BAB 2 KAJIAN PUSTAKA
2.1
Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No 1
2
3
4
Judul / Peneliti
Tipe Penilitian
Temuan Penelitian Pengaruh positif dari penggunaan wiki applications pada knowledge sharing melalui efek interaksi mediasi anggota komunitas. Pengaruh interaksi sosial pada knowledge sharing dalam MNE dari sudut pandang sender-receiver dan perspektif pembelajaran sosial.
Wei-Tsong Wang a. ,Zu-Hao etode Wei(2011) penelitian Knowledge kuantitatif sharing in wiki b. eability communities: an measurem empirical study ents Niels a. Penelitian Noorderhaven, kuantitatif Anne-Wil Harzing b. Analisis regresi (2009) Knowledgelinier sharing and social berganda Interaction Within Multinational Enterprise (MNEs) Chao-Min Chiu, a. Eric T.G. Wang, etode Fu-Jong Shih and kuantitatif Yi-Wen Fan b. (2010) nalisis Understanding two-step knowledge approach sharing in virtual communities : An integration of expectancy disconfirmation and justice theories Dina Adamovic, a. Andrea Potgieter, etode Martie penelitian Mearns(2012) kualitatif 7
Kesimpulan Penggunaan wiki applications sebagai alat knowledge sharing
Penelitian ini menunjukkan efek utama yang cukup besar dari interaksi sosial di semua intra-MNE knowledge flow, mengkonfirmasikan harapan berdasarkan model belajar sosial.
Menyelidiki motivasi di balik niat masyarakat untuk terus melanjutkan knowledge sharing dalam komunitas virtual yang terbuka.
Hasilnya menunjukkan bahwa Playfullness sangat penting bagi kepuasan anggota komunitas. Pengembang dari komunitas virtual harus menciptakan lingkungan online yang lebih menyenangkan.
Hasilnya menunjukan bahwa responden bersikap positif dalam
Teknologi social media dalam Nielsen Companydan
8
5
Knowledge b. sharing through eabsahan social media: validitas Investigating melalui trends and triangulasi technologies c. in a global ipe marketing deskriptif and advertising research company, SA Journal of Information Management Alexeis Garcia- a. Metode Perez; Robert penelitian Ayres (2010) kuantitatif Wikifailure: the Limitations of Technology for Knowledge Sharing
penggunaan media sosial untuk melakukan knowledge sharing di Nielsen Company.
mengetahui seberapa teknologi ini dapat membantu perusahaan menciptakan sebuah budaya knowledge sharing.
Wiki diterapkan sebagai sebuah knowledge sharing tool. Wikis sangat relevan memungkinkan kontributor tidak hanya untuk mengirim informasi tapi juga bekerjasama dalam membangun sebuah pengetahuan dasar dengan mengedit konten yang telah dipublikasi oleh orang lain di platform
Organisasi yang sedang mempertimbangkan menggunakan web 2.0 teknologi untuk mendukung pengetahuan manajemen inisiatif harus mempertimbangkan kemungkinan dampak dari semua faktor dalam situasi.
Pada tabel 1 jurnal yang berjudul Knowledge sharing in wiki communities: an empirical study menjelaskan penggunaan wiki applications sebagai alat knowledge sharing. Pengaruh
positif dari penggunaan wiki applications pada knowledge
sharing melalui efek interaksi mediasi anggota komunitas. Penelitian sebelumnya menunjukkan kemampuannya
bahwa untuk
keberhasilan memungkinkan
komunitas anggota
virtual
bergantung
masyarakat
untuk
pada berbagi
pengetahuan interaktif. Wiki Aplikasi adalah web-based hypertext wiki aplikasi yang memfasilitasi kolaboratif authoring, dan telah banyak diadopsi oleh virtual masyarakat untuk memfasilitasi pengetahuan berbagi.Temuan penelitian yaitu bahwa
9
bagaimana wiki atau teknologi serupa lainnya mempengaruhi berbagi pengetahuan dalam komunitas virtual dan memperkaya pemahaman tentang pengetahuan. Pada tabel 2, jurnal yang berjudul Knowledge-sharing and social interaction within Multinational Enterprise (MNEs) ini menjelaskan analisis ini dikembangkan oleh dua perspektif yang berbeda pada intra MNE knowledge flow yaitu, senderreceiver model dan social learning theory. Berdasarkan hasil penelitian efek utama yang cukup besar dari interaksi sosial di semua intra-mne knowledge flow, mengkonfirmasi harapan pada model social learning. Interaksi sosial antara manajer dari unit yang berbeda dari sebuah perusahaan multinasional (MNE) telah terbukti menjadi faktor penting merangsang intra-mne berbagi pengetahuan. Pada tabel 4 jurnal yang berjudul Knowledge sharing through social media: Investigating trends and technologies in a global marketing and advertising research company menjelaskan bahwa Nielsen Company memiliki incorporated specific social media tools and technologies. Namun, pegawai pada Nielsen Company tidak menggunakannya secara optimal. Nielsen Company memiliki unsur-unsur budaya berbagi pengetahuan karena karyawan bersedia untuk berbagi pengetahuan dengan orang lain dengan menggunakan berbagai mode komunikasi, Nielsen Company memiliki media sosial sebagai alat knowledge sharing tetapi Nielsen Company belum sepenuhnya menyadari potensi berbagi pengetahuan pada media sosial. Nielsen
Company adalah
global
information
and
measurement
company
memberikan pemahaman klien tentang kebutuhan konsumen berdasarkan perilaku konsumen. Dalam perusahaan Nielsen berbagi pengetahuan antar karyawan sangat penting. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki tren teknologi media sosial di Nielsen Company dan untuk menetapkan bagaimana teknologi ini dapat membantu untuk menciptakan budaya knowledge sharing. Dalam penelitian terdahulu dijelaskan bahwa knowledge sharing merupakan hasil dari proses komunikasi dimana dari jurnal satu yang berjudul Knowledge sharing in wiki communities: an empirical study dijelaskan bahwa knowledge sharing terjadi pada aplikasi wiki, sama dengan dengan penelitian yang akan diteliti pada penelitian ini yaitu mekanisme terjadinya knowledge sharing sebagai hasil proses komunikasi pada saluran komunikasi media online FreeCybers.com.
10
2.2
Landasan Konseptual Landasan konseptual merupakan teori-teori yang mendukung penelitian ini
tentang analisis mekanisme terjadinya knowledge sharing sebagai hasil proses komunikasi di FreeCybers.com. landasan konseptual yang digunakan adalah teori komunikasi massa, teori proses komunikasi, teori knowledge sharing dan teori computer-mediated knowledge sharing.
2.2.1
Komunikasi Massa Banyak definisi tentang komunikasi massa yang telah dikemukakan para ahli
komunikasi. Banyak ragam dan titik tekan yang dikemukakannya. Namun, dari sekian banyak definisi itu ada benang merah kesamaan definisi satu sama lain. Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik) sebab, awal perkembangannya saja, komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media of mass communication (media komunikasi massa). Media massa apa? Media massa (atau saluran) yang dihasilkan oleh teknologi modern. Hal ini perlu ditekankan sebab ada media yang bukan media massa yakni media tradisional seperti kentongan, angklung, gamelan. Jadi di sini jelas media massa menunjuk pada hasil produk teknologi modern sebagai saluran dalam komunikasi massa (Hidayat, 2007: 3) Dalam perkembangan komunikasi massa yang sudah sangat modern dewasa ini, ada satu perkembangan tentang media massa, yakni ditemukannya internet. Belum ada, untuk tidak mengatakan tidak ada, bentuk media dari definisi komunikasi massa yang memasukkan intenet dalam media massa. Padahal jika ditinjau dari ciri, fungsi, dan elemennya, internet jelas masuk dalam bentuk komunikasi massa. Dengan demikian, bentuk komunikasi massa bisa ditambah dengan internet (Hidayat, 2007: 3) Bisa jadi beberapa definisi yang tidak menyebutkan intenet dalam definisi komunikasinya karena definisi itu dibuat beberapa puluh tahun yang lalu ketika internet belum mewabah seperti sekarang ini. Maka, sah-sah saja jika kita memasukkan internet dalam bentuk komunikasi massa. Jadi, media massa itu antara lain: televisi, radio, internet, majalah, koran, tabloid, buku dan film.
11
Dalam buku Hidayat (2007: 5) dijelaskan bahwa komunikasi massa perlu membutuhkan gatekeeper (penapis informasi atau palang pintu) yakni beberapa individu atau kelompok yang bertugas menyampaikan atau mengirimkan informasi dari individu ke individu yang lain melalui media massa (surat kabar, majalah, televisi, radio, video tape, compact disk, buku). Dalam proses komunikasi massa di samping melibatkan unsur-unsur komunikasi sebagaimana umumnya, membutuhkan juga peran media massa sebagai alat untuk menyampaikan atau menyebarkan informasi. Media massa itu tidak berdiri sendiri. Di dalamnya ada beberapa individu yang bertugas melakukan pengolahan informasi sebelum informasi itu sampai kepada audience-nya yang disebut sebagai gatekeeper. Jadi, informasi yang diterima audience dalam komunikasi massa sebenarnya sudah diolah oleh gatekeeper dan disesuaikan dengan misi, visi media yang bersangkutan, khalayak sasaran dan orientasi bisnis atau ideal yang menyertainya. Bahkan, sering pula disesuaikan dengan kepentingan penanam modal atau aparat pemerintah yang tidak jarang ikut campur tangan dalam sebuah penerbitan. Ada satu definisi komunikasi massa yang dikemukakan Michael W. Gamble dan Teri Kwal Gamble (1986) dalam buku Hidayat (2007: 8) akan semakin memperjelas apa itu komunikasi massa. Menurut mereka karakteristik komunikasi massa jika mencakup hal – hal sebagai berikut: 1. Komunikator dalam komunikasi massa mengandalkan peralatan modern untuk menyebarkan atau memancarkan pesan secara cepat kepada khalayak yang luas dan tersebar. Pesan itu disebarkan melalui media modern pula antara lain surat kabar, majalah, televisi, film, atau gabungan di antara media tersebut. 2. Komunikator dalam komunikasi massa dalam menyebarkan pesan – pesannya bermaksud mencoba berbagi pengertian dengan jutaan orang yang tidak saling kenal atau mengetahui satu sama lain. Anonimitas audience dalam komunikasi massa inilah yang membedakan pula dengan jenis komunikasi yang lain. Bahkan pengirim dan penerima pesan tidak saling mengenal satu sama lain. 3. Pesan adalah milik pribadi. Artinya bahwa pesan ini bisa didapatkan dan diterima oleh banyak orang. Karena itu, diartikan milik pribadi. 4. Sebagai sumber, komunikasi massa biasanya organisasi formal seperti jaringan, ikatan, atau perkumpulan. Dengan kata lain, komunikatornya tidak berasal dari
12
seseorang, tetapi lembaga. Lembaga ini pun biasanya berorientasi pada keuntungan, bukan organisasi suka rela atau nirlaba. 5. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper (penapis informasi). Artinya, pesan-pesan yang disebarkan atau dipancarkan dikontrol oleh sejumlah individu dalam lembaga tersebut sebelum disiarkan lewat media massa. Ini berbeda dengan komunikasi antarpribadi, kelompok atau publik dimana yang mengontrol bukan sejumlah individu. Beberapa individu dalam komunikasi massa itu berperan dalam membatasi, memperluas pesan yang disiarkan. Contohnya adalah seorang reporter, editor film, penjaga rubrik, dan lembaga sensor lain dalam media itu bisa berfungsi sebagai gatekeeper. 6.
Umpan balik dalam komunikasi massa sifatnya tertunda. Kalau dalam jenis komunikasi lain, umpan balik bisa bersifat langsung. Misalnya, dalam komunikasi antar-personal. Dalam komunikasi ini umpan balik langsung dilakukan, tetapi bisa langsung dilakukan alias tertunda (delayed). Dengan demikian, media massa adalah alat – alat dalam komunikasi yang
bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audience yang luas dan heterogen. Kelebihan media massa dibanding dengan jenis komunikasi lain adalah bisa
mengatasi hambatan ruang dan waktu. Bahkan media massa mampu
menyebarkan pesan hampir seketika pada waktu yang tak terbatas. Ciri – ciri komunikasi massa yang dipaparkan oleh Hidayat (2007: 19-31) antara lain sebagai berikut : 1.
Komunikator dalam komunikasi massa melembaga. Komunikator dalam komunikasi massa bukan satu orang, tetapi kumpulan
orang. Artinya, gabungan antarberbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga. Lembaga yang dimaksud di sini menyerupai sebuah sistem. Sebagaimana diketahui, sistem itu adalah “Sekelompok orang, pedoman, dan media yang melakukan suatu kegiatan mengolah, menyimpan, menuangkan ide, gagasan, simbol, lambang menjadi pesan dalam membuat keputusan untuk mencapai satu kesapakatan dan saling pengertian satu sama lain dengan mengolah pesan itu menjadi sumber informasi.” Di dalam sebuah sistem ada interdependesi, artinya komponen- komponen itu saling berkaitan, berinteraksi, dan berinterdependensi secara keseluruhan. Tidak bekerjanya satu unsur akan memengaruhi kinerja unsur-unsur yang lain. Eksistensi
13
kesatuan (totalitas) dipengaruhi oleh komponen–komponennya, sebaliknya eksistensi masing-masing komponen dipengaruhi oleh kesatuannya. Dengan demikian, komunikator dalam komunikasi massa setidak-tidaknya mempunyai ciri sebagai berikut; 1) kumpulan individu, 2) dalam berkomunikasi individu-individu itu terbatasi perannya dengan sistem dalam media massa, 3) pesan yang disebarkan atas nama media yang bersangkutan dan bukan atas nama pribadi unsur-unsur yang terlibat, 4) apa yang dikemukakan oleh komunikator biasanya untuk mencapai keuntungan atau mendapatkan laba secara ekonomis. 2.
Komunikan dalam komunikasi massa bersifat heterogen. Komunikan dalam komunikasi massa sifatnya heterogen/beragam. Artinya,
penonton televisi beragam pendidikan, umur, jenis kelamin, status sosial ekonomi, memiliki jabatan yang beragam, memiliki agama atau kepercayaan yang tidak sama pula. Herbert
Blumer
pernah
memberikan
ciri
tentang
karakteristik
audience/komunikan yaitu antara lain; Audience dalam komunikasi massa sangatlah heterogen. Artinya, mempunyai heterogenitas komposisi atau susunan; Berisi individu-individu yang tidak tahu atau mengenal satu sama lain; Antarindividu itu tidak berinteraksi satu sama lain secara langsung, tidak mempunyai kepemimpinan atau organisasi formal. 3.
Pesannya Bersifat Umum. Pesan-pesan dalam komunikasi massa tidak ditujukan kepada satu orang atau
satu kelompok masyarakat tertentu. Dengan kata lain, pesan-pesannya ditunjukan pada khalayak yang plural. Oleh karena itu, pesan-pesan yang dikemukakannya pun tidak boleh bersifat khusus.Khusus di sini, artinya pesan memang tidak disengaja untuk golongan tertentu. Misalnya, karena televisi ditujukan untuk dinikmati oleh orang banyak, pesannya harus bersifat umum seperti, dalam pilihan kata-katanya, sebisa mungkin memakai kata-kata popular bukan kata-kata ilmiah.Sebab kata ilmiah merupakan monopoli kelompok tertentu. 4.
Komunikasinya Berlangsung Satu Arah. Komunikasi berlangsung satu arah artinya tidak ada interaksi antara pesera-
peserta komunikasi. Dalam media cetak seperti koran, komunikasi hanya berjalan satu arah. Tidak bisa langsung memberikan respon kepada komunikatornya (media
14
massa yang bersangkutan). Kalaupun bisa, sifatnya tertunda. Misalnya, dalam mengirimkan ketidaksetujuan pada berita itu melalui rubrik surat pembaca. Jadi, komunikasi yang hanya berjalan satu arah akan memberi konsekuensi umpan balik (feedback) yang sifatnya tertunda atau tidak langsung (delayed feedback). Jika dalam komunikasi massa ada komunikasi dua arah, sebisa mungkin komunikan tersebut harus terlibat dalam proses komunikasi dua arah itu. Dalam komunikasi tatap muka, mereka yang terlibat dalam proses komunikasi langsung bisa mengadakan reaksi spontan. Itu artinya, komunikasi berjalan dua arah. 5.
Komunikasi Massa Menimbulkan Keserempakan. Inilah salah satu ciri komunikasi massa selanjutnya. Bahwa dalam komunikasi
massa ada keserempakan dalam proses penyebaran pesan-pesannya. Serempak berarti khalayak bisa menikmati media massa terserbut hamper bersamaan. Bersamaan tentu juga bersifat relatif. Keserempakan ini sangat terasa kalau kita mengamati media komunikasi massa lain seperti internet. Melalui perantaraaan media ini, pesan akan lebih cepat disiarkan. 6.
Komunikasi Massa Mengandalkan Peralatan Teknis. Media massa sebagai alat utama dalam menyampaikan pesan kepada
khalayaknya sangat membutuhkan bantuan peralatan teknis. Peralatan teknis yang dimaksud misalnya pemancar untuk media elektronik (mekanik atau elektronik). 7.
Komunikasi Massa Dikontrol oleh Gatekeeper. Gatekeeper atau yang sering disebut penapis informasi/palang pintu/penjaga
gawang, adalah orang yang sangat berperan dalam penyebaran informasi melalui media massa. Gatekeeper ini berfungsi sebagai orang yang ikut menambah atau mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami. Gatekeeper yang dimaksud antara lain reporter, editor film/surat kabar/buku, manajer pemberitaan, penjaga rubrik, cameramen, sutradara, dan lembaga sensor film yang semuanya memengaruhi bahan-bahan yang akan dikemas dalam pesanpesan dari media massa masing-masing. Gatekeeper ini juga berfungsi untuk menginterpretasikan pesan, menganalisis, menambah data, dan mengurangi pesan-pesannya. Gatekeeper merupakan pihak yang ikut menentukan pengemasan sebuah pesan dari media massa. Fungsi komunikasi massa yang dijelaskan Jay Black dan Frederick C. Whitney (1988) dalam buku Hidayat (2007: 63-74) antara lain; to inform yaitu
15
menginformasikan, fungsi informasi merupakan fungsi paling penting yang terdapat dalam komunikasi massa. Komponen paling penting untuk mengetahui
fungsi
informasi ini adalah berita-berita yang disajikan; to entertain yaitu memberi hiburan, fungsi hiburan dalam media elektronik menduduki posisi yang paling tinggi dibandingkan dengan fungsi-fungsi yang lain; to persuade yaitu fungsi persuasif komunikasi massa tidak kalah pentingnya dengan fungsi informasi dan hiburan. Banyak bentuk tulisan yang kalau diperhatikan sekilas hanya berupa informasi, tetapi jika diperhatikan secara lebih jeli ternyata terdapat fungsi persuasi; transmission of the culture yaitu transmisi budaya yang merupakan salah satu fungsi komunikasi massa yang paling luas, meskipun paling sedikit dibicarakan. Hal ini ditransmisikan oleh individu, orang tua, kawan sebaya, kelompok primer atau sekunder dan proses pendidikan yang secara rutin dimodifikasikan oleh pengalaman baru yang didapat.
2.2.2
Proses Komunikasi Komunikasi
telah
didefinisikan
sebagai
usaha
penyampaian
pesan
antarmanusia. Dari definisi ini terlihat bahwa untuk dapat terjadi proses komunikasi minimal terdiri dari tiga unsur utama yaitu, pengirim pesan, pesan itu sendiri, serta target penerima pesan. Namun, komunikasi bukan semata terdiri atas tiga unsur itu saja. Model komunikasi adalah representasi fenomena komunikasi dengan menonjolkan unsur-unsur terpenting guna memahami suatu proses komunikasi. Sebagian ahli memaknai model sebagai penyerdehanaan teori yang disajikan dalam bentuk gambar. Salah satu karakteristik komunikasi yang paling sering dikutip diajukan oleh ilmuan politik Harold Lasswell pada 1948 sebagai pengembangan dari hasil karyanya dibidang propaganda politik. Lasswell memberikan pandangan umum tentang komunikasi yang dikembangkan dengan baik hingga melampaui batas-batas ilmu politik. Lasswell mengatakan bahwa proses komunikasi dapat dijelaskan dengan sangat baik oleh pertanyaan sederhana;“who, says what, in which channel, to whom, with what effect” atau dalam bahasa indonesia dapat diartikan siapa,
16
mengatakanapa, dengan medium apa, kepada siapa dan dengan pengaruh apa (Ruben & Stewart, 2013: 43). Lasswell dalam buku (Mulyana, 2009: 147) mengakui bahwa tidak semua komunikasi bersifat dua arah, dengan suatu aliran yang lancar dan umpan balik yang terjadi antara pengirim dan penerima. Dalam masyarakat yang kompleks, banyak informasi disaring oleh pengendali pesan (editor), penyensor, yang menerima informasi dan menyampaikannya kepada publik dengan beberapa perubahan atau penyimpangan. Berdasarkan buku (Mulyana, 2009: 148), Model Lasswell sering diterapkan dalam komunikasi massa. Model tersebut megisyaratkan bahwa lebih dari satu saluran dapat membawa pesan. Unsur sumber (who) merangsang pertanyaan mengenai pengendalian pesan, sedangkan unsur pesan (says what) merupakan bahan untuk analisis isi.Saluran komunikasi (in which channel) dikaji dalam analisis media. Unsur penerima (to whom) dikaitkan dengan jelas berhubungan dengan studi mengenai akibat yang ditimbulkan pesan komunikasi massa pada khalayak pembaca, pendengar atau pemirsa. (Hsieh, Hsieh, & Tang, 2012) dalam jurnal yang berjudul Exploring The Disseminating
Behaviors
of
eWOM
Marketing:
Persuasion
In
Online
Videomemaparkan bahwa sumberpesan(Source) mencakup karakteristik dari komunikator, seperti kredibilitas dari komunikator. Receiver atau penerima pesan dapat mempengaruhi efek dari informasi komunikasi, yang dapat dilihat dari jenis kelamin, kepribadian, dan karakteristik penerima pesan. Model Lasswell menggambarkan kecenderungan awal model komunikasi; menganggap komunikator sangat powerfull, mampu mempengaruhi komunikan, dan menganggap bahwa pesan pasti memiliki efek di dalam diri komunikannya. (Mulyana, 2009: 148). Pandangan Lasswell tentang komunikasi, seperti milik Aristoteles sekitar dua ribu tahun sebelumnya, menekankan unsur pembicara, pesan dan khalayak, tetapi menggunakan istilah yang berbeda (gambar 2.1). Kedua ahli ini melihat komunikasi sebagai proses satu arah di mana seorang individu memengaruhi orang lain melalui pesan. Lasswell menawarkan definisi yang lebih luas mengenai saluran yang memasukkan media massa bersama-sama pidato sebagai bagian dari proses komunikasi. Pendekatannya juga menyediakan satu pandangan yang lebih
17
umum mengenai tujuan atau dampak komunikas.i dibandingkan perspektif Aristotelian (Mulyana, 2009: 149). Gambar 2.1 Model Komunikasi Harold Lasswell (Brent D.Ruben: 2013)
Dari model komunikasi yang dikemukakan Harold Lasswell dapat disimpulkan bahwa komunikasi yang merupakan suatu proses penyampaian pesan dari sumber kepada komunikan yang mengandung unsur-unsur sebagai berikut : 1. Sumber adalah komunikator atau orang yang menyampaikan isi pernyataan. Komunikator adalah orang yang menyampaikan pesan yang ada di dalam hatinya (perasaan dan pikiran), komunikator mengubah perasaan atau pikiran tersebut ke seperangkat simbol verbal atau nonverbal yang dapat dipahami oleh si penerima pesan. 2. Pesan adalah terjemahan ide-ide atau gagasan kedalam suatu kode simbolik seperti lambang, gambar, tulisan, dan bahasa. Pesan merupakan apa yang akan dikomunikasikan oleh sender kepada receiver. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal atau nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan . 3. Saluran adalah media yang digunakan komunikator untuk menyampaikan pesan. Media adalah sebuah alat yang digunakan oleh sender kepada si receiver. Saluran dapat berupa saluran verbal atau saluran non verbal. 4. Komunikan adalah penerima pesan dari komunikator. Penerima pesan ini menerjemahkan atau menafsirkan seperangkat simbol verbal atau nonverbal yang ia terima menjadi gagasan yang dapat ia pahami. 5. Efek adalah pengaruh yang timbul dari pesan yang disampaikan.
Berdasarkan definisi komunikasi di atas, disimpulkan bahwakomunikasi adalah suatu proses pengiriman pesan atau informasi dari sender ke receiver dengan proses secara langsung atau tidak langsung. Komunikasi juga dapat dilakukan secara satu arah, dengan pengertian bahwa si sender tidak mengharapkan adanya balasan
18
dari si receiver, sedangkan komunikasi dua arah, si sender mengharapkan adanya hubungan timbal balik antara si receiver dan sender, yang kemudian pesan itu akan berubah menjadi efek, dimana efek tersebut ada yang positif dan negatif yang berupa perubahan sikap, keyakinan, perilaku dan sebagainya.
2.2.3
Knowledge Sharing Mengadopsi definisi dari Turban (1992) dalam buku (Schwartz, 2006: 507)
pengetahuan adalah informasi yang telah diselenggarakan dan dianalisis untuk menyampaikan pemahaman, pengalaman, belajar, dan keahlian sehingga dapat dimengerti dan berlaku untuk pemecahan masalah atau pengambilan keputusan. Knowledge sharing didefinisikan sebagai sebuah pertukaran pengetahuan antar dua individu; satu orang yang mengkomunikasikan pengetahuan, sedangkan seorang lainnya mengasimilasi pengetahuan tersebut (Schwartz, 2006:507). Dalam knowledge sharing terdapat sumber pengetahuan dan penerima pengetahuan tersebut. Dixon (2002) dalam buku (Jennex: 2008; 88) menjelaskan bahwa sharer is any individual who possesses knowledge and is willing to share that knowledge with others, while a receiver is any individual who is willing to heed and interpret any knowledge provided by others. Yang artinya yaitu sharer merupakan setiap individu yang memiliki pengetahuan dan bersedia untuk berbagi pengetahuan itu dengan orang lain, sementara penerima adalah setiap individu yang bersedia untuk memperhatikan dan memahami pengetahuan yang diberikan oleh orang lain. Knowledge sharing jugadidefinisikan sebagai proses pertukaran pengetahuan (keterampilan, pengalaman dan pemahaman) antara peneliti, pembuat kebijakan, dan penyedia layanan (Tsui, 2006). Knowledge sharing itu menjadi semakin penting untuk memastikan bahwa praktek dan kebijakan yang berdasarkan bukti.kesenjangan di antara penelitian, praktek, dan kebijakan harus dijembatani. Pada jurnal yang berjudul Knowledge-sharing enablers and barriersin pharmaceutical research and development (Lilleoer & Hansen, 2011) menjelaskan bahwa “Knowledge sharing can also be seen as a process of knowledge exchange. It has been argued that the motivation for these different exchanges is related to the expectation of receiving something in return.” yang artinya adalah berbagi pengetahuan bisa juga dilihat sebagai sebuah proses pertukaran pengetahuan.Telah
19
berargumen bahwa motivasi untuk pertukaran yang berbeda ini adalah terkait dengan harapan mendapatkan sesuatu sebagai balasannya. Aktivitas knowledge sharing melibatkan setidaknya dua pihak yaitu knowledge owners dan reconstructors. Knowledge owners adalah mereka yang memiliki pengetahuan tertentu, dan mengeksternalkan melalui media komunikasi untuk berbagi dengan orang lain. Knowledge Reconstructors adalah yang menerima pengetahuan baru dari knowledge owner, cenderung untuk merekonstruksi, memahami, pengetahuan yang baru menggunakan pengetahuan yang telah mereka memiliki (Wang & Wei, 2011). Knowledge sharing merupakan kegiatan berbagi pengetahuan kepada orang lain. Pada hakikatnya setiap orang memiliki pengetahuan.Pengetahuan itu terkumpul dan tersimpan dalam dalam otak tiap individu atau yang disebut dengan sebuah repository. Pengetahuan tersebut dapat dibagi atau ditransfer kepada orang lain. Pada jurnal yang berjudul Knowledge Sharing and Work Performance: A network perspective (Wu, Yeh,& Hung, 2012) dijelaskan bahwa “knowledge sharing the focus has been on exploring the attributes of individuals that are useful in encouraging those who possess knowledge to share it“ yang artinya bahwa berbagi pengetahuan telah berfokus dalam mendorong orang-orang atau individu yang memiliki pengetahuan untuk berbagi. Persepsi knowledge sharing sebagian besar dipengaruhi oleh komunikasi model yang dibuat oleh Shannon dan Weaver (1949), dimana Knowledge sharing adalah tindakan mentransfer pengetahuan melalui salah satu saluran komunikasi yang dari pemiliknya ke penerima. Pada Gambar 2.2 menunjukkan proses berbagi pengetahuan didefinisikan menurut titik pandangan ini. Para pendukung dari pendekatan ini berpendapat bahwa satu-satunya perantara yang dapat mempengaruhi kualitas berbagi adalah kualitas saluran komunikasi yang digunakan pengguna untuk mengkomunikasikan pengetahuan (Bolisani, 2008: 4). Senge 1997 memaparkan dalam jurnal yang berjudul Factors Affecting High School Teachers' Knowledge-Sharing Behaviour bahwa “Most knowledge owners are unwilling to share their most important knowledge assets with others“(Chen,
20
2012), yang artinya adalah kebanyakan pemilik pengetahuan (knowledge owners) tidak mau berbagi kekayaan pengetahuan yang paling penting mereka dengan orang lain. Gambar 2.2Objective knowledge sharing (Bolisani: 2008) Knowledge Owners
Knowledge Seekers
Objective Knowledge Communicated via Communication Channels (Or knowledge stored in systems)
Proses knowledge sharing bisa dilakukan melalui berbagai saluran seperti diskusi, rapat, seminar atau pertemuan-pertemuan baik yang bersifat formal dan tidak formal. Selain itu proses knowledge sharing juga bisa dilakukan melalui berbagi media seperti internet, website, blog ataupun jejaring sosial. Proses knowledge sharing akan dapat dilakukan jika setiap anggota terlibat dalam sebuah komunitas atau organisasi, memiliki kesempatan yang luas untuk mengemukakan ide, kritik, saran, pemikiran kreatif, komentar dan berbagai masukan yang dapat meningkatkan kinerja dari organisasi atau komunitas yang bersangkutan. Peran dari setiap anggota dalam sebuah komunitas berbagi pengetahuan sangat diperlukan, demi terciptanya proses knowledge sharing yang berkelanjutan. Bolisani (2008: 97-98) lebih jelas memaparkan beberapa daftar barriers atau hambatan dalam knowledge sharing, Hambatan ini terbagi dalam tiga kategori yaitu, hambatan individu, hambatan organisasi, dan hambatan teknologi. Hambatan dalam knowledge sharing pada individu antara lain; 1. Kurangnya waktu untuk berbagi pengetahuan, dalam berbagi pengetahuan sering kali terhambat dengan kurangnya waktu dari individu untuk berbagi pengetahuan. 2. Rendahnya
kesadaran
dan
realisasi
nilai
dan
manfaat
dari
pengetahuan yang dimiliki untuk orang lain, individu tidak sadar akan pentingnya berbagi pengetahuan dengan orang lain.
21
3. Buruknya komunikasi verbal dan keterampilan interpersonal, individu yang tidak memiliki keterampilan menulis, berbicara yang baik akan menghambat proses berlangsungnya knowledge sharing karena pesan atau pengetahuan yang dibaginya akan tidak dipahami oleh penerima pengetahuan. 4. Lack of trust, kurangnya kepercayaan orang-orang, jika individu tidak memiliki kepercayaan terhadap suatu lembaga atau medium untuk berbagi pengetahuan maka sulit untuk individu mau untuk berbagi pengetahuannya. Hambatan dalam knowledge sharing pada organisasi antara lain 1. Aliran komunikasi dan pengetahuan dibatasi ke arah tertentu. 2. Daya saing dalam bisnis, daerah fungsional, dalam dunia bisnis persaingan menjadi sesuatu hal yang tidak bisa dielakkan. Karena itu setiap pelaku bisnis harus selalu meningkatkan daya saing bisnisnya dari waktu ke waktu. Hambatan dalam knowledge sharing pada teknologi antara lain: 1. Usability, Keengganan untuk menggunakan sistem karena kurangnya pengalaman menggunakan system tersebut. Orang akan cenderung malas jika mengalami kesulitan dalam mengoperasikan internet ketika akan
berbagi
pengetahuan,
mereka
akan
cenderung
untuk
meninggalkan media sharing tersebut jika dirasa menyulitkan dan membuang waktu mereka. 2. Kurangnya
pelatihan
mengenai
prosess
penggunaan
sistem;
Kesenjangan antara individu terhadap integrasi sistem dan membatasi proses berbagi pengetahuan. 3. Lack of knowledge sharing facility, penyediaan fasilitas untuk berbagi merupakan salah satu pendorong knowledge sharing, misalnya penyediaan portal untuk berbagi pengetahuan. Jika fasilitas-fasilitas tersebut tidak terpenuhi maka akan menghambat untuk melakukan knowledge sharing. Pada jurnal yang berjudul Knowledge Transfer, Knowledge Sharing and Knowledge Barriers–Three Blurry Terms in KM (Paulin & Suneson, 2012) Szulanski (2003) menjelaskan bahwa “Knowledge Barries” pada knowledge sharing menggambarkan faktor yang menjelaskan mengapa pengetahuan mungkin tidak di
22
transfer. Ini membuatnya percaya bahwa ada sebuah hubungan antara upaya perusahaan untuk mencapai berbagi pengetahuan (knowledge sharing). Berbagi pengetahuan dapat ditingkatkan melalui penerapan teknologi yang tepat, sistem yang merangsang kolaborasi, memfasilitasi proses berbagi dan menghargai mereka yang berbagi yang pengetahuan serta individu yang benar-benar memanfaatkan pengetahuan yang telah berbagi (Uriarte, 2008: 55).
2.2.4
Computer Mediated Knowledge Sharing Computer-mediated menjadi cara dalam terjadinya knowledge sharing.
Namun, tidak semua internet-based knowledge-sharing channels dibuat sama, mereka berbeda dalam efektivitas mereka ketika digunakan untuk pertukaran pengetahuan. Dalam pengertian Herring (1996), Computer-mediated komunikasi dapat didefinisikan sebagai komunikasi yang berlangsung antara manusia melalui sarana computer (Bolisani, 2008: 89) Computer-mediated knowledge sharing menggunakan sejumlah saluran berbasis komputer di mana saluran didefinisikan sebagai aplikasi teknologi tertentu atau alat yang digunakan untuk berkomunikasi. Saluran berbasis computer sekarang jauh lebih beragam, saluran komunikasi yang beragam yaitu seperti E-mails, newsgroup, blogs, collaborative workspaces (Bolisani, 2008: 92) E-mail adalah salah satu computer-mediated saluran komunikasi yang banyak dianut oleh masyarakat dalam bisnis dan penggunaan pribadi. E-mail adalah bentuk tertua, paling dasar dalam mediasi komputer. Newsgroup merupakan kelompok diskusi maya di internet. aplikasi di internet yang digunakan untuk berkomunikasi satu sama lain dalam sebuah forum. Biasanya, anggota newsgroup mempunyai kepentingan dan ketertarikan yang sama untuk membahas topik-topik tertentu. Web logs merupakan bentuk aplikasi web yang memuat tulisan pada sebuah halaman website umum ,situswebsite seperti ini dapat di akses pengguna internet sesai topik dan tujuan dari si pengguna blog tersebut. Web log (atau blog untuk pendek) adalah berbasis link situs menawarkan pemikiran pribadi, komentar dan esai oleh individu atau kelompok. Blog biasanya pendek, posting sering diperbarui diatur secara kronologis, seperti versi online dari sebuah jurnal atau buku harian. Web log
23
memberikan fungsi penyaringan berharga bagi para pembacanya, yang menyediakan hanya konten lebih relevan dan diperiksa.Blog yang karena itu berguna sebagai alat untuk anggota komunitas, dan menghubungkan dengan pembaca lainnya.Web logs merupakan saluran komunikasi yang berguna dalam berkomunikasi dan berbagi pengetahuan (knowledge sharing). Collaborative workspaces seperti wikis merupakan sebuah situs web (atau koleksi dokumen hiperteks lainnya) yang memperbolehkan penggunanyamenambah atau mengubah isi situs tersebut. Setiap anggota pada wiki berhak menulis dan mengirimkan isi konten.Istilah ini juga dapat merujuk kepada software kolaboratif yang digunakan untuk menciptakan situs website semacam itu. Aplikasi saluran komunikasi tersebut cukup beragam namun semua aplikasi tersebut memiliki satu kesamaan yaitu, melayani dan mempermudah interaksi antara pengguna di mana penguna bisa bertemu secara virtual dan berbagi pengetahuannya. Saluran komunikasi yang digunakan oleh orang akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pengetahuan yang mereka bagi, kepada siapa mereka berbagi pengetahuan, mengapa mereka saling berbagi pengetahuan, dan seberapa sering mereka melakukannya knowledge sharing. Dengan mengembangkan pemahaman yang lebih dalam mengenai jenis pengetahuan yang dapat dibagi, organisasi dapat meningkatkan upaya mereka untuk mengidentifikasi pengetahuan. Knowledge sharing tidak lagi dibatasi oleh fasilitas pertemuan tatap muka (face-to-face meetings). Computer mediated knowledge sharing membantu orang menemukan jawaban atas pertanyaan, karena itu sangat penting untuk lebih memahami faktor-faktor yang mempengaruhi computer-mediated knowledge sharing. Bolisani (2008: 90) lebih jelas memaparkan beberapa faktor penting yang mempengaruhi efektivitas berlangsungnya knowledge sharingantara lain;Jenis saluran komunikasi yang dipakai; Persepsi yang dalam komunikasi dengan individu lain, misalnya, ekspresi wajah, nada suara; Karakteristik pengetahuan (stickiness vs. leakiness); Karakteristik dari para peserta. Karakter ini termasuk jenis kelamin, umur, status, pekerjaan; The length and nature of the relationships (long term, professional, personal); Konteks, topik, dan tujuan dari knowledge sharing, konteks dan topik apa saja yang di sharing; Synchronous vs asynchronous interaction (realtime or delayed), dalam kegiatan knowledge sharing interaksi yang terjadi bisa langsung bersamaan tatap muka atau bisa secara tidak langsung yaitu melalui
24
mediasi computer; Apakah kegiatan knowledge sharing bersifat public or private (closed group, public Website), knowledge sharing yang bersifat public akan lebih efektif dalam menjangkau interaksi komunikasi, sedangkan private knowledge sharing akan kurang dalam menjangkau interaksi komunikasi. Bolisani (2008: 92-93) memaparkan jenis saluran pada knowledge sharing. Jenis saluran tersebut berkisar dari; pertama, Face-to-face, technologically unmediated, keuntungan utama di sini adalah bahwa individu dapat menyesuaikan dan menjelaskan atau mengklarifikasi pengetahuan pada permintaan. Kerugiannya adalah perlunya kedua pihak untuk hadir di tempat dan waktu yang sama. Selain itu, jenis ini biasanya tidak tercatat, berbagi pengetahuan berpotensi menyebabkan distorsi dan bias komunikasi; kedua adalah Face-to-face, technologically mediated (video conferencing, some online collaboration software), keuntunganya adalah bahwa individu tidak perlu berada di lokasi yang sama. Sementara kemampuan untuk menyesuaikan pengetahuan untuk penerima memungkinkan; Ketiga adalah Technological,
synchronous
(telephone,
instant
messaging,
some
online
collaboration software, chat rooms), Saluran komunikasi ini bebas dari kehadiran pada lokasi yang sama dalam berbagi pengetahuan. Saluran-saluran ini bisa jadi akan sangat berguna untuk mendistribusikan organisasi. Kelemahannya adalah bahwa saluran-saluran ini memiliki kemampuan yang berbeda-beda untuk menyampaikan pesan dan dapat mudah mengakibatkan miscommunications; ke-empat yaitu Technological, asynchronous (e-mail, communities of practice, discussion groups, written documents), Keuntungan utama ini adalah individu bebas berada di lokasi dan pada waktu yang sama. Pengirim dapat menuliskan pengetahuan yang segera ditangkap untuk penyimpanan dan penerima dapat mengakses entitas pengetahuan ketika dibutuhkan.Kelemahan di sini berkaitan dengan ketiadaan mengklarifikasi pesan dan ketiadaan konteks di mana entitas pengetahuan asli tercatat.
25
2.7
Kerangka Pemikiran Berikut merupakan kerangka pemikiran pada penelitian ini :
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran
26
2.8
Kerangka Teori
Gambar 2.4 Kerangka Teori
Kerangka teori diatas merupakan penjelasan teori-teori yang digunakan pada penelitian ini. Teori komunikasi massa merupakan teori dasar untuk menjelaskan ciri-ciri FreeCybers.com sebagai bagian dari komunikasi massa. Proses komunikasi terjadinya knowledge sharing menggunakan teori Harold Lasswell. Computer mediated knowledge sharing merupakan berbagi pengetahuan yang dilakukan melalui medium komputer. Berdasarkan teori-teori tersebut maka akan menjawab mekanisme terjadinya knowledge sharing sebagai hasil proses komunikasi pada media online FreeCybers.com.