Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar belakang Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi dan alat interaksi paling penting yang digunakan oleh masyarakat untuk menyampaikan apa yang ingin diungkapkan dalam bentuk verbal maupun non-verbal. Manusia pun tidak dapat lepas dari bahasa, terbukti dari penggunaannya untuk percakapan sehari-hari. Bahasa juga dipandang sebagai cermin kepribadian seseorang karena bahasa diterjemahkan sebagai refleksi rasa, pikiran, dan tingkah laku. Karena itu, memelajari bahasa sangat penting dalam komunikasi. Menurut Carrol dalam Machali (2009 : 40), bahasa adalah suatu sistem berstruktur mengenai bunyi dan urutan bunyi bahasa yang sifatnya manasuka, yang digunakan, atau yang dapat digunakan dalam komunikasi antar-individu oleh sekelompok manusia yang secara agak tuntas memberi nama kepada bendabenda, peristiwa-peristiwa, dan proses-proses dalam lingkungan hidup manusia. Bahasa bersifat dinamis, berubah dan berkembang sesuai dengan perubahan dan perkembangan yang terjadi dalam masyarakat yang bersangkutan. Suatu bahasa juga dapat berubah karena beradaptasi dengan bahasa lain, salah satunya adalah bahasa Jepang yang beradaptasi dari bahasa Cina. Aksara kanji, yang kita kenal sebagai salah satu jenis dari tiga aksara yang dipakai oleh masyarakat Jepang, berasal dari tulisan Cina yang lebih dikenal dengan sebutan huruf Hanzi dan sebutan ‘kanji’ secara harafiah berarti “aksara dari Han Republik Rakyat Cina”. Seperti yang sudah penulis paparkan diatas bahwa bahasa dapat diungkapkan dalam bentuk verbal dan non-verbal, aksara
1
kanji merupakan salah satu bentuk bahasa verbal. Dalam sejarah Cina, huruf kanji adalah salah satu macam huruf yang bersejarah yang paling lama dan paling banyak pemakainya di dunia. Lahirnya huruf kanji tidak hanya mendorong maju kebudayaan Tiongkok, tapi juga menimbulkan pengaruh menjangkau jauh terhadap perkembangan kebudayaan dunia, dilihat dari penggunaan huruf kanji yang menyebar luas hingga ke Jepang, Vietnam, dan Korea (Boltz, 1999 : 108). Bagi pembelajar pemula, huruf kanji sering dikeluhkan karena merupakan huruf yang paling sukar untuk dihafal dan hal ini merupakan salah satu kendala dalam pembelajaran bahasa Jepang. Kesulitan-kesulitan tersebut meliputi: huruf kanji mempunyai bentuk yang rumit dan banyak juga bentuk kanji yang serupa, jumlah huruf yang terlalu banyak, dan cara membaca yang terdiri dari 2 cara, yaitu: onyomi dan kunyomi. Oleh karena itu, dalam skripsi ini, penulis ingin menitik-beratkan pada perbedaan penggunaan huruf kanj fu (不), kanji mu (無), dan kanji hi (非), yakni ketiga huruf kanji tersebut mempunyai arti dan tugas yang sama, yaitu melawankan makna huruf kanji yang dipasangkan, contoh: kata kanou (可能), yang mempunyai arti “mungkin”, jika dipasangkan dengan huruf kanji fu (不), maka akan menjadi fukanou (不可能) yang mempunyai arti “tidak mungkin”; kata keikaku (計画), yang mempunyai arti “rencana”, jika dipasangkan dengan kanji mu (無) maka akan menjadi mukeikaku (無計画) yang mempunyai arti “tanpa rencana”; kata koushiki ( 公 式 ), yang mempunyai arti “resmi”, jika dipasangkan dengan kanji hi (非), maka akan menjadi hikoushiki (非公式) yang mempunyai arti “tidak resmi”. Akan tetapi, tidak semua kata dapat dipasangkan dengan ketiga kanji tersebut. Makna kata kanou ( 可 能 ) hanya dapat
2
diantonimkan menggunakan kanji fu (不) dan tidak dapat menggunakan kanji lainnya. Makna kata keikaku (計画) hanya dapat diantonimkan menggunakan kanji mu (無) dan tidak dapat menggunakan kanji lainnya. Makna kata koushiki (公式) hanya dapat diantonimkan menggunakan kanji hi (非) dan tidak dapat menggunakan kanji lainnya. Hal ini sesuai dengan ditemukannya arti kata meiwaku (迷惑) yang dipasangkan dengan kanji fu (不), kata keikaku (計画) yang dipasangkan dengan kanji mu ( 無 ), dan kata koushiki ( 公 式 ) yang dipasangkan pada kanji hi 非 (Matsuura, 2005 : 182, 282, 671). Kesulitan menentukan pasangan kanji untuk melawankan makna kata yang dipasangkan ini merupakan kesulitan yang dialami oleh penulis dan hal ini juga merupakan alasan penulis mengambil tema linguistik dan mengangkat judul skripsi ini. Penulis juga berharap dapat membantu pembelajar bahasa Jepang lainnya untuk lebih dapat memahami penggunaan kanji fu, mu dan hi. Sebelum pembuatan skripsi ini, penulis telah mengumpulkan data dan teori dari berbagai buku. Data diambil dari Kamus Kanji Modern Jepang Indonesia yang ditulis oleh Andrew N. Nelson dan Kouijien yang ditulis oleh Shinmura. Penulis menggunakan kamus ini sebagai korpus data karena isinya cukup lengkap dan sangat membantu perkuliahan. Dengan adanya korpus data tersebut, penulis dapat menganalisis dan memberi jawaban bagaimana cara menentukan pasangan kanji untuk melawankan makna kata yang dipasangkan. Untuk mendukung penelitian ini, penulis menggunakan teori semantik, teori semiotik, teori semiotik gambar, teori kanji fu, teori kanji mu, dan teori kanji hi. Untuk teori semantik, penulis menggunakan teori dari Gorys Keraf. Untuk teori semiotik, penulis menggunakan teori dari Larsen dan Yongky. Untuk teori kanji
3
fu, kanji mu, dan kanji hi, penulis akan menggunakan teori dari Akiyasu Toudou dan Takashi Ichikawa. Penulis menghubungkan analisis dengan teori dasar, yaitu teori semantik, teori semiotik dan teori semiotik gambar, yaitu dimana teori semantik dipakai karena huruf kanji fu, mu, dan hi berkaitan dengan menganonimkan makna kanji yang dipasangkan serta makna setiap kanjinya dan teori semiotik dipakai karena huruf kanji merupakan bahasa verbal yang menggunakan tulisan yang diwujudkan dalam bentuk simbol. Untuk melihat perbedaan kanji fu, mu, dan hi, penulis akan menghubungkan dengan teori kanji fu, teori kanji mu, dan teori kanji hi, dan dilihat dari asal usul pembentukan kanji awalnya.
1.1.1 Sejarah Tulisan Hanzi Cina Huruf kanji yang kita kenal berasal dari tulisan Cina yang lebih dikenal dengan sebutan huruf Hanzi dan sebutan ‘kanji’ secara harafiah berarti “aksara dari Han Republik Rakyat Cina”. Menurut para sarjana, huruf Hanzi terbentuk pada Dinasti Shang abad ke-16 Sebelum Masehi. Menurut hasil survei para arkeologi, kebudayaan Cina telah berkembang sampai taraf yang cukup tinggi pada awal Dinasti Shang yang dilambangkan dengan munculnya Jiaguwen (dalam bahasa Jepang dikenal dengan tulisan koukotsu) atau aksara yang ditulis di batok kura-kura dan tulang binatang, yang merupakan huruf jaman kuno Cina. Pada zaman itu, batok kura-kura dan tulang binatang dipakai untuk menulis ramalan dalam bentuk guratan-guratan simetris yang akhirnya guratan tersebut menjadi huruf dasar dari huruf Hanzi (Boltz, : 1998 : 106). Menurut Kurniawan (2009), huruf Hanzi yang dipakai oleh masyarakat Cina hingga saat ini berasal dari catatan berupa gambar dan gambar tersebut berasal
4
dari kehidupan manusia sehari-hari. Sejak zaman dahulu hingga sekarang, bentuk huruf kanji mengalami perubahan yang besar dari Jiagwen, Jinwei, Xiaozhuan, Lishu, dan Kaishu (Dalam Wikipedia Furii Hyakkajiten, istilah ini dalam bahasa Jepang dikenal dengan istilah Koukotsu, Kinbun, Tenbun, Reisho, dan Kaisho) dan huruf Hanzi yang dipakai sekarang adalah bentuk Kaishu. Gambar 1.1 Sejarah Evolusi Aksara China
Sumber : http://belajar-kanji.blogspot.com/2009/02/pengertian-kanji.html
1.1.2 Sejarah Tulisan Kanji Jepang Sebelum aksara kanji dikenal masyarakat Jepang, bahasa Jepang berkembang tanpa bentuk tertulis. Pada awalnya, dokumen di Jepang ditulis dalam tulisan Cina dan dilafalkan dengan cara membaca bahasa Cina. Jepang mungkin sudah mengenal akasara Cina dari abad ke-1 Masehi, tetapi secara resmi, aksara Cina mulai diperkenalkan ke Jepang mulai abad ke-5 Masehi lewat barang-barang yang diimpor dari Cina melalui Semenanjung Korea. Pada awal abad ke-3 Masehi, 2 orang datang dari Cina untuk memenuhi panggilan kaisar Jepang untuk mengajar putra kaisar. Setelah itu, kekaisaran Jepang mulai mengirimkan para ilmuwan ke Cina untuk belajar lalu membawa pulang huruf kanji dan cara bacanya ke Jepang. Jepang meminjam huruf Cina untuk mengekspresikan bahasa
5
melalui tulisan. Tidak hanya tulisan, tetapi cara baca bahasa Cina juga diadaptasi oleh bahasa Jepang. Sebagai contoh, tulisan Cina untuk kata ibu, 母(diucapkan bo), digunakan untuk mengekspresikan kata ibu dalam bahasa Jepang, yaitu haha dan pengucapan bo juga dipakai jika huruf tersebut didampingi dengan komponen huruf lainnya, seperti: bosei 母性 (keibuan) dan bokoku 母国 (tanah air). Pengucapan yang diadaptasi dari bahasa Cina dikenal sebagai onyomi dan cara baca Jepang disebut dengan kunyomi. Sampai saat ini, aksara kanji tetap dipakai untuk melambangkan konsep atau ide (kata benda, akar kata kerja, akar kata sifat, dan kata keterangan). Berdasarkan pandapat para pakar bahasa Jepang, huruf kanji, walaupun banyak dikeluhkan oleh para pembelajar awal dan mungkin oleh sebagian orang Jepang sendiri karena susahnya menghafalnya, sangat penting peranannya karena dalam bahasa Jepang banyak sekali kosakata yang dibaca dengan cara yang sama dan hanya dapat dibedakan dari huruf kanjinya karena setiap kanji mempunyai makna yang berbeda-beda, sehingga dengan adanya huruf kanji kesalahan penafsiran pun dapat dihindari. Karena itu, tak dapat dihindari bahwa huruf kanji merupakan tulang punggung bahasa Jepang (Henshall, 1991 : iv).
1.2 Rumusan Permasalahan Penulis akan meneliti dan menjelaskan penggunaan kanji fu, mu, dan hi.
6
1.3 Ruang Lingkup Permasalahan Penulis akan meneliti penggunaan kanji fu, mu, dan hi yang mempunyai fungsi sama, yaitu memilih makna huruf yang berlawanan bila dipasangkan berdasarkan maknanya.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penulis mengangkat judul ini adalah untuk mengetahui penggunaan kanji fu, mu, dan hi yang mempunyai fungsi yang sama, yaitu menganonimkan makna huruf kanji yang dipasangkan, tetapi tidak semua huruf kanji dapat dipasangkan dengan ketiga huruf kanji tersebut. Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat, terutama bagi pembelajar bahasa Jepang dalam memperluas pemahaman bahasa Jepang. Penulis juga berharap dengan adanya penelitian ini, pembelajar bahasa Jepang tidak mengalami kesulitan dalam menentukan pasangan kanji untuk menganonim makna seperti yang penulis alami sebelumnya.
1.5 Metode Penelitian Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif analisis dimana penulis akan mencari dan mengumpulkan data, kemudian menganalis dan menyimpulkannya.
7
1.6 Sistematika Penulisan Penelitian ini dibagi menjadi 5 bab yang secara garis besar. Pada bab pertama, pendahuluan, akan dibahas tentang definisi bahasa, perkembangan tulisan Cina, latar belakang masuknya tulisan Cina ke Jepang, latar belakang pemilihan tema dan judul, dan perkenalan tentang teori yang akan digunakan oleh penulis untuk mendukung skripsi ini serta hubungan antara teori dan analisis. Bab ini terdiri dari: latar belakang, rumusan masalah, ruang lingkup permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Pada bab kedua, landasan teori, penulis akan memaparkan landasan teori apa saja yang digunakan oleh penulis, seperti: teori semantik, teori semiotik, teori semiotik gambar, teori kanji fu, teori kanji mu, dan teori kanji hi. Pada bab ketiga, analisis data, penulis akan membabarkan analisis yang didukung oleh teori yang sudah penulis paparkan pada bab 2. Pada bab keempat, kesimpulan dan saran, berisi pembahasan tentang analisis data pada bab 3, serta informasi dan penulisan saran agar mahasiswa berkutnya yang akan mengambil tema dan judul yang sama dapat membahasnya lebih dalam lagi. Pada bab kelima, ringkasan, berisi rangkuman singkat tentang skripsi ini yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan hasil penelitian. Pada halaman bibliografi, terdapat daftar pustaka, yang mendukung selama penelitian ini berlangsung, yang disusun sesuai dengan urutan alfabet. Dalam halaman riwayat hidup, penulis membuat data-data pribadi sejak Sekolah Dasar hingga saat ini.
8