18
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Meningkatnya angka pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia
merupakan salah satu tantangan berat yang harus dihadapi oleh sektor pertanian karena dengan pertambahan penduduk, pertumbuhan ekonomi, peningkatan daya beli pasar, dan perubahan selera masyarakat maka permintaan pangan akan semakin meningkat dalam jumlah, mutu dan keragamannya khususnya padi. Padi memegang peranan penting karena produk olahannya merupakan bahan makanan pokok sebagian besar penduduk di Indonesia. Di Indonesia padi adalah tanaman pangan utama selain jagung, sagu, dan umbi-umbian. Terpilihnya padi sebagai sumber karbohidrat utama adalah karena padi memiliki kelebihan sifat tanaman bila di bandingkan dengan tanaman sumber karbohidrat lainnya, antara lain: (1) memiliki sifat produktivitas tinggi, (2) dapat disimpan lama, dan (3) lahan sawah relatif tidak mengalami erosi (Taslim dan Fagi, 1988). Menurut Mears (1982) padi menempati prioritas penting di Indonesia karena alasan-alasan berikut : (1) padi adalah bahan konsumsi penting baik dari segi pengeluaran rumah tangga, sebagai sumber kalori, maupun sumber protein, (2) padi sebagai sumber pendapatan dan kesempatan kerja bagi sebagian besar penduduk, (3) padi merupakan komoditas politis. Dalam kegiatan budi daya tanaman benih menjadi salah satu faktor utama yang menentukan keberhasilan. Peningkatan produksi padi banyak ditunjang oleh peran benih bermutu (bersertifikat). Ketersediaan benih bersertifikat secara nasional untuk padi baru sekitar 30 persen (Baran, 2002). Penggunaan benih bermutu akan mengurangi
19
risiko kegagalan budi daya karena benih bermutu akan mampu tumbuh baik pada kondisi lahan yang kurang menguntungkan, bebas dari serangan hama dan penyakit terbawa benih (seed born disease). Produksi padi yang dihasilkan di Indonesia disajikan pada Tabel 1. Berdasarkan data luas areal panen, produktivitas, dan produksi padi di Indonesia menunjukan bahwa laju pertumbuhan produksi padi di Indonesia sangat berfluktuasi hal ini terjadi karena adanya penurunan luas areal, sehingga menyebabkan laju pertumbuhannya turun, selain itu kondisi lahan pertanian mengalami penurunan dan deselerasi yang menyebabkan ketidakmampuan lahan pertanian menghasilkan produksi yang optimal. Lahan pertanian semakin jenuh dengan pengolahan intensif seperti intensitas pemupukan yang tinggi, dan tidak adanya rotasi penanaman yang menyebabkan penurunan kesuburan tanah dan produktivitas tanah menurun, selain itu perubahan cuaca yang tidak dapat di prediksi juga menyebabkan permasalahan dalam kegiatan produksi. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Luas Areal Panen, Produksi, Produktivitas, dan Laju Pertumbuhan Produksi padi di Indonesia pada Tahun 2008 Tahun
Luas Areal Panen (Ha) 2004 11.922.974 2005 11. 839.061 2006 11.786.430 2007 12.147.637 2008*) 12.385.242 Sumber : BPS, 2008 1)
Produktivitas (ton/Ha) 45.41 45.74 46.20 47.07 48.35
Produksi (Ton) 54.088.468 54.151.097 54.454.937 57.157.453 59.877.219
Laju Pertumbuhan Produksi (%) 3.74 0.12 0.56 4.96 6.76
Berdasarkan Lampiran 2 menunjukan bahwa produksi padi di pulau Jawa lebih besar dibandingkan dengan pulau lainnya yaitu di Jawa Barat sebesar 9.418.527, Jawa Tengah sebesar 8.729.291, dan Jawa Timur sebesar 9.346.947, hal ini menunjukan bahwa lahan di pulau Jawa cocok ditanami padi karena nilai produksi yang cukup tinggi khususnya di Provinsi Jawa Barat sedangkan 1)
htpp://www. bps.go.id/sector/agri/pangan. shtm, 04 november 2008
20
ekosistem pertanian diluar pulau Jawa didominasi oleh lahan marginal dengan tingkat produktivitas rendah yang meliputi lahan tandah hujan, lahan kering, dan rawa (Syam dan Hermanto, 1995). Budi daya tanaman padi telah berlangsung lama dan telah menghasilkan berbagai macam jenis macam padi akibat seleksi dan pemuliaan. Jenis-jenis padi ini diantaranya adalah 1) padi gogo dikembangkan di beberapa daerah tandah hujan, dimana tipe padi gogo ini suatu tipe padi lahan kering yang relatif toleran tanpa penggenangan seperti di sawah, 2) Padi rawa atau padi pasang surut dikembangkan oleh masyarakat yang tinggal dirawa-rawa. Padi rawa ini mampu membentuk batang yang panjang sehingga dapat mengikuti ayunan kedalaman air. Jenis-jenis padi yang beredar dipasaran pada saat ini adalah padi pera, ketan dan padi wangi. Padi wangi atau harum (Aromatic Rice) dikembangkan di beberapa tempat di Asia yang telah terkenal ras Cianjur yaitu padi pandan wangi yang sekarang telah menjadi varietas unggulan. Pemurnian Varietas padi pandan wangi telah dilakukan pada tahun 2000 melalui kegiatan seleksi varietas dilapangan bekerjasama dengan Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur dengan Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Provinsi Jawa Barat. Sertifikasi varietas lokal Padi pandan wangi melalui kegiatan pemurnian dan pemutih dilakukan selama dua tahun yaitu dari tahun 2001 sampai 2003 kerjasama antara Dinas pertanian Cianjur dengan Balai besar Padi (Balitpa) Sukamandi, Balitpa Bogor dan BPSB Jawa Barat. Setelah mengalami proses sertifikasi maka pelepasan varietas unggul lokal padi pandan wangi dilakukan. Pelepasan varietas unggul dilakukan pada tanggal 17 Maret 2004 berdasarkan Surat keputusan Mentri Pertanian Nomor : 163/kpts/LB.
21
Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi padi di Indonesia yang memiliki potensi luas lahan sawah yang cukup besar dengan hasil produksi yang tinggi. Berdasarkan Lampiran 3 dapat dilihat perbandingan antara luas panen, produktivitas, dan produksi padi di Jawa Barat berdasarkan jenis lahannya menunjukan bahwa jenis padi sawah lebih besar dibandingkan padi ladang walaupun luas areal, produktivitas, dan produksi mengalami penurunan dan peningkatan pada setiap tahunnya. Perbedaan produktivitas pada dua tipe lahan tersebut, pada dasarnya disebabkan selain ketersediaan air yang terbatas, kesuburan lahan/tanah sangat mempengaruhi tempat padi tersebut tumbuh. Lahan sawah relatif lebih subur dalam mendukung pertumbuhan tanaman padi dan Produktivitasnya2). Total luas areal, produktivitas dan produksi secara keseluruhan cenderung berfluktuasi karena pada tahun 2003 luas areal mengalami penurunan walaupun produktivitas meningkat tetapi produksi mengalami penurunan, padi walaupun demikian dari aspek produktivitas sebenarnya mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun 2005, hal ini terjadi karena perubahan iklim yang tidak bisa di prediksi sehingga menyebabkan penurunan produksi selain itu juga bisa disebabkan oleh pengaruh hama dan penyakit. Kabupaten Cianjur merupakan salah satu sentra produksi padi di Provinsi Jawa Barat. Di Kabupaten Cianjur sekitar 96 persen produksi padi dipasok dari lahan sawah irigasi dan sawah tadah hujan dengan menggunakan varietas unggul sedangkan lahan kering yang tersebar disemua Kecamatan belum banyak terkontribusi dalam peningkatan produksi padi. Produksi padi saat ini dituntut untuk berdaya saing tinggi sehingga harus diawali dengan penggunaan benih bermutu (bersertifikat). Penggunaan benih yang baik adalah salah satu unsur daya
2)
http://www. Bappenas.go.id/index. 29 Oktober 2008
22
dukung yang menentukan tinggi rendahnya poduksi. Mutu benih adalah hal yang paling penting dalam usaha produksi benih karena mutu merangsang ketertarikan konsumen dan menghasilkan konsumen yang puas akan benih tersebut. Seiring dengan meningkatnya pengetahuan petani tentang benih unggul dan bemutu tinggi sehingga menuntut penangkar untuk menghasilkan varietas unggul dan benih
yang berkualitas tinggi. Oleh karena itu penangkar dan
pemerintah setempat harus bekerjasama dalam peningkatan kualitas dan kuantitas produk yang diharapkan oleh para petani. Pemerintah dan penangkar harus mengetahui apa yang diinginkan oleh para petani, seperti harapan petani akan hasil produksi, oleh karena itu penting bagi penangkar dan pemerintah untuk mengetahui seberapa besar tingkat kepuasan terhadap hasil yang telah dicapai terhadap produk/benih yang mereka gunakan. Mengukur tingkat kepuasan merupakan sesuatu yang penting dilakukan, karena dengan mengetahui tingkat kepuasan akan meningkatkan kinerja produk yang ada dilapangan. Selain itu penangkar harus mengetahui mengenai preferensi, hal ini perlu dilakukan agar setiap keputusan yang diambil tidak bertentangan dengan harapan konsumen atau petani. Penggunaan benih berlabel berturut-turut sesuai dengan penyebaran varietas unggul di Kabupaten Cianjur yaitu: varietas Ciherang, IR 64, Situbagendit, Cigeulis, Towuti, Way Apo Buru, Widas, Cisadane, dan Cilamaya Muncul, Sintanur, Membramo, dan Pandan Wangi (Diperta Kabupaten Cianjur, 2007). Kabupaten Cianjur memiliki komoditi unggulan spesifik padi yang telah menjadi trade mark dari kabupaten tersebut, yaitu padi varietas Pandan Wangi.
23
Komoditas ini menjadi unggulan karena telah terjamin kesediaannya dan dapat memberikan nilai hasil yang lebih baik/tinggi serta memiliki daya saing kuat, dibandingkan varietas padi lainnya yang biasa diusahakan di Kabupaten Cianjur atau wilayah lainya di Jawa Barat selain itu padi Pandan Wangi mempunyai keunggulan dari segi aroma pandan di pertanaman, beras beraroma pandan, nasi rasa enak dan tekstur nasi pulen, disenangi oleh masyarakat, dan harga jual beras yang lebih tinggi dibandingkan dengan beras yang lain sehingga pendapatan petani meningkat. Kawasan sentra produksi varietas Pandan Wangi mencakup 6 Kecamatan yang kemudian bertambah menjadi 7 Kecamatan pada tahun 2006 dengan rata-rata luas tanam 6.310 Ha setiap tahunnya, hal ini dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Luas Sebaran Padi Pandan Wangi Selama Periode 2002-2006 di Kabupaten Cianjur Tahun No
Kecamatan
1 2
Warungkondang Gekbrong
3 4 5 6 7
Cianjur Cilaku Cibeber Cugenang Sukaresmi Jumlah
2002 3.388 526 703 1.890 990 116 7.613
2003 3.366 496 785 2.113 1.134 168 8.062
2004 2.396 377 352 1.193 588 172 5.078
2005 2.056 200 150 1.100 641 115 4.262
2006 1.780 545 225 140 1.020 540 105 4.355
Rata-rata (Ha) 2.597,2 545,0 364,8 426,0 1.464,2 778,6 135,2 6.310,0
Sumber : Diperta Kabupaten Cianjur. 2007
Pada Tabel 2 menunjukan bahwa dari ketujuh Kecamatan tersebut, sentra produksi padi varietas Pandan Wangi lahan yang terluas adalah Kecamatan Warungkondang dan Cibeber masing-masing dengan rata-rata luas lahan sebesar 2.597,2 hektar dan 1.463,2 hektar pertahun. Selama lima tahun terakhir ini luasan lahan sawah padi varietas Pandan Wangi mengalami penurunan, hal ini terjadi karena faktor umur padi Pandan Wangi yang cukup lama sehingga banyak para
24
petani mulai beralih dari menanam padi Pandan Wangi ke padi kecil yaitu padi varietas lain. Harga gabah kering giling (GKG) padi Pandan Wangi di tingkat petani sulit naik meski kebutuhan meningkat dan harga dipasaran terus melambung, hal ini terjadi karena umur padi lebih lama dengan biaya produksi yang cukup tinggi khususnya biaya perawatan yang lebih besar. Oleh karena itu petani padi Pandan Wangi merasa terus menerus dirugikan karena adanya beras Pandan Wangi palsu atau oplosan, sehingga para petani membentuk kelompok tani atau Gapoktan yang khusus memproduksi beras Pandan Wangi. Adanya Gapoktan ini diharapkan harga gabah petani akan terkontrol, oleh sebab itu para petani di Cianjur menaruh harapan dengan adanya sertifikasi produk beras Pandan Wangi. Secara khusus Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur menetapkan padi Pandan Wangi menjadi komoditas unggul utama hasil pertanian disamping tanaman palawija, sayuran, buah-buahan, dan tanaman hias. Selain itu pemerintah Kabupaten Cianjur yang diwakili oleh Dinas Pertanian beserta jajarannya menggalakkan kembali pembentukan kelompok tani khusus untuk petani padi Pandan Wangi. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan produksi padi Pandan Wangi sebagai komoditas unggulan Cianjur dan juga untuk mempermudah komunikasi antara Pemerintah dengan petani. 1.2.
Perumusan Masalah Seiring dengan pesatnya pertambahan penduduk di Indonesia, padi dan
produk olahannya berupa beras memiliki peranan yang sangat srategis dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, kekurangan ketersediaan stok beras harus diantisipasi, salah satunya dengan memanfaatkan banyaknya lahan
25
sawah yang banyak tersedia di Indonesia. Pengusahaan padi secara intensif dan didukung dengan ketersediaan lahan dan faktor produksi lainnya diharapkan mampu menambah suplai beras nasional dan dapat meningkatkan produksi serta pendapatan para petani. Kabupaten Cianjur merupakan salah satu Kabupaten yang mempunyai sumbangsih cukup tinggi dalam penyediaan stok pangan nasional di Jawa Barat. Salah satu padi unggulan Kabupaten Cianjur dan merupakan kebanggaan masyarakat dan pemerintah daerah adalah padi lokal ”PANDAN WANGI”. Varietas unggulan merupakan salah satu komponen teknologi budidaya yang paling mudah di adopsi petani dan peranannya dalam peningkatan produksi hasil pertanian. Tingginya tingkat adopsi petani terhadap varietas unggul, khususnya varietas unggul padi tercermin dari gigihnya upaya petani mencari benih varietas unggul dan bermutu tinggi. Dalam hal ini mutu benih terdiri dari banyak atribut atau sifat benih. Sifat-sifat benih mencakup kebenaran varietas, viabilitas, vigor, kerusakan mekanis, infeksi menyakit, dan lain-lain. Dengan penggunaan benih unggul dan bermutu ini para petani akan merasa puas karena hasil produksi yang diperoleh cukup tinggi, tetapi pada saat ini sebagian petani menghadapi permasalahan dari aspek input produksi adalah tingginya harga dan kelangkaan input produksi, salah satu input yang berperan penting adalah benih dan pupuk. Para petani lebih banyak menggunakan benih hasil budidaya mereka sendiri dibandingkan dengan menggunakan benih berlabel yang diproduksi penangkar. Benih tersebut didapat dari produksi padi musim sebelumnya. Petani menganggap harga benih berlabel relatif lebih mahal, sehingga mereka menggunakan benih hasil sendiri.
26
Jenis padi varietas lokal Cianjur yang menghasilkan beras Cianjur asli Pandan Wangi termasuk varietas Javonica atau biasa dikenal padi bulu, mempunyai keunggulan rasa sangat enak, pulen dan beraroma wangi pandan, selain itu nama Pandan Wangi merupakan nama jaminan kualitas beras yang merupakan kelas eksklusif
dengan harga jual yang cukup tinggi sehingga
dikatakan varietas unggul tahan harga (VUTH). Karena mempunyai nilai jual yang tinggi dipasaran maka cukup banyak dijumpai beras yang diberi nama Pandan Wangi, hanya karena beraroma pandan walaupun bukan beras Pandan Wangi atau tidak murni Pandan Wangi. Keadaan ini sangat merugikan petani produsen padi Pandan Wangi, untuk itu dengan adanya sertifikasi produk beras Pandan Wangi maka petani tidak akan dirugikan. Sebagian petani di Kabupaten Cianjur selain menanam padi varietas lokal spesifik yakni Pandan Wangi yang merupakan varietas unggulan, juga menanam varietas-varietas lainnya baik varietas unggul nasional maupun varietas local lainya diantaranya varietas Ciherang, IR 64, Situbagendit, Cigeulis, Towuti, Way Apo Buru, Widas, Cisadane, Cilamaya Muncul, dan Membramo. Seiring berjalan waktu para petani padi Pandan Wangi pada saat ini semakin selektif dalam penggunaan benih unggul dan bermutu tinggi sehingga permintaan akan benih bersertifikat semakin meningkat. Hal ini menuntut para produsen/penangkar untuk menyediakan produk/benih yang sesuai keinginan konsumen/petani. Oleh karena itu untuk memenuhi harapan petani maka langkah awal yang harus dilakukan oleh pihak produsen adalah pengetahuan mengenai perilaku konsumen. Pengetahuan mengenai preferensi perlu dilakukan agar setiap keputusan yang diambil tidak bertentangan dengan harapan konsumen atau petani.
27
Sedangkan
pengetahuan
tentang
kepuasan
perlu
diketahui
agar
dapat
meningkatkan kinerja produk yang dinilai konsumen masih kurang memuaskan. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan, yaitu : 1. Bagaimana proses pengambilan keputusan petani terhadap penggunaan benih padi Pandan Wangi di Kabupaten Cianjur? 2. Bagaimana kepuasan para petani terhadap atribut-atribut produk padi Pandan Wangi? 3. Bagaimana alternatif strategi yang harus dilakukan untuk pencapaian tujuan kepuasan terhadap atribut-atribut benih padi Pandan Wangi? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi proses pengambilan keputusan para petani terhadap penggunaan benih padi Pandan Wangi. 2. Menganalisis kepuasan para petani terhadap atribut-atribut benih padi Pandan Wangi. 3. Menentukan alternatif strategi dalam rangka pencapaian tujuan kepuasan terhadap atribut-atribut benih padi Pandan Wangi. 1.4.
Kegunaan penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai masukan informasi
untuk para petani dan khalayak umum. Melalui penelitian ini pihak petani akan memperoleh informasi mengenai atribut-atribut yang mempengaruhi tingkat
28
keputusan pembelian terhadap padi Pandan Wangi sehingga para petani akan lebih paham dan mengerti tentang produk ini.