BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG Kemiskinan merupakan salah satu masalah dalam bidang kajian ekonomi yang tidak akan pernah habis untuk dibahas. Berbagai macam program telah dilakukan pemerintah, baik pusat maupun daerah, untuk mengentaskan kemiskinan. Sebagian ada yang berhasil sebagian lagi ada yang gagal. Pengentasan kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi tidak dapat dipisahkan dari tujuan pembangunan ekonomi. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) untuk periode 2004-2009 dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahunan, Indonesia telah menerapkan empat strategi pembangunan ekonomi. Strategi tersebut ialah pro growth, pro job, pro-poor, dan pro environment. Pada saat itu, dipercaya bahwa percepatan pertumbuhan ekonomi akan menciptakan lapangan kerja yang tinggi, yang akan mengurangi kemisikinan di Indonesia. Pendekatan tersebut dinamakan sebagai pro-poor growth, yakni suatu pendekatan yang menunjukkan seberapa besar manfaat pertumbuhan ekonomi untuk masyarakat miskin (Farwati, 2012; Bappenas 2013). Strategi pro-poor growth adalah strategi untuk mencapai pembangunan nasional yang khusus diterapkan pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Sejak dipilih rakyat secara langsung melalui pemilu paling demokratis dalam sejarah Indonesia, Presiden SBY menegaskan kepeduliannya untuk mengatasi pengangguran dan kemiskinan. Kemudian, concern tersebut dirumuskan dengan new deal dalam pembangunan
1
ekonomi Indonesia yang dituangkan dalam triple track strategy: pro-growth, pro-job, dan pro-poor (Kuncoro, 2012). Dalam penelitian ini, pengaruh kebijakan pro pertumbuhan dan pro kemiskinan difokuskan pada provinsi Jawa Tengah yang meliputi kabupaten/kota di dalamnya. Provinsi Jawa Tengah menjadi provinsi pilihan karena memiliki laju pertumbuhan PDRB yang hampir mirip dengan laju pertumbuhan PDB Indonesia untuk tahun 2004-2013 (lihat Gambar 1.1.). Laju pertumbuhan PDRB Jawa Tengah tampak lebih stabil dibandingkan dengan laju pertumbuhan PDB nasional. Pada tahun 2009, saat Indonesia mengalami penurunan yang cukup tajam, Jawa Tengah juga ikut mengalami penurunan, namun tidak terlalu drastis. Secara keseluruhan, provinsi Jawa Tengah memiliki trend meningkat dari tahun ke tahun walaupun besarannya masih di bawah laju pertumbuhan PDB nasional.
Gambar 1.1. Laju Pertumbuhan PDB Indonesia dan PDRB Jawa Tengah Tahun 2004-2013 (%) 7 6 5 4 3 2 1 0
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Growth Jateng 5.13
5.35
5.33
5.59
5.46
5.14
5.84
6.03
6.34
5.81
Growth Ind
5.69
5.5
6.35
6.01
4.63
6.22
6.49
6.26
5.73
5.03
Growth Jateng
Growth Ind
Sumber: BPS (diolah)
Selain laju pertumbuhan PDRB, pola kemiskinan Jawa Tengah hampir serupa dengan pola kemiskinan nasional (lihat Gambar 1.2.). Tahun 2005 ketika persentase penduduk miskin Indonesia menurun dari 16,66% menjadi 15,97%, Jawa Tengah juga mengikuti dari 21,11% menjadi 20,49%. Tahun 2006 ketika persentase penduduk miskin nasional meningkat 2
dari 15,97% menjadi 17,15%, Jawa Tengah juga ikut naik dari 20,49 menjadi 22,19%. Secara keseluruhan, baik di tingkat nasional maupun di provinsi Jawa Tengah, kemiskinan terus berkurang walapun persentase penduduk miskin di Jawa Tengah lebih tinggi dibandingkan persentase nasional.
Gambar 1.2. Persentase Penduduk Miskin di Indonesia dan Jawa Tengah Tahun 2004-2013 (%) 25 20 15 10 5 0
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Pov Jateng 21.11 20.49 22.19 20.43 18.99 19.88 16.11 16.21 14.98 14.44
Pov Indo
16.66 15.97 17.75 16.58 15.42 14.15 13.33 12.36 11.66 11.47 Pov Jateng
Pov Indo
Sumber: BPS (diolah)
Gambar 1.3. mengindikasikan adanya pro-poor growth di Jawa Tengah. Jika diamati, trend pertumbuhan ekonomi semakin meningkat dan trend persentase penduduk miskin semakin menurun. Tahun 2005, ketika pertumbuhan ekonomi meningkat dari 5,13% menjadi 5,35%, kemiskinan menurun dari 21,11% menjadi 20,49%. Sebaliknya, pada tahun 2009, ketika pertumbuhan ekonomi menurun dari 5,46% menjadi 5,14%, kemiskinan meningkat dari 18,99% menjadi 19,88%.
3
Gambar 1.3. Persentase Penduduk Miskin dan Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah 2004-2013 (%) 25 20 15 10 5 0 Pov Jateng
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 21.11 20.49 22.19 20.43 18.99 19.88 16.11 16.21 14.98 14.44
Growth Jateng 5.13
5.35
5.33
Pov Jateng
5.59
5.46
5.14
5.84
6.03
6.34
5.81
Growth Jateng
Sumber: BPS (Diolah)
Sekilas, kebijakan pro-poor growth berhasil direalisasikan di provinsi Jawa Tengah. Namun jika ditelisik lebih dalam, persentase kemiskinan penduduknya masih cukup tinggi. Pada Gambar 1.4., hanya ada 3 kabupaten/kota saja yang persentase kemiskinannya di bawah 10%. Sedangkan mayoritas kabupaten/kota persentase kemiskinannya berada pada tingkat 15% hingga lebih dari 20%. Gambar 1.4. Peta Persebaran Penduduk Miskin di Jawa Tengah 2004-2013 (%)
Sumber: BPS (diolah) 4
Penelitian ini akan menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan dengan menambahkan faktor penentu kemiskinan lainnya yaitu Indeks Gini dan rasio Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap total penerimaan daerah. Selain itu, akan diberikan informasi mengenai kabupaten/kota mana saja yang sudah berhasil menjalankan pro-poor growth berdasarkan klasifikasi tipologi daerah.
1.2. PERUMUSAN MASALAH Telah dipaparkan di atas bahwa pertumbuhan ekonomi dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan untuk mengurangi kemsikinan. Konsep pro-poor growth ini mengandung arti bahwa semakin tinggi pertumbuhan ekonomi, angka kemiskinan semakin menurun. Faktanya, berdasarkan Gambar 1.3, dengan angka pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah yang berkisar antara 5-6,5% ternyata hanya menurunkan tingkat kemiskinan dari 21,11% menjadi 14,44%. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi hanya mampu menurunkan kemiskinan 6,67% yang masih di atas rata-rata nasional. Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah dapatkah provinsi Jawa Tengah dapat dikategorikan sebagai pro-poor growth. Pertanyaan yang akan dijawab adalah sebagai berikut: 1.
Bagaimana pola tipologi pertumbuhan ekonomi dan kemisikinan di tiap-tiap kabupaten/kota di Jawa Tengah pada tahun 2004-2013?
2.
Bagaimana pertumbuhan ekonomi, indeks Gini, dan rasio Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap total penerimaan daerah mempengaruhi tingkat kemiskinan di Jawa Tengah pada tahun 2004-2013?
5
1.3. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis pola tipologi pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan di tiap-tiap kabupaten/kota di Jawa Tengah pada tahun 2004-2013. 2. Menjelaskan pertumbuhan ekonomi, indeks Gini, dan rasio Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap total penerimaan daerah dan pengaruhnya dengan tingkat kemiskinan di Jawa Tengah pada tahun 2004-2013.
1.4. MANFAAT PENELITIAN 1. Hasil analisis dari pro-poor growth diharapkan dapat memberi masukan bagi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan pemerintah kabupaten atau kota. 2. Sebagai bahan informasi bagi lembaga-lembaga terkait lainnya dalam merumuskan kebijakan, terutama kebijakan yang bertujuan untuk mengurangi kemsikinan.
1.5. SISTEMATIKA PENULISAN Bab 1 Pendahuluan Pendahuluan menjelaskan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab ini menjelaskan landasan teori yang mendasari penelitian ini dan studi empiris terdahulu.
6
Bab 3 Metodologi Penelitian Bab ini berisi pembahasan mengenai sumber data, model, hipotesis, dan metodolgi penelitian. Bab 4 Analisis Hasil Estimasi Bab ini berisi pembahasan hasil penelitian yaitu menganalisis data, metode, dan hasil yang diperoleh. Bab 5 Kesimpulan dan Saran Bab terakhir menjelaskan kesimpulan dan saran dari penelitian.
7