengan inteligensi ganda pendidik dapat menaruh perhatian pada perbedaan dari anak-anak didik dan mencoba menggunakannya dalam pembelajaran dan pendidikan serta evaluasi yang lebih personal. Sehingga anak-anak didik tidak dianggap sebagai blok-blok yang sama atau anonim. Inteligensi ini dapat dikembangkan.67 Proses pembelajaran harus bervariasi sehingga setiap siswa dapat menemukan bahwa mereka diperhatikan dan dibantu untuk belajar.68 Setiap orang berbeda dalam inteligensinya dan perlu diperlakukan berbeda pula. Dengan kata lain, manusia lebih dihargai sebagai pribadi dengan kekhasannya masing-masing.69
65
Ibid, 44 Dien Sumiyatiningsih, Mengajar...,140 67 Paul Suparno, Teori Inteligens...,45 68 Ibid, 60 69 Ibid, 61 66
24