BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Reumatoid Arthritis (RA) merupakan suatu penyakit autoimun yang menyerang
persendian
dan
menyebabkan
inflamasi
yang
ditandai
dengan
pembengkakan, nyeri, serta bisa menyebabkan kerusakan sendi dan deformitas sendi progresif yang menyebabkan disabilitas dan kematian dini (Dwijayanti, 2007). Sebagian besar perjalanan penyakit ini bersifat kronis fluktuatif dan dapat diderita selama beberapa dekade kehidupan, sehingga bila tidak diobati dapat menyebabkan deformitas dan disabilitas yang mengakibatkan berkurangnya kualitas hidup. RA juga meningkatkan resiko kematian terutama pada penyakit RA berat Goodson et al, 2002; Navaro-Cano et al, 2003 (dalam Darwin 2007). Seseorang yang mengalami reumatik mengalami beberapa gejala berikut yakni nyeri, inflamasi, kekakuan sendi di pagi hari, hambatan gerak persendian, terbentuknya nodulnodul, pada kulit diatas sendi yang terkena, teraba lebih hangat dan bengkak (Santoso, 2003). Penyakit ini juga menyebabkan sinovitis, kerusakan sendi, dan gangguan fungsional kadang-kadang diikuti oleh kelelahan yang sangat hebat, anoreksia dan berat badan menurun (Rubenstein, 2003). RA menyerang persendian kecil, 90 % keluhan utama penderita RA adalahnyeri sendi dan kaku sendi (Turana, 2005).
Bebas dari nyeri merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi manusia. Nyeri merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kenyamanan tubuh (Aziz & Musrifatul, 2004). Jika seseorang menderita nyeri maka akan mempengaruhi fisiologis dan psikologis dari orang tersebut. Seseorang dapat menjadi mudah marah, denyut nadi cepat, cemas, dan gangguan pola tidur bahkan aktivitas sehari-hari dapat terganggu (Tamsuri, 2006).
Universitas Sumatera Utara
Nyeri pada RA merupakan nyeri yang disebabkan oleh inflamasi. Nyeri RA ini akan bertambah berat pada pagi hari saat bangun tidur membaik pada siang hari dan lebih berat pada malam hari. Nyeri ini akan bertambah berat seiring dengan beratnya penyakit dan ambang nyeri dari penderita. Makin bertambah berat penyakitnya maka akan semakin bertambah pula rasa nyerinya. Bila perjalanan penyakitnya dihentikan pada RA maka rasa nyeri akan berkurang (Isbagio, 2006). Dalam pengobatan Reumatoid
Arthritis diperlukan pendekatan yang
multidisipliner. Dokter, perawat, ahli fisioterapi, ahli terapi okupasional, pekerja sosial, ahli farmasi, ahli gizi dan ahli psikologi, semuanya memiliki peranan masingmasing dalam pengelolaan penderita RA baik dalam edukasi maupun penatalaksanaan pengobatan penyakit ini. Biasanya pada RA erosif moderat diberikan terapi okupasi dan fisioterapi (Tulaar, 2007). Dalam bidang keperawatan kompres dingin banyak digunakan untuk mengurangi rasa nyeri. Tindakan ini dilakukan sebagai latihan penguat dan pergerakan sendi karena kompres dingin mampu membatasi inflamasi pada RA (Tulaar, 2007). Pada aplikasi dingin memberikan efek fisiologis yakni menurunkan respon inflamasi, menurunkan aliran darah dan mengurangi edema, mengurangi rasa nyeri lokal. Dalam memberikan efek terapetik suhu kompres dingin yang diberikan berkisar antara 18-270C (Tamsuri, 2006). Jenis pengobatan ini memegang peranan yang tidak kalah pentingnya dengan pengobatan medikamentosa (Tulaar, 2007). Tindakan ini merupakan tindakan pencegahan terhadap kecacatan dan bila sudah terjadi cacat, digunakan untuk rehabilitasi (Waluyo, 2007). Banyak mitos yang berkembang di masyarakat yang menyatakan bahwa cuaca dingin, mandi malam, terlalu sering mandi, berada di ruangan Air Conditioned (AC) merupakan salah satu penyebab RA. Padahal dari beberapa penelitian yang pernah
Universitas Sumatera Utara
ada terapi dingin sangat baik untuk mengurangi nyeri RA (Broto, 2007). Salah satunya kompres dingin menggunakan kirbat es suatu cara dapat dilaksanakan secara praktis,
tidak
perlu
biaya
yang
mahal,
dapat
digunakan
sebagai penanganan pertama saat datangnya nyeri. Kompres dingin ini dapat digunaka n setelah kirbat es diisi dengan potongan-potongan es, kemudian diletakkan ke daerah yang terasa nyeri (Salbiah dkk, 2007). Price (2005) menyatakan kompres dingin merupakan salah satu intervensi yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri. Kompres dingin kirbat es dapat menurunkan rasa nyeri, menurunkan suhu panas, membatasi peradangan (Salbiah dkk, 2007). Secara spesifik manfaat kompres dingin kirbat es terhadap nyeri RA adalah dapat mengurangi nyeri RA dengan menurunkan aliran darah atau vasokontriksi pada area yang dikompres, serta membatasi inflamasi pada RA sehingga proses inflamasi tidak menyebar dari sinovitis ke radang sendi, otot dan lain-lainnya. Pemilihan kirbat es untuk kompres dingin agar suhu kompres dapat dijaga kestabilannya didalam kirbat sehingga pemakaiannya lebih akurat, es tidak mudah mencair. Beberapa orang pasien Early RA (yang didiagnosis selama 2 tahun) telah dilakukan intervensi selama 52 minggu, dengan menggunakan terapi dingin dan obatobat RA, hasilnya 50% pasien mengalami kekambuhan, dan 28 % berhasil (Kelly, 2005). Leutz dan Harris ( 1995) melakukan penelitian retrospektif dengan 52 pasien mengalami nyeri RA, 33 pasien tersebut mendapat terapi dingin kirbat es sedangkan 19 pasien RA yang lain ,tidak menerima terapi dingin. Terapi dingin kirbat es ini dilakukan selama 3 hari. Selanjutnya terapi dingin ini menggunakan alat elektrik yang terdiri dari dua bantalan plastik steril yang terhubung oleh pipa karet berisi air dingin dari suatu unit utama elektris yang menjaga suatu temperatur yang tetap 420F untuk post-operative RA periode yang segera. Tidak ada perbedaan penting di dalam
Universitas Sumatera Utara
jumlah penggunaan analgetik, antiinflamasi, atau rumah sakit tinggal antara kedua kelompok. Adanya dua penelitian diatas mengenai kompres dingin terhadap nyeri RA keduanya menghasilkan hasil yang belum signifikan dengan teori yang ada. Penelitian menurut Kelly (2005) kompres dingin yang dilakukan menggunakan cara yang manual dengan suhu yang tidak terkontrol, sedangkan penelitian Leutz dan Harris (1995) kompres dingin yang dilakukan dengan dua perlakuan kompres dingin dengan menggunakan kirbat es dan alat elektris jadi belum dapat disimpulkan kirbat es berpengaruh terhadap intensitas nyeri RA. Berdasarkan studi pemaparan di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti ” Bagaimana pengaruh kompres dingin kirbat es terhadap intensitas nyeri pada pasien Reumatoid Arthritis di Poli Reumatologi RSU Adam Malik Medan”. 2. Masalah penelitian Berdasarkan
uraian
dalam
latar
belakang
maka
dapat
dirumuskan
permasalahan dalam penelitian ini yaitu, bagaimana pengaruh kompres dingin kirbat es terhadap intensitas nyeri pada pasien Reumatoid Arthritis di Poli Reumatologi RSU Adam Malik Medan.
3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi: 1.1 Intensitas nyeri RA pre dilakukan kompres dingin kirbat es pada kelompok intervensi dan kontrol. 1.2 Intensitas nyeri RA post dilakukan kompres dingin kirbat es pada kelompok intervensi dan kontrol.
Universitas Sumatera Utara
1.3 Perbedaan intensitas nyeri RA pre dan post dilakukan kompres dingin kirbat es pada kelompok intervensi. 1.4 Perbedaan intensitas nyeri RA pre dan post kompres dingin kirbat es pada kelompok kontrol. 1.5 Perbedaan intensitas nyeri RA pre dan post kompres dingin antara kelompok intervensi dan kontrol. 4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 4.1 Pendidikan Keperawatan Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan kegiatan praktikum bagi mahasiswa untuk pengurangan dan pengobatan nyeri Reumatoid Arthritis dengan melakukan kompres dingin saat proses belajar mengajar dimulai. 4.2 Praktek Keperawatan Hasil penelitian ini dapat dijadikan bekal perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan khususnya bagi keperawatan medikal bedah di klinik dengan memberikan kompres dingin untuk mengurangi nyeri Reumatoid Arthritis. 4.3 Penelitian Keperawatan Hasil penelitian ini dapat menambah informasi bagi penelitian keperawatan mengenai pengaruh kompres dingin kirbat es dalam mengurangi rasa nyeri pada pasien Reumatoid Arthritis sehingga memberikan ide selanjutnya bagi penelitian keperawatan untuk meneliti perbandingan pengaruh kompres dingin dengan kompres panas pada nyeri Reumatoid Arthritis.
Universitas Sumatera Utara