BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1
Ergonomi Fasilitas ergonomi telah menjadi suatu bidang khusus, itu semua dikarenakan dampak yang mengacu pada keselamatan, kesehatan, produktifitas dan perekonomian serta daya saing pada produk, mesin, proses dan yang terakhir adalah peralatan kerja (Samuel & Babajide, 2012). Ergonomi merupakan suatu pembelajaran yang membahas secara mendetail tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau dari segi anatomi, psikologi, fisiologi, desain perancangan, manajemen, dan permesinan. Faktor ergonomi merupakan hal penting yang dapat diterapkan di perusahaan. Hal tersebut sangat berhubungan dengan optimisasi, efisiensi, kesehatan keselamatan kerja. Pembelajaran tentang proses ergonomi ini membutuhkan suatu sistem di mana manusia, mesin, dan fasilitas kerjanya saling berinteraksi. Hal tersebut bertujuan untuk menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya (Nurmianto, 1996). Faktor ergonomi memberikan dampak yang sangat berpengaruh (penting) dalam rangka meningkatkan faktor keselamatan dan kesehatan kerja, seperti contoh : suatu desain sistem kerja untuk mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada sistem kerangka anatomi dan otot pada manusia. Faktor di atas bertujuan untuk meminimalisir ketidaknyamanan visual dan postur kerja, membuat desain suatu perkakas alat kerja (handtools) yang bertujuan untuk mengurangi kelelahan kerja pada operator (Nurmianto, 1996). Suatu penerapan pada faktor ergonomi lainnya yang tidak kalah penting ialah evaluasi produk dan desain. Desain evaluasi suatu produk harus dapat dengan mudah dimengerti dan juga mudah diterapkan oleh berbagai kalangan tertentu tanpa memberikan suatu dampak yang berbahaya pada saat penggunaannya (Nurmianto, 1996).
2.1.1 Antropometri Pengertian dari antropometri adalah pengukuran dimensi tubuh manusia. Kata antropometri berasal dari bahasa Yunani yaitu kata “anthropos” yang mempunyai arti manusia dan kata “metron” yang berarti pengukuran. Sejatinya, data antropometri biasa digunakan studi ergonomi karena untuk menentukan dimensi fisik dari suatu ruang kerja, peralatan, dan lainnya. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari ketidaksesuaian antara fisik dari dimensi peralatannya itu sendiri dan dimensi dari tubuh manusianya. (Bridger, 1995). Definisi lain dari antropometri merupakan suatu ilmu tentang pengukuran dan aplikasi yang menetapkan suatu geometri fisik, sifat massa dan kemampuan tubuh manusia. Hal ini mengarah pada pengukuran sistematis sifat fisik tubuh manusia, khususnya pada penjelasan tentang dimensi ukuran tubuh manusia. Pengukuran ini sangat penting dalam mendesain suatu peralatan yang digunakan dalam bekerja. (Singh, Ahlawat, Pandya, & Praafull, 2013).
5
6
Sumber : (Nurmianto, 1996) Gambar 2.1 Dimensi Tubuh Pengukuran antropometri akan digunakan dalam pertimbangan ergonomis. Data hasil pengukuran antropometri yang telah dilakukan dapat diaplikasikan secara luas dalam hal sebagai berikut : • Perancangan suatu area kerja. • Perancangan suatu perkakas dan alat-alat kerja seperti mesin, perlengkapan kerja dan lainnya. • Perancangan produk yang sifatnya konsumtif seperti meja, kursi dan lainnya. • Perancangan suatu lingkungan kerja fisik. (Wignjosoebroto, 2003) 2.1.1.1 Cara Pengukuran Antropometri Di bawah ini adalah faktor-faktor yang kiranya harus diperhatikan oleh desainer produk, diantaranya adalah : • Faktor Usia. Pada dasarnya usia seseorang akan bertambah, dan secara otomatis pertumbuhan dari manusia itu sendiri akan bertambah begitupula dari segi dimensinya. Dari suatu penilitian yang dilakukan oleh A.F Roche dan G. H Davila (1972) di USA diperoleh kesimpulan bahwa laki-laki akan tumbuh dan berkembang naik sampai dengan usia 21,2 tahun, sedangkan wanita 17.3 tahun; meskipun ada sekitar 10% yang masih terus bertambah tinggi sampai usia 23,5 (laki-laki) dan 21,1 (wanita). Setelah itu, tidak ada lagi akan terjadinya pertumbah di tiap jenis kelamin baik laki-laki maupun wanita. Namun sebaliknya akan terjadi penyusutan yang dimulai pada umur 40 tahunan.
7
Sumber : (Nurmianto, 1996) Gambar 2.2 Dimensi Tubuh Berdasarkan Jenis Kelamin •
Berdasarkan jenis kelamin. Dimensi ukuran tubuh pada laki-laki biasanya lebih besar daripada dimensi ukuran tubuh pada wanita. Kecuali pada bagian tubuh tertentu seperti pinggul dan lainnya. • Faktor suku/bangsa (etnik). Beberapa suku bangsa memiliki berbagai macam karakteristik yang berbeda-beda. • Posisi tubuh (postur). Pada pembahasan ini, posisi tubuh diukur dalam posisi standar dan tidak bergerak. Maka dari itu, pada saat pengambilan data antropometri diharuskan posisi yang standar/tegak sempurna. (Wignjosoebroto, 2003). 2.1.2 REBA (Rapid Entire Body Assessment) REBA dapat didefinisikan sebagai alat analisis postural yang sensitif terhadap suatu risiko muskuloskelatal dalam pengerjaan berbagai tugas dan suatu skala penilaian postur kerja yang ditemukan pada dunia kerja dan industri. (Ansari & Sheikh, 2014) Bagian seluruh tubuh akan diamati secara seksama agar dapat terlihat nilai risiko yang terjadi pada saat bekerja. Dengan kata lain, pengertian dari REBA itu sendiri adalah suatu metode untuk menilai risiko yang ditimbulkan dari pekerjaan yang dilakukan oleh manusia. Dalam metode ini, dilakukan pengelompokan tubuh bagian leher, pergelangan tangan, lengan atas, lengan bawah, tulang belakang, dan kaki. (Chaudhary & Singh, 2013).
8
Sumber : Software Ergofellow Gambar 2.3 Nilai Risiko Software REBA
Penggunaan metode REBA juga bertujuan untuk menganalisa dengan cepat dan mudah dari segi postural kegiatan yang dialami oleh tubuh seseorang dan juga memberikan nilai dari beberapa tingkatan risiko beserta saran yang harus dilakukan. (Singh, Singh, & Lal, 2013). 2.2
Manufaktur Teknik manufaktur adalah rancangan proses dalam suatu produksi pada sebuah produk. Teknik manufaktur mengacu pada studi yang berhubungan tentang proses produksi. Fungsi dari teknik manufaktur adalah sebagai berikut : • Memberikan evaluasi dapat direalisasikan atau tidaknya suatu produk yang diproduksi. • Dapat menentukan pemilihan parameter yang dapat digunakan dalam proses suatu produksi, diantaranya pemilihan material, alat untuk memotong dan lainnya. • Merancang suatu alat yang dapat membantu pekerjaan dan mengatur posisi kerja pada saat proses suatu produksi sedang berlangsung. • Dapat menentukan estimasi biaya dari perancangan suatu komponen dari produk. • Memberikan jaminan kualitas pada produk yang diproduksi. (Turner, Mize, & Nazemetz, 1993)
9
2.2.1 Desain untuk Pekerja Berdiri Untuk desain pekerja berdiri, disarankan agar semua benda yang digunakan harus ditempatkan pada bagian antara pinggul dan bahu yang berfungsi untuk mengurangi tegangan otot pada postur badan yang disebabkan oleh posisi membungkuk atau bekerja dengan posisi lengan yang terlalu tinggi. Agar dapat bekerja dengan baik, penggunaan permukaan kerja yang lebih tinggi dirasa sangat tepat karena bertujuan untuk mengurangi jarak pandang dan dapat memungkinkan operator untuk bisa beristirahat pada bagian lengannya di permukaan kerja. Untuk pekerjaan berat, dianjurkan dengan memberikan permukaan kerja yang lebih rendah. Hal tersebut diperlukan untuk memungkinkan operator memerapkan gaya vertikal yang besar dengan mengirimkan beban tersebut dari berat badan melalui lengan (Bridger, 1995).
Sumber : (Bridger, 1995) Gambar 2.4 Macam-macam posisi kerja berdiri yang tidak baik
Kendala yang didapatkan pada saat posisi bekerja berdiri dapat diatasi dengan menyediakan bangku agar operator dapat beristirahat selama periode tertentu atau secara bergantian antara duduk dan berdiri. Posisi bekerja berdiri juga harus mempunyai ruang yang cukup untuk pijakan kaki untuk memungkinkan operator dapat dengan mudah merubah posisi mereka pada saat bekerja. Para
10 dokter dan ahli fisioterapi menyarankan hal tersebut untuk dilakukakan. Tujuannya untuk menginstirahatkan atau meregangkan bagian pinggul dan sisi pada lutut yang berujung pada pencegahan anterior pelvic tilt dan lumbar lordosis. (Bridger, 1995). 2.3
Produktifitas Definisi dari produktifitas adalah sebagai suatu perbandingan dari segi totalitas pengeluaran pada suatu waktu tertentu dan dibagi dengan totalitas suatu input selama periode. Produktifitas juga dapat diartikan sebagai perbandingan antara suatu total atau jumlah pengeluaran yang dihasilkan suatu produksi dengan total jumla sumber daya yang digunakan. (Sulaeman, 2014). Selain itu, produktifitas sering diartikan yang berkaitan dengan efisien rasio antara suatu proses output dan input. (Wignjosoebroto, 2003).
2.3.1 Waktu Siklus Waktu siklus mempunyai definsi sebagai waktu maksimal yang tidak boleh dilewati oleh salah satu proses permesinan atau perakitan yang ada pada proses tersebut. Cara yang digunakan untuk mendapatkan perhitungan waktu siklus adalah membagi suatu jam kerja dalam satu bulan dengan rata-rata target produksi yang diminta oleh perusahaan. Perlu diperlukannya hitungan total waktu terlama (bottleneck) untuk semua produksi yang dibuat (Setyawan D, Soegiharto H, dan Agus J, 2012). 1. Perhitungan Cycle Time : H C= ..(2.2) P Dimana : C = Cycle Time (waktu siklus) H = waktu kerja yang diperlukan per hari P = kebutuhan volume produksi per hari 2. Perhitungan Waktu Normal : Normal time = cycle time x
% rating 100 %
3. Perhitungan Waktu Baku : Standard time = normal time x
100% 100% − %allowance
Sumber : (Wignjosoebroto, 2003).
11 2.3.2 Penilaian Sistem Westing House Penilaian kelonggaran ini mempunyai maksud untuk memberikan operator dalam melakukan hal-hal yang ingin dilakukannya diluar dari tugasnya sebagai operator. Sehingga waktu baku yang diperoleh mewakili kenyataan yang ada.
Sumber : (Sutalaksana.A, Aggawisastra, dan Tjakraatmadja, 1979) Gambar 2.5 Penyesuaian Westinghouse
12