11
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Seiring dengan tuntutan perkembangan bagi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di tahun-tahun mendatang muncul suatu tantangan yang harus dihadapi oleh setiap Badan Usaha Milik Negara yaitu adanya perubahan dunia menuju ke arah transaksi perdagangan bebas. Ini berarti bahwa pada waktunya nanti setiap barang, jasa, tekhnologi dan sistem informasi dapat berpindah dari negara yang satu ke negara lainnya tanpa ada hambatan.
Kebijakan pemerintah mendukung ke arah tersebut serta ikut memprakarsai WTO, APEC, AFTA dan NAFTA. Oleh karena itu, menjawab berbagai tantangan yang berkaitan dengan gejolak perubahan lingkungan usaha diperlukan adanya pembekalan kemampuan dari sisi pengetahuan, kemampuan dan sikap yang memadai pada setiap pegawai perusahaan.
PT Garuda Indonesia Airlines yang didirikan pada 26 Januari 1949 merupakan suatu perusahaan penerbangan milik pemerintah dan berstatus sebagai Badan Usaha Milik Negara dan berbentuk persero. Sebagai BUMN, PT Garuda Indonesia Airlines dituntut untuk dapat memaksimalkan keuntungan seperti halnya perusahaan penerbangan lainnya. Akan tetapi di pihak lain, sebagai operator penerbangan pertama dan terbesar di Indonesia dengan pelayanan penerbangan lebih dari 43 tujuan domestik dan internasional, PT Garuda Indonesia Airlines memiliki kontribusi terhadap negara yaitu turut berpartisipasi dalam meningkatkan
12
sektor pariwisata, perhubungan udara, pertahanan keamanan udara, penerapan tekhnologi dirgantara serta mengembangkan tenaga kerja yang tersedia. (Garuda Indonesia Airlines,2000)
Sejalan dengan perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif, PT Garuda Indonesia Airlines dituntut untuk mampu bersaing dengan perusahaan penerbangan lainnya yang ada baik untuk wilayah domestik dan internasional. Melalui pendekatan yang berorientasi pada pelayanan, Garuda Indonesia Airlines bertujuan menjadi penyedia layanan terkemuka bagi pengguna pesawat udara dan pengangkutan udara kargo di Indonesia. Persaingan tersebut hanya dapat dimenangkan oleh perusahaan yang didukung oleh sumber daya manusia, tekhnologi dan modal yang memadai. Berdasarkan data yang dikemukakan oleh Diah Natalisa (2003) dalam Singapore Management Review
bahwa Garuda
Indonesia
3
Airlines
menempati
urutan
kedua
dibandingkan
perusahaan
penerbangan lainnya yaitu Bouraq,Mandala dan Merpati dalam hal kualitas pelayanan. Dimensi yang termasuk dalam kualitas pelayanan ini adalah perilaku dari awak kabin seperti respek, perhatian, profesionalisme dan kejujuran untuk meyakinkan pelanggan akan pelayanan yang diberikan
Untuk memenuhi persyaratan tersebut, sampai pada tahun 2010 Garuda Indonesia Airlines memiliki total 48 armada pesawat yang terdiri dari 3 B-747,-400 6 A-330-300 dan 39 B-737 (300, 400, 500 dan 800 seri) pada tanggal 31 Desember 2007. Untuk mendukung layanan tersebut, Garuda Indonesia Airlines saat ini memiliki lima grup anak perusahaan: PT Aerowisata, PT GMF Aero Asia, PT Abacus Distribution System, PT Gapura Angkasa dan PT Lufthansa System Indonesia.
13
Garuda Indonesia Airlines memiliki Kantor Pusat di Soekarno-Hatta International Airport, Garuda Indonesia Airlines saat ini mempekerjakan 5.808 karyawan dan memberikan lebih dari 93.000 keberangkatan yang melayani lebih dari 9 juta pelanggan setiap tahun.
Garuda Indonesia Airlines telah berkecimpung dalam bisnis ini selama 60 tahun. Selama tahun 1980, armada Garuda Indonesia Airlines dan pengoperasiannya mengalami rasionalisasi dan restrukturisasi yang signifikan dalam periode pertumbuhan dalam industri penerbangan. Hal tersebut dilakukan karena salah satu syarat untuk memenangkan persaingan dalam industri ini adalah memiliki sumber daya manusia yang kompeten. Ciri-ciri sumber daya manusia yang kompeten ditunjukkan dengan adanya produktivitas kerja yang optimal, kecakapan pegawai yang memadai, minat kerja yang positif dan tingkat responsibilitas yang tinggi. Untuk Garuda Indonesia Airlines, pelayanan merupakan salah satu indikator kinerja kunci penting khususnya dalam segala hal yang berkaitan dengan awak kabin yang memiliki interaksi langsung dengan pelanggan. Kinerja pegawai seperti ini memerlukan upaya organisasional secara maksimal diantaranya dengan melakukan sistem seleksi dan rekruitmen yang baik dan memberikan pelatihan berupa pembekalan pengetahuan, kemampuan dan sikap yang sesuai dengan tujuan perusahaan.
Fokus
kebutuhan yang terletak pada pelatihan staf yang tinggi tersebut
menyebabkan Garuda Indonesia mendirikan fasilitas pelatihan berupa
Garuda
Indonesia Training Centre. Program pelatihan di Garuda Indonesia Airlines terdiri beberapa jenis diantaranya adalah pelatihan ‘zero hour safety’’, pelatihan ‘Initial New
14
Hire’, pelatihan ‘Initial New Hire’ , pelatihan ‘requalification safety’ dan pelatihan untuk pramugari penerbangan haji. Salah satu yang sering dilaksanakan adalah Pelatihan ‘Initial New Hire’. Program pelatihan ini merupakan program yang dilaksanakan oleh Garuda Indonesia Airlines untuk mengembangkan kompetensi dan kemampuan awak kabin agar sesuai dengan standarisasi yang dideskripsikan dalam Directorate General of Civil Aviation (DGCA), International Air Transport
Association Operational Safety Audit (IOSA Standard) dan Civil Aviation Safety Regulations (CASR) part 121 amend.6 , Flight Attendant Training. Tujuan diadakannya program pelatihan tersebut oleh perusahaan adalah untuk memberikan dan melatih kompetensi dan kemampuan para awak kabin baru yang belum pernah bertugas. Tolak ukur dari efektivitas pelatihan ini adalah melalui ujian tertulis dengan standar kelulusan 80 dari 100 dimana untuk mencapai nilai tersebut banyak faktor psikologis yang mempengaruhi sehingga dibutuhkan analisis sampai tingkat individual. (Garuda Indonesia Airlines,2000)
Dalam penelitian ini berhubung demikian besarnya jumlah pegawai dari PT Garuda Indonesia Airlines yang mengikuti pelatihan, maka fokus penelitian diarahkan pada efektivitas pelatihan ‘Initial New Hire’ bagi awak kabin udara saja. Dipilihnya pelatihan ‘Initial New Hire’ karena pelatihan ini diberikan kepada para calon awak kabin yang baru saja lulus proses seleksi sebagai pembekalan pengetahuan, kemampuan dan sikap awal dalam memberikan jasa layanan udara pada saat penerbangan. Pelatihan ini merupakan pelatihan dasar yang sangat penting berperan dalam menciptakan kinerja awak kabin udara yang kompeten sehingga mampu memenangkan persaingan bisnis penerbangan.
15
Analisis efektivitas pelatihan sendiri merupakan suatu proses yang dirancang untuk mengukur hasil dan keuntungan yang didapat oleh perusahaan dan peserta dari suatu program pelatihan. Hasil dan keuntungan tersebut dapat termasuk pembelajaran kemampuan dan tingkah laku baru. Oleh karena itu semestinya suatu pelatihan ‘Initial New Hire’ yang baik mampu mengarahkan keterampilan, pengetahuan dan sikap yang dibutuhkan oleh awak kabin dalam melakukan tugasnya di penerbangan udara. Pada gilirannya awak kabin udara mampu menghasilkan kinerja yang dapat bekerja secara produktif, efektif dan efisiensi Berkenaan dengan hal di atas maka diperlukan suatu analisis yang tajam mengenai efektivitas pelatihan sehingga pelatihan yang diberikan sesuai dengan tujuan perusahaan dan mampu menciptakan dan meningkatkan kecakapan dan keandalan awak kabin udara sebagai komponen perusahaan dalam merebut hati konsumen dan pelanggan agar tidak berpaling ke perusahaan penerbangan lainnya. Dalam kaitannya untuk memenangkan persaingan bisnis itulah maka analisis efektivitas pelatihan menjadi suatu hal yang penting mengingat bahwa hasil pembelajaran dari suatu pelatihan menghasilkan pengetahuan, kemampuan dan sikap yang dimiliki dan diterapkan oleh awak kabin dalam melakukan pelayanan penerbangan. Di samping itu, efektivitas pelatihan yang dilakukan untuk memberikan bekal
pengetahuan,
kemampuan
dan
sikap
dalam
bentuk
perilaku
yang
mencerminkan pelayanan selama penerbangan juga dipengaruhi oleh faktor psikologis dan faktor non psikologis. Faktor psikologis yang mempengaruhi diantaranya adalah tujuan individu, pembelajaran yang dilakukan individu, kebutuhan
individu,
ekspektansi
individu
dan
reinforcement
yang
diterima
sedangkan faktor non psikologis yang mempengaruhi di antaranya adalah fasilitas, materi dan metode pengajaran instruktur.
16
Berdasarkan uraian di atas, penyusun tertarik untuk melakukan penelitian mengenai efektivitas pelatihan yang akan dituangkan dalam karya ilmiah berupa skripsi dengan judul : “ Analisis Efektivitas Pelatihan ‘Initial New Hire’ pada Awak Kabin PT Garuda Indonesia Airlines” 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut : ” Bagaimana analisis efektivitas pelatihan ‘Initial New Hire’ pada awak kabin Garuda Indonesia Airlines ?” 1.3 Tujuan Penelitian Memperhatikan latar belakang dan pokok permasalahan yang telah diuraikan maka tujuan dari penelitian ini terbagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus sebagai berikut : a) Tujuan umum Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pelatihan ‘Initial New Hire’ pada awak kabin Garuda Indonesia Airlines b) Tujuan khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut : -
Untuk mengetahui bagaimana pandangan peserta terhadap program pelatihan ’initial new hire’ yang diberikan
-
Untuk mengetahui sejauh mana tingkat pembelajaran yang didapatkan oleh peserta pelatihan ’initial new hire’
17
-
Untuk mengetahui bagaimana aplikasi dari pelatihan ’initial new hire’ melalui perilaku di lingkungan kerja
-
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pelatihan ’initial new hire’ terhadap tujuan perusahaan.
1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Secara akademik diharapkan memberikan manfaat antara lain adalah sebagai berikut : -
Menambah perbendaharaan teori – teori yang berkaitan dengan bidang pelatihan dan pengembangan agar dapat memberikan manfaat bagi penelitian lebih lanjut dan lebih mendalam
-
Diharapkan metodologi yang dipergunakan dalam penelitian ini
dapat
dimanfaatkan
untuk
penelitian
serupa
pada
organisasi sejenis 2. Secara praktis diharapkan memberikan manfaat bagi Garuda Indonesia Airlines antara lain : -
Sebagai masukan untuk mengevaluasi program pelatihan dan pengembangan
yang
telah
berjalan
dalam
rangka
mewujudkan kinerja awak kabin udara yang optimal -
Sebagai masukan bagi untuk memberikan perhatian terhadap efektivitas program pelatihan dan pengembangan awak kabin udara yang bertujuan untuk menjawab tantangan kompetensi di bisnis transportasi udara
18
3. Secara praktis diharapkan memberikan manfaat bagi unit Flight Attendant Standard & Development (CCD) Garuda Indonesia Airlines antara lain : -
Sebagai masukan untuk unit Flight Attendant Standard & Development merancang
(CCD) atau
Garuda merevisi
Indonesia
Airlines
program
pelatihan
dalam dan
pengembangan awak kabin udara untuk mewujudkan kinerja yang optimal -
Sebagai masukan untuk unit Flight Attendant Standard & Development
(CCD)
Garuda
Indonesia
Airlines
dalam
mengevaluasi program pelatihan dan pengembangan awak kabin udara 4. Secara praktis diharapkan memberikan manfaat bagi awak kabin Indonesia Airlines antara lain : -
Sebagai masukan bagi awak kabin Indonesia Airlines sebagai garda
depan
dari
perusahaan
untuk
dapat
mengoptimalisasikan penerapan hasil pembelajaran dari program pelatihan dan pengembangan ke dalam lingkungan kerja.