BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian ini membahas mengenai rencana pengembangan bisnis
pertanian padi organik
dengan
mengidentifikasi lingkungan eksternal dan
internal perusahaan. Analisis lingkungan eksternal dan lingkungan internal perusahaan menjadi dasar agar dapat diperoleh strategi yang tepat dalam perumusan rencana pengembangan bisnis pertanian padi organik yang dibuat.
1.1.1 Lingkungan Eksternal Perusahaan Lingkungan eksternal merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam membangun dan menjalankan suatu bisnis. Analisis lingkungan eksternal akan menghasilkan sejumlah peluang dan ancaman yang selanjutnya dapat menjadi pedoman bagi perusahaan untuk merumuskan strategi yang tepat. Bagian ini membahas beberapa faktor eksternal yang berpengaruh seperti pertumbuhan penduduk ,luas lahan sawah dan produktifitas sawah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Selain itu pada bagian ini juga dilakukan analisis terkait gambaran umum industri, pemain utama dalam industri, perkiraan nilai penjualan total dalam industri, dan segmen pasar yang menjadi sasaran utama.
1
1.1.2 Gambaran an Umum Industri Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi besar dan sumber daya alam yang melimpah untuk produk pertanian. Negara agraris merupakan negara yang sebagian besar penduduknya memiliki profesi sebagai petani dan terdapat banyak hasil pangan yang dihasilkan oleh para para petani. Pada Gambar 1.1 terlihat bahwa penduduk Indonesia berumur 15 tahun ke atas sebanyak 35% dari jumlah penduduk Indonesia yang berjumlah 114 juta jiwa bekerja di sektor pertanian, data ini menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Indonesia memiliki profesi fesi sebagai petani.
3%
Pertanian
16%
Pertambangan
35%
5%
Industri Listrik, Gas dan Air 22%
Konstruksi Perdagangan
13%
6%
0,3%
Transportasi asa JasaPerusahaan Perusahaan
0,8%
Sosial dan Perorangan
Gambar 1.1 Penduduk Indonesia yang Bekerja Menurut Lapangan Kerja Utama Februari 2013 Sumber: Olah Data Tabel Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama, Utama Badan Pusat Statistik, 2013.
Meskipun tercatat sebagai negara agraris, Indonesia tetap impor beras dari negara-negara negara seperti Vietnam, Thailand, Bpkistan, istan, India, dan Myanmar. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), di bulan Agustus 2013, Indonesia telah
2
mengimpor beras hingga 35,8 ton dengan nilai US$ 19,1 juta. Jika diakumulasikan dari bulan Januari hingga Agustus 2013, beras yang masuk ke Indonesia dari lima negara tersebut tercatat 302,7 ton beras dengan nilai US$ 156,3 juta. Sanbawa (2012) dalam forum bisnisnya mengungkapkan bahwa kebijakan impor beras yang dilakukan oleh Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Bulog) merupakan kebijakan yang tidak dapat dihindari, karena perbandingan antara kebutuhan beras dan produksi beras dalam negeri tidak seimbang. Kebutuhan beras DIY dan produksi beras DIY dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.
Tabel 1.1 Pertambahan Penduduk Provinsi DIY Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun
2009
2010
2011
2012
Total (jiwa) 3.452.390 3.457.491 3.487.325 3.525.870 Kepadatan Penduduk 1.099 1.085 1.085 1.089 (jiwa/Km²) Sumber : Badan Pusat Statistik, 2013
Mosher (1968) menyatakan bahwa manusia membutuhkan energi untuk mempertahankan ketahanan tubuhnya. Nasi merupakan salah satu bahan makanan pokok yang mudah diolah, mudah disajikan, enak, lagi pula nilai energi yang terkandung di dalamnya cukup tinggi, sehingga berpengaruh besar terhadap aktivitas tubuh atau keorganikan. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras yang merupakan bahan makanan pokok di Indonesia. Menurut data BPS Provinsi DIY pada Tabel 1.1 menunjukkan dari tahun 2009 hingga tahun 2012 pertumbuhan penduduk DIY terus mengalami peningkatan.
3
Oleh karena itu kebutuhan bahan makanan pokok beras DIY ikut mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Tabel 1.2 Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi DIY Luas Tahun Produktivitas(Ku/Ha) Produksi(Ton) Panen(Ha) 2009 145424 57,62 837930 2010 147058 56,02 823887 2011 152912 61,88 946224 2012 150827 55,89 842934 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2013. Menurut data BPS pada Tabel 1.2 dapat diketahui bahwa pada tahun 2009 hingga 2010 luas panen sawah tanaman padi mengalami peningkatan 1.634 hektar namun produktivitas dan produksi padi mengalami penurunan sebanyak 2,8% dan 1,7%. Sedangkan pada tahun 2010 hingga tahun 2011 luas panen tetap meningkat sebesar 5.854 hektar dan diikuti dengan peningkatan produktivitas dan produksi sebesar 10,5% dan 14,9% dan pada tahun 2011 hingga tahun 2012 luas panen mengalami penurunan sebesar 2085 hektar dan penurunan produktivitas dan produksi sebesar 10,7% dan 12,3%.
BPS juga melakukan prediksi luas
panen, produktivitas dan produksi padi DIY pada tahun 2013 akan mengalami penurunan. Lahan pertanian berubah menjadi lahan permukiman dan pabrik, hama yang selalu bermunculan dan tidak dapat diatasi dengan anti hama kimia. Teknik penanaman padi yang telah dilakukan secara turun-temurun menyebabkan produksi padi yang cenderung menurun, sedangkan penduduk DIY yang selalu bertambah menjadikan kebutuhan akan padi terus meningkat.
4
1.1.3 Pemain Utama dalam Industri Terdapat beberapa perusahaan yang bergerak di bisnis pertanian beras organik maupun beras bukan organik. CV.PENUK nantinya akan memproduksi beras organik dengan harga murah yang bersaing dengan harga beras bukan organik, sehingga dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan penghasil beras yang memproduksi beras bukan organik dan juga perusahaan-perusahaan yang memproduksi beras biasa. Pemain utama dalam bisnis beras bukan organik yaitu
PT Tiga Pilar
Sejahtera Tbk (TPS). TPS adalah perusahaan yang bergerak di industri pangan pabrik beras yang berlokasi di Sragen dengan kapasitas mencapai 40.000 ton per bulan dan didistribusikan secara nasional. Dengan efisiensi proses produksi yang dilakukan CV.PENUK, perusahaan memiliki dua keunggulan hasil produksi dibandingkan dengan TPS. Pertama, produk yang dihasilkan CV.PENUK adalah beras organik dan kedua, harga jual beras organik dapat bersaing dengan harga jual beras bukan organik. Salah satu perusahaan beras organik yang memiliki lokasi produksi di DIY yaitu Sambada Farm. Sambada Farm berlokasi di dusun Pencarsari, kurang lebih 12km utara pusat kota Yogyakarta. Tepatnya di dusun Pencarsari, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman. Sambada Farm memproduksi berbagai macam jenis beras organik antara lain: Ciherang, Pandan Wangi, Mentik Susu, Beras Merah dan Beras Hitam. Meskipun Sambada Farm memproduksi berbagai macam jenis beras organik, Sambada Farm tidak memiliki label standar nasional Indonesia (SNI) produk pangan organik. Kelemahan ini menjadi peluang bagi CV.PENUK untuk
5
menjadi unggul dalam hal label SNI dan harga yang murah dari pesaingnya terutama di Provinsi DIY.
1.1.4 Perkiraan Nilai Penjualan Total Dalam Industri Menurut Kotler dan Keller (2012) potensi total pasar adalah tingkat penjualan maksimum yang memungkinkan yang berlaku untuk semua perusahaan dalam suatu industri pada periode tertentu. Estimasi nilai penjualan total dapat diperoleh dengan mengalikan tiga variabel yaitu: jumlah pembeli yang potensial, rata-rata jumlah pembelian pada periode tertentu, dan harga rata-rata.
Tabel 1.4 Konsumsi rata-rata perkapita beras pertahun. No 1 2 3
Bahan Satuan 2009 2010 2011 2012 Makanan Beras kg 91,302 90,155 89,477 87,235 Beras Ketan kg 0,209 0,209 0,261 0,156 Tepung Beras kg 0,365 0,313 0,365 0,261 Sumber : Departemen Pertanian, 2013
Menurut Bulog pada tahun 2013 harga rata-rata beras medium tingkat konsumen adalah Rp9.036/kg. Menurut BPS Provinsi DIY jumlah penduduk DIY tahun 2011 adalah 3.487.325 jiwa, sedangkan konsumsi rata-rata perkapita pada tahun 2012 adalah 87,235kg. Ditemukan bahwa estimasi nilai penjualan total dalam industri adalah sebesar Rp. 2.748.902.972.044 (2,7 triliun). Perhitungan tersebut menghasilkan perkiraan nilai potensi penjualan total industri beras di provinsi DIY cukup besar, mencapai 2,7 triliun. Nilai ini menunjukkan bahwa peluang bisnis di industri ini sangat besar.
6
1.1.5 Lingkungan Internal Perusahaan Menurut Surung dan Dahlan (2012), terdapat empat faktor utama yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan dan yang menyebabkan kemiskinan para petani padi sawah. Keempat faktor tersebut adalah sebagai berikut: 1) Faktor lahan; 2) Faktor pengadaan pupuk; 3) Faktor produktivitas dan teknologi tani dan 4) Faktor hasil panen dan kualitas hasil panen. Dari keempat faktor tersebut, faktor ketiga menjelaskan bahwa sosialisasi teknologi bertani padi dan lemahnya sistem pembinaan usaha tani sehingga menyebabkan para petani menerapkan teknik tanam konvensional dan kurang inovatif seperti kecenderungan menggunakan input pupuk kimia terus-menerus, tidak menggunakan pergiliran tanaman, irigasi air yang tidak efisien dan kehilangan pasca panen 15%-20%. Penerapan teknik tanam konvensional oleh para petani ini berdampak pada produktivitas sawah yang rendah dan daya saing dipasaran terus menurun. Pupuk kimia dan pestisida sering digunakan para petani konvensional ini, mereka percaya bahwa dengan bantuan bahan kimia mereka dapat meningkatkan produksi sawah dan terhindar dari kerugian yang disebabkan oleh kelompok hama, penyakit maupun gulma. Bahan-bahan kimia ini memiliki dampak buruk bagi kesehatan manusia dan kualitas lingkungan. Pestisida bersifat racun, apabila penggunaan pestisida tidak diimbangi dengan perlindungan dan perawatan kesehatan, orang yang sering berhubungan dengan pestisida, lambat laun kesehatannya akan terpengaruh. Selain itu, produk-produk pertanian yang didalamnya terdapat residu bahan kimia ini akan dikonsumsi manusia sebagai
7
bahan makanan. Makin tinggi residu kimia, maka semakin berbahaya bagi manusia yang mengkonsumsinya. Menurut artikel Tempo yang berjudul Tren Kesehatan 2012: Makanan Organik (2012), tren hidup sehat Indonesia yang semarak dalam beberapa tahun terakhir diperkirakan masih akan bertahan. Bahkan, makin banyak masyarakat yang beralih ke sajian makanan sehat berbasis organik demi menjaga kesehatan mereka. Meningkatnya kesadaran akan dampak buruk bahan kimia bagi kesehatan dan bagi lingkungan, mendorong peningkatan permintaan akan bahan makanan organik namun bahan makanan organik ini masih sulit ditemukan dipasaran dan jika ada maka harganya tergolong mahal. Dengan adanya fenomena-fenomena diatas, tercipta
peluang bisnis
pertanian padi organik bagi CV.PENUK. CV.PENUK dibentuk dengan tujuan untuk menghasilkan produk pertanian berupa beras organik dengan harga murah. Dalam proses produksinya
CV.PENUK akan melakukan efisiensi dan
peningkatan produktivitas dengan cara menggunakan teknik tanam padi yang baru, teknik tanam yang digunakan menekankan pada efisiensi benih sehingga biaya produksi menurun dan harga jual produk lebih murah dari harga jual produk beras organik pasaran. Pada proses produksinya CV.PENUK akan melakukan kerja sama dengan para petani dan menerapkan sistem maksimisasi produksi dengan membeli gabah dari para petani padi yang menerapkan teknik tanam CV.PENUK. Sistem ini akan membuka peluang bagi para petani untuk memahami cara tanam padi yang tepat dan mengetahui bagaimana cara bertani organik yang tidak
8
merusak kesehatan dan lingkungan dan hanya membutuhkan modal kerja sedikit, karena sebagian besar dari proses produksi memberdayakan para petani dan komponen masyarakat sekitar. Oleh karena itu perusahaan juga memiliki peluang untuk mengembangkan usahanya lebih cepat dan murah. Untuk memperkuat produk perusahaan, diperlukan pemberian label organik. Direktorat Jendral Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian memiliki SNI untuk produk pangan organik. Pelabelan produk pangan organik dapat dilakukan di lembaga sertifikasi pangan organik yang telah terakreditasi oleh komite akreditasi nasional. Beras organik yang dihasilkan CV.PENUK akan diberi label SNI produk pangan organik.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian analisis lingkungan eksternal dan internal perusahaan,
terdapat peluang untuk mendirikan bisnis pertanian padi organik CV.PENUK di DIY. Peluang tersebut muncul dari kebutuhan akan konsumsi beras terus meningkat seiring pertambahan penduduk DIY, namun produksi beras di Provinsi DIY cenderung menurun dan kesadaran masyarakat akan kesehatan, namun mahalnya produk bahan makanan beras organik di pasaran. Dalam bisnisnya, CV.PENUK memiliki peluang untuk memproduksi beras organik dengan harga murah yang bersaing dengan harga beras bukan organik yang dalam proses produksinya melibatkan petani setempat. Oleh karena itu, diperlukan sebuah rencana bisnis yang lengkap sebagai pedoman, sehingga peluang tersebut dapat diwujudkan menjadi bisnis yang nyata.
9
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian dari penelitian ini untuk menyusun rencana bisnis
pertanian padi organik “CV.PENUK” di Daerah Istimewa Yogyakarta.
1.4
Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penyusunan rencana bisnis pendirian
CV.PENUK: 1.
Bagi penulis adalah menjadi acuan dalam menjalankan dan mengembangkan bisnis pertanian padi organik.
2.
Bagi praktisi adalah memberikan pengetahuan tentang padi organik, teknik tanam padi yang benar dan nutrisi organik guna meningkatkan produktivitas lahan sawah.
3.
Bagi
akademisi adalah memberikan Gambaran model rencana bisnis
pertanian padi organik yang lebih kompetitif.
1.5
Sistematika penulisan Sistematika penulisan tesis ini dibagi menjadi lima bab yang terdiri dari
latar belakang, landasan teori, metode penelitian, strategi dan rencana dan rencana Aksi. Bab 1 menjelaskan tentang latar belakang dibuatnya rencana bisnis pertanian padi organik meliputi
analisis lingkungan internal perusahaan dan
analisis lingkungan eksternal perusahaan. Selanjutnya Bab 2 membahas tentang beberapa kajian literatur yang terkait, seperti teori mengenai tanaman organk dan komponen rencana bisnis. Bab 3 menjelaskan tentang metode penelitian yang
10
meliputi dari jenis data yang digunakan, cara pengumpulan data serta analisis data. Bab 4 menjelaskan Gambaran umum bisnis pertanian padi organik, rencana bisnis yang terdiri dari visi, misi dan tujuan, rencana pemasaran, rencana sumber daya manusia, rencana operasional, rencana keuangan dan strategi keluar. Bab 5 menguraikan tentang perencanaan pelaksanaan dari rencana bisnis yang akan dijalankan.
11