BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian Situasi perekonomian yang tidak menentu dan sulit diramalkan dewasa ini tentu saja sangat besar pengaruhnya terhadap dunia usaha yang ingin tetap bertahan dan mengembangkan semaksimal mungkin usahanya. Pada saat ini sudah menjadi rahasia umum bahwa negara-negara yang ada di bumi ini tengah menghadapi suatu krisis keuangan secara global. Gejolak krisis keuangan global telah mengubah tatanan perekonomian dunia, termasuk Indonesia. Diakui atau pun tidak krisis yang sedang dihadapi hampir semua negara ini merupakan imbas dari krisis finansial yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2007 dan semakin dirasakan dampaknya ke seluruh dunia termasuk negara-negara berkembang pada tahun 2008. Berawal dari permasalahan kegagalan pembayaran kredit perumahan (subprime
mortgage
default)
di
Amerika
Serikat,
krisis
kemudian
menggelembung merusak sistem perbankan bukan hanya di Amerika Serikat namun meluas hingga ke Eropa lalu ke Asia. Secara beruntun menyebabkan effect domino terhadap solvabilitas dan likuiditas lembaga-lembaga keuangan di negara negara tersebut, yang antara lain menyebabkan kebangkrutan ratusan bank, perusahaan sekuritas, reksadana, dana pensiun dan asuransi. Krisis kemudian merambat ke belahan Asia terutama negara-negara seperti Jepang, Korea, China, Singapura, Hongkong, Malaysia, Thailand termasuk Indonesia yang kebetulan
sudah lama memiliki surat-surat berharga perusahaan-perusahaan tersebut. (www. indonesiarecovery.com) Imbas krisis keuangan global dirasakan baik melalui pasar uang dan pasar modal. Pasar modal yang ada di Indonesia merupakan pasar yang sedang berkembang yang dalam perkembangannya sangat rentan terhadap kondisi makro ekonomi secara umum. Salah satu dampak yang paling berpengaruh dari krisis ekonomi Amerika adalah nilai tukar rupiah yang semakin melemah terhadap dollar, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang semakin tidak sehat, dan tentu saja kegiatan ekspor yang terhambat karena berkurangnya permintaan dari pasar Amerika itu sendiri. Selain itu penutupan selama beberapa hari serta penghentian sementara perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan salah satu dampak nyata dan pertama kalinya sepanjang sejarah, yang tentunya dapat merefleksikan betapa besar dampak dari permasalahan yang bersifat global ini. (Mauliano, 2009) Pasar modal merupakan salah satu penggerak perekonomian suatu negara. Karena pasar modal merupakan sarana pembentuk modal dan akumulasi dana jangka panjang yang diarahkan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penggerakan dana guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional. Selain itu, pasar modal juga merupakan representasi untuk menilai kondisi perusahaanperusahaan disuatu negara. Karena hampir semua industri disuatu negara terwakili oleh pasar modal. Pasar modal yang sedang mengalami peningkatan atau mengalami penurunan terlihat dari naik turunnya harga-harga saham yang tercatat yang tercermin melalui suatu pergerakan indeks atau lebih dikenal dengan Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG). IHSG merupakan nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja gabungan seluruh saham (perusahaan/emiten) tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pasar modal menjadi alternatif investasi bagi para investor selain alternatif investasi lainnya seperti menabung di bank, membeli emas, asuransi, tanah, bangunan dan sebagainya. Sebagaimana dipahami pasar modal merupakan kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek. Perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek tersebut. Pasar modal bertindak sebagai penghubung antara para investor dengan perusahaan ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan sekuritas. ( Setiawan, 2005 ) Bentuk sekuritas yang dikenal dan diperdagangkan di pasar modal adalah saham. Saham adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) atau emiten. Saham menyatakan bahwa pemilik saham tersebut adalah juga pemilik sebagian dari perusahaan itu. Dengan demikian jika seorang investor membeli saham, maka ia pun menjadi pemilik atau pemegang saham perusahaan. ( Mishkin dan Eakins, 2006 ) Membaiknya kondisi perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) mampu menarik kembali para investor untuk meramaikan perdagangan saham di lantai bursa bahkan mampu menarik masyarakat umum untuk menginvestasikan kelebihan dananya di pasar saham. Masyarakat umum mulai sadar bahwa dengan berinvestasi di pasar saham jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan hanya menyimpan dana mereka di bank. Investasi pasar saham memberikan
earning yang lebih tinggi dibandingkan dengan menyimpan uang di bank misalnya dalam bentuk deposito yang rata-rata hanya 6 persen per tahun. Akan tetapi masyarakat harus pintar memilih saham mana yang memiliki kinerja yang baik sehingga akan memberikan keuntungan di masa yang akan datang. Untuk mengetahui saham mana saja yang memiliki tingkat likuiditas tinggi, Bursa Efek Indonesia memiliki Indeks LQ45 yang berisikan 45 perusahaan dengan tingkat likuiditas tinggi yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan. Selain penilaian atas likuiditas, seleksi atas saham-saham tersebut mempertimbangkan kapitalisasi pasar. Tujuan dibuatnya Indeks LQ45 adalah untuk memudahkan investor dalam menilai suatu saham dari segi likuiditasnya. Disamping itu, Indeks LQ45 dijadikan parameter dalam menilai saham baik dari segi fundamental maupun teknikal. Namun, setiap 6 bulan (setiap awal Februari dan Agustus), saham-saham Indeks LQ45 mengalami perubahan atau pergantian sesuai dengan kapitalisasi pasar dan likuiditas saham tersebut, sehingga sangat berisiko bagi investor saham dalam menentukan saham Indeks LQ45 yang akan ditanami modal. Likuiditas saham merupakan ukuran jumlah transaksi suatu saham di pasar modal dalam suatu periode tertentu. Jadi semakin likuid saham maka frekuensi transaksi semakin tinggi. Hal tersebut menunjukkan minat investor untuk memiliki saham tersebut juga tinggi. Minat yang tinggi dimungkinkan karena saham yang likuiditasnya tinggi memberikan kemungkinan lebih tinggi untuk mendapatkan return dibandingkan saham yang likuiditasnya rendah, sehingga tingkat likuiditas saham biasanya akan mempengaruhi harga saham. Jadi suatu
saham dikatakan likuid jika saham tersebut tidak mengalami kesulitan dalam membeli atau menjualnya kembali. ( Mulyana, 2009 ) Dalam perdagangan saham di pasar modal tidak ada kenyataan lain selain harga saham dan volume. Harga saham dan volume adalah fakta yang tidak dapat diputarbalikan. Harga saham sangat penting karena berdasarkan harga inilah investor mengukur seberapa besar keuntungan atau kerugian investasinya. Pergerakan harga saham tidak dapat diprediksi secara pasti. Harga saham ditentukan menurut hukum permintaan dan penawaran. Semakin banyak investor yang ingin membeli saham, maka harga saham tersebut cenderung bergerak naik. Sebaliknya, semakin banyak investor yang ingin menjual sahamnya, maka harga saham tersebut akan bergerak turun. Volume perdagangan adalah jumlah saham atau surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal selama periode yang ditentukan. Volume perdagangan merupakan salah satu variabel dari harga, karena volume perdagangan menggambarkan jumlah aktifitas perdagangan. Data volume perdagangan saham digunakan untuk mengukur kondisi umum dalam pasar dan membantu kecenderungannya. Kenaikan atau penurunan dalam harga saham biasanya berhubungan dengan kenaikan atau penurunan dalam volume perdagangan. Menurut Reza Priyambada Indeks LQ45 merupakan indeks yang memiliki kapitalisasi saham terbesar, sehingga merupakan sasaran empuk untuk dilakukan aksi profit taking, terlebih didukung dengan situasi global yang masih saja negatif hingga saat ini, Senin (8/8/2011). Dalam perdagangan kali ini memang mayoritas
Indeks LQ45 mengalami pelemahan, selain umumnya mayoritas indeks saham LQ45 tersebut merupakan saham berkapitalisasi terbesar sehingga dapat menyeret IHSG untuk terjun tajam kali ini. (www.okezone.com) Adapun lima saham teratas pada Indeks LQ45 yang mengalami penurunan dalam sesi I perdagangan kali ini, yaitu PT Astra Internasional Tbk (ASII), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), PT United Tracktor Tbk (UNTR), PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Gudang Garam Tbk (GGRM). Berbagai sektor saham LQ45 yang mengalami penurunan tersebut lebih kepada sentimen global yang masih belum mendukung hingga saat ini meskipun dari dalam negeri sendiri situasi fundamental perekonomian masih sangat stabil. (www.okezone.com) Meski terbilang saham unggulan, analis mengingatkan, berinvestasi di saham LQ45 tidak memberi jaminan untung dibanding saham non LQ45. Sebab, menurut Reza Priyambada, ketika pasar kena sentimen negatif, saham LQ45 justru paling kena tekanan jual. Beberapa saham non LQ45 bisa lebih bertahan terhadap penurunan harga. (www.investasi.kontan.co.id) Kinerja Indeks LQ45 pada semester I 2012 cenderung lebih rendah dibandingkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Menurut Departemen Riset IFT, ada kecenderungan investor melakukan diversifikasi portofolio selain sahamsaham yang masuk daftar LQ45. (www.bakrie-brothers.com) Sepanjang semester I 2012, Indeks LQ45 hanya naik 0,19% lebih rendah dibandingkan IHSG yang naik 3,96%. Jika dicermati dari 2009 hingga 2012, kinerja indeks LQ45 tidak selalu linear dengan IHSG. Padahal, Indeks LQ45 dan saham-saham yang terdaftar didalamnya banyak digunakan pelaku pasar sebagai
acuan untuk membuat produk, misalnya dipakai manajer investasi membuat produk reksa dana. (www.bakrie-brothers.com) Pada 2009, kinerja Indeks LQ45 naik 84,39%, lebih rendah dibandingkan IHSG yang menguat 86,89%. Pada 2010, kinerja Indeks LQ45 naik 32,72%, lebih rendah dibandingkan IHSG sebesar 46,13%. Namun, pada 2011 kinerja Indeks LQ45 menguat 35,16%, jauh melampaui kinerja IHSG yang hanya tumbuh 3,20%. (www.bakrie-brothers.com) Menurut Departemen Riset IFT, saham-saham yang menjadi tujuan investasi investor rata-rata masih tetap tertuju kepada saham-saham yang memiliki fundamental solid di luar saham-saham yang masuk daftar LQ45. Investor memilih saham secara selektif yaitu saham-saham
yang memimpin secara
operasional dan memiliki potensi pertumbuhan tinggi. Saham-saham tersebut tidak masuk daftar LQ45 karena nilai kapitalisasi yang relatif kecil dan tingkat likuiditas tak terlalu besar. (www.bakrie-brothers.com) Saham-saham seperti PT Wijaya Karya(Persero) Tbk (WIKA), PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK), dan PT Arwana Citra Mulia Tbk (ARNA) merupakan saham-saham yang tidak tidak masuk LQ45. Namun, hingga akhir semester I 2012, harga saham-saham tersebut menguat signifikan yang ditopang pertumbuhan pendapatan dan laba bersih yang solid pada kuartal I 2012. (www.bakrie-brothers.com) Menurut Viviet S. Puteri, Analis Saham PT BNI Securities, kecenderungan kinerja indeks LQ45 lebih rendah dibandingkan IHSG disebabkan banyak saham pertambangan yang masuk daftar indeks saham ini. Padahal, di semester I 2012,
kinerja saham-saham sektor pertambangan cenderung terkoreksi. Harga komoditas tahun ini cenderung turun, sehingga mempengaruhi nilai saham LQ45. Krisis utang di Eropa ikut mempengaruhi Indeks LQ45. Investor asing banyak yang melepas kepemilikan pada saham-saham unggulan karena khawatir risiko yang terus meningkat. (www.bakrie-brothers.com) Berikut perkembangan harga saham untuk emiten – emiten yang termasuk ke dalam LQ45 periode tahun 2007 – 2011 : Tabel 1.1 Harga Saham Indeks LQ45 Periode 2007 – 2011 No
Kode
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
AALI ANTM ASII BBCA BBRI BDMN BMRI INCO INDF ISAT MEDC PGAS PTBA SMCB TLKM UNSP UNTR
Nama Perusahaan
2007 Astra Agro Lestari Tbk 28,000 Aneka Tambang Tbk 4,475 Astra International Tbk 27,300 Bank Central Asia Tbk 7,300 Bank Rakyat Indonesia Tbk 7,400 Bank Danamon Indonesia Tbk 8,000 Bank Mandiri Tbk 3,500 International Nickel Indonesia Tbk 96,250 Indofood Sukses Makmur Tbk 2,575 Indosat Tbk 8,650 Medco Energi Internasional Tbk 5,150 Perusahaan Gas Negara Tbk 15,350 Tambang Batubara Bukit Asam Tbk 12,000 Holcim Indonesia Tbk 1,750 Telekomunikasi Indonesia Tbk 10,150 Bakrie Sumatera Plantations Tbk 2,275 United Tractors Tbk 10,900
Closing Price 2008 2009 9,800 22,750 1,090 2,200 10,550 34,700 3,250 4,850 4,575 7,650 3,100 4,550 2,025 4,700 1,930 3,650 930 3,550 5,750 4,725 1,870 2,450 1,860 3,900 6,900 17,250 630 1,550 6,900 9,450 260 580 4,400 15,500
2010 26,200 2,450 54,550 6,400 10,500 5,700 6,500 4,875 4,875 5,400 3,375 4,425 22,950 2,250 7,950 390 23,800
2011 21,700 1,620 74,000 8,000 6,750 4,100 6,750 3,200 4,600 5,650 2,425 3,175 17,350 2,175 7,050 285 26,350
Rata-Rata 21,690 2,367 40,220 5,960 7,375 5,090 4,695 21,981 3,306 6,035 3,054 5,742 15,290 1,671 8,300 758 16,190
Sumber : Bursa Efek Indonesia
Dari fenomena di atas dapat disimpulkan bahwa Indeks LQ45 mengalami penurunan lebih kepada sentimen global yang masih belum mendukung hingga saat ini. Selain itu ada kecenderungan para investor melakukan diversifikasi portofolio selain saham-saham yang masuk daftar LQ45 dan mengakibatkan kinerja Indeks LQ45 lebih rendah dibandingkan dengan IHSG. Jika dilihat dari
tabel di atas pada tahun 2008 semua saham Indeks LQ45 mengalami penurunan harga saham dari tahun 2007. Kemudian pada tahun 2011 mayoritas emiten mengalami penurunan harga saham kembali yang tentu saja berdampak pada likuditas saham dan volume perdagangan saham. Hal ini merupakan pengaruh dari krisis global yang terjadi pada saat ini. Berdasarkan latar belakang dan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian serta membahas masalah tersebut yang dituangkan dalam skripsi
yang
berjudul : “Pengaruh Likuiditas Saham dan Volume
Perdagangan Saham Terhadap Harga Saham Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011“.
1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi permasalah pokok dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana kondisi likuiditas saham,volume perdagangan saham, dan harga saham Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2011 ? 2. Bagaimana pengaruh likuiditas saham dan volume perdagangan saham secara simultan terhadap harga saham pada Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2011 ? 3. Bagaimana pengaruh likuiditas saham dan volume perdagangan saham secara parsial terhadap harga saham pada Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2011 ?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dilakukan penelitian adalah untuk mengumpulkan data dan informasi, tentang bagaimana pengaruh likuiditas saham dan volume perdagangan saham terhadap harga saham, yang diperlukan untuk menyusun skripsi yang merupakan salah satu prasyarat yang harus dipenuhi oleh penulis dalam memperoleh gelar sarjana ekonomi. Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui kondisi likuiditas saham, volume perdagangan saham dan harga saham Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia periode 20072011. 2. Untuk mengetahui pengaruh likuiditas saham dan volume perdagangan saham secara simultan terhadap harga saham pada Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2011. 3. Untuk mengetahui pengaruh likuiditas saham dan volume perdagangan saham secara parsial terhadap harga saham pada Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2011.
1.4 Kegunaan Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, penulis berharap agar hasil penelitian yang dilakukan dapat bermanfaat untuk berbagai pihak, yang diantaranya adalah :
1. Penulis Penelitian ini merupakan bagian dari proses belajar yang dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis dengan membandingkan teori yang diperoleh selama proses perkuliahan dengan prakteknya di perusahaan mengenai likuiditas saham dan volume perdagangan saham. 2. Pembaca Dapat menambah pengetahuan dan menjadi bahan referensi bagi pembaca yang ingin menjadi perbandingan sebagai bahan acuan untuk penelitianpenelitian selanjutnya. 3. Perguruan Tinggi Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang keuangan. 4. Investor Penulis berharap dengan melakukan penelitian ini dapat memberikan kontribusi pemikiran kepada investor atau calon investor. Khususnya penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan pertimbangan menjadi masukan dan pertimbangan bagi pihak para perusahaan dalam meningkatkan kinerja perusahaannya tersebut.
1.5 Kerangka Pemikiran Pasar modal sebagaimana lazimnya merupakan tempat bertemunya antara penjual dan pembeli. Dalam hal ini pasar modal adalah tempat bertemunya pihak yang mempunyai kelebihan dana dengan cara melakukan investasi dan pihak yang membutuhkan dana dengan cara menawarkan surat berharga. Pasar Modal
bertindak sebagai penghubung antara para investor dengan perusahaan ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen melalui jangka panjang seperti obligasi, saham, dan lainnya. Menurut Rusdin (2008:1) dalam buku Pasar Modal mengemukakan pengertian pasar modal sebagai berikut : “ Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. ” Dari pengertian pasar modal di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya, pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri. Investasi merupakan suatu kegiatan penempatan dana pada aset produktif dengan harapan mendapatkan pertumbuhan modal (capital growth) dalam jangka waktu tertentu. Pada dasarnya investasi secara konvensional dapat diartikan sebagai suatu kegiatan bisnis yang pasif. Berinvestasi adalah salah satu langkah strategis yang bisa dilakukan setiap orang untuk menghasilkan uang lebih. Dari berbagai bentuk investasi yang ada, salah satunya adalah investasi pada saham yang paling banyak dilirik oleh para investor. Menurut Hartono (2008:5) bahwa : “ Investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu yang ditentukan. ”
Sedangkan menurut Sunariyah (2006:4) : “ Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki
dan
biasanya
berjangka
waktu
lama
dengan
harapan
mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang. “ Dapat disimpulkan dari kedua definisi di atas bahwa suatu investasi adalah penanaman modal untuk memperoleh nilai lebih di masa yang akan datang serta memperhatikan kemakmuran dari investor tersebut. Investasi saham sesungguhnya diinginkan oleh banyak orang. Pada dasarnya ada 2 keuntungan yang diperoleh pemodal dengan membeli atau memiliki saham, yaitu memperoleh dividen dan capital gain. Saham adalah surat berharga yang menunjukkan bagian kepemilikan atas suatu perusahaan. Jika pemodal membeli saham berarti pemodal membeli sebagian kepemilikan atas perusahaan tersebut. Dan pemodal berhak atas keuntungan perusahaan dalam bentuk dividen, jika perusahaan membukukan keuntungan. Pemodal juga bisa mengambil keuntungan dari naiknya harga saham tersebut dari waktu ke waktu. Saham dapat dikatakan likuid jika saham itu mudah diperjualbelikan, mudah dicairkan sehingga banyak peminatnya dan likuiditas saham itu bisa diukur dengan frekuensi reaksi volume perdagangan saham dipasar modal. Menurut Mishkin dan Eakins (2006:228) : “ Likuiditas saham berarti dimana sekuritas-sekuritas termasuk berupa saham dapat dibeli dan dijual secara cepat dengan biaya transaksi dan risiko yang rendah ketika dijual kembali. “
Volume perdagangan saham bisa diartikan sebagai rasio antara jumlah lembar saham yang diperdagangkan pada waktu tertentu terhadap jumlah saham yang beredar pada waktu tertentu. Volume perdagangan yang besar menunjukan perdagangan saham yang aktif yang artinya sedang digemari oleh investor. Semakin likuid saham suatu perusahaan, maka perusahaan akan lebih mudah mendapatkan dana karena investor tertarik untuk membeli saham perusahaan. Prediksi harga saham suatu perusahaan dapat dianalisis dengan menggunakan volume perdagangan saham. Menurut Husnan (2005) berdasarkan hukum permintaan dan penawaran, volume perdagangan saham yang tinggi akan menyebabkan supply (ketersediaan) saham di pasar akan meningkat, jika supply saham di pasar tinggi maka akan menurunkan harga saham. Dan sebaliknya, jika volume perdagangan saham rendah akan menyebabkan supply saham di pasar menurun, jika supply saham di pasar rendah maka akan meningkatkan harga saham. Naiknya volume perdagangan merupakan kenaikan aktivitas jual beli para investor di bursa. Hal ini menunjukkan semakin diminatinya saham tersebut oleh masyarakat sehingga akan membawa pengaruh terhadap naiknya harga atau return saham. Penelitian yang menguji tentang keterkaitan likuiditas saham dan volume perdagangan saham terhadap harga saham telah dilakukan oleh banyak peneliti diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Deden Mulyana (2009) dalam jurnal yang berjudul Analisis Likuiditas Saham Serta Pengaruhnya Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan yang berada pada Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia menjelaskan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara likuiditas saham terhadap harga saham pada Indeks LQ45 di Bursa efek Indonesia periode tahun 20082009. 2. Bram Hadianto dan Rony Setiawan (2007) dalam jurnal yang berjudul Pengaruh Volume Perdagangan, EPS dan PER Terhadap Harga Saham Sektor Pertambangan pada Periode 2000-2005 di Bursa Efek Jakarta menjelaskan bahwa volume perdagangan berpengaruh positif secara signifikan terhadap harga saham. Laba per lembar saham (EPS) dan rasio harga terhadap laba (PER) menunjukkan pengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Secara simultan, ketiganya berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. 3. Ahmad Ripai Purba (2009) dalam jurnal Pengaruh Faktor Teknikal terhadap Harga Saham Sektor Perbankan dan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia menjelaskan bahwa secara simultan variabel IHSI dan volume perdagangan berpengaruh terhadap harga saham sedangkan secara parsial hanya volume perdagangan yang berpengaruh terhadap harga saham.
4. Sulaeman Rahman Nidar dan I Gede P. Adyatmika (2007) dalam jurnal Pengaruh
Beta dan
Likuiditas Saham Terhadap
Tingkat
Pengembalian Saham Pada Saham LQ45 di Bursa Efek Jakarta Periode 2005-2006 menjelaskan bahwa beta secara parsial berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengembalian saham. Sedangkan beta dan likuiditas saham secara simultan mempengaruhi tingkat pengembalian saham di Bursa Efek Jakarta secara signifikan. 5. Annio Indah Lestari Nasution (2006) dalam jurnal yang berjudul Pengaruh Faktor Fundamental dan Teknikal Terhadap Harga Saham Properti yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta menjelaskan bahwa Secara parsial faktor fundamental yang terdiri dari leverage ratio, operating profit margin, price book value dan faktor teknikal yang terdiri dari volume perdagangan saham dan indeks harga saham individu memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham
Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran
Pasar Modal
Investasi
Saham
Volume Perdagangan Saham
Likuiditas Saham
Harga Saham
Sumber : Penulis
: Faktor-faktor yang diteliti
1.6 Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai sesuatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hubungan hal tersebut. Dalam penelitian ini hipotesis yang akan diuji adalah ada atau tidaknya hubungan yang ditimbulkan oleh variabel independen (variabel X) terhadap variabel dependen (variabel Y) baik secara simultan maupun parsial, serta untuk mengetahui kuat atau tidaknya hubungan antara kedua variabel tersebut. Berdasarkan kerangka pemikiran dan hasil penelitian terdahulu yang terlampir di atas dirumuskan bahwa hipotesis penulis dari penelitian ini : 1. Secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan antara likuiditas saham dan volume perdagangan saham terhadap harga saham. 2. Secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan antara likuiditas saham dan volume perdagangan saham terhadap harga saham.
1.7 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penyusunan skripsi adalah metode deskriptif dan metode verifikatif. Dimana pengertian metode deskriptif menurut Nazir (2005:89), yaitu : “ Metode Deskriptif merupakan studi untuk menentukan fakta dengan inpretasi yang tepat, dimana termasuk di dalamnya studi untuk melukiskan secara akurat sifat-sifat dari beberapa fenomena kelompok atau individu, serta studi untuk menentukan frekuensi terjadinya suatu keadaan
untuk
realibilitas. ”
meminimalisasikan
bias
dan
memaksimumkan
Tujuan dari deskriptif adalah membuat deskriptif secara otomatis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan hubungan yang diselidiki. Sedangkan pengertian metode verifikatif menurut Sekaran (2006:162), yaitu: “ Metode Verifikatif adalah metode penelitian yang menjelaskan hubungan tertentu atau menentukan perbedaan antar kelompok atau kebebasan (independensi) dua atau lebih faktor dalam situasi. “ Tujuan dari penelitian verifikatif ini adalah digunakan untuk menjawab permasalahan mengenai hubungan serta pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan dua variabel independen dan satu variabel dependen. Variabel dependen adalah variabel yang menjadi perhatian utama peneliti, yang dipengaruhi oleh variabel lain, sedangkan variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen, baik secara positif maupun negatif. Oleh karena itu digunakan analisis regresi dan korelasi ganda. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis yaitu : •
Penelitian Kepustakaan (Library Research) Merupakan suatu penelitian dengan cara mempelajari literatur-literatur, buku-buku dan sumber lainnya seperti majalah, jurnal, internet dan korankoran yang berhubungan dengan penelitian.
1.8 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil sampel pada Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia. Pengambilan sumber data diperoleh dari internet melalui situs www.idx.co.id, Indonesian Capital Market Directory ( ICMD ), dan Pustakaloka Universitas Widyatama Bandung. Adapun penelitian dilakukan pada bulan Februari-Mei 2013.