BAB 1
PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi di Negara Indonesia. Derajat kesehatan anak merupakan derajat kesehatan bangsa, sebab anak sebagai generasi penerus bangsa memiliki kemampuan yang dapat di kembangkan dalam meneruskan pembangunan bangsa. Berdasarakan alasan tersebut masalah kesehatan anak diprioritaskan
dalam
perencanaan atau penataan pembangunan bangsa (Hidayat, 2008 ) Peningkatan dan perbaikan upaya kelangsungan, parkembangan dan peningkatan kualitas hidup anak merupakan upaya penting untuk masa depan Indonesia yang lebih baik. Upaya kelangsungan hidup perkembangan dan peningkatan kualitas anak berperan penting sejak masa dini kehidupan, yaitu masa dalam kandungan, bayi dan anak balita ( Anik , 2010 ). Salah satu upaya untuk penentuan anak dapat siap toilet training Menurut (Gardner, 2000), bila sudah mampu berjalan dengan baik, mampu duduk dan asyik bermain kurang lebih lima menit, mampu melepaskan dan memakai pakaian sendiri, menunjukkan keinginan untuk meniru orang yang lebih tua dari dirinya. Mampu memahami dan mengikuti perintah sederhana, memiliki istilah untuk Buang air besar dan Buang air kecil, serta mampu mengenali tanda tubuh saat ingin buang air kecil. Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa
1 Universitas Sumatera Utara
2
balita,dimana pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya (Soetjiningsih, 1999), Di indonesia diperkirakan jumlah balita mencapai 30 % dari 250 juta jiwa penduduk Indonesia, dan menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga(SKRT) nasional diperkirakan jumlah balita yang susah mengontrol buang air besar dan buang air kecil (ngompol) di usia sampai prasekolah mencapai 75 juta anak. Fenomena ini dipicu karna banyak hal, pengetahuan ibu yang kurang tentang cara melatih buang air besar
dan buang air kecil , pemakaian
(PAMPRES) popok sekali pakai, hadirnya saudara baru dan masih banyak lainnya ( Riblat, 2003). Kebiasaan yang salah dalam mengontrol buang air besar dan buang air kecil akan menimbulkan hal-hal yang buruk pada anak dimasa mendatang. Dapat menyebabkan anak tidak disiplin, manja, dan yang terpenting adalah dimana nanti pada saatnya anak akan mengalami masalah psikologi, anak akan merasa berbeda dan tidak dapat secara mandiri mengontrol buang aiar besar dan buang air kecil (Anggara, 2006). Toilet training memang belum banyak dipahami dikalangan masyarakat, hal ini disebabkan karena informasi terkait tentang toilet training tidak dikenalkan secara umum dimasyarakat sedangkan fenomena yang terjadi di masyarakat akibat dari konsep toilet training yang tidak diajarkan secara benar atau kurang tepat sangatlah tidak sedikit hal ini karena dampak negative yang ditimbulkan tidaklah
Universitas Sumatera Utara
3
dapat dilihat secara langsung, ini yang menyebabkan konsep toilet training dipandang tidaklah penting dalam tahap perkembangan anak usia toddler. Perkembangan pada usia toddler merupakan perubahan dari fase percaya tidak percaya menjadi fase otonomi ditunjukkan dengan sikap kemandirian yang semakin meluas pada masa ini anak dapat mengontrol bagian tubuhnya, kemampuan dalam berbahasa meningkat, dan pada fase ini juga berada pada fase anal dimana anak mulai mampu untuk mengontrol buang air besar dan buang air kecil (Singgih, 2001). Lima tahun pertama kehidupan anak merupakan letak dasar bagi terpenuhinya segala kebutuhan fisik, maupun psikis di awal perkembangannya, diramalkan akan dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangan selanjutnya. Pada masa ini juga disebut-sebut sebagai masa keemasan (golden age) dalam perkembangan seorang anak, sebab diusia ini anak mengalami lompatan kemajuan yang menakjubkan (Hurlock, 2003). Sunaryo (2004)
mengatakan bahwa anak usia toddler (1-3) tahun
termasuk dalam fase anal yaitu ditandai dengan berkembangnya kepuasan (kateksis) dan ketidak puasan (anti kateksisi) disekitar fungsi eliminasi. Dengan mengeluarkan feses (buangair besar) timbul perasaan lega, nyaman dan puas.Kepuasan tersebut bersifat egosentrik yaitu anak mampu mengendalikan sendiri fungsi tubuhnya. Menurut Wong (2009), sejalan anak mampu berjalan, kemampuan sfingter anal dan uretra tersebut semakin mampu mengontrol rasa ingin berkemih dan defekasi. Walaupun demikian dari satu anak ke anak yang lain berbeda
Universitas Sumatera Utara
4
kemampuan dalam pencapaian tersebut, tergantung dari beberapa faktor, fisik maupun psikologis yang biasanya sampai usia 2 tahun pun kedua faktor tersebut belum siap.Walaupun demikian sfingter ani untuk mengontrol rasa ingin defekasi biasanya lebih dahulu tercapai dibandingkan kemampuan sfingter uretra dalam mengontrol rasa ingin berkemih. Sensasi untuk defekasi lebih besar dirasakan oleh anak, dan kemampuan untuk mengkomunikasikannya lebih dahulu dicapai anak. Beradasarkan hasil survey awal yang di laksanakan di puskesmas padang bulan medan jumlah anak balita Di Wilayah Padang Bulan 100 anak usia toddler. Berdasarkan uraian
diatas,maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian yang berjudul kemampuan kesiapan toilet training pada anak usia toddler yang memakai pampers diWilayah Puskemas Padang Bulan. 1.2.
Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang diatas dapat di rumuskan masalah penelitianyaitu
bagaimana kemampuankesiapan fisik, mental dan psikologis toilet training pada anak usia toddler yang
memakai
pampers di lingkungan 1 Wilayah
Puskemas Padang Bulan Medan.
Universitas Sumatera Utara
5
1.3. Tujuan penelitian 1.3.1. Ttujuan Umum Mengetahuikemampuan kesiapan toilet training pada anak usia toddler yang memakai pampers Di Wilayah Puskesmas Padang Bulan Medan. 1.3.2.Tujuan khusus 1.3.2.1 Mengetahui Karakteristik
responden terhadap kemampuan
toilet
training pada anak usia toddler yang pernah memakai pampers Di Wilayah Puskesmas Padang Bulan. 1.3.2.2 Mengetahui kemampuan kesiapan toddler yang
memakai
toilet training pada anak usia
pampers berdasarkan kesiapan fisik, mental dan
psikologis Di Wilayah Puskesmas Padang Bulan 1.4. Manfaat penelitian 1.4.1. Bagi praktik keperawatan Hasil penelitian di harapkan dapat menjadi masukan untuk peningkatan asuhan keperawatan anak, dalam melihat tingkat kemampuankesiapan toilet training pada anak usia toddler yang
memakai
pampers
Di Wilayah
Puskesmas Padang Bulan Medan. 1.4.2. Bagi pendidikan keperawatan Hasil penelitian ini
memberikan informasi tentang kemampuan
kesiapan toilet training pada anak usia toddler yang memakai pampers
Universitas Sumatera Utara
6
1.4.3 Bagi masyarakat Hasil penelitian ini di harapkan pada masyarakat khususnya pada seorang ibu, dapat digunakan sebagai tambahan informasi, tentang bagaimana kemampuan toilet training pada anak usia toddler yang memakai pampers.
Universitas Sumatera Utara