BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan masalah mendasar yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. Penataan sumber daya manusia perlu diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan melalui sistem pend2idikan yang berkualitas baik dalam jalur pendidikan formal, informal, maupun nonformal mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi (Mulyasa 2004:4). Pentingnya pengembangan sistem pendidikan yang berkualitas perlu lebih ditingkatkan, karena berbagai indikator menunjukkan bahwa pendidikan yang ada belum mampu menghasilkan sumber daya sesuai dengan perkembangan masyarakat dan kebutuhan pembangunan. Sardiman (2005:125) mengemukakan guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Oleh karena itu, guru yang merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan harus berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam hal ini guru tidak semata-mata sebagai pengajar yang melakukan transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai pendidik yang melakukan transfer nilai-nilai sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar. Dalam pelaksanaan tugasnya mendidik, guru memiliki sifat dan perilaku yang berbeda, ada yang bersemangat dan penuh tanggung jawab, juga ada guru
10 Universitas Sumatera Utara
yang dalam melakukan pekerjaan itu tanpa dilandasi rasa tanggung jawab, selain itu ada juga guru yang suka membolos, tidak datang tepat pada waktu, dan tidak mematuhi perintah. Kondisi seperti itu menyebabkan kinerja guru akan rendah. Kinerja rendah akan menyebabkan sulitnya sekolah mencapai hasil yang diharapkan. Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi (wibowo 2007:2). Mangkunegara (2004:67) mendefinisikan kinerja adalah hasil kerja yang secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Sulistiyani dan rosidah (2003:223) menyatakan kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha, dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya. Kinerja guru dalam mempersiapkan siswa untuk melewati jenjang pendidikan sangat bergantung pada kepala sekolah sebagai pemimpin dalam mengelola tenaga kependidikan yang tersedia di sekolah. Hal tersebut dikarenakan kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi
sekolah,
pembinaan
tenaga
kependidikan
lainnya,
dan
pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana Mulyasa (2004: 25). Kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi yang sangat berpengaruh dan menentukan kemajuan sekolah harus memiliki kemampuan administrasi, memiliki komitmen tinggi, dan luwes dalam melaksanakan tugasnya. Kepemimpinan kepala sekolah yang baik harus dapat mengupayakan peningkatan kinerja guru
11 Universitas Sumatera Utara
melalui program pembinaan kemampuan tenaga kependidikan. Oleh karena itu, kepala sekolah harus mempunyai kepribadian atau sifat-sifat dan kemampuan serta keterampilan-keterampilan untuk memimpin sebuah lembaga pendidikan. Dalam perannya sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah harus dapat memperhatikan kebutuhan dan perasaan orang-orang yang bekerja sehingga kinerja guru selalu terjaga. Tercapai atau tidaknya visi dan misi sekolah juga erat kaitannya dengan kepala sekolah sebagai pimpinan. Menurut Dubrin (2005:4) kepemimpinan adalah upaya mempengaruhi banyak orang melalui komunikasi untuk mencapai tujuan. Selain itu, Dubrin juga mendefinisikan kepemimpinan sebagai kekuatan dinamis penting yang memotivasi dan mengkoordinasikan organisasi dalam rangka mencapai tujuan. Menurut Davis dalam Thoha (2010:33) terdapat beberapa sifat umum yang mempengaruhi keberhasilan kepemimpinan,yaitu: kecerdasan, kedewasaan hubungan sosial, dan motivasi diri. Pemikiran mengenai pria jauh lebih baik daripada wanita telah berkembang sejak zaman dahulu. Terlihat dengan banyaknya pria sebagai pemimpin. Selain itu, pemimpin wanita juga sering dikatakan lemah dalam pengambilan keputusan, lebih sering ragu-ragu dan tidak tegas. Seiring perkembangan zaman dan kesadaran wanita untuk berkembang, wanita telah memiliki kemampuan yang sama untuk menjadi pemimpin seperti layaknya pria. Salah satu organisasi yang pemimpinnya wanita adalah SMA Negeri 2 Lhokseumawe, yang dipimpin oleh ibu Hj. Ulya Maksum Hasan. Ibu Ulya Maksum memiliki hubungan sosial yang baik di lingkungan sekolah. Ibu Ulya
12 Universitas Sumatera Utara
sudah menganggap para guru seperti keluarga sendiri. Keadaan seperti
inilah
yang sering disalah artikan oleh para guru. Seperti kejadian selesai ujian semester, seharusnya para guru tetap hadir ke sekolah walaupun proses belajar mengajar tidak ada. Tetapi hanya beberapa guru saja yang hadir. Ibu Ulya maksum kurang tegas dalam menegur guru yang malas tersebut. Ketidak tegasan Ibu Ulya menyebabkan pengaruh yang kurang baik terhadap beberapa guru. Mereka sering bolos tanpa alasan, sering masuk kelas tidak tepat waktu. Kurangnya tanggung jawab guru yang terjadi di SMA Negeri 2 Lhokseumawe dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut ini: Tabel 1.1 Absensi Guru SMA N 2 Lhokseumawe Tahun 2008 Sampai dengan Tahun 2011 Keterangan Jumlah Izin Sakit Tanpa Cuti (orang) (Orang) (Orang) Keterangan (Orang) (Orang) 2008 80 19 10 14 4 2009 85 22 12 16 6 2010 89 25 14 19 8 2011 91 23 17 21 9 Sumber : Bagian tata usaha SMA N 2 Lhokseumawe, Data diolah
Berdasarkan pada Tabel 1.1 menunjukkan bahwa kinerja guru SMA Negeri 2 Lhoksumawe tahun 2008 hingga 2011 mengalami penurunan, terlihat dari meningkatnya ketidakhadiran guru dengan alasan izin, sakit, cuti bahkan tanpa keterangan. Kenaikan setiap tahunnya yang berlangsung secara terus menerus dapat mengindikasikan bahwa kinerja karyawan tidak maksimal. Hal ini dapat terjadi
dikarenakan
kurangnya
wibawa
seorang
kepala
sekolah
dalam
menjalankan peraturan. Kepala sekolah kurang menindaklanjuti para guru yang
13 Universitas Sumatera Utara
melanggar peraturan. Sehingga para guru tidak takut apabila melanggar peraturan karena tidak ada sanksi atau teguran yang diberikan kepala sekolah. Kepala Sekolah memiliki misi diantaranya meningkatkan perolehan Nilai Ujian Akhir Nasional rata-rata 0,5 pertahun. Hal ini tidak sesuai dengan yang diharapkan, walau sudah banyak penyuluhan-penyuluhan dilakukan kepada guruguru. Akibat dari ketidakdisiplinan guru maka berdampak pada tingkat prestasi siswa yang dapat dinilai dari hasil kelulusan Ujian Nasional Siswa pada SMA Negeri 2 Lhokseumawe. Berikut ini dapat dilihat Tabel 1.2 Kelulusan Ujian Nasional Siswa kelas 3 SMA Negeri 2 Lhokseumawe.
Tahun
2008 2009 2010 2011
Tabel 1.2 Kelulusan Ujian Nasional Siswa/i SMA N 2 Lhokseumawe Tahun 2008 sampai dengan Tahun 2011 Siswa/i Siswa/i Jumlah Persentase Target yang lulus tidak Siswa Kelulusan lulus 437 3 440 99,3 % 100 % 438 5 443 98,8 % 100 % 444 4 448 99,1 % 100 % 446 6 452 98,6 % 100 %
Selisih
0,7% 1,2% 0,9% 1,4%
Sumber : Bagian Tata Usaha SMA N 2 Lhokseumawe, Data diolah
Berdasarkan pada Tabel 1.2 menunjukkan bahwa tingkat kelulusan ujian nasioanal siswa/i
SMA Negeri 2 Lhoksumawe tahun 2008 sampai 2011
mengalami penurunan. Pada tahun 2008, jumlah yang lulus sebesar 437 orang atau sebesar 99,3 %, jumlah yang tidak lulus sebesar 3 orang atau 0,7 %. Pada tahun 2009, jumlah yang lulus sebesar 438 orang atau sebesar 98,8 %, jumlah yang tidak lulus sebesar 5 orang atau 1,2 %. Pada tahun 2010, jumlah yang lulus sebesar 444 orang atau sebesar 99,1 %, jumlah yang tidak lulus sebesar 4 orang atau 0,9 % dan pada tahun 2011, jumlah yang lulus sebesar 446 orang atau
14 Universitas Sumatera Utara
sebesar 98,6 %, jumlah yang tidak lulus sebesar 6 orang atau 1,4 %. Penurunan tingkat kelulusan siswa ini dapat terjadi dikarenakan kurangnya kinerja guru dalam memberikan pelajaran di kelas, disamping itu penurunan tingkat kelulusan para siswa disebabkan juga karena para guru sering tidak masuk ke dalam kelas sehingga para siswa ketinggalan pelajaran. Ketinggalan pelajaran menyebabkan para siswa tidak mampu menjawab soal UN dengan baik. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh sifat kepemimpinan Ibu Hj. Ulya Maksum terhadap kinerja guru pada SMA Negeri 2 Lhokseumawe. Hal ini juga dilakukan karena di sekolah ini belum pernah diadakan penelitian mengenai kepemimpinan wanita. Adapun judul penelitian ini adalah “Pengaruh Sifat Kepemimpinan Wanita Terhadap Kinerja Guru Pada SMA Negeri 2 Lhokseumawe”. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka perumusan masalahnya adalah sebagai berikut: “Apakah sifat kepemimpinan ibu Hj. Ulya Maksum berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja guru pada SMA Negeri 2 Lhokseumawe ?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh sifat kepemimpinan ibu Hj. Ulya Maksum berpengaruh terhadap kinerja guru pada SMA Negeri 2 Lhokseumawe. 15 Universitas Sumatera Utara
b. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. SMA Negeri 2 Lhokseumawe Sebagai sumber informasi dan masukan kepada pihak sekolah mengenai sifat kepemimpinan terhadap kinerja guru. 2. Penulis Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai sifat kepemimpinan dengan menghubungkan teori yang didapat dalam perkuliahan dengan kenyataan serta dapat memperdalam pengetahuan penulis. 3. Peneliti selanjutnya Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi, sumber informasi, serta sumbangan pemikiran yang nantinya dapat memberikan perbandingan dalam mengadakan penelitian pada masa yang akan datang.
16 Universitas Sumatera Utara